• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SEBARAN FASILITAS PENDIDIKAN DASAR DI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2007.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS SEBARAN FASILITAS PENDIDIKAN DASAR DI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2007."

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

i

TAHUN 2007

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1

Oleh :

SUSANA YULIA WATI 03.6.106.09010.5.0015

FAKULTAS GEOGRAFI

(2)

ii

ANALISIS SEBARAN FASILITAS PENDIDIKAN DASAR DI

KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI

TAHUN 2007

SUSANA YULIA WATI NIM : E 100 030 015

Telah dipertahankan di depan penguji pada : Hari : Selasa

Tanggal : 28 – April – 2009 dan telah dinyatakan memenuhi syarat

Team Penguji :

Ketua : Drs. Priyono, M.Si. (...) Sekretaris : Dra. Hj. Umrotun, M.Si (...) Anggota : Dra. Retno Woro Kaeksi. (...) Pembimbing I : Drs. Priyono, M.Si. (...) Pembimbing II : Dra. Hj. Umrotun, M.Si. (...)

Surakarta, Mei 2009

Dekan Fakultas Geografi

(3)

iii

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Surakarta, Mei - 2009

(4)

iv

“Dan bahwasanya tiadalah manusia itu memperoleh selain apa yang telah diusahakannya

dan sesungguhnya usaha itu kelak akan diperhatikan kepadanya kemudian akan diberikan

balasan kepadanya dengan suatu balasan yang sempurna”

(Q.S. An-Najm :39 – 4)

“Ketakutan, ketenangan, berfikir, berusaha dan menjalankan adalah sebuah proses

dimana sebuah keberhasilan itu akan terwujud”

(WES)

“Bermimpilah apa yang ingin kamu impikan, pergilah ke tempat kamu ingin pergi,

jadilah seperti yang kamu inginkan karena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu

kesempatan untuk melakukan hal yang ingin kamu lakukan”

(Penulis)

“Lihat cara mata memandang ada kejujuran disana”

(5)

v

Karya kecil ini kupersembahkan kepada : ? Allah SWT dan Nabi besar Muhammad SAW ? Untuk keluargaku, Ibu, Bapak dan

Kakak-kakakku. Terima kasih atas semua yang telah diberikan

(6)

vi

dengan judul “ Analisis Sebaran Fasilitas Pendidikan Dasar Di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri “. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pola sebaran pendidikan dasar, faktor- faktor pengaruhnya, dan mengetahui asal murid tiap-tiap sekolahan di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan di dukung oleh interpretasi data peta dan data sekunder, dan didukung observasi lapangan untuk mengetahui kondisi lokasi gedung sekolah, jarak asal murid ke gedung sekolah dan data penunjang lainnya. Unit analisis yang digunakan dalam penelitian unit analisis desa.

Hasil dari penelitian ini berupa peta sebaran fasilitas pendid ikan dasar di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri, faktor- faktor yang mempengaruhi sebaran pendidikan dasar, asal murid masing- masing sekolah di setiap kelurahan di Kecamatan Jatisrono. Pola sebaran lokasi gedung sekolah di Kecamatan Jatisrono mempunyai pola sebaran acak (random) sebab nilai pola sebaran gedung Sekolah Dasar (SD) mempunyai nilai T=1,804 dan pola sebaran gedung Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) mempunyai nilai T=1,2882. Nilai ini memiliki kecenderungan mendekati pada nilai 1, sedangkan T=1 menunjukkan pola sebaran acak. Selanjutnya untuk faktor aksesibilitas dapat diketahui bahwa daerah yang memiliki nilai aksesib ilitas tinggi mempunyai sebaran fasilitas pendidikan dasar sebanyak 37 buah fasilitas (86,04%), sedangkan untuk aksesibilitas sedang sebanyak 4 buah fasilitas (9,30%) dan aksesibilitas rendah sebanyak 2 buah fasilitas (4,65%). Ketersedian fasilitas pelayanan pendidikan baik SD maupun SMP memiliki kategori sedang hal ini disebabkan memiliki kemampuan yang sama dalam menunjang kebutuhan fasilitas pelayanan pendidikan, kecenderungan penduduk dalam memanfaatkan fasilitas pendidikan penduduk yang jauh dari fasilitas pendidikan di daerahnya sendiri cenderung memilih memanfaatkan fasilitas pendidikan yang ada di luar daerahnya, dalam hal ini lebih mempertimbangkan yang dekat dengan permukiman, faktor kualitas sekolah. Asal murid pada masing- masing sekolah di setiap kelurahan didominasi oleh kelurahan dari mana sekolah tersebut berada dan kelurahan terdekatnya dengan kata lain terdapat variasi daerah asal murid pada masing- masing sekolah di Kecamatan Jatisrono.

(7)

vii Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah Swt., atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Analisis Sebaran Fasilitas Pendidikan Dasar Di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Tahun 2007.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Sains, pada Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Ibarat peribahasa Tiada gading yang tak retak, maka dalam skripsi ini banyak terdapat kekurangan. Alhamdulillah segala kesulitan dapat teratasi berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. H. Yuli Priyana, M.Si. selaku Dekan Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta

2. Drs. Priyono, M.Si. selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya demi kelancaran penyusunan skripsi ini.

3. Dra. Hj. Umrotun, M. Si. Selaku pembimbing II yang telah meluangkan tenaga, pikiran dan waktunya untuk kelancaran penyusunan skripsi ini hingga selesai.

4. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Geografi, terima kasih telah mendidik dan membantu saya dalam proses pencarian ilmu.

(8)

viii

kumpul lagi.. My special thanks. Semua takkan ada yang abadi ka'..dan makasih telah ada untukku slama ini..aku akan selalu ada, ditempat yang sama kan?

7. Papah terima kasih atas cinta, kasih sayang, semangat dan keindahan kehidupan yang telah diberikan selama ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Akhirnya, penulis hanya berharap semoga Allah Swt membalas budi baik atas bantuan yang diberikan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, Mei - 2009

(9)

ix

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN...ii

HALAMAN PERNYATAAN...iii

MOTTO ...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...v

ABSTRAK ...vi

KATA PENGANTAR ...vii

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR GAMBAR ...xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Perumusan Masalah ...4

1.3 Tujuan Penelitian ...4

1.4 Kegunaan Penelitian ...5

1.5 Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya ...5

1.6 Kerangka Penelitian...12

1.7 Hipotesis ...13

1.8 Metode Penelitian...14

1.9 Batasan Operasional ...17

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 2.1 Letak, Luas dan Batas Daerah Penelitian ...19

2.2 Iklim Daerah Penelitian...21

2.3 Penggunaan Lahan ...24

2.4 Keadaan Penduduk ...24

(10)

x

2.4.2.3 Menurut Mata Pencaharian...28 2.5 Sarana dan Prasarana Transportasi ...29 2.6 Fasilitas Pelayanan Pendidikan...30

BAB III ANALISIS SEBARAN FASILITAS PENDIDIKAN DASAR DI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI

3.1 Pola sebaran fasilitas Pendidikan Dasar Di Kecamatan Jatisrono ...31 3.1.1 Pola Sebaran Gedung Sekolah Dasar (SD) ...31 3.1.2 Pola Sebaran Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ...37 3.2 Faktor-faktor Pengaruh Sebaran Fasilitas Pendidikan Dasar

di Kecamatan Jatisrono ...39 3.2.1 Faktor Aksesibilitas...39 3.2.2 Faktor Ketersediaan Fasilitas Pelayanan Pendidikan...45 3.2.3 Faktor Kecenderungan penduduk dalam memanfaatkan

fasilitas Pendidikan di kecamatan Jatisrono ...48 3.2.4 Faktor Kualitas Sekolah ... 3.4 Distribusi Asal atau Tempat Tinggal Murid Pada Masing- masing

sekolah...52

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan...55 4.2 Saran ...56

(11)

xi

Tabel 1.2 Penelitiaan Sebelumnya...11

Tabel 1.3 Pembagiaan Klasifikasi Dan Skoring...16

Tabel 2.1 Luas Wilayah...19

Tabel 2.2 Curah Hujan Daerah Penelitian Tahun 1997-2007 ...21

Tabel 2.3 Tipe Iklim Menurut Schmidt Dan Ferguson ...23

Tabel 2.4 Penggunaan Lahan...24

Tabel 2.5 Jumlah Dan Kepadatan Penduduk ...25

Tabel 2.6 Komposisi Penduduk Menurut Umur Dan Jenis Kelamin ...26

Tabel 2.7 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan yang di Tamatkan...27

Tabel 2.8 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian...28

Tabel 2.9 Sarana Transportasi ...29

Tabel 2.10 Banyaknya Fasilitas Pendidikan...30

Tabel 3.1 Skor Aksesbilitas Gedung-Gedung Sekolah Dasar Berdasarkan Jarak Antara Jarak Sekolah Dengan Jalan Raya ...40

Tabel 3.2 Skor Aksesbilitas Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Berdasarkan Jarak Antara Jarak Sekolah Dengan Jalan Raya ...43

Tabel 3.3 Sebaran Fasilitas Pendidikan Dasar Menurut Aksesibilitas ...43

Tabel 3.4 Jumlah Fasilitas Pelayanan Pendidikan Pada Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar (SD) ...45

Tabel 3.5 Penentuan Klas, Skor Dan Kategori Jumlah Fasilitas Pelayanan Pend idikan Jenjang Sekolah Dasar ...46

Tabel 3.6 Jumlah Fasilitas Pelayanan Pendidikan Pada Jenjang Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ...47

Tabel 3.7 Penentuan Klas, Skor Dan Kategori Jumlah Fasilitas Pelayanan Pendidikan Jenjang Sekolah Menengah Pertama ...47

(12)

xii

Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) ...51 Tabel 3.11 Distribusi Asal atau Tempat Tinggal Murid Pada Masing- masing

Sekolah Dasar di Kecamatan Jatisrono Tahun 2006 ...53 Tabel 3.12 Distribusi Asal atau Tempat Tinggal Murid Pada Masing- masing

(13)

xiii

Gambar 1.1 Jenis Pola Penyebaran ...7

Gambar 1.2 Continuum Nilai Parameter Tetangga Terdekat (T)...9

Gambar 1.3 Diagram Alir...13

Gambar 2.1 Peta Administrasi Skala 1 : 60.000...20

Gambar 2.2 Pembagian Tipe Iklim Menurut Koppen...22

Gambar 3.1 Peta Sebaran Fasilitas Gedung Sekolah Dasar Skala 1 : 60.000 ..33

Gambar 3.2 Peta Sebaran Fasilitas Gedung Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Skala 1 : 60.000 ... 38

Gambar 3.3 Peta Tingkat Aksesibilitas Lokasi Gedung Sekolah Dasar Berdasarkan Jarak Antara Gedung Sekolah Skala 1 : 60.000 ...41

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilakukan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintahan (Zahara Idris, 1981). Pendidikan formal adalah pendidikan di sekolah yang teratur, sistematis yang mempunyai jenjang dan waktu tertentu yang berlangsung dari Taman Kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Walaupun masa sekolah bukan satu-satunya masa bagi setiap orang untuk belajar, namun kita menyadari bahwa sekolah adalah tempat dan saat yang sangat strategis bagi pemerintah dan masyarakat untuk membina seseorang dalam menghadapi masa depannya (Zahara, Idris, 1981). Kemampuan ilmu dan teknologi berpengaruh pada semua aspek kehidupan, termasuk sistem pendidikan, salah satu tantangan besar yang di hadapi dalam pelaksanaan pembangunan adalah bidang pendidikan sebab pendidikan merupakan salah satu jalan utama pembangunan dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan juga diartikan sebagai usaha untuk menciptakan dan membangun potensi diri, sehingga mampu menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi merupakan upaya dalam rangka membangun akhlak akal budi manusia. Sasaran pendidikan adalah manusia, pendidikan membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi munusia, ciri khas manusia yang berbentuk dari kumpulan terpadu (integrated) dari apa yang disebut siasat hakikat manusia (Umar Tartaharja dan Lasula, 2000 dalam Kustaryo Deny, 2004).

Tingkat pendidikan anak sebagai bekal pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat. Menurut Soemitro Djodjo Hadikusumo, 1978 (dalam Kustaryo Deny 2004) menyatakan bahwa faktor pendidikan merupakan modal dalam usaha

(15)

pemenuhan kebutuhan pangan, penciptaan lapangan kerja yang produktif maupun pengembangan dan pengelolaan sumber daya alam.

Seiring dengan lajunya pertumbuhan ekonomi sosial dan kependudukan kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri, telah terbentuk suatu penyebaran wilayah berdasarkan lingkungan sosial. Usaha pengembangan aktivitas dalam mengembangkan pendidikan anak terutama pendidikan dasar 9 tahun (Sekolah Dasar sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) telah banyak diupayakan pemerintah baik yang diekspresikan melalui program wajib belajar, maupun kebijakan-kebijakan pembebasan biaya sekolah melalui Gerakan Nasional Orangtua Asuh (GNOTA). Dari uraian tersebut dapat dirasakan pentingnya pendidikan dalam pembangunan.

Berawal dari pentingnya pendidikan dasar yang telah diprogramkan oleh pemerintah agar dapat berjalan dengan apa yang menjadi tuj uan dan cita-cita pemerintah yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan pembangunan manusia seutuhnya, hal ini harus didukung dengan fasilitas penunjang dalam pendidikan dasar seperti gedung sekolah dan guru pengajar yang telah tersedia di masing-masing wilayah.

Kecamatan Jatisrono terletak di sebelah Timur Ibukota Kabupaten Wonogiri dengan jarak 60 km. Permukaan tanahnya merupakan dataran rendah dan sebagian perbukitan. Dengan ketinggian antara 301 - 470 m di atas permukaan laut. Letak strategis Kecamatan Jatisrono mempunyai iklim tropis. Keadaan tanah yang bergelombang yang di tunjang dengan sistem pengairan yang baik merupakan keadaan yang potensial untuk pertanian. Secara administrasi batas wilayah Kecamatan Jatisrono sebelah Utara oleh Kecamatan Jatipurno, sebelah Selatan oleh Kecamatan Jatiroto, sebelah Barat oleh Kecamatan Sidoharjo dan sebelah Timur oleh Kecamatan Slogohimo.

(16)

dimiliki oleh pemerintah (Sekolah Dasar Negeri), sedangkan gedung Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) berjumlah 5 buah diantaranya : 4 buah gedung milik pemerintah (SLTP Negeri) dan 1 buah gedung milik swasta (SLTP Swasta). Setiap Kelurahan memiliki perbedaan asal murid bukan hanya murid berasal dari Kelurahan itu sendiri tetapi ada yang berasal dari Kelurahan lain di Kecamatan Jatisrono atau memilih daerah lain luar Kecamatan Jatisrono.

Dengan adanya perbedaan fasilitas pendidikan dasar di Kecamatan Jatisrono di setiap Kelurahan maka akan menimbulkan suatu sebaran penduduk yang dilakukan karena adanya kebutuhan akan pendidikan. Sebaran penduduk ini dapat menyebabkan variasi pola sebaran fasilitas pendidikan penduduk dasar dan berpengaruh terhadap permukiman yang ada disekitarnya. Adapun jumlah jumlah fasilitas gedung sekolah, jumlah murid dan jumlah penduduk usia sekolah dasar (7-15 tahun) pada daerah penelitian dapat dilihat dalam Tabel 1.1 sebagai berikut :

Tabe l 1.1 Jumlah Gedung Sekolah, Jumlah Murid dan Jumlah Penduduk Usia Sekolah Dasar di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri

Gedung

(17)

Dari Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa jumlah fasiilitas pendidikan dasar di Kecamatan Jatisrono jumlahnya tidak merata, terutama fasilitas pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Jumlah fasilitas gedung sekolah SLTP pada Kecamatan Jatisrono keseluruhannya berjumlah 5 buah gedung yang tersebar di 4 Kelurahan yaitu : Kelurahan Ngrompak, Kelurahan Sambirejo, Kelurahan Gunungsari dan Kelurahan Pandeyan. Untuk wilayah yang tidak memiliki fasilitas Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama menyebabkan penduduknya memanfaatkan fasilitas sekolah yang terdapat di empat kelurahan tersebut. Sehingga adanya pemanfaatan fasilitas Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama oleh penduduk diluar empat desa tersebut menyebabkan adanya variasi asal murid pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Kecamatan Jatisrono.

Dengan melihat perbedaan fasilitas pendidikan dasar yang ada di Kecamatan Jatisrono, penulis tertarik pada variasi sebaran fasilitas pendidikan dasar yang ada di Kecamatan tersebut. Untuk keperluan analisis tersebut, penulis melakukan pendekatan penelitian geografi dengan judul “Analisis Sebaran Fasilitas Pendidikan Dasar di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Tahun 2007”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1.Bagaimana pola sebaran fasilitas pendidikan dasar di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri?

2.Faktor apakah yang mempengaruhi sebaran fasilitas pendidikan dasar di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri?

3.Bagaimana asal murid pada masing- masing sekolah di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri?

1.3. Tujuan Penelitian

(18)

1. Menganalisis pola sebaran fasilitas pendidikan dasar di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri.

2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi sebaran fasilitas pendidikan dasar di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri.

3. Mengetahui asal murid pada masing- masing sekolah di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri.

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Dapat digunakan untuk membantu pengelolaan pendidikan terutama sebagai informasi untuk instansi terkait maupun masyarakat yang membutuhkan. 2. Dapat bermanfaat untuk perencanaan pengalokasian gedung Sekolah Dasar dan

Sekolah Menengah Pertama baru sesuai kebutuhan masyarakat.

3. Sebagai syarat untuk melengkapi studi tingkat sarjana di Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

1.5. Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya 1.5.1 Telaah Pustaka

Pendidikan pada prinsipnya mempunyai dua tugas dan tujuan yaitu untuk mendidik dan mengajar dalam rangka membentuk manus ia seutuhnya. Mendidik artinya lembaga pendidikan mempunyai tugas membentuk generasi yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berkepribadian yang kuat serta mempunyai tanggungjawab atas pelaksanaan pembangunan bangsa.

Sementara mengajar artinya lembaga pendidikan mempunyai tugas adalah menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan proses belajar. Lingkungan yang dimaksud disini terdiri dari tujuan instruksional guru dan siswa. Jenis kegiatan serta sarana seperti alat pendidikan dan gedung sekolah sebagai lembaga pendidikan. Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang denga n cara paling singkat dan tepat (Gozali dan Slameto, 1987)

(19)

pendidikan dirasakan sangat penting dan dijadikan salah satu cara untuk meningkatkan taraf hidup maka dalam upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas lembaga pendidikan senantiasa diupayakan pemerintah secara maksimal.

Untuk meningkatkan kualitas pemerintahan senantiasa mengusahakan perbaikan sistem pendidikan, perbaikan rumusan kurikulum dan pengembangan tujuan instruksional yang sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman. Sebagai contoh pada pendidikan dasar pemerintah sudah melaksanakan wajib belajar yang semula 6 tahun menjadi 9 tahun.

Agar penelitian ini dapat mencapai sasaran maka penulis mengambil 3 faktor yang pokok sebagai variabel penyebaran Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama yaitu : penyebaran jumlah gedung sekolah, penyebaran penduduk usia sekolah, penyebaran jumlah murid.

a. Jumlah gedung sekolah

Sebagai lembaga pendidikan, sekolah dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama sangat dipengaruhi jumlah penduduk usia sekolah, kesadaran pendidikan dari warga dan peran serta kebijakan pemerintah dalam menangani permasalahan ini. Jumlah penduduk usia sekolah yang besar akan membutuhkan sekolah sebagai lembaga yang besar pula. Jumlah Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama tidak sama baik jumlah dan persebarannya, karena tidak semua daerah mempunyai jumlah penduduk yang sama dan komposisi penduduk yang berbeda pula.

b. Penyebaran penduduk usia sekolah

Suatu daerah apabila jumlah penduduknya besar dengan struktur penduduk termasuk muda, maka menggambarkan bahwa daerah tersebut cenderung jumlah usia sekolah lebih besar. Penduduk usia sekolah yang banyak maka diperlukan sekolah dasar dan menengah sebagai lembaga pendidikan.

b. Jumlah murid

(20)

R.Bintarto dan Surastopo (1978) menyebutkan bahwa ketidakpuasan orang membincangkan pola pemukiman (Settlement) secara deskriptif menimbulkan gagasan untuk membincangkan secara kuantitatif. Pola pemukiman yang dikatakan seragam (uniform), random, mengelompok (Clusterea) dan lain sebagainya dapat diberi ukuran yang bersifat kuantitatif (Gambar 1). Dengan cara demikian ini perbandingan antara pola pemukiman dapat dilakukan dengan baik, bukan saja dari segi waktu tetapi juga dalam segi ruang (space). Pendekatan demikian disebut analisa tetangga terdekat (Nearest-neighbour analysis). Analisa seperti ini membutuhkan data tentang jarak antara satu pemukiman tetangga terdekat ini dapat pula digunakan sebagai menilai sebuah titik dalam ruang. Meskipun demikian analisa tetangga terdekat ini dapat pula digunakan sebagai menilai pola penyebaran fenomena lain seperti pola penyebaran tanah longsor, pola penyebaran puskesmas, sumber-sumber air dan lain sebagainya.

Pada hakekatnya analisa tetangga terdekat ini adalah sesuai untuk daerah dimana antara satu pemukiman yang lain tidak ada hambatan- hambatan alamiah yang belum dapat teratasi misalnya jarak antara dua pemukiman yang relatif, o leh karena itu untuk daerah-daerah yang merupakan suatu dataran, dimana hubungan antara satu pemukiman dengan pemukiman yang lain tidak ada hambatan alamiah yang berarti, maka analisa tetangga terdekat ini akan nampak nilai praktisnya, misalnya untuk perancangan letak dari pusat-pusat pelayanan sosial seperti rumah sakit, sekola h, kantor pos, pasar, pusat rekreasi dan lain sebagainya.

••••

Mengelompok Random Seragam Gambar 1.1 Jenis Pola Penyebaran

Sumber : Petter Haghett

Bintarto dan Surastopo Hadisumarno (1978) menyebutkan bahwa ada tiga macam variasi pola persebaran, yaitu:

(21)

1. Pola persebaran seragam, jika jarak antara satu lokasi dengan lokasi lainnya relatif sama.

2. Pola persebaran mengelompok, jika jarak antara lokasi satu dengan lokasi lainnya berdekatan dan cenderung mengelompok pada tempat-tempat tertentu. 3. Pola persebaran acak, jika jarak antara lokasi satu dengan lokasi yang lainnya

tidak teratur.

Dalam menggunakan analisa tetangga terdekat harus diperhatikan beberapa langkah sebagai berikut :

1. Tentukan batas wilaya h yang akan diselidiki.

2. Ubahlah pola penyebaran pemukiman seperti yang terdapat dalam peta topografi menjadi pola penyebaran titik.

3. Berikan nomor urut bagi tiap titik untuk mempermudah cara analisanya.

4. Ukurlah jarak terdekat yaitu jarak pada garis lurus antara satu titik dengan titik yang lain yang merupakan tetangga terdekatnya dan catatlah ukuran jarak tersebut.

5. Hitunglah besar parameter tetangga terdekat (Nearest neigbour statistic)

jh ju T ?

Dimana :

T : Indeks penyebaran tetangga terdekat

Ju : Jarak rata-rata yang di ukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang

terdekat

Jh : Jarak rata-rata yang di peroleh andaikata semua titik mempunyai pola random.

2

1

? ?

? : Kepadatan titik dalam tiap Km² yaitu jumlah titik (N) dibagi dengan luas wilayah dalam Km² (A), sehingga menjadi

A N

(22)

Parameter tetangga terdekat atau indeks penyebaran tetangga terdekat mengukur kadar kemiripan pola titik terhadap pola random. Untuk memperoleh Ju digunakan cara dengan menjumlahkan semua jarak tetangga terdekat dan kemudian dibagi dengan jumlah titik yang ada.

Parameter tetangga terdekat (T) tersebut dapat ditunjukkan pula dengan rangkaian kesatuan (continuum) untuk mempermudah pembandingan antara pola titik.

T = 0 T = 1,00 T = 2,15

Mengelompok Random (acak) Seragam T = 0 T = 1,00 T = 2,15

Gambar 1.2 Continuum Nilai Parameter Tetangga Terdekat (T)

1.5.2. Penelitian Sebelumnya

Kustaryo Deny Haryanto (2004), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Keruangan Letak dan Kualitas SD Dengan Asal Murid di Kecamatan Boyolali Tahun 1997-2002” bertujuan untuk mengetahui pola hubungan antara letak Sekolah Dasar dengan asal murid, melihat hubungan antara letak dan kualitas SD dengan asal murid serta melihat imbangan murid maupun guru dan ruang kelas yang ideal tahun 2002, serta menganalisis peta yang dihasilkan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder yang di dapat dari instansi terkait. Analisa dalam penelitian ini dengan menggunakan metode statistik yaitu statistik diskriptis dan mengklasifikasi yang bertujuan untuk mempermudah dalam mengevaluasi dan perhitungan simbol yang digunakan dalam pemetaan yang meliputi : data jumlah gedung sekolah dasar, data tempat asal murid, data imbangan guru dan ruang kelas, serta Angka

(23)

Partisipasi Murni (APM) SD. Hasil utama dari penelitian ini adalah : 1) Bahwa pola letak sekolah dengan asal murid berpola mengelompok pada kawasan pusat pemerintahan. 2) Terdapat jumlah murid dari daerah lain untuk SD yang berkualitas tinggi. 3) Angka Partisipasi Murni (APM) SD rata-rata baru mencapai 87% kapasitas SD di 9 desa, lebih besar dari pada jumlah penduduk usia 7-12 tahun yang ada di Kecamatan yang bersangkutan.

Alex Yulianto (2001) melakukan penelitian dengan judul “Pemetaan Data Pendidikan Sekolah Dasar Kotamadya Surakarta Tahun 1995/1996- 1999/2000”, bertujuan untuk mengetahui perbandingan jumlah ruang kelas sekolah dasar yang tersedia dengan banyaknya murid yang dapat ditampung, memetakan kondisi sarana dan prasarana sekolah dasar di Kotamadya Surakarta Tahun 1995/1996-1999/2000. Metode yang digunakan adalah pengumpulan data sekunder. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data lokasi SD, data jumlah gedung SD, data jumlah murid dan ruang kelas SD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan jumlah ruang kelas sekolah dasar yang tersedia dengan banyaknya murid yang dapat ditampung tidak sebanding. Kondisi sarana dan prasarana ya ng dimiliki umumnya dalam kondisi yang kurang mendukung kelangsungan proses belajar mengajar yang baik.

(24)

Tabel 1.2 Perbandingan Antar Penelitian

Peneliti/tahun Kustaryo Deny Haryanto, 2004.

Alex Yulianto, 2001 Penulis, 2008 Judul Analisis Keruangan Letak

dan Kualitas SD Dengan Asal Murid Di Kecamatan Boyolali tahun 1997-2002 Tujuan -Mengetahui pola hubungan

antara letak Sekolah Dasar dengan asal murid,

-Mengetahui hubungan antara letak dan kualitas SD dengan asal murid

-Mengaetahui imbangan murid maupun guru dan ruang kelas yang ideal tahun 2002

-Mengetahui perbandingan jumlah ruang kelas sekolah dasar yang tersedia dengan banyaknya murid yang dapat di tampung

-Memetakan kondisi sarana dan prasarana sekolah dasar di Kotamadya Surakarta sekolah di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri

Metode Analisa Statistik Diskriptis Analisa Data Sekunder Analisa data sekunder dan analisa peta Hasil Pola letak sekolah dengan

asal murid berpola mengelompok pada kawasan pusat pemerintahan.

-Terdapat jumlah murid dari daerah lain untuk SD yang berkualitas tinggi.

-Angka Partisipasi Murni (APM) SD rata-rata baru mencapai 87% kapasitas SD di 9 desa, lebih besar dari pada jumlah penduduk usia 7-12 tahun yang ada di Kecamatan yang bersangkutan.

(25)

1.6.

Kerangka Penelitian

Pendidikan merupakan kebutuhan yang wajib dipenuhi bagi generasi muda yang diselenggarakan untuk memberi bekal kemampuan dasar, pengetahuan dan ketrampilan yang bermanfaat serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan di jenjang yang lebih tinggi.

Saat ini kebutuhan akan pelayanan pendidikan yang memadai oleh masyarakat terutama yang berpenghasilan rendah merupakan salah satu tantangan bagi pemerintah pusat maupun daerah. Di suatu daerah terjadi kelebiha n jumlah sekolah, hal ini ditandai dengan rasio perbandingan antara jumlah sekolah dengan jumlah penduduk yang dilayani jauh lebih rendah dari standar yang telah ditetapkan.

Salah satu komponen pengembangan sumber daya manusia dewasa ini harus diperhatikan adalah pendidikan dan pelatihan. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dikaji keadaan pendidikan itu sendiri yang meliputi pendidikan dasar dan fasilitas yang tersedia seperti gedung sekolah yang mana daya tampungnya sangat terbatas di setiap Kelurahan, sehingga banyak murid yang bersekolah keluar dari Kecamatan Jatisrono yang terjamin kualitasnya.

Dalam upaya untuk meningkatkan kebutuhan dalam pendidikan dasar terdapat pola variasi sebaran penduduk terhadap fasilitas pendidikan dasar yang ada di Kecamatan Jatisrono. Perbedaan tersebut disebabkan oleh faktor aksesibilitas, faktor ketersediaan fasilitas pelayanan pendidikan, faktor kecenderungan penduduk dalam memanfaatkan fasilitas pendidikan di Kecamatan Jatisrono serta faktor kualitas sekolah.

(26)

Gambar 1.3 Diagram Alir Penelitian

Sumber : Penulis, 2009 1.7. Hipotesis

Untuk mencapai tujuan penelitian serta berdasarkan pada masalah yang ada maka terdapat beberapa hipotesis yaitu:

1)Pola sebaran fasilitas sekolah di Kecamatan Jatisrono berpola mengelompok (clustered)

Analisis Sebaran Fasilitas Pendidikan Dasar di Kecamatan Jatisrono Kab. Wonogiri

Fasilitas pendidikan dasar di Kecamatan Jatisrono :

- Gedung Sekolah Dasar (SD) - Gedung Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama (SLTP)

Faktor yang mempegaruhi sebaran fasilitas pendidikan dasar :

-Aksesibilitas

-Ketersediaan fasilitas pendidikan

-Kecenderungan penduduk dalam memanfaatkan fasilitas pendidikan -Kualitas sekolah

Pola sebaran fasilitas pendidikan dasar : - Seragam

- Mengelompok - Acak

Peta sebaran fasilitas pendidikan dasar di Kecamatan Jatisrono skala 1 : 60.000

Analisis pola sebaran fasilitas pendidikan

(27)

2)Faktor yang mempengaruhi sebaran fasilitas pendidikan dasar di Kecamatan Jatisrono adalah faktor aksesibilitas :

a) Semakin tinggi aksesibilitas maka semakin banyak jumlah fasilitas pendidikan dasar.

b) Semakin rendah aksesibilitas maka semakin sedikit jumlah fasilitas pendidikan dasar.

3)Terdapat variasi daerah asal murid pada masing- masing sekolah di Kecamatan Jatisrono.

1.8. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan didukung oleh interpretasi peta dan analisa data sekunder. Survei dilakukan terhadap lokasi sekolah dan aksesibilitas. Data aksesibilitas dalam penelitian ini didapatkan dengan cara membuat tingkatan skor untuk kelas jalan dan kualitas jalan kemudian dikalikan dengan panjang jalan. Total panjang jalan untuk semua kriteria dibagi dengan luas wilayah merupakan tingkat aksesibilitas daerah tersebut.

Data sekunder diperoleh dari kantor-kantor yang ada hubungannya dengan masalah penelitian. Berdasarkan dengan hal tersebut, maka penelitian melakukan beberapa tahap :

I.8.I Pemilihan Daerah Penelitian

(28)

I.8.2 Pengumpulan Data

Data yang di kumpulkan melalui data Sekunder yang ada hubungannya dengan obyek penelitian yaitu :

- Data monografi : jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin menurut pendidikan, menurut mata pencaharian, data penyebaran penduduk, kepadatan / pertambahan penduduk.

- Data keadaan fisik daerah penelitian : letak, luas, daerah dan batas daerah, penggunaan lahan, sarana transportasi, jumlah sekolah dan fasilitas yang ada.

I.8.3. Analisis Data

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis data sekunder dan analisis peta. Data sekunder digunakan untuk mengetahui kelas aksesibilitas serta variasi asal murid dan data peta untuk menghitung nilai parame ter tetangga terdekat. Data tersebut mencakup faktor- faktor yang berpengaruh terhadap sebaran fasilitas pendidikan dasar di Kecamatan Jatisrono. Data tersebut di analisis menggunakan analisis tabel klasifikasi dan skoring untuk mempermudah analisa dalam menjawab hipotesa 2 dan 3 mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi sebaran fasilitas pendidikan dasar di Kecamatan Jatisrono dan variasi asal murid. Adapun nilai skoring didasarkan pada nilai tertinggi dan terendah kemudian dibagi kelas yang diinginkan. Adapun untuk skoring dapat dirumuskan sebagai berikut :

diinginkan yang

kelas

terendah nilai

tertinggi nilai

kelas ? ?

(29)

Tabel 1.3 Pembagian Klasifikasi dan Skoring No Faktor sebaran fasilitas

pendidikan

Tingkat klasifikasi

Skoring

1 Aksesibilitas Tinggi

Sedang Rendah

3 2 1 2 Kecenderungan pemanfaatan

fasilitas pendidikan

Untuk menjawab hipotesa 1 yaitu mengetahui sebaran fasilitas pendidikan dasar digunakan analisis tetangga terdekat. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

jh ju T ?

T : Indeks penyebaran tetangga terdekat

Ju : Jarak rata-rata yang di ukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang wilayah dalam Km² (A), sehingga menjadi

A N

(Sumber : Bintarto dan Surastopo Hadi Sumarno, 1978)

(30)

Parameter tetangga terdekat (T) tersebut dapat ditunjukkan pula dengan rangkaian kesatuan (continuum) untuk mempermudah pembandingan antara pola titik.

1.9. Batasan Operasional

Analisis adalah uraian atau usaha mengetahui arti suatu keadaan. Data atau bahan keterangan mengenai suatu keadaan diurai dan diselidiki hubungannya satu sama lain (Muehrche, 1978).

Aksesibilitas adalah kemudahan untuk mencapai tujuan dari satu tempat ke tempat yang lainnya (Bintarto, 1984).

Desa adalah perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomis politik, kultural setempat dalam hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain (Bintarto, 1977)

Fasilitas pendidikan adalah keseluruhan dari sarana dan prasarana (gedung, ruang kelas, perpustakaan, laboratorium) yang digunakan untuk menunjang keterlaksanaan pembelajaran dan penunjang kegiatan pendidikan (Jayadinata, 1986)

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengenbangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, sikap sosial, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.(SISDIKNAS, 2001 dalam Lilik Sri, 2005).

Pendidikan dasar adalah pendidikan sembilan tahun, yang terdiri atas program pendidikan enam tahun di SD dan program pendidikan tiga tahun di SMP (Dinas Pendidikan Nasional, 2002).

(31)

Peta adalah gambaran konvensioal dan selektif yang di perkecil, dibuat pada bidang datar meliputi kenampakan-kenampakan permukaan bumi, maupun data yang ada kaitannya dengan permukaan bumi (Agus Dwi Martono, 1998)

Pola persebaran adalah bentuk atau model suatu obyek yang ada di permukaan bumi (Bintarto dan Surastopo Hadisumarno, 1978).

(32)

BAB II

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

2.1 Letak, Luas dan Batas Daerah Penelitian

Daerah penelitian terletak antara 7° 43” - 7° 47” LS dan 110° 18” - 110° 22” BT. Ketinggian rata-rata daerah penelitian antara 301 – 470 m diatas permukaan laut. Luas keseluruhan dari daerah penelitian adalah 5.002,736 ha atau 50,027 km2 yang terdiri dari 17 desa. Adapun rincian luas wilayah daerah penelitian dapat dilihat dalam Tabel 1.1 sebagai berikut :

Tabel 1.1 Luas Wilayah di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri

No Desa/kelurahan Luas (ha) Persentase (%)

1 Tasikharjo 324,3855 6,48

2 Sumberejo 283,6995 5,67

3 Rejosari 394,8730 7,89

4 Gondangsari 391,7660 7,83

5 Sidorejo 349,7455 6,99

6 Ngrompak 370,7975 7,41

7 Semen 269,1055 5,37

8 Pule 265,8020 5,31

9 Pelem 188,3500 3,76

10 Sambirejo 281,3205 5,62

11 Gunungsari 295,1900 5,90

12 Jatisari 260,1230 5,19

13 Pandeyan 420,2875 8,40

14 Watangsono 281,0000 5,61

15 Jatisrono 214,6680 4,29

16 Tanjungsari 218,9450 4,37

17 Tanggulangin 192,6775 3,85

Jumlah 5.002,736 100%

Sumber : Monografi Kecamatan Tahun 2006

Secara administrasi Kecamatan Jatisrono memiliki batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah barat : Kecamatan Sidoharjo - Sebelah timur : Kecamatan Slogohimo - Sebelah utara : Kecamatan Jatipurno - Sebelah selatan : Kecamatan Jatiroto

(33)
(34)

2.2 Iklim Daerah Penelitian

Iklim adalah keadaan cuaca suatu daerah yang luas dalam waktu yang lama. Iklim merupakan salah satu faktor penting terhadap lingkungan dan alam sekitarnya.

Secara umum daerah penelitian mempunyai iklim yang sama dengan daerah-daerah di Indonesia yaitu iklim tropis. Syarat-syarat daerah dinyatakan sebagai daerah beriklim tropis diantaranya adalah apabila temperatur bulanan bulan dingin >180C dan curah hujan tahunan rata-rata (n) >20 (t +14), dimana t adalah temperatur tahunan rata-rata. Berdasarkan data curah hujan yang ada di daerah penelitian selama kurun waktu 10 tahun yaitu tahun 1997-2006, daerah penelitian mempunyai curah hujan rata-rata 1.574 mm/tahun. Adapun besarnya curah hujan tahunan rata-rata selama 10 tahun tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1. sebagai berikut :

Tabel 2.1 Curah hujan rata-rata Tahun 1997 – Tahun 2007 Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri

Sumber : Monografi Kecamatan Tahun 1997-2006

Curah hujan (mm) Bulan

1996 1997 1998 1999 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Jumlah

Januari 306 331 360 226 372 406 222 259 350 323 3155

Februari 426 456 317 326 340 106 233 437 389 487 3517

Maret 495 377 409 23 432 293 319 338 152 162 3000

April 186 276 205 134 367 190 239 269 189 285 2340

Mei 49 14 36 30 108 84 0 115 131 128 695

Juni 0 0 7 0 0 12 52 48 50 20 189

Juli 0 0 0 2 0 22 37 0 0 0 61

Agustus 0 0 0 7 0 0 0 0 0 0 7

September 0 0 0 0 15 0 2 0 0 0 17

Oktober 18 20 32 11 298 84 42 0 20 0 525

Nopember 255 302 323 195 301 251 173 291 146 156 2393

Desember 193 212 104 214 329 309 558 230 380 470 2999

Jumlah 1928 1988 1793 1168 2562 1757 1877 1987 1807 2031 1574

Bulan basah 6 6 6 7 4 4 6 5 5 5 5,4

(35)

Penentuan tipe iklim daerah penelitian dengan menggunakan klasifikasi Koppen (1951) yang didasarkan pada curah hujan tahunan rerata dan curah hujan bulanan rerata kering. Pembagian tipe iklim menurut Koppen adalah sebagai berikut :

a. Hutan hujan tropika (Af) yaitu apabila curah hujan terkering tidak kurang dari 60 mm.

b. Hutan hujan musim (Am) yaitu terdapat musim kering yang pendek, tetapi curah hujan tahunan dapat mengimbangi kekeringan yang terjadi.

c. Savana tropika (Aw) yaitu terdapat musim kering yang pendek, tetapi curah hujan tahunan tidak dapat mengimbangi kekeringan yang terjadi. Berdasarkan data curah hujan tersebut maka dapat diketahui tipe iklim daerah penelitian menurut Koppen yaitu mempunyai tipe iklim Am artinya besarnya musim kering dapat diimbangi oleh besarnya curah hujan pada bulan-bulan basah. Adapun untuk jelasnya tipe iklim tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1. sebagai berikut:

Temperatur rata-rata di daerah penelitian adalah 320C. Selanjutnya untuk mengetahui tipe curah hujan daerah penelitian dapat dicari dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Schmidt dan Ferguson (1951). Tipe curah hujan digolongkan pada perbandingan antara rerata bulan basah dengan bulan kering dengan rumus sebagai berikut:

Gambar 2.1 Pembagian tipe iklim menurut Koppen Af

Curah hujan t ahunan

Am

Aw

(36)

Q = ker x100%

Adapun kriteria iklim menurut Schmidt dan Ferguson dapat dilihat dalam Tabel 2.2 sebagai berikut :

Tabel 2.2 Type Iklim Berdasarkan Besar Kecilnya Nilai Q menurut Schmidt dan Ferguson

Sumber: Schmidt dan Ferguson, 1981

Adapun persyaratan dari bulan kering, bulan basah dan lembab adalah sebagai berikut:

1. Bulan basah jika besarnya curah hujan > 100 mm 2. Bulan lembab jika besarnya curah hujan 60-100 mm 3. Bulan kering jika besarnya curah hujan < 60mm

Berdasarkan data curah hujan diketahui jumlah hujan kering rerata adalah 5,4 bulan dan bulan basah dengan rerata 6,4 bulan, sehingga besarnya tipe curah hujan dapat diketahui yaitu:

Q = 100%

(37)

2.3 Penggunaan Lahan

Pengertian penggunaan lahan yang dimaksut adalah perwujudan lahan akibat campur tangan manusia dalam mengusahakan lahan dan kegiatan diatas untuk kepentingannya, yang dicerminkan dalam berbagai bentuk penggunaan lahan yang ada pada saat sekarang. Penggunaan lahan dalam penelitian ini mencakup: luas dan bentuk penggunaan lahan. Untuk mengetahui bentuk serta luas penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Jatisrono dapat dilihat pada tabel 2.3 sebagai berikut :

Tabel 2.3 Luas Penggunaan Lahan di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wono giri Tahun 2006

No Jenis penggunaan lahan Luas (ha) Persentase (%)

1 Sawah 1.424,8283 28,48

2 Bangunan/pekarangan 628,0249 12,55

3 Tegal 2.628,8539 52,54

4 Perkebunan 8,0770 0,16

5 Lainnya 312,9519 6,25

Jumlah 5.002,7360 100%

Sumber : Monografi Kecamatan

2.4 Keadaan Penduduk

Aspek penduduk sebagai penggerak laju pembangunan sebagai salah satu sumberdaya yang perlu dikaji, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Jumlah penduduk yang besar, apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha pembangunan di segala bidang. Namun besarnya kuantitas sumberdaya manusia tanpa diikuti kualitas yang tinggi justru akan menghambat laju pembangunan.

(38)

2.4.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah orang dengan tanah yang didiami, dalam satuan luas (per km, per ha, per m2, per mil) menurut kebutuhan (Bintarto, 1968).

Jumlah penduduk merupakan potensi bagi suatu daerah, semakin besar jumlah penduduk yang mendiami suatu wilayah berarti semakin besar pula potensinya. Jumlah penduduk secara langsung akan berpengaruh terhadap penyediaan fasilitas sosial ekonomi yang diperlukan oleh masyarakat.

Adapun jumlah dan kepadatan penduduk di Kecamatan Jatisrono dapat dilihat pada tabel 2.4 sebagai berikut:

Tabel 2.4 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Jatisrono Tahun 2006

No Desa Luas (km) Jumlah penduduk (jiwa) Kepadatan

penduduk/km2

1 Tasikharjo 3,2 3.751 1.172

2 Sumberejo 2,8 3.333 1.190

3 Rejosari 3,9 4.663 1.195

4 Gondangsari 3,9 5.266 1.350

5 Sidorejo 3,5 3.461 988

6 Ngrompak 3,7 4.023 1.087

7 Semen 2,7 2.502 926

8 Pule 2,7 2.276 842

9 Pelem 1,9 4.030 2.121

10 Sambirejo 2,8 3.352 1.197

11 Gunungsari 3,0 5.631 1.877

12 Jatisari 2,6 4.908 1.887

13 Pandeyan 4,2 4.918 1.170

14 Watangsono 2,8 4.312 1.540

15 Jatisrono 2,1 4.517 2.150

16 Tanjungsari 2,2 3.891 1.768

17 Tanggulangin 1,9 3.055 1.607

Jumlah 50,00 67.943 1.358

Sumber : Monografi Kecamatan

(39)

Menurut Sukamto (1982) kepadatan untuk daerah agraris di bedakan menjadi 3 yaitu :

a. Tidak padat, yaitu untuk jumlah penduduk 500 jiwa/km².

b. Kepadatan sedang, yaitu untuk jumlah penduduk antara 500-1000 jiwa/km². c. Kepadatan tinggi, yaitu untuk jumlah penduduk yang lebih dari 1000 jiwa/km².

Dengan jumlah kepadatan sebesar 1.358 jiwa/km², maka tingkat kepadatan penduduk di daerah penelitian termasuk dalam kategori tinggi. Tingginya jumlah penduduk pada suatu wilayah akan berpengaruh terhadap ketersediaan fasilitas pendidikan, sebab wilayah yang mempunyai jumlah penduduk yang tinggi akan berbeda kebutuhanya dengan wilayah atau daerah yang mempunyai tingkat jumlah penduduk yang rendah.

2.4.2 Komposisi Penduduk

2.4.2.1 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat memberikan gambaran keadaan penduduk saat ini dan dapat digunakan untuk memprediksi pertumbuhan penduduk yang akan datang dan mengetahui ketersediaan tenaga kerja. Adapun komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel 2.5 sebagai berikut:

Tabel 2.5 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

di Kecamatan Jatisrono Tahun 2006

(40)

Dari Tabel 2.5 dapat disimpulkan bahwa pada daerah penelitian kelompok umur penduduk umur sekolah dasar (5-14 tahun) mempunyai jumlah sebanyak 12.951 jiwa. Hal ini menggambarkan bahwa kelompok umur usia sekolah mempunyai jumlah yang cukup banyak (19,05%), sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap kebutuhan fasilitas pendidikan dimana ingkat kebutuhan tersebut tentu harus diimbangi dengan ketersediaanya. Semakin banyak penduduk usia sekolah maka ketersediaan sarana prasarana akan semakin banyak.

2.4.2.3 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dapat dijadikan sebagai salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan pembangunan dalam satu wilayah. Dengan tingkat pendidikan penduduk yang semakin tinggi maka keberhasilan pembangunan disuatu wilayah kemungkinannya menjadi semakin besar. Tingkat pendidikan yang diukur dengan jenjang pendidikan formal yang ditempuh, dapat ditunjukkan pada tabel 2.7 sebagai berikut :

Tabel 2.7 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan di Kecamatan Jatisrono Tahun 2006

No Tingkat pendidikan Jumlah Persentase

1 Tidak tamat SD 24.766 40,02

2 Tamat SD 17.523 28,31

3 Tamat SLTP 11.116 17,96

4 Tamat SLTA 7.280 11,76

5 Tamat PT 1.193 1,92

Jumlah 61.878 100%

Sumber : Monografi Kecamatan, 2006

Berdasarkan keputusan dari Direktorat Jenderal Pendidikan dan Pembangunan

Desa Departemen Dalam Negeri Tahun 1997 (Dalam Anisia, 2003) mengelompokkan

tingkat pendidikan menjadi tiga tingkatan yaitu :

a. Tingkat pendidikan rendah adalah jumlah penduduk yang tamat SLTP keatas

kurang dari 30%.

b. Tingkat pendidikan sedang adalah jumlah penduduk yang lulus SLTP keatas

30%-60%.

c. Tingkat pendidikan tinggi adalah jumlah penduduk yang lulus SLTP keatas

(41)

Berdasarkan pengelompakkan di atas maka tingkat pendidikan di Kecamatan

Jatisrono termasuk klasifikasi tingkat pendidikan sedang. Hal ini ditunjukkan dengan

jumlah penduduk yang tamat SLTP keatas sebesar 31,64 %.

2.4.2.4 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Dengan mengetahui komposisi penduduk menurut mata pencaharian akan diperoleh gambaran mengenai aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh penduduk di suatu wilayah.

Adapun kompoisisi penduduk menurut mata pencaharian di Kecamatan Jatisrono dapat dilihat dalam Tabel 2.8 sebagai berikut :

Tabel 2.8 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Jatisrono Tahun 2006

No Mata pencaharian Jumlah Persentase (%)

1 Petani 9905 22,19

2 Buruh tani 7086 15,87

3 Pengusaha kecil 2150 4,18

4 Buruh industri 3856 8,64

5 Buruh bangunan 8484 19,01

6 Pedagang 2765 6,19

7 Angkutan 496 1,11

8 PNS/TNI Polri 820 1,83

9 Lain- lain 9064 20,31

Jumlah 44.626 100%

Sumber : Monografi Kecamatan 2006

(42)

diimbangi juga dengan luas wilayah daerah penelitian yang sebagian besar adalah sawah dan tegalan.

2.5 Sarana Transportasi

Kelancaran transportasi dan komunikasi di suatu daerah tergantung pada sarana dan prasarana yang tersedia. Salah satu hal yang penting dalam pembangunan ekonomi adalah tersedianya prasarana transportasi jalan yang memadai. Prasarana jalan berfungsi untuk menghubungkan antar daerah dalam peredaran barang dan jasa.

Dengan adanya sarana transportasi diharapkan penduduk mampu menjangkau semua sarana dan prasarana seperti pelayanan pendidikan, kesehatan maupun ekonomi serta dapat menunjang berbagai kegiatan yang dilakukan penduduk pada wilayah tersebut. Sarana transportasi yang ada di Kecamatan Jatisrono dapat dilihat dalam Tabel 2.9 sebagai berikut :

Tabel 2.9 Sarana Transportasi di Kecamatan Jatisrono Tahun 2006 No Sarana transportasi Jumlah Persentase

1 Bus/mini bus 26 0,47

2 Sedan/station 380 6,92

3 Truk 14 0,25

4 Sepeda motor 3.789 69,09

5 Sepeda 1.275 23,24

Jumlah 5.484 100%

Sumber : Monografi Kecamatan 2006

(43)

2.6 Fasilitas Pelayanan Pendidikan

Kecamatan Jatisrono sampai pada tahun 2006 mempunyai fasilitas pendidikan diantaranya adalah 38 buah yang dimiliki oleh pemerintah (Sekolah Dasar Negeri), sedangkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) berjumlah 5 buah serta 1 buah gedung Sekolah Menegah Atas (SMA) dan 2 buah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sehingga sampai pada tahun 2006 jumlah keseluruhan fasilitas pendidikan yang ada di Kecamatan Jatisrono adalah 46 buah dengan rincian tersebut diatas. Adapun persebaran fasilitas pendidikan dikecamatan Jatisrono dapat dilihat dalam Tabel 2.10 sebagai berikut :

Tabel 2.10 Banyaknya Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Jatisrono Tahun 2006

SD SMP SMU/SMK Jumlah

Sumber : Monografi Kecamatan 2006

(44)

BAB III

ANALISIS SEBARAN FASILITAS PENDIDIKAN DASAR DI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI

3.1 Pola Sebaran Fasilitas Pendidikan Dasar di Kecamatan Jatisrono

Untuk mengetahui pola sebaran fasilitas pendidikan dasar di daerah penelitian maka digunakan analisis tetangga terdekat. Dalam penelitian ini fasilitas pendidikan dasar adalah gedung sekolah pendidikan dasar yang meliputi gedung Sekolah Dasar (SD) dan gedung Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).

Dalam analisis tetangga terdekat perlu diperhatikan langkah- langkah sebagai berikut :

- Penentuan batas wilayah yang akan diselidiki.

- Merubah pola persebaran objek dalam peta menjadi pola persebaran acak. - Memberikan nomor urut bagi tiap titik untuk mempermudah dalam

menganalisanya.

- Mengukur jarak yang terdekat yaitu jarak pada garis lurus antara satu titik dengan titik yang lain yang merupakan tetangga terdekatnya kemudian mencatat ukuran jarak tersebut.

- Menghitung besar parameter tetangga terdekat (T).

Untuk menghitung besar parameter tetangga terdekat maka digunakan rumus sebagai berikut :

jh ju

T? (Sumber : Bintarto dan Surastopo Hadi Sumarno, 1978).

T : Indeks penyebaran tetangga terdekat

Ju : Jarak rata-rata yang di ukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang terdekat

Jh : Jarak rata-rata yang di peroleh andaikata semua titik mempunyai pola random

2

1

? ?

(45)

? : Kepadatan titik dalam tiap Km² yaitu jumlah titik (N) dibagi dengan luas wilayah dalam Km² (A), sehingga menjadi

A N

Parameter tetangga terdekat mengukur kadar kemiripan pada titik terhadap pola random. Untuk memperoleh Ju digunakan dengan cara menjumlahkan semua jarak tetangga terdekat kemudian dibagi dengan jumlah titik yang ada.

Parameter tetangga terdekat (T) dapat ditunjukkan dengan rangkaian kesatuan (continuum) untuk mempermudah perbandingan antara pola titik, yaitu :

T = 0 : Untuk pola mengelompok T = 1 : Untuk pola acak

T = 2,15 : Untuk pola seragam

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui pola sebaran fasilitas pendidikan dasar digunakan data dan peta distribusi gedung sekolah pendidikan dasar di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri tahun 2006.

3.1.1 Pola Sebaran Gedung Sekolah Dasar (SD)

Di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri pada tahun 2006 terdapat 38 buah gedung Sekolah Dasar (SD) dimana semua gedung sekolah dasar tersebut merupakan gedung milik pemerintah. Hal ini berarti bahwa pada daerah penlitian tidak terdapat gedung sekolah dasar milik swasta.

Untuk mengetahui pola sebaran gedung sekolah dasar maka dalam penelitian ini digunakan peta distribusi gedung sekolah dasar skala 1 : 60.000. Hal ini berarti bahwa setiap jarak 1 cm di dalam peta mewakili jarak 60.000 cm atau 0,6 km dilapangan. Adapun distribusi gedung sekolah dasar (SD) didaerah penelitian dapat dilihat dalam Gambar 3.1 (Peta distribusi gedung sekolah dasar skala 1 : 60.000 di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Tahun 2006).

Dari Gambar peta 3.1 tersebut maka diketahui jarak antar gedung sekolah dasar dengan rincian sebagai berikut :

1. Jarak antar gedung sekolah dasar (SD)

(46)
(47)

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.2 dengan gedung no.3 adalah 2 cm di peta atau 1,2 km dilapangan.

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.3 dengan gedung no.4 adalah 1,8 cm di peta atau 1,08 km dilapangan.

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.4 dengan gedung no.5 adalah 2 cm di peta atau 1,2 km dilapangan.

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.5 dengan gedung no.6 adalah 1,7 cm di peta atau 1,02 km dilapangan.

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.6 dengan gedung no.7 adalah 1,7 cm di peta atau 1,02 km dilapangan.

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.7 dengan gedung no.8 adalah 0,8 cm di peta atau 0,48 km dilapangan.

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.8 dengan gedung no.9 adalah 2,2 cm di peta atau 1,32 km dilapangan.

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.9 dengan gedung no.10 adalah 1,5 cm di peta atau 0,9 km dilapangan.

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.10 dengan gedung no.11 adalah 3 cm di peta atau 1,8 km dilapangan.

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.11 dengan gedung no.12 adalah 1,5 cm di peta atau 0,8 km dilapangan.

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.12 dengan gedung no.13 adalah 2,3 cm di peta atau 1,38 km dilapangan.

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.13 dengan gedung no.14 adalah 2,2 cm di peta atau 1,32 km dilapangan.

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.14 dengan gedung no.15 adalah 2,5 cm di peta atau 1,5 km dilapangan.

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.15 dengan gedung no.16 adalah 1,3 cm di peta atau 0,78 km dilapangan.

(48)

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.17 dengan gedung no.18 adalah 2,6 cm di peta atau 1,56 km dilapangan

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.18 dengan gedung no.19 adalah 2,1 cm di peta atau 1,26 km dilapangan

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.19 dengan gedung no.20 adalah 3,5 cm di peta atau 2,1 km dilapangan

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.20 dengan gedung no.21 adalah 0,9 cm di peta atau 0,54 km dilapangan

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.21 dengan gedung no.22 adalah 1,4 cm di peta atau 0,84 km dilapangan

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.22 dengan gedung no.23 adalah 1,2 cm di peta atau 0,72 km dilapangan

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.23 dengan gedung no.24 adalah 0,3 cm di peta atau 0,18 km dilapangan

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.24 dengan gedung no.25 adalah 1,1 cm di peta atau 0,66 km dilapangan

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.25 dengan gedung no.26 adalah 1,9 cm di peta atau 1,14 km dilapangan

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.26 dengan gedung no.27 adalah 1,9 cm di peta atau 1,14 km dilapangan

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.27 dengan gedung no.28 adalah 0,8 cm di peta atau 0,48 km dilapangan

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.28 dengan gedung no.29 adalah 1,8 cm di peta atau 1,08 km dilapangan

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.29 dengan gedung no.30 adalah 2,1 cm di peta atau 1,26 km dilapangan

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.30 dengan gedung no.31 adalah 1,3 cm di peta atau 0,78 km dilapangan

(49)

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.32 dengan gedung no.33 adalah 2 cm di peta atau 1,2 km dilapangan

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.33 dengan gedung no.34 adalah 2 cm di peta atau 1,2 km dilapangan

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.34 dengan gedung no.35 adalah 2,1 cm di peta atau 1,26 km dilapangan

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.35 dengan gedung no.36 adalah 2,2 cm di peta atau 1,32 km dilapangan

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.36 dengan gedung no.37 adalah 4 cm di peta atau 2,4 km dilapangan

- Jarak gedung Sekolah Dasar no.37 dengan gedung no.38 adalah 0,9 cm di peta atau 0,54 km dilapangan

38

2. Luas wilayah keseluruhan Kecamatan Jatisrono adalah 5.002,736 ha atau 50,027 km2 (A)

Jumlah semua gedung Sekolah Dasar (SD) ada 38 titik (N), maka :

A

(50)

dimana T=1 sendiri menunjukkan bahwa pola sebaran obyek adalah acak (random).

Pola acak (random) untuk persebaran fasilitas pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada daerah penelitian disebabkan karena fasilitas pendidikan Sekolah Dasar (SD) disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan fasilitas pendidikan dan kepadatan penduduk pada setiap masing- masing derah, dimana daerah yang jumlah penduduk yang rendah akan berbeda jumlah fasilitas yang disediakan jika dibandingkan dengan daerah yang mempunyai jumlah penduduk yang tinggi. 3.1.2 Pola Sebaran Gedung Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)

Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wongiri memiliki 5 buah gedung SLTP dengan rincian 4 buah SLTP Negeri dan 1 buah SLTP Swasta. Untuk mengetahui pola sebaran gedung Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) maka dalam penelitian ini digunakan peta distribusi gedung Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) skala 1 : 60.000. Adapun distribusi gedung Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) didaerah penelitian dapat dilihat dalam Gambar 3.2 (Peta distribusi gedung Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) skala 1 : 60.000 di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Tahun 2006).

Dari Gambar peta 3.1 tersebut maka diketahui jarak antar gedung Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dengan rincian sebagai berikut :

1. Jarak antar gedung Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)

- Jarak gedung SLTP no.1 dengan gedung no.2 adalah 4,5 cm di peta atau 2,7 km dilapangan

- Jarak gedung SLTP no.2 dengan gedung no.3 adalah 3,8 cm di peta atau 2,28 km dilapangan

- Jarak gedung SLTP no.3 dengan gedung no.4 adalah 1 cm di peta atau 0,6 km dilapangan

- Jarak gedung SLTP no.4 dengan gedung no.5 adalah 7,8 cm di peta atau 4,68 km dilapangan

5 26 , 10

?

ju

(51)
(52)

2. Luas wilayah keseluruhan Kecamatan Jatisrono adalah 5.002,736 ha atau 50,027 km2 (A)

Jumlah semua gedung Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) ada 5 titik (N), maka :

Dengan demikian pola sebaran gedung Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri mempunyai pola persebaran acak (random) hal ini dikarenakan nilai T = 1,288 dimana nilai tersebut masih mendekati angka 1, dimana T=1 sendiri menunjukkan bahwa pola sebaran obyek adalah acak (random).

Sehingga dari uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa pola sebaran fasilitas sekolah di Kecamatan Jatisrono mempunyai pola acak (Random) sehingga hipotesa pertama yang menyatakan sebaran fasilitas sekolah di Kecamatan Jatisrono berpola mengelompok (clustered) tidak terbukti.

Persebaran fasilitas pendidikan akan sangat di pengaruhi oleh kebutuhan penduduk usia sekolah. Apabila suatu wilayah mempunyai jumlah penduduk usia sekolah merata di setiap daerah maka persebaran fasilitas pendidikan tidak akan mempunyai pola mengelompok (clustered) atau berpusat pada satu wilayah. Adanya pola acak (random) untuk fasilitas pendidikan di daerah penelitian membuktikan bahwa tingkat kebutuhan fasilitas pendidikan tersebar merata pada setiap desa di daerah penelitian.

3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sebaran Fasilitas Pendidikan Dasar di Kecamatan Jatisrono

3.2.1 Faktor Aksesibilitas

(53)

daerah maka akan memudahkan hubungan suatu daerah dengan daerah lainnya. Keadaan sarana dan prasarana yang mungkin ditingkatkan dan dilajutkan pembangunanya adalah jalan. Dalam penelitian ini variabel aksesibilitas sebaran fasilitas pendidikan dasar di Kecamatan Jatisrono ditentukan oleh indikator jarak antara gedung sekolah dengan jalan raya (Jalan Kabupaten) gambar 3.3

Berdasarkan acuan dari variabel aksesibilitas tersebut maka didapatkan skor aksesibilitas masing- masing gedung sekolah dasar (SD). Adapun uraian tingkat aksesibilitas untuk gedung Sekolah Dasar di Kecamatan Jatisrono dapat dilihat dalam Tabel 3.1 sebagai berikut :

Tabel 3.1 Skor Aksesibilitas Gedung-gedung Sekolah Dasar (SD) Berdasarkan Jarak Antara Gedung Sekolah dengan Jalan Raya di Kecamatan Jatisrono No Nama sekolah Lokasi sekolah Jarak sekolah dengan

jalan raya (km)

(54)
(55)

Dari Tabel 3.1 dapat diketahui bahwa lokasi sekolah yang mempunyai aksesibilitas tinggi adalah : Untuk lokasi sekolah dasar dengan nilai aksesibilitas sedang adalah : SDN 2 Gondangsari, SDN 1 Tasikharjo, SDN 1 Sumberejo dan SDN 1 Jatisari, sedangkan SDN 2 Tasikharjo mempunyai kelas aksesibilitas paling rendah sedangkan sisanya mempunyai kelas aksesibilitas tinggi. Rendahnya nilai aksesibilitas pada SDN 2 Tasikharjo berpengaruh terhadap jumlah murid yang ada ya itu hanya sebanyak 128 siswa ( Tabel 3.7).

Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa aksesibilitas pada daerah penelitian tidak berpengaruh terhadap sebaran fasilitas pendidikan hal ini dikarenakan hampir semua lokasi SD di daerah penelitian mempunyai kelas aksesibilitas yang tinggi (skor 3)

Nilai aksesibilitas lokasi sekolah diperoleh dengan cara mengukur jarak lokasi sekolah dengan jala raya. Semakin dekat lokasi suatu sekolah maka semakin tinggi nilai aksesibilitasnya. Untuk mempermudah analisa maka pengskoringan aksesibilitas untuk setiap lokasi sekolah dilakukan dengan cara mengurangi nilai aksesibilitas tertinggi dengan nilai aksesibilitas terendah kemudian dibagi menjadi 3 kelas yaitu : Kelas aksesibilitas tinggi (Skor 3), kelas aksesibilitas sedang (Skor 2) dan kelas aksesibilitas rendah (Skor 1). Dari Tabel 3.1 didapatkan nilai kelas aksesibilitas dengan perhitungan sebagai berikut :

diinginkan

Maka kelas aksesibilitasnya adalah : 0,06 – 0,92 : kelas tinggi (skor 3) 0,93 – 1,79 : kelas sedang (skor 2) 1,80 – 2,64 : kelas rendah (skor 1)

(56)

Tabel 3.2 Skor Aksesibilitas Gedung-gedung Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Berdasarkan Jarak Antara Gedung Sekolah dengan Jalan Raya (Jalan Kabupaten) di Kecamatan Jatisrono

No Nama sekolah Lokasi sekolah Jarak sekolah dengan jalan raya

Sumber : Data Sekunder, 2006

Dari Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 dapat diketahui bahwa skoring aksesibilitas pada masing- masing sekolah diperoleh dengan menghitung jarak sekolah terjauh dikurangi jarak terendah kemudian dibagi menjadi 3 kelas, yaitu :

a) Kelas aksesibilitas tinggi : Skor 3 b) Kelas aksesibilitas sedang : Skor 2 c) Kelas aksesibilitas rendah : Skor 1

Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa nilai lokasi sekolah yang mempunyai aksesibilitas tinggi adalah lokasi sekolah SMPN 2 Jatisrono dengan jarak sekolah dengan jalan raya sejauh 0,06 km sedangkan lokasi sekolah dengan aksesibilitas rendah yaitu SMPN 3 Jatisrono dengan jarak sekolah dengan jalan raya sejauh 1,8 km. Hal ini berpengaruh terhadap menentukan pilihan sekolah bagi murid dan orang tua karena lokasi sekolah yang mempunyai aksesibilitas tinggi akan mempermudah siswa dalam mencapai lokasi sekolah.

Pengaruh nilai aksesibilitas terhadap sebaran fasilitas pendidikan dasar pada daerah penelitian dapat disimpulkan dalam Tabel 3.3 sebagai berikut :

(57)
(58)

Dari Tabel 3.3 dapat diketahui bahwa daerah yang memiliki nilai aksesibilitas tinggi mempunyai sebaran fasilitas pendidikan dasar sebanyak 37 buah fasilitas (86,04%), sedangkan untuk aksesibilitas sedang sebanyak 4 buah fasilitas (9,30%) dan aksesibilitas rendah sebanyak 2 buah fasilitas (4,65%). Sehingga hipotesa kedua yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi sebaran fasilitas pendidikan dasar di Kecamatan Jatisrono adalah faktor aksesibilitas terbukti.

3.2.2 Faktor Ketersediaan Fasilitas Pelayanan Pendidikan

Ketersediaan fasilitas pendidikan pada suatu wilayah sangat berpengaruh terhadap tingkat pelayanan dari fasilitas pendidikan tersebut, semakin banyak fasilitas yang tersedia maka tingkat pelayanan dari fasilitas tersebut akan semakin tinggi. Dalam penelitian ini fasilitas pendidikan dasar pada daerah penelitian dapat dihitung dengan mengetahui jumlah dari fasilitas yang tersedia. Adapun fasilitas pendidikan yang dimaksud adalah : jumlah sekolah, jumlah kelas serta jumlah guru. Adapun jumlah fasilitas pelayanan pendidikan pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Jatisrono dapat dilihat dalam Tabel 3.4 sebagai berikut :

Tabel 3.4 Jumlah Fasilitas Pelayanan Pendidikan Pada Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Jatisrono

Fasilitas pendidikan Skor No Desa/Kelurahan

(59)

Dari Tabel 3.4 dapat diketahui bahwa jumlah keseluruhan masing- masing fasilitas pendidikan Sekolah Dasar di Kecamatan Jatisrono adalah 38 buah sekolah, 261 kelas dan 268 guru. Fasilitas paling banyak terdapat di desa/kelurahan Gunungsari, Jatisari, Pandeyan dan Jatisrono. Tingginya fasilitas untuk keempat kelurahan tersebut lebih disebabkan letak dari keempat kelurahan tersebut yang mempunyai lokasi yang berdekatan pada pusat pemerintahan dibandingkan dengan kelurahan yang lain. Rata-rata fasilitas pendidikan di Kecamatan Jatisrono untuk jumlah sekolah 2 buah sekolah/kelurahan, 15 kelas/kelurahan dan 15 guru/kelurahan. Sehingga dari hasil perhitungan dapat dikatakan bahwa fasilitas pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar (SD) termasuk dalam kategori sedang.

Sedangkan klasifikasi penentuan klasifikasi, skor dan kategori jumlah fasilitas pelayanan pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Jatisrono tahun 2006 adalah sebagai berikut :

Tabel 3.5 Penentuan Klas, Skor dan Kategori Jumlah Fasilitas Pelayanan Pendidikan Jenjang Sekolah Dasar di Kecamatan Jatisrono Tahun 2006

No Fasilitas Klasifikasi Skor Kategori Rerata klasifikasi < 4

4 – 6

Sumber : Hasil Perhitungan Data Tabel 3.2

(60)

jenjang sekolah dasar, akan tetapi ketersediaan fasilitas pelayanan pendidikan yang ada tergantung dari jumlah kebutuhan masyarakat. Dimana semakin tinggi kebutuhan masyrakat akan suatu fasilitas maka tingkat ketersediaannya akan semakin tinggi. Sedangkan jumlah fasilitas pelayanan pendidikan untuk jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di Kecamatan Jatisrono dapat diuraikan dalam Tabel 3.6 sebagai berikut :

Tabel 3.6 Jumlah Fasilitas Pelayanan Pendidikan untuk Jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di Kecamatan Jatisrono

Fasilitas pendidikan Skor No Desa/kelurahan

Sekolah Kelas Guru Sekolah Kelas Guru Jumlah

Sumber : Jatisrono Dalam Angka dan Kantor Diknas Jatisrono Tahun 2006

Sedangkan klasifikasi penentuan klasifikasi, skor dan kategori jumlah fasilitas pelayanan pendidikan pada jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di Kecamatan Jatisrono tahun 2006 adalah sebagai berikut :

Tabel 3.7 Penentuan Klas, Skor dan Kategori Jumlah Fasilitas Pelayanan Pendidikan Jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di Kecamatan

Jatisrono Tahun 2006

Rerata klasifikasi < 4

4 – 6

Sumber : Hasil Perhitungan Data

(61)

fasilitas pelayanan pendidikan paling tinggi dibandingkan dengan kelurahan yang lain yaitu sebanyak 2 sekolah, 23 kelas dan 70 orang guru. Dari jumlah fasilitas pelayanan pendidikan pada jenjang pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama diperoleh bahwa Kecamatan Jatisrono memiliki kategori sedang untuk jumlah ketersediaan fasilitas pelayanan pendidikan SLTP, akan tetapi hal ini masih bersifat umum karena dalam penelitian ini tingkat kebutuhan masyarakat setempat untuk fasilitas pendidikan diabaikan.

3.2.3 Faktor Kecenderungan Penduduk dalam Memanfaatkan Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Jatisrono

Dalam memanfaatkan fasilitas pendidikan masyarakat cenderung memilih diluar tempat tinggal mereka dengan jarak yang lebih dekat dibandingkan yang ada di wilayah sendiri. Gambaran akan kecenderungan ini dilakukan dengan cara membandingkan antara besarnya penduduk yang memanfaatkan fasilitas pendidikan di desa/kelurahan setempat dengan di luar desa/kelurahan yang tertampung dalam setiap sekolah dasar ataupun sekolah lanjutan tingkat pertama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 3.8 sebagai berikut :

3.2.4 Faktor Kualitas Sekolah

Kualitas seolah sangat berpengaruh terhadap kualitas SDM yang dihasilkan. Suatu sekolah dengan kualitas yang baik tentu akan berbeda metode pembelajaran yang diberikan jika dibandingkan dengan sekolah yang mempunyai kualitas yang rendah. Sebagai akibat dengan adanya cara metode pembelajaran yang efektif maka nilai kelulusan murid pada UAN akan semakin tinggi sesuai dengan nilai minimal kelulusan.

Gambar

Gambar 1.1 Jenis Pola Penyebaran......................................................................7
Tabel 1.1 Jumlah Gedung Sekolah, Jumlah Murid dan Jumlah Penduduk
Gambar 1.1 Jenis Pola Penyebaran
Gambar 1.2 Continuum Nilai Parameter Tetangga Terdekat (T)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tidak terdapatnya hubungan antara perilaku hygiene dan sanitasi pedagang pentol dengan cemaran mikroba disebabkan factor lain, yaitu area tempat berjualan

Setelah t-butil eugenol dapat disintesis dari eugenol dengan t-butil klorida menggunakan katalis Aluminium klorida, serta diketahui suhu pemanasan paling optimal dalam reaksi

Hasil pemotongan fragmen DNA gen protein selubung RTBV dengan enzim EcoR V, Nsi I, dan Pst I (Gambar 4a, 4b, dan 4c) menunjukkan isolat Sidrap dan Mamuju terpotong dengan pola

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti, yaitu pengaruh kecepatan pengadukan dan perbandingan molar reaktan serta kinetika reaksi penyisihan fosfat dengan

Dalam kontek AF, jenis-jenis pohon pionir, cepat tumbuh dan tahan terhadap kekeringan biasanya mempunyai karakteristik yang berlawanan dalam hal bentuk tajuk dan

Anomali rendah di sebelah tengah berada pada topografi tinggi yang merupakan daerah perbukitan yang merupakan puncak dari gunung Poco Ranakah, Poco Manggung, Poco Mandasawu dan

Penelitian ini berhasil membuktikan adanya pengaruh antara kepercayaan diri dan motivasi berprestasi secara bersama- sama terhadap prestasi belajar, yang berarti

Penelitian ini akan bermanfaatbagi investor yanghendak berinvestasikhususnya pada pasar modal diharapkan lebih memperhatikan kedua variabel ini yaitu meliputi pergerakan nilai