• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGENDALIAN BANJIR SUNGAI BATANG KAPAS KECAMATAN BATANG KAPAS KABUPATEN PESISIR SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGENDALIAN BANJIR SUNGAI BATANG KAPAS KECAMATAN BATANG KAPAS KABUPATEN PESISIR SELATAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGENDALIAN BANJIR SUNGAI BATANG KAPAS KECAMATAN

BATANG KAPAS KABUPATEN PESISIR SELATAN

Romi Dwi Putra, Hendri Warman, Lusi Utama

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta Padang E-mail : dwiputra91.rdp@gmail.com, warman_hendri@yahoo.com,

lusi_utamaindo115@yahoo.co.id

Abstrak

Sungai Batang Kapas yang berada di Kecamatan Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan ini sering terjadi banjir. Hal ini di sebabkan karena kondisi sungai Batang Kapas saat ini sudah banyak penyempitan dan pendangkalan, oleh karna itu sungai Batang Kapas tidak mampu lagi menampung debit air maksimum. Untuk itu perlu dilakukan normalisasi sungai Batang Kapas dengan merencanakan dimensi penampang. Dalam merencanakan dimensi penampang ini menggunakan data curah hujan tahunan dari tahun 2004 sampai 2013, yang di dapat dari stasiun Batang Kapas dan stasiun Surantiah. Dengan menggunakan metoda Aljabar maka di dapat curah hujan rata-rata = 144,60 mm. Dalam perhitungan curah hujan rencana 5 tahun menggunakan metoda Gumbel maka di dapat Q5= 209,55 m³/detik. Perhitungan debit banjir rencana 5 tahun menggunakan metoda Hasper Q5= 382,65 m³/detik. Perencanaan dimensi penampang dari debit 5 tahun di rencanakan penampang berbentuk trapesium dengan lebar penampang B= 25 m dan di dapat tinggi penampang dengan cara Trial and Error maka di dapat H= 3,80 m.

Kata kunci : sungai, banjir, normalisasi, penampang.

Pembimbing I

Ir. Hendri Warman, MSCE

Pembimbing II

(2)

2

THE NORMALIZATIONOF BATANG ANAI IN NAGARISUNGAI

BULUHKECAMATAN BATANG ANAIKABUPATEN PADANG

PARIAMANWEST SUMATRA

Muhammad Ridho Al Rasyid, Ir. H. Indra Farni, M.T., Ir. Lusi Utama, M.T.

Department of Civil Engineering, Faculty of Civil Engineering and Planning, University of Bung Hatta Padang

E-mail :ridho_interisti29@yahoo.co.id,

indrafarni@yahoo.com,lusi_utamaindo115@yahoo.co.id

Abstract

The poor condition of the morphology in Batang Anai is threatening residents, agricultural land and public facilities around Batang Anai. This circumstance is caused by the changingof the land use in the upstream of river. Thus, Batang Anai river is not able to retain the discharge of water occurred when high rainfall. The Sedimentation factors also influence the condition of the river, sediments coming from upstream will gradually accumulate. It can also head of the flow rate and that can cause flooding. It is necessary for normalization in downstream of Batang Anai,The normalization is planning of dimension channel and analyze of sedimentation. In planning the used rainfall data from 1993 - 2012. Rainfall istaken from the Kasang Station,LubukNapar station, andParaman Talang station. The Thiessen methods used is for the analyze of average rainfall andThe Log pearson III methods with R20 = 263.512 mmused is for the analyze of return period. Flood discharge analyze method is used melchior with Q20 = 1085.019 m3 / sec. The planned channel of the river is a square double bottom constructionsby considering factors behind the sedimentation and back water.

Keywords: River, Flood, Normalization, Sedimentation, Back Water

Supervisor I

Ir. H. Indra Farni, M.T.

Supervisor II

(3)

3

PENGENDALIAN BANJIR SUNGAI BATANG KAPAS KECAMATAN

BATANG KAPAS KABUPATEN PESISIR SELATAN

Romi Dwi Putra, Hendri Warman, Lusi Utama

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta Padang E-mail : dwiputra91.rdp@gmail.com, warman_hendri@yahoo.com,

lusi_utamaindo115@yahoo.co.id

Abstrak

Sungai Batang Kapas yang berada di Kecamatan Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan ini sering terjadi banjir. Hal ini di sebabkan karena kondisi sungai Batang Kapas saat ini sudah banyak penyempitan dan pendangkalan, oleh karna itu sungai Batang Kapas tidak mampu lagi menampung debit air maksimum. Untuk itu perlu dilakukan normalisasi sungai Batang Kapas dengan merencanakan dimensi penampang. Dalam merencanakan dimensi penampang ini menggunakan data curah hujan tahunan dari tahun 2004 sampai 2013, yang di dapat dari stasiun Batang Kapas dan stasiun Surantiah. Dengan menggunakan metoda Aljabar maka di dapat curah hujan rata-rata = 144,60 mm. Dalam perhitungan curah hujan rencana 5 tahun menggunakan metoda Gumbel maka di dapat Q5= 209,55 m³/detik. Perhitungan debit banjir rencana 5 tahun menggunakan metoda Hasper Q5= 382,65 m³/detik. Perencanaan dimensi penampang dari debit 5 tahun di rencanakan penampang berbentuk trapesium dengan lebar penampang B= 25 m dan di dapat tinggi penampang dengan cara Trial and Error maka di dapat H= 3,80 m.

Kata kunci : sungai, banjir, normalisasi, penampang.

1. PENDAHULUAN

Batang Kapas adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Indonesia, dan beribu Kecamatan Pasar Kuok. Luas wilayah Kecamatan Batang Kapas sebesar 359,07 km² atau 6,24% dari luas Kabupaten Pesisir Selatan. Topografi daerahnya datar dan berbukit - bukit sebagai perpanjangan dari Bukit Barisan dengan tinggi permukaan laut 2 - 25 meter. Luas kawasan hutan

mencapai 59,51% dari luas wilayah, lahan budidaya pertanian sebesar 22,5% dan perumahan / pemukiman sebesar 9,74% dan sisanya 8,25% terdiri dari rawa - rawa dan alang - alang.

Batang Kapas merupakan salah satu dari 12 Kecamatan yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan yang terletak hampir dipertengahan, berbatas dengan Kecamatan IV Jurai Painan di sebelah

(4)

4 utara dan dengan Kecamatan Sutera di

sebelah selatan.

Di daerah Pesisir Selatan ini banyak terdapat sungai salah satu nya Sungai Batang Kapas yang berlokasi di Kecamatan Batang Kapas. Kondisi sungai saat ini sudah banyak penyempitan dan pendangkalan. Pada musim hujan dengan intensitas yang tinggi akan menyebabkan banjir di sekitar pemukiman.

Banjir merupakan peristiwa alam yang tidak bisa di cegah namun bisa di kendalikan. Secara umum banjir di sebabkan kurangnya resapan air di daerah hulu, sementara curah hujan cukup tinggi, sehingga menyebabkan aliran permukaan (Run Off) yang besar sementara performa sungai yang ada tidak mampu menampungnya. Jika banjir tidak dapat di kendalikan, tentu saja dapat menghambat aktifitas manusia dan menimbulkan banyak kerugian seperti hilangnya harta benda, lumpuhnya infrastruktur, bahkan bisa merenggut korban jiwa.

Gambar: Sekolah yang Terkena Banjir

Hal ini di sebabkan karena sungai batang kapas tidak mampu lagi menampung debit air akibat hujan, untuk itu perlu di lakukan pengendalian banjir di Batang Kapas.

Dengan terjadinya bencana banjir akibat luapan air sungai Batang Kapas perlu di lakukan perbaikan “Pengendalian Banjir Sungai Batang

Kapas kecamatan Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan" untuk

mencegah terjadi nya luapan air sungai batang kapas jika terjadi hujan yang cukup deras dengan durasi waktu yang cukup lama.

2. METODOLOGI

Metodologi penulisan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam penulisa. Data dan informasi dalam penulisan tugas akhir ini di peroleh melalui beberapa metoda diantaranya: a. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka mengumpulkan referensi dan bahan untuk mendapatkan teori dan analisa hidrologi yang bersangkutan dengan penulisan tugas akhir ini.

b. Pengumpulan Data

Data yang di butuhkan dalam penulisan tugas akhir ini adalah peta topografi, data sungai dan data curah hujan. Data yang di butuhkan dalam penulisan tugas akhir ini di peroleh

(5)

5 dari Dinas Pengelolaan Sumber Daya

Air (PSDA) Kota Padang. c. Analisa dan Perhitungan

Berdasarkan data yang di peroleh maka di lakukan perhitungan analisa curah hujan,curah hujan rata-rata ,curah hujan rencana, analisa debit banjir rencana dan perencanaan di mensi penampang sungai.

3. NORMALISASI SUNGAI

Normalisasi sungai merupakan suatu usaha untuk memperbaiki pengaliran sungai, yang bertujuan untuk melewatkan debit banjir rencana secara aman dengan jalan mengecek kapasitas sungai.

Di dalam penanganan banjir ini dengan cara normalisasi yang di lakukan pada penampang sungai yang kapasitas nya sudah tidak mampu lagi menampung debit banjir. Perhitungan penampang disesuaikan dengan debit banjir rencana atau Qdesain yang kemudian dapat ditemukan dimensi penampang desain yang mampu menampung debit banjir rencana. Dimensi saluran yang akan ditentukan adalah lebar, tinggi penampang basah, kemiringan, dan tinggi jagaan.

3.1. Daerah Aliran Sungai (DAS)

DAS adalah suatu wilayah daratan yang secara topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung,

yang menampung dan menyimpan air

hujan untuk kemudian

menyalurkannya ke laut melalui sungai utama. Daerah tersebut dinamakan daerah tangkapan air hujan atau dinamakan cathment area.

Umumnya DAS yang semakin luas mencerminkan sungai yang semakin besar. DAS dapat dibagi menjadi daerah hulu, tengah dan hilir. Secara biogeofisik, daerah hulu dicirikan sebagai daerah konservasi dengan kemiringan besar, memiliki vegetasi berupa hutan, merupakan sumber erosi karena alur sungai melalui daerah pegunungan dan mempunyai kecepatan aliran yang lebih besar dari pada bagian hilir. Bagian tengah merupakan peralihan antara bagian hulu dan hilir, kemiringan sungai lebih landai sehingga kecepatan aliran relatif kecil.

3.2. Analisa Hidrologi

Data hidrologi adalah kumpulan keterangan atau fakta mengenai fenomena hidrologi, seperti besarnya : curah hujan, debit sungai, tinggi muka air sungai, kecepatan aliran, konsentrasi sedimen sungai dan lain - lain akan selalu berubah terhadap waktu.

Air merupakan sumber daya alam yang jumlahnya tetap dari waktu ke

(6)

6 waktu di bumi ini. Hanya saja

wujudnya yang berubah-ubah, ada yang berbentuk gas, cair dan padat. Perubahan wujud ini mengalami suatu siklus melalui serangkaian peristiwa yang berlangsung secara terus-menerus, sesuai dengan kesetimbangan alam yang disebut dengan siklus hidrologi. Siklus hidrologi merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi mulai dari air saat jatuh ke bumi hingga menguap keudara hingga kemudian jatuh kembali kebumi.

Proses siklus hidrologi adalah sebagai berikut :air permukaan dan tanaman mengalami penguapan (evaporasidan transpirasi) akibat penyinaran matahari dan menjadi awan. Awan membentuk butiran-butiran air dan menjadi hujan (presipitasi). Air hujan mengalir dipermukaan (run off) dan limpasan permukaan langsung kesungai atau danau. Sebagian hujan jatuh ketanaman (intersepsi). Hujan sebagian masuk kedalam tanah (infiltrasi) dan membentuk aliran (perkolasi) yang menuju sungai dan laut.

Gambar Siklus Hidrologi

4. TINJAUAN PUSTAKA

4.1. Analisa Curah Hujan Rata-Rata

Data yang di gunakan dalam analisa curah hujan rata-rata ini di ambil dari data curah hujan maksimum tahunan.

Di dalam penulisan tugas akhir ini penulis menggunakan dalam analisa curah hujan rata dengan meroda Aljabar. Karna merupakan metoda yang paling sederhana dalam perhitungan curah hujan kawasan. Cara ini cocok untuk kawasan topografi rata atau datar.

a) Metoda Rata-rata Aljabar Rumus : n Rn R R R 1  2 ... Dimana :

R= Tinggi curah hujan rata-rata (mm)

Rn

R

R

1

2

...

= Curah hujan di tiap-tiap pengamatan (mm)

n = Banyaknya stasiun curah

hujan

4.2. Analisa Curah Hujan Rencana

Analisa hujan rencana dapat diperhitungkan untuk periode ulang 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, 20 tahun, 25 tahun,50 tahun dan 100 tahunan.

Dalam perhitungan curah hujan rencana ini di pakai beberapa metoda seperti metoda Gumbel dan metoda Normal.

(7)

7

a. Metode Gumbel

Dalam metoda Gumbel ini yang harus tersedia adalah curah hujan tahunan. Metode distribusi Gumbel ini disebut juga dengan metode distribusi ekstrim. Umumnya digunakan untuk analisa data maksimum. Adapun persamaan yang digunakan adalah :

R = Sx Sn Yn Yt R   Sx = 1 ) ( 2  

n R R Dimana :

R = Hujan dengan return periode T (mm)

̅ = Curah hujan maksimum rata-rata (mm)

n = Banyak data tahun pengamatan Sx = Standart deviasi

Yn=Reduced mean (hubungan dengan banyak data, n)

YT =Reduced variate (hubungan dengan return Period, t)

Sn=Reduced standar deviation (hubungan dengan banyaknya data, n). NilaiYT, Yn dan Sn telah ditetapkan dalam tabel (lampiran).

b. Metoda Normal

Distribusi normal atau kurva normal disebut juga distribusi Gauss. Rumus yang dipakai pada distribusi normal adalah : S K X XT   T. Dimana :

XT = curah hujan kala ulang T-tahun (mm)

̅= nilai rata-rata hitung variat S=Standar Deviasi

Standar deviasi di hitung dengan menggunakan rumus :

1 1 2   

n X X S n i i Dimana :

̅ = Curah hujan maksimum harian rata-rata

Xi = Curah Hujan ke- i

n = Banyak data tahun pengamatan

4.3 Penentuan Jenis Distribusi

Untuk menentukan distribusi keselarasan sebaran yang di gunakan adalah :

4.3.1 Uji Keselarasan Smirnov

Kolmogorof.

Dalam uji keselarasan smirnov kolmogorof ini rumus yang di gunakan yaitu :

α =

Urutkan dari besar ke kecil atau sebaliknya dan tentukan besarnya nilai masing-masing peluang dari hasil penggambaran grafis data (persamaan distribusinya) :

(8)

8 X1 P’(X1) Xm P’(Xm)

X2 P’(X2) Xn P’(Xn)

4.4 Analisa Debit Banjir Rencana

Analisa debit banjir yang dilakukan dengan periode ulang 2,5,10,20,50, dan 100 tahun. Proses perhitungan debit banjir dimulai dengan pengumpulan data hujan dan topografi.

Dalam perhitungan debit banjir rencana metoda yang di pakai yaitu:

4.4.1 Metoda Hasper

Pada perhitungan debit banjir rencana metode Hasper, tinggi hujan yang diperhitungkan adalah tinggi curah hujan pada titik pengamatan. Metode ini digunakan untuk luas DAS > 50 km2, dengan persamaan dasarnya adalah :

Q = α . β . f . q dengan :

Q = debit banjir rencana untuk periode ulang T tahun (m3/dtk)

= Koefisien aliran = Koefisien reduksi

q= Hujan maksimum ( m3 / dtk / km2 ) F = Luas daerah pengaliran (km2)

4.5 Perencanaan Dimensi Saluran

Dalam merencanakan dimensi saluran sungai dipengaruhi oleh besarnya debit yang dialirkan, kemiringan dasar saluran dan

kekasaran saluran, dan lain - lain. Semua ini dilakukan agar diperoleh saluran sungai yang efektif dan efisien.

4.6 Kemiringan Saluran

Kemiringan memanjang dasar saluran biasanya diatur dengan keadaan tinggi topografi dan tinggi energi yang diperlukan untuk mengalirkan air.Dalam berbagai hal, kemiringan ini dapat pula bergantung pada kegunaan saluran.

4.7 Kapasitas Pengaliran

Dalam perencanaan saluran, periode ulang yang digunakan tergantung fungsi saluran serta daerah tangkap hujan yang dikeringkan. Penentuan periode ulang juga didasarkan dengan pertimbngan-pertimbangan ekonomis.

Perhitungan analisa debit banjir Batang Kapas ini direncanakan dengan periode ulang 2 tahunan, 5 tahunan, 10 tahunan, 25 tahunan, 50 tahunan, 100 tahunan.

4.8 Kapasitas Saluran

Perhitungan kecepatan rata-rata dengan menggunakan rumus Manning adalah sebagai berikut :

Penampang Saluran Persegi : Q = A x V

A = b x h P =b + 2.h

(9)

9 R =

V = ⁄ ⁄ Dimana :

Q = Debit ( m3/dt )

V = Kecepatan Aliran rata-rata ( m/dt )

n = Koefisien kekasaran Manning P = Keliling Basah ( m)

m = Talud

A = Luas keliling basah ( m2 ) R = Jari-jari Hidrolis ( m ) I = Kemiringan saluran

4.9 Koefisien Kekasaran Manning

Faktor-faktor yang memiliki pengaruh besar terhadap koefisien Manning antara lain :

a. Kekasaran Permukaan b. Ketidakteraturan Saluran c. Trase Saluran

d. Pengendapan Pengerusan e. Taraf air dan Debit

5. KONDISI UMUM KAWASAN 5.1 Letak Geografis

Secara geografis, sungai batang kapas terletak pada Kabupaten Pesisir Selatan. Luas daerah Pesisir Selatan ± 5.794,95 Km² atau 13,70 persen dari luas total wilayah Provinsi Sumatera Barat,yang terletak antara 0°59’2°28,6’ Lintang Selatan dan 100°19’ -101°18’ Bujur Timur yang memanjang

dari Utara ke Selatan dengan panjang garis pantai 234 Km.

Posisi geografis daerah ini, sebelah Utara berbatasan dengan Kota Padang, sebelah Selatan dengan Kabupaten Muko-Muko (Provinsi Bengkulu), sebelah Timur dengan Kabupaten Solok, Solok Selatan dan Kerinci (Provinsi Jambi) dan sebelah Barat dengan Samudera Indonesia.

Berdasarkan geografisnya, Kabupaten Pesisir Selatan berada pada bagian barat pantai Sumatera, maka daerah ini tergolong beriklim tropis dengan suhu udara dan kelembaban yang tinggi. Ketinggian permukaan daratan sangat bervariasi yakni berada pada dataran rendah kecuali Kecamatan IV Nagari Bayang Utara yang hampir seluruh daerahnya berada di dataran tinggi . Namum dalam tahun-tahun terakhir ini, keadaan musim kadang tidak menentu, pada bulan-bulan yang seharusnya musim kemarau terjadi hujan atau sebaliknya. Kondisi iklim berdasarkan curah hujan tahunan rata-rata 299,6mm/tahun. Puncak curah hujan maksimum terjadi sekitar bulan Januari dan Desember. Sedangkan curah hujan minimum terjadi pada bulan Mei.

(10)

10

5.2 Topografis

Kondisi topografi wilayah memiliki

keberagaman kemiringan lereng berkisar antara 0-40% dan > 40%. Klasifikasi Kemiringan lereng untuk wilayah Kabupaten Pesisir Selatan meliputi :

1. Kemiringan 0 – 2% yang merupakan kemiringan datar, terdapat di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan, dengan luas 181.654 Ha(31,59%). 2. Kemiringan 2 – 15% yang

merupakan kemiringan agak landai, terdapat dikecamatan Lunang Silaut, Kecamatan Basa IV Balai Tapan, Kecamatan Pacung Soal, Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kecamatan Sutera, Kecamatan Batang Kapas, dan Kecamatan Koto XI Tarusan, dengan luas 5.102 Ha (0,89%). 3. Kemiringan 15 – 25% yang

merupakan kemiringan Landai terdapat di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaen Pesisir Selatan, dengan luas 24.562 Ha (4,27%). 4. Kemiringan 25 – 40% yang

merupakan kemiringan agak curam terdapat di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaen Pesisir Selatan, dengan luas 59.436 Ha (10,34%).

5. Kemiringan > 40% yang merupakan kemiringan curam terdapat di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan, dengan luas 304.235 Ha (52,91%).

5.3 Administratif

Luas wilayah Kecamatan Batang Kapas sebesar 359,07 km² atau 6,24% dari luas Kabupaten Pesisir Selatan.

Stasiun yang di gunakan dalam perhitungan ini yaitu :

 Stasiun Batang Kapas  Stasiun Surantiah

5.4 Data Teknis Sungai

Data teknis sungai batang kapas ini yang di butuhkan dalam penulisan tugas akhir ini yaitu :

 Luas chatment = 149,5 km²  Panjang Sungai = 22,3 km  Ketinggian di hulu = 250 m  Ketinggian di hilir =110 m Data curah hujan di ambil dari Stasiun Batang Kapas dan Stasiun Surantiah

NO TAHUN STASIUN BATANG KAPAS (mm) SURANTIAH (mm) 1 2004 191 191 2 2005 145 145 3 2006 98 98 4 2007 120 49 5 2008 99 475 6 2009 114 114 7 2010 104 170 8 2011 145 210 9 2012 155 104 10 2013 102 163

(11)

11 Gambar: Peta Cathmen area Batang Kapas

Data curah hujan yang di gunakan yaitu:  Stasiun Batang Kapas (2004-2013)  Stasiun Surantiah (2004-2013)

Gambar Lokasi Studi

6. Analisa Data

6.1 Analisa curah hujan Rata-rata dengan metode Aljabar

Pengambilan metode Aljabar ini berdasarkan factor luas chatment area yang kurang dari 500 km². Metode ini cocok untuk kawasan topografi.

Dengan rumus : n R n Rn R R R n i n

     1 2 ... 1 Perhitungan : mm R 191 2 191 191

Data curah hujan rata-rata maksimum menggunakan metode Aljabar :

6.2 Analisa Curah Hujan Rencana

Dalam menghitung curah hujan rencana dengan menggunakan metode, dari kedua metode tersebut di ambil nilai curah hujan rata-rata. Hal ini di lakukan untuk mencari angka curah hujan yang mungkin terjadi dalam periode ulang. Metode yang di gunakan yaitu :

a. Metode Gumbel b. Metode Normal

6.2.1 Metode Gumbel

Data curah hujan yang digunakan untuk perhitungan curah hujan rencana dengan metode gumbel yaitu data curah hujan rata-rata, dengan tahapan sebagai berikut:

Curah hujan rata-rata

 

X = = 10 1466.00 = 144,60 mm Standar Deviasi (Sx) = 1 -n ) X -(Xi 2

= 1 -0 1 33925.40 = 61,40 mm Diketahui : T = 2 tahun

Untuk curah hujan dengan periode ulang 2 tahun dengan data curah hujan 10 tahunan maka didapatkan :

(12)

12 ( Lihat Tabel 4.4 )

n = 10 Tahun  Sn= 1,0629 ( Lihat Tabel 4.3 )

Yn= 0,5236 ( Lihat Tabel 4.2) Maka : XT = Sx Sn Yn Yt X    X2= 144,6+

0,9496

0,4952

3665

,

0

x 61,40 = 132,401 mm N Yn Sn Sx Yt Rn (mm) 2 0,4952 0,9496 61,40 0,3665 132,401 5 0,4952 0,9496 61,40 1,4999 209,551 10 0,4952 0,9496 61,40 2,2502 258,070 20 0,4952 0,9496 61,40 2,9702 304,604 25 0,4952 0,9496 61,40 3,1985 314,643 50 0,4952 0,9496 61,40 3,9019 364,836 100 0,4952 0,9496 61,40 4,6001 409,973 6.2.2 Metode Normal

Perhitungan distribusi Normal menggunakan rumus : T = Faktor frekuensi,nilainya tergantung dari T No Periode Ulang KT S (mm) XT (mm) 1 2 0 61,40 144,60 2 5 0,8416 61,40 196,173 3 10 1,2816 61,40 223,187 4 20 1,6449 61,40 245,290 5 25 1,7507 61,40 249,485 6 50 2,0573 61,40 270,462 7 100 2,3263 61,40 287,653

6.3 Metode Uji Smirnov Kolmogorof

Uji kecocokan Smirnov-Kolmogorov dengan mengurutkan data ( dari besar ke yang kecil atau sebaliknya ) dan tentukan peluang dari masing masing data tersebut.

Uji Keselarasan Sebaran Smirnov-Kolmogorov untuk Distribusi Gumbel.

Kesimpulan :

 Simpangan Maksimum (∆PMAX)

= 0,12

 Derajat nyata atau kepercayaan (α) tertentu yang sering diambil adalah 5%

Maka didapat (∆Pkritis) = 0,41

 Kontrol Syarat (∆PMAX) <

(∆Pkritis) = hasil metode sebaran

yang diuji dapat diterima. Uji Keselarasan Sebaran

Smirnov-Kolmogorov untuk Distribusi Normal.

Kesimpulan :

 Simpangan Maksimum (∆PMAX)

= 0,13 Kt

S X Xt   

(13)

13  Derajat nyata atau kepercayaan

(α) tertentu yang sering diambil adalah 5% Maka didapat (∆Pkritis)

= 0,41

 Kontrol Syarat (∆PMAX) <

(∆Pkritis) = hasil metode sebaran

yang diuji dapat diterima.

Tabel kesimpulan perhitungan uji Distribusi Probalitas dengan Metode Smirnov-Kolmogorov

Jenis

(∆Pmax) (∆Pkritis) Selisih

Keteranga n Probabilita s Probabilita s Normal 0.13 0.41 0.28 Dapat diterima Probabilita s Gumbel 0.12 0.41 0.29 Dapat diterima Sumber : hasil perhitungan

Dari hasil perhitungan maka dapat di simpulkan bahwa distrubusi yang memenuhi persyaratan uji smirnov kilmogorof adalah metode gumble.

6.4 Analisa Debit Banjir Rencana

Dalam menghitung analisa debit banjir rencana dengan menggunakan metode Haper.

Pada perhitungan debit banjir rencana metode Hasper, tinggi hujan yang diperhitungkan adalah tinggi curah hujan pada titik pengamatan.

Rumus umum :Q = α . β . q . f

1. Hitung besarnya koefisien daerah pengaliran Luas Pengaliran = 149,5 km2

149,5

0,400 075 . 0 1 5 , 149 012 . 0 1 7 , 0 7 . 0     

2. Hitung waktu konsentrasi (t) Panjang Sungai = 22,3 km

Kemiringan rata-rata sungai =0,00697 Maka waktu konsentrasi (t) :

t = 5,317 jam

3. Hitung nilai koefisien reduksi

β  

1,440 12 5 , 149 15 317 , 5 10 7 , 3 317 , 5 1 1 3/4 2 317 , 5 4 . 0          β = 0,694

4. Hitung hujan maksimum (q)

RT =132,401 mm (perhitungan curah hujan periode 2 tahun)

Untuk t = 2-19 jam 441 , 111 1 317 , 5 401 , 132 317 , 5    Rt mm Sehingga :

= 5,822 m3/dtk/km2

(14)

14 5. Hitung debit banjir kala ulang T-tahun

(QT)

β

Debit banjir kala ulang 2 tahun Q2= 0,400 x 0,694 x 149,5 x 5,822= 241,77 m3/dt T RT (mm) QT (m³/dt) 2 132,40 241.77 5 209,55 382.65 10 258,07 471.25 20 304,60 556.22 25 314,63 574.55 50 364,84 666.21 100 409,97 748.63

Sumber : hasil perhitungan

Dari perhitungan Metode Hasper diatas maka didapat Debit Rencana :

Q2 normal desain = 241,77 m3/dtk Q5 banjir desain = 382,65 m3/dtk

6.5 Perencanaan Dimensi Saluran

Dalam merencakan dimensi penampang Batang Kapas menggunakan data debit rencana periode ulang 5 tahun sebesar 382,65 m3/dtk. Dimensi Normalisasi Batang Kapas direncanakan dengan menggunakan saluran trapesium.

Rumus :

Penampang Saluran Trapesium Q = A . V A = (b + m . h) h P = b + 2 h√ R = A/P V = 1/n . R2/3 . I1/2 Dimana : Q = Debit (m3/detik)

V = Kecepatan aliran rata- rata (m/detik)

n = Koefisien kekasaran manning R = Jari-jari hidrolis (m)

P = Keliling basah (m) m = Talud

A = Luas keliling basah (m2) I = Kemiringan saluran Data Desain :

Q2 normal desain = 241,77 m3/dtk Q5 banjirdesain = 382,65 m3/dtk I rata-rata sungai = 0,00697

Penampang desain berbentuk trapesium dengan talud 1 : 1

Direncanakan :

Lebar (b1) = 25 m Koef. Manning (n) = 0,030

(15)

15 H (m) b1 (m) Q (m3/dtk) 1.00 25 69.15 1.50 25 135.74 2.00 25 219.18 2.12 25 241.65 2.50 25 318.09 2.80 25 384.48 3.00 25 431.59

Sumber : Hasil Perhitungan

Dari perhitungan diatas didapatkan tinggi h1 = 2,80 m , sehingga : A = (b1 + m . h1) h1 = (25 + 1 x 2,80) 2,80 = 77,84 m² P = b + 2 h1√ = 25 + 2 (2,80)√ = 32,92 m R = A/P = 55,16/30,77 = 1,77 m V = 1/n . R2/3 . I1/2 = 1/0,030. 1,77.2/3 . 0,006971/2 = 4,94 m/detik Q = A . V = 77,84 x 4,94 = 384,48 m3/dtk = 384,48 m3/dtk > Q5 banjir = 382,65 m3/dtk . . . ok!

Tinggi Penampang untuk Qdesain = 384,48 m3/dtk adalah (h) = 2,80 m. Tinggi keseluruhan tanggul (H) = h + f

= 2,80 m + 1 m H = 3,80 m

7. PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil kajian perhitungan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat di ambil kesimpulan antara lain sebagai berikut :

1. Banjir yang terjadi di sebabkan karena pendangkalan sungai akibat sedimentasi dan penampang sungai yang tidak lagi dapat mengalirkan debit air banjir yang besar.

2. Data Curah Hujan yang di analisa adalah data dari tahun 2004 sampai 2013

3. Perhitungan curah hujan rencana pada tugas akhir menggunakan 2 metode yaitu metode Normal dan metode Gumbel.

4. Perhitungan debit banjir rencana menggunakan metode Hasper, dengan merencanakan dimensi penampang sesuai debit banjir rencana yaitu debit rencana periode ulang 5 tahun sebesar 382,65 m³/detik.

5. Berdasarkan hasil perhitungan dalam merencanakan dimensi saluran

(16)

16 berbentuk trapesium dengan talud

1:1, lebar (b) 25 m, tinggi (h) sebesar 2,80 m dan tinggi jagaan (f) 1 m maka di dapat tinggi keseluruhan tanggul (H) 3,80 m, sehingga mampu melewatkan debit banjir rencana periode ulang 5 tahun (Q5) sebesar 382,65 m³/detik..

7.2 Saran

Dalam tahap perencanaan ini penulis meminta perlu adanya pemeliharaan yang baik serta terus menerus agar pengaliran sungai tetap stabil.

8. DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum. 1986.Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan KP-04. Bandung : CV. Galang Persada.

. 1986.Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama KP-02. Bandung : CV. Galang Persada.

. 1986.Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan Bagian Parameter Bangunan KP-04.Bandung : CV. Galang Persada. . 1986.Standar Perencanaan Irigasi

Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi KP–01.Bandung : CV. Galang Persada.

G. Ranga Raju, K . 1986.Aliran Melalui Saluran Terbuka. Jakarta: Erlangga.

J. Kodoatie, Robert. 2013. Rekayasa dan Manajemen Banjir Kota.Yogyakarta: Andi.

Made Kamiana, I. 2011. Teknik Perhitungan Debit Rencana Bangunan Air. Yogyakarta :Graha

Ilmu.

Paulus Joseph, L.H.dkk. 1996. Hidrologi

untuk Insinyur Edisi ke-3.Jakarta:

Erlangga.

SK SNI M - 1989 -F

Soemarto.C.D.1999.Hidrologi Teknik Jilid

2.Jakarta: Erlangga.

Sri Harto Br. 1993.Analisis Hidrologi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Subramanya, K. 2006. Flow Open Chanel,

second edition. New Delhi : Tata

McGraw-Hill Publishing Company Limited.

Sunggono, Ir. 1995. Buku Teknik Sipil. Bandung: NOVA.

Suripin, M.Eng,Dr. Ir. 2004.Sistem

Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan.Yogyakarta : Andi.

Suryono Sosrodarsono, Ir. 2003.

Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta

:PT. Pradnya Paramita.

Triatmojo, Bambang. 2008.Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Beta Offset.

(17)

17 Utama, Lusi. 2013.Hidrologi

Teknik.Padang: Bung Hatta

University Press.

Ven Te Chow, Ph.D. 1997. Hidrolika

Gambar

Gambar Siklus Hidrologi
Gambar Lokasi Studi  6. Analisa Data
Tabel  kesimpulan  perhitungan  uji  Distribusi  Probalitas  dengan  Metode  Smirnov-Kolmogorov

Referensi

Dokumen terkait

Menerapkan ilmu desain komunikasi visual dalam bentuk media pembelajaran buku interaktif tentang astronomi kepada siswa kelas 5 – 6 SD agar mereka bisa memahami

Pada gambar IV.5 (a) digunakan beda potensial 7V, melalui pencocokan puncak didapatkan bahwa produk yang dihasilkan merupakan senyawa magnetite, pada gambar IV.5

Rentabilitas ( Earning Ability ), menurut Bank Indonesia yang ditetapkan SK Direksi Bank Indonesia No. 39/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 rentabilitas adalah

keteguhan patah dengan bertambahnya komposisi perekat baik perekat kulit kayu akasia maupun gambir disebabkan karena adanya kandungan senyawa fenol yang terdapat

Penelitian ini bertujuan menentukan pengaruh pemberian pupuk organik cair dari urin sapi yang difermentasi dan dikombinasikan dengan berbagai dosis pupuk anorganik

Puskesmas Merdeka Palembang merupakan Puskesmas Kecamatan pada Puskesmas Merdeka Palembang merupakan Puskesmas Kecamatan pada tahun 1988 ditetapkan sebagai salah

keseluruhan hasil analisis per sasaran di lihat dari analisis perkembangan wilayah dalam penataan ruang di SWK Gedebage terhadap kebutuhan air dan kondisi air minum saat ini

3) Belanja Tidak Terduga merupakan anggaran penyediaan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa/tanggap darurat yang tidak dapat diprediksi sebelumnya, diluar