PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED TEACHING
DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP SISWA MTS.AL-JAM’IYYATUL WASHLIYAH
T E M B U N G T . A 2 0 1 3 / 2 0 1 4
Oleh :
Amri Makmur Nasution NIM. 409111011
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iii
PRAKATA
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul ” Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematika dengan Menggunakan Model Pembelajaran Guided Teaching dan Pembelajaran Konvensional pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Terhadap Siswa Kelas VIII MTs.AL-Jam’iyyatul Washliyah Tembung T.A 2013/2014” disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Pendidikan Matematika,
Jurusan Matematika, Pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Medan. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. KMS. M. Amin Fauzi, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah meluangkan waktu, memberikan arahan, masukan dan penuh
kesabaran membimbing penulis hingga menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr.Edy Surya,M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika.
3. Ibu Dra.Nurliani Manurung, M.Pd selaku dosen penasehat akademik yang
telah membantu penulis dalam perkuliahan.
4. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd., Bapak Drs.Sahat Siahaan, M.Pd, dan
Ibu Faiz Ahyaningsih,S.Si. M.Si. selaku dosen pemberi saran demi perbaikan
skripsi ini.
5. Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Matematika FMIPA
Unimed.
6. Bapak Prof.Drs.Motlan,M.Sc,Ph.D selaku Dekan FMIPA Unimed.
7. Bapak/Ibu Dosen dan Pegawai di Jurusan Matematika FMIPA Unimed.
8. Bapak Muhammad Zubir Nasution, S.Ag selaku Kepala Madrasah MTs. Al-Jam’iyatul Washliyah Tembung.
9. Teristimewa sekali rasa hormat dan terima kasih saya kepada Papa dan Mama
iv
Terima kasih atas semua yang telah diberikan baik dukungan moril maupun
materi selama penulis menempuh pendidikan.
10. Kak Sari, Kak Riza, Adek Nundiah, dan Adek irfan terima kasih atas
supportnya.
11. Sahabat-sahabatku: Latifah, Risvayani, Maya Terima kasih untuk
kebersamaan dan keceriaannya selama ini.
12. Sahabat seperjuangan dalam organisasi HMI: Saddam Azhar dan Ardiansyah
yang telah memberikan pengalaman organisasi yang bermanfaat.
13. Sahabat seperjuangan terkhusus teman-teman Matematika Dik B 2009 yang
telah memberikan dukungan dan kebersamaan selama perkuliahan.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan
Bapak/Ibu serta Saudara/i, kiranya kita semua tetap dalam lindungan-Nya.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi guru matematika dan perkembangan
dunia pendidikan khususnya matematika. Namun penulis menyadari skripsi ini
masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan
skripsi ini.
Medan, Desember 2014 Penulis,
ii
PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED TEACHING
DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP SISWA MTS.AL-JAM’IYYATUL WASHLIYAH
T E M B U N G T . A 2 0 1 3 / 2 0 1 4 Amri Makmur Nasution (NIM 409111011)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematika menggunakan model pembelajaran Guided Teaching dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas VIII MTs.Al-Jam’iyatul Washliyah Tembung T.A 2013/2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs.Al-Jam’iyatul Washliyah Tembung yang terdiri dari 9 kelas. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelas masing-masing 44 orang siswa pada kelas VIII-9 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-8 sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen menggunakan pembelajaran dengan model pembelajaran Guided Teaching dan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan test essay sebanyak 4 soal yang telah dinyatakan valid dan reliabel oleh tim ahli. Sebelum pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuji normalitas, diperoleh uji normalitas data kelas eksperimen diperoleh L0 (0,1085) < Ltabel (0,1336) dan data kelas kontrol diperoleh L0 (0,1106) < Ltabel
((0,1401) sehingga dapat dinyatakan bahwa data kedua kelas adalah berdistribusi normal. Serta diuji homogenitas pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh Fhitung (1,3154) < Ftabel (1,9306) dan data Postes kelas eksperimen dan
kelas kontrol diperoleh Fhitung (1,1822) < Ftabel (1,9306). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa data kedua kelas adalah homogen. Dari analisis data postes dengan menggunakan uji-t hasil perhitungan diperoleh harga thitung (10,40796) >
ttabel (1,99267) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Maka disimpulkan bahwa
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan ………i
ABSTRAK ... ii
PRAKATA ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ………... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 5
1.3 Batasan Masalah ... 6
1.4 Rumusan Masalah ... 7
1.5 Tujuan Penelitian ... 7
1.6 Manfaat Penelitian ... 7
1.7 Definisi Operasional ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis... 9
2.1.1 Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika ... 9
2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Matematika……… 9
2.1.1.2 Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematika ... 10
2.1.1.3 Aspek-Aspek dalam Komunikasi Matematika ... 11
2.1.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Matematika ... 13
2.1.1.5 Indikator Kemampuan Komunikasi Matematika ... 13
vii
2.1.2.1 Model Pembelajaran Guided Teaching ... 16
2.1.3 Pembelajaran Konvensional ... 19
2.2 Uraian Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel ... 21
2.2.1 Pengertian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel ... 22
2.2.2 Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel ... 23
2.2.3 Penerapan SPLDV dalam Kehidupan Sehari-hari ... 28
2.3 Penelitian yang Relevan ... 29
3.8.1.2 Menghitung Standard Deviasi ... 41
3.8.1.3 Uji Normalitas ... 41
viii
3.8.1.5 Uji Hipotesis ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 46
4.1.1 Deskripsi Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 46
4.1.2 Nilai Postest Kemampuan Komunikasi Matematika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 47
4.1.3 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa dalam Komunikasi Matematika 49 4.1.3.1 Tingkat Kemampuan Siswa Kelas Eksperimen ... 49
4.1.3.2 Tingkat Kemampuan Siswa Kelas Kontrol ... 50
4.1.4 Deskripsi Gain Ternormalisasi ... 51
4.2 Analisis Data Hasil Penelitian ... 52
4.2.1 Uji Normalitas Data ... 52
4.2.2 Uji Homogenitas Data ... 53
4.2.3 Uji Hipotesis Data ... 53
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 54
4.4 Kegiatan Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Guided Teaching dan Pembelajaran Langsung ... 55
4.5 Hubungan Antara Karakteristik Pembelajaran Guided Teaching dengan Aspek Komunikasi Matematika ... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 59
5.2 Saran ... 59
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Guided Teaching ... 18
Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Konvensional ... 21
Tabel 2.3 Penyelesaian SPLDV ... 22
Tabel 3.1 Perincian Jumlah Siswa ... 33
Tabel 3.2 Desain Penelitian Randomized Control Group Only ... 35
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematika ... 39
Tabel 3.4 Penilaian Komunikasi ... 40
Tabel 4.1 Data Pretes Kemampuan Komunikasi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ………. 47
Tabel 4.2 Data Postes Kemampuan Komunikasi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ………. 48
Tabel 4.3 Ringkasan Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest Kedua Kelas ... 48
Tabel 4.4. Deskripsi Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa untuk Kelas Eksperimen ………. 50 Tabel 4.5. Deskripsi Tingkat Kemampuan Komuniksasi Siswa untuk Kelas Kontrol ……….. 51
Tabel 4.6 Ringkasan Uji Normalitas Data dengan Liliefors ..……….. 52
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Skema Prosedur Penelitian ... 37
Gambar 4.1 Ringkasan Data Pretes Dan Posttest Kelas Eksperimen Dan Kelas
Kontrol ..………. 49
Gambar 4.2 Grafik Persentase Pencapaian Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Kelas Eksperimen .………. 50
Gambar 4.3 Grafik Persentase Pencapaian Hasil Tes Kemampuan Komunikasi
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Eksperimen) ... 63
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Eksperimen) ... 72
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Kontrol) ... 79
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Kontrol) ... 83
Lampiran 5 Pretest ... 87
Lampiran 6 Alternatif Penyelesaian Pretest ... 88
Lampiran 7 Tes Kemampuan Komunikasi Matematika ... 93
Lampiran 8 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Komunikasi Matematika ... 94
Lampiran 9 Teknik Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematika ... 97
Lampiran 10 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran I (Eksperimen) ... 98
Lampiran 11 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran II (Eksperimen) .. 100
Lampiran 12 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran (Kontrol) ... 102
Lampiran 13 Kemampuan Komunikasi Matematika Kelas Eksperimen ... 109
Lampiran 14 Kemampuan Komunikasi Matematika Kelas Kontrol... 111
Lampiran 15 Pretest Komunikasi Matematika Kelas Eksperimen ... 113
Lampiran 16 Pretest Komunikasi Matematika Kelas Kontrol ... 116
Lampiran 17 Perhitungan Nilai Rata-Rata, Varians, dan Simpangan Baku Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa ... 118
Lampiran 18 Perhitungan Uji Normalitas Data Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa ... 123
Lampiran 19 Perhitungan Uji Homogenitas Data Tes Kemampuan Komunikasi Matematika ... 128
Lampiran 20 Perhitungan Perbedaan Hasil Postest dan Pretest Kelas Eksperimen ...………130
Lampiran 21 Perhitungan Perbedaan Hasil Postest dan Pretest Kelas Kontrol ...………132
1
berkualitas sehingga mampu bersaing dan mampu menghadapi
perubahan-perubahan yang tidak menentu. Salah satu pembinaan sumber daya manusia
tersebut yaitu melalui pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan perlu mendapat
perhatian lebih oleh pemerintah maupun masyarakat. Sehingga tujuan pendidikan
pun dapat tercapai yaitu mengembangkan kemampuan peserta didik.
Untuk memanfaatkan teknologi di masa depan, salah satunya diperlukan
penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Hal itu disebabkan karena
matematika merupakan salah satu ilmu universal yang turut serta mendasari
perkembangan teknologi modern dan mempunyai peran penting dalam berbagai
disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Sesuai dengan tujuan
pembelajaran matematika yang dikemukakan Sihombing (2011:16-17) yaitu:
1. Melatih cara berpikir dalam bernalar atau menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistens, dan inkonsistens. 2. Mengembangkan aktifitas yang menyebabkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan, mengembangkan pemikiran divergen orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi, dan dugaan sementara serta mencoba–coba. 3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan.
Sejalan dengan hal diatas Cornelius (dalam Abdurrahman, 2009:253)
mengemukakan bahwa :
2
Menyadari pentingnya penguasaan matematika, maka dalam
Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional)
pasal 37 ditegaskan bahwa mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata
pelajaran wajib bagi siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Namun,
pendidikan matematika di Indonesia belum menampakkan hasil yang diharapkan.
Telihat dari rendahnya hasil belajar matematika siswa. Hal ini didukung oleh hasil
laporan dari TIMSS (Third International Mathematics and Science Study) 2007 bahwa ”Rata-rata skor matematika siswa tingkat VIII di Indonesia yaitu 397, jauh dibawah rata-rata skor internasional, dan berada pada rangking 36 dari 48 negara”(http://nces.ed.gov/timss/table07_1.asp_05-06-2013)
Rendahnya hasil belajar dan kemampuan matematika ini disebabkan masih
banyaknya siswa mengalami kesulitan dalam belajar matematika, kurang
berminat, dan selalu menganggap matematika sebagai ilmu yang sukar, sehingga
menimbulkan rasa takut untuk belajar matematika, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Abdurrahman (2009:252) bahwa : ”Dari berbagai bidang studi
yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap
paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar, dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar”.
Dalam pembelajaran, siswa tidak akan lepas dari komunikasi antar siswa,
siswa dengan fasilitas belajar, ataupun dengan guru. Komunikasi satu arah yang
terjadi saat pembelajaran dapat pula memicu rendahnya kemampuan komunikasi
matematika. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang variatif dan
melibatkan siswa secara pasif membiasakan siswa untuk tidak memberikan
argumen atas jawabannya dan tanggapan atas jawaban yang diberikan oleh orang
lain, sehingga apa yang dipelajari menjadi kurang bermakna. Kemampuan
komunikasi setiap individu akan memperngaruhi proses dan hasil belajar yang
bersangkutan. Oleh karena itu, peserta didik harus memaksimalkan fungsi-fungsi
komunikasi matematika yang dimilikinya saat belajar.
http://kimfmipa.unnes.ac.id/home/61-membangun-3
keterampilan-komunikasi-matematika.html, 05-06-2013). Anggapan siswa
tersebut memperlihatkan bahwa ketidaktahuan mereka akan pentingnya
matematika dan komunikasi dalam menyampaikan ide saat proses belajar. Ketika
pembelajaran berlangsung, tidak banyak siswa yang mau dan suka bertanya
kepada temannya untuk mengatasi kesulitannya, apalagi kepada guru sehingga
komunikasi antar siswa maupun siswa dengan guru kurang maksimal.
National Council Of Teachers of Mathematics (NCTM) mengeluarkan
Principles and Standards for School Mtahematics. Dalam standar proses tersebut
disebutkan bahwa ada lima penekanan yang harus dituju/disajikan dalam
mempelajari matematika yakni: pemecahan masalah (Problem Solving), penalaran
dan bukti (Reasoning and Proof), komunikasi (Communication), koneksi
(Connection), dan representasi (Representation). Dengan mengacu pada lima
prioritas diatas, maka komunikasi adalah suatu bagian esensial dari matematika
dan pendidikan matematika.
Pada saat menghadapi permasalahan matematika berupa soal, tidak sedikit
siswa yang tidak mampu menyelesaikannya. Hal ini dikarenakan siswa hanya
menerima pelajaran yang diberikan namun tidak mengetahui penggunaan
peengetahuan yang didapatnya.siswa sulit menentukan langkah awal apa yang
mesti dilakukan dari informasi yang terdapat dalam soal.informasi yang telah
diperoleh tersebut pun tidak dimodelkan dalam bentuk matematika berupa notasi,
gambar, grafik dan aljabar. Sehingga siswa merasa sulit jika diminta guru
menjelaskan kembali secara matematis berupa bahasa atau simbol matematika.
Hal tersebut memperlihatkan kurangnya kemampuan komunikasi matematika
siswa.
Dari hasil survei peneliti, dari 38 siswa yang mengikuti tes terdapat 60,5%
4
“Saya jarang memberikan siswa-siswa soal-soal yang menunjang kemampuan komunikasi matematika. Saya selalu memberikan bentuk soal yang sangat mirip dengan bentuk contoh soal yang saya berikan. Sehingga jika mereka diberikan soal yang sedikit tidak mirip dengan contoh soal, maka mereka tidak dapat menyelesaikannya seperti apa yang telah kamu peroleh sendiri datanya.”
Dari uraian diatas jelas bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa
perlu mendapat perhatian untuk lebih dikembangkan. Kemampuan komunikasi
matematika merupakan kemampuan yang diperlukan dalam belajar matematika
dan sangat diperlukan dalam menghadapi masalah dalam kehidupan siswa.
Sehingga dengan kemampuan tersebut, siswa mempelajari matematika
seakan-akan mereka berbicara dan menulis tentang apa yang mereka sedang lakukan serta
menuangkannya dengan berupa bahasa atau simbol matematika.
Jika kita melihat kembali tujuan pembelajaran matematika yang telah
disebutkan sebelumnya, maka sudah selayaknya paradigma pembelajaran dirubah
dari teacher centered menjadi student centered. Pembelajaran matematika yang
melibatkan siswa secara aktif akan menyebabkan siswa dapat menggunakan
kemampuan matematikanya secara optimal dalam menyelesaikan masalah
matematika. Pembelajaran matematika tidak hanya sekedar learning to know,
melainkan juga harus meliputi learning to do, learning to be, dan learning to live
together. Untuk memperoleh pengetahuannya, siswa mengumpulkan informasi
kemudian mengolah dan menjelaskan informasi yang didapat secara matematis.
Guru harus membangun komunitas dimana para siswa merasa bebas
mengekspresikan ide mereka dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan melalui
berbagai aktivitas salah satunya berkomunikasi.
Berdasarkan hal itu, untuk mengantisipasi masalah tersebut berkelanjutan
maka perlu dicarikan formula pembelajaran yang tepat yang dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi siswa dalam pembelajaran matematika yaitu suatu
pembelajaran yang membiasakan siswa untuk mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya, sehingga siswa mampu mengkomunikasikan pemikirannya baik
dengan guru, maupun pada temannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
5
melaksanakan model pembelajaran yang relevan untuk diterapkan oleh guru.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran matematika akan
mengaktifkan siswa serta menyadarkan siswa bahwa matematika tidak selalu
membosankan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan model
pembelajaran Guided Teaching, dimana model pembelajaran Guided
Teaching atau model pembelajaran terbimbing lebih mengarahkan dan
memotivasi peserta didik untuk belajar aktif dan menemukan sendiri
konsep-konsep baru sehingga mereka mampu menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapi. Pengajar hendaknya membangun daya tarik dulu, memaksimalkan
pengertian dan ingatan, melibatkan peserta didik secara langsung serta melakukan
latihan secara terbimbing agar kesalahan-kesalahan dapat ditunjukkan dan peserta
didik dapat belajar dari kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan. Adapun
langkah-langkah model pembelajaran guided teaching yang dikemukakan
Suprijono (2010:121) adalah:
a. Menyampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui pikiran dan kemampuan yang mereka miliki.
b. Memberikan waktu beberapa menit untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan.
c. Meminta kepada siswa untuk menyampaikan hasil jawaban mereka dan mencatat jawaban-jawaban yang mereka sampaikan.
d. Menyampaikan poin-poin materi dengan ceramah yang interaktif.
e. Meminta kepada siswa untuk membandingkan jawaban mereka dengan poin-poin yang telah disampaikan.
Hal ini membuat penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: ” Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematika dengan Menggunakan Model Pembelajaran Guided Teaching dan Pembelajaran Konvensional pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Terhadap Siswa Kelas VIII MTs.AL-Jam’iyyatul Washliyah Tembung T.A 2013/2014”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam
6
1. Rendahnya minat dan kualitas belajar siswa di MTs.Al-Jam’iyatul
Washliyah Tembung terhadap mata pelajaran matematika sehingga rendah
pula daya pemahamannya terhadap konsep-konsep dan penguasaan materi
pelajaran matematika, akibatnya menganggap matematika sulit.
2. Ketidakmampuan siswa di MTs.Al-Jam’iyatul Washliyah Tembung
menghubungkan antara apa yang dipelajari dan bagaimana pengetahuan itu
dimanfaatkan untuk memecahkan persoalan sehari-hari.
3. Rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa di MTs.Al-Jam’iyatul Washliyah Tembung.
4. Kurangnya interaksi dan komunikasi sebagian siswa di MTs.Al-Jam’iyatul
Washliyah Tembung sehingga terlihat pasif dalam pembelajaran di kelas.
5. Kurangnya variasi guru dalam memilih model, strategi, maupun metode
pembelajaran dalam pembelajaran matematika.
6. Guru masih sering menjadi sentral utama dalam proses pembelajaran dan
mendominasi aktivitas mengajar, siswa kurang diberi kesempatan
mengemukakan ide.
1.3 Batasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka perlu
adanya pembatasan masalah agar lebih terfokus dan terarah. Masalah dalam
penelitian ini dibatasi pada:
”Perbedaan model pembelajaran Guided Teaching dan Pembelajaran Konvensional terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VIII
7
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan
diteliti adalah:
1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematika dengan
menggunakan model pembelajaran Guided Teaching dan Pembelajaran
Konvensional pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Terhadap
siswa kelas VIII MTs.AL-Jam’iyyatul Washliyah Tembung T.A 2013/2014?
2. Bagaimana Ketuntasan Belajar Siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran Guided Teaching dan Pembelajaran Konvensional pada Materi
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Terhadap siswa kelas VIII MTs.AL-Jam’iyyatul Washliyah Tembung T.A 2013/2014?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan Penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah perbedaan kemampuan komunikasi matematika
dengan menggunakan model pembelajaran Guided Teaching dan Pembelajaran
Konvensional pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Terhadap
siswa kelas VIII MTs.AL-Jam’iyyatul Washliyah Tembung T.A 2013/2014.
2. Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa yang diajar dengan menggunakan
model pembelajaran Guided Teaching dan pembelajaran Konvensional pada
materi sistem persamaan linear dua variabel terhadap siswa kelas VIII MTs Al-Jam’iyatul Washliyah Tembung
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan setelah melakukan penelitian ini
adalah:
1. Bagi guru, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai model
pembelajaran Guided Teaching dalam membantu siswa guna meningkatkan
kemampuan Komunikasi Siswa.
2. Bagi siswa, melalui model pembelajaran Guided Teaching ini dapat
8
3. Bagi pengelola sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan
dan penyempurnaan program pengajaran matematika di sekolah.
4. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan bagi
peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga pengajar di
masa yang akan datang.
5. Sebagai bahan informasi bagi pembaca atau peneliti lain yang ingin
melakukan penelitian sejenis.
1.7 Definisi Operasional
1. Komunikasi matematika merupakan suatu aktivitas baik fisik maupun mental
dalam mendengarkan, membaca, menulis, berbicara, merefleksikan, dan
mendemonstrasikan, serta menggunakan bahasa dan simbol untuk
mengkomunikasikan gagasan-gagasan matematika
2. Model pembelajaran Guided Teaching atau model pembelajaran terbimbing
merupakan suatu bentuk model pembelajaran yang mengarahkan dan
memotivasi peserta didik untuk melakukan atau belajar aktif dan menemukan
sendiri konsep-konsep baru
3. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang sering digunakan
oleh guru disekolah ketika mengajar. Dimana guru mengajar sejumlah siswa,
biasnya antara 30-40 siswa didalam sebuah ruangan dan proses pembelajaran
biasanya berpusat pada guru.
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka diperoleh
kesimpulan, yaitu :
1. Terdapat perbedaan peningkatan terhadap kemampuan komunikasi
matematika siswa yang diajar dengan Model pembelajaaran Guided
Teaching dan pembelajaran konvensional pada materi Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel di kelas VIII MTs. Al-Jam’iyatul Washliyah Tembung
T.A 2013/2014.
2. Ketuntasan belajar siswa terhadap kemampuan komunikasi matematika yang
diajar dengan Model pembelajaaran Guided Teaching (kelas eksperimen)
yang telah tuntas yaitu dengan nilai rata-rata kelas 83,4659 (100%) atau
sebanyak 44 siswa dari 44 siswa, sedangkan yang diajar dengan
pembelajaran konvensional (kelas kontrol) yang telah tuntas yaitu dengan
nilai rata-rata kelas 71,875 (75%) atau sebanyak 30 siswa dari 40 siswa.
Dengan melihat nilai dari KKM di sekolah MTs.Al-Jam’iyatul Washliyah
Tembung dengan nilai KKM mata pelajaran matematikanya 65,dengan
begitu kedua kelas tersebut telah mencapai nilai ketuntasan belajarnya.
5.2.Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan
adalah:
a. Kepada guru matematika dapat menjadikan pembelajaran dengan Model
pembelajaaran Guided Teaching sebagai salah satu alternatif pembelajaran
dalam upaya meningkatkan komunikasi matematika siswa dalam proses
pembelajaran. Karena dari penelitian ini dengan Model pembelajaaran Guided
Teaching ini berhasil menciptakan suasana belajar yang kondusif dalam hal
meningkatkan komunikasi matematika siswa, keterlibatan siswa, belajar
59
bertanya, berdiskusi dengan teman kelompoknya dan siswa lebih percaya diri
terhadap jawabannya sendiri.
b. Kepada guru atau peneliti yang menggunakan pembelajaran dengan Model
pembelajaaran Guided Teaching perlu memperhatikan kemampuan
komunikasi matematika setiap siswa dan aktif melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran.
c. Dalam pembelajaran dengan Model pembelajaaran Guided Teaching,
diperlukan permasalahan yang berkenaan dengan kehidupan sehari-hari, guru
memfasilitasi terjadinya proses belajar dan memonitor proses komunikasi
dalam setiap soal sehingga siswa dapat menyelesaikan masalah tersebut
dengan kemampuannya sendiri.
d. Kepada calon peneliti berikutnya agar mengadakan penelitian yang sama
dengan materi ataupun tingkatan kelas yang berbeda sehingga hasil penelitian
dapat berguna bagi kemajuan pendidikan khususnya pendidikan matematika.
e. Kepada calon peneliti berikutnya agar menentukan perbedaan pretest antara
kelasa eksperimen dan kelas kontrol sehingga di awal apakah kita mengetahui
terdapat perbedaan kemampuan yang signifikan atau tidak kedua kelas
iii
RIWAYAT HIDUP
Amri Makmur Nasution dilahirkan di Medan, pada tanggal 13 Agustus
1991. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara, putra dari pasangan
Bapak Syaiful Amri Nasution dan Ibu Syarifah Lubis. Penulis menyelesaikan
pendidikan di SD Negeri 101766 Percut Sei Tuan pada tahun 2003. Pada tahun
2006, penulis menyelesaikan pendidikan di MTs.Al-Jam’iyatul Washliyah
Tembung. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di MAN 2 Model Medan
dan lulus pada tahun 2009.
Pada tahun 2009, penulis diterima di Program Studi Pendidikan
Matematika Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Medan dan lulus tanggal 18 Juli 2013. Kegiatan
intrakurikuler di Universitas Negeri Medan yang pernah diikuti yaitu Himpunan
Mahasiswa Jurusan (HMJ) Matematika Periode 2010-2011. Kegiatan
ekstrakurikuler yang pernah diikuti yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Komisariat FMIPA Unimed sebagai Kepala Bidang Pembinaan Anggota Periode