GROUP EXCHANGE (GGE) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN
PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA
(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP N 1 Conggeang Tahun Ajaran 2012/2013)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Matematika
Oleh
Eris Risnawati
0807543
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN AKTIF TIPE GROUP TO
GROUP EXCHANGE (GGE) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN
PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA
Oleh
Eris Risnawati
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Eris Risnawati 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
ABSTRAK
Eris Risnawati. 2013. Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Aktif Tipe Group To Group Exchange (Gge) Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa dengan menerapkan metode pembelajaran aktif tipe Group To Group Exchange (GGE) dalam pembelajaran matematika. Metode di dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran aktif tipe Group To Group Exchange (GGE), dengan populasi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Conggeang dan sampel kelas VII-D sebagai kelas eksperimen dan VII-E sebagai kelas kontrol. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran aktif tiepe GGE lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan metode ekspositori.
ABSTRACT
Eris Risnawati. 2013. Effect Of Active Learning Method To Type Group Group Exchange (GGE) Mathematical Understanding Ability To Increase Student
This study aims to improve students' mathematical understanding by applying active learning method type Group To Group Exchange (GGE) in the learning of mathematics. Method in this research is the type of active learning methods Group To Group Exchange (GGE), with a population of class VII student of SMP Negeri 1 Conggeang and sample class as class VII-D and VII-E experiment as a control class. This study suggests that an increase in the ability of students' mathematical understanding that learning to use active learning methods tiepe GGE better than students who are learning using the expository method.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR DIAGRAM ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Rumusan Masalah ...3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Definisi Operasional ... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemahaman Matematis... 6
B. Metode Pembelajaran Aktif Tipe Group To Group Exchange (GGE) ... 7
C. Metode Ekspositori ... 11
D. Penelitian yang Berkaitan dengan Metode Pembelajaran Aktif Tipe Group To Group Exchange (GGE) ... 13
E. Hipotesis ... 14
A. Metode dan Desain Penelitian ... 15
B. Populasi dan Sampel ... 16
C. Alat dan Bahan Ajar ... 16
D. Instrumen Penelitian ... 17
1. Instrumen tes ... 17
2. Instruman Non Tes ... 23
E. Prosedur Penelitian ... 24
1. Tahap Persiapan ... 24
2. Tahap Pelaksanaan ... 24
3. Tahap Akhir ... 25
F. Teknik Pengolahan Data... 25
1. Pengolahan Data Kuantitatif ... 25
2. Pengolahan Data Kualitatif ... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 29
B. Pembahasan ... 45
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 47
B. Saran... 47
DAFTAR PUSTAKA ... 49
LAMPIRAN ... 51
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari
berbagai sumber dan tempat di dunia. Oleh karena itu, selama di sekolah siswa perlu dibekali kemampuan untuk memperoleh, memilih, dan mengelola informasi supaya dapat bertahan pada keadaan yang selalu berubah. Untuk memperoleh kemampuan-kemampuan itu siswa harus memiliki keterampilan berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif, dan kemauan bekerja sama yang efektif. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui belajar matematika.
Ada dua buah konsep kependidikan yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya, yaitu belajar dan pembelajaran. Belajar adalah memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Sedangkan pembelajaran merupakan suatu proses membantu siswa untuk membangun konsep/prinsip dengan kemampuan siswa sendiri sehingga konsep/prinsip tersebut terbentuk (Krisnawan, 2009). Transformasi tersebut mudah tercapai bila pemahaman terjadi karena terbentuknya jaringan konsep/prinsip dalam benak siswa.
Proses pembelajaran memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan yaitu untuk menambah ilmu pengetahuan, keterampilan, serta penerapan konsep diri. Keberhasilan proses pembelajaran tercermin dalam peningkatan
kemampuan dalam belajar. Agar tercapai sesuai dengan tujuan pembelajaran harus dilakukan melalui pengintegrasian pendekatan-pendekatan pembelajaran
yang banyak dikembangkan untuk membantu manajemen pengelolaan pembelajaran di kelas.
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Sedangkan dalam NCTM (Puspitasari, 2011) merumuskan secara umum bahwa pembelajaran matematika menggariskan peserta didik harus mempelajari matematika melalui pemahaman dan aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan sebelumnya. Dari kedua hal tersebut menunjukan bahwa kemampuan pemahaman matematis begitu penting dalam pembelajaran matematika. Memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri.
Oleh karena itu, diperlukan pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman matematis siswa. Salah satu pembelajaran alternatif yang dapat digunakan adalah pembelajaran aktif tipe Group To Group
Exchange (GGE).
3
menyebabkan ingatan mengenai yang dipelajari itu lebih tahan lama, dan pengetahuan menjadi lebih luas dibandingkan dengan belajar secara pasif.
Menurut Silberman (2006:28) metode pembelajaran aktif dapat mengakomodir segala kebutuhan siswa (visual, auditori, dan kinestik), karena siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Silberman mengemukakan dalam bukunya ada 101 tipe belajar aktif, salah satunya adalah tipe Group to
Group Exchange (GGE)/ pertukaran kelompok dengan kelompok. Pembelajaran dengan menggunakan metode belajar aktif tipe GGE ini membuat siswa bisa berdialog dan berinteraksi dengan sesama siswa secara terbuka dan interaktif dibawah bimbingan guru sebagai fasilitator dan mediator sehingga siswa terpacu untuk menguasai bahan ajar. Metode belajar aktif tipe GGE membuat siswa lebih berkonsentrasi dalam pembelajaran dan akan berusaha semaksimal mungkin untuk menguasai bahan ajar karena setelah kegiatan diskusi kelompok berakhir, siswa akan mempresentsikan hasil diskusinya didepan kelas. Selain itu metode pembelajaran aktif tipe GGE juga diharapkan dapat meningkatkan komunikasi dan interaksi sesama siswa, karena siswa berkesempatan untuk membagi pengetahuan yang diperolehnya.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang diberi judul “Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Aktif Tipe Group to Group Exchange (GGE) Terhadap Peningkatan Kemampuan
Pemahaman Matematis Siswa”.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang dapat
penulis kemukakan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang
memperoleh metode pembelajaran aktif tipe Group to Group Exchange (GGE) lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori?
C.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah diungkapkan, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh metode pembelajaran aktif tipe Group to Group Exchange (GGE) lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran
ekspositori.
2. Mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran aktif tipe Group to Group Exchange (GGE).
D.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis yaitu memberikan pengalaman dan pengembangan pengetahuan serta memberikan gambaran yang jelas bagi pengaruh penerapan pembelajaran aktif tipe Group To Group Exchange (GGE) terhadap peningkatan kemapuan pemahaman
matematis siswa.
E.Definisi Operasional
Ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan untuk menghindari terjadinya pemahaman yang berbeda tentang istilah-istilah yang digunakan dan juga memudahkan peneliti dalam menjelaskan apa yang sedang dibicarakan, yaitu sebagai berikut.
1. Kemampuan pemahaman matematis adalah siswa mampu menerjemahkan,
menafsirkan, dan menyimpulkan suatu konsep matematis berdasarkan pembentukan pengetahuannya sendiri, bukan sekedar menghafal.
5
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa dengan menerapkan metode pembelajaran aktif tipe Group To
Group Exchange (GGE) dalam pembelajaran matematika. Hal ini berarti,
perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan metode pembelajaran aktif tipe GGE, sedangkan aspek yang diukurnya adalah kemampuan pemahaman matematis siswa. Oleh karena itu, yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran aktif tipe GGE dan variabel terikatnya adalah kemampuan pemahaman matematis siswa.
Pengambilan sampel pada penelitian ini tidak secara acak siswa, tetapi acak kelas. Peneliti harus menerima kondisi dua kelas yang diperoleh secara acak tersebut (kelas eksperimen dan kelas kontrol). Sehingga, berdasarkan metodenya, penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen (Ruseffendi, 2005:32). Desain penelitian pada penelitian ini disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Digunakan 2 kelompok siswa yang berbeda yaitu kelompok pertama (eksperimen) dan kelompok kedua (kontrol).
2. Kelompok-kelompok tersebut dipilih secara acak dari keseluruhan kelas yang ada.
3. Kedua kelompok diberikan pretes (tes awal) dan postes (tes akhir).
Maka desain dari penelitian ini adalah:
… O X O
… O O
Keterangan:
X : Pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran aktif
16
O : pretes dan postes
B.Populasi dan Sampel
Populasi yang telah dipilih pada penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Conggeang. Subjek penelitian adalah dua kelas yang dipilih secara random. Alasan random sampling karena setiap kelas merupakan kelas regular.
Satu kelas menjadi kelas eksperimen yaitu kelas VII-D dan satu lagi menjadi kelas kontrol yaitu kelas VII-E yang ditentukan secara random. Kelas eksperimen mendapat perlakuan berupa pelajaran matematika dengan metode pembelajaran aktif tipe GGE, sedangkan kelas kontrol mendapatkan pembelajarn matematika dengan metode ekspositori.
C.Alat dan Bahan Ajar
Bahan ajar yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
RPP disusun untuk mendukung terlaksananya pembelajaran di kelas. RPP merupakan pedoman pelaksanaan pembelajaran yang digunakan dalam setiap pertemuan di kelas. Dalam penelitian ini, penulis membuat empat RPP untuk masing-masing kelas yakni kelas kontrol dan kelas eksperimen. Langkah-langkah pembelajaran dalam RPP untuk kelas kontrol dirancang dengan menggunakan metode ekspositori, sedangkan langkah-langkah pembelajaran dalam RPP kelas eksperimen dirancang dengan menggunakan metode pembelajaran aktif tipe GGE.
2. LKS (Lembar Kerja Siswa)
LKS hanya diberikan kepada kelas eksperimen. LKS berisi beberapa
D.Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Instrumen Tes
Tes diberikan untuk mengukur atau mengetahui kemampuan pemahaman matematis siswa terhadap materi yang diajarkan. Tes ini berupa tes kemajuan atau perolehan belajar. Selain meninjau hasil belajar setelah kegiatan
dilakukan, pada tes perolehan belajar ditinjau pula kondisi (keadaan) sebelum kegiatan dilakukan (Suherman, 2003). Oleh karena itu, pada penelitian ini tes yang digunakan terbagi ke dalam dua macam tes, yaitu:
a. Pretes yaitu tes yang dilakukan sebelum perlakuan diberikan. b. Postes yaitu tes yang diberikan setelah perlakuan diberikan.
Tipe tes yang digunakan adalah tes uraian atau subjektif dengan pertimbangan bahwa tes dengan tipe ini lebih mampu mengungkapkan kemampuan pemahaman matematis siswa. Melalui tes uraian, proses atau langkah penyelesaian yang dilakukan dan ketelitian siswa dalam menjawab dapat teramati. Seperti yang diungkapkan oleh Suherman (2003) bahwa keunggulan tes uraian salah satunya adalah proses pengerjaan tes akan menimbulkan kreativitas dan aktivitas positif siswa, karena tes tersebut menuntut siswa agar berpikir secara sistematik, menyampaikan pendapat dan argumentasi, serta mengaitkan fakta-fakta yang relevan.
Sebelum penelitian ini dilakukan, instrumen diujicobakan terlebih dahulu, supaya dapat terukur ketepatan (validitas), keajegan (reliabilitas), indeks kesukaran dan daya pembeda dari instrumen tersebut.
1) Validitas Instrumen
Validitas tes merupakan ukuran yang menyatakan kesahihan suatu instrumen sehingga mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi.
18
Keterangan:
: koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
: banyak subjek
: skor yang diperoleh dari tes
: skor total
Interpretasi yang lebih rinci mengenai nilai tersebut dibagi ke dalam
kriteria (Suherman, 2003:113) yang disajikan dalam tabel 3.1.
Tabel 3.1
Tabel Interpretasi Validitas Nilai
Nilai Keterangan
Hasil pengolahan data diperoleh:
Tabel 3.2
Hasil Perhitungan Validitas Setiap Butir Soal
Nomor
6232 0,60 Validitas Sedang
8 103 573 4451 0,63 Validitas Sedang
2) Uji Realibilitas
Uji realibilitas dilakukan untuk mengetahui ketetapan suatu instrumen dan untuk menunjukan bahwa suatu instrumen dapat dipercaya. Sugiyono (Herdian, 2010:53) mendefinisikan realibilitas alat ukur sebagai ketetapan alat ukur dalam mengukur apa yang diukurnya, yang artinya kapan pun alat ukur tersebut digunakan akan memberikan hasil ukur yang sama.
Koefisien realibilitas perangkat tes berupa bentuk uraian dapat diketahui menggunakan rumus Alpha (Suherman, 2003:155) sebagai berikut:
Keterangan:
n : banyak butir soal
: jumlah varians skor setiap soal
: varians skor total
Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi
yang dapat digunakan dibuat oleh Guilford (Suherman, 2003:160) adalah sebagai berikut.
Tabel 3.3
Tabel Interpretasi Derajat Reliabilitas
Nilai Interpretasi
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
20
Tabel. 3.4
Hasil Perhitungan Reliabilitas Setiap Butir Soal
Nomor
Koefisien reliabilitas tersebut menyatakan bahwa reliabilitas instrumen tes termasuk kriteria tinggi.
3) Uji Daya Pembeda
Daya pembeda berkaitan dengan mampu/tidaknya instrumen yang digunakan membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan rendah. Daya pembeda soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Suherman, 2003:43):
atau
Keterangan:
DP : Daya Pembeda
JBA : Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar,
atau jumlah benar untuk kelompok atas
JBB : Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar,
JSB : Jumlah siswa kelompok bawah
Klasifikasi interpretasi daya pembeda (Suherman, 2003:161) dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.5
Tabel Interpretasi Daya Pembeda
Nilai Keterangan
Sangat baik
Baik
Cukup
Jelek
Sangat jelek
Tabel 3.6
Hasil Perhitungan Daya Pembeda Setiap Butir Soal
Nomor
Soal XA XB SMI DP Interpretasi
1 8,25 2,38 10 0,59 Baik
2 7,13 1,63 10 0,55 Baik
3 6,38 1,63 10 0,48 Baik
4 7,13 3,5 10 0,36 Cukup
5 8,38 2,88 10 0,55 Baik
6 5,38 3,63 10 0,20 Cukup
7 5,5 3 10 0,25 Cukup
8 5,75 2,75 10 0,30 Cukup
4) Uji Indeks Kesukaran
Indeks kesukaran menyatakan derajat kesukaran sebuah soal. Rumus untuk mencari indeks kesukaran tiap soal yaitu (Suherman, 2003:45)
22
Keterangan:
IK : Indeks Kesukaran
JBA : Jawaban benar siswa kelompok atas JBB : Jawaban benar siswa kelompok bawah JSA : Jumlah siswa kelompok atas
JSB : Jumlah siswa kelompok bawah
Klasifikasi indeks kesukaran paling banyak digunakan (Suherman, 2003:170) adalah.
Tabel 3.7
Tabel Interpretasi Indeks Kesukaran
IK Keterangan
IK=0,00 Soal terlalu sukar
Soal sukar
Soal sedang
Soal mudah
IK=1,00 Soal terlalu mudah
Tabel 3.8
Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Setiap Butir Soal
Nomor
Tabel 3.9
Rekapitulasi Analisis Butir Soal
No Soal
Validitas Daya Pembeda Indeks
Kesukaran Kesimpulan Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria
1 0,60 Validitas
2. Instrumen Non Tes
Instrumen ini berupa lembar observasi, jurnal harian dan angket. a. Lembar Observasi
Menurut Suherman (2003), Observasi adalah salah satu teknik evaluasi non-tes yang meinventarisasikan data tentang respon dan kepribadian siswa
dalam kegiatan belajarnya. Observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan dan perilaku siswa secara langsung. Observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang proses pembelajaran yang dilakukan. Observasi berupa daftar cek (√).
b. Angket
Menurut Suherman (2003), “Angket adalah sebuah daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh orang yang akan dievaluasi (responden)”.
24
eksperimen setelah mengikuti pembelajaran. Model skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini adalah model skala Likert.
E.Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini, yaiutu sebagai berikut: a. Melakukan studi kepustakaan tentang kemampuan pemahaman, metode
pembelajaran aktif tipe GGE, dan metode ekspositori.
b. Menetapkan pokok bahasan yang akan digunakan dalam penelitian. c. Membuat proposal penelitian.
d. Mengadakan seminar proposal.
e. Melakukan perizinan tempat untuk penelitian. f. Menyusun dan mempersiapkan instrumen penelitian. g. Melaksanakan uji coba instrumen tes.
h. Melakukan analisis atau kriteria instrumen.
i. Menentukan dan memilih sampel dan populasi yang telah ditentukan.
2. Tahap Pelaksanaan
Penulis dalam melaksanakan penelitian melakukan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Memilih secara acak 2 kelas yang akan dijadikan sebagai sampel dalam penelitian.
b. Melaksanakan pretes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
c. Melaksanakan kegiatan pembelajaran di kedua kelas tersebut.
Pembelajaran yang dilakukan di kelas kontrol menggunakan pembelajaran secara ekspositori, sedangkan pembelajaran di kelas
eksperimen menggunakan metode pembelajaran aktif tipe GGE.
e. Memberikan angket skala sikap pada pertemuan terakhir kepada siswa untuk mengetahui kesan dan respon siswa di kelas eksperimen terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.
f. Melaksanakan postes pada kedua kelas tersebut.
3. Tahap Akhir
a. Mengolah data hasil penelitian.
b. Membuat penafsiran dan kesimpulan hasil penelitian berdasarkan hipotesis untuk selanjutnya dituangkan dalam bentuk skripsi.
F. Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian terbagi menjadi dua bagian, yaitu data yang bersifat kuantitatif dan data yang bersifat kualitatif. Dalam penelitian ini penulis menggunakan SPSS 17.0 for Windows dan Microsoft Excel 2007. Adapun prosedur analisis tiap data adalah sebagai berikut.
1. Pengolahan Data Kuantitatif
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data pretes dan postes. Langkah-langkah dalam melakukan analisis data kuantitatif adalah sebagai berikut.
a. Analisis data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol 1) Menganalisis Data Secara Deskriptif
Sebelum melakukan pengujian terhadap data hasil pretes, dilakukan terlebih dahulu perhitungan terhadap deskripsi data yang meliputi mean, standar deviasi, median. Hal ini diperlukan sebagai langkah awal dalam
melakukan pengujian hipotesis.
2) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data
pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pengujian normalitas data menggunakan uji statistik Shapiro-Wilk.
26
Jika kedua kelompok berdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan dengan menguji homogenitas varian kelompok dengan menggunakan uji Levene. Sedangkan jika tidak berdistribusi normal, maka pengujian dilakukan dengan pengujian non-parametrik dengan uji Mann-Whitney.
4) Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Uji kesamaan dua rata digunakan untuk mengetahui apakah rata-rata skor pretes kedua kelas sama. Untuk data yang memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas, maka menggunakan uji t yaitu Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians homogen. Sedangkan untuk
data yang asumsi normalitas tetapi tidak homogen, maka pengujiannya
menggunakan t’ yaitu Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua
varians tidak homogen. Uji data yang tidak memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas maka pengujiannya menggunakan uji non-parametrik dengan uji Mann-Whitney.
b. Analisis data peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa
Apabila hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukan kemampuan yang sama maka data yang digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman adalah data postes, akan tetapi apabila hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukan kemampuan yang berbeda maka data yang digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman adalah data indeks gain. Peningkatan yang terjadi dihitung dengan rumus Normalize Gain (Meltzer&Hake, dalam Suwarni, 2011) sebagai berikut:
N-Gain =
Adapun untuk melihat peningkatan kemampuan pemahaman kedua kelompok tersebut menggunakan bantuan software SPSS 17.0 for windows dengan langkah-langkah sebagai berikut.
Sebelum melakukan pengujian terhadap data hasil postes atau skor gain, dilakukan terlebih dahulu perhitungan terhadap deskripsi data yang meliputi mean, standar deviasi, median. Hal ini diperlukan sebagai langkah awal dalam melakukan pengujian hipotesis.
2) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data kelas
eksperimen dan kelas kontrol yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pengujian normalitas data menggunakan uji statistik Shapiro-Wilk.
3) Uji Homogenitas
Jika kedua kelompok berdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan dengan menguji homogenitas varian kelompok dengan menggunakan uji Levene. Sedangkan jika tidak berdistribusi normal, maka pengujian
dilakukan dengan pengujian non-parametrik yaitu uji Mann-Whitney. 4) Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah rata-rata skor postes kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol atau sebaliknya. Untuk data yang memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas, maka menggunakan uji t yaitu Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians homogen. Sedangkan untuk data yang asumsi normalitas tetapi tidak homogen, maka pengujiannya
menggunakan t’ yaitu Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua
varians tidak homgen. Uji data yang tidak memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas maka pengujiannya menggunakan uji non-parametrik
dengan uji Mann-Whitney.
c. Analisis data kualitas peningkatan kemampuan pemahaman matematis
siswa
28
Tabel 3.10 Kriteria Indeks Gain
Batas Kriteria
N-Gain < 0,30 Rendah
0,30 N-Gain 0,70 Sedang
N-Gain > 0,70 Tinggi
2. Pengolahan Data Kualitatif
a. Lembar Observasi
Data hasil observasi merupakan data pendukung yang menggambarkan suasana pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran aktif tipe GGE. Data yang diperoleh dari hasil observasi mengenai aktivitas guru dan siswa dianalisis secara deskriptif.
b. Angket
Dalam menganalisis hasil angket, skala kualitatif ditransfer ke dalam skala kuantitatif. Untuk pernyataan yang bersifat positif (favorable) kategori SS (Sangat Setuju) berisi skor tertinggi, makin menuju ke STS (Sangat Tidak Setuju) skor yang diberikan berangsur-angsur menurun. Sebaliknya untuk pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable) untuk kategori SS diberi skor terendah, makin menuju STS skor yang diberikan berangsur-angsur tinggi. Penskoran yang digunakan menurut Suherman (2003) adalah sebagai berikut.
Tabel 3.11
Panduan Pemberian Skor Skala Sikap Siswa
Pernyataan Bobot Pendapat
SS S TS STS
Positif 5 4 2 1
Setelah angket terkumpul dan diolah dengan menggunakan cara seperti di atas, respon siswa terhadap sebuah pernyataan dapat digolongkan ke dalam respon positif atau respon negatif. Penggolongan dapat dilakukan dengan membandingkan skor subjek dengan skor alternatif jawaban netral dari pernyataan. Jika rata-rata skor siswa terhadap pernyataan lebih dari skor jawaban netral (3) maka respon siswa digolongkan positif. Jika rata-rata
skor siswa terhadap pernyataan kurang dari skor jawaban netral, maka siswa mempunyai respon negatif.
Selajutnya hasil skala sikap ini dihitung persentasenya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
p = × 100%
Keterangan:
p : persentase jawaban f : frekuansi jawaban n : banyaknya siswa
Penafsiran atau interpretasi dengan kategori persentase berdasarkan kriteria
Hendro (Heriyanto, 2007 : 44) tersaji dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.12
Klasifikasi Kategori Persentase Angket
Persentase Interpretasi
0% Tak seorangpun
1% - 24% Sebagian kecil
25% - 49% Hampir setengahnya
50% Setengahnya
51% - 74% Sebagian besar
75% - 99% Hampir seluruhnya
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada tahapan penelitian, maka diperoleh beberapa kesimpulan berkaitan dengan penerapan metode
pembelajaran aktif tipe GGE terhadap kemampuan pemahaman matematis siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Conggeang, yaitu:
1. Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran aktif tiepe GGE lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan metode ekspositori.
2. Siswa memberiken sikap yang positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran aktif tipe GGE yang telah diikutinya selama pembelajaran pada materi segiempat.
B. Saran
Berdasarkan temuan penulis dilapangan dan kesimpulan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka saran yang dapat disampaikan antara lain sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian bahwa Metode Pembelajaran Aktif Tipe Group To Group Exchange (GGE) mampu meningkatkan kemampuan pemahaman
matematis siswa, sehingga metode tersebut dapat menjadi salah satu alternatif metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika oleh guru di kelas yang mempunyai karakteristik yang sama dengan kelas VII SMP Negeri
1 Conggeang.
2. Metode Pembelajaran Aktif Tipe Group To Group Exchange (GGE)
DAFTAR PUSTAKA
BSNP. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Desiana, N.N. (2010). Penggunaan Strategi Active Learning Melalui Teknik Group To Group Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika
Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak Diterbitkan.
Ditjen PMPTK. (2008). Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. Depdiknas. Herdian, (2010). Kemampuan Pemahaman Matematika. [Online]. Tersedia:
http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman-matematis/ [5 September 2012].
Heriyanto, R. (2007). Pengaruh Model Pembelajaran Pencapaian Konsep terhadap Kemampuan Pemahaman Matematik Siswa SMA. Skripsi
FPMIPA UPI Bandung: Tidak dipublikasikan
Krisnawan (2009). Pengertian dan Ciri-Ciri Pembelajaran. [Online]. Teresedia: http: //krisna1.blog.uns.ac.id/2009/10/19/pengertian-dan-ciri-ciri-pembelajaran/ [5 September 2012]
Muriel, H. (2010). Penerapan Metode Belajar Aktif Tipe Group To Group Exchange (Gge) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas Viii2 Smp Negeri 4 Kuantan Hilir. Skripsi Jurusan Pendidikan
Matematika Universitas Islam Riau: Tidak Diterbitkan.
Puspitasari, D. (2011). Penggunaan Model Pembelajaran Problem Posing Untuk meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Sekolah
Menengah Pertama. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan Dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.
Samadhi, A. (2008). Pembelajaran Aktif (Active Learning). [Online]. Tersedia:http://eng.unri.ac.id/download/teachingimprovement/BK2_Teac h&Learn_1/Active%20Learning_5.PDF.
Siswono, E.Y.T. (2009). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa.
[Online]. Tersedia:
http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/. [5 september 2012].
Suherman, E,dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA UPI
Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA UPI Sukmawati, E. (2009). Pengaruh Pembelajaran KUASAI terhadap Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Trias, I. (2010). Peningkatan Konseo Matematis Siswa Melalui Pemberian Tugas Concept Mapping Pada Akhir Pembelajaran. Skripsi FPMIPA UPI
Bandung: Tidak Diterbitkan.
Wildan, F. (2010). Penerapan Model Missouri Mathematics Project (MMP) untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Skripsi