BAB I
PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan Judul
Manusia mempunyai kebutuhan yang beragam seiring dengan
peningkatan kesejahteraannya. Beberapa kebutuhan manusia antara lain,
kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Salah satu dari sekian banyak
kebutuhan tersebut adalah kebutuhan pangan atau makanan. Kebutuhan akan
pangan merupakan kebutuhan primer atau pokok bagi setiap masyarakat
disamping kebutuhan sandang dan papan. Makanan mempunyai peranan yang
sangat luas bagi kehidupan, karena kehidupan manusia tidak dapat
melepaskan diri dari kebutuhan akan makanan. Manusia dapat hidup karena
mendapat asupan gizi yang cukup dari makanan yang dikonsumsinya.
Kebutuhan akan pangan merupakan kebutuhan primer atau pokok bagi
setiap masyarakat disamping kebutuhan sandang dan papan. Makanan
mempunyai peran yang sangat luas bagi kehidupan, karena kehidupan
manusia tidak dapat lepas dari kebutuhan akan makanan. Manusia dapat hidup
karena mendapat asupan gizi dari makanan yang dikonsumsinya. Hal itulah
yang memacu para pengusaha yang bergerak dalam bidang produksi dan
pengolahan bahan makanan untuk memproduksi makanan bagi masyarakat
(konsumen) dalam jumlah yang besar. Pada era modem seperti ini banyak
industri makanan dan minuman tumbuh berkembang. Salah satu industri yang
industry makanan dan minuman merupakan salah satu industri yang sangat
potensial dan memiliki prospek yang baik untuk ditumbuh kembangkan. Hal
ini dibuktikan dengan banyaknya home industry yang tersebar secara luas
diseluruh pelosok tanah air meski dalam jenis dan skala usaha yang
berbeda-beda.
Berbagai inovasi diciptakan dengan membuat berbagai bentuk atau
macam kreasi hasil home industry seperti roti, donat, keripik, bolu dan
sebagainya. Faktor yang mendukung tumbuh kembangnya home industry
adalah hampir semua bahan baku yang digunakan tersedia didalam negri, dan
dipasarkan dalam negri, dikonsumsi olehmasyarakat secara luas dan
memberikan kontribusi bagi pengembangan masyarakat kecil dan menengah.
Dalam upaya menumbuhkembangkan industri tersebut, maka
pemerintah melalui berbagai instansi terkait melakukan berbagai upaya
pembinaan, baik yang bersifat teknis produksi, manajemen pemasaran maupun
melalui peraturan yang ada untuk menjamin tersediannya pangan bagi
masyarakat.
Berbagai peraturan yang berkaitan dengan pangan, tidak terlepas dari
perlindungan konsumen, agar dapat mengkonsumsi makanan dengan aman.
Pangan yang aman, bermutu dan bergizi sangat penting peranannya bagi
pertumbuhan, pemeliharaan, dan peningkatan derajat kesehatan serta
peningkatan kecerdasan masyarakat. Tetapi dalam kenyataan dilapangan
produsen home industry kurang memahami perizinan peredaran prodiksi
peredaran produk pangan home industry. Oleh karena itu dinas kesehatan kota
salatiga perlu mensosialisasikan bentuk-bentuk perizinan dan tata cara
permohonan izin memproduksi berbagai jenis panagan home industry.
Berdasarkan UU RI No.7 Tahun 1999 tentang pangan mengatur
bahwa tujuan pengaturan, pembinaan dan pengawasan pangan adalahuntuk
tersedianya pangan yang memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan gizi bagi
kepentingan kesehatan manusia. Mengingat hal tersebut diatas maka SP-IRT
(Sertifikat Produksi Industri Rumah Tangga) dan izin Dinas Kesehatan sangat
dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas Industri Rumah Tangga pangan,
meletakkan Industri Rumah Tangga pangan dalam posisi strategis dan sehat.
Bertolak dari luas dan kompleknya hubungan antara produsen dan
konsumen, serta banyaknya mata rantai penghubung keduanya, maka untuk
melindungi konsumen sebagai pemakai akhir dari produk barang dan/atau jasa
membutuhkan berbagai aspek hukum agar benar-benar dapat dilindungi
dengan adil. Dalam hal ini peranan negara sangat dibutuhkan dalam
melakukan pembinaan dan pengawasan guna melindungi kepentingan
konsumen pada umumnya.
Pemerintah membuat peraturan perundang-undangan yang mengatur
kepentingan konsumen yaitu undang-undang No.8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen selanjutnya disingkat denngan undang-undang
Perlindungan Konsumen, diundangkanpada tanggai 20 april 1999 dan
dinyatakan berlaku mulai tanggai 20 april 2000 satu tahun setelah
perlindungan konsumen tersebut, maka ketentuan dalam perundang-undangan
sebelumnya masih dapat berlaku sejauh belum diatur yang baru menurut
undang-undang tersebut atau jika tidak bertentangan dengan undang-undang
tersebut.
Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
ini dapat dijadikan payung (umbrella act) bagi perundang-undangan lain yang
bertujuan untuk melindungi konsumen, baik yang sudah ada maupun yang
masih akan dibuat nanti.1 Dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen
diatur tentang perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha yakni. “Pelaku usaha
dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang
tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan
ketentuan peraturan peundang-undangan.”
Larangan yang dimaksudkan untuk mengupayakan agar setiap barang
dan/atau jasa yang beredar dimasyarakat merupakan produk yang layak edar,
antara lain asai usul, kualitas sesuai dengan informasi pengusaha baik melalui
label, etiket, iklan dll.2 Adanya undang-undang yang mengatur perlindungan
konsumen tidak dimaksudkan untuk mematikan usaha para pelaku usaha.
Undang-Undang Perlindungan Konsumen justru bisa mendorong iklim usaha
yang sehat serta mendorong lahirnya perusahaan yang tangguh dalam
menghadapi persaingan yang ada dengan menyediakan barang/jasa yang
berkualitas. Dalam penjelasan umum Undang-Undang Perlindungan
1
Janus Sidabolok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2010.
2
Konsumen disebutkan bahwa dalam pelaksanaannya akan tetap memerhatikan
hak dan kepentinganpelaku usaha kecil dan menengah.3
Selain alasan pemilihan judul yang didasarkan pada hal tersebut
diatas, penulis juga akan memberikan perbandingan dengan skripsi yang
pernah ditulis. Salah satunya skripsi milik Kikis Barunawanto yang berjudul
“Peran Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang Dalam Pembinaan dan
Pengawasan Terhadap Usaha Kecil Produk Makanan Berkemasan”.
Skripsi milik Kikis Barunawanto mengangkat mengenai :
Bagaimana upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten
Semarang dalam mewujudkan perlindungan konsumen sebagai
pembina dan pengawas usaha kecil produk makanan berkemasan ?
Faktor-faktor apa saja yang menghambat upaya Dinas Kesehatan
Kabupaten Semarang dalam melakukan pembinaan dan
pengawasan, khususnya usaha kecil makanan berkemasan ?
Dari paparan diatas mendorong penulis untuk mengangkat peran dinas
kesehatan kota salatiga terhadap pembinaan produsen pangan home indusrty
dalam rangka melindungi konsumen. Judul yang digunakan penulis dalam
penelitian ini adalah :
“Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga Dalam Melakukan Perlindungan
Konsumen Produk Industri Rumah Tangga (P.I.R.T)”
3
Untuk memperjelas pemahaman tentang judul dibawah ini penulis
berikan definisi operasional judul sebagai berikut:
1. Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga
Adalah segala kegiatan yang diselenggarakan dalam pembinaan produsen
pangan home industry.
2. Perlindungan Konsumen
Segala upaya yang menjamin adanya kepaetian hukum untuk memberi
perlindungan kepada konsumen.4
3. Konsumen
Adalah setiap orang yang memanfaatkan barang yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.?5
4. Home Industry
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau
barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah
untuk mendapatkan keuntungan. Sedangkan home industry dapat diartikan
industri rumahan dimana suatu kegiatan memproduksi berupa barang dan
jasa yang dilakukan dirumah dalam skala kecil.6
B. Latar Belakang Masalah
4
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 1 ayat (1)
5
Ibid, Pasal 1 ayat (2)
6
Adanya peluang yang terbuka untuk tumbuh kembangnya home
industry termasuk dalam hal ini home industry yang memproduksi berbagai
bentuk produk pangan. Tumbuh kembangnya potensi bisnis ini dapat
memberikan keuntungan dan membuka lapangan kerja. Tetapi keadaan
tersebut juga menimbulkan adanya hak dan kewajiban antara pelaku usaha dan
konsumen pengguna hasil produksi pangan home industry tersebut, yang
sama-sama harus dipikul sesuai hak dan kewajiban masing- masing. Untuk itu
pelaku usaha wajib menghasilkan produk pangan yang memenuhi persyaratan
keamanan, mutu dan gizi bagi kepentingan kesehatan manusia.7
Sebab kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang dasar 1945 dan pancasila. Oleh
karena itu setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.8
Dikota Salatiga banyak terdapat home industry pangan yang
menghasilkan beragam makanan dan minuman. Hal ini memeberikan gabaran
terhadap dinamika perekonomian masyarakat yang berkembang. Home
industry pangan di Kota Salatiga terdiri dari:
Jenis makanan 305 home industy: 70,7%
Jenis minuman 26 home industry: 29.3%
Jumlah : 431 home industry: 100%
Daftar nama, alamat dan jenis produk home industry di Salatiga terlampir.
7
Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan.
8
Namun kenyataannya yang terjadi dipasaran masih banyak terdapat
pelanggaran terhadap ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang
Perlindungan Konsumen. Untuk mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya, seringkali pelaku usaha mengesampingkan hak-hak konsumen serta
larangan yang telah diatur dalam Undang- Undang Perlindungan Konsumen.
Akhir- akhir ini masyarakat sering dikejutkan dengan adanya
pemberitaan diberbagai media masa bahwa banyak produk pangan home
industry, terutama makanan yang sering dikonsumsi sehari-hari mengandung
bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan, seperti adanya kandungan
formalin, bahan pengawet makanan dan zat pewarna pakaian, hal ini tentu saja
tidak sejalan dengan penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan (zat
aditif) tertentu untuk makanan.9
Dalam kondisi demikian, konsumen pada umumnya belum mempunyai
kesadaran tentang keamanan makanan yang mereka konsumsi, sehingga belum
banyak konsumen yang menuntut produsen makanan tersebut. Hal ini pula yang
menyebabakan produsen makanan semakin mengabaikan keselamatan konsumen
demi memperoleh keuntunganyang sebanyak-banyaknya.10Sebagai konsumen
tentunya masyarakat akan sangat dirugikan dengan kondisi produk yang tidak
sesuai dengan standar kesehatan, apalagi membawa dampak yang buruk dalam
kehidupan masyarakat.
Realitas diatas menujukkan bahwa masalah perlindungan konsumen
adalah masalah yang sangat serius. Permasalahan yang terjadi tersebut menutut
9
Keppres No. 3 Tahun 2002, Tentang Kewenangan BPPOM, Pasal 68
10
peran yang semakin besar dari Dinas Kesehatan kota Salatiga dalam hal memberi
perlindungan konsumen terhadap pemanfaatan hasil produksi pangan home
indusrty. Dari permasalahan diatas penulis akan mengkaji tentang peran Dinas
Kesehatan kota Salatiga dalam memberikan perlindungan kepada konsumen
pengguana hasil produk pangan home industry.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang maka penulis ingin mengupas
beberapa masalah yang dijadikan obyek dalam penulisan proposal ini yaitu :
1. Bagaimana pengaturan tentang peredaran pangan produk industri rumah
tangga di salatiga ?
2. Bagaimana peran Dinas Kesehatan kota Salatiga dalam memberikan
perlindungan konsumen tentang keamanan pangan ?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan utama yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana peran Dinas Kesehatan kota Salatiga dalam
memberikan perlindungan konsumen terhadap hasil produk pangan home
industry di Salatiga terutama dalam hal keamanan pangan.
E. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis
normatif yaitu penelitian yang mengamati bagaimana peraturan dan
perundangan yang berlaku digunakan oleh Dinas Kesehatan Kota Salatiga
agar terwujud perlindungan bagi konsumen pengguna produk pangan
Home Industry dalam hal keamanan pangan.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Diskriptif yaitu penelitian
yang bertujuan untuk menganalisa data secara teliti dengan tujuan agar
dapat menguraikannya secara sistematis serta menjelaskan keadaan yang
sesungguhnya.11 Karena jenis penelitian ini adalah Diskriptif, maka analisa
yang akan digunakan adalah Diskripsi analisis dan kualitas analisis dengan
metode berfikir induksi dan deduksi dimana satu dengan yang lain akan
saling mengisi untuk mendapatkan suatu kesimpulan ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan.
3. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Ada dua macam data yang akan penulis gunakan, yaitu data
sekunder dan primer. Data sekunder berupa data-data tertulis yang penulis
peroleh dalam proses penelitian. Sedangkan data primer merupakan
data-data yang penulis peroleh secara langsung melalui wawancara dan
observasi ke objek penelitian penulis. Data sekunder dibedakan menjadi:
a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mengikat seperti
Undang-Undang No.8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
11
Ronny Hanitjo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia,
b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu data yang memberikan penjelasan
mengenai hukum primer.
c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti
kamus hukum dan ensyklopedia.12
F. Unit Amatan dan Analisis dalam penelitian ini yaitu :
1. Unit amatan dalam penelitian ini adalah : Dinas Kesehatan kota Salatiga
Jl. Hasanudin salatiga
2. Unit analisis dalam penelitian ini adalah : Perlindungan konsumen
pengguna hasil produk pangan home industry sebagaimana tertuang dalam
Undang-Undang No.8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
12