• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BAGAN KUSIK ESTATE, PT HARAPAN SAWIT LESTARI, KETAPANG, KALIMANTAN BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BAGAN KUSIK ESTATE, PT HARAPAN SAWIT LESTARI, KETAPANG, KALIMANTAN BARAT"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

DI KEBUN BAGAN KUSIK ESTATE, PT HARAPAN SAWIT LESTARI,

KETAPANG, KALIMANTAN BARAT

WISNU BAKTI SURYANTORO

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bagan Kusik Estate, PT Harapan Sawit Lestari, Ketapang, Kalimantan Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya saya ini kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014

Wisnu Bakti Suryantoro

(4)

ABSTRAK

WISNU BAKTI S. Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bagan Kusik Estate, PT Harapan Sawit Lestari, Ketapang, Kalimantan Barat. Dibimbing oleh SUDRADJAT.

Kegiatan magang dilakukan di Kebun Bagan Kusik Estate, PT Harapan Sawit Lestari, Kalimantan Barat dari 10 Februari sampai 10 Juni 2014. Kegiatan magang memberikan pengalaman kerja dan meningkatkan kemampuan mahasiswa menjadi lebih terampil bekerja di perkebunan kelapa sawit khususnya dalam hal manajemen pemanenan. Manajemen pemanenan yang diamati adalah rotasi panen, angka kerapatan panen, kriteria matang panen, prestasi kerja, tenaga kerja, dan transportasi hasil. Pengamatan rotasi panen dan tenaga kerja mengunakan analisis uji t-studet dan uji korelasi. Hasil uji t-student menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara interval panen standar dengan realisasi terhadap pencapaian target produksi. Berdasarkan hasil uji korelasi diketahui bahwa faktor umur, lama kerja, tigkat pendidikan berkorelasi positif terhadap produksi kelapa sawit. Pelaksanaan manajemen pemanenan mulai dari persiapan panen, cara memanen, dan transportasi TBS ke pabrik sudah dilaksanakan dengan baik, sehingga produksi setiap tahun kelapa sawit mengalami peningkatan.

Kata kunci: angka kerapatan panen, produktivitas, rotasi panen, tenaga kerja.

ABSTRACT

WISNU BAKTI S. Harvesting Management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) in Bagan Kusik Estate, PT Harapan Sawit Lestari, Ketapang, West Kalimantan. Supervised by SUDRADJAT.

The internship activities were conducted in Bagan Kusik estate, PT Harapan Sawit Lestari, West Kalimantan, starting from February 10 to June 10, 2014. The internship activity had given experience and improve the ability of students or skill in oil palm plantations. Harvesting management which had concerned such as crop rotation, crop density figures, ripe harvest criteria, work performance, menpower, and result of transportation. The crop rotation and menpower had been analyzed by using t-student test and corelation test. The result of t-student test showed that there is a significant difference between the standard harvest interval with the realization of production. Based on the results of correlation test is known that the factors of age, length of employment, education level positively correlated to the production of palm oil. The harvesting management implementation from preparation harvest, how to harvest, and transport the FFB (Fresh Fruit Bunches) to the mill that had been implemented with good, so that the production of palm oil each year has increased.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

DI KEBUN BAGAN KUSIK ESTATE, PT HARAPAN SAWIT LESTARI,

KETAPANG, KALIMANTAN BARAT

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

(6)
(7)

Judul Skripsi : Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bagan Kusik Estate, PT Harapan Sawit Lestari, Ketapang, Kalimantan Barat

Nama : Wisnu Bakti Suryantoro NIM : A24100108 Disetujui oleh Dr Ir Sudradjat, MS Dosen Pembimbing Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam magang yang dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Juni 2014 ini adalah Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) di Kebun Bagan Kusik Estate, PT Harapan Sawit Lestari, Ketapang, Kalimantan Barat.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs Sunyoto, MSi, Ibu Widarti Amd, Wahyu Arif Agung Nugroho dan Anesti Adiratna SStat beserta seluruh keluarga besar yang selalu mendukung, mendoakan penilis dalam penyelesaian skripsi.

2. Bapak Dr Ir Sudradjat, MS selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan masukan dan saran selama proses pengerjaan skripsi penulis.

3. Bapak Dr Ir Abdul Qadir, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing selama menjadi mahasiswa IPB di Departemen Agronomi dan Hortikultura.

4. Bapak Supianto, SP selaku Estate Manager dan Bapak Riyono selaku Senior

Assistant Bagan Kusik Estate atas segala motivasi, dukungan, dan ilmu terkait

kelapa sawit yang telah di berikan kepada penulis.

5. Semua pihak-pihak yang selalu memberikan semangat dan motivasinya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat waktu.

Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi para pembaca dan digunakan sebagaimana harusnya.

Bogor, Oktober 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Magang 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Kelapa Sawit 2

Budi Daya Kelapa Sawit 3

Pemanenan Kelapa Sawit 5

METODE MAGANG 7

Tempat dan Waktu 7

Metode Pelaksanaan 7

Pengamatan dan Pengumpulan Data 8

Analisis Data dan Informasi 9

KEADAAN UMUM 10

Letak Administratif dan Geografis 10

Keadaan Iklim dan Tanah 10

Areal Konsensi dan Tata Guna Lahan 10

Keadaan Tanaman dan Produksi 11

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 11

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 12

Aspek Teknis 12

Aspek Manajerial 26

HASIL DAN PEMBAHASAN 28

Kriteria Matang Panen 28

Rotasi Panen 29

Angka Kerapatan Panen 30

Tenaga Kerja 31

Prestasi Kerja 32

Transportasi Hasil 33

KESIMPULAN DAN SARAN 35

Kesimpulan 35

Saran 35

DAFTAR PUSTAKA 35

LAMPIRAN 38

(10)

DAFTAR TABEL

1 Produksi dan produktivitas tandan buah segar Kebun BKE tahun

2008/2009-2012/2013 11

2 Jumlah karyawan staf dan non staf Kebun BKE tahun 2014 12

3 Kandungan hara janjang kosong 17

4 Deskripsi peralatan panen 23

5 Kriteria matang panen Kebun BKE 23

6 Data hasil pengamatan kriteria matang panen 28

7 Data hasil pengamatan interval panen terhadap produksi 29

8 Hasil Pengamatan Angka Kerapatan Panen 30

9 Rata-rata umur, lama kerja, tingkat pendidikan, dan jumlah TBS 31 10 Hasil uji korelasi antara umur, lama kerja, dan tingkat pendidikan

terhadap jumlah TBS 31

11 Prestasi kerja panen 33

12 Data hasil pengamatan transportasi 35

DAFTAR GAMBAR

1 Bibit kelapa sawit double tun 13

2 Papan Identitas pada pembibitan kelapa sawit 14

3 Tanaman Turnera subulata 15

4 Micron Herby Sprayer 15

5 Karyawan yang menggunakan APD semprot lengkap 16

6 Aplikasi pemupukan menggunakan alat mekanis 19

7 Pengambilan contoh daun (LSU) untuk analisis unsur hara 21

8 Kegiatan panen 22

9 Alur transportasi TBS 25

DAFTAR LAMPIRAN

10 Jurnal harian kegiatan magang sebagai KHL 38

11 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor 39 12 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten rayon 40

13 Peta Kebun Bagan Kusik Estate 43

14 Data curah hujan dan hari hujan Kebun BKE 2008-2014 44

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang sangat penting. Dewasa ini, komoditas kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang menjanjikan dan pada masa depan minyak sawit diyakini tidak hanya mampu menghasilkan berbagai hasil industri hilir seperti minyak goreng, mentega, dan lain-lain, tetapi juga dapat menjadi subtitusi bahan bakar minyak (Setyamidjaja 2006).

Indonesia merupakan produsen crude palm oil (CPO) terbesar di dunia setelah mampu menggeser Malaysia. Kelapa sawit dan produk turunannya telah menjadi komoditas perdagangan internasional yang menyumbang devisa terbesar bagi negara dari ekspor non-migas tanaman perkebunan (Ditjenbun 2014). Ditjenbun (2013) menyatakan bahwa produktivitas, luas areal dan produksi perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2008 sampai 2013 mengalami peningkatan yang signifikan. Produktivitas kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan dari 3 424 kg ha-1 menjadi 3 689 kg ha-1, luas areal perkebunan kelapa sawit meningkat dari 7.4 juta ha menjadi 9.1 juta ha dan produksi dari jumlah 17.5 juta ton meningkat menjadi 24.4 juta ton. Produksi rata-rata TBS Indonesia pada saat ini adalah 16 ton ha-1 tahun-1 , dengan rendemen minyak 24 – 25 %, dan produktivitas CPO yang mampu dihasilkan sebesar 3.7 ton ha-1 tahun-1 (Andoko dan Widodoro 2013). Industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia sampai dengan tahun 2009 terus mengalami peningkatan. Jumlah industri pengolahan kelapa sawit Indonesia mencapai 608 pabrik yang tersebar seluruh provinsi di Indonesia dengan kapasitas produksi minyak kelapa sawit mencapai 34 280 ton/jam (Fauzi et al. 2012).

Menurut Sofiana (2012) pencapaian produktivitas dengan kualitas yang baik ditentukan dari perbaikan budi daya dan manajemen panen. Perbaikan budi daya dapat dilakukan mulai dari pemilihan bibit kesesuaian lahan dan iklim, penanaman, dan perwatan tanaman menghasilkan. Manajemen yang baik dapat dilakukan dimulai dari persiapan panen sampai pengangkutan TBS (tandan buah segar) ke pabrik. Kegiatan persiapan panen yang dilakukan meliputi: perencanaan dan pengadaan tenaga kerja, penetapan seksi potong buah, penetapan luas ancak kerja pemanen, peralatan panen, dan lingkar pagi (Sofiana 2012). Kegiatan panen dimulai dengan memotong pelepah dan merumpuk di gawangan mati, memotong tandan buah segar dan menyisakan tangkai di tandan sekitar 2 cm, mengutip berondolan di piringan, meletakkan TBS secara terpisah dengan berondolan di TPH, dan pengangkutan TBS ke pabrik. Kegiatan pengangkutan harus dilakukan secepat mungkin untuk menghindari pencurian buah di lapangan dan peningkatan asam lemak. Asam lemak bebas yang tinggi akan mempengaruhi kualitas minyak kelapa sawit (Andoko dan Widodoro 2013).

(12)

Tujuan Magang

Kegiatan magang ini secara umum bertujuan memperoleh pengalaman kerja dan meningkatkan kemampuan mahasiswa agar lebih terampil bekerja di perkebunan kelapa sawit. Secara khusus kegiatan magang ini bertujuan untuk mempelajari efektivitas panen dalam hal manajemen pemanenan di perkebunan kelapa sawit yang meliputi: rotasi panen, tenaga kerja, prestasi kerja, kriteria matang panen, kerapatan panen, dan transpotasi hasil.

TINJAUAN PUSTAKA

Kelapa Sawit

Saat ini kelapa sawit diusahakan secara komersial di Afrika, Amerika Selatan, Asia Tenggara, Pasifik Selatan, serta beberapa daerah lain dengan skala yang lebih besar. Tanaman kelapa sawit memiliki respon yang sangat baik terhadap kondisi lingkungan hidup dan perlakuan yang diberikan. Seperti tanaman budi daya lainnya, kelapa sawit membutuhkan kondisi tumbuh yang baik agar potensi produksinya dapat dicapai secara maksimal (Pardamean 2008). Kelapa sawit memiliki bagian-bagian vegetatif dan bagian-bagian generatif yang khas. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, daun, dan batang (Setyamidjaja 2006). Berdasarkan ukuran diameter, akar kelapa sawit terbagi menjadi 4, yaitu akar primer, sekunder, tersier, dan kuarter. Akar primer dengan diameter 6-10 mm adalah akar yang langsung muncul dari batang. Akar sekunder berdiameter 2 - 4 mm merupakan akar cabang dari akar primer dan pertumbuhan seringkali tumbuh ke permukaan tanah. Akar tersier dengan diameter 0.7 - 1.2 mm dan panjang 15 cm berada di akar sekunder. Sementara itu, akar kuarter berdiameter 0.1 - 0.3 mm dengan panjang sekitar 3 cm berada di akar tersier (Andoko dan Widodoro 2013).

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yang batangnya tidak memiliki kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan ukuran 20 - 75 cm (Fauzi et al. 2012). Pangkal batangnya membesar membentuk bonggol. Kecepatan tumbuh kelapa sawit berbeda-beda tergantung varietas dan secara umum kecepatan pertumbuhan sekitar 25 - 40 cm per tahun (Setyamidjaja 2006).

Daun tanaman kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk satu pelepah dengan panjang lebih dari 7.5 - 9 m. jumlah anak daun di setiap pelepah berkisar 250 - 400 helai (Fauzi et al. 2012). Semakin tua tanaman kelpa sawit semakin banyak jumlah pelepah dan anak daun. Tanaman kelapa sawit dewasa pada umumnya memiliki 40 - 50 pelepah dan pada saat tanaman berumur 10 - 13 tahun dapat ditemukan daun yang luas permukaannya mencapai 10 - 15 m2 yang berhubungan dengan produktivitas tanaman (Andoko dan Widodoro 2013).

Daun kelapa sawit memiliki rumus daun 3/8, artinya setiap mengelilingi 3 kali spiral terdapat duduk daun (pelepah) sebanyak 8 helai. Pelepah daun pada batang tersusun dalam satu susunan yang melingkari batang di mana daun ke-1, ke-9, ke-17, dan seterusnya membentuk garis spiral (Setyamidjaja 2006).

(13)

Primordium pada daun kelapa sawit terpisah dari primordium sebelumnya pada sebuah spiral genetik berdasarkan suatu sudut yaitu sudut divergen yang besarnya 137.50 (Pahan 2007).

Bagian generatif kelapa sawit terdapat bunga dan buah. Bunga terdiri atas bunga jantan dan bunga betina. Kelapa sawit termasuk dalam kategori tanaman berumah satu yang artinya dalam satu batang terdapat bunga jantan dan betina yang letaknya terpisah (Setyamidjaja 2006). Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang dengan ujung kelopak agak meruncing dan garis tengah bunga lebih kecil. Rangkaian bunga jantan terdiri atas batang poros dan cabang-cabang merunncing yang disebut spikelet. Jumlah spikelet dalam rangkaian mencapai 200 buah dan jumlah bunga tiap spikelet pada bunga jantan 700 - 1 200 buah (Fauzi et

al. 2012). Bunga betina memiliki spikelet yang hampir sama dengan bunga jantan

yaitu 200 buah dan setiap cabang terdapat 15 - 20 bunga betina. Bunga jantan maupun bunga betina biasanya terbuka selama 3 - 5 hari dalam satu tandan. Tepung sari dapat melakukan penyerbukan selama 2 - 3 hari. Dalam satu tandan buah tanaman dewasa dapat diperoleh 600 - 2 000 butir buah dan setiap pokok dapat menghasilkan 15 - 25 tandan buah per tahun pada tanaman muda, sedangkan pada tanaman tua diperoleh 8 - 12 tandan buah per pokok per tahun (Setyamidjaja 2006). Tanaman kelapa sawit pada umumnya dapat menghasilkan buah dan siap panen pada umur 3.5 tahun sejak pengecambahan biji di pembibitan. Waktu yang diperlukan mulai penyerbukan sampai buah matang dan siap panen adalah 5 - 6 bulan (Fauzi et al. 2012).

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman tropis yang mampu tumbuh dengan baik antara garis lintang 13 ºLU dan 12 ºLS. Curah hujan yang dibutuhkan untuk penanaman kelapa sawit adalah 1 500 mm sampai 4 000 mm per tahun, tetapi curah hujan optimal adalah 2 000 mm sampai 3 000 mm per tahun. Tanaman kelapa sawit membutuhkan suhu optimal untuk pertumbuhan antara 24 ºC sampai 28 ºC dengan suhu terendah 18 ºC dan suhu tertinggi 32 ºC. Kelembaban yang dibutuhkan dalam penanaman kelapa sawit sekitar 18% dan penyinaran matahari yang cukup (Setyamidjaja 2006). Tanaman kelapa sawit akan dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal jika ditanam pada tempat dengan ketinggian maksimal 400 m di atas permukaan laut. Lahan yang digunakan dalam penanaman kelapa sawit sebaiknya mempunyai kemiringan lereng 0 - 12˚ atau 21% (Sunarko 2007).

Budi Daya Kelapa Sawit

Teknik budi daya yang baik akan menghasilkan buah kelapa sawit dengan jumlah dan mutu yang baik. Seacara garis besar teknik budi daya kelapa sawit meliputi, pembukaan lahan, penanaman, dan perawatan tanaman yang benar. Semua aspek teknik budi daya dalam pengusahaan tanaman kelapa sawit harus dilaksanakan dengan baik (Fauzi et al. 2012).

Pembukaan lahan

Menurut Setyamidjaja (2006) pembukaan lahan di tanah mineral untuk perkebunan kelapa sawit dapat dilakukan secara mekanis, khemis, dan manual.

Pembukaan lahan secara mekanis dilakukan pada areal hutan primer atau

(14)

terdiri atas babad pendahuluan, menumbangkan, merencek, dan merumpuk. Alat yang digunakan dalam pembukaan lahan secara mekanis adalah gergaji mesin atau bila kondisi lahan memungkinkan dapat menggunakan buldozer.

Pembukaan lahan secara khemis dilakukan pada lahan yang ditumbuhi

lalang. Pembukaan lahan secara khemis membutuhkan herbisida berbahan aktif Dalapon atau Glyphosate, penyemprotan dilakukan 3 tahap dengan interval waktu 3 minggu. Dosis semprot per hektar adalah 7.5 kg Dalapon per 1 000 L air untuk sekali semprot dan Glyphosate dengan dosis 600 – 700 L air yang dicampur 6 – 7 L Glyphosate untuk tiap hektar (Fauzi et al. 2012).

Pembukaan lahan secara manual pada prinsipnya sama dengan

pembukaan lahan secara mekanis. Pembukaan lahan secara manual dilakukan bila perlakuankuan secara khemis dan mekanis tidak memugkinkan untuk dilakukan (Setyamidjaja 2006).

Pemancangan tanaman dilakukan setelah hutan terbuka. Pemancangan berkaitan dengan susunan penanaman dan jarak tanam, yang nantinya akan mempengaruhi kerapatan tanam (Fauzi et al. 2012). Sistem jarak tanam yang digunakan umumnya adalah segitiga sama sisi dengan jarak 9 m x 9 m x 9 m dan populasi tanaman setiap hektarnya adalah 143 pokok (Setyamidjaja 2006). Pemancangan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu sistem mata lima dan sistem kontur (Fauzi et al. 2012). Sistem mata lima dilakukan dengan bantuan kawat sling berdiameter 1 – 2 mm dan ajir sepanjang 1 m. cara memancang pertama kali menentukan batas blok yang akan ditanami, kemudian tarik garis lurus dari titik pertemuan antara jalan utama dan jalan koleksi dengan arah barat – timur menggunakan kawat slin dan tancapkan ajir setiap 9 m (Andoko dan Widodoro 2013). Sistem kontur digunakan untuk topografi areal yang bergelombang hingga berbukit. Jarak antar teras kontur berbanding terbalik dengan jarak antar tanaman di dalam teras kontur, semakin besar jarak antar teras maka semakin kecil jarak antar tanamannya (Fauzi et al. 2012).

Penanaman

Penanaman diawali dengan pembuatan lubang tanaman berukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm dan peletakan tanah dipisah antara tanah atas dan tanah galian. Pembuatan piringan dilakukan 2 hari sebelum pemberian pupuk dasar. Piringan dibuat dengan radius 1 m dari lubang tanam. Pupuk dasar yang digunakan adalah SP-18 dengan dosis 100 g per lubang (Fauzi et al. 2012). Penanaman tanaman penutup tanah dilakukan setelah pembuatan lubang tanam. Fungsi dari tanaman penutup tanah adalah melindungi permukaan tanah dari pencucian unsur hara yang berlebihan, bahaya erosi, memperbaiki sifat kimia tanah, dan memperbaiki struktur tanah. Tanaman yang dapat digunakan adalah Calopogonium mucunoides,

Pueraria javanica, mucuna bracteata, dan Centrosema pubescens (Andoko dan

Widodoro 2013). Cara menanam tanaman penutup tanah di kebun kelapa sawit adalah benih dicampur dengan kompos rhizobium secara merata, penanaman biji dalam lubang dengan cara ditugal dengan jarak 30 cm dan ditanam 4 – 5 biji per lubang, tanaman ditanam dengan cara larikan yaitu 3 – 5 larikan dalam 1 gawangan searah dengan barisan kelapa sawit (Setyamidjaja 2006).

Penanaman kelapa sawit menggunakan bibit unggul yang berumur 12 – 14 bulan dan tinggi bibit berkisar 70 - 180 cm. Penanaman dilakukan ketika musim penghujan yaitu pada bulan Oktober atau November (Fauzi et al. 2012). Menurut

(15)

Andoko dan Widodoro (2013) tahapan cara menanam bibit kelapa sawit adalah memiringkan posisi bibit kemudian sayat alas polybag hingga bibit terlepas. Menurunkan bibit secara hati-hati ke dalam lubang tanam dan posisikan tegak lurus dengan permukaan tanah. Tanah bagian atas digunakan untuk menimbun terlebih dahulu sebelum tanah lapisan bawah.

Perawatan tanaman

Pemeliharaan tanaman ketika belum menghasilkan (TBM) berumur 2.5 – 3 tahun setelah tanam yaitu dilakukan penyulaman pada tanaman yang mati, menjaga piringan tetap dalam radius 1 – 1.5 m dari pokok kelapa sawit dan piringan dalam kondisi tetap bersih, pemeliharaan tanaman kacang penutup tanah untuk menekan pertumbuhan gulma dan menjaga kelembaban tanah, pemupukan sesuai dosis yang ditentukan, pemangkasan daun, kastrasi bunga, penyerbukan bantuan, serta pengendalian hama dan penyakit (Setyamidjaja 2006). Perawatan pada tanaman menghasilkan (TM) yang berumur lebih dari 3 tahun adalah dilakukannya pemeliharaan piringan, pemeliharaan gawangan, pruning, pemupukan, kastrasi, sanitasi, dan penyerbukan buatan (Andoko dan Widodoro 2013).

Pemanenan Kelapa Sawit

Kegiatan pemanenan di perkebunan kelapa sawit antara lain adalah memanen tandan buah segar karena tandan buah segar menjadi sumber penghasilan uang perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit. Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan secara maksimal dengan memperhatikan cara dan waktu panen yang tepat. Cara yang tepat akan mempengaruhi kuantitas produksi (ekstraksi) kelapa sawit, sedangkan waktu yang tepat akan mempengaruhi kualitas produksi asam lemak bebas (Pahan 2007).

Persiapan panen

Tanaman kelapa sawit dapat dipanen pada umur 30 bulan, dalam keadaan normal 90 – 100% dari seluruh pokok sudah matang panen (Lubis 2008). Pemanenan dilakukan saat buah mulai masak, kandungan minyak dalam daging buah meningkat cepat. Setelah kadar minyak dalam buah mencapai maksimal, buah akan lepas dari tandannya. Ciri tandan buah yang masak ditentukan oleh angka kematangan, yaitu jumlah buah yang berondol dari tandannya (Sastrosayono 2003).

Kriteria panen

Suatu tanaman kelapa sawit mulai dapat dilakukan panen ketika 60% buah atau lebih telah matang panen. Kriteria matang panen yang dijadikan patokan di perkebunan kelapa sawit adalah bila sudah ada 2 berondolan/kg tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau 1 berondolan/kg tandan dengan berat lebih dari 10 kg yang jatuh pada piringan pokok (Setyamidjaja 2006). Kriteria matang panen dengan mutu buah sesuai standar perusahaan akan mampu meningatkan rendemen minyak kelapa sawit dan kualitas minyak yang diolah (Tammara 2012).

(16)

Rotasi panen

Dalam pemanenan perlu diadakan rotasi panen, yaitu waktu yang diperlukan antara panen terakhir dan panen berikutnya di tempat yang sama. Pada panen permulaan, rotasi panen 15 hari, selanjutnya 10 hari, dan terakhir 7 hari. Rotasi panen menggunakan simbol 6/7, yaitu 6 hari memanen dengan rotasi 7 hari (Sunarko 2007). Rotasi panen berkaitan erat dengan kerapatan panen, kapasitas pemanen, cuaca, dan kondisi pabrik (Tammara 2012).

Peralatan panen

Alat-alat kerja dalam pemanenan kelapa sawit adalah: a) Dodos kecil berbentuk tembilang dengan lebar mata 8 cm dan panjang mata 8 cm. Dodos kecil digunakan sejak tanaman selesai ditunas pasir sampai selesai ditunas selektif. b) Dodos besar berbentuk seperti tembilang dengan lebar mata 14 cm dan panjang 12 cm. Dodos besar digunakan sejak tanaman selesai ditunas selektif sampai tanaman tumbuh tinggi. c) Pisau egrek berbentuk seperti pisau arit dengan panjang pangkal 20 cm, panjang pisau 45 cm, dan sudut lengkung 135º. d) Bambu egrek merupakan ganggang pisau dengan panjang 10 m, tebal 1 cm sampai 1.5 cm, diameter ujung 4 cm sampai 5 cm, dan diameter pangkal 5 cm sampai 7 cm. e) Gancu dan tojok untuk bongkar-muat TBS, gancu terbuat dari besi beton dengan diameter 3/8 inci. Tojok terbuat dari pipa besi dengan ujung besi beton lancip dan panjang 1 – 1.5 m. f) Angkong dan goni eks-pupuk merupakan alat untuk membawa buah ke TPH (Pahan 2007).

Cara panen dan pengumpulan buah

Menurut Setyamidjaja (2006) cara panen dan pengumpulan buah kelapa sawit yang dianjurkan adalah sebagai berikut:

a. Semua tandan yang telah matang panen harus dipanen, jangan sampai ada yang tidak dipanen.

b. Tanaman yang masi rendah, tandan dipotong dengan dodos dan tanaman yang sudah tinggi menggunakan egrek yang bertangkai panjang.

c. Tandan buah hasil panen diletakkan dipiringan menghadap ke jalan pikul. d. Berondolan dikumpulkan dan diletakkan terpisah dari tandannya.

Pengangkutan tandan buah segar

Tandan buah segar yang telah dipanen harus segera diangkut untuk menghindari terjadinya peningkatan asam lemak bebas dan resiko kehilangan buah di lapangan. Proses pengangkutan dalam panen terbagi menjadi dua, yaitu

recovery dan evacuation. Recovery mencakup kesiapan panen dan pengangkutan

panen dari tanaman menuju tempat pengumpulan hasil (TPH), sedangkan

evacuation merupakan pengangkutan TBS dari TPH ke pabrik dengan unit

(17)

METODE MAGANG

Lokasi Magang dan Waktu Magang

Kegiatan magang dilakukan di Kebun Bagan Kusik Estate, PT Harapan Sawit Lestari, Ketapang, Kalimantan Barat selama 4 bulan efektif yang dimulai dari 10 Februari hingga 10 Juni 2014.

Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan pada kegiatan magang adalah metode pengambilan data primer dan data sekunder. Metode pengambilan data primer yang dilakukan adalah praktek kerja langsung di lapangan dengan mengikuti kerja aktif dalam pelaksanaan kegiatan, wawancara, dan diskusi. Pengambilan data sekunder dilakukan melalui pengumpulan laporan bulanan, laporan tahunan, dan arsip kebun.

Kegiatan magang bulan pertama, penulis bekerja langsung di lapangan sebagai karyawan harian lepas (KHL). Kegiatan magang yang dilakukan sebagai KHL meliputi: (1) mengikuti apel pagi, (2) melakukan tugas lapangan sesuai yang dibutuhkan kebun, pemeliharaan tanaman (pemupukan, penunasan dan pengendalian gulma), dan pemanenan, (3) mengisi jurnal harian yang diketahui pembimbing lapangan, dan (4) mencatat prestasi kerja mahasiswa dan karyawan yang diperoleh pada setiap kegiatan, kemudian dibandingkan dengan norma kerja diperusahaan tempat magang. Jurnal harian kegiatan magang sebagai KHL terlampir pada Lampiran 1.

Kegiatan magang berikutnya sebagai pendamping mandor yang dilaksanakan selama satu bulan. Tugas sebagai pendamping mandor antara lain meliputi: (1) membantu dalam membuat perencanaan kebutuhan fisik dan biaya untuk pekerjaan yang akan dilakukan, (2) membantu menentukan jumlah karyawan yang diperlukan serta keperluan biaya operasional dari setiap kegiatan yang dilakukan, (3) mengikuti kegiatan apel pagi, (4) membantu menghitung kebutuhan bahan tanam dan bahan kimia (pupuk dan pestisida) berdasarkan konsentrasi dan dosis yang telah diterapkan, (5) mengorganisir karyawan pada setiap kegiatan, (6) membuat jurnal kegiatan harian yang berisi waktu kegiatan, jenis pekerjaan, dan jumlah karyawan yang diawasi. Kegiatan administrasi sebagai mandor adalah membuat laporan harian mandor. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor terlampir pada Lampiran 2.

Kegiatan magang 2 bulan terakhir adalah sebagai pendamping asisten lapangan. Tugas dan tanggungjawab sebagai pendamping asisten rayon antara lain: (1) membantu menyusun rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP), (2) mempelajari kegiatan manajerial di tingkat rayon, (3) membantu pembuatan laporan asisten, (4) membantu mengelola dan mengawasi tenaga kerja, (5) meganalisis kegiatan lapangan tingkat rayon, dan (6) pembuatan jurnal harian. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten lapangan terlampir pada Lampiran 3.

(18)

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Aspek khusus sebagai bahan penyusunan skripsi adalah manajemen pemanenan kelapa sawit. Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan terhadap rotasi panen, kriteria matang panen, kerapatan panen, tenaga kerja, prestasi kerja, dan transportasi hasil.

Rotasi panen

Pengamatan terhadap lama waktu pemanenan terakhir dengan panen berikutnya dalam satu seksi panen. Pengamatan dikaitkan dengan hasil perbandingan antara rotasi panen standar dengan realisasi dan hubungannya terhadap pencapaian target produksi pada bulan Februari hingga April di rayon II Kebun Bagan Kusik Estate (BKE).

Tenaga kerja

Data jumlah tenaga kerja diperoleh dengan wawancara terhadap asisten dan tenaga kerja. Pengamatan dikaitkan dengan Jumlah tandan buah segar (TBS) yang dipanen apakah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya umur, tingkat pendidikan, dan lama kerja setiap pemanen. Tenaga kerja yang diamati berjumlah 14 tenaga kerja dalam satu kemandoran panen dengan 3 kali ulangan dan setiap ulangan diambil 10 tanaman contoh.

Prestasi kerja

Pengamatan prestasi kerja dilakukan terhadap 14 tenaga kerja dalam satu kemandoran panen. Pengamatan dikaitkan dengan hasil perbandingan antara data realisasi produktivitas rata-rata pemanen per bulan dengan data target produksi rata-rata pemanen per bulan yang telah ditentukan perusahaan. Pengamatan dilakukan sebanyak 30 kali ulangan, yaitu mulai produksi bulan Februari sampai April.

Kriteria matang panen

Pengamatan terhadap 14 tenaga kerja dalam satu kemandoran panen dengan 3 kali ulangan dan 10 tanaman contoh. Data diperoleh dengan mengamati jumlah berondolan yang jatuh di piringan sebelum TBS dipanen oleh pemanen dan disesuaikan dengan standar ketentuan perusahaan.

Kerapatan panen

Pengamatan dilakukan sebanyak 4 blok dengan jumlah tanaman contoh 6% dari total pokok dalam bloknya. Cara pengambilan contoh tanaman yaitu setiap berjarak 10 baris dan di dalam baris berjarak 3 pokok. Data diperoleh dengan cara mengamati jumlah buah matang dari total pohon yang diamati. Angka kerapatan panen diperoleh dengan rumus berikut:

AKP = jumlah pohon yang diamatijumlah buah matang 𝑋 100%

Transportasi hasil

Pengamatan dilakukan sebanyak 20 blok pada dua kemandoran panen dengan cara mengikuti satu tim transportasi panen dari proses pengangkutan di

(19)

tempat pengumpulan hasil (TPH) hingga proses pengangkutan TBS menuju pabrik. Parameter yang diamati adalah jarak TPH ke pabrik, lama waktu pengangkutan dari kebun sampai pabrik, kondisi jalan, kecepatan, dan jumlah kendaraan yang digunakan.

Data sekunder meliputi: lokasi kebun, letak geografis, topografi, iklim, curah hujan produktivitas tanaman, kondisi tanaman, infrastruktur kebun, luas dan tata guna lahan, keadaan tanah dan iklim, norma kerja, dan struktur organisasi perusahaan. Data ini dijadikan sebagai data pendukung.

Analisis Data dan Informasi

Hasil pengamatan dan pengumpulan data yang diperoleh dari kegiatan magang akan dianalisis secara deskriptif menggunakan uji korelasi dan uji t-

student. Analisis secara deskriptif dilakukan untuk mencari nilai rata-rata dan

persentase yang diperoleh di lapangan kemudian akan dideskripsikan dengan pembanding norma baku dan standar yang ditentukan oleh perusahaan serta literatur atau pustaka yang mendukung. Analisis statistik sederhana yaitu uji korelasi untuk mengetahui korelasi antara hasil panen dengan berbagai aspek pemanenan dan uji t-student untuk membandingkan hasil panen dengan berbagai aspek pemanenan. Program aplikasi yang digunakan untuk menganalisis aspek pemanenan secara kuantitatif seperti tenaga kerja panen dan rotasi panen adalah Minitab.

Rumus uji t-student (Walpole 1993): t − 𝑠𝑡𝑢𝑑𝑒𝑛𝑡 = (𝑥 1+𝑥 2) 𝑆𝑝 (𝑛 11+1 𝑛 2) dengan Sp = 𝑛1−1 𝑆1 2+(𝑛 2−1)𝑆22 𝑛1+𝑛2−2 Keterangan:

𝑥 1, 2 = Rata-rata pengamatan 1 dan 2 𝑆2

1, 𝑆22 = Ragam contoh 1 dan 2 𝑛1, 2 = Jumlah pengamatan 1 dan 2 Sp = Simpangan baku gabungan

Rumus uji korelasi (Walpole 1993): rxy = 𝑛 𝑥𝑖𝑦𝑖– 𝑥𝑖 ( 𝑦𝑖) {𝑛 𝑥𝑖2− ( 𝑥 𝑖)2} {𝑛 𝑦𝑖2− ( 𝑦𝑖)2} Keterangan: r = Koefisien korelasi

xi = Variabel penentu atau pengaruh yi = Variabel dipengaruhi nilai data x n = Jumlah data

(20)

KEADAAN UMUM

Letak Administratif dan Geografis

Kebun Bagan Kusik Estate (BKE) merupakan perkebunan kelapa sawit milik PT Harapan Sawit Lestari (PT HSL). Perkebunan ini sebelumnya adalah kebun milik pribadi, kemudian pada tahun 2005 diakuisisi oleh PT HSL. PT HSL merupakan perkebunan swasta asing yang berasal dari Amerika. Kebun BKE terletak di Desa Bagan Kusik, Kecamatan Manismata, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Lokasi kebun dapat ditempuh dengan perjalanan darat selama 2.5 – 5 jam melalui Kota Pangkalan Bun (Kalimantan Tengah) dan 5 jam melalui Kota Ketapang (Kalimantan Barat).

Kebun BKE memiliki batas-batas wilayah yaitu, sebelah utara berbatasan dengan satuan pemukiman 7 dan 10, sebelah selatan berbatasan dengan Kebun Manismata Estate, sebelah barat berbatasan dengan Kebun Kebanteng Estate, dan bagian timur berbatasan dengan Kebun Betivau Estate. Secara geografis, lokasi Kebun BKE terletak pada koordinat 2˚ 23’ 3’’ - 2˚ 26’ 31’’ LS dan 110˚ 56’ 43’ - 110˚ 56’ 47’’ BT. Peta wilayah administratif Kebun BKE dapat dilihat pada Lampiran 4.

Keadaan Iklim dan Tanah

Kondisi curah hujan tahunan rata-rata Kebun BKE dalam kurun waktu 6 tahun terakhir (2008 – 2013) yaitu 2 684.8mm per tahun dengan pola penyebaran hari hujan yang merata dengan hari hujan rata-rata 170.2 hari per tahun. Rata-rata bulan basah (BB) selama 6 tahun terakhir adalah 10 bulan dan rata-rata bulan kering (BK) adalah 0.7 bulan. Menurut klasifikasi iklim Schmit-Ferguson, kondisi iklim Kebun BKE termasuk dalam tipe iklim A (sangat basah). Data curah hujan, harian hujan, BB, dan BK selama 6 tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran 5.

Kebun BKE memilki jenis tanah 60% podzolik dan 40% entisol. Kondisi topografi Kebun BKE adalah 96.4% datar bergelombang dengan luasan areal lahan 3 220.11 ha dan 3.6% berbukit dengan luasan lahan 121.09 ha. Derajat kemasaman tanah (pH) 4.5 – 5, suhu rata-rata berkisar antara 17 ˚C – 34 ˚C, ketinggian tempat berkisar antara 24 – 62 m di atas permukaan laut, dan kelembaban sekitar 60%. Kebun BKE termasuk dalam kelas kesesuaian lahan tingkat S3. Berdasarkan klasifikasi kelas kesesuaian lahan tersebut, maka Kebun BKE dapat digunakan sebagai lahan perkebunan kelapa sawit, tetapi perlu ada perlakuan khusus untuk mengurangi faktor pembatasnya sehingga proses budi daya dapat berjalan lancar dan menghasilkan produktivitas yang tinggi.

Areal Konsensi dan Tata Guna Lahan

Kebun Bagan Kusik Estate adalah kebun inti dengan luas areal kebun sebesar 3 888 ha, yang terdiri atas tanaman menghasilkan seluas 3 341.2 ha, dan areal tidak ditanami seluas 546 ha. Kebun Bagan Kusik Estate dibagi menjadi dua rayon, rayon I memiliki areal tanaman menghasilkan seluas 1 512.13 ha dengan jumlah blok sebanyak 54 blok dan rayon II seluas 1 828.08 ha dengan blok

(21)

sebanyak 73 blok. Areal kebun yang tidak ditanami meliputi areal perumahan, areal lahan yang tidak produktif, dan jalan. Masing-masing areal memiliki luasan 18.794 ha untuk areal perumahan, 382.9 ha untuk areal lahan yang tidak produktif, dan 14.5 ha untuk areal jalan.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Kebun Bagan Kusik Estate menggunakan varietas tanaman Tenera Socfindo, Tenera Marihat, Tenera Lonsum, dan Tenera Dami. Luas Kebun BKE yang tertanami kelapa sawit sebesar 3 341.2 ha, dari luasan tersebut terbagi beberapa varietas dengan luasan dan persentase yang berbeda. Varietas Tenera Socfindo ditanam pada luasan lahan 3 141.97 ha (94.04%), varietas Tenera Marihat seluas 49.35 ha (1.48%), varietas Tenera Lonsum seluas 134.73 ha (4.03%), dan varietas Tenera Dami seluas 15.15 ha (0.45%). Jarak tanam yang digunakan Kebun BKE adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan jarak antar barisan 7.96 m dan jarak dalam barisan 9.2 m sehingga populasi tanaman per hektar adalah 137 pokok. Tahun tanam Kebun BKE dimulai pada tahun 1994, 1995, 1996, dan 1997. Produksi dan produktivitas Kebun BKE selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Produksi dan produktivitas TBS Kebun BKE tahun 2008/2009- 2012/2013

Tahun Luas areal tanam (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton ha-1) 2008/2009 3 341.20 71 202.84 21.31 2009/2010 89 282.23 26.72 2010/2011 98 215.99 29.39 2011/2012 76 156.08 22.79 2012/2013 94 851.44 28.38 Rata-rata 85 941.72 25.72

Sumber: Arsip dokumen Kebun Bagan Kusik Estate (BKE), 2014

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Areal perkebunan inti BKE dipimpin oleh seorang estate manager, dalam melaksanakan pekerjaan, estate manager dibantu oleh 5 assitant yang megelola jalannya sistem budi daya kelapa sawit pada 2 rayon. Struktur organisasi Kebun BKE dapat dilihat pada Lampiran 6.

Seorang field assistant dibantu oleh 3 orang mandor panen, 4 orang mandor perawatan, 3 orang kerani buah dan seorang kerani pengiriman buah. Pada dasarnya tugas mandor adalah mengawasi seluruh kegiatan lapangan yang meliputi kegiatan pemeliharaan dan perawatan agar sesuai dengan standar mutu dan norma yang telah ditentukan perusahaan, serta memastikan karyawannya bekerja sesuai prosedur perusahaan mulai dari apel pagi hingga pulang kerja. Kerani buah bertanggungjawab untuk memastikan bahwa hasil produksi sesuai standar perusahaan. Kerani pengiriman buah bertugas mengawasi dan mengatur jalannya pengiriman buah dari lapangan ke PKS (pabrik kelapa sawit). Jumlah staf dan non-staf dapat dilihat pada Tabel 2.

(22)

Tabel 2 Jumlah karyawan staf dan non staf Kebun BKE tahun 2014

Status karyawan Jabatan Jumlah (orang)

Karyawan staf - Estate Manager - Senior Assistant - Assistant Panen - Assistant Perawatan - Assistant Pemupukan - Assistant Administrasi / KTU - Assistant Mekanik 9

Karyawan non staf

Bulanan Supervisi 108

SKU Pemanen 347

BHL Pemanen dan driver traktor 39

Total 503

ITK (indek tenaga kerja) 0.15

Sumber: Arsip data tenaga kerja Kebun BKE, 2014

Status karyawan di Kebun BKE terdiri atas staf dan non staf. Karyawan staf meliputi estate manager, senior assistant, field assistant, upkeep assistant, dan kepala administrasi. Karyawan non staf meliputi karyawan bulanan, serikat kerja unit (SKU) dan buruh harian lepas (BHL). Indek tenaga kerja (ITK) BKE adalah 0.15. Sistem pengupahan staf didasarkan pada ketentuan perusahaan sedangkan sistem pengupahan karyawan bulanan, SKU, dan BHL ditentukan berdasakan upah minimum regional pertanian dan perkebunan. Kebun BKE menyediakan fasilitas umum untuk mendukung kesejahteraan karyawan, yaitu perumahan karyawan, mess, masjid, gereja, SD, TK, poliklinik, penitipan anak, bis sekolah, air bersih, dan listrik.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis Apel pagi

Apel pagi adalah kegiatan rutin yang dilaksanakan pada pukul 05.00 pagi dan diikuti oleh seluruh jajaran karyawan, staf, dan pimpinan. Setelah senam pagi setiap karyawan berkumpul secara berkelompok sesuai kemandoran masing-masing membentuk lingkaran. Setiap mandor melakukan pengarahan kegiatan yang dilakukan pada hari tersebut, mengevaluasi hasil kerja yang dilakukan hari sebelumnya, melakukan absensi, memberikan motivasi dan memeriksa kelengkapan APD (alat pelindung diri) karyawan. Para mandor akan berkumpul kembali untuk mendapatkan pengarahan dari asisten kebun. Pengarahan yang diberikan asisten kebun adalah evaluasi hasil yang didapatkan pada hari sebelumnya, pekerjaan yang harus ditingkatkan untuk hari ini, safety talk

(23)

(penyampaian cara bekerja yang aman pada karyawan) dan memastikan bahwa para mandor memeriksa pekerjaan karyawannya agar sesuai dengan SOP yang berlaku.

Pembibitan

PT Harapan Sawit Lestari (HSL) memiliki lokasi pembibitan yang terletak di PT Indo Sawit Kekal (ISK), tepatnya di River View Estate (RVE). Lahan yang dikelola oleh PT ISK merupakan hasil dari pemekaran lahan yang dilakukan oleh PT HSL. Luas lokasi pembibitan (pre nursery) di RVE adalah 0.1836 ha dan di dalam lahan tersebut terdapat 85 petakan untuk tempat pembibitan. Pemilihan lokasi pembibitan didasarkan pada topografi yang datar, dekat sumber air, dekat dengan lahan yang akan ditananami, drainase yang baik, dan akses menuju lokasi yang mudah.

Bibit yang digunakan adalah Tenera Yangambi, hasil persilangan antara varietas Delidura dengan Psifera Yangambi dengan jumlah bibit sebanyak 41 000 bibit. Terdapat dua jenis bibit yaitu bibit tunggal dan bibit double tun, bibit double

tun adalah bibit yang tumbuh memiliki sepasang plumula dan sepasang radikula

dalam satu benih tanaman kelapa sawit. Bibit double tun ditanam seperti tanaman tunggal, akan tetapi setelah umur 2.5 bulan bibit tersebut akan dipisah menjadi bibit tunggal. Bibit double tun dapat dilihat pada (Gambar 1).

Gambar 1 Bibit kelapa sawit double tun

Kegiatan penanaman pre nursery, dilakukan selama 3 – 4 bulan dan umur pembibitan pre nursery ketika penulis berkunjung telah sampai pada umur 1.5 bulan. Pre nursery ditanam pada polybag atau disebut baby-bag dengan ukuran lebar 15 cm, panjang 23 cm, dan tebal 0.1 mm. Media tanam yang digunakan adalah tanah lapisan atas (top-soil). Kecambah kelapa sawit ditanam pada polybag dengan kedalaman 2 cm dan dipastikan bahwa plumula menghadap keatas dan radikula menghadap kebawah agar proses pertumbuhan tidak terganggu, setelah dimasukkan kecambah kemudian ditutup dan ditambahkan Wet Decanter Solid (WDS) sebagai pupuk organik setebal 1 cm dipermukaannya.

Baby-bag yang telah diisi dengan media kemudian disusun rapat dan rapi di

dalam plot yang berbentuk bedengan dengan ukuran petakan 1.2 m x 10 m dan jarak antar bedengan 0.8 m. Bedengan tersebut rata-rata dapat menampung sekitar 1 000 bibit. Celah antar bedengan diberi penutup tanah (jumbo bag) yang berasal dari karung bekas, guna penutup tanah adalah mencegah tumbuhnya gulma dan menahan erosi tanah pada areal pembibitan. Setiap bedengan diberikan papan

(24)

identitas yang berisi nomor bedengan, jumlah bibit yang ditanam, tanggal tanam, dan jenis bibit. Papan identitas tersebut dibuat untuk memudahkan perawatan bibit. Papan identitas dapat dilihat pada (Gambar 2).

Gambar 2 Papan identitas pada pembibitan kelapa sawit

Bibit kelapa sawit disiram 2 kali dalam sehari, yaitu pagi dan sore. Sistem irigasi yang digunakan adalah sumisansui, yaitu selang sepanjang 54 m yang dilubangi dan diberi tekanan sehingga air akan memancar keluar seperti sprinkler. Pancaran air dari sumisansui diatur sedemikian rupa sehingga dapat memancar tepat pada bedengan bibit. Lama waktu yang dibutuhkan untuk satu kali penyiraman adalah 1 jam.

Pupuk anorganik yang digunakan adalah majemuk dan tunggal. Pupuk dicampur dengan air dan dilakukan aplikasi sewaktu penyiraman, sehingga konsentrasi yang digunakan adalah 2 g l-1. Kebutuhan pupuk dasar rock phosphate untuk pre nursery adalah 50 kg untuk 1 000 bibit dan diaplikasikan bersamaan sewaktu pengisian media tanam.

Pengendalian hama dan penyakit menggunakan jenis insektisida cyimbush dengan bahan aktif sipermetrin 50 g l-1 dan fungisida dithane dengan bahan aktif

mankozeb 80%. Fungisida mempunyai konsentrasi sebesar 1.5 g l-1 dan insektisida sebesar 1.5 ml l-1. Aplikasi fungisida dan insektisida di lapangan dengan mencampur pada satu kep berkapasitas 15 l dan satu kep tersebut untuk 5 000 bibit. Selain dilakukan pengendalian secara kimia, dilakukan juga pengendalian secara biologi dengan memanfaatkan tanaman Turnera subulata (Gambar 3). Turnera

subulata merupakan tanaman yang berfungsi untuk konservasi karena berguna

(25)

Gambar 3 Tanaman Turnera subulata

Pengendalian gulma

Kebun BKE (Bagan Kusik Estate) memiliki beberapa jenis gulma dominan yang tergolong jenis rumput-rumputan, paku-pakuan, dan jenis daun lebar. Jenis rumput-rumputan yang dominan adalah Axonopus sp, Cynodon dactylon, dan

Eleusine indica. Jenis paku-pakuan adalah Nephrolepis biserata dan jenis daun

lebar adalah Asystasia sp.

Pengendalian gulma di Kebun BKE menggunakan cara kimia dan manual. Pengendalian secara manual dilakukan karena pengendalian secara kimia tidak bisa diterapkan. Pengendalian manual dibagi menjadi beberapa jenis pekerjaan, yaitu dongkel anak kayu (DAK), garuk piringan, dan cabut anak sawit (kentosan). Standar kerja pengendalian manual Kebun BKE adalah 1 ha HK-1 dengan jumlah tenaga kerja 12 orang. Kegiatan perawatan dilakukan 2 kali dalam satu tahun. Alat-alat yang digunakan untuk perawatan manual adalah parang, cangkul, dan egrek.

Pengendalian kimia adalah teknik mengendalikan gulma dengan bahan kimia tertentu sesuai jenis gulma yang tumbuh. Sistem penyemprotan gulma di Kebun BKE adalah chemist, piringan, dan pasar pikul (CPP) menggunakan alat yang disebut Controlled Droplet Application (CDA) (Gambar 4).

Gambar 4 Alat semprot Controlled Droplet Application (CDA)

Herbisida yang digunakan perusahaan adalah jenis Ronda plus dengan bahan aktif Glyfosat dan metafuron (Methil metsulfuron). Dosis dan volume semprot herbisida yang digunakan adalah 250 ml ha-1 dan 5 l ha-1 Satu alat semprot berisi

(26)

10 l larutan dengan campuran herbisida sebanyak 0.5 l dan air 9.5 l. Waktu aplikasi yang dibutuhkan untuk satu kali semprot dengan luasan 2 ha (piringan, pasar pikul, dan TPH) adalah 64 menit dengan rotasi 2.5 kali dalam satu tahun. Standar kerja Kebun BKE adalah 6 ha HK-1 dengan jumlah tenaga kerja 9 HK. Karyawan diwajibkan menggunakan APD (alat pelindung diri) ketika melaksanakan kegiatan semprot gulma (Gambar 5). APD yang harus digunakan adalah sepatu boot, sarung tangan karet, apron, masker, kacamata, dan baju overall biru. Penggunaan APD ditujukan untuk keselamatan kerja, sehingga kecelakaan kerja dapat diminimalkan atau mungkin ditiadakan.

Gambar 5 Karyawan yang menggunakan APD semprot lengkap Tenaga kerja sering mendapatkan kendala dalam aplikasi herbisida dengan menggunakan CDA sehingga target biasanya tidak terpenuhi. Kendala yang dialami tenaga kerja adalah matinya kelistrikan dikarenakan kabel konslet terkena larutan herbisida sehingga butuh beberapa waktu untuk membetulkannya, kondisi gulma yang rapat, kondisi topografi lahan pada blok yang tidak rata, dan tersumbatnya aliran air karena adanya kotoran yang menyumbat nozel.

Pemupukan

Pemupukan tanaman kelapa sawit bertujuan untuk menyediakan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan generatif, sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit (Andoko dan Widodoro 2013). Kegiatan pemupukan harus direncanakan dengan baik dan dilaksanakan mengikuti 4 tepat yaitu tepat jenis hara, dosis, cara, dan waktu (Setyamidjaja 2006). Pupuk dibagi menjadi dua, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik.

Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan organik atau alami. Selain memiliki kandungan hara yang lengkap pupuk organik juga memiliki senyawa-senyawa organik lain yang bermanfaat bagi tanaman, seperti asam humik dan asam fulvat yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman (Andoko dan Widodoro 2013).

Kebun BKE hanya menggunakan janjang kosong dan pelepah kelapa sawit sebagai pupuk organik, karena lokasinya yang jauh dari pabrik kelapa sawit (PKS) sehingga kebun BKE tidak melakukan aplikasi Palm Oil Mill Effluence (POME)

(27)

dan Wet Decanter Solid (WDS). Tujuan digunakan janjang kosong dan pelepah kelapa sawit adalah untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman khususnya N dan K. Penerapan janjang kosong di Kebun BKE diutamakan pada blok yang telah terserang ulat api (Setora nitens), sedangkan untuk pelepah kelapa sawit diaplikasikan di semua blok. Berdasarkan SOP Kebun HSL pelepah kelapa sawit yang dipotong setiap tahun menghasilkan unsur hara sebesar 125 kg N, 23 kg P2O5, 176 kg K2O, dan 25 kg MgO setiap hektarnya. Pelepah kelapa sawit membutuhkan waktu selama 6 – 12 bulan agar dapat terdekomposisi sempurna, sedangkan janjang kosong membutuhkan waktu selama 8 bulan. Janjang kosong mengandung beberapa jenis unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Kandungan hara janjang kosong sebanyak 30 ton ha-1 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Kandungan hara janjang kosong

Kandungan Satuan (kg) per 30 ton Nitrogen (N) 300 Fosfor (P2O5) 30 Magnesium (MgO) 30 Calsium (CaO) 35 Kalium (K2O) 360

Sumber: Dokumen SOP Kebun BKE, 2014

Dosis yang diberikan adalah 50 ton ha-1 dan janjang kosong tersebut diletakkan pada gawangan mati dengan jumlah 350 kg setiap pokoknya. Teknik aplikasi janjang kosong dengan sistem satu lapis. Sistem satu lapis diterapkan untuk mencegah perkembangan kumbang tanduk (Oryctes rhinocerros) pada janjang kosong tersebut.

Aplikasi janjang kosong dilaksanakan sesuai kebutuhan, diangkut dari pabrik kelapa sawit (PKS) menggunakan Truck Large (TL) berkapasitas 11 ton dan diturunkan pada tempat yang sudah ditentukan, yaitu daerah gawangan mati. Pelangsiran janjang kosong menggunakan alat mekanis berupa traktor kecil (FS) yang dilengkapi dengan treler berkapasitas 3 ton dan mesin greaber janjang kosong. Janjang kosong memiliki 3 kriteria ukuran, yaitu kriteria ukuran kecil, ukuran sedang, dan ukuran besar. Dalam satu kali greaberan janjang kosong diperoleh rata-rata ukuran kecil 15 – 20 janjang, sedang 12 – 18 janjang, dan besar 10 – 16 janjang. Berat setiap janjang kosong berbeda-beda pada jenis ukurannya, ukuran kecil beratnya rata-rata 3.8 kg, ukuran sedang 4.86 kg, dan ukuran besar 5.8 kg. Banyaknya greaberan untuk mengisi satu trailer ukuran 3 ton rata-rata adalah 30 – 35 greaber. Lama waktu yang dibutuhkan trailer untuk mengisi dari kondisi kosong hingga penuh adalah 10 – 15 menit dan dalam satu trailer rata-rata cukup untuk 5 – 6 gawangan mati, sehingga diperoleh berat satu trailer janjang kosong rata-rata antara 1.75 – 2.1 ton.

Kebun BKE memiliki dua jenis traktor (FS) yang digunakan untuk aplikasi janjang kosong, yaitu traktor jenis FS76 dan FS66 dan bekerja selama 7 jam HK-1. Kebutuhan bahan bakar kedua traktor tersebut berbeda-beda. Traktor jenis FS66 membutuhkan 2.15 l HM-1, setiap HM (hour meter) membutuhkan waktu 1 jam, sehingga dalam satu hari kerja (7jam) bahan bakar yang dibutuhkan adalah 15.05 l. Traktor jenis FS76 membutuhkan 2.25 l HM-1, sehingga dalam satu hari kerja (7jam) bahan bakar yang dibutuhkan adalah 15.75 l. Aplikasi janjang kosong hanya dikerjakan oleh 3 tenaga kerja,

(28)

2 sebagai operator FS dan satu tenaga kerja sebagai tenaga bongkar muat. Upah tenaga kerja Rp 73 000 HK-1 dengan standar kerja 12.5 ton HK-1.

Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat secara kimia sehingga sering disebut

pupuk buatan pabrik. Secara umum, pupuk kimia terdiri atas pupuk kimia tunggal dan pupuk kimia majemuk. Pupuk kimia tunggal adalah pupuk yang memiliki satu macam hara dan hara yang terdapat dalam pupuk kimia tunggal biasanya adalah hara makro primer. Hara makro primer yang terdapat dalam pupuk kimia tunggal adalah N (nitrogen), P (phospor), dan K (kalium) (Andoko dan Widodoro 2013). Pupuk kimia majemuk memiliki kandungan hara yang lebih lengkap, selain hara makro primer terdapat hara makro sekunder (Ca, Mg, dan S) serta hara mikro esensial (Fe, Bo, Mn, Zn, dan Cl) (Setyamidjaja 2006). Kebun BKE memiliki gudang penyimpanan pupuk berkapasitas 500 ton. Beberapa jenis pupuk yang terdapat di gudang pupuk Kebun BKE adalah urea, RP, borate, kieserit, dolomit, dan MOP.

Manajemen pemupukan kelapa sawit harus dilaksanakan dengan baik, mulai dari sistem perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang baik agar dapat berjalan secara efektif dan efisien. Perencanaan pemupukan dimulai dengan penentuan dosis rekomendasi yang dikeluarkan oleh Agronomi Support Departemen (ASD). Rekomendasi pemupukan didasarkan hasil rekomendasi dari Lembaga Riset LONSUM (London Sumatera). Rekomendasi tersebut berdasarkan hasil analisa kimia daun, status hara tanah, curah hujan dan evaluasi produksi yang telah diambil contohnya disetiap blok.

Pengorganisasian dimulai dengan pembuatan bukti permintaan pupuk (bon pupuk) oleh mandor, pengambilan dan perhitungan kebutuhan pupuk di gudang, transportasi ke lapangan, kemudian menentukan ancak dan pelangsiran pupuk. Pupuk ditransportasikan ke lapangan menggunakaan trailer berkapasitas 7 ton dan dibantu oleh 4 tenaga bongkar muat (BM).

Pelaksanaan pemupukan dimulai dengan melangsir pupuk, pelangsiran pupuk dilakukan oleh 4 tenaga BM dengan berat kemasan setiap karung pupuk sebesar 50 kg. Jumlah karung yang dilangsir tiap titik langsir dihitung dengan memperhatikan dosis setiap tanaman, jumlah pokok setiap baris sampai batas jalan kontrol, dan topografi lahan dalam blok. Teknik penaburan pupuk menggunakan takaran mangkok yang sudah dikalibrasi yaitu 500 g.

Kegiatan pemupukan yang dilakukan penulis adalah aplikasi pupuk kiesrite dan dolomite. Frekuensi pemupukan kiesrite, MOP, dan dolomite dilakukan 2 kali dalam setahun. Pupuk borat dan RP diaplikasikan dengan frekuensi 1 kali dalam setahun. Setiap pupuk memiliki cara aplikasi yang berbeda-beda, pupuk dolomite dan kieserite diaplikasikan dengan dosis 1.5 kg setiap pokok dengan tempat aplikasi digawangan mati dan jarak sekitar 2 m dari pokok, pupuk MOP dan RP ditabur dengan cara 60% taburan diletakkan di bagian luar piringan dan 40% pada gawangan mati dengan dosis MOP 1.5 kg setiap pokok dan RP 2 kg setiap pokoknya, pupuk urea ditabur dalam piringan dengan jarak 2 m dari pokok dengan dosis 1 kg setiap pokok, sedangkan pupuk borate ditaburkan di piringan kelapa sawit secara merata dengan dosis 150 g setiap pokoknya. Alat yang digunakan untuk menabur pupuk borate adalah cepuk kecil berkapasitas 50 g.

Kegiatan pemupukan di Kebun BKE dilakukan oleh 16 orang karyawan, dari 16 karyawan tersebut terbentuk 8 tim dengan setiap tim beranggotakan 2 orang karyawan. Target pemupukan yang harus diselesaikan oleh karyawan disesuaikan berdasarkan dosis

(29)

yang direkomendasikan. Dosis 0.5 kg setiap pokok target yang harus dipenuhi adalah 200 kg, dosis 1 kg setiap pokok target yang harus dipenuhi adalah 400 kg, dan dosis 1.5 kg target yang harus dipenuhi 600 kg.

Pemupukan mekanis adalah sistem pemupukan menggunakan alat traktor

penebar pupuk atau sering disebut spreader (Gambar 6). Pemupukan menggunakan traktor dipusatkan pada lahan yang memiliki topografi datar. Tujuan pemupukan menggunakan spreader adalah untuk menghemat tenaga kerja dan mempercepat waktu aplikasi pupuk. Pupuk yang tidak diaplikasikan dengan spreader adalah pupuk borate dan urea. Pupuk borate memiliki dosis aplikasi sangat kecil, yaitu 150 g, dan pupuk urea bila diaplikasikan dengan spreader mampu mematikan tanaman yang bermanfaat selain itu pupuk urea mudah menguap. Spreader memiliki daya tampung pupuk sekitar 1000 kg dan kemampuan aplikasi pupuk sehari bisa mencapai 30 ton.

Gambar 6 Aplikasi pemupukan menggunakan alat mekanis Leaf sampling unit (LSU)

Leaf sampling unit (LSU) adalah suatu kegiatan pengambilan contoh daun di

lapangan untuk mendukung kegiatan analisis unsur hara daun yang dilakukan di laboratorium. Analisis daun tersebut merupakan pedoman untuk mengetahui kondisi kebutuhan tanaman terhadap unsur hara. Analisis daun yang akurat harus didukung dengan sistem LSU yang jujur, tepat, dan teliti. Tujuan utama dari LSU adalah membangun titik kelompok contoh daun secara permanen di dalam pertanaman untuk pengambilan contoh daun. Material dan umur tanaman harus sama dan telah diidentifikasi keseragamannya.

Penandaan dan peta dasar blok LSU harus dipersiapkan sebelum pengambilan contoh daun dilaksanakan. Tujuannya agar dapat menentukan titik koordinat tanaman yang akan diambil dan mempermudah pekerjaan. Dibawah ini adalah panduan penentuan contoh daun yang akan diambil.

a) Memilih tanaman yang sehat.

b) Tanaman yang tidak berada di dua baris pinggir jalan blok.

c) Perhitungan dimulai dari ujung blok (timur-selatan) dan dihitung 10 baris tanaman kemudian beri tanda biru pada pohon di ujung baris tersebut yang terletak di pinggir jalan.

(30)

d) Mulai dari tanaman di pinggir jalan tersebut, masuk ke areal dan diberi tanda tanaman ke tiga dengan cat biru pada pangkal pelepah bawah. Tanda tersebut terdiri atas nomor baris dan tanaman untuk menunjukkan bahwa tanaman tersebut merupakan pohon pengamatan LSU.

e) Maju ke depan 10 tanaman kemudian diberi tanda LSU berikutnya. Kemudian dilanjutkan sampai ujung dari blok tanaman. Jika tanaman LSU terakhir kurang dari dua tanaman dari ujung blok maka pindah tanaman LSU 1 – 2 tanaman ke dalam blok.

f) Tanaman terakhir di hitung lagi 10 baris tanaman kemudian masuk kembali ke dalam blok sebanyak tiga tanaman dan beri tanda sebagai tanaman LSU pertama pada baris tersebut.

g) Jumlah pohon contoh yang diambil harus mencapai 1% dari total hektar areal.

Kegiatan LSU dalam mengambil daun contoh dilakukan 2 tahun sekali oleh 3 orang tenaga kerja, satu orang pekerja memotong pelepah yang akan dijadikan contoh, satu orang mengambil contoh daun kemudian dilakukan pengamatan dan pengukuran, sedangkan satu orang terakhir melakukan pencatatan. Pencatatan yang dilakukan meliputi: nomor baris, nomor pokok, panjang pelepah, lebar petiol, tebal petiol, tinggi batang, dan gejala defisiensi unsur hara (N, P, K, Mg, B, S, Fe, dan Cu). Alat yang digunakan untuk pengambilan daun contoh adalah egrek, jangka sorong, meteran, dan parang. Tanaman contoh diberi tanda dan nomor urut yang jelas dengan tujuan memudahkan karyawan untuk menganalisis ulang daun tanaman contoh pada tahun berikutnya. Tanda tanaman yang sering digunakan adalah tanda panah ke atas ( ) artinya sebagai tanda masuk dan tanda panah ke samping ( ) artinya sebagai tanda perpindahan baris. Penomora tanaman contoh ditulis dengan angka, misalnya (11679 ) yang artinya angka 11 adalah nomor tanaman contoh, angka 67 adalah nomor baris, dan angka 9 adalah nomor tanaman.

Tanaman diambil sebanyak 30 – 40 contoh per blok dan daun tidak dalam keadaan basah. Pelepah ke-17 dipotong pada bagian pangkal dan dipindahkan dari pohon. Titik pelepah bagian atas yang datar berubah menjadi siku (berbentuk ekor kadal) ditentukan sebagai pelepah contoh dan pada bagian tersebut diambil 6 helai daun. Daun dipotong menjadi 3 bagian, yaitu pangkal, tengah, dan ujung. Daun yang digunakan contoh adalah daun tengah yang diambil 10 cm dari pangkal daun contoh, daun diambil sepanjang ± 17 cm. Pelepah yang digunakan contoh dipotong sepanjang 10 cm dibagian atas yang datar berubah sampai menjadi siku membentuk ekor kadal (Gambar 7). Daun dan pelepah yang digunakan contoh dipisahkan dari lidinya kemudian dimasukkan dalam plastik bersih dan diberi label. Daun yang sudah dikemas dan diberi label kemudian diberikan kepada petugas pengeringan daun.

(31)

Gambar 7 Pengambilan contoh daun (LSU) untuk analisis unsur hara

Panen

Panen merupakan puncak dari produksi dan terkait erat dengan kegiatan budi daya, khususnya pemeliharaan tanaman. Produksi adalah hasil yang diperoleh dari panen setelah melalui proses pascapanen. Keberhasilan panen dan produksi tergantung pada kegiatan budi daya ditambah dengan ketersediaan prasarana dan sarana untuk trasnportasi, pengolahan, organisasi, ketenagaan, dan penunjang lainnya (Setyamidjaja 2006).

Pekerjaan panen dimulai dari pemotongan tandan buah matang, pengutipan berondolan dan dikumpulkan di tempat pengumpulan hasil (TPH) kemudian diangkut ke pabrik untuk diolah. Cara dan waktu panen dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas yang akan diperoleh, akibatnya pemanenan kelapa sawit harus dikelola dengan baik. Tugas seorang pemanen yaitu memotong buah yang matang dari pokok, mengutip berondolan dan mengumpulkannya ke TPH (Ananta 2013).

Demo panen. Demo panen dilaksanakan pada setiap kemandoran panen dan

waktunya satu minggu sekali. Tujuan diadakan demo panen adalah agar pemanen dapat memahami cara panen yang benar dan aman pada pekerjaan panen, membentuk naluri cara panen yang benar dan aman pada pekerjaan panen, dan mengurangi terjadinya kecelakaan kerja. PT HSL mewajibkan setiap estate untuk menerapkan pelatihan panen ayun pada pokok tinggi. Panen ayun adalah cara memanen buah pada pokok tinggi dengan mengayun-ngayunkan gagang egrek sampai pelepah dan buah terpotong. Penerapan penen ayun yang benar akan lebih cepat dari panen tarik yang dilakukan sebelumnya, selain itu resiko tertimpa pelepah menjadi kecil karena jarak pemanen dari pokok minimal 2 m.

Persiapan panen adalah pekerjaan yang mutlak dikerjakan ketika tanaman

kelapa sawit berubah dari TBM ke TM. Persiapan panen yang baik akan menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin. Hal-hal yang perlu dilakukan di dalam mempersiapkan pelaksanaan pekerjaan potong buah yaitu (1) persiapan kondisi areal, (2) penyediaan tenaga potong buah, (3) pembagian seksi potong buah, dan (4) penyediaan alat-alat kerja (Pahan 2007).

Persiapan panen di Kebun BKE dilaksanakan pada pukul 05.30 pagi setelah senam pagi dilakukan. Kegiatan apel pagi dipimpin langsung oleh asisten kebun dan mandor panen. Asisten kebun akan mengevaluasi hasil kerja mandor pada hari sebelumnya beserta langkah perbaikannya, menyampaikan informasi tentang

(32)

safety dalam bekerja, mengingatkan mandor agar karyawan menjaga kualitas buah,

mengingatkan mandor agar tetap menjaga rotasinya agar tetap stabil, dan absensi mandor. Mandor panen bertugas membagi ancak panen pada karyawannya, melakukan absensi pada karyawan, evaluasi hasil kerja karyawan pada hari sebelumnya, mengingatkan agar karyawan tidak memanen buah mentah, menyampaikan pekerjaan yang akan dilakukan pada hari tersebut, cek kelengkapan APD karyawan, cek alat kerja karyawan, dan memastikan bahwa karyawan telah berada pada ancak masing-masing.

Tahap pemanenan yang sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP) Kebun BKE adalah sebagai berikut: (1) pemanen memasuki ancak yang telah ditentukan mandor panen pada saat apel pagi, (2) pemanen mengamati jumlah berondolan di piringan sebagai acuan memotong buah yang matang, (3) pemanen memotong pelepah yang menyangga buah menggunakan egrek, (4) pelepah disusun di gawangan mati membentuk huruf “U”, (5) memotong buah matang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh perusahaan, (6) memotong gagang buah menggunakan kapak dengan menyisakan gagang kurang lebih 2 cm, (7) mengangkut buah dan berondolan dengan menggunakan angkong ke TPH, (8) tandan di TPH disusun kelipatan 5, bagian gagang dihadapkan ke jalan, dan diberi nomor buah pemanen dengan tujuan memudahkan pencatatan oleh kerani buah, dan (9) melakukan perpindahan ke blok berikutnya bila blok yang dipanen telah terpanen semua, sesuai ancak masing-masing pemanen.

Gambar 8 Kegiatan panen

Alat panen. Peralatan yang digunakan dalam kegiatan panen yaitu egrek,

kapak, gancu, angkong, penggaruk berondolan, pengki, dan tojok. Setiap alat memiliki fungsi tersendiri, egrek berfungsi untuk memotong tandan buah dan pelepah daun, kapak berfungsi untuk memotong gagang buah, gancu berfungsi untuk mengangkat buah ke angkong dan menyusun buah di TPH, angkong berfungsi untuk mengangkut buah dari pasar pikul ke TPH, penggaruk berfungsi sebagai alat untuk mengutip berondolan di piringan, pengki berfungsi untuk mensortir berondolan dari kotoran yang tercampur, dantojok berfungsi untuk mengangkat buah dan memindahkan buah dari TPH ke traktor pengangkut buah (FS). Rincian tentang peralatan panen dapat dilihat pada Tabel 4.

(33)

Tabel 4 Deskripsi peralatan panen

No Nama alat Kegunaan Keterangan

1 Pengki Untuk mensortir

berondolan dari kotoran yang tercampur

Berbentuk ayakan

2 Pipa panen Gagang untuk pisau egrek.

Sepotong besi aluminium dengan panjang 3-14 meter.

3 Pisau egrek Alat untuk memotong TBS.

Bentuk seperti pisau arit dengan panjang pangkal 20 cm,

panjangnya 45 cm, sudut lengkung 135o, dan berat 0.5 kg 4 Angkong Alat untuk mengangkut

TBS dari pokok ke TPH.

Kereta dorong beroda satu yang terbuat dari besi.

5 Gancu Alat untuk mengangkat TBS ke angkong dan menata TBS di TPH

Besi beton berdiameter 3/8 inchi dan panjang 30 cm.

6 Kapak Alat untuk memotong gagang TBS.

Besi beton bermata tembilang dengan diameter dan panjang besi sesuai dengan kebutuhan.

7 Tojok Alat untuk memuat TBS dari TPH ke traktor buah.

Besi dengan ujung besi beton berbentuk lancip dengan panjang sekitar 1 meter.

8 Penggaruk Alat kutip berondolan - Sumber: Data alat panen Kebun Bagan Kusik Estate, 2014

Kriteria matang panen. Kriteria matang panen sangat penting untuk

menentukan kematangan buah kelapa sawit. Kulit buah kelapa sawit yang matang akan berwarna merah atau oranye, menandakan kandungan minyak sawit di dalamnya telah maksimal. SOP kriteria matang panen kebun pada Tabel 5. Kriteria matang panen yang diterapkan di Kebun BKE dilihat dari jumlah berondolan yang jatuh pada piringan. Berondolan yang jatuh adalah berondolan yang jatuh secara alami, bukan karena hama penyakit, atau karena egrekan dari pemanen.

Tabel 5 Kriteria matang panen Kebun BKE

Kriteria Jumlah berondolan

Mentah 0-<5

Mengkal 5-<15

Matang 15-75% Berondolan terlepas

Lewat matang >75% Berondolan terlepas Sumber: Arsip dokumen SOP Kebun BKE, 2014

Dari hasil pengamatan lapangan terkait tentang kriteria matang panen di Kebun BKE diperoleh hasil yang sesuai terhadap SOP yang ditentukan oleh perusahaan. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.

Sistem panen. Sistem panen yang digunakan di Kebun BKE adalah ancak

tetap. Ancak tetap adalah ancak yang diberikan kepada pemanen tanpa ada perpindahan dan akan dikerjakan terus menerus pada setiap rotasi. Keuntungan dari penerapan ancak tetap adalah pengawasan mandor terhadap pemanen lebih

Gambar

Tabel  1  Produksi  dan  produktivitas  TBS  Kebun  BKE  tahun  2008/2009-   2012/2013
Tabel 2 Jumlah karyawan staf dan non staf Kebun BKE tahun 2014
Gambar 1 Bibit kelapa sawit double tun
Gambar 2 Papan identitas pada pembibitan kelapa sawit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Saran yang diberikan validator meliputi komponen kelayakan sajian dan kelayakan isi. Pada ilustrasi pengaruh luas permukaan, validator menyarankan agar ilustrasi tersebut

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran

Pada penelitian ini uji statistik yang digunakan adalah rumus korelasi Chi Square yaitu untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan harga diri

[r]

Sunarto dan Hartono (Rosita, 2013) mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi keterampilan sosial anak adalah lingkungan anak. Interaksi sosial terbentuk

Planning atau suatu rencana adalah langkah selanjutnya yang harus dilakukan berdasarkan informasi yang telah terkumpul dari proses environmental scanning dan formative

Luas fase yang dihasilkan pada periode 11 April 2015 yaitu fase generatif 20468,40 Ha, fase vegetatif 2220,99 Ha, fase bera 3644,1 Ha, dan fase air 125,4 Ha.Jumlah fase vegetatif

[r]