• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB) Pada Awak Mobil Tangki (AMT) di PT. "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB) Pada Awak Mobil Tangki (AMT) di PT. "X" Bandung."

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Judul penelitian adalah “Studi Deskriptif mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada karyawan Awak Mobil Tangki (AMT) di PT.”X” Bandung”. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai derajat OCB yang ditinjau dari kelima dimensi yang dimiliki oleh AMT..

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik survey dan alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang di adaptasi dan dimodifikais oleh peneliti dari alat ukur Organizational Citizenship Behavior dari Podsakoff, Mackenzie, Moorman dan Fetter dalam Organ, 2006. Kuesioner terdiri dari 50 item setelah validasi menjadi 47 item dengan nilai validasi berkisar diantara 0,343 sampai 0,452 dan nilai reliabilitas 0.821 disertai dengan data penunjang yang berisi 14 pertanyaan. Subjek penelitian terdiri dari 52 responden

Berdasarkan pengolahan data secara statistic, maka diperoleh hasil bahwa dari keseluruhan responden AMT yang memiliki derajat OCB tinggi sebanyak 36,5 % dan AMT yang memiliki OCB rendah lebih banyak yaitu 63,5%. Tinggi rendahnya OCB responden dapat ditinjau dari kelima dimensi OCB tersebut. Responden dengan derajat OCB yang tinggi nampak pada seluruh dimensi yang juga memiliki derajat yang tinggi nampak pada seluruh dimensi yang juga memiliki derajat yang tinggi begitu juga sebaliknya, responden dengan derajat OCB yang rendah terlihat dari seluruh dimensi yang juga memiliki derajat yang rendah.derajat OCB juga berkaitan dengan factor internal yaitu personality. Pada responden AMT ini terlihat bahwa personality trait yang dominan adalah extraversion dan agreeableness.

(2)

v Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

The title of this study was the descriptive study of organizational citizenship behsvior on the oil tanker truck crew in pt “X” Bsndung. This study was an descriptive study, with a goal of gaining a description of the OCB from the five dimension that the AMT has

The method of the study as an descriptive study, with survey technique and measurement formed form adaptated snd modificated by the researcher from the OCB measurement thst had been developed by Podsakoff, Mackenzie, Moorman dan Fetter in Organ, 2006. The questionare was consisted 50 items, sfter the validation was consisted 47 item, with validity value from .343 to .452, and reliability of .821. the subject was 52 crews of the oil tsnker truck.

From the statistic analysis, The crew with high OCB score was 36,5% from the respondens, and the low OCB score was 63,5% of the population. The high and low score of the respondent was measured from the five dimension of OCB. When the respondent has an high OCB score, the dimension was high as well, and vice-versa. The OCB on the respondent, was influenced by internal factor, such as personality traits. On this study, it was perceived that on the AMT crew, the dominant personality trait was extraversion and agreeableness.

(3)

vi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR ORISINALITAS... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR BAGAN... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 12

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 12

1.3.1 Maksud penelitian... 12

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 13

1.4 Kegunaan Penelitian... 13

1.4.1 Kegunaan Teoritis... 13

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 13

1.5 Kerangka Pemikiran ... 14

(4)

vii Universitas Kristen Maranatha

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Organizational Citizenship Behavior (OCB) ... 36

2.1.1 Definisi OCB ... 36

2.1.2 Dimensi-Dimensi OCB ... 37

2.1.3 Faktor-Faktor Internal dan Eksternal dalam OCB ... 48

2.1.4 Pengaruh OCB terhadap Evaluasi dan Penilaian Unjuk Kerja. 50 2.1.5 Manfaat OCB bagi Organisasi atau Perusahaan ... 52

2.2 Dewasa Awal dan Dewasa Madya ... 56

2.3.1 Dewasa Awal ... 56

2.3.2 Dewasa Madya ... 57

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 63

3.2 Variable Penelitian, Definisi Konseptual dan Operasional ... 64

3.2.1 Variabel Penelitian ... 64

3.2.2 Definisi Konseptual ... 64

3.2.3 Definisi Operasional... 64

3.3 Alat Ukur ... 66

3.3.1 Alat Ukur OCB ... 66

3.3.2 Prosedur Pengisian ... 68

3.3.3 Sistem Penilaian ... 68

3.3.4 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 69

(5)

viii Universitas Kristen Maranatha

3.4.1 Validitas Alat Ukur ... 70

3.4.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 72

3.5 Populasi, Teknik Penarikan Sample dan Karakteristik Sample ... 73

3.6 Teknik Analisis Data ... 73

BAB IV. PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden ... 75

4.2 Hasil Penelitian ... 76

4.2.1 Hasil Pengolahan Data ... 76

4.3 Pembahasan ... 78

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 91

5.2 Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94

DAFTAR RUJUKAN... 95

(6)

ix Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1. Kerangka Pemikiran... 33

(7)

x Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Penyebaran Item Alat Ukur OCB. ... 67

Tabel 3.2. Skor Jawaban Alat Ukur OCB ... 68

Tabel 3.3. Kriteria Validitas ... 71

Tabel 3.4. Kriteria Reliabilitas ... 72

Tabel 4.1 Gambaran Responden berdasarkan Usia... 75

Tabel 4.2 Gambaran Responden berdasarkan Lama Kerja ... 76

Tabel 4.3 Gambaran Derajat OCB ... 77

(8)

xi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : KISI-KISI ALAT UKUR OCB

LAMPIRAN 2 : KATA PENGANTAR ALAT UKUR

LAMPIRAN 3 : ANGKET IDENTITAS DAN DATA PENUNJANG

LAMPIRAN 4 : KUESIONER OCB

LAMPIRAN 5 : VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR

LAMPIRAN 6 : SKOR SELURUH DIMENSI

LAMPIRAN 7 : HASIL PENELITIAN

LAMPIRAN 8 : DISTRIBUSI FREKUENSI

LAMPIRAN 9 : HASIL TABULASI SILANG

(9)
(10)

LAMPIRAN 1

Aspek Indikator Item

1. Altruism

-Definisi Konseptual : Perilaku

AMT yang dilakukan atas

kehendaknya sendiri (discretionary) dengan tujuan membantu rekan kerja

lain dalam menghadapi masalah

yang terkait dengan pekerjaan.

-Definisi Operasional: Seberapa

sering AMT menampilkan perilaku

menolong atas kehendaknya sendiri

ditujukkan kepada rekan kerja

lainnya yang berkaitan dengan

maasalah dalam pekerjaan

 Memberikan pertolongan

kepada rekan kerja yang

membutuhkan bantuan

 Membantu mengingatkan

rekan kerja mengenai aturan

dan tata kerja yang benar.

1. saya berinisiatif untuk membantu rekan kerja yang kesulitan tanpa diminta, walaupun saya sendiri merasa kurang mampu melakukannya

2. saya tidak diam saja ketika melihat rekan kerja sedang mengalami kesulitan karena alat/fasilitas yang digunakan sedang rusak

3. saya berusaha untuk menolong rekan kerja saya setelah saya menyelesaikan tugas saya

4. saya mengingatkan rekan kerja saya akan bahaya jika ia merokok atau menggunakan HP dalam lingkungan kerja

5. saya akan menggantikan jadwal teman saya, pada saat ia sedang sakit

6. saya memeriksa kembali kelengkapan surat dan mobil tangki sebelum berangkat

7. Saya membantu anak baru untuk lebih mengenal aktivitas dan kegiatan di lingkungan kerja.

8. Saya mengingatkan rekan kerja yang sering ditegur oleh atasan agar tidak kena SP

9. saya merasa bersalah jika saya tidak dapat membantu rekan kerja saya dalam waktu kerja

(11)

2. Conscientiousness

-Definisi Konseptual : Perilaku

AMT yang dilakukan atas

kehendaknya sendiri dimana

perilaku tersebut melebihi standart

dari peraturan organisasi dalam hal

kedisiplinan terhadap kehadiran,

waktu kerja dan lain sebagainya.

-Definisi Operasional: Seberapa

sering AMT melakukan hal yang

menguntungkan perusahaan yang

melebihi standar minimum yang

ditujukkan dalam perilaku disiplin

kerja dab kualitas kerja yang

sesuai dengan peraturan yang

berlaku dalam lingkungan

kerja

11. Saya mematuhi peraturan kerja di dalam maupun di luar lingkungan perusahaan walaupun tidak ada yang mengawasi

12. saya tidak merasa terbebani terhadap peraturan kerja di perusahaan tempat saya bekerja

13.

saya berusaha untuk tidak terlambat datang ke tempat kerja 14. saya melakukan apa saja yang harus saya lakukan untuk tetap

mentaati peraturan di kantor

15. saya berusaha untuk datang ke kantor, meskipun saya sedang merasa sakit

16. saat saya tidak bisa masuk kerja, saya akan tetap memantau pekerjaan yang digantikan oleh teman saya

17. Saya memperhitungkan kemungkinan jalan macet yang dapat membuat keterlambatan pengiriman BBM ke SPBU

18. Saya bekerja sesuai dengan penetapan jam kerja yang ditetapkan perusahaan tidak kurang

19. Saya memberi kabar dan mencari pengganti terlebih dahulu jika saya berhalangan masuk kerja

(12)

3. Sportsmanship

-Definisi Konseptual: Kesediaan

AMT untuk mentoleransi kondisi

yang kurang ideal tanpa mengeluh,

berkecil hati, marah dan merasa

sakit hati karena sesuatu yang terjadi

dalam lingkungan kerja dan tidak

membesar-besarkan masalah.

-Definisi Operasional:Seberapa

sering Amt dapat mentoleransi

situasi dan suasana kerja tanpa

disertai keluhan disaat kondisi

sedang bermasalah.

saya tidak pernah mengatakan kepada orang lain mengenai masalah yang saya hadapi di perusahaan saya

32.

keluarga saya tidak pernah mengetahui masalah apa saja yang harus saya selesaikan di kantor

33.

saya merasa optimis bahwa permasalahan yang terjadi dalam lingkungan kerja dapat terselesaikan dengan baik

34. Saya dan rekan kerja berusaha mencari alternatif cara lain apabila terjadi kemacetan diperjalanan saat pegiriman BBM tanpa mengeluh.

35. saya mengambil jalan tengah saat terjadi kesalahpahaman dalam tim saat bekerja

36.

saya bertanggungjawab menjaga rahasia perusahaan saya

37. Ketika saya kekurangan perlatan yang saya butuhkan di lingkungan kantor, saya tidak pernah mengeluh

38. saya berusaha untuk tidak membawa masalah saya keluar dari lingkungan kantor

39. saya berusaha sebaik mungkin untuk tidak membawa masalah pribadi saya ke dalam lingkungan kantor

(13)

4. Courtesy

-Definisi Konseptual: Perilaku AMT yang dilakukan atas kehendaknya

sendiri guna menghindari terjadinya

masalah dengan rekan kerja lainnya

maupun atasan.

-Definisi Operasional: seberapa

sering AMT menampilkan perilaku

mencegah terjadinya masalah dalam

pekerjaan yang berkaitan dengan

rekan lain, ditujukkan dalam

perilaku menghindari konflik yang

dapat terjadi dalam pekerjaan.

21. saya menghindari diri dari membuat masalah dengan rekan kerja lainnya

22. saya berusaha untuk memilih kata-kata yang saya ucapkan dalam lingkungan kerja agar tidak menyinggung rekan lain

23. saya dapat bercengkrama/bercanda dengan rekan kerja saya

24. Saya mencoba untuk meredakan emosi rekan saat ia sedang marah karena diperlakukan tidak adil oleh atasan

25. Saya memberikan masukan dengan cara yang sopan kepada rekan yang melakukan kesalahan agar tidak menyinggung perasaannya

26. Saat dalam perjalanan pengiriman BBM, saya

mengemudikan mobil tangki dengan kecepatan seharusnya dan mematuhi rambu lalulintas.

27. Saya tidak pernah membicarakan keburukan rekan kerja dalam lingkungan kantor

28. saya menjaga nama baik perusahan saya dengan bepakaian rapi dan sopan

29. saya bersikap sopan pada atasan saya

30. Jika ada masalah di saat pengiriman BBM, saya berdiskusi terlebih dahulu dengan pengawas untuk mengambil

keputusan atau tindakan sebelum melakukan sesuatu. 5. Civic Virtue

-Definisi Konseptual: Perilaku AMT

 Memiliki kepedulian terhadap

perkembangan perusahaan atau 41.

(14)

yang menunjukkan rasa tanggung

jawab dan kesediaan berpartisipasi

serta peduli terhadap perusahaan.

-Definisi Operasional: Seberapa

sering AMT menampilkan perilaku

yang menggambarkan kepedulian

terhadap perusahaan dengan

ditujukkan dalam keterlibatan pada

kegiatan-kegiatan perusahaan

member kontribusi lebih bagi

perkembangan perusahaan

 Ikut serta dalam berbagai

aktivitas (di luar kerja) yang

disediakan oleh perusahaan

42.

Saya mengecek ulang alat/fasilitas perusahaan agar selalu berfungsi dengan baik dan tidak menghambat pekerjaan saya 43.

saya merasa nyaman ikut serta dalam berbagai kegiatan di perusahaan saya

44.

saya merasa, saya adalah bagian tak terpisahkan dari perusaan saya

45.

Saya merasa wajib ikut serta mengikuti berbagai kegiatan dalam perusahaan saya

46.

saya mengikuti pelatihan yang di adakan perusahaan untuk meningkatkan keterampilan saya walaupun tidak di wajibkan 47.

saya merasa bangga untuk dapat mengerjakan kegiatan yang saya lakukan atas nama perusahaan

48.

saya ingin ikut serta dalam mengembangkan perusahaan 49.

Saya merasa antusias untuk memberikan usulan dalam meningkatkan kegiatan operasional

50.

(15)

LAMPIRAN 2

KATA PENGANTAR

Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Bandung, saat ini saya sedang mengumpulkan data untuk melengkapi penelitian

saya pada Awak Mobil Tangki (AMT) di PT”X”.

Sehubungan dengan hal tersebut, saya mohon bantuan dan kerjasamanya

saudara untuk meluangkan waktunya dalam mengisi kuesioner ini. Data yang

saudara berikan sangat bermanfaat bagi saya dalam melaksanakan tugas penelitian

saya. Saya sangat mengharapkan saudara bersungguh-sungguh mengisi kuesioner

ini sesuai dengan kenyataan yang ada serta menggambarkan keadaan diri saudara

yang sebenarnya.

Data dan identitas yang saudara berikan akan dijamin kerahasiaannya dan

hanya digunakan dalam penelitian ini. Atas kesediaan dan bantuannya saya

ucapkan terima kasih

Hormat saya,

(16)

LAMPIRAN 3

DATA PRIBADI DAN DATA PENUNJANG

a) Identitas

Isikanlah identitas saudara di tempat yang sudah disediakan:

 Nama (Inisial) :……….

 Usia :……….(Tahun)

 Lama Kerja :………..(Tahun)

b) Data Penunjang

Berikut ini terdapat beberapa pernyataan mengenai lingkungan kerja anda. Di

bawah setiap pernyataan terdapat pilihan jawaban. Pilihlah salah satu pilihan

jawaban yang sesuai dengan diri anda dengan memberi tanda silang (X).

1. Saya puas dengan pekerjaan saya selama bekerja di perusahaan ini. ( morale-satisfaction)

a) ya

b) tidak

2. Saya diperlakukan adil selama bekerja di perusahaan ini.(morale-fairness) a) ya

b) tidak

3. Saya memiliki keterikatan batin dengan perusahaan sehingga saya merasa

terlibat dengan kegiatan informal yang dilakukan perusahaan. ( morale-affective commitment)

a) ya

b) tidak

4. Atasan saya memperhatikan hasil kerja saya selama bekerja. (morale-leader consideration)

a) ya

(17)

5. Saya diberikan kebebasan bertindak dalam mengambil keputusan jika terjadi

hal-hal yang tidak di inginkan dalam aktifitas pekerjaan. (karakteristik

tugas-task autonomy) a) ya

b) tidak

6. Pekerjaan yang saya lakukan merupakan sesuatu yang penting karena

memberikan dampak yang besar terhadap perkembangan perusahaan. (task significant)

a) Ya

b) Tidak

7. Hasil kerja yang saya peroleh memberikan gambaran mengenai sejauh mana

kemampuan saya dalam bekerja (task feedback) a) Ya

b) Tidak

8. Tugas yang saya kerjakan saling berkaitan dengan pekerjaan rekan kerja lain.

(task interdependence) a) Ya

b) Tidak

9. Peraturan yang ada dalam perusahaan jelas dan tegas.(karakteristik organisasi)

a) Ya

b) Tidak

10. Hubungan saya dengan atasan akan mempengaruhi perilaku kerja saya.

(perilaku kepemimpinan)

a) Ya

b) Tidak

11. Kinerja tim dalam aktifitas kerja sudah cukup efektif. (group potency) a) Ya

(18)

12. Rekan kerja menghargai kontribusi hasil pekerjaan saya dan peduli akan

keberadaan saya di perusahaan (karakteristik kelompok-perceived team support PTS)

a) Ya

b) Tidak

13. Saya memiliki kepercayaan diri dan komitmen yang tinggi dengan rekan kerja

sehingga memudahkan saya dalam bekerjasama dengan tim.(karakteristik

kelompok –team member exchange TMX) a) Ya

b) Tidak

14. Saya memiliki keakraban dengan rekan kerja lain sehingga saling

memudahkan dalam bekerja (karakteristik kelompok-group cohesiveness) a) Ya

(19)

Berikut ini terdapat beberapa pernyataan. Setiap pernyataan terdapat beberapa pilihan jawaban yaitu : Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Pilihlah setiap pernyataan berdasarkan kesan pertama anda dan sesuai dengan diri anda sendiri dengan memberi tanda silang (X).

NO Pernyataan SS S TS STS

1. Saya tidak tertarik pada hal-hal yang bersifat abstrak (khayalan, imajinasi, ide-ide)

2. Saya orang yang mudah khawatir

3. Saya sering kali bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu 4. Saya mudah percaya dengan orang lain

5. Saya suka menghabiskan waktu dengan teman saya 6. Saya mempunyai imajinasi yang hidup

7. Saya mudah merasa marah

8. Saya berusaha melakukan sesuatu dengan sempurna

9. Saya cenderung menyetujui pendapat orang lain daripada berdebat 10. Saya tidak banyak bicara

11. Saya seringkali mendapatkan ide yang cemerlang 12. Mood saya sering berubah

13. Saya menyukai keteraturan

14. Saya lebih baik dari kebanyakan orang

15. Saya sering merasa lemas atau kurang bertenaga 16. Saya sulit memahami ide-ide yang abstrak (imajinatif) 17. Saya mudah mendapatkan stress

18. Saya tidak suka melakukan suatu hal tanpa direncanakan terlebih dahulu 19. Saya tidak menganggap diri saya ramah

(20)

LAMPIRAN 4

KUESIONER OCB

Dalam kuesiner ini terdapat sejumlah pernyataan mengenai perilaku anda dalam situasi-situasi kerja yang anda alami di perusahaan. Jawablah setiap pernyataan dengan jujur.

Saudara diminta untuk memberi tanda cek () pada kotak di belakang pernyataan tersebut yang paling sesuai dengan kondisi saudara pada saat saudara melaksanakan kegiatan kerja sehari-hari, terdapat empat alternatif jawaban sebagai berikut:

Pernyataan SS S JR SJ

1 Saya mudah merasa ngantuk saat bekerja

 Jika saudara merasa pernyataan tersebut SANGAT SERING dilakukan oleh saudara, maka berilah tanda di bawah kolom SS

 Jika saudara merasa pernyataan tersebut SERING dilakukan oleh saudara, maka berilah tanda di bawah kolom S

 Jika saudara merasa pernyataan tersebut JARANG dilakukan oleh saudara, maka berilah tanda di bawah kolom JR

 Jika saudara merasa pernyataan tersebut SANGAT JARANG dilakukan oleh saudara, maka berilah tanda di bawah kolom SJ

 Jika saudara ingin meralat jawaban saudara, coretlah jawaban yang saudara anggap salah (), kemudian beri tanda cek () di bawah jawaban yang saudara anggap lebih benar

Pernyataan-pernyataan dibawah ini adalah perilaku yang tidak tertulis secara formal dalam Job Description anda. Silahkan anda bayangkan dan hayati perilaku yang ada dalam pernyataan dibawah.

Kerjakanlah kuesioner di bawah ini dengan teliti dan jangan sampai ada nomor yang terlewat. Isilah sesuai dengan hal yang biasa saudara rasakan, dan bukan apa yang saudara anggap benar/di anggap baik oleh masyarakat

Terima Kasih atas partisipasi anda.

(21)

NO

PERNYATAAN

SS S

J SJ

1. Saya berinisiatif untuk membantu rekan kerja yang kesulitan tanpa diminta, walaupun saya sendiri merasa kurang mampu melakukannya

2. Saya tidak diam saja ketika melihat rekan kerja sedang mengalami kesulitan karena alat/fasilitas yang digunakan sedang rusak

3. Saya berusaha untuk menolong rekan kerja saya setelah saya menyelesaikan tugas saya

4. Saya mengingatkan rekan kerja saya akan bahaya jika ia merokok atau menggunakan HP dalam lingkungan kerja

5. Saya akan menggantikan jadwal teman saya, pada saat ia sedang sakit 6. Saya memeriksa kembali kelengkapan surat dan mobil tangki sebelum

berangkat

7. Saya membantu anak baru untuk lebih mengenal aktivitas dan kegiatan di lingkungan kerja.

8. Saya mengingatkan rekan kerja yang sering ditegur oleh atasan agar tidak kena SP

9. Saya merasa bersalah jika saya tidak dapat membantu rekan kerja saya dalam waktu kerja

10. Saya bekerja sama dengan rekan kerja dalam kegiatan pengisian BBM, pengiriman maupun di SPBU

11. Saya mematuhi peraturan kerja di dalam maupun di luar lingkungan perusahaan walaupun tidak ada yang mengawasi

12. Saya tidak merasa terbebani terhadap peraturan kerja di perusahaan tempat saya bekerja

13. Saya berusaha untuk tidak terlambat datang ke tempat kerja

14. Saya melakukan apa saja yang harus saya lakukan untuk tetap mentaati peraturan di kantor

15. Saya berusaha untuk datang ke kantor, meskipun saya sedang merasa sakit 16. Saat saya tidak bisa masuk kerja, saya akan tetap memantau pekerjaan yang

digantikan oleh teman saya

17. Saya memperhitungkan kemungkinan jalan macet yang dapat membuat keterlambatan pengiriman BBM ke SPBU

18. Saya bekerja sesuai dengan penetapan jam kerja yang ditetapkan perusahaan tidak kurang

19. Saya memberi kabar dan mencari pengganti terlebih dahulu jika saya berhalangan masuk kerja

20. Saya memperbaiki kesalahan saya saat bekerja tanpa menunggu ditegur pengawas

21. Saya menghindari diri dari membuat masalah dengan rekan kerja lainnya di SPBU

22. Saya berusaha untuk memilih kata-kata yang saya ucapkan dalam lingkungan kerja agar tidak menyinggung rekan lain

(22)

24. Saya mencoba untuk meredakan emosi rekan saat ia sedang marah karena diperlakukan tidak adil oleh atasan

25. Saya memberikan masukan dengan cara yang sopan kepada rekan yang melakukan kesalahan agar tidak menyinggung perasaannya

26. Saat dalam perjalanan pengiriman BBM, saya mengemudikan mobil tangki dengan kecepatan seharusnya dan mematuhi rambu lalulintas.

27. Saya tidak pernah membicarakan keburukan rekan kerja dalam lingkungan kantor

28. Saya menjaga nama baik perusahan saya dengan bepakaian rapi dan sopan 29. Saya bersikap sopan pada atasan saya

30. Jika ada masalah di saat pengiriman BBM, saya berdiskusi terlebih dahulu dengan pengawas untuk mengambil keputusan atau tindakan sebelum melakukan sesuatu.

31. Saya tidak pernah mengatakan kepada orang lain mengenai masalah yang saya hadapi di perusahaan saya

32. Keluarga saya tidak pernah mengetahui masalah apa saja yang harus saya selesaikan di kantor

33. Saya merasa optimis bahwa permasalahan yang terjadi dalam lingkungan kerja dapat terselesaikan dengan baik

34. Saya dan rekan kerja berusaha mencari alternatif cara lain apabila terjadi kemacetan diperjalanan saat pegiriman BBM tanpa mengeluh.

35. Saya mengambil jalan tengah saat terjadi kesalahpahaman dalam tim saat bekerja

36. Saya bertanggungjawab menjaga rahasia perusahaan saya

37. Ketika saya kekurangan perlatan yang saya butuhkan di lingkungan kantor, saya tidak pernah mengeluh

38. Saya berusaha untuk tidak membawa masalah saya keluar dari lingkungan kantor

39.

Saya berusaha sebaik mungkin untuk tidak membawa masalah pribadi saya ke dalam lingkungan kantor

40. Saya tetap menyelesaikan pekerjaan dalam satu tim kerja meskipun rekan kerja saya sulit untuk diajak kerjasama

41. Saya memberikan usulan/ide kepada rekan kerja agar pekerjaan menjadi lebih mudah

42. Saya mengecek ulang alat/fasilitas perusahaan agar selalu berfungsi dengan baik dan tidak menghambat pekerjaan saya

43.

Saya merasa nyaman ikut serta dalam berbagai kegiatan di perusahaan saya 44.

Saya merasa, saya adalah bagian tak terpisahkan dari perusaan saya

45. Saya merasa wajib ikut serta mengikuti berbagai kegiatan dalam perusahaan

saya

(23)

47. Saya merasa bangga untuk dapat mengerjakan kegiatan yang saya lakukan atas nama perusahaan

48.

Saya ingin ikut serta dalam mengembangkan perusahaan

49. Saya merasa antusias untuk memberikan usulan dalam meningkatkan kegiatan operasional

(24)

LAMPIRAN 5

VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR VALIDITAS

Dimensi OCB NO. ITEM SKOR STATUS

Altruism item_01 .421 TERIMA

item_02 .375 TERIMA

Conscientiousness item_11 .414 TERIMA

item_12 .452 TERIMA

Sportmanship item_21 .386 TERIMA

item_22 .386 TERIMA

Courtesy item_31 .420 TERIMA

item_32 .414 TERIMA

Civic Virtue item_41 .438 TERIMA

(25)

RELIABILITAS

--- Reliabilitas Tinggi

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

(26)

LAMPIRAN 6

SKOR SELURUH DIMENSI

R Altruism Consciousness Courtesy Sportmanship Civic Virtue OCB

(27)

LAMPIRAN 7

HASIL PENELITIAN

R Altruism Consciousness Courtesy Sportmanship Civic Virtue OCB

(28)
(29)

LAMPIRAN 9 – TABULASI SILANG

Tabel 1 Tabulasi silang derajat OCB dengan data penunjang usia

Altruism Consciousness Courtesy Sportmanship Civic_Virtue OCB

Tabel 2 Tabulasi silang derajat OCB dengan data penunjang lama kerja

Altruism Consciousness Courtesy Sportmanship Civic_Virtue OCB

Tabel 3 Tabulasi silang derajat OCB dengan data penunjang personality

(30)

LAMPIRAN 10

PROFIL PERUSAHAAN

PT. ‘X’ adalah suatu perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang pengusahaan pertambangan minyak serta gas bumi dan berkantor pusat di Jakarta,

PT. ‘X’ merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dibentuk

berdasarkan Undang-undang No. 8 Tahun 1971 yang bergerak dalam bidang pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi yang meliputi eksplorasi, pemurnian, pengolahan, dan penjualan. Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan minyak di Indonesia sejalan dengan pencarian minyak itu sendiri. Kenyataan bahwa negeri ini pernah mengalami masa penjajahan yang cukup lama yang menyebabkan perkembangan perusahaan perminyakan di negeri ini tidak dapat terlepas dari pengaruh keadaan tersebut.

Tujuan dari setiap perusahaan bisnis selalu berakhir dengan profit oriented. Namun dalam PT PT. ‘X’ keprofesionalan kerja, kejujuran, serta komunikatif menjadi bagian lain yang mutlak dimiliki oleh setiap staff dan karyawannya. Visi PT. ‘X’ adalah menjadikan unit pemasaran terkemuka dengan layanan kelas dunia.

Misi PT. ‘X’ adalah:

1. Memasarkan produk minyak, gas, dan hasil olahannya dengan mengutamakan etika, keramahannya, kecepatan, dan berwawasan lingkungan.

2. Mengelola usaha dengan berorientasi pada pencapaian kinerja terbaik.

3. Menjadikan aset unggulan bagi perusahaan, pemerintah, pekerja, dan masyarakat.

Motto PT. ‘X’ adalah kepuasan anda kami utamakan.

Tata Nilai PT. ‘X’ adalah:

1. Fokus yaitu menggunakan secara optimum berbagai kompetensi perusahaan untuk meningkatkan nilai tambah perusahaan.

2. Integritas yaitu mampu mewujudkan kemitraan ke dalam tindakan nyata. 3. Visionary (berwawasan jauh ke depan) yaitu mengantisipasi lingkungan usaha

yang berkembang saat ini maupun yang akan datang untuk dapat tumbuh dan berkembang.

4. Excellence (unggulan) yaitu menampilkan yang terbaik dalam semua pengelolaan usaha.

5. Mutual Respect (kesetaraan dan kesederajatan) yaitu menempatkan keseluruh pihak yang terkait secara setara dan sederajat dalam kegiatan usaha.

(31)

1. Mencukupi kebutuhan Minyak dan Gas Bumi dalam negeri yang terus meningkat sebagai akibat pertambahan penduduk dan pelaksanaan pembangunan nasional.

2. Memenuhi kebutuhan dana dan devisa untuk pembangunan nasional.

3. Melaksanakan pertimbangan yang menguntungkan antara konsumsi dalam negeri dan ekspor.

4. Mempertahankan kedudukan Indonesia dalam pasar dunia.

5. Memperbesar pendapatan negara yang berasal dari minyak dan gas bumi. 6. Turut memecahkan masalah pengangguran.

7. Turut meningkatkan pendapatan nasional dan pendapatan perkapita untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.

PT PT. ‘X’ Cabang Bandung merupakan unit kerja yang memiliki misi melayani kebutuhan Bahan Bakar Minyak dan Non Bahan Bakar Minyak (pelumas dan elpiji) produksi PT. ‘X’ bagi masyarakat di wilayah kerja cabang Bandung. Wilayah kerja cabang Bandung meliputi: Kotamadya Bandung, Kabupaten Bandung, Kotamadya Cimahi, Kabupaten Sumedang, Kotamadya Tasikmalaya, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Garut, Banjar, dan Kabupaten Ciamis.

Aspek kegiatan ini dilakukan bukan semata-mata untuk mendapatkan laba, tetapi lebih untuk melayani pemasaran dan pendistribusian produk BBM dan non BBM sesuai dengan quota yang telah ditetapkan oleh pemerintah di wilayah kerja cabang Bandung agar tidak terjadi kelangkaan/ kekurangan di lingkungan masyarakat. PT. ‘X’ sebagai BUMN mengemban tugas mencari sumber minyak

(32)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Masalah

Kehidupan modern tidak pernah dapat dilepaskan akan kebutuhan terhadap

energi yang terus menerus. Dari bidang Industri, perdagangan, bahkan jasa akan

terus menerus membutuhkan pasokan energi yang digunakan untuk dapat melakukan

berbagai aktivitas, terutama dalam hal produksi dan distribusi barang dan jasa.

Karena itu dari waktu ke waktu, ketergantungan perekonomian akan pasokan energi

yang terus menerus merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari lagi. Kebutuhan

energi di Indonesia dibedakan atas beberapa sektor pengguna energi seperti industri,

rumah tangga, transportasi, pemerintahan, dan komersial. Kebutuhan energi final

terbesar pada tahun 2009 adalah sektor industri, yaitu sebesar 188,14 ribu Setara

Barel Minyak (SBM) kemudian disusul sektor transportasi sebesar 185,90 ribu dan

sektor rumah tangga sebesar 114,97 ribu. Sedangkan besarnya kebutuhan energi final

per jenis energi pada tahun tersebut, adalah Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar

329,82 ribu, gas bumi sebesar 63,82 ribu, listrik 55,48 ribu, batubara sebesar 31,13

ribu, dan LPG sebesar 8,767 ribu (www.migas.esdm.go.id, 2010). Hal ini

(33)

2

Universitas Kristen Maranatha

menerus mengalami peningkatan.

Kebutuhan yang terus meningkat ini menggambarkan, bahwa Industri energi

memegang peranan yang penting dari proses produksi dan distribusi berbagai barang

dan jasa (Tempointeraktif.com, 2010) Oleh karena itu, maka perekonomian dan

industri akan membutuhkan adanya pihak yang dapat menyediakan energi dalam

jumlah yang besar untuk menjawab kebutuhan ini. Berbagai perusahaan yang

bertujuan untuk melakukan pengelolaan sumber-sumber energi, seperti bahan bakar,

merupakan bidang industri yang harus berkembang dengan sangat pesat seiring

peningkatan kebutuhan energi.

Salah satu perusahaan yang memiliki pangsa pasar yang cukup besar di

Indonesia adalah PT. ‘X”, yang telah berdiri sejak tahun 1957. Perusahaan ini

bergerak dalam pengelolaan pertambangan energi, pengolahan dan produksi bahan

bakar, dan distribusi berbagai bentuk bahan bakar pada pihak Industri dan masyarakat

umum. Sebagai salah satu perusahaan besar dalam bidang minyak bumi dan gas di

Indonesia, PT. “X” memiliki tujuh kilang minyak di seluruh Indonesia dengan kapasitas total 1.051,7 ton, pabrik petrokimia dengan kapasitas total 1.507.950 ton

per tahun dan pabrik LPG (Liquid Petroleum Gas) dengan kapasitas total 102,3 juta

ton per tahun. Hal ini membuat PT. “X” menjadi salah satu dari perusahaan besar yang mengelola distribusi bahan bakar dan energi bagi perekonomian dan

(34)

3

Universitas Kristen Maranatha

energi di kota Bandung dan sekitarnya dalam bentuk pendistribusian bahan bakar cair

(Solar, Bensin, Gas dan bahan bakar industri lainnya). Selain itu juga menjadi pusat

distribusi untuk produk oli dan pelumas. PT. “X” dipercaya untuk mengelola distribusi energi dengan memiliki beberapa Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum

(SPBU) dan menyediakan kebutuhan bahan bakar untuk industri (Solar, Bensin, dan

berbagai bahan bakar bebas subsidi lain) di berbagai titik di kota Bandung.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Operational Head, dengan adanya

berbagai kegiatan distribusi BBM, maka di PT.”X” dibentuklah tim khusus

pendistribusian BBM. Tim ini terdiri dari beberapa bagian yaitu site supervisor, pengawas operasi, dispatcher, customer care, pemeliharaan, pengawas administrasi, pengawas Sumber daya Manusia (SDM), dan Awak Mobil Tangki Awak Mobil

Tangki atau sopir (AMT). Peneliti bermaksud untuk meneliti bagian Awak Mobil

Tangki (AMT) ini dikarenakan AMT merupakan salah satu bagian terpenting dari

PT.“X” karena mereka menjadi ujung tombak perusahaan dalam mendistribusikan

BBM, yang merupakan komoditas yang diperjual belikan oleh PT “X” kepada

masyarakat. Sebagai bagian yang menangani pengiriman bahan bakar, AMT

memiliki jumlah karyawan yang paling besar dibandingkan staf-staf lain. Awak

Mobil Tangki (AMT) harus selalu siaga dalam setiap kesempatan ketika proses

distribusi terjadi. Mereka harus selalu memenuhi panggilan tugas dan target operasi

diluar resiko yang cukup tinggi dalam lingkungan kerja. Profesi ini membutuhkan

(35)

4

Universitas Kristen Maranatha

disediakan perusahaan. Awak Mobil Tangki (AMT) berjumlah 78 orang dengan

kelompok yang bertugas secara bergantian. Dalam kegiatan kerjanya Awak Mobil

Tangki (AMT) bekerja berpasangan (partner). Penetapan masa bekerja mereka adalah

8 jam, 5 hari kerja dan libur 2 hari. AMT tidak memiliki hari libur selain ketika

mereka tidak mendapat jadwal jaga. Hari minggu, hari raya, atau pada saat hari libur

nasional lainnya mereka tetap harus bertugas.

Tugas utama AMT adalah pelaksanaan kegiatan mengemudikan angkutan

mobil tangki, melakukan kegiatan operasi transportasi yang meliputi proses

pengisian, pengiriman, dan pembongkaran BBM dari depot pengisian BBM sampai

ke tujuan SPBU yang sudah ditentukan, sehingga kepuasan pelanggan tercapai dan

kebutuhan masyarakat luas terpenuhi. Berdasarkan hasil wawancara dengan Site Supervisor, dapat diketahui bahwa Job description AMT adalah menyediakan operasi mobil tangki yang layak pakai dan siap operasi untuk melakukan tugas pengangkutan

BBM. Proses administrasi validasi in yaitu melengkapi data-data : surat pengantar , nomor segel, nilai jumlah, volume, jam validasi serta proses pengisian BBM di

Filling Shed. Kegiatan proses pengiriman BBM sesuai dokumen dan prosedur dari depot sampai ke tempat tujuan sesuai rute normatif yang sudah ditentukan.

Pengawalan muatan BBM dan mobil tangki oleh rekan kerja satu tim dari depot

pengisian sampai diterima di tujuan. Proses penerimaan BBM ke tempat pelanggan

(SPBU) berdasarkan dokumen yang sah dari PT.”X”, serta pelaksanaan pencatatan

(36)

5

Universitas Kristen Maranatha

dapat dievaluasi oleh petugas pengolahan data dan kinerja di lokasi depot.

AMT memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam menekan resiko

terjadinya kecelakaan. Serta menjamin terlaksananya program pelayanan kepada

pelanggan yang zero komplain yaitu, tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu dan tepat tujuan. Pada saat bongkar muat BBM, maka mereka harus memastikan tidak ada

minyak atau bahan bakar yang menetes di sekitar areal bongkar muat, mengunci

quick coupling mobil Tangki, mematikan mesin pada saat pengisian, memasang rem, mengecek alat pemadam kebakaran, kabel arde, menutup knalpot, dan memastikan

selang pemindah BBM tidak sobek, sesuai SOP yang sudah ditentukan. Karena itu,

semua karyawan yang berada di areal bongkat muat BBM dilarang keras untuk

menyalakan rokok, korek api, maupun menyalakan telepon genggam. Hal ini

dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya percikan api dan ledakan

dalam lingkungan SPBU dan Depot, yang akan memunculkan kerugian finansial dan

kecelakaan yang berakibat kematian bagi seluruh staff yang ada di areal juga bagi

perusahaan.

Menurut hasil wawancara dengan 12 orang AMT diperoleh bahwa, dalam

praktek kerja ternyata kegiatan Awak Mobil Tangki (AMT) tidak hanya sekedar

memenuhi job description yang sesuai dengan Standart Operational Procedure

(SOP), tetapi juga aktifitas diluar job description. AMT dan site supervisor

(37)

6

Universitas Kristen Maranatha

efektifitas perusahaan. Sebagian besar kegiatan yang dilakukan Awak Mobil Tangki

(AMT) cukup berbahaya karena hampir semua aktivitas dalam lingkungan kerja

berkaitan dengan bahan bakar cair dan gas yang sangat mudah terbakar. Kegiatan

kerja tersebut, terutama loading bahan bakar dari dan ke mobil tangki merupakan salah satu pekerjaan yang paling beresiko. Setiap kesalahan prosedur yang terjadi

dapat beresiko fatal bagi keselamatan dan kesehatan karyawan juga bagi PT.”X”. Karena itu karyawan diharapkan untuk dapat saling berkontribusi, terutama

mengingatkan satu dengan yang lain, jika ada rekan kerjanya yang melakukan

kegiatan yang berpotensi mengancam keselamatannya. Aktivitas di luar Job Description yang diharapkan yaitu seperti sikap responsif dan inisiatif. Seperti membantu rekan kerja yang mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan kerja.

AMT harus siaga untuk dapat mengirim BBM saat dibutuhkan walaupun tugas serta

jam kerja sudah selesai, dapat menggantikan rekan kerja yang tidak dapat melakukan

tugasnya, mengingatkan rekan kerja yang melakukan kesalahan kerja, dapat berespon

cepat jika terjadi hal-hal seperti kecelakaan, mobil mogok, rekan mengalami sakit

diperjalanan, pencurian BBM saat diperjalanan. Cepat tanggap dan siaga di saat

hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, seperti mengambil alih posisi pada saat rekan kerja

mengantuk saat menyupir, mencoba memperbaiki atau mencari bengkel terdekat pada

saat mobil tangki mogok dan tidak hanya menunggu montir atau pengawas datang ke

lokasi. Menentukan rute alternative bila rute yang telah ditentukan mengalami

(38)

7

Universitas Kristen Maranatha

ruang yang bernama filling shed, pengangkutan dan pengiriman BBM bila terjadi kebocoran pada kompartemen mobil tangki, menghentikan atau menolak

menjalankan mobil tangki jika kondisi mobil tidak aman untuk di operasikan, missal

ban gundul, kanvas rem sudah rusak, tidak membawa alat pemadam dan sebagainya

sesuai ketentuan SOP, menghentikan pembongkaran BBM di SPBU terkait jika

terjadi kebocoran pada selang bongkar muat dan tangki pendam.

Para AMT mengungkapkan, sebetulnya mereka sangat mengharapkan,

bahwa setiap karyawan dapat memiliki kepedulian satu sama lain dan berkontribusi

positif dalam menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan aman. Namun, pada

kenyataannya, ada banyak karyawan yang ternyata tidak memunculkan sikap yang

positif sehubungan dengan masalah ini. Masalah yang sangat sering muncul adalah

banyaknya karyawan yang terlambat ketika masuk ke dalam lingkungan kerja pada

saat pagi hari atau setelah istirahat, sehingga mengganggu jadwal keberangkatan truk

tangki ke tempat tujuan, terjadi keterlambatan pengiriman BBM dan pelanggan

memberikan komplain. Ada pula yang mengeluh, bahwa karyawan dalam timnya

menggunakan telepon genggam dalam lingkungan depot, yang dapat memicu

kebakaran dan merugikan perusahaan. Tidur pada saat jam kerja, merokok pada saat

mengemudikan truk tangki, mengemudi dalam keadaan mengantuk, keterlambatan

pengantaran karena jam istirahat terlalu lama, pencurian BBM pada saat di perjalanan

sehingga mengakibatkan complain dari SPBU kepada perusahaaan karena suplai yang

(39)

8

Universitas Kristen Maranatha

pengisian tidak dilepas terlebih dahulu sedangkan mobil tangki sudah melaju hal ini

mengakibatkan selang terputus dan BBM banyak yang terbuang di lokasi. Berbagai

perilaku tersebut memiliki resiko potensial untuk dilakukan, yang dapat

memunculkan kerugian bukan hanya bagi para pelakunya, namun juga bagi

perusahaan. Para Awak Mobil Tangki (AMT) mengharapkan adanya sikap yang

positif dari para karyawan dalam melaksanakan aturan-aturan yang berhubungan

dengan keselamatan dan kesehatan kerja, saling mengingatkan, dan dapat mendorong

terciptanya suasana kerja yang lebih nyaman dan aman bagi seluruh karyawan.

Pihak perusahaan sebenarnya sudah mengingatkan dan menjelaskan resiko

kecelakaan dan kerugian yang akan diterima jika karyawan melanggar aturan dan

tidak mengikuti SOP yang ada. Adanya sangsi yang akan diterima oleh AMT jika

melanggar aturan perusahaan dan membahayakan staf serta perusahaan. Sangsi yang

dikenakan berupa peringatan, pengurangan bonus gaji dan jika sudah sangat fatal

maka perusahaan akan melakukan pemecatan bagi karyawan tersebut. Pihak

perusahaan juga sudah menanamkan pada AMT untuk melakukan berbagai hal yang

bertujuan untuk mengamankan dirinya dari resiko yang dapat terjadi dalam

lingkungan kerja.Salah satunya adalah dengan melakukan safety talk yaitu penjelasan mengenai alat-alat keselamatan kerja dan kegiatan rutin tanggap darurat. Selain itu,

para karyawan (AMT) juga menerima berbagai bentuk training, yang ditujukan untuk

meningkatkan kemampuan mereka dalam bekerja. Meskipun tidak rutin diadakan,

(40)

9

Universitas Kristen Maranatha

kebakaran dan tata kerja merupakan kegiatan yang harus diikuti oleh para AMT.

Implementasi dari beberapa hal ini, kemudian diukur efektivitasnya oleh tim audit,

dimana pihak perusahaan mengobservasi dan mendata kebutuhan-kebutuhan

keselamatan dan kinerja kerja sesuai dengan perkembangan di lapangan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan manager unit, hal ini masih belum cukup untuk

dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pekerjaan AMT dalam lingkungan kerja.

Diperlukan usaha dari masing-masing individu untuk memperhatikan keselamatan

diri mereka sendiri , rekan kerja dan lingkungan kerja atau bagian kerja lain yang

terkait, seperti bagian kebersihan , mekanik dan dispatch dalam lingkungan depot.

Kerjasama, keterlibatan dan kepedulian antar karyawan dalam melaksanakan

kegiatan kerjanya merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diterapkan oleh

karyawan dalam lingkungan kerja. Tanpa adanya implementasi yang baik dalam

bentuk kerjasama, maka dikhawatirkan semua informasi yang diberikan oleh

perusahaan hanya menjadi sekedar wacana tanpa pelaksanaan di lingkungan kerja,

dan resiko potensial yang dimiliki terus menerus terjadi. Karena itu, dalam organisasi

dibutuhkan usaha untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan kerja AMT

dengan cara melakukan aktivitas lebih dari Job Description yang telah ditentukan. Dalam bidang Psikologi Industri dan Organisasi, perilaku ini disebut sebagai

Organizational Citizenship Behavior (OCB). Organ (2006) mengungkapkan, bahwa

(41)

10

Universitas Kristen Maranatha

pada meningkatnya efisiensi serta efektifitas dari fungsi organisasi jika dilakukan

bersama-sama oleh anggota organisasi.

Dengan OCB yang diterapkan oleh individu, maka seseorang akan dapat

mendorong perilaku yang lebih efektif dan efisien dalam bekerja. OCB memiliki 5

Dimensi yaitu Altruism, Concientiousness, Sportmanship, Courtesy dan Civic virtue

(Poddssakoff, MacKenzie, Moorman dan Fetter, 1990 dalam Organ 2006;81) .Dalam

perilaku kerja di lingkungan PT.“X”, altruism dapat terlihat dari perilaku para karyawan yang sering menampilkan perilaku membantu, mengingatkan atas

kehendaknya sendiri tanpa diminta ditujukan kepada rekan kerja lainnya yang

berkaitan dalam menghadapi masalah pekerjaan dalam suatu organisasi. Dari hasil

wawancara dengan 12 orang AMT, diperoleh bahwa pada saat ini masih ada beberapa

AMT yang tidak mengingatkan rekan kerja mengenai aturan dan tata kerja yang

benar, kurangnya kerjasama dan kepedulian sesama rekan kerja dalam melakukan

kegiatan di lingkungan kerja. Conscientiousness, dimana para AMT bersedia untuk menerapkan perilaku yang melebihi persyaratan minimal dari peraturan perusahaan

dalam hal kehadiran, kepatuhan terhadap peraturan, tata tertib dan lain sebagainya.

AMT masih mengeluhkan beberapa rekan kerja yang sering bertindak seenaknya

dalam lingkungan kantor, seperti datang terlambat dari jam kerja yang telah

ditentukan. Tidur melebihi jam istirahat yang ditentukan, sehingga tidak mengawasi

rekan kerja yang bertugas mengisi BBM yang akan diantarkan olehnya. AMT tidak

(42)

11

Universitas Kristen Maranatha

yang sedang libur pada hari tersebut yang bersedia untuk menggantikan rekan

kerjanya. Pengiriman BBM akan mengalami keterlambatan waktu dikarenakan hal

tersebut. Hal ini menggambarkan dimensi concientiousnes yang bervariasi.

Sportmanship dimana AMT bersedia untuk mentoleransi kondisi dan situasi yang kurang ideal tanpa mengeluh, berkecil hati, marah, merasa sakit hati dan tidak

membesar-besarkan masalah. Dari hasil wawancara ditemukan bahwa bebrapa AMT

mudah mengeluh karena keterbatasan fasilitas yang ada dalam lingkungan kerja,

mengeluh ketika perjalanan macet dan tidak berusaha untuk mencari alternatif jalan

lain. Hal ini, menggambarkan, adanya dimensi Sportmanship. Courtesy adalah perilaku yang dilakukan atas kehendak sendiri untuk menghindari terjadinya masalah

dengan rekan keja lainnya maupun dengan atasan, perilaku ini dapat ditemukan para

para AMT, yaitu para karyawan akan berusaha untuk menjaga kesopanan,

menghindari pertikaian dengan sesama rekan kerja saat muncul masalah, dan

menghargai keputusan dari atasan dalam kegiatan kerja. Civic Virtue merupakan

perilaku yan gmenunjukkan rasa tanggung jawab dan kesediaan untuk berpartisipasi

serta peduli terhadap perusahaan, artinya apra karyawan akan berusaha untuk dapat

memberikan kinerja yang baik untuk membantu kemajuan perusahaan, mereka juga

bersedia untuk mengikuti aktivitas-aktivitas yang diadakan oleh perusahaan, seperti

koperasi, acara kebersamaan, dan acara-acara lain yang memang tidak bekaitan

langsung dengan tugas-tugas sebagai seorang AMT. Berbagai informasi tersebut,

(43)

12

Universitas Kristen Maranatha

dalam lingkungan perusahaan “X”

Dari bagian yang telah diungkapkan sebelumnya, peneliti menemukan,

bahwa tidak semua AMT menerapkan kerjasama dan saling kepedulian satu dengan

yang lain. Sedangkan, dengan tanggung jawab mereka yang sangat vital bagi

perusahaan, dan dengan pekerjaan yang bersiko tinggi, maka akan membutuhkan

kejrasama dan kesediaan untuk dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai gambaran

mengenai Organizational Citizenship Behavior pada Awak Mobil Tangki (AMT) di

lingkungan Perusahaan “X”, Bandung.

1.2. Identifikasi masalah

Dalam penelitian ini, ingin diteliti, Seperti apakah gambaran mengenai OCB pada

Awak Mobil Tangki (AMT) di PT. “X” , Bandung.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Penelitan ini dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai OCB pada Awak

(44)

13

Universitas Kristen Maranatha

1.3.2. Tujuan Penelitian

Penelitan ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai OCB pada Awak

Mobil Tangki (AMT) di PT “X” , Bandung dan kaitannya dengan berbagi faktor -faktor yang memunculkan OCB dalam diri karyawan

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoretis

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi Ilmu pengetahuan

Psikologi, khususnya Psikologi Industri dan Organisasi mengenai OCB pada para

Awak Mobil Tangki (AMT) di PT. “X” , Bandung.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti selanjutnya yang

akan melakukan penelitian mengenai OCB pada karyawan.

1.4.2. Kegunaan Praktis

1. Penelitan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak manajemen PT. “X” Bandung, agar dapat meningkatkan OCB dalam lingkungan kerjanya, terutama

(45)

14

Universitas Kristen Maranatha

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Operational Head beserta divisi-divisi yang dibawahinya di lingkungan kerja PT “X” Bandung, agar dapat mendukung munculnya OCB yang tinggi pada para karyawan yang mereka

supervisi

1.5. Kerangka Pemikiran

PT “X” adalah suatu perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang pengusahaan pertambangan minyak serta gas bumi dan berkantor pusat di Jakarta. PT

”X” dibentuk berdasarkan Undang-undang No. 8 Tahun 1971 yang bergerak dalam bidang pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi yang meliputi eksplorasi,

pemurnian, pengolahan, dan penjualan. PT”X” mendistribusikan produk minyak, gas, dan hasil olahannya dengan mengutamakan etika, keramahannya, kecepatan, dan

berwawasan lingkungan. Mengelola usaha dengan berorientasi pada pencapaian

kinerja terbaik. Menjadikan aset unggulan bagi perusahaan, pemerintah, pekerja, dan

masyarakat. . PT.”X” Bandung memiliki pusat distribusi dengan nama lain depot, dengan adanya berbagai kegiatan distribusi BBM, maka dibentuklah tim khusus

pendistribusian BBM. Tim ini terdiri dari beberapa bagian yaitu site supervisor, pengawas operasi, dispatcher, customer care, pemeliharaan, pengawas administrasi, pengawas SDM, dan Awak Mobil Tangki Awak Mobil Tangki (AMT).

(46)

15

Universitas Kristen Maranatha

adalah tingkatan karyawan yang berurusan langsung dengan kegiatan kerja yang

menjadi sasaran utama dari organisasi atau pekerjaan. Para karyawan operasional

mengerjakan tugas-tugas yang sifatnya teknis, membutuhkan tenaga dan

keterampilan, biasanya menempati jumlah karyawan paling banyak dalam suatu

organisasi.

Sebagai tingkatan yang paling bawah dari struktur kepemimpinan, karyawan

pelaksana berkerja dibawah arahan supervisor untuk menerima berbagai tugas

(pekerjaan) dan tanggung jawab. Dalam pelaksanaan berbagai tugasnya, karyawan

pelaksana biasanya harus memiliki suatu keahlian atau kompetensi tertentu, dan

biasanya diisyaratkan dalam bentuk kecakapan fisik seperti mengoperasikan

mesin-mesin atau pengawasan seperti quality control tertentu. Tugas-tugas yang dimiliki oleh para karyawan operasional biasanya lebih sederhana dan tidak menuntut

kemampuan analisa atau berpikir yang mendalam. Karenanya, level operasional

biasanya dapat diisi oleh orang-orang yang tidak berpendidikan tinggi, namun

memiliki keahlian yang memadai untuk melakukan tugasnya. (Sitorus, (1992)

Awak Mobil Tangki (AMT) merupakan bagian yang secara langsung turun di

lapangan dalam bekerja. Seorang AMT harus cekatan dan terampil dalam melakukan

pekerjaannya. AMT diberi pelatihan dan pendidikan yang disediakan perusahaan.

Awak Mobil Tangki (AMT) berjumlah 78 orang dengan kelompok yang bertugas

(47)

16

Universitas Kristen Maranatha

meliputi proses pengisian, pengiriman, dan pembongkaran BBM dari depot pengisian

BBM sampai ke tujuan SPBU yang sudah ditentukan, sesuai dokumen berdasarkan

prosedur yang ditetapkan dengan mengutamakan dimensi manajemen mutu dan

keselamatan kesehatan kerja lindungan lingkungan (K3LL) agar tercapai sasaran

kerja terbaik bagi perusahaan. Untuk dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi

perusahaan diharapkan Awak Mobil Tangki (AMT) dapat menunjukkan perilaku

kerja yang lebih dari Job Description. Perilaku kerja yang lebih dari Job Description

adalah datang lebih pagi dari jam kerja guna menghindari keterlambatan waktu

keberangkatan dan jadwal keberangkatan mobil tangki ke tempat tujuan, memiliki

inisiatif untuk mencari pengganti jika berhalangan masuk atau sakit dan tetap

memantau pekerjaan pengganti. Memeriksa mobil tangki kembali sebelum

melakukan pengiriman walaupun sudah tersedia bagian mekanik. Mengingatkan

rekan lain untuk tidak menggunakan telepon genggam pada saat pengisian BBM.

Menentukan rute alternatif bila rute yang telah ditentukan mengalami hambatan

(terjadi kecelakaan atau jalan ditutup sementara). Menghentikan pengisian di filling shed, pengangkutan dan pengiriman BBM bila terjadi kebocoran pada kompartemen mobil tangki. Menghentikan pembongkaran BBM di tempat pelanggan (SPBU)

apabila terjadi kebocoran pada selang bongkar dan tangki pendam. Menghentikan

atau menolak menjalankan mobil tangki jika kondisi mobil tangki tidak aman untuk

dioperasikan, misal : ban gundul, rem kurang atau tidak berfungsi, tidak membawa

(48)

17

Universitas Kristen Maranatha

Perilaku yang tidak tertulis secara formal namun dapat berkaitan dengan

efisiensi dan efektifitas fungsi organisasi disebut sebagai Organizational Citizenship Behavior (OCB). Organ (2006) mengungkapkan, bahwa OCB merupakan perilaku individu yang dilakukan atas kehendaknya sendiri, tidak secara langsung berkaitan

dengan sistem reward formal, namun akan berdampak pada meningkatnya efisiensi serta efektifitas dari fungsi organisasi.

Kemunculan OCB, sama seperti semua perilaku manusia pada umumnya disebabkan oleh berbagai motivasi yang bervariasi. Disaat seseorang membantu

orang lain, ada berbagai motivasi yang mendasarinya. Motivasi karyawan untuk

melakukan OCB dapat dilihat dari seberapa besar karyawan merasa bahwa mereka seharusnya melakukan perilaku tersebut. Karyawan mungkin ingin melakukan OCB untuk kepentingannya sendiri, untuk kepentingan rekan kerja (atasan atau teman

sejawat) atau untuk kepentingan perusahaan.

Ada berbagai alasan pribadi, mengapa karyawan melakukan OCB, ada yang merasa puas saat melakukan OCB karena perilaku tersebut menaikkan self esteem

mereka, atau dengan melakukan OCB mereka akan lebih didengar oleh rekan kerjanya dan bisa memiliki kaitan pada perusahaan. Adapula yang berpikir dengan

melakukan OCB mereka akan dikenal, lebih disukai oleh rekan-rekannya dan mendapat berbagai bentuk penghargaan. Ada juga yang menampilkan OCB karena menganggap itu sebagai kewajiban moral sesuai dengan norma sosial, yang memang

(49)

18

Universitas Kristen Maranatha

menjelaskan anteseden terjadinya OCB, bukan untuk mendefinisikannya. Pada Awak

Mobil Tangki (AMT) di PT. “X” Bandung, OCB akan diperlukan untuk menunjang efektivitas dan efisiensi kerja. Para pekerja dengan OCB yang tinggi, akan

memunculkan komitmen terhadap organisasinya dan menghasilkan kinerja organisasi

yang stabil (Organ, 2006). Dampak dari OCB apabila dilakukan oleh Awak Mobil Tangki AMT di PT. “X” salah satunya adalah kerjasama, kepedulian antar karyawan yang didasari ketulusan individu sehingga dapat meningkatkan kinerja dan

produktivitas individu yang secara langsung dapat meningkatkan efektifitas dan

efisiensi perusahaan.

Perilaku OCB memiliki 5 dimensi yaitu Altruism, Conscientiousness, Sportmanship, Courtesy, Civic Virtue (Poddssakoff, MacKenzie, Moorman, dan Fetter, 1990, dalam Organ 2006). Kelima dimensi ini menjadi bagian dari OCB

dalam lingkungan individu, sehingga OCB yang tinggi dapat muncul apabila kelima

dimensi ini sering muncul dalam diri individu.

Altruism adalah perilaku individu yang bertujuan untuk membantu rekan kerja yang nampak sedang mengalami kesulitan dalam menghadapi masalah yang terkait

dengan lingkungan kerja, tanpa menuntut adanya timbal baik dari orang yang dibantu.

(50)

19

Universitas Kristen Maranatha Conscientiousness yaitu perilaku karyawan yang melebihi persyaratan minimal dari yang disyaratkan oleh perusahaan, misalnya pemanfaatan waktu dalam

kehadiran, waktu istirahat, absen, kepatuhan terhadap peraturan dan berbagai hal tata

tertib lainnya, yang muncul dari kehendak individu sendiri. AMT di PT. “X” yang menunjukkan perilaku ini akan berusaha untuk datang lebih pagi guna menghindari

keterlambatan pengiriman, mengerjakan berbagai tugasnya sampai tuntas, dan

bersedia mematuhi berbagai tata tertib yang diberikan oleh perusahaan.

Sportsmanship yaitu perilaku karyawan untuk mentoleransi kondisi-kondisi yang kurang ideal tanpa mengeluh, berkecil hati (sedih), marah dan merasa sakit hati

karena hal-hal yang dihayati kurang baik yang terjadi dalam lingkungan kerja. Para

karyawan yang memiliki sportmanship akan tetap mengerjakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab meski menghadapi keterbatasan dalam berbagai hal dalam

lingkungan kerjanya, tidak mengeluh jika diberi tambahan jam kerja, tidak

mengungkapkan hal-hal negatif kepada rekan kerja maupun di luar lingkungan kerja

mengenai hal tersebut

Courtesy yaitu perilaku yang dilakukan guna menghindari terjadinya masalah kerja dengan rekan kerja dan atasan. Dengan kesadaran sendiri, karyawan tidak saling

membicarakan kejelekan rekan kerja ataupun atasannya, bertegur sapa dengan tidak

memandang senioritas dan jabatan, menghargai setiap keputusan atasan. Para AMT

(51)

20

Universitas Kristen Maranatha Civic virtue adalah perilaku yang menunjukkan kesediaan berpartisipasi dan kepedulian terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Bersikap loyal membela nama

baik perusahaan dengan ikut serta pada berbagai kegiatan kebersamaan, menjaga

nama baik, dan mau berusaha memberikan kontribusi yang baik untuk perkembangan

perusahaan. Para AMT yang memiliki Civic Virtue yang tinggi akan berusaha untuk memunculkan kepedulian terhadap perusahaan yang ditujukan dengan keterlibatan

pada kegiatan-kegiatan di perusahaan.

Organizational citizenship behavior yang dimiliki setiap Awak Mobil Tangki (AMT) di PT. “X” Bandung dapat berbeda-beda. OCB juga berkaitan dengan faktor internal . Faktor yang dapat berkaitan dengan tinggi rendahnya OCB adalah karakteristik individu yang merupakan faktor internal. Ada beberapa hal yang dapat

dilakukan oleh seorang pemimpin untuk mendapatkan karyawan yang memunculkan

OCB, diantaranya adalah memilih karyawan yang memang mempunyai kemampuan bawaan (faktor internal) untuk menampilkan OCB, yang kondusif untuk memunculkan OCB, seperti memberikan pelatihan, menerapkan perilaku kepemimpinan dan membuat sistem organisasi, serta memberikan teladan berbagai

bentuk OCB.

Dalam diri individu (faktor internal), OCB dapat dimunculkan oleh

kepribadian individu. Kepribadian yang ada dalam diri individu ini terbentuk karena

kecenderungan internal yang ada di dalam diri, dan berhubungan dengan relasi di

(52)

21

Universitas Kristen Maranatha

reaksi yang ditampilkan oleh AMT pada saat ia berinteraksi dengan orang lain dalam

lingkungan kerjanya. Organ (2006) banyak melakukan penelitian mengenai hubungan

antara OCB dengan kepribadian, menggunakan teori Big Five Personality. Dalam Konsep Big Five personality, setiap individu memiliki 5 komponen utama dalam kepribadian, yaitu Extroversion, Agreeableness, Consciousness, Openess to experience, dan emotional stability (neuroticism).

Faktor internal personality pertama adalah openness to experience. openness, merupakan kepribadian dimana seseorang mempunyai rasa ingin tahu, ingin

merasakan berbagai pengalaman, tidak melawan dengan adanya perubahan aturan

yang terjadi di perusahaan. Para AMT yang memiliki komponen kepribadian ini akan

mempunyai rasa ingin tahu terhadap hal-hal baru, dapat bersikap lebih terbuka

terhadap perubahan yang diadakan perusahaan, cepat tanggap dengan lingkungannya.

Namun, menurut Organ (2006), trait ini tidak memiliki relasi yang dapat dijelaskan

secara tepat dengan OCB. Faktor kedua adalah conscientiousness, yaitu komponen kepribadian dimana AMT dapat diandalkan, terencana, disiplin diri, dan ketekunan.

Mereka cenderung menampilkan perilaku OCB yang terkait dengan

conscientiousness dan civic virtue. Bila karyawan pelaksana (AMT) berhati-hati (counscientious) pada peraturan, seperti memiliki ketetapan waktu, riwayat absensi yang baik dan taat pada peraturan maka akan berpotensi meningkatkan dimensi

(53)

22

Universitas Kristen Maranatha

Faktor ketiga yaitu extraversion, yaitu karakter bersemangat, mencari stimulasi, menikmati kebersamaan dengan orang lain, senang bicara, dan responsive

terhadap lingkungan. Namun menurut Organ (2006), trait extraversion tidak berelasi

secara langsung dengan komponen OCB dalam diri para karyawan. Faktor keempat

agreeableness berupa kepribadian yang bersahabat, disenangi oleh orang, dan juga mudah menjalin relasi yang hangat dengan orang lain. Para AMT dengan mudah

menawarkan bantuan kepada rekan kerjanya yang membutuhkan bantuan serta dapat

mengkompromikan kepentingannya dengan kepentingan orang lain demi tetap

terjalinnya relasi yang hangat dengan rekan kerja . Komponenan kepribadian terakhir

dari personality adalah neuroticism (emotional stability), yaitu kecenderungan memiliki emosional yang negatif seperti kecemasan, kemarahan, perasaan bersalah,

dan terpaku pada masalahnya sendiri. AMT yang mempunyai emosi yang tidak stabil

akan terpaku pada masalahnya sendiri, dengan demikian dapat mengurangi peluang

munculnya OCB. Namun, komponen emotional stability tidak berelasi secara langsung dengan dimensi OCB (Organ, 2006).

Faktor Internal berikutnya yaitu karakteristik individu yang dimaksud sebagai

morale oleh Organ (2006) adalah kesatuan dari dimensi-dimensi sikap kerja (satisfaction, fairness, affective commitment dan leader consideration). Dalam kegiatan kerja, morale merupakan motivator dasar yang tercermin di dalam sikap kerja seseorang dalam organisasi. Apabila karyawan AMT merasa diperlakukan

(54)

23

Universitas Kristen Maranatha

kinerja yang diperlihatkan akan mengalami peningkatan dan cenderung konsisten.

Dalam diri individu, morale juga terkait dengan affective commitment yang mengarah kepada keterikatan emosional, identifikasi, dan juga keterlibatan seseorang terhadap

organisasi. Morale dapat meningkatkan kinerja seseorang. Leader consideration

merupakan pertimbangan pemimpin terhadap sikap kerja seseorang. Team leader

akan melihat sikap kerja AMT apakah menguntungkan perusahaan atau tidak, dengan

pertimbangannya team leader dapat memberikan reward atau punishment terhadap bawahannya.

Faktor eksternal pertama yang dapat berkaitan dengan OCB disaat individu melakukan tugas adalah karakteristik tugas, terdiri dari task autonomy, task significance, task interdependence dan task feedback. Task autonomy merupakan derajat keleluasaan dan kebebasan bertindak yang dimiliki individu dalam

melaksanakan tugas, untuk menjadwalkan tugas dan menentukan prosedur yang akan

digunakannya (Hackman and Lawler, 1971 dalam Organ, 2006). Apabila karyawan

AMT merasa memiliki tanggung jawab dengan adanya keleluasaan untuk

melaksanakan tugasnya dan menentukan prosedur maka dapat meningkatkan OCB.

Task significance akan berkaitan dengan OCB melalui peningkatan persepsi akan rasa berarti dari pekerjaannya (Hackman and Oldham, 1976 dalam Organ, 2006), AMT

akan merasa bahwa dirinya menjadi bagian dari perusahaan. Task feedback adalah derajat kejelasan dan diperolehnya informasi secara langsung mengenai seberapa

Gambar

Tabel 2 Tabulasi silang derajat OCB dengan data penunjang lama kerja

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dan kesimpulan – kesimpulan yang diperoleh bahwa keberadaan pegas spiral pada balok tipis memberikan kontribusi kenaikan

using Microsoft.Office.Interop.Word; namespace aplikasi_kompresi.

Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskripsi kuantitatif yang diwujudkan dengan data. Data hasil tes kesegaran jasmani yang berupa angka telah

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bukan hanya untuk peneliti saja, namun juga bermanfaat bagi pihak – pihak yang memerlukan data maupun pengetahuan yang

Dari Tabel 4.2 menunjukkan bahwa master akan mengolah data input , mencacah, menam- pilkan printout nomor antrian pada LCD, menerima data panggil pada masing-masing lo- ket/ slave

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 III-14 Sasaran Tersedianya Fasilitas Internet Secara Merata Di Ruang Publik diukur dengan IKU “ Jumlah

Dengan mengambil studi kasus Orkes Keroncong Norma Nada, penelitian ini akan mengungkap gejala-gejala sikap resistensi dari masyarakat subkultur musik keroncong terhadap