• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BELAJAR BERSAMA MENGGUNAKAN MEDIA GOOGLE DRIVE DAN TANPA GOOGLE DRIVE.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BELAJAR BERSAMA MENGGUNAKAN MEDIA GOOGLE DRIVE DAN TANPA GOOGLE DRIVE."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Volume X, Nomor X, Januari XXXX : X-X

2

1.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks, memerlukan waktu yang lama, dan melibatkan berbagai subsistem. Sementara, pada era global seperti saat ini maupun pada masa yang akan datang dituntut sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Peningkatan kualitas SDM pada akhirnya akan dapat meningkatkan daya saing suatu bangsa. Selain itu terdapat pula tantangan-tantangan penting yang perlu dikuasai pada abad ke-21 seperti interdependens global, demokrasi, kewirausahaan kreatif, dan hubungan intrapersonal (Johnson and Johnson, 2014a). Terkait dengan hal tersebut maka tuntutan tersebut menempatkan pendidikan pada posisi yang sangat penting.

Begitu pentingnya peran dan tujuan pendidikan, sehingga mutu pendidikan haruslah ditingkatkan. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah melalui peningkatan kualitas pembelajaran. Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di perguruan tinggi, peranan sistem pembelajaran di kelas yang melibatkan interaksi antara dosen dan mahasiswa memegang peranan penting. Dosen berperan sebagai penggerak atau motivator proses pembelajaran, serta menentukan suasana keberhasilan mahasiswa untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.

Dalam hubungannya dengan peranan pendidik di kelas, Waller dalam (Dimyati, 1991) menyatakan bahwa pendidik dan anak didik di kelas bukanlah mesin mengajar dan mesin belajar, tetapi keduanya merupakan keseluruhan manusia yang terikat bersama di dalam interaksi sosial yang kompleks. Dalam interaksi sosial di kelas, seorang pendidik dituntut mampu melaksanakan interaksi pembelajaran. Untuk dapat melaksanakan interaksi pembelajaran tersebut, Djamarah dan Zain (2002) mengemukakan bahwa apabila seorang pendidik melaksanakan pengembangan sistem pembelajaran, maka pendidik akan merangkap tugas melaksanakan berbagai fungsi. Dalam hal itu, pendidik akan menjalankan fungsi ahli bidang studi, ahli proses pembelajaran, ahli media, dan ahli evaluasi. Seels dan Richey (1994) menyatakan bahwa pendidik sebagai praktisi pembelajaran pada hakikatnya memiliki kemampuan teori dan praktik merancang, mengembangkan, dan memberikan informasi kepada anak didik tentang hasil kerjanya dalam mengerjakan tes atau latihan. Dari beberapa kemampuan tersebut, pendidik diharapkan dapat melaksanakan pembelajaran di kelas yang membuat anak didik dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu, seorang pendidik yang efektif dan bertanggung jawab akan selalu mengupayakan untuk menjawab tiga pertanyaan. Pertama, seberapa penting anak didik menyadari apa yang telah dipelajari dan apa yang belum dipelajari. Kedua, apa yang harus dilakukan oleh pendidik untuk mengoreksi kesalahan

pembelajaran dan pemahaman. Ketiga, apakah peran umpan balik dan pembetulan dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan penalaran dan komunikasi anak didik selama proses belajar mengajar. Johnson et al. (1998) dan Johnson dan Johnson (2014b) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan penerapan dari teori interdependens sosial (social interdependence theory). Teori ini menyatakan bahwa terdapat dua jenis interdependens sosial yaitu positif (kooperatif) dan negatif (kompetitif). Lebih lanjut Johnson dan Johnson (2014b) mengatakan bahwa interdependens positif (kooperasi) akan terjadi jika masing-masing orang percaya bahwa tujuan akan tercapai jika dan hanya jika masing-masing individu yang diajak bekerja sama terjalin hubungan secara kooperatif. Sementara, interdependens negatif akan terjadi jika dan hanya jika masing-masing individu percaya bahwa tujuan akan tercapai jika dan hanya jika individu-individu lain gagal mencapai tujuannya. Sebaliknya, interdependens tidak terjadi jika masing-masing individu percaya bahwa tujuan akan tercapai terlepas dari apakah terdapat atau tidak individu dalam mencapai tujuan.

Johnson dan Johnson (2014a) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan alat dasar yang dapat digunakan untuk mengatasi empat tantangan pada abad ke-21. Keempat tantangan tersebut antara lain: meningkatnya interdependens global secara cepat yang akan menyebabkan diversitas lokal dan konflik yang lebih sering dan intens; meningkatnya demokrasi di seluruh dunia; perlunya kewirausahaan kreatif (creative enterpreneurs); dan semakin meningkatnya peranan hubungan intrapersonal. Lebih lanjut Johnson dan Johnson (2014a) mengatakan upaya kooperatif memungkinkan individu untuk mengembangkan kompetensi yang diperlukan dalam tingkat global.

Menurut Slavin (2010) terdapat banyak bentuk pembelajaran kooperatif, namun semuanya melibatkan anak didik belajar dalam kelompok-kelompok kecil atau tim untuk membantu satu sama lain mempelajari materi pelajaran. Shimazoe dan Aldrich (2010) mengatakan bahwa pada pembelajaran kooperatif pendidik memandu (guiding), memantau (monitoring), dan membatasi kegiatan kelompok anak didik (framing).

(4)

3

individu. Elemen ketiga adalah interaksi promotif tatap-muka (face-to-face promotive interaction). Interaksi ini terjadi jika masing-masing individu mendukung kesuksesan individu lain dengan membantu, mendukung, memberikan semangat, dan menghargai usaha individu lain untuk mencapai tujuan grup. Elemen keempat adalah keahlian sosial, yaitu kesuksesan dalam kooperatif memerlukan keahlian intrapersonal dan grup kecil. Elemen terakhir adalah pemrosesan grup. Pemrosesan grup akan ada jika anggota grup mendiskusikan bagaimana anggota-anggota grup akan mencapai tujuannya dan menjaga hubungan kerja yang efektif.

Muslimin (2000:6) menyatakan ada empat ciri pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) anak didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya; (2) kelompok dibentuk dari anak didik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah; (3) bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda-beda; dan (4) penghargaan lebih berorientasi kelompok dibanding individu.

Menurut Shimazoe dan Aldrich (2010) terdapat beberapa manfaat pembelajaran kooperatif baik bagi anak didik maupun pendidik. Bagi anak didik manfaat tersebut antara lain: meningkatkan pembelajaran secara lebih mendalam, membantu mendapatkan nilai yang lebih tinggi, mengajarkan keahlian-keahlian sosial dan nilai-nilai kemasyarakatan, mengajarkan tingkat keahlian berpikir yang lebih tinggi, dan mengembangkan sikap positif menuju pembelajaran otonom. Sedangkan bagi pendidik manfaat pembelajaran kooperatif antara lain: memberikan kesempatan lebih untuk melakukan refleksi terhadap bagaimana siswa belajar dan menurunkan beban dalam memberikan penilaian. Slavin (2010) membedakan dua kategori metode pembelajaran kooperatif. Kategori pertama adalah pembelajaran tim terstruktur (structured team learning) yakni penghargaan kepada tim berdasarkan kemajuan pembelajaran dari anggota-anggota tim. Kategori kedua adalah metode pembelajaran kelompok informal (informal group learning methods) yang lebih menekankan kepada dinamika sosial, proyek, dan diskusi dibanding penguasaan kepada isi materi tertentu. Pembelajaran tim terstruktur dibedakan lagi menjadi: pembelajaran tim anak didik (student team learning), divisi tim anak didik berprestasi (student teams-achievement divisions), tim-bermain-turnamen (teams-games-tournaments), komposisi dan membaca terintegrasi kooperatif (cooperative integrated reading and composition), tim individual berbantu (team-assisted individualization), strategi pembelajaran dibantu rekan sejawat (peer-assisted learning strategis), dan IMPROVE. Selanjutnya pembelajaran kelompok informal dibedakan lagi menjadi: gergaji silang

(jigsaw), belajar bersama (learning together), dan investigasi kelompok (group investigation).

Salah satu bagian dari model pembelajaran kooperatif jenis informal adalah model belajar bersama (learning together). Pada model pembelajaran belajar bersama, anggota bersifat heterogen dan menyelesaikan sebuah masalah secara bersama, dan bila berhasil akan memperoleh penghargaan positif secara kelompok. Kelompok ini beranggota empat atau lima orang yang bersifat heterogen (Slavin, 2010).

Model pembelajaran kooperatif tipe belajar bersama dapat diterapkan secara berulang-ulang dengan syarat anak didik harus memilki kesempatan yang sama dalam kelompoknya, sehingga setiap anak didik dapat memberikan kontribusi yang sama secara maksimal pada kelompoknya. Ada beberapa faktor yang memengaruhi kerja anak didik dalam kelompok yaitu: taraf kecerdasan anggota kelompok, hubungan antara anggota kelompok, pengalaman anggota kelompok mengenai masalah yang dihadapinya, motivasi anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas, besarnya anggota kelompok, kemampuan pemimpin kelompok dalam memimpin anggotanya, dan keterampilan dan keaktifan anggota kelompok dalam memecahkan masalah.

Pemanfaatan teknologi informasi, seperti Google Drive yang dipadukan dengan model-model pembelajaran lain, seperti pembelajaran kooperatif belum menjadi pilihan utama di kalangan pendidik dalam proses pembelajaran. Pembelajaran kooperatif yang menggunakan TI saat ini masih dilakukan secara konvensional (off-line), dosen memberikan tugas melalui attachment email atau posting di blog-nya, atau berbagi (sharing) berupa handout atau ringkasan materi. Hal ini tentu belum memberikan hasil yang optimal dalam pembelajaran, yaitu pendidik belum mampu mengontrol semua proses kegiatan pembelajaran secara penuh. Artinya, dalam tugas kelompok tidak diketahui siapa mahasiswa yang bekerja dan siapa yang tidak secara real time.

Pengaplikasian media pembelajaran Google Drive dipadukan dengan pembelajaran kooperatif diharapkan akan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lebih interaktif dan inovatif serta memberikan hasil yang optimal dalam proses pembelajaran, di samping meningkatkan kompetensi dosen pengampu mata kuliah dalam pemanfaatan teknologi informasi (TI) dalam rangka inovasi pembelajaran. Johnson dan Johnson (2014b) berpendapat bahwa adalah hal yang sangat mungkin penggunakan teknologi dapat ”merevolusionerkan” pembelajaran kooperatif pada abad ke-21.

(5)

Volume X, Nomor X, Januari XXXX : X-X

4

(learning together) yang dipadukan aplikasi Google Drive sebagai media pembelajaran dan tanpa media Google Drive pada mata kuliah Teknik Riset Pemasaran di Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Udayana.

2.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan model analisis variansi satu arah efek tetap. Perlakuan (treatment) diberikan kepada kelompok mahasiswa yang mendapatkan metode pembelajaran kooperatif tipe belajar bersama dengan memanfaatkan aplikasi Google Drive, sedangkan kontrol adalah kelompok mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe belajar bersama tanpa Google Drive.

Penelitian ini dilakukan di Jurusan Matematika, Fakultas MIPA Universitas Udayana, dengan pertimbangan pembelajaran matematika perlu dibuat lebih interaktif dan inovatif agar mahasiswa lebih termotivasi untuk belajar. Pelaksanaan penelitian secara keseluruhan dilakukan selama enam bulan, sedangkan pelaksanaan pemberian perlakuan berupa model pembelajaran kooperatif tipe belajar bersama dengan media pembelajaran Google Drive dilakukan selama empat bulan.

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari pemberian perlakuan dan kemudian dilaksanakan tes. Perlakuan yang diberikan berupa pemberian materi untuk mata kuliah Teknik Riset Pemasaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe belajar bersama dengan media pembelajaran Google Drive yang akan diujikan. Setelah pemberian materi mahasiswa diberikan tes. Variabel dalam penelitian ini adalah variable bebas: skor hasil belajar mahasiswa dalam mengerjakan tes. Hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut penerapan model pembelajaran kooperatif tipe belajar bersama dengan media pembelajaran Google Drive berbeda secara signifikan dengan hasil belajar mahasiswa tanpa Google Drive pada mata kuliah Teknik Riset Pemasaran.

3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pelaksanaan Pembelajaran

Dalam proses pelaksanaan pembelajaran, dosen pengampu mata kuliah Teknik Riset Pemasaran, mengelompokkan mahasiswa menjadi 6 kelompok yang terdiri dari 4—5 orang mahasiswa pada tiap kelompok. Anggota pada masing-masing kelompok bersifat heterogen dalam hal tingkat, jenis kelamin, ras, maupun kemampuan akademiknya. Mahasiswa ditugaskan untuk menyelesaikan tugas kelompok secara bersama-sama, dan penghargaan yang diberikan berorientasi pada penghargaan kelompok. Model pembelajaran ini menekankan pada kegiatan-kegiatan pembinaan kerja sama tim, sebelum mahasiswa mulai bekerja sama dan

melakukan diskusi terjadwal di dalam kelompok tentang seberapa jauh mahasiswa berhasil dalam bekerja sama.

Materi ajar (Bab I sampai Bab IV) disampaikan kepada mahasiswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Divisi tim Anak didik Berprestasi (Student Teams-Achievement Divisions). Setelah pemberian materi dilakukan, seluruh kelompok (enam kelompok) diberikan tes. Pemberian perlakuan berupa pengerjaan tugas kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe belajar bersama dalam penelitian ini diterapkan sebanyak dua kali, yaitu kerja kelompok untuk menyelesaikan tugas pertama yaitu tugas membuat proposal riset pemasaran, dan tugas kedua yaitu perancangan kuesioner riset pemasaran.

Pelaksanaan pemberian perlakuan dilaksanakan pada semester ganjil 2014/2015, dimulai pada bulan September sampai dengan Oktober 2014. Pelaksanaan tindakan berupa pemberian tugas kelompok kepada mahasiswa. Tugas pertama yang diberikan adalah tugas pembuatan proposal riset pemasaran. Metode pelaksaanaan pengerjaan tugas kelompok adalah: mahasiswa dibagi menjadi enam kelompok yang terdiri dari empat sampai lima orang mahasiswa, dari enam kelompok tersebut tiga kelompok mengerjakan tugas kelompok dengan metode kooperatif belajar bersama dengan memanfaatkan aplikasi Google Drive dan tiga kelompok mengerjakan tugas kelompok dengan kooperatif belajar bersama tanpa bantuan aplikasi Google Drive. Waktu pengerjaan tugas kelompok diberikan selama satu minggu, dan dikumpulkan pada pertemuan kuliah minggu berikutnya. Proposal riset yang dibuat memuat latar belakang masalah, jenis riset, jenis responden, jenis data dan skala, metode pengumpulan data, serta beberapa metode analisis.

Pada kegiatan ini dosen pengampu bersama-sama dengan mahasiswa melakukan diskusi terhadap hasil tugas pertama yang telah dikerjakan, diskusi meliputi latar belakang masalah, jenis riset, jenis responden, jenis data dan skala, metode pengumpulan data, dan analisis. Diskusi juga dilakukan berkenaan dengan metode kerja kelompok yang diterapkan (dengan memanfaatkan aplikasi Google Drive versus dengan kooperatif belajar bersama tanpa bantuan aplikasi Google Drive).

(6)

5

belajar bersama tanpa bantuan aplikasi Google Drive. Waktu pengerjaan tugas kelompok diberikan selama dua minggu.

Pengumpulan tugas kelompok yang kedua, pembahasan hasil kerja kelompok dan diskusi. Diskusi dilakukan berkenaan dengan substansi materi yang menjadi tugas kelompok meliputi: desain pertanyaan dan kuesioner, proses merancang kuesioner, desain skala, perluasan skala dalam riset pemasaran, dan teknik penskalaan. Berkenaan dengan metode kerja kelompok yang diterapkan (dengan memanfaatkan aplikasi Google Drive versus dengan kooperatif belajar bersama tanpa bantuan aplikasi Google Drive), juga dilakukan diskusi mengenai keunggulan dan kelemahan masing-masing metode menurut pendapat mahasiswa. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe belajar bersama ini, penghargaan terhadap kerja kelompok berorientasi pada kelompok, bukan individu.

Pada kerja kelompok dengan bertatap muka yang diterapkan pada tiga kelompok, waktu kerja kelompok sebagian besar mengambil waktu pada siang hari. Jika mahasiswa dalam kondisi jadwal kuliah penuh, maka kerja kelompok dengan berkumpul bersama dilakukan setelah perkuliahan selesai. Dalam kondisi jadwal kuliah penuh dan banyak tugas dari masing-masing mata kuliah yang diambil, maka hal ini akan menyulitkan bagi mahasiswa untuk bertatap muka untuk mengerjakan tugas bersama.

[image:6.595.326.543.121.360.2]

Gambar 1. Dokumentasi Aktivitas Kerja Kelompok Tanpa Bantuan Aplikasi Google Drive

Kerja kelompok dengan memanfaatkan aplikasi Google Drive, saat diskusi berlangsung, proses pembuatan dokumen proposal riset pemasaran dikerjakan secara online dan direvisi secara online juga bersama-sama anggota kelompoknya seperti disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 menunjukkan diskusi 3 orang mahasiswa dan edit dokumen dengan memanfaatkan aplikasi Google Drive. Pengerjaan tugas kelompok dikerjakan malam hari dan dilakukan dari rumah masing-masing tanpa harus bertatap muka dan tanpa dibatasi oleh kendala waktu.

Gambar 2. Edit dokumen dengan Aplikasi Google Drive

3.2 Hasil Pembelajaran Cooperative Learning Together dengan Aplikasi Google Drive Versus Tanpa Google Drive

Faktor-faktor yang memengaruhi implementasi model pembelajaran kooperatif tipe belajar bersama dengan media pembelajaran Google Drive berdasarkan hasil observasi adalah masalah koneksi internet. Beberapa mahasiswa mengungkapkan bahwa jika koneksi internet baik, maka pembelajaran dengan bantuan aplikasi Google Drive dapat mempercepat pengerjaan tugas kelompok tanpa harus bertatap muka, tetapi jika koneksi internet yang menghubungkan anggota kelompok satu dengan yang lain lemah maka proses pengerjaan tugas kelompok akan berjalan lambat.

Secara teori, beberapa faktor yang memengaruhi kerja anak didik dalam kelompok yaitu: taraf kecerdasan anggota kelompok; hubungan antara anggota kelompok; pengalaman anggota kelompok mengenai masalah yang dihadapinya; motivasi anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas; besarnya anggota kelompok; kemampuan pemimpin kelompok dalam memimpin anggotanya; dan keterampilan dan keaktifan anggota kelompok dalam memecahkan masalah.

[image:6.595.106.275.453.567.2]
(7)

Volume X, Nomor X, Januari XXXX : X-X

6

anggota kelompok selama proses pembelajaran. Penerapan model ini juga diharapkan dapat membiasakan anak didik belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi dan dapat saling mengadakan hubungan antar teman dalam kelompok, sehingga dalam proses pembelajaran dosen tidak hanya menjejalkan materi ajar kepada mahasiswa, tetapi mengupayakan agar konsep-konsep penting dari materi ajar dapat dipahami oleh mahasiswa dengan optimal.

Untuk penilaian proses, berdasarkan hasil observasi selama pembelajaran berlangsung, yaitu pemberian tugas pertama dan tugas kedua, terlihat bahwa selama proses pengerjaan tugas kelompok, semua anak didik dalam kelompok mempunyai kinerja yang baik dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Penerimaan terhadap perbedaan individu juga terlihat dari hasil observasi terhadap enam kelompok mahasiswa yang ada. Hubungan antara mahasiswa dalam kelompok saling terjadi penerimaan terhadap perbedaan tingkat (mahasiswa dalam kelompok terdiri dari mahasiswa yang berbeda tingkat/angkatannya), jenis kelamin, ras, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Hasil observasi juga menunjukkan bahwa dalam penyelesaian tugas kelompok, masing-masing anggota kelompok bekerja sama dengan baik untuk menyelesaikan tugas yang diterima dalam upaya mencapai prestasi akademik maupun personal bersama.

Hasil penilaian hasil belajar anak didik setelah diberikan perlakuan berupa pemberian tugas kelompok yang diimplementasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe belajar bersama dengan memanfaatkan aplikasi Google Drive dan tanpa aplikasi Google Drive, diperoleh hasil seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai Mahasiswa untuk Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Kontrol (Tanpa Google Drive)

Perlakuan (Google Drive)

80 90

70 90

80 90

Salah satu asumsi yang harus dipenuhi dalam menggunakan analisis variansi adalah data berdistribusi normal. Untuk menguji kenormalan digunakan uji Shapiro-Wilk. Pengujian kenormalan untuk data kontrol menghasilkan p-value 1,045×10-7 yang lebih kecil dari taraf signifikansi

0

,

05

dan mengindikasikan bahwa data tidak normal. Pengujian kenormalan untuk data perlakuan tidak bisa dilakukan mengingat nilai tugas bernilai sama. Hal ini berarti prosedur pengujian parametrik tidak bisa dilakukan. Untuk mengatasi permasalahan pada

analisis variansi satu arah ini digunakan uji Kruskal-Wallis. Hipotesis nol untuk uji Kruskal-Wallis adalah bahwa median kedua kelompok (kontrol dan perlakuan) adalah sama dan hipotesis alternatifnya adalah bahwa median kedua kelompok tidak sama. Pengujian dengan metode Kruskal-Wallis menghasilkan

.

05

,

0

10

1,045

=

-7

p-value

Dengan

demikian, hipotesis nol ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa median kedua kelompok tidak sama. Dengan kata lain, pemberian perlakuan berupa pembelajaran kooperatif tipe belajar dengan menggunakan Google Drive pada kelompok mahasiswa memberikan hasil belajar yang berbeda secara signifikan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe belajar bersama tanpa Google Drive.

4.

KESIMPULAN

Berdasarkan penilaian hasil belajar mahasiswa dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe belajar bersama dengan memanfaatkan aplikasi Google Drive berbeda secara signifikan dengan model kooperatif tipe belajar bersama tanpa bantuan aplikasi Google Drive.

Faktor penghambat implementasi model pembelajaran kooperatif tipe belajar bersama dengan media pembelajaran Google Drive, berdasarkan hasil observasi selama mahasiswa mengerjakan tugas kelompok adalah faktor koneksi internet. Observasi juga menemukan bahwa keunggulan dalam mengerjakan tugas dengan aplikasi Google Drive, adalah mahasiswa lebih fokus, serius, dan dapat berkonsentasi dengan penuh dalam pengerjaan tugas.

5.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Dimyati, M. 1991. Psikologi Pendidikan. Malang: PPS-IKIP Malang.

[2] Djamarah, S. B., and Zain, A. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. [3] Johnson, D. W., Johnson, R. T., and Smith, K.

A. 1998. “Cooperative learning returns to college: What evidence is there that it works?”.

Change, 27—35.

[4] Johnson, D. W., and Johnson, R. T. 1999. “Making cooperative learning work”. Theory Into Practice, 38(2): 67—73.

[5] Johnson, D. W., and Johnson, R. T. 2014a. “Cooperative learning in 21st century”. Anales de Psicologia, 30(3): 841—851.

[6] Johnson, D. W., and Johnson, R. T. 2014b. “Using technology to revolutionalize cooperative learning: an opinion”. Frontiers in Psychology,5:1156.

(8)

7

[7] Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif Type Belajar Bersama. Surabaya: Universitas Press.

[8] Seels, B. B., and Richey, R.C. 1994.

Instructional Technology: The Definition and Domains of the Field. Washinton DC: Association for Educational Communications and Technology.

[9] Shimazoe, J., and Aldrich, H. 2010. “Group work can be gratifying: understanding and overcoming resistance to cooperative learning”.

College Teaching, 58: 52—57.

[10] Slavin, R. E. 2010. “Cooperative learning: what makes group-work work?” in H. Dumont, D. Istance, and F. Benavides (eds.) The Nature of learning: using research to Inspire Practice, France: OECD Publishing, pp.161—178.

(9)

PERBANDINGAN MODEL

PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE BELAJAR

BERSAMA MENGGUNAKAN

MEDIA GOOGLE DRIVE DAN

TANPA GOOGLE DRIVE

by

Desak Putu Eka Nilakusmawati

FILE

T IME SUBMIT T ED

25- JAN- 2016 10:46PM

SUBMISSION ID

623800901

(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)

11

%

SIMILARIT Y INDEX

10

%

INT ERNET SOURCES

3

%

PUBLICAT IONS

5

%

ST UDENT PAPERS

1

1

%

2

1

%

3

1

%

4

1

%

5

1

%

6

1

%

7

1

%

8

<

1

%

9

<

1

%

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE BELAJAR BERSAMA MENGGUNAKAN MEDIA

GOOGLE DRIVE DAN TANPA GOOGLE DRIVE

ORIGINALITY REPORT

PRIMARY SOURCES

hasmansulawesi01.blogspot.com

Int ernet Source

www.innovations.sa.edu.au

Int ernet Source

math.mipa.uns.ac.id

Int ernet Source

ocean.kisti.re.kr

Int ernet Source

Submitted to 61459

St udent Paper

helvia.uco.es

Int ernet Source

digilib.unimed.ac.id

Int ernet Source

ejournal.undiksha.ac.id

Int ernet Source

library.walisongo.ac.id

(18)

11

<

1

%

12

<

1

%

13

<

1

%

14

<

1

%

15

<

1

%

16

<

1

%

17

<

1

%

18

<

1

%

19

<

1

%

20

<

1

%

Submitted to iGroup

St udent Paper

Johnson, David W., and Roger T. Johnson.

"Using technology to revolutionize

cooperative learning: an opinion", Frontiers in

Psychology, 2014.

Publicat ion

Submitted to Turun yliopisto

St udent Paper

macson-pandiangan.blogspot.com

Int ernet Source

English. Encyclopedia of Educational

Leadership and Administration

Publicat ion

ja.unijobs.eu

Int ernet Source

openstreetmap.or.id

Int ernet Source

jurnal.umrah.ac.id

Int ernet Source

suryannie.wordpress.com

Int ernet Source

(19)

21

<

1

%

22

<

1

%

23

<

1

%

24

<

1

%

25

<

1

%

26

<

1

%

27

<

1

%

28

<

1

%

EXCLUDE QUOT ES

OFF

EXCLUDE

BIBLIOGRAPHY

OFF

EXCLUDE MAT CHES

OFF

www.bpjsketenagakerjaan.go.id

Int ernet Source

unmas-library.ac.id

Int ernet Source

pasca.undiksha.ac.id

Int ernet Source

jokocakep.blogspot.com

Int ernet Source

usupress.usu.ac.id

Int ernet Source

matematikauntuksmp.wordpress.com

Int ernet Source

fisika.fmipa.unib.ac.id

Int ernet Source

Gambar

Gambar 2. Edit dokumen dengan Aplikasi                            Google Drive

Referensi

Dokumen terkait

“Pengaruh Model Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Operasi Hitung Nilai Mata Uang Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas V di

SEGMEN BERITA REPORTER A Walikota Award Penghargaan Pemkot Bagi Media. Apa Kabar Jogja RBTV Menerima 2

Yamaha Jupiter Z sebesar 35,0%, sedangkan sisanya 65% dipengaruhi oleh faktor lain atau dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukan dalam penelitian sehingga dapat

[r]

Universitas

Pada saat proses pembelajaran di kelas, ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan saat praktikan menyampaikan materi sehingga membuat kondisi kelas sedikit

SENI Anak Mampu melakukan berbagai gerakan anggota tubuhnya sesuai dengan irama dan dapat mengekspresikan diri dalam bentuk goresan sederhana.. Dapat bergerak bebas

P.T Digital Wireless Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pelayanan internet berupaya untuk memberikan pelayanan terbaik untuk bagi pengguna jasa layanan