• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain Bangunan Bagi Numbak dan Ngerirun pada Sistem Distribusi Air Irigasi Subak Berdasarkan Konsep Pemias.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Desain Bangunan Bagi Numbak dan Ngerirun pada Sistem Distribusi Air Irigasi Subak Berdasarkan Konsep Pemias."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

DESAIN BANGUNAN BAGI NUMBAK DAN NGERIRUN PADA SISTEM DISTRIBUSI AIR IRIGASI SUBAK

BERDASARKAN KONSEP PEMIAS

SKRIPSI

Oleh :

NI KADEK SUMIASIH NIM. 1211305006

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

BUKIT JIMBARAN

(2)
(3)

i

DESAIN BANGUNAN BAGI NUMBAK DAN NGERIRUN PADA SISTEM DISTRIBUSI AIR IRIGASI SUBAK

BERDASARKAN KONSEP PEMIAS

SKRIPSI

Oleh :

NI KADEK SUMIASIH NIM. 1211305006

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

BUKIT JIMBARAN

(4)

ii

DESAIN BANGUNAN BAGI NUMBAK DAN NGERIRUN PADA SISTEM DISTRIBUSI AIR IRIGASI SUBAK

BERDASARKAN KONSEP PEMIAS

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Fakultas Teknologi Pertanian

Universitas Udayana

Oleh :

NI KADEK SUMIASIH NIM. 1211305006

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

BUKIT JIMBARAN

(5)
(6)

iv

Ni Kadek Sumiasih 1211305006. Desain Bangunan Bagi Numbak dan Ngerirun pada Sistem Distribusi Air Irigasi Subak Berdasarkan Konsep Pemias. Di bawah bimbingan Ir. I Wayan Tika, MP. selaku pembimbing I dan I Putu Gede Budi Sanjaya, S.TP., MT. selaku pembimbing II.

ABSTRAK

Bangunan bagi (tembuku) numbak dan ngerirun merupakan salah satu jenis bangunan bagi yang digunakan pada subak. Pembelokan aliran pada bangunan bagi ngerirun menyebabkan terjadinya reduksi yang dipengaruhi oleh perbedaan kecepatan dan menyebabkan adanya perbedaan debit dengan bangunan bagi numbak. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui tingkat koefisien pemias pada bangunan bagi (tembuku) dengan aliran numbak dan ngerirun, dan (2) untuk mendapatkan dimensi bangunan bagi (tembuku) numbak dan ngerirun yang memberi keadilan ditinjau dari aspek pemias. Analisis debit riil dilakukan dengan mengukur lebar ambang dan tinggi air pada bangunan bagi dan debit seharusnya dihitung dengan menggunakan perbandingan luas lahan yang dialiri. Debit riil dan debit seharusnya digunakan untuk menentukan koefisien pemias dan koefisien pemias digunakan untuk menentukan desain lebar ambang seharusnya pada bangunan bagi. Berdasarkan hasil analisis rata-rata koefisien pemias adalah 0.095 dengan nilai reduksi 0.095. Hubungan tinggi air dengan koefisien pemias sangat tinggi dengan R2 sebesar 0.942. Nilai RMSE lebar ambang sebesar 38.86%. Lebar ambang seharusnya pada subak didapat dengan membagi lebar ambang riil dengan koefisien pemias. Setelah disosialisasikan ke beberapa pekaseh sebagian besar pekaseh setuju jika ada koefisien pemias yang bisa digunakan untuk memberi pelampias pada bangunan bagi ngerirun.

(7)

v

Ni Kadek Sumiasih 1211305006. Desain Bangunan Bagi Numbak dan Ngerirun pada Sistem Distribusi Air Irigasi Subak Berdasarkan Konsep Pemias. Supervised by Ir. I Wayan Tika, MP. as first suvervisor dan I Putu Gede Budi Sanjaya, S.TP., MT. as second suvervisor.

ABSTRACT

Divider structure (tembuku)numbak and ngerirun is one of structure that used as divider in Subak irrigation. Diversion of flow in the tembuku ngerirun was causing reduction is influenced by the difference speed and makes the difference rate of flow with tembuku numbak. The purposes of this research were: (1) to determine the level of the pemias coefficient on tembuku numbak and ngerirun, and (2) to get the dimensions of the tembuku numbak and ngerirun that review by

pemias aspects. The real rate of flow analysed by measuring the width and height of water on the tembuku and the must rate of flow calculated by using the ratio of irrigated land area. The real rate of flow and the must rate of flow were used to determine pemias coefficients and pemias coefficients used to determine the must width of the threshold design of tembuku. Based on analysis, the average pemias

coefficient was 0.095 or a value of pemias reduction was 0.095. Correlation of height of water and pemias coefficient was very high with R2 was 0.942. RMSE of width threshold value was 38.86%. The must width of the threshold at Subak is obtained by dividing the real width threshold with (1- pemias coefficients). After socialized to some pekaseh, they were mostly agree if there pemias coefficients that can be used to give pelampias on tembukungerirun.

(8)

vi RINGKASAN

Dalam usaha mendapatkan air irigasi dari suatu sumber, subak membangun berbagai fasilitas irigasi. Cara untuk mendistribusikan air kepada segenap anggota subak adalah melalui bangunan bagi (tembuku). Bangunan bagi yang secara tradisional masih dipakai oleh subak adalah bangunan bagi yang dikenal dengan istilah numbak dan ngerirun dengan pembagian air yang proporsional dengan luas lahan. Aliran numbak artinya aliran yang lurus, sedangkan aliran ngerirun merupakan aliran yang berbelok ke samping, sehingga akan menyebabkan adanya reduksi aliran.

Di lapangan dapat ditemukan bahwa untuk menghindari konflik yang

terjadi pada bangunan bagi dengan sistem numbak dan ngerirun biasanya lebar atau tinggi saluran antara bangunan numbak dan ngerirun berbeda yang kemudian disebut dengan pelampias/pemias. Pemias dalam saluran irigasi merupakan jumlah air yang susut atau berkurangnya debit air yang diterima karena adanya perbedaan kecepatan aliran karenan pembelokan (pada bangunan bagi) atau berkurangnya debit air yang diterima dari hulu sampai dengan hilir karena adanya penyusutan yang disebabkan oleh rembesan, infiltrasi dan perkolasi (pada saluran). Koefisien Pemias merupakan koefisien reduksi dari aliran yang seharusnya dan digunakan untuk mengetahui lebar yang harus ditambahkan pada masing-masing ambang bangunan bagi.

(9)

vii

Dengan adanya perbedaan aliran tersebut maka terdapat perbedaan debit yang terjadi pada bangunan bagi irigasi khususnya pada sistem ngerirun yangmana debit pada bangunan bagi ngerirun akan lebih kecil daripada bangunan bagi numbak. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis koefisien pemias pada distribusi air irigasi dengan sistem numbak dan ngerirun di subak agar debit yang keluar proporsional dengan luas lahan yang dialiri. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui tingkat koefisien pemias pada bangunan bagi (tembuku) dengan aliran numbak dan ngerirun, dan (2) untuk mendapatkan dimensi bangunan bagi (tembuku) numbak dan ngerirun yang memberi keadilan ditinjau dari aspek pemias dalam rangka untuk mendesain bangunan bagi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis kuantitatif melalui survey dan pengambilan data primer menggunakan 15 sampel penelitian. Sesuai dengan syarat penelitian yang dikemukakan oleh Suryani (2015), jumlah minimum sampel pada penelitian eksperimen adalah 15 sampel. Survey dilakukan untuk memperoleh bangunan bagi numbak dan ngerirun dan luas lahan yang di aliri oleh

setiap bangunan bagi tersebut. Pengukuran data primer dilakukan untuk memperoleh debit riil dan debit seharusnya agar mendapat niali koefisien pemias. Setelah mendapatkan koefisien pemias kemudian dilakukan perhitungan nilai RMSE, hubungan tinggi air dengan koefisien pemias, dan aplikasi pemias (desain lebar ambang berdasarkan konsep pemias) pada masing-masing subak.

(10)

viii

dengan (1- koefisien pemias). Hasil rata-rata koefisien pemias 0.095 mengindikasikan bahwa rerugi atau reduksi yang dihasilkan pada bangunan bagi ngerirun adalah sebesar 0.095 yang masih lebih tinggi dari rerugi yang bisa diabaikan sehinggi lebar ambang perlu dievaluasi atau dilebarkan.

Semakin tinggi air pada bangunan bagi maka koefisien pemias akan semakin rendah yang artinya reruginya juga semakin rendah. Nilai R2 adalah sebesar 0.942 yang artinya variabel tinggi air memiliki pengaruh sebesar 94.2% terhadap variabel koefisien pemias. Persamaan regresi dari kedua variabel tersebut adalah Y = -0.0028X + 0.071. Nilai RMSE sebesar 38.86% yang mana nilai tersebut >10% sehingga secara umum dapat dinyatakan bahwa pembagian air dari segi lebar ambang pada bangunan bagi numbak dan ngerirun masih kurang akurat atau kurang proporsional.

Aplikasi pemias pada masing-masing subak dilakukan dengan cara mencari lebar ambang seharusnya yaitu hasil bagi antara lebar ambang riil dengan 1- koefisien pemias. L1, L2, L3 merupakan lebar ambang berturut-turut dari lebar

(11)

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah Ni Kadek Sumiasih dilahirkan di Kecamatan Karangasem pada tanggal 1 Desember 1994. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan I Made Sibet dan Ni Wayan Sukimi. Penulis memulai pendidikan di SD N 5 Seraya Barat, Karangasem Bali pada tahun 2000 dan menyelesaikannya pada tahun 2006, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP N 3 Amlapura dan berhasil menyelesaikannya pada tahun 2009. Tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan ke SMA N 3 Amlapura sampai dengan tahun 2012.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat serta anugrah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Desain Bangunan Bagi Numbak dan Ngerirun Pada Sistem Distribusi Air Irigasi Subak Berdasarkan Konsep Pemias”. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana.

Keberhasilan penulis tidak hanya didasarkan atas kerja keras penulis tetapi juga berkat dukungan serta bantuan yang penulis terima dari awal dimulainya penelitian ini hingga akhir penulisan skripsi. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang telah memberikan bantuan biaya pendidikan berupa beasiswa BIDIKMISI sejak tahun 2012 sampai dengan 2016.

2. Bapak Dr. Ir. I Dewa Gde Mayun Permana, MS. selaku Dekan Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana.

3. Bapak Dr. Ir. I Wayan Widia, M.SIE. selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian, FTP Unud.

(13)

xi

5. Para Pekaseh Subak (Subak Bregiding, Subak Taman, Subak Citra, Subak Blakiuh, Subak Tembin, Subak Banjar Rame, Subak Tunon, Subak Lodtunduh, Subak Bunyuh dan Subak Guama) yang telah mengizinkan dan memberikan segala informasi yang berkaitan dengan penelitian.

6. Bapak/Ibu dosen TEP dan staf pegawai FTP Unud yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Kedua orang tua (I Made Sibet dan Ni Wayan Sukimi), adik-adik (Ni Nyoman Ayu Sarianti dan Ni Nyoman Arliani), serta I Gede Arnawa, Amd.Kep., yang selalu memberikan dukungan, doa, semangat, dan menjadi tempat berbagi keluh kesah.

8. Teman-teman TEP angkatan 2012 khususnya Cik, Eva, Ayu Adi, Ria, Yanti yang sudah membantu dan menemani dalam pengambilan data ke subak, serta teman-teman lainnya yang sudah selalu memberi semangat, sharing, berbagi canda tawa dan menemani di perpustakaan.

9. Rekan-rekan FTP Unud angkatan 2012 yang tak bisa disebut satu persatu,

terima kasih atas segala semangat dan dukungannya.

Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat dipergunakan sebagai mana mestinya sehingga dapat bermanfaat bagi banyak orang. Penulis sadar bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna, sehingga penulis berharap kritikan serta saran-saran dari para pembaca yang bersifat membangun.

Denpasar, Juli 2016

(14)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

COVER

i

JUDUL

ii

HALAMAN PENGESAHAN

iii

ABSTRAK

iv

ABSTRACT

v

RINGKASAN

vi

RIWAYAT HIDUP

ix

KATA PENGANTAR

x

DAFTAR ISI

xii

DAFTAR TABEL

xiv

DAFTAR GAMBAR

xv

DAFTAR LAMPIRAN

xvi

DAFTAR ISTILAH

xvii

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1

1.2 Rumusan Masalah

3

1.3 Tujuan

3

1.4 Manfaat Penelitian

4

1.5 Batasan Sistem Penelitian

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Distribusi Air di Subak

5

2.1.1 Bangunan Bagi Numbak dan Ngerirun

7

2.2 Prinsip Aliran Fluida

8

2.2.1 Debit Aliran

8

2.2.2 Pola Kecepatan Aliran

9

2.2.3 Bilangan Reynold

10

2.3 Pengukuran Debit Secara Langsung

11

(15)

xiii

2.5 Reduksi pada Pembelokan Pipa……… 17

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

18

3.2 Sarana Penelitian

18

3.3 Pelaksanaan Penelitian

18

3.4 Asumsi-Asumsi

19

3.5 Analisis Debit Riil dan Seharusnya

19

3.6 Analisis Koefisien Pemias

20

3.7 Analisis Hubungan Tinggi Air dengan Koefisien Pemias 21

3.8 Menghitung Nilai RMSE

22

3.9 Contoh Aplikasi pada Salah Satu Subak

22

3.10 Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian

25

IV. PEMBAHASAN

4.1 Debit Riil dan Debit Seharusnya

26

4.2 Koefisien pemias

31

4.3 Hubungan Tinggi Air dengan Koefisien Pemias

33

4.4 Nilai RMSE (Root Mean Square Error)

37

4.5 Contoh Aplikasi Pemias pada Masing-masing Subak

39

V. KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

41

4.2 Saran

42

(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Debit Riil dan debit seharusnya

24

Tabel 2. Debit Riil pada pengukuran 1

26

Tabel 3. Debit Riil pada pengukuran 2

27

Tabel 4. Debit Riil pada pengukuran 3

28

Tabel 5. Debit Seharusnya pada pengukuran 1

29

Tabel 6. Debit Seharusnya pada pengukuran 2

29

Tabel 7. Debit Seharusnya pada pengukuran 3

30

Tabel 8. Nilai Koefisien Pemias pada masing-masing subak sampel

31

Tabel 9. Hubungan Tinggi air dengan koefisien pemias

34

Tabel 10. Nilai RMSE

38

(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Jaringan Irigasi Subak

6

Gambar 2. Bangunan bagi numbak dan ngerirun dengan sudut lebih dari 90

0…….

7

Gambar 3. Bangunan bagi numbak dan ngerirun dengan sudut 90

8

Gambar 4. Distribusi kecepatan aliran di arah horisontal

9

Gambar 5. Distribusi kecepatan aliran di arah vertikal

10

Gambar 6. Bendung Trapesium atau Bendung Cipoletti Tampak Depan

12

Gambar 7. Bendung Trapesium atau Bendung Cipoletti Tampak Samping

13

Gambar 8. Bendung segitiga dengan sudut 90

0

Tampak Depan

14

Gambar 9. Bendung segitiga dengan sudut 90

0

Tampak Samping

14

Gambar 10. Bendung empat persegi dengan kontraksi ujung tampak depan

15

Gambar 11. Bendung empat persegi dengan kontraksi ujung tampak samping

15

Gambar 12. Perbedaan pembelokan pada pipa

17

Gambar 13. Bendung empat persegi dengan kontraksi ujung tampak depan

20

Gambar 14. Titik Bangunan Bagi yang diukur

21

Gambar 15. Contoh Bangunan Bagi yang diukur

23

Gambar 16. Diagram alir pelaksanaan penelitian

25

Gambar 17. Grafik hubungan tinggi air dengan koefisien pemias

35

Gambar 18. Grafik hubungan tinggi air dengan koefisien pemias tinggi air 1-5

35

(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Debit Air

45

Lampiran 2. Koeifsien Pemias……….. 48

Lampiran 3. Analisis regresi tinggi air dengan koefisien pemias

52

Lampiran 4. Aplikasi pemias pada masing-masing subak

54

Lampiran 5. Dokumentasi penelitian

55

(19)

xvii

DAFTAR ISTILAH

Abangan

= talang

Aungan

= terowongan

Bindu

= lubang udara dan lubang kontrol dalam bentuk tegak

Calung

= lubang udara dan lubang kontrol dalam bentuk mendatar.

Empelan

= bendung atau (free intake)

Langki atau tanjerig = pembatas aliran banjir

Ngerirun

= aliran kesamping pada bangunan bagi.

Numbak

= aliran lurus pada bangunan bagi

Pangkung

= lembah alam

Pekiyuh

= peluap samping

Pemias

= air yang tereduksi

Petaku

= terjunan

Telabah

= saluran terbuka untuk mengalirakan air dari bangunan utama

Telabah pemaron

= saluran tersier

Telabah penyahcah = saluran kuarter

Telabah pengutangan = saluran pembuangan

Telepus

= siphon

Tembuku aya = bangunan bagi primer

Tembuku gede = bangunan bagi skunder

Tembuku pemaron

= bangunan bagi tersier

Tembuku penyahcah = bangunan bagi kuarter

Referensi

Dokumen terkait

72 baik tidak merespo n dengan baik akan berdamp ak pada lingkung an ng peran masyarak at manapun T4 (Penanga nan dan Pengelol aan Sampah Belum Optimal) Respon

Agar pembahasan nantinya lebih terarah dan tidak menyimpang dari permasalahan dan analisis yang akan dibuat lebih terfokus, maka permasalahan hanya pada lingkup

a) Inflasi dapat mendorong terjadinya redistribusi pendapatan diantara anggota masyarakat. Hal ini akan mempengaruhi kesejahteraan ekonomi dari anggota.. masyarakat, sebab

Dalam hal ini pengangguran tidak kentara masih termasuk dalam kegiatan bekerja, karena mereka masih memenuhi dari persyaratan yang termasuk golongan bekerja.

Sertipikat hak tanggu- ngan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mem- peroleh kekuatan

Jika dilihat lebih luas, desa ini berada pada wilayah yang rawan terkena dampak longsor apabila terjadi longsor pada bukit yang berada di sisi barat desa yang

Penilaian adalah pengamatan yang dilakukan secara periodik terhadap kegiatan reklamasi hutan untuk menjamin bahwa rencana kegiatan yang diusulkan, jadwal kegiatan,

Materi yang disajikan sesuai dengan RPP yang ada. Guru menyampaikan materi dengan sangat komunikatif dan di sisipi dengan lelucon sehingga membuat siswa tidak terlalu kaku