• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMPOSISI ELEMEN-ELEMEN TAMAN DAN KRITERIA HEMAT ENERGI TERHADAP KUALITAS ESTETIKA VISUAL ORYZA NIKITA M U

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KOMPOSISI ELEMEN-ELEMEN TAMAN DAN KRITERIA HEMAT ENERGI TERHADAP KUALITAS ESTETIKA VISUAL ORYZA NIKITA M U"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

ORYZA NIKITA M U

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

(2)

Kriteria Hemat Energi Terhadap Kualitas Estetika Visual. Dibimbing oleh ANDI GUNAWAN.

Eksploitasi sumberdaya alam yang dilakukan oleh manusia menyebabkan emisi karbondioksida dan efek rumah kaca. Akibat lanjutan dari peningkatan emisi karbondioksida adalah pemanasan global yang memberi dampak nyata terhadap perubahan kualitas lingkungan dan iklim. Kawasan pemukiman dan komersil menyumbangkan lebih dari 40% emisi karbondioksida secara global dalam aktivitasnya (Cowan dan Sim, 2007). Penghematan energi pada unit lanskap rumah tinggal akan turut berperan dalam usaha menyelamatkan lingkungan salah satunya dengan menerapkan konsep hemat energi. Taman merupakan bagian dari unit lanskap rumah tinggal yang ikut berpengaruh dalam mewujudkan konsep hemat energi.

Menurut Kurniawaty (2011) efisiensi energi yang dilakukan oleh unit lanskap rumah tidak lepas dari komponen pembentuk yang digunakan dalam mendukung konsep hemat energi. Komponen tanaman, air dan perkerasan merupakan elemen yang berpengaruh langsung dalam pembentukan taman rumah hemat energi. Masing-masing elemen pembentuk mempunyai variabel pendukung yang diklasifikasikan menurut masing-masing kriteria. Konsep hemat energi dapat diuraikan menjadi tiga klasifikasi yaitu Konsep hemat energi tingkat rendah (C1), konsep hemat energi tingkat sedang (C2), dan konsep hemat energi tingkat tinggi (C3) sesuai kemampuannya mengatur penggunaan energi secara tepat guna. Kriteria konsep hemat energi rendah hingga konsep hemat energi tinggi berturut-turut mengalami peningkatan dalam kuantitas maupun kualitas variabel pendukungnya. Dapat dikatakan kualitas hemat energi tinggi memiliki kemampuan mengatur penggunaan energi paling baik jika dibandingkan dengan konsep hemat energi rendah dan sedang.

Sebuah desain tidak terlepas dari aspek fungsional dan aspek estetika. Desain yang betujuan untuk kepentingan ekologis seringkali belum dapat menampilkan estetika yang baik dan dibutuhkan kreativitas desainer agar dapat diterima oleh masyarakat (Yeang, 2006). Aspek estetika taman rumah menurut VanderZanden dan Rodie (2008) dapat dibentuk melalui aplikasi prinsip-prinsip desain seperti, unity, rythm, contrast, proportion, balance, dan sebagainya. Secara hipotesis komposisi yang diciptakan dengan menggunakan elemen-elemen hemat energi dapat melibatkan prinsip desain untuk memunculkan kualitas estetika visual dari desain taman rumah tinggal.

Dibentuk empat komposisi untuk desain taman rumah hemat energi. Komposisi pertama (K1) merupakan kontrol yang tidak diberikan perlakuan prinsip desain, sedangkan tiga komposisi lainnya dibentuk berdasarkan prinsip komposisi Reid (1993). Komposisi kedua (K2) menerapkan prinsip desain unity dan harmony, komposisi ketiga (K3) menerapkan prinsip interest dan harmony, dan komposisi keempat (K4) mengaplikasikan prinsip unity dan interest. Kombinasi dari kriteria hemat energi dan komposisi membentuk 12 model komposisi. Untuk mengetahui kualitas estetika komposisi akan dilakukan

(3)

estetika sedang dan tinggi dengan nilai kualitas estetika desain taman rumah tinggal berkisar antara -110 – 128. Lanskap dengan nilai SBE tertinggi merepresentasikan lanskap yang paling disukai dan lanskap dengan nilai SBE terendah menggambarkan lanskap yang tidak disukai (Daniel dan Boster, 1976).

Pada uji F yang dilakukan pada ketiga kriteria hemat energi dan keempat komposisi dengan uji taraf nyata 0,05 menunjukan bahwa faktor kriteria dan komposisi berpengaruh signifikan terhadap respon. Sehingga dapat disimpulkan kriteria hemat energi dan komposisi saling mempengaruhi dalam menentukan kualitas estetika dalam sebuah desain.

Dari segi kriteria hemat energi kriteria hemat energi rendah memiliki nilai rata-rata SBE 102. Untuk kriteria hemat energi sedang dan hemat energi tinggi memliki nilai rata-rata SBE berturut-turut 146 dan 172. Terdapat peningkatan kualitas estetika dari kriteria konsep hemat energi rendah hingga konsep hemat energi tinggi. Hasil ini menunjukan bahwa semakin meningkat kriteria hemat energi maka kualitas estetikanya semakin meningkat.

Penilaian kualitas estetika pada komposisi komposisi kontrol (K1) memiliki nilai SBE rata-rata paling rendah yaitu 36 dan komposisi empat (K4) memiliki nilai SBE rata-rata paling tinggi yaitu 204. Dengan kata lain dapat disimpulkan komposisi keempat (K4) yang menerapkan prinsip desain unity, interest dan

rythm merupakan komposisi yang paling disukai, sedangkan komposisi kontrol

(K1) yang tidak menerapkan prinsip desain merupakan komposisi yang kurang disukai.

Secara keseluruhan kondisi awal desain pada kriteria hemat energi rendah (C1K1) memiliki nilai SBE terendah, yaitu -110. Lanskap ini kurang disukai oleh responden karena kesan gersang dan panas yang ditimbulkan oleh desain. Kriteria hemat energi rendah membatasi penggunaan elemen-elemen desain yang digunakan untuk membentuk estetika. Model taman rumah ini juga tidak menerapkan prinsip desain dalam komposisinya.

Desain taman rumah dengan kombinasi kriteria hemat energi tinggi dan komposisi empat (C3K4) memiliki nilai SBE paling tinggi, yaitu 128. Lanskap ini disukai oleh responden karena kesan teduh yang diciptakan oleh bayangan tajuk pohon yang menutup hampir semua rumah dan kehadiran air mancur dalam taman yang merupakan salah satu kriteria konsep hemat energi tinggi. Komposisi yang digunakan dalam desain taman berperan memberikan kesan natural pada elemen-elemen pembentuk taman.

Penelitian ini menghasilkan simpulan parameter kriteria hemat energi dan komposisi mempengaruhi kualitas estetika taman rumah tinggal. Semakin tinggi kriteria hemat energi, semakin tinggi pula kualitas estetikanya. Desain taman yang menerapkan kriteria hemat energi tinggi dan prinsip desain unity dan interest memiliki kualitas estetika paling baik. Saran dari penelitian ini perlu penelitian pada tapak real untuk mengetahui pengaruh penerapan prinsip hemat energi dan prinsip desain terhadap besar penurunan suhu baik di dalam maupun di luar rumah.

(4)

ORYZA NIKITA M U

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

(5)

Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Komposisi Elemen-elemen Taman dan Kriteria Hemat Energi Terhadap Kualitas Estetika Visual” adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi baik yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka skripsi ini.

Bogor, Januari 2012

Oryza Nikita M U

(6)

® Hak cipta milik IPB, tahun 2012

Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

(7)

Judul : Pengaruh Komposisi Elemen-elemen Taman dan Kriteria Hemat Energi Terhadap Kualitas Estetika Visual

Nama : Oryza Nikita M U NRP : A44080070 Departemen : Arsitektur Lanskap

Disetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Agr. Sc NIP. 19620801 198703 1 002

Diketahui,

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001

(8)

Puji Tuhan, Segala hormat bagi Allah Bapa atas kasih dan berkat yang Tuhan Yesus berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Komposisi Elemen-elemen Taman Rumah Tinggal Berbasis Hemat Energi Terhadap Kualitas Estetika Visual” merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan dan menyelesaikan program sarjana di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Selama penulisan skripsi, penulis telah banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada :

1. Kedua orang tua, Papa (Ir. Toga M Pasaribu) dan Mama (Yovanca Organy), juga Gabriel Tovano dan Joy Yovanovich atas dukungan moril, materiil dan kasih sayang selama berkuliah di IPB sehingga dapat menamatkan studi ini.

2. Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Agr. Sc selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, dorongan, serta nasehat yang berharga selama penulisan skripsi ini.

3. Akhmad Arifin Hadi, SP, MALA dan Pingkan Nuryanti, ST, M.Eng selaku dosen penguji ujian skripsi atas saran dan masukan untuk menyempurnakan pembuatan skripsi.

4. Teman-teman Arsitektur Lanskap 45 atas semua petualangan dan kebersamaan dalam senang maupun susah selama perkuliahan.

5. Teman-teman satu bimbingan skripsi, Ka Rini Avryani, Eduwin Eko F, Fadil Mujib, Rimbo Hasahatan yang saling memberikan semangat selama pembuatan skripsi.

6. Gusti Andika Puri, Henny Priscilia, Kartika Probo, Hernika Kusumawati, dan Herwi Rahmawati atas kebersamaan selama perkuliahan di IPB. 7. Teman-teman ‘Pondok Putri’ (Dian Permata S, Annisa, Meylisa, Isa,

(9)

dan dukungan.

9. Seluruh staf Departemen Arsitektur Lanskap (Mas Rahmat, Bu Yeni, Mas Adi, Mba Sobariah, dll) atas bantuan administrasi selama pembuatan skripsi.

10. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi referensi bagi penelitian di masa yang akan datang.

Bogor, Januari 2012

(10)

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 2 April 1992. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Toga M. Pasaribu dan Yovanca O. Hutapea. Pendidikan dasar penulis diselesaikan pada tahun 2002 di SDN Lama Pasir Mandoge, Sumatra Utara. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama di SMPN Gunung Bayu, Sumatra Utara pada tahun 2005. Kemudian melanjutkan studi di SMA Bunda Hati Kudus, Cibubur dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswi di Institut Pertanian Bogor program studi Arsitektur Lanskap melalui jalur saringan nasional masuk perguruan tinggi negri (SNMPTN).

Selama menjalankan studi di IPB, penulis mengikuti kegiatan-kegiatan diluar akademik antara lain menjadi anggota aktif Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) dan pengurus Komisi Literatur Unit Kegiatan Mahasiswa Persekutuan Mahasiswa Kristen (UKM PMK). Penulis pernah mengikuti sayembara desain antara lain LPGE IPB (2011), AFAIR UI (2012), dan WEX UGM (2012). Selain itu penulis mengikuti berbagai seminar dan pelatihan yang medukung kegiatan akademis. Penulis berkesempatan menjadi Asisten Praktikum mata kuliah Teori Desain Lanskap untuk angkatan 47 tahun ajaran 2011/2012.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1 Tujuan Penelitian ... 2 Manfaat Penelitian ... 2 Hipotesis ... 2 Kerangka pikir ... 3 TINJAUAN PUSTAKA Unit Lanskap Rumah Tinggal ... 4

Desain Ekologis ... 5

Konsep Hemat Energi ... 7

Komposisi ... 9

Evaluasi Estetika Lanskap ... 11

METODOLOGI Waktu dan Lokasi ... 13

Metode ... 13

Desain ... 14

Kriteria hemat energi ... 14

Komposisi ... 15

Kombinasi ... 17

Evaluasi Estetika ... 18

Responden kuisioner ... 18

Analisis data ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN Interaksi KriteriaHemat Energi dan Komposisi ... 20

(12)

Kualitas Estetika Kriteria Hemat Energi ... 22

Kualitas Estetika Komposisi ... 25

Kualitas Estetika Kombinasi ... 27

Kriteria Hemat Energi Rendah Komposisi Kedua (C1K2) ... 27

Kriteria Hemat Energi Rendah Komposisi Ketiga (C1K3) ... 28

Kriteria Hemat Energi Rendah Komposisi Keempat (C1K4) ... 29

Kriteria Hemat Energi Sedang Komposisi Kedua (C2K2) ... 30

Kriteria Hemat Energi Sedang Komposisi Ketiga (C2K3) ... 31

Kriteria Hemat Energi Sedang Komposisi Keempat (C2K4)... 31

Kriteria Hemat Energi Tinggi Komposisi Kedua (C3K2) ... 32

Kriteria Hemat Energi Tinggi Komposisi Ketiga (C3K3) ... 33

Kriteria Hemat Energi Tinggi Komposisi Keempat (C3K4) ... 34

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ... 36

Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

(13)

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka pikir ... 3

2. Bagan alir penelitian ... 13

3. Pola komposisi kedua (K2) ... 16

4. Pola komposisi ketiga (K3) ... 16

5. Pola komposisi keempat (K4) ... 17

6. Pengaruh kriteria hemat energi terhadap nilai SBE ... 22

7. Desain taman rumah dengan kriteria hemat energi rendah ... 23

8. Desain taman rumah dengan kriteria hemat energi sedang ... 24

9. Desain taman rumah dengan kriteria hemat energi tinggi... 25

10. Pengaruh komposisi terhadap nilai SBE ... 26

11. Kriteria hemat energi rendah komposisi kedua (C1K2) ... 28

12. Kriteria hemat energi rendah komposisi ketiga (C1K3) ... 28

13. Kriteria hemat energi rendah komposisi keempat (C1K4) ... 29

14. Kriteria hemat energi sedang komposisi kedua (C2K2) ... 30

15. Kriteria hemat energi sedang komposisi ketiga (C2K3) ... 31

16. Kriteria hemat energi sedang komposisi keempat (C2K4) ... 32

17. Kriteria hemat energi tinggi komposisi kedua (C3K2) ... 33

18. Kriteria hemat energi tinggi komposisi ketiga (C3K3) ... 34

(14)

DAFTAR TABEL

1. Variabel komponen hemat energi ... 8 2. Bagan kombinasi perlakuan ... 18 3. Matriks hasil penilaian kualitas estetika ... 20 4. Tipe Kualitas estetik (SBE) perlakuan komposisi dan kriteria hemat energi 21

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Site plan kriteria hemat energi rendah ... 40

2. Site Plan kriteria hemat energi sedang ... 42

3. Site Plan kriteria hemat energi tinggi ... 44

4. Kuisioner ... 46

5. Hasil uji lanjut ... 47

6. Uji perbandingan berganda Duncan terhadap faktor kriteria ... 51

(16)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Isu pemanasan global dan peningkatan emisi karbon telah memberi dampak nyata terhadap perubahan kualitas lingkungan dan juga iklim. Para ahli secara keseluruhan meyakini bahwa hal ini dipicu oleh emisi karbon dioksida dan efek rumah kaca yang disebabkan oleh eksploitasi sumberdaya alam yang dilakukan oleh manusia. Saat ini kawasan pemukiman dan komersil menyumbangkan lebih dari 40% emisi karbondioksida secara global dalam aktivitasnya. Secara tidak langsung dengan melakukan penghematan energi pada unit lanskap rumah tinggal akan turut berperan dalam usaha menyelamatkan lingkungan (Cowan dan Sim, 2007).

Konsep hemat energi merupakan salah satu solusi yang seringkali dikaitkan untuk menangani pemanasan global. Dalam skala unit lanskap rumah tinggal hal ini diterapkan menjadi pengunaan energi secara tepat guna. Efisiensi energi yang dilakukan oleh unit lanskap rumah tidak lepas dari elemen dan material yang digunakan, antara lain tanaman, air, bangunan, tapak, perkerasan, dan penggunaan material yang berpengaruh dalam peningkatan emisi karbondioksida. Selanjutnya elemen-elemen pembentuk ini akan diklasifikasikan menurut kemampuannya mengatur penggunaan energi secara tepat guna menjadi beberapa kriteria, kemudian disempurnakan dengan perilaku bijak pengguna dalam memanfaatkan dan mengelola potensi sumberdaya unit lanskap rumah tinggal seperti listrik, material, vegetasi, air, dan tanah (Kurniawaty, 2011). Melalui pemahaman dan pelaksanaan konsep hemat energi secara tepat dapat tercipta tempat tinggal yang sehat, aman, juga memberikan kenyamanan bagi penghuninya, selain itu tercipta daya tahan bagi rumah sehingga meminimalisir pengelolaan.

Menurut Yeang (2006) desain yang betujuan untuk kepentingan ekologis belum dapat menampilkan estetika yang baik dan dibutuhkan kreativitas desainer agar desain dapat diterima oleh masyarakat. Estetika taman rumah menurut Vander Zanden dan Rodie (2008) dibentuk melalui aplikasi prinsip-prinsip desain seperti, unity, rythm, contrast, proportion, balance, dan sebagainya. Komposisi

(17)

yang diciptakan dengan menggunakan elemen-elemen hemat energi diharapkan dapat melibatkan prinsip desain untuk memunculkan kualitas estetika visual dari desain taman rumah tinggal. Namun belum dapat diketahui apakah komponen hemat energi dan komposisi dapat mempengaruhi kualitas estetika.

Dalam penelitian Pengaruh Komposisi Elemen-Elemen Taman Rumah Tinggal Berbasis Hemat Energi Terhadap Kualitas Estetika Visual, terlebih dahulu dibentuk model representatif komposisi taman rumah hasil simulasi komputer dalam bentuk 3D yang kemudian ditampilkan sebagai gambar 2D. Kemudian dilakukan pendugaan kualitas estetika pada simulasi komposisi taman rumah tinggal hemat energi dilakukan menggunakan metode Scenic Beauty

Estimation (Daniel dan Boster, 1976). Hasil dari pendugaan ini menampilkan

kualitas estetika model komposisi taman rumah tinggal hemat energi yang dapat dikaji untuk mengetahui pengaruh komponen taman rumah hemat energi dan komposisi dengan kualitas estetika.

Tujuan

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendesain taman rumah tinggal sesuai dengan konsep hemat energi dengan menggunakan komposisi melalui simulasi, serta mengkaji pengaruh elemen-elemen taman hemat energi dan komposisi terhadap kualitas estetika.

Manfaat

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran ideal dan alternatif desain rumah tinggal berbasis konsep hemat energi dengan menggunakan komposisi melalui simulasi yang mempertimbangkan kualitas estetika.

Hipotesis

Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adanya pengaruh faktor kriteria hemat energi dan komposisi terhadap kualitas estetika visual.

(18)

Kerangka Pikir

Konsep hemat energi merupakan respon dari isu Global Warming yang dapat diterapkan dalam unit rumah tinggal. Taman memegang peranan penting dalam mewujudkan rumah tinggal hemat energi. Komponen taman merupakan komponen hemat energi yang mempunyai kualitas fungsional. Komponen taman rumah hemat energi menurut Kurniawaty (2011) masih didasarkan pada pertimbangan fisik fungsional dan belum masuk pada ranah estetika. Prinsip desain dapat diterapkan dalam mencapai taman rumah tinggal berbasis hemat energi yang estetik. Desain hasil komposisi akan dikaji untuk mengetahui pengaruh elemen-elemen pembentuk rumah hemat energi dan komposisi dengan kualitas estetika. Bagan kerangka pikir dijelaskan lebih lanjut dalam Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka pikir Isu Pemanasan global

Konsep hemat energi pada taman rumah tinggal

(Kurniawaty, 2011)

Aspek fungsional

Elemen-elemen pembentuk taman rumah tinggal sebagai

komponen hemat energi

Aspek estetika Kualitas Fungsional Kualitas estetika Prinsip Komposisi Desain Analisis Komposisi versus Estetika

(19)

TINJAUAN PUSTAKA Taman Rumah

Tuntutan zaman menyebabkan pembangunan seringkali meningkat pesat guna mewadahi berbagai dinamika bangsa, seperti perkembangan penduduk, ekonomi, komunikasi, teknologi dan transportasi. Pada sektor pemukiman hal ini berpengaruh dengan meningkatnya pembangunan unit rumah tinggal.

Rekreasi merupakan sebuah kebutuhan dasar manusia dimana seseorang pada suatu waktu dan tempat melakukan sebuah kegiatan yang dapat menghasilkan kebaharuan jasmani maupun rohani. Dewasa ini meningkatnya kebutuhan manusia akan rekreasi berbanding lurus dengan meningkatnya tuntutan hidup. Kurangnya waktu luang untuk rekreasi yang diakibatkan jam kerja yang intensif untuk memenuhi kebutuhan dapat menyebabkan kejenuhan. Selain itu akses dan biaya yang cukup tinggi menjadikan rekreasi sulit dilakukan bagi beberapa pihak.

Dalam hal ini taman rumah menjadi aset penting bagi individu dalam pemenuhan kebutuhan rekreasi. Pengadaan taman merupakan solusi efektif untuk rekreasi dimana akses yang mudah dan biaya yang minim menjadi salah satu kelebihannya. Dengan menciptakan taman rumah berbasis estetika, seseorang dapat melakukan rekreasi visual yang mengembalikan keadaan tubuh dan jiwa menjadi rileks.

Taman rumah menurut UU RI No. 4 Tahun 1992, merupakan daerah pembinaan keluarga terdiri dari daerah hijau yang terdapat di daerah sekitar rumah tinggal. Taman rumah tinggal sendiri dibentuk oleh komponen tapak dan komponen taman. Komponen tapak merupakan suatu area untuk mendirikan bangunan. Peraturan tata guna lahan mengatur keharmonisan pemanfaaatan lahan untuk menciptakan rasio lahan terbangun dan tidak terbangun yang disebut dengan intensitas penutupan lahan. Klasifikasi lingkungan perumahan dan permukiman yang diatur dalam PERMENPERA No. 11/PERMEN/M/2008 (KEMENPERA, 2008) berdasarkan intensitas penutupan lahan, dibedakan atas:

a. rumah taman, dengan KDB lebih kecil dari 30%, b. rumah renggang, dengan KDB 30% - 50%, c. rumah deret, dengan KDB 50% - 70%.

(20)

Luas bangunan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hunian standar yang umum dipasarkan pada perumahan modern tidak bertingkat dengan luas 45 m2 dan luas tanah 120 m2 yang dapat menampung 1 kk terkecil terdiri dari 4 orang (ayah + ibu + 2 anak). Taman yang digunakan dalam penelitian merupakan taman depan rumah dengan luas 20 m2.

Komponen taman dikelompokkan menjadi dua, yaitu material lunak (soft

material) dan material keras (hard material). Material lunak terdiri dari tanaman,

dan elemen air. Material keras terdiri dari perkerasan, pagar dan tembok pembatas. Masing-masing komponen berperan besar dalam pembangunan suatu taman rumah tinggal. Dalam usaha menerapkan konsep hemat energi, elemen-elemen taman rumah dalam penelitian ini disesuaikan dengan kriteria hemat energi.

Desain Ekologis

Konsep hemat energi merupakan respon dari perubahan lingkungan secara global berupa degradasi lingkungan yang disebabkan karena menipisnya sumberdaya alam akibat eksploitasi. Krisis tersebut memicu para aktivis untuk menciptakan gerakan pembangunan yang ramah lingkungan disebut sebagai konsep berkelanjutan. Dalam mencapai kondisi berkelanjutan muncul pendekatan baru dalam desain, yaitu desain ekologis. Desain ekologis merupakan bentuk desain yang meminimalkan dampak yang merusak lingkungan dengan mengintegrasikannya pada lingkungan hidup. Gerakan desain ekologis selanjutnya diikuti oleh green architecture, sustainable agriculture, ecological engineering, dan gerakan lainnya.

Sedikit berbeda dengan praktek desain secara umum yang berfokus pada hasil atau produk yang diciptakan, desain ekologis mencakup komponen, fungsi, proses, hingga efek yang dihasilkan dan pengaruhnya terhadap perubahan lingkungan (Yeang, 2006). Desain ekologis tidak menyarankan penggunaan sel surya atau teknologi lainnya untuk menyelesaikan krisis energi. Sebaliknya desain ekologi menganjurkan untuk meminimalisir penggunaan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui diperbaharui. Karena inti dari krisis ini adalah energi sehingga desain ekologis berperan dalam mengatur aliran energi.

(21)

Panel surya dan teknologi lainnya yang menggunakan energi tambahan memang dapat mengurangi dampak dari perubahan lingkungan, akan tetapi begitu asupan energi tambahan habis atau dihentikan alat-alat itu tidak lagi berfungsi. Desain ekologis menjaga aliran energi dalam sebuah ekosistem, sehingga energi tersebut berasal dan kembali kepada ekosistem tersebut.

Isu nyata pemanasan global yang berdampak langsung pada keseharian manusia adalah perubahan iklim. Karena itu aplikasi dari desain ekologis banyak mengacu pada permasalahan tersebut seperti yang juga akan dibahas dalam penelitian ini. Pendekatan desain ekologis yang berupaya mempertahankan ekosistem diterapkan dengan melibatkan alam dalam proses desain dalam penelitian ini.

Proses desain sendiri menururt Bell (2004) meliputi tahap survey, analisis, desain yang terintregiritas secara rasional. Hasil dari proses desain diharapkan memberi solusi dari keadaan tapak dan kebutuhan pengguna, juga alternatif dari solusi tersebut. Dalam penelitian ini dilakukan tahapan proses desain yang serupa hanya saja terdapat beberapa modifikasi dalam pelaksanaannya.

Secara garis besar desain dipengaruhi oleh dua aspek ,antara lain aspek rasional berupa inventarisasi, analisis, program pembangunan, dan konstruksi. Juga aspek intuitif berupa seni dari penataan bermacam bentuk, apresiasi estetika, dan lainnya (Booth, 1983). Tetapi kebanyakan desain menitikberatkan pada aspek inventarisasi dimana fungsi fisik lebih diperhatikan merujuk pada metode form

follow function, hal ini mengakibatkan fungsi estetika sering dikesampingkan.

Desain juga mencakup komposisi elemen-elemen menjadi penataan visual yang baik. Tahap dasar dari proses desain bertujuan untuk mengidentifikasi pola-pola yang ditemukan dalam tapak, kemudian menggubahnya menjadi produk kreatif dalam solusi desain. Pola-pola ini mungkin saja berhubungan dengan fungsi dari tapak tersebut sehingga terbentuk hubungan antara kedua aspek. Dengan menyadari relasi antara aspek rasional dan aspek intuitif, serta menjaga keseimbangan antara keduanya dapat dihasilkan desain yang tidak hanya fungsional tetapi juga estetis.

Umumnya desain ekologis dianggap tidak memperhatikan aspek estetika sehingga kurang dapat diterima oleh publik secara luas karena desain yang

(22)

dihasilkan berkesan liar dan berantakan (Yeang, 2006). Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa desain ekologis yang secara fungsional baik dapat menunjukan kualitas estetika yang baik pula. Hal ini diperkuat oleh pandangan Cowan dan Sim (2007) bahwa dengan menempatkan ekologi sebagai latar belakang desain, diciptakan cara-cara khusus untuk meminimalkan energi dan penggunaan bahan, mengurangi polusi, melestarikan habitat dan meningkatkan kualitas komunitas, kesehatan, dan keindahan.

Konsep Hemat Energi

Dalam unit lanskap rumah, konsep hemat energi merupakan solusi terbaik dalam menangani isu global warming. Dengan melakukan hal ini pemakaian alat elektronik yang berfungsi untuk memberi kenyamanan dapat dikurangi. Konsep hemat energi merupakan salah satu gaya hidup yang mengacu pada alam dan berusaha mengurangi pemakaian sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui. Salah satu metode penghematan energi pada unit lanskap rumah adalah dengan menata taman dan tapak rumah tinggal sehingga memberi kenyamanan bagi rumah baik pada musim kemarau maupun musim hujan (Reed, 2010).

Konsep hemat energi dapat digolongkan menjadi tiga tingkat yakni, konsep hemat energi tingkat rendah (C1), konsep hemat energi tingkat sedang (C2), dan konsep hemat energi tingkat tinggi (C3). Komponen utama unit lanskap rumah dan persentasenya dalam mendukung konsep hemat energi terdiri dari, komponen tanaman (48,3%), komponen air (24,4%), komponen bangunan (10,9%), komponen tapak (10,7%), dan komponen perkerasan (5,8%) (Kurniawaty, 2011; dan Kurniawaty, Gunawan, dan Surjokusumo, 2012). Komponen tapak dan komponen bangunan tidak berpengaruh langsung terhadap desain taman rumah tinggal, maka kriteria dari komponen ini akan diasumsikan sama untuk ketiga tapak. Komponen tanaman, komponen air dan komponen perkerasan merupakan elemen pembentuk taman rumah tinggal. Pemilihan jenis elemen pada penelitian akan sesuai dengan kriteria konsep hemat energi. Variabel elemen-elemen ini selanjutnya akan dijabarkan pada Tabel 1.

Konsep hemat energi tingkat rendah mencakup kombinasi komponen dan variabel tanaman bernilai skor rendah, dengan perbandingan intensitas penutupan

(23)

lahan dengan perbandingan antara koefisien dasar bangunan (KDB) dan koefisien dasar hijau sebesar (KDH) 60%:40%. Selain itu bukaan pada komponen bangunan dari konsep ini relatif kecil. Kriteria desain tergolong rendah dan penggunaan material yang kurang mendukung.

Tabel 1. Variabel komponen hemat energi Elemen pembentuk Variabel Kriteria C1 C2 C3 Tanaman Kerapatan tajuk Kerapatan tajuk rendah <25% Kerapatan tajuk tinggi 25%-75% Kerapatan tajuk tinggi 75% Jumlah tanaman 1 pohon pelindung 2 pohon pelindung 3 pohon pelindung Jarak dari bangunan < 2 m 3 m 4 m Tata letak tanaman Hanya halaman depan atau belakang Hanya halaman depan atau belakang, atau di halaman depan dan belakang Di halaman depan dan belakang dan atau halaman samping

Jenis tanaman Perdu 1,5-3m Pohon kecil 3-6 m

Pohon sedang 6 – 15 m Air Air mancur Tidak ada

elemen air

Air statis atau air mengalir

Air terjun atau air mancur Air statis

Air terjun Air mengalir

Perkerasan Perkerasan Jenis perkerasan porositas rendah Jenis perkerasan porositas sedang Jenis perkerasan porositas tinggi Pagar/dinding pembatas Masif dan solid Agak rapat berongga Renggang berongga Sumber: Kurniawaty, 2011; dan Kurniawaty, Gunawan, dan Surjokusumo, 2012

Konsep hemat energi tingkat sedang ditandai dengan kriteria tanaman berskor sedang dan terdapat komponen air (water feature) yang membantu modifikasi iklim. Perbandingan intensitas penutupan lahan dengan perbandingan antara koefisien dasar bangunan (KDB) dan koefisien dasar hijau sebesar (KDH) 50%:50%. Variabel utama dari bangunan yaitu bukaan dari konsep ini sudah lebih

(24)

lebar dengan komponen desain dan material yang sudah relatif mendukung tujuan penghematan energi.

Konsep hemat energi tingkat tertinggi secara umum diduga komponen tanaman sebagai komponen prioritas dengan nilai kriteria optimum. Perbandingan intensitas penutupan lahan dengan perbandingan antara koefisien dasar bangunan (KDB) dan koefisien dasar hijau sebesar (KDH) 40%:60%, dilengkapi komponen air (water feature) sebagai stabilator suhu dengan variabel mancur (jets). Komponen-komponen pembentuk taman ini juga ditunjang dengan penataan taman dan tapak rumah tinggal untuk menciptakan taman rumah tinggal dengan konsep hemat energi.

Komposisi

Tatanan atau susunan kumpulan elemen yang teratur guna memenuhi kebutuhan manusia secara psikologis disebut sebagai komposisi. Komposisi secara tidak langsung berpengaruh pada aspek estetika. Desain yang baik ditunjang oleh komposisi yang baik. Secara sadar, komposisi diterapkan dalam desain untuk mencapai estetika sejalan dengan penerapan fungsi dan penataan spasial dari konsep desain. Untuk mempermudah pengaturan komposisi, diperoleh dua hukum dalam mencapai arsitektur yang harmonis (Simonds, 2006), yaitu :

a. the law of the same, keharmonisan arsitektur didapatkan melalui komposisi struktur dengan pengulangan yang sama terhadap elemen, bentuk ataupun ruang,

b. the law of the similiar, keharmonisan arsitektur didapatkan melalui komposisi struktur dengan pengulangan yang mirip tetapi lebih bervariasi terhadap elemen, bentuk ataupun ruang.

Menururt Bell (2004) pembentukan komposisi sebaiknya berdasarkan prinsip dasar desain dan komposisi bentuk. Beberapa prinsip desain yang digunakan antara lain adalah unity (kesatuan), harmony (keselarasan), dan

interest. Unity menggabungkan elemen-elemen desain menjadi sebuah kesatuan.

Secara keseluruhan terdapat kolerasi pada prinsip desain ini yang hasilkan dengan menyatukan variasi elemen-elemen. Prinsip harmony membangun kemiripan antara masing-masing elemen desain dengan keadaan disekitarnya. Harmony juga

(25)

membangun sebuah hubungan diantara elemennnya sehingga terdapat hubungan yang kuat secara keseluruhan. Prinsip interest bukan prinsip dasar yang sering digunakan dalam desain, tetapi prinsip ini punya pengaruh nyata dalam penataan yang berhubungan dengan aspek estetika. Interest melibatkan variasi bentuk, ukuran, warna, arah, juga pergerakan yang menciptakan perasaan ketertarikan.

Komposisi bentuk berupa elemen dasar seperti titik, garis, ruang, bentuk yang dalam hal ini direpresentasikan sebagai elemen-elemen taman. Selanjutnya penggabungan dari prinsip dasar dan elemen dasar dipengaruhi oleh beberapa variabel antara lain ukuran, posisi, warna, tekstur yang juga merupakan bagian dari elemen desain (Bell, 2004). Dalam penelitian ini variabel komposisi yang paling berpengaruh adalah posisi.

Aturan komposisi yang digunakan mengikuti komposisi menurut Reid (1993) yang merupakan penggabungan dari beberapa prinsip desain, antara lain :

1. Unity, komposisi ini menggunakan prinsip unity sebagai dasar sehingga dapat terlihat kesatuan dalam penataannya. Prinsip interest dapat terlihat dari irama yang dihasilkan oleh elemen, namun hubungan yang diciptakan tidak terlalu kuat sehingga prinsip harmony mempunyai keterlibatan yang rendah.

2. Harmony, dalam komposisi ini keharmonisan dapat terlihat dari hubungan yang kuat antar elemen. Prinsip interest juga terlihat dari posisi masing-masing elemen yang variatif. Secara keseluruhan komposisi ini tidak menunjukan kesatuan karena kurangnya korelasi antar masing-masing elemen.

3. Unity and harmony, hubungan antar elemen kuat dalam komposisi ini dengan digunakannya prinsip harmony, dan keterlibatan prinsip unity menciptakan korelasi yang kuat. Prinsip interest mempunyai pengaruh yang rendah karena kurangnya variasi dalam komposisi ini.

Dalam sebuah desain mungkin akan diikuti dua atau lebih prinsip desain untuk menonjolkan prinsip desain utama. Prinsip-prinsip desain itu antara lain

rhytm (irama), emphasis (kontras), repitition (pengulangan), dan balance

(26)

sama pada semua komposisi sehingga mengurangi variabel baru yang akan mempengaruhi peilaian kualitas estetika.

Dalam proses desain taman rumah berbasis konsep hemat energi, desain dapat diciptakan dengan mengkomposisikan elemen-elemen pembentuk taman rumah yang berkaitan dengan konsep energi dengan mengikuti kaedah yang berlaku sehingga didapatkan taman rumah yang estetis.

Evaluasi Estetika Lanskap

Umumnya dalam estetika dilibatkan sebuah obyek, yang kemudian dapat dirasakan melalui panca indera menjadi sebuah pengalaman subjektif atau persepsi. Lebih dari 87% dari sensor perasa manusia adalah penglihatan, maka umumnya sebuah persepsi lahir dari penglihatan. Kecenderungan seseorang menilai suatu lanskap juga dinilai dari visualisasi lanskap tersebut, hal ini dapat diwakili menggunakan foto atau simulasi yang mampu menggambarkan kondisi sebenarnya (Daniel dan Boster 1976).

Estetika dan persepsi saling berkaitan dan jarang dapat diukur secara kuantitas. Dasar pemikiran pendekatan evaluasi adalah bahwa orang-orang terlatih dapat melakukan penilaian estetika lanskap yang berharga dan dapat diterima secara umum. Lingkungan suatu tempat dapat dibaca deskripsinya dari karakteristik tempat tersebut dan persepsi indera manusia. Berdasarkan hal itu dapat dilakukan suatu metode yang melibatkan sejumlah faktor yang mungkin mempengaruhi variasi kualitas lanskap, skala untuk mengukur faktor tersebut dan mengembangkan suatu sistem pembobotan untuk menentukan bermacam-macam penekanan pada faktor yang berbeda.

Evaluasi estetika lanskap merupakan kegiatan untuk mengetahui kualitas estetika suatu lanskap. Pendugaan keindahan pemandangan dapat diduga melalui suatu perspesi manusia terhadap suatu lanskap dengan menerapkan metode Scenic

Beauty Estimation (SBE) yang dikemukakan oleh Daniel dan Boster (1976). Scenic Beauty Estimation Methode merupakan metode yang menyediakan ukuran

kuantatif mengenai suatu hal yang disukai keindahannya sebagai sebuah alternatif dalam sistem manajemen lanskap alam. SBE memperlihatkan sebagai sebuah metode yang efisien dan obyektif untuk menduga keindahan dari suatu lanskap.

(27)

Kepuasaan estetika adalah sebuah reaksi spontan terhadap lanskap. Jika dikaitkan dengan unit rumah tinggal, dengan memperlihatkan lingkungan berkakteristik baik pada rumah tinggal dapat meningkatkan kepuasan hidup pengguna atau dapat dilakukan perbaikan tergantung dari tingkat kepuasan pengguna tersebut. Oleh karena itu desainer dapat melakukan evaluasi dari sikap dan pilihan masyarakat dengan menilai komponen lanskap yang dianggap penting. Hal ini kemudian akan memberikan masukan kepada proses dan pengambilan keputusan desain.

(28)

METODOLOGI Waktu dan Lokasi

Lokasi dan kondisi penelitian ini berupa tapak hipotetik dengan beberapa asumsi. Asumsi lokasi penelitian berada didaerah beriklim tropis basah Indonesia. Waktu penelitian dilakukan selama lima bulan dimulai dari bulan Februari 2012 sampai dengan bulan Juli 2012.

Metode

Penelitian ini menggunakan metode rancangan percobaan (experimental

design) dengan menerapkan rancangan split plot dimana faktor utamanya adalah

kriteria hemat energi dan faktor kedua yang dicobakan dalam percobaan berupa komposisi. Respon yang diamati dari perlakuan ini ialah pengaruh komposisi elemen-elemen taman rumah tinggal terhadap kualitas estetika. Dalam perlakuan akan dilakukan desain dan menghasilkan model yang mewakili masing-masing kriteria hemat energi dan komposisi. Setelah didapatkan hasil dari perlakuan, selanjutnya akan diuji kualitas estetika dengan menggunakan metode Scenic

Beauty Estimation. Penjelasan mengenai tahapan penelitian secara lebih rinci

selanjutnya dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Bagan alir penelitian Evaluasi estetika

(SBE) Desain

perumusan kombinasi setiap perlakuan

pembuatan model dalam bentuk dua dan tiga dimensi

mempresentasikan model simulasi melalui slide

presentasi slide

analisis data

kualitas estetika dan pengaruhnya terhadap komposisi

(29)

Desain

Desain pada penelitian ini merupakan gabungan dari konsep hemat energi dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip desain dalam komposisi. Gabungan tersebut menghasilkan desain yang disebut kombinasi.

Kriteria Hemat Energi

Untuk membentuk sebuah desain komposisi akan dikombinasikan dengan kriteria hemat energi. Kriteria hemat energi terdiri atas kriteria hemat energi rendah, kriteria hemat energi sedang dan kriteria hemat energi tinggi. Masing-masing kriteria mempunyai elemen pembentuk berupa tanaman, air dan perkerasan. Setiap elemen pembentuk memiliki variabel pendukung yang akan membedakan kualitas kriteria hemat energi.

Kriteria hemat energi rendah (C1) hanya memiliki elemen pembentuk tanaman dan perkerasan. Elemen tanaman terdiri dari pohon dengan kerapatan tajuk tidak lebih dari 25% dan ditanam dengan jarak 2 m dari bangunan. Penambahan tanaman yang ditoleransi adalah penutup tanah. Perkerasan yang digunakan pada kriteria ini adalah zurich 12-6 cm. Tembok pembatas memiliki tinggi 1,5 m dan berbentuk masif (Lampiran 1).

Kriteria hemat energi sedang (C2) tersusun atas elemen pembentuk tanaman, air, dan perkerasan. Elemen tanaman yang digunakan adalah pohon dengan ketinggian 4 m dan lebar tajuk 50%. Pohon ditanam dengan jarak 3 m dari bangunan. Penambahan tanaman yang ditoleransi berupa semak dan penutup tanah. Kriteria ini menggunakan perkerasan interblok 16-6 dan tembok pembatas porous. Elemen air yang digunakan adalah elemen air statis berupa kolam (Lampiran 2).

Elemen tanaman pembentuk kriteria hemat energi tinggi (C3) terdiri dari pohon dengan kerapatan tajuk lebih dari 75% dan ditanam dengan jarak 4 m dari bangunan. Penutup tanah, semak dan perdu dapat digunakan pada kriteria ini. Elemen perkerasan menggunakan perkerasan dengan kemampuan infiltrasi terbesar. Sebagai ganti tembok pembatas digunakan elemen tanaman sebagai pagar. Elemen air menggunakan air mancur (jets) yang menimbulkan riak (Lampiran 3).

(30)

Selain tanaman, air, dan perkerasan semua faktor lain dianggap sama untuk semua kriteria. Kondisi rumah dan taman untuk semua desain disetarakan. Warna yang digunakan pada bangunan dalam semua tingkat kriteria merupakan warna terang yang tidak menyerap panas. Begitu juga dengan penggunaan warna pada taman yang terbatas pada dua atau tiga warna karena dikhawatirkan penggunaan banyak warna dalam waktu bersamaan akan menjadi sebuah variabel baru yang mempengaruhi kualitas estetika. Waktu pembuatan desain diasumsikan pukul 12.00 WIB sehingga bayangan yang dihasilkan tegak lurus untuk semua kriteria.

Komposisi

Perlakuan yang akan diujikan pada tapak berupa komposisi elemen-elemen pembentuk taman rumah tinggal. Faktor yang diuji pada perlakuan merupakan faktor kualitatif, yakni penggunaan prinsip desain sebagai dasar dari pembentukan komposisi. Prinsip organisasi yang akan digunakan dalam perlakuan merupakan prinsip dasar berupa kesatuan (unity) dan keselarasan (harmony). Selain itu, digunakan prinsip interest yang berfungsi untuk memberi variasi dalam suatu desain sehingga menjadi salah satu aspek esensial dalam membentuk kesan estetik. Kemudian dari prinsip komposisi ini akan terbentuk empat komposisi, setiap komposisi akan diwakili oleh satu komposisi desain, yaitu:

1 komposisi pertama (K1) merupakan desain kontrol dimana elemen yang digunakan dalam membentuk komposisi murni mengikuti kriteria yang telah ditetapkan. Komposisi ini berfungsi sebagai pembanding;

komposisi kedua (K2) dimana elemen yang digunakan dalam membentuk komposisi mengalami beberapa modifikasi sesuai dengan kebutuhan pembentukan komposisi menjadi desain ideal, tetapi tidak melewati kaedah yang telah ditetapkan. Pada komposisi kedua (K2) prinsip komposisi yang terlihat jelas adalah unity.

Secara keseluruhan maupun antar elemen terdapat hubungan yang jelas sehingga menciptakan harmony. Tetapi dalam komposisi ini prinsip

interest kurang terlihat (Reid, 1993). Komposisi ini berfungsi sebagai

(31)

Gambar 3. Pola komposisi kedua (K2)

2 komposisi ketiga (K3) dimana elemen yang digunakan dalam membentuk komposisi sama dengan elemen yang membentuk komposisi kedua (K2). Komposisi ini melibatkan prinsip interest yang tinggi dari posisi elemen yang tidak beraturan.

(32)

Harmony dalam komposisi ini terdapat dalam hubungan antar elemen

secara keseluruhan (Reid, 1993). Prinsip kesatuan tidak terlihat dalam komposisi ini karena tidak ada hubungan nyata antar elemen. Dalam hal ini prinsip desain yang akan dimodifikasi membentuk suatu komposisi alternatif 2;

3 komposisi keempat (K4) dimana elemen yang digunakan dalam membentuk komposisi sama dengan elemen yang membentuk komposisi kedua (K2). Komposisi ini ditandai oleh pengulangan yang nyata dan membentuk suatu irama sehingga unsur interest yang terdapat dalam komposisi cukup tinggi (Reid, 1993). Secara keseluruhan adanya pengulangan menyebabkan munculnya kesatuan. Tetapi hubungan diantaranya rendah karena prinsip harmony tidak terlalu diterapkan dalam komposisi ini

Gambar 5. Pola komposisi keempat (K4)

Kombinasi

Hasil dari perlakuan ini berupa model desain taman rumah tinggal. Dari setiap perlakuan akan diperoleh satu model (CxKy), sehingga untuk keseluruhan perlakuan akan diperoleh dua belas model seperti terlihat dalam Tabel 3. Duabelas model diurutkan berdasarkan kriteria hemat energi, dimana masing-masing

(33)

kriteria mempunyai empat komposisi. Model taman rumah didesain menggunakan komputer berbasis CAD menghasilkan sebuah site plan seperti terlihat pada lampiran. Site plan merupakan dasar pembentukan ilustrasi dari masing-masing desain.

Tabel 2. Bagan kombinasi perlakuan

Komposisi Kriteria C1 C2 C3 K1 C1K1 C2K1 C3K1 K2 C1K2 C2K2 C3K2 K3 C1K3 C2K3 C3K3 K4 C1K4 C2K4 C3K4 Evaluasi Estetika

Evaluasi estetika dilakukan dengan metode Scenic Beauty Estimation (SBE) (Daniel dan Boster, 1976) pada obyek simulasi hasil rancangan. SBE terdiri atas tiga langkah, yaitu mempresentasikan lanskap dengan menggunakan slide, presentasi slide dan analisis data. Mempresentasikan lanskap dengan menggunakan slide dimulai dengan pembuatan simulasi 3D, setelah itu permodelan akan disimpan dalam bentuk 2D berupa gambar. Selanjutnya dilakukan presentasi slide yang bertujuan untuk mendapatkan penilaian responden terhadap lanskap yang dihadirkan dalam bentuk slide terhadap sejumlah responden.

Responden Kuisioner

Responden untuk penelitian ini diwakili kalangan mahasiswa yang menurut Daniel dan Boster (1976) merupakan bagian dari masyarakat yang dianggap kritis dan peduli terhadap lingkungannya. Jumlah responden yang menilai yaitu sebanyak 32 orang. Terdiri dari 23 orang mahasiswa Arsitektur Lanskap semester 8, 4 orang mahasiswa Arsitektur Lanskap semester 6 dan 5 orang mahasiswa diluar Arsitektur Lanskap.

Sebelum tahap presentasi slide akan dibagikan kuisioner pada responden, lalu akan diberi penjelasan tentang latar belakang dan tujuan penilaian serta teknis penilaian kuisioner. Slide akan diputar selama 8 detik (Daniel dan Boster, 1976).

(34)

Penilaian dilakukan dalam skala 1 – 10, dengan skala 1 sebagai nilai paling buruk dan skala 10 sebagai nilai paling baik. Selain memberi penilaian responden juga memberi keterangan dan tanggapan secara umum mengenai simulasi taman rumah tinggal berbasis konsep hemat energi.

Analisis Data

Penilaian yang dilakukan oleh responden kemudian akan diubah menjadi sebuah nilai dengan menggunakan formulasi sebagai berikut

Zij = standar penilaian untuk nilai respon ke ith oleh responden j = nilai rata-rata dari semua nilai oleh responden j

Rij = nilai ith dari responden j

Sj = standar deviasi dari seluruh nilai oleh responden j

Kemudian dilakukan tahap analisis terhadap data yang diperoleh dari tahap presentasi slide. Analisa data ditujukan untuk mendapatkan nilai SBE yaitu indeks kuantitas pendugaan keindahan suatu lanskap (Daniel dan Boster, 1976). Formulasi yang digunakan dalam analisa adalah

SBEx = (zyx - zyo) x 100

SBEx = Nilai Pendugaan Keindahan Pemandangan Lanskap ke- x zyx = Nilai Rata-rata Z lanskap ke x

zyo = Nilai Rata-rata Z suatu lanskap tertentu sebagai standar

Selanjutnya dilakukan uji beda nyata (F) dengan taraf nyata 0,05 untuk melihat adanya pengaruh faktor baik kriteria maupun komposisi terhadap respon yaitu kualitas estetika. Jika didapati pengaruh maka akan dilanjutkan dengan uji perbandingan berganda Duncan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan signifikan diantara masing-masing faktor (Matjik dan Sumertajaya, 2006).

(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Interaksi Kriteria Hemat Energi dan Komposisi

Berdasarkan hasil perhitungan nilai SBE untuk desain taman rumah tinggal dari tiga kriteria hemat energi dengan empat perlakuan komposisi menunjukan kualitas estetika desain taman rumah tinggal berkisar antara -110 sampai 128. Desain taman rumah dengan kombinasi kriteria hemat energi tinggi dan komposisi empat (C3K4) memiliki nilai SBE paling tinggi yaitu 128, sedangkan kondisi awal desain pada kriteria hemat energi rendah (C1K1) memiliki nilai SBE terendah yaitu -110. Lanskap dengan nilai SBE tertinggi merepresentasikan lanskap yang paling disukai sedangkan lanskap dengan nilai SBE terendah menggambarkan lanskap yang tidak disukai (Daniel dan Boster, 1976; Gunawan, 2005; dan Kurniawaty, Gunawan dan Sarjokusumo, 2012). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Matriks hasil penilaian kualitas estetika

Komposisi Kriteria C 1 C 2 C 3 K 1 -110 -95 -15 K 2 -26 71 60 K 3 49 71 77 K 4 56 98 128

Keterangan : C1K1 : kriteria hemat energi rendah komposisi pertama; C1K2 : kriteria hemat energi

rendah komposisi kedua; C1K3 : kriteria hemat energi rendah komposisi ketiga; C1K4 : kriteria

hemat energi rendah komposisi keempat; C2K1 : kriteria hemat energi sedang komposisi pertama;

C2K2 : kriteria hemat energi sedang komposisi kedua; C2K3 : kriteria hemat energi sedang

komposisi ketiga; C2K4 : kriteria hemat energi sedang komposisi keempat; C3K1 : kriteria hemat

energi tinggi komposisi pertama; C3K2 : kriteria hemat energi tinggi komposisi kedua; C3K3 :

kriteria hemat energi tinggi komposisi ketiga; C3K4 : kriteria hemat energi tinggi komposisi

keempat.

Seperti terlihat dalam matriks, berturut-turut kualitas estetika kombinasi dari kriteria hemat energi rendah hingga kriteria hemat energi tinggi dengan

(36)

komposisi kontrol hingga komposisi keempat secara garis besar mengalami peningkatan.

Nilai SBE dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu kualitas estetika rendah, kualitas estetika sedang, dan kualitas estetika tinggi seperti pada Tabel 4. Pengelompokan ini berdasarkan Daniel dan Boster (1976) dimana lanskap yang termasuk ke dalam kualitas estetika rendah memiliki nilai SBE < 20, lanskap termasuk kualitas estetika sedang jika memiliki nilai SBE antara -20 sampai 20, dan lanskap termasuk kualitas estetika tinggi memiliki nilai SBE > 20. Tingkat keindahan lanskap selanjutnya dapat terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Kualitas estetik (SBE) perlakuan komposisi dan kriteria hemat energi

Komposisi Kriteria

C 1 C 2 C 3

K 1 Rendah Rendah Sedang

K 2 Rendah Tinggi Tinggi

K 3 Tinggi Tinggi Tinggi

K 4 Tinggi Tinggi Tinggi

Melalui uji F dengan tingkat kepercayaan 95% terhadap ketiga kriteria didapati bahwa faktor kriteria berpengaruh signifikan terhadap respon (Lampiran 5). Hal ini menegaskan bahwa kriteria hemat energi mempengaruhi kualitas estetika. Lalu pada uji perbandingan berganda Duncan antara masing-masing kriteria hemat energi terdapat perbedaan yang signifikan (Lampiran 6). Hasil perhitungan juga menunjukan bahwa hasil pada masing-masing kriteria hemat energi dari kriteria hemat energi rendah hingga kriteria hemat energi tinggi secara umum mengalami peningkatan.

Uji F yang dilakukan pada keempat komposisi dengan tingkat keprcayaan 95% menunjukkan bahwa faktor komposisi berpengaruh signifikan terhadap

(37)

respon (Lampiran 5). Hal ini menjelaskan bahwa komposisi elemen-elemen taman dapat mempengaruhi kualitas estetika. Untuk uji perbandingan berganda Duncan antara komposisi kontrol (K1), komposisi 2 (K2), komposisi 3 (K3), dan komposisi 4 (K4) terdapat perbedaan yang signifikan (lampiran 7). Untuk hasil dari komposisi 1 (K1) sampai komposisi 4 (K4) berturut-turut mengalami peningkatan.

Hasil interaksi antara kriteria hemat energi dengan komposisi didapati hubungan yang signifikan dari uji F dengan tingkat kepercayaan 95% (Lampiran 5). Artinya kriteria hemat energi dan komposisi saling mempengaruhi dalam menentukan kualitas estetika dalam sebuah desain.

Kualitas Estetika Kriteria Hemat Energi

Salah satu dampak nyata dari penerapan kriteria hemat energi adalah menciptakan iklim mikro yang nyaman. Iklim mikro yang baik dapat mengurangi penggunaan alat-alat elektronik seperti kipas angin dan air conditioner yang berpengaruh pada penghematan energi. Peningkatan kriteria diikuti oleh peningkatan hemat energi. Peningkatan kriteria ditandai oleh peningkatan variabel elemen-elemen pembentuk taman (Tabel 1). Semakin meningkat kriteria maka kualitas estetiknya semakin meningkat seperti terlihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Pengaruh kriteria hemat energi terhadap nilai SBE 102,25 146,25 172,5 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

Rendah Sedang Tinggi

N

il

ai

SB

E

(38)

Kriteria hemat energi rendah merupakan taman dengan rata-rata kualitas estetika paling rendah dengan nilai rata-rata SBE sebesar 102. Menurut Kurniawaty, Gunawan dan Surjokusumo (2012) elemen taman yang terdapat pada kriteria ini terbatas pada elemen tanaman dan perkerasan. Elemen taman yang digunakan pada kriteria ini hanya pohon dan penutup tanah.

Gambar 7. Desain taman rumah dengan kriteria hemat energi rendah

Pohon berpengaruh positif terhadap tempratur udara, dimana pohon dapat memayungi area atau ruang dibawahnya dari sinar matahari langsung dan mengurangi derajat panas sehingga berpengaruh pada pendinginan udara disekitarnya. Pohon yang digunakan pada kriteria ini memiliki kerapatan tajuk tidak lebih dari 25%. Dengan kerapatan tajuk yang tergolong rendah, pohon tidak dapat memberi naungan maksimal pada taman dan menyebabkan kesan gersang yang dapat mempengaruhi kualitas estetika (Gambar 7).

Desain taman dengan kriteria hemat energi pada tingkat kedua (K2) memperlihatkan elemen pohon dengan ketinggian 5 m, hamparan rumput, dan pagar yang porous, serta adanya elemen air berupa kolam di depan teras. Kualitas estetik pada level ini lebih tinggi dibanding dengan kriteria pertama (K1). Hal ini disebabkan oleh kehadiran elemen air dan ukuran pohon yang lebih beragam. Selain itu pemilihan tajuk tanaman pada konsep hemat energi sedang lebih lebar

(39)

dari konsep hemat energi sebelumnya dengan kerapatan tajuk berkisar 50% menciptakan suasana teduh karena dapat menaungi hampir seluruh taman.

Gambar 8. Desain taman rumah dengan kriteria hemat energi sedang

Elemen air yang digunakan pada konsep hemat energi ini merupakan elemen air statis yang ditempatkan dekat dengan pintu atau ventilasi rumah sehingga uap dari air dapat mendinginkan bagian dalam rumah (Gambar 8). Perkerasan yang digunakan pada kriteria hemat energi ini adalah perkerasan dengan porositas sedang yaitu interblok 16-6 cm dengan kemampuan infiltrasi yang cukup besar. Pagar yang digunakan memiliki celah yang memungkinkan untuk pertukaran udara tetapi masih berbentuk masif. Elemen air dan pohon meningkatkan kualitas estetika lanskap (Gunawan, 2005; dan Meliawati, 2003).

Secara umum hasil rata-rata nilai SBE pada konsep hemat energi tinggi paling tinggi dibandingkan dengan konsep hemat energi lainnya. Elemen tanaman dalam konsep hemat energi ini sangat bervariasi dari strata tanaman rendah seperti penutup tanah hingga strata tanaman tinggi seperti pohon. Untuk mencapai hemat energi pada tingkat ini perlu dilakukan pemilihan pohon penaung yang tepat, pohon tersebut diharapkan mampu menaungi dinding dan sekitarnya dengan kerapatan tajuk lebih dari 75%.

(40)

Gambar 9. Desain taman rumah dengan kriteria hemat energi tinggi

Elemen perkerasan pada taman ini adalah grassblock yang memiliki porositas tinggi dan dapat sempurna menyerap air. Untuk pagar digunakan pagar tanaman dengan kombinasi modifikasi ketinggian level tanah yang ditutupi tanaman dan sansiviera (Sansiviera sp.) (Gambar 9). Penggunaan pagar tanaman yang berbentuk tidak masif lebih memudahkan sirkulasi angin di taman sehingga sesuai untuk digunakan dalam kriteria hemat energi tinggi. Untuk elemen air digunakan permainan air yang menambah kesejukan pada taman ini berupa model

single jet-spray. Air yang dinamis memiliki luas bidang permukaan yang lebih

luas, sehingga panas yang diserap serta kadar evaporasinya akan lebih tinggi yag berpengaruh nyata terhadap penurunan suhu udara disekitarnya. Tidak hanya untuk stabilitator suhu, elemen air juga dapat berperan sebagai absorbsi bunyi akibat suara dari percikan yang dihasilkan.

Kualitas Estetika Komposisi

Gambar 10 memperlihatkan pengaruh komposisi terhadap kualitas estetika.Komposisi kontrol (K1) merupakan komposisi yang paling tidak disukai memiliki nilai SBE rata-rata paling rendah yaitu 36 dan komposisi empat (K4) merupakan komposisi yang paling disukai memiliki nilai SBE rata-rata paling tinggi yaitu 204. Komposisi terbentuk dari penyusunan komponen taman seperti tanaman, air, dan perkerasan. Komponen taman sendiri tersusun atas

(41)

elemen-elemen desain berupa garis, bentuk, warna, dan tekstur. Dengan kata lain kualitas estetika komposisi merupakan efek dari penyusunan elemen-elemen desain (Molnar dan Rutledge, 1992).

Gambar 10. Pengaruh komposisi terhadap nilai SBE

Komposisi pertama (K1) menampilkan kondisi awal dari taman dengan mengikuti kriteria standar dari masing-masing tingkat hemat energi. Keterbatasan elemen taman yang digunakan menjadikan taman berkesan kosong dan kurang menarik. Komposisi ini disebut juga sebagai komposisi kontrol karena digunakan sebagai pembanding dengan komposisi yang sudah dimodifikasi.

Komposisi yang mengaplikasikan unity dan harmony (K2) menghasilkan nilai SBE yang lebih tinggi dibandingkan dengan komposisi awal yaitu 145. Penerapan prinsip ini umumnya diikuti oleh prinsip repitition. Bentukan yang terdapat dalam komposisi ini cenderung kaku dan formal. Desain komposisi yang menghasilkan kesan formal dan kurang variatif sehingga tidak terlalu diminati oleh pengguna (Reid, 1993).

Komposisi yang mengaplikasikan prinsip harmony dan interest (K3) menghasilkan kualitas estetik lebih tinggi dibandingkan dengan komposisi pertama dan kedua dengan nilai rata-rata SBE sebesar 175. Prinsip harmony membentuk komposisi dengan keseimbangan asimetris. Penggunaan prinsip

interest membentuk komposisi dengan pola tidak teratur atau diagonal yang

36,6 145 175,6 204 0 50 100 150 200 250 1 2 3 4 N il ai SB E Komposisi

(42)

menciptakan variasi sehingga menjadi lebih menarik. Aplikasi prinsip ini pada elemen-elemen taman berupa air, perkerasan dan vegetasi menciptakan kesan aktif dan memberi semangat (Molnar dan Rutledge, 1992).

Komposisi yang mengaplikasikan prinsip unity dan interest (K4) menghasilkan kualitas estetika tertinggi, yaitu nilai rata-rata SBE 204. Pola melengkung adalah pola yang digunakan pada komposisi ini. Penerapan pada taman baik dari elemen vegetasi, air, perkerasan atau gabungan dari beberapa elemen prinsip desain tersebut menciptakan sebuah irama atau rhytm (Gambar 10). Prinsip rhytm menciptakan kesan natural yang umumnya diminati oleh pengguna (Reid, 1993).

Kualitas Estetika Kombinasi

Hasil interaksi antara kriteria hemat energi dengan komposisi didapati hubungan yang signifikan dari uji F dengan taraf nyata 0,05. Artinya kriteria hemat energi dan komposisi saling mempengaruhi dalam menentukan kualitas estetika dalam sebuah desain. Kombinasi dengan kualitas estetika paling rendah adalah kriteria hemat energi rendah komposisi pertama (C1K1) dan kualitas estetika paling tinggi dihasilkan oleh kriteria hemat energi tinggi komposisi keempat (C3K4).

Kriteria Hemat Energi Rendah Komposisi Kedua (C1K2)

Elemen tanaman dalam taman ini berupa pohon dan penutup tanah dengan variasi warna yang disusun bergantian membentuk persegi terlihat pada Gambar 11. Keterbatasan variasi jenis dan tinggi tanaman mempengaruhi penilaian kualitas estetika (Maharta, 2004). Tajuk pohon hujan mas yang berukuran sekitar 2 m tidak dapat memberi pembatas ruang atas atau atap bagi taman secara maksimal. Hal ini menghasilkan ruang kosong pada tengah taman dan langsung terpusat pada pekerasan yang berbatasan dengan pagar. Area kosong di tengah taman menciptakan perasaan tidak nyaman sehingga kurang disukai (Molnar dan Rutledge, 1992). Pagar masif selain menghambat pertukaran udara, juga memberi kesan kaku yang diperkuat dengan pengaturan komposisi tanaman yang monoton.

(43)

Gambar 11. Kriteria hemat energi rendah komposisi kedua (C1K2)

Kriteria Hemat Energi Rendah Komposisi Ketiga (C1K3)

Penataan tanaman yang memperhatikan keseimbangan sesuai dengan skala ruang yang tersedia menghasilkan kualitas estetika yang baik (Mahatar, 2004). Berbeda dengan kombinasi sebelumnya, kombinasi ini mengisi ruang kosong ditengah taman dengan elemen pohon, perkerasan dan penutup tanah. Penggabungan perkerasan dan tanaman mengurangi dominasi ketinggian pohon. Selain menjadi vocal point posisi perkerasan diletakkan dibawah naungan pohon menyebabkan perkerasan tidak cepat menyerap panas.

(44)

Gambar 12 menunjukan keseimbangan asimetris pada taman yang dihasilkan oleh penutup tanah. Keseimbangan asimetris lebih diminati karena variasi yang dihasilkan lebih menarik dibandingkan keseimbangan simetris yang berkesan monoton.

Kriteria Hemat Energi Rendah Komposisi Keempat (C1K4)

Terbatasnya jenis dan jumlah tanaman yang digunakan dalam kriteria hemat energi rendah menjadi salah satu kendala untuk menciptakan desain taman serta mempengaruhi kualitas estetika, terutama untuk kombinasi yang menggunakan kriteria hemat energi rendah. Namun kombinasi C1K4 mempunyai nilai SBE yang cukup tinggi. Variasi warna dan ketinggian tanaman menghilangkan kemonotonan dalam taman. Tegakan pohon ditengah taman menjadi pusat visual. Peletakkan perkerasan dengan bentuk masif tidak menciptakan suatu pergerakan sehingga bertolak belakang dengan kesan dinamis yang ditimbulkan oleh tanaman.

Prinsip unity diciptakan dari garis melingkar yang terdapat pada perkerasan dan pola tanaman (Gambar 13). Garis tersebut menghubungkan semua elemen dan ruang yang terdapat ditaman menjadi sebuah kesatuan. Garis melengkung pada taman juga menciptakan kesan yang menyenangkan (Molnar dan Rutledge, 1992).

(45)

Kriteria Hemat Energi Sedang Komposisi Kedua (C2K2)

Pola yang menggunakan prinsip repitition pada taman memberi kesan kuat dan menghasilkan nilai kualitas estetika yang cukup tinggi. Gambar 14 memperlihatkan penggunaan prinsip repitition pada elemen perkerasan. Vegetasi memperkuat prinsip unity untuk menghubungkan ruang-ruang pada taman. Pengaturan perkerasan membentuk sebuah persegi yang disusun teratur dengan ukuran dan jarak yang sama. Bentuk persegi ini secara tidak langsung menghasilkan taman dengan karakter garis-garis lurus. Variasi pagar yang berongga vertikal serasi dengan garis-garis lurus yang ditampilkan oleh taman ini. Selain berfungsi untuk membentuk ruang, peletakan perkerasan di tengah-tengah taman menjadikan perkerasan sebagai vocal point. Garis lurus merupakan elemen dominan dan kuat yang dapat mengarahkan pandangan tertuju pada objek (Molnar dan Rutledge, 1992).

Penyusunan semak bougenvil (Bougenville sp.) terkesan kurang rapi tapi cukup menarik karena dipadukan dengan penutup tanah berupa aglaonema (Aglaonema sp.). Pengembangan bentuk elemen air yang digabungkan dengan perkerasan tidak hanya menarik dari sudut estetika tetapi mempunyai fungsi sebagai jalur sirkulasi penghubung antara taman dan bangunan.

(46)

Kriteria Hemat Energi Sedang Komposisi Ketiga (C2K3)

Prinsip keseimbangan terlihat pada taman ini, terlihat dari penempatan perkerasan yang berhadapan. Permainan perkerasan yang menggunakan garis zig-zag menghasilkan kesan dinamis (Molnar dan Rutledge, 1992). Namun pola garis yang digunakan pada kombinasi ini dianggap sama dengan pola garis pada kombinasi sebelumya sehingga dihasilkan respon nilai SBE yang sama.

Gambar 15. Kriteria hemat energi sedang komposisi ketiga (C2K3)

Secara keseluruhan tidak terlihat prinsip unity dalam taman ini, tetapi didapatkan kesan harmony dari penempatan masing-masing elemen. Kombinasi elemen perkerasan dan elemen air menjadikan desain taman ini semakin menarik. Perkerasan yang digunakan dalam taman ini menggunakan perkerasan dengan kemampuan infiltrasi cukup besar, meskipun begitu penempatan perkerasan diusahakan mendapat sinar matahari karena tajuk pohon yang cukup rapat dapat menghambat kemampuan infiltrasi.

Kriteria Hemat Energi Sedang Komposisi Keempat (C2K4)

Pengorganisasian letak tanaman membentuk sebuah irama dari rendah hingga tinggi dengan penutup tanah yang berada pada area pintu masuk rumah hingga semak yang hampir menutupi pagar. Secara horizontal tanaman membentuk pola melengkung yang juga membentuk sebuah rhytm.

(47)

Gambar 16. Kriteria hemat energi sedang komposisi keempat (C2K4)

Perkerasan dibentuk mengikuti bentuk tanaman (Gambar 16) dalam hal ini membantu mengarahkan penggunanya. Letak perkerasan yang cukup dekat dengan elemen air dapat mencegah perkerasan menyerap panas berlebihan. Desain taman ini menghasilkan taman yang bersifat natural. Terlihat bentuk yang tidak lagi tegas dan kaku. Penanaman tanaman semak bougenvil secara bergerombol juga memberikan kesan natural dibanding dengan penanaman tanaman secara individual (VanderZanden dan Rodie, 2008). Nilai kualitas estetika taman ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan komposisi lain walaupun berada dalam kriteria hemat energi sedang. Pola garis lengkung memberi kesan dinamis dan dinilai lebih menarik dibandingkan dengan pola garis lurus.

Kriteria Hemat Energi Tinggi Komposisi Kedua (C3K2)

Kesan natural didapatkan dalam taman ini akibat dominasi tanaman. Kompleksitas dalam desain taman ini ditandai dengan penambahan jumlah tanaman yang semakin bervariasi mulai dari pohon, semak, hingga penutup tanah. Pengaturan tanaman yang berasal dari beberapa strata menghasilkan sebuah

harmony.

Perkerasan berfungsi sebagai penghubung elemen-elemen didalam taman baik elemen tanaman juga elemen air. Secara tidak langsung perkerasan

(48)

menghubungkan ruang-ruang yang ada didalam tapak sehingga membentuk suatu

unity. Bentuk persegi masih digunakan dalam desain taman kriteria tinggi dengan

pertimbangan bahwa bentuk kotak yang berkesan formal merupakan salah satu simbol keteraturan yang berusaha ditonjolkan dalam komposisi ini.

Gambar 17. Kriteria hemat energi tinggi komposisi kedua (C3K2)

Pada Gambar 17 terlihat penggunaan elemen air dalam kriteria ini merupakan vocal point dalam taman dan diletakkan pada posisi pintu masuk taman. Elemen air ini semakin menarik dengan menghasilkan air mancur tipe

single-jet spray yang diletakkan pada sisi kiri dan kanan area masuk dan

menciptakan keseimbangan.

Meskipun begitu nilai SBE komposisi ini lebih rendah dibandingkan nilai SBE komposisi lain yang menggunakan kriteria hemat energi sedang. Penambahan hanjuang yang memberi aksen warna tidak serta merta menaikkan kualitas estetika. Dalam hal ini nilai estetika tidak hanya bergantung pada jumlah atau luas tanaman, tetapi juga dipengaruhi oleh peletakan dan pembagian elemen mengikuti prinsip estetika (Ile, 2011).

Kriteria Hemat Energi Tinggi Komposisi Ketiga (C3K3)

Taman pada Gambar 18 terkesan tidak teratur karena penerapan prinsip

interest tanpa menerapkan prinsip unity sehingga antara satu elemen dengan

Gambar

Gambar 1. Kerangka pikir Isu Pemanasan global
Tabel 1.  Variabel komponen hemat energi  Elemen  pembentuk   Variabel  Kriteria   C1  C2  C3  Tanaman  Kerapatan  tajuk  Kerapatan  tajuk rendah  &lt;25%  Kerapatan  tajuk tinggi 25%-75%  Kerapatan  tajuk tinggi 75%  Jumlah  tanaman  1 pohon  pelindung  2
Gambar 2. Bagan alir penelitian Evaluasi estetika
Gambar 3. Pola komposisi kedua (K2)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Apabila pengguna tidak memberikan alamat IP yang dituju ataupun juga tidak ada file yang akan dikirimkan dan langsung menekan tombol Submit, maka akan muncul tampilan pesan

Laporan Keuangan menyajikan dengan wajar Laporan Operasional, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Faktor pertimbangan sehat digunakan ketika

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV maka dapat diambil kesimpulan bahwa nilai kemampuan menulis puisi berkenaan dengan keindahan alam siswa

Kak Siswati Saragi,Sos,MSP, selaku administrator Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/ Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan yang

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk NPK dengan dosis yang berbeda berpengaruh nyata terhadap parameter panjang tanaman umur 6 – 8

Dengan kata lain “laborary work” adalah kegiatan (kerja) ilmiah dalam suatu tempat yang dilakukan oleh mahasiswa atau guru/dosen atau pihak lain, baik

Telah menyelesaikan Praktikum Jalan dan Aspal pada Laboratorium Jalan dan Aspal Departemen Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin pada tanggal 31 Oktober – 5 November

Hasil penelitian ini mendukung hipotesis bahwa tingkat pengetahuan dan sikap serta dukungan keluarga memiliki hubungan yang secara statistik signifikan dengan partisipasi