DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR, BAGAN DAN PETA ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Definisi Operasional ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
A. Agribisnis ... 10
B. Sistem Agribisnis... 11
C. Peranan Agribisnis... 11
D. Karakteristik Agribisnis... 12
E. Konsep Agribisnis ... 13
1. Aspek Produksi Pertanian ... 13
2. Aspek Pengolahan Hasil Pertanian ... 14
3. Aspek Pemasaran Hasil Pertanian ... 14
4. Meningkatkan Pendapatan ... 15
F. Pertanian Hortikultura ... 15
1. Ciri-ciri Tanaman Hortikultura ... 16
2. Komoditas Unggulan Hortikultura ... 17
G. Kawasan Agropolitan ... 17
H. Kesejahteraan Petani ... 17
1. Pengertian Petani ... 17
2. Pemberdayaan Petani Tanaman Pangan dan Hortikultura Dilihat Dari Aspek Sosial Ekonomi ... 19
3. Indikator Kesejahteraan ... 20
BAB III PROSEDUR PENELITIAN ... 24
A. Lokasi Penelitian ... 24
Nurul Hikmah,2013
Pengaruh Agribisnis Hortikultura Terhadap Kesejahteraan Petani (Studi Kasus Pada Kelompok Tani Di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
C. Populasi dan Sampel... 27
D. Variabel Penelitian ... 31
E. Teknik Pengumpulan Data ... 32
F. Alat Pengumpulan dan Pengolah Data ... 34
G. Cara Pengambilan Data ... 35
H. Teknik Pengolahan Data... 35
I. Analisis Data ... 36
J. Diagram Alur Penelitian ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40
A. Kondisi Geografis Daerah Penelitian ... 40
1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ... 40
a. Letak dan Luas Wilayah Penelitian ... 40
2. Kondisi Sosial Ekonomi Daerah Penelitian ... 55
a. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk ... 55
b. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin ... 55
c. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 59
d. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 60
e. Alat Transportasi dan Komunikasi ... 61
B. Kondisi Agribisnis Hortikultura Daerah Penelitian ... 61
1. Indentitas Petani ... 61
a. Petani Berdasarkan Jenis Kelamin ... 61
b. Petani Berdasarkan Tempat Tinggal ... 64
c. Tingkat Pendidikan Petani dan Sumber Pengetahuan Bertani ... 65
2. Faktor-faktor Produksi Pertanian ... 68
a. Luas Lahan Garapan dan Status Petani Berdasarkan Kepemilikan Lahan ... 68
b. Tenaga Kerja ... 71
c. Status Petani dan Sumber Modal Petani ... 73
3. Pemeliharaan Tanaman Hortikultura ... 78
C. Produksi Hortikultura Daerah Penelitian... 84
1. Kuatitas Hasil Panen dan Harga ... 84
2. Pemasaran ... 86
3. Kualitas Hasil Panen... 87
4. Harga ... 87
5. Penghasilan ... 88
1. Tingkat Pendapatan Petani ... 90
2. Pola Konsumsi Keluarga ... 91
3. Kondisi Rumah (Papan) ... 96
4. Kondisi Kesekatan Petani ... 99
5. Tingkat Pendidikan Anak Petani ... 100
E. Pengaruh Agribisnis Hortikultura terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani Di Kecamatan Pacet ... 103
1. Analisis Pengaruh Luas Lahan Garapan terhadap Pendapatan ... 103
2. Analisis Pengaruh Modal Awal terhadap Pendapatan... 104
3. Analisis Pengaruh Hasil Panen Jenis Hortikultura (ton/musim) dan Pendapatan per Bulan ... 105
4. Analisis Pengaruh Penghasilan Tiap Musim terhadap Biaya Hidup Rumah Tangga ... 105
F. Implementasi Hasil Penelitian Terhadap Pendidikan Geografi ... 106
BAB V KESIMPULAN ... 109
A. Kesimpulan ... 109
B. Rekomendasi ... 113
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Nurul Hikmah,2013
Pengaruh Agribisnis Hortikultura Terhadap Kesejahteraan Petani (Studi Kasus Pada Kelompok Tani Di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR TABEL Tabel
1.1 Gabungan Kelompok Tani……….... 4
1.2 Komoditas Yang Diusahakan Oleh Para Petani Di Wilayah Kecamatan Pacet Tahun 2011……….... 5
3.1 Jumlah Petani dan Luas Lahan Tiap Desa Di Kecamatan Pacet Tahun 2010………. 27
3.2 Kriteria Lahan Berdasarkan Luas……… 28
3.3 Pengelompokan Luas Lahan Di Kecamatan Pacet………... 28
3.4 Jumlah Sampel Tiap Desa Di Kecamatan Pacet……… ... 30
3.5 Variabel Penelitian………... 32
3.6 Kriteria Persentase……….... 37
3.7 Interval Nilai Koefesien Korelasidan Kekuatan Hubungan…………... 38
4.1 Luas Wilayah Tiap Desa Di Kecamatan Pacet………... 41
4.2 Wilayah Iklim Pulau Jawa Menurut Koppen………. ... 41
4.3 Zonasi Iklim Menurut Iklim Junghun………... 43
4.4 Nilai Q dan Tipe Iklim Schmidt-Ferguson………... 44
4.5 Data Curah Hujan dan Hari Hujan 5 Tahunan ... 44
4.6 Jumlah Curah Hujan, Rata-Rata Curah Hujan, Bulan Basah, Bulan Lembab dan Bulan Kering. ………... 46
4.7 Kelas Kemiringan Lereng. ………... 46
4.8 Luas Wilayah Menurut Kemiringan Lereng………... 47
4.9 Persebaran Jenis Tanah Kecamatan Pacet.………... 48
4.10 Kondisi Penggunaan Lahan ………... 50
4.11 Jumlah Penduduk Tiap Desa Di Kecamatan Pacet... 56
4.12 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin.………... 57
4.13 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia………... 58
4.14 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan……... 59
4.15 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian…………... 60
4.16 Petani Berdasarkan Jenis Kelamin………… ………... 62
4.18 Petani Berdasarkan Usia Dan Jenis Kelamin... 63
4.19 Tempat Tinggal Petani... 64
4.20 Tingkat Pendidikan Petani... 65
4.21 Sumber Pengetahuan Bertani... 66
4.22 Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Sumber Pengetahuan Bertani………....…... 67
4.23 Luas Lahan Garapan Petani………... 68
4.24 Status Petani Berdasarkan Kepemilikan Lahan Petani... 70
4.25 Luas Lahan Garapan dan Status Petani Berdasarkan Kepemilikan Lahan Petani………... 71
4.26 Jumlah Tenaga Kerja………... 72
4.27 Sistem Pembagian Upah... 73
4.28 Biaya Tenaga kerja... 74
4.29 Modal Awal Petani... 74
4.30 Sumber Modal Petani... 75
4.31 Status Petani dan Sumber Modal Petani... 77
4.32 Pengalaman Kerja Petani... 77
4.33 Jenis Pupuk yang Digunakan... 78
4.34 Biaya Pupuk... 79
4.35 Jenis Pestisida yang Digunakan... 80
4.36 Biaya Pestisida... 81
4.37 Sistem Pengairan... 82
4.38 Biaya Pengairan... 83
4.39 Sistem Panen... 83
4.40 Produksi Hortikultura per Musim Panen... 84
4.41 Jumlah Hasil Panen Keseluruhan... 85
4.42 Pemasaran Hasil Panen... 86
4.43 Kerusakan Hasil Panen... 97
4.44 Harga Jual Hasil Panen... 88
4.45 Penghasilan Rata-rata Petani per Musim Panen... 88
Nurul Hikmah,2013
Pengaruh Agribisnis Hortikultura Terhadap Kesejahteraan Petani (Studi Kasus Pada Kelompok Tani Di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4.47 Pendapatan Rata-rata Petani per Bulan... 91
4.48 Biaya Hidup Rumah Tangga... 91
4.49 Tempat Berbelanja Kebutuhan Sehari-hari... 92
4.50 Biaya Hidup Rumah Tangga per Hari... 93
4.51 Biaya Listrik... 94
4.52 Sarana Telekomunikasi dan Informasi... 95
4.53 Sarana Transportasi... 96
4.54 Luas Rumah... 97
4.55 Status Kepemilikan Rumah... 98
4.56 Kondisi Rumah... 98
4.57 Tingkat Kesehatan... 99
4.58 Tujuan Berobat... 100
4.59 Tingkat Pendidikan Anak... 101
4.60 Tingkat dan Biaya Pendidikan Anak... 102
4.61 Beban Tanggungan Petani... 103
4.62 Koefesien Korelasi Pearson... 103
4.63 Koefesien Korelasi Pearson... 104
4.64 Koefesien Korelasi Pearson... 105
DAFTAR GAMBAR, BAGAN, DAN PETA Gambar
1.1 Mata Rantai Kegiatan Agribisnis ... 3
3.1 Peta Administratif Kecamatan Pacet ... 25
4.1 Peta Administratif Kecamatan Pacet ... 42
4.2 Peta Kemiringan Lereng ... 51
4.3 Peta Jenis Tanah ... 52
4.4 Peta Pola Aliran Sungai ... 53
4.5 Peta Penggunaan Lahan ... 54
4.6 Grafik Petani Berdasarkan Jenis Kelamin ... 62
4.7 Grafik Petani Berdasarkan Usia ... 63
4.8 Grafik Tempat Tinggal Petani ... 64
4.9 Grafik Tingkat Pendidikan Petani ... 66
4.10 Grafik Sumber Pengetahuan Bertani ... 67
4.11 Grafik Luas Lahan Garapan Petani ... 69
4.12 Grafik Status Petani Berdasarkan Kepemilikan Lahan ... 70
4.13 Grafik Jumlah Tenaga Kerja ... 72
4.14 Grafik Sistem Pembagian Upah ... 73
4.15 Grafik Modal Awal... 74
4.16 Grafik Sumber Modal Petani ... 76
4.17 Grafik Pengalaman Kerja Petani ... 78
4.18 Grafik Jenis Pupuk yang Digunakan ... 79
4.19 Grafik Biaya Pupuk ... 80
4.20 Grafik Jenis Pestisida yang Digunakan ... 81
4.21 Grafik Biaya Pestisida ... 81
4.22 Grafik Sistem Pengairan ... 82
4.23Grafik Biaya Pengairan ... 83
4.24 Grafik Sistem Panen ... 84
4.25 Grafik Panen Keseluruhan ... 85
4.26 Grafik Pemasaran Hasil Panen ... 86
Nurul Hikmah,2013
Pengaruh Agribisnis Hortikultura Terhadap Kesejahteraan Petani (Studi Kasus Pada Kelompok Tani Di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4.28 Grafik Penghasilan Petani per Musim Panen ... 89
4.29 Grafik Penghasilan Tambahan ... 90
4.30 Grafik Pendapatan Petani Tiap Bulan ... 91
4.31 Grafik Biaya Hidup per Bulan ... 92
4.32 Grafik Tempat Berbelanja Kebutuhan Sehari-hari ... 93
4.33 Grafik Biaya Hidup Rumah Tangga per Hari ... 93
4.34 Grafik Biaya Listrik per Bulan ... 94
4.35 Grafik Sarana Telekomunikasi dan Informasi ... 95
4.36 Grafik Sarana Transportasi ... 96
4.37 Grafik Luas Rumah ... 97
4.38 Grafik Status Kepemilikan Rumah ... 98
4.39 Grafik Kondisi Rumah ... 99
4.40 Grafik Tingkat Kesehatan... 99
4.41 Grafik Tujuan Berobat ... 100
4.42 Grafik Tingkat Pendidikan Anak... 101
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Sumberdaya wilayah Indonesia sangat dipengaruhi oleh aspek geografis
seperti keruangan, kelingkungan, maupun kewilayahan. Sebagaimana negara ini
merupakan negara kepulauan yang terbentang luas dengan jumlah pulau sekitar
13.487. Kondisi geografis Indonesia di antaranya terletak di wilayah tropis dengan
penyinaran matahari dan curah hujan terjadi relatif merata sepanjang tahun. Selain
itu kondisi fisik Negara Indonesia termasuk ke dalam jalur pegunungan api aktif
dunia (ring of fire) yang menyebabkan Indonesia memiliki banyak deretan
gunungapi terutama di daratan Jawa yang membentang dari Ujung Utara Pulau
Sumatera hingga Ujung Utara Pulau Sulawesi. Daratan dapat dibedakan atas
wilayah pegunungan curam di Selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m di
atas permukaan laut, wilayah lereng bukit yang landai di tengah ketinggian
100-1.500 m di atas permukaan laut, wilayah dataran luas di utara ketinggian 100 m
di atas permukaan laut, dan wilayah aliran sungai. Hal tersebut berpengaruh
terhadap aktivitas penduduk di Indonesia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
yang cenderung dipengaruhi oleh lingkungan fisiknya yang memiliki sumberdaya
lahan dan pertanian yang perlu dikelola secara terintegrasi.
Mayoritas penduduk Indonesia adalah bermata pencaharian sebagai petani.
Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2009,
jumlah petani mencapai 44 % dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar
46,7 juta jiwa. Lebih dari separuhnya merupakan petani gurem dan buruh tani
dengan kepemilikan lahan dibawah 0,5 hektar atau mencapai 38 juta keluarga tani.
Komoditas agribisnis terbesar Indonesia salah satunya berada di Propinsi
Jawa Barat. Secara umum propinsi ini memiliki potensi yang besar dan variatif
serta didukung oleh kondisi agroekosistem yang cocok untuk pengembangan
komoditas pertanian khususnya hortikultura. Sektor pertanian juga memiliki
tingkat penyerapan tenaga kerja yang tinggi yaitu rata-rata sebesar 29,65 % dari
lain belum sepenuhnya menunjukkan sinergitas pada skala lokal, regional dan
nasional, hal ini tercermin dari pengembangan agroindustri yang belum optimal
dalam pengolahan dan pemasarannya.
Pusat pertanian Jawa Barat salah satunya terkonsentrasi di wilayah
Kabupaten Cianjur. Kondisi pertanian Kabupaten Cianjur dilihat dari aspek
fisiknya yaitu beriklim tropis dengan curah hujan per tahun rata-rata 1.000 sampai
4.000 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 150 per-tahun. Dengan iklim tropis
tersebut menjadikan kondisi alam Kabupaten Cianjur subur dan mengandung
keanekaragaman kekayaan sumberdaya alam yang potensial sebagai modal dasar
pembangunan dan potensi investasi yang menjanjikan. Lahan-lahan pertanian
tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, perikanan dan perkebunan
merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat.
Mata pencaharian penduduk Kabupaten Cianjur di sektor pertanian yaitu
sekitar 62.99 %. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar terhadap
produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu sekitar 42,80 %. Berbagai
pertimbangan geografis, letak geologis dan klimatologis serta sosio-kulturnya
yang beragam tersebut sangat penting dikaji dalam mengelola sumbedaya wilayah
untuk kesejahteraan penduduk khususnya petani.
Pertanian dalam arti luas dititikberatkan pada produksi–produksi yang
dihasilkan sedangkan pertanian rakyat ditekankan pada usaha tani rakyat di
pedesaan. Karena itu studi kasus dalam penelitian ini dilakukan di daerah
Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat yang berjarak sekitar
80 km dari Jakarta atau 20 km dari Kota Cianjur, selain dikenal sebagai kawasan
wisata pegunungan, juga merupakan daerah penghasil sayuran. Kawasan sayuran
ini dikembangkan menjadi kawasan agropolitan hortikultura.
Kawasan agropolitan merupakan kawasan perdesaan yang secara fungsional
merupakan kawasan dengan kegiatan utama adalah sektor pertanian termasuk
agribisnis. Suatu kawasan dapat dikembangkan menjadi kawasan agropolitan
apabila memiliki komoditas dan produk olahan pertanian unggulan, memiliki daya
dukung dan potensi fisik yang baik, luas kawasan dan jumlah penduduk yang
Konsep agribisnis merupakan suatu konsep yang utuh, mulai dari proses
produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktifitas lain yang berkaitan dengan
kegiatan pertanian. Menurut Arsyad dalam Soekartawi (1993: 3) yang
dimaksudkan dengan agribisnis adalah:
Suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Yang dimaksud dengan ada hubungannya dengan pertanian dalam artian yang luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian. Terlihat di Gambar 1.1 bahwa cakupan agribisnis cukup luas dan penanganan agribisnis seringkali terlihat kompleks:
Kecamatan Pacet ini berada di bagian Utara Kota Cianjur yang merupakan
daerah potensial untuk pengembangan sayuran dan tanaman hias. Hasil produksi
Kabupaten Cianjur khususnya di sektor pertanian begitu mudah, dikarenakan
mempunyai keunggulan komparatif dalam pengembangan agribisnis sayuran.
Secara geografis wilayah ini terletak di antara Kota Jakarta dan Ibu Kota Provinsi
Jawa Barat. Hal ini, selain karena produksi pertanian merupakan kebutuhan rutin
sehari-hari, juga didukung oleh kemudahan-kemudahan pemasaran mengingat
lokasi Cianjur berada di lintasan jalur ekonomi regional Jawa Barat. Dari wilayah
ini setiap hari belasan ton sayur mayur dipasok ke Jabodetabek.
Desa Sukatani, sedangkan desa-desa yang memiliki lahan hortikultura terdiri dari
empat desa yaitu Desa Ciputri, Desa Ciherang, Desa Cipendawa, dan Desa
Sukatani. Masing-masing dari desa memiliki Gabungan Kelompok Tani dengan
luas lahan di antaranya dapat dilihat pada Tabel 1.1 :
Tabel 1.1
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)
No Desa Nama Gapoktan
Total Luas Lahan Anggota (Ha)
1 Ciputri Putri Kencana 211,98
2 Ciherang Muda Karya 95,00
3 Cipendawa Multi Tani Jaya Giri 201,20
4 Gadog Sabodasna 87,00
5 Sukatani Surya Kancana 108,90
6 Cibodas Angsana Mekar 128,56
7 Sukanagalih Tunas Harapan 102,00
Jumlah 934,64
Sumber: Kelembagaan Tani BPBTPH 2012
Gabungan Kelompok Tani atau GAPOKTAN adalah gabungan dari
beberapa kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip
kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan
pendapatan usaha tani bagi anggotanya dan petani lainnya. Gapoktan merupakan
wadah kerjasama antar kelompok tani yaitu kumpulan dari beberapa kelompok
tani yang mempunyai kepentingan yang sama dalam pengembangan komoditas
usaha tani tertentu untuk menggalang kepentingan bersama, dalam Keputusan
Menteri Pertanian 2007 dibedakan antara Gapoktan dengan Asosiasi Petani.
Dalam batasan ini, asosiasi adalah kumpulan petani-nelayan yang sudah
mengusahakan satu atau kombinasi beberapa komoditas pertanian secara
komersial. Komoditas yang diusahakan oleh para petani di wilayah Kecamatan
Pacet dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Permasalahan yang dihadapi di kawasan agropolitan Kecamatan Pacet ini di
antaranya adalah maraknya alih fungsi lahan (konversi lahan) pertanian dan
komoditas sayuran sering terbuang akibat menurunnya harga sayuran serta
Tabel 1.2
Komoditas Yang Diusahakan Oleh Para Petani Di Wilayah Kecamatan Pacet Tahun 2011
No Tanaman Hortikultura Produksi (ton/tahun)
1 Wortel 25.000
2 Daun Bawang 15.000
3 Kubis 5.000
4 Kembang kol 5.000
5 Petsai 5.000
6 Lobak 2.000
7 Cabe besar 3.000
8 Cabe rawit 1.500
9 Tomat 2.000
10 Terung 1.000
Sumber: Kelembagaan Tani BPBTPH 2012
Masalah konversi lahan pertanian dipertegas dengan adanya pertambahan
jumlah penduduk yang terus meningkat, mengakibatkan kebutuhan akan lahan
untuk berbagai penggunaan seperti pemukiman, industri, pariwisata, transportasi,
pertanian yang terus meningkat. Semakin sempitnya lahan pertanian akibat
konversi akan mempengaruhi aspek kepemilikan lahan pertanian, segi pola
kehidupan petani dan struktur pendapatan.
Selain itu, masalah dalam penanganan pascapanen yang dihadapi petani
adalah komoditas sayuran yang terbuang akibat menurunnya harga. Hal ini
menjadi ancaman bagi para petani, sehingga petani merugi ketika hasil panennnya
dihargai murah.
Sumber penyebab yang membuat rendahnya pendapatan petani di Indonesia
adalah ketersediaan lahan garapan yang dimiliki petani yang jauh di bawah skala
usaha ekonomi. Dengan lahan yang sempit, terlebih tanpa dukungan teknologi dan
pendidikan, sangat sulit mengharapkan petani di Indonesia dapat berproduksi
secara maksimun atau produktif (Tambunan, 2003: 156). Seperti yang
dikemukakan oleh Sukmawani (2010: 2-4) bahwa:
masalah pemasaran, masalah kualitas sumber daya manusia, masalah koordinasi, masalah infrasruktur, masalah informasi, masalah perijinan, masalah lahan, masalah pembinaan dan penyuluhan.
Seharusnya pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Pacet
khususnya komoditas hortikultura adalah dijadikan pusat hasil pertanian yang
dapat meningkatkan kesejahteraan dan memberdayakan petani lokal.
Untuk itu penelitian begitu penting dilakukan dengan tujuan untuk
mengidentifikasi faktor agribisnis di Kecamatan Pacet dan produksi hortikultura
serta pengaruhnya terhadap kesejahteraan petani. Uraian tersebut menunjukan
bahwa penelitian ini perlu dilakukan mengingat suatu identifikasi dan analisis
dibuat untuk mengantisipasi permasalahan masyarakat petani khususnya petani
lokal. Hal tersebut menjadi dasar pemikiran penulis untuk mengangkat
permasalahan serta dijadikan karya tulis dengan judul “Pengaruh Agribisnis Hortikultura Terhadap Kesejahteraan Petani (Studi Kasus Pada Kelompok Tani Di
Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur)”.
B. Rumusan Masalah
Suatu kondisi dikatakan ada masalah manakala terjadi hambatan atau
ketidaksesuaian. Berdasarkan latar belakang di atas, untuk memperjelas
permasalahan dan mempermudah dalam pembahasannya maka dirumuskan
kedalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kondisi agribisnis hortikultura di Kawasan Agropolitan
Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur?
2. Bagaimanakah produksi hortikultura di Kawasan Agropolitan Kecamatan
Pacet Kabupaten Cianjur?
3. Bagaimanakah pengaruh agribisnis hortikultura terhadap kesejahteraan petani
di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, adapun tujuan
1. Mengidentifikasi kondisi agribisnis hortikultura di Kawasan Agropolitan
Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur.
2. Mengidentifikasi produksi hortikultura di Kawasan Agropolitan Kecamatan
Pacet Kabupaten Cianjur.
3. Menganalisis pengaruh pertanian hortikultura terhadap kesejahteraan petani
di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat atau kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah
dapat memberikan masukan kepada semua pihak yang berhubungan dengan
pertanian di kawasan agropolitan Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur, untuk
memecahkan permasalahan tersebut demi perkembangan kawasan agropolitan dan
kesejahteraan petani, selain itu manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara
lain:
1. Sebagai bahan masukan kepada petani Kecamatan Pacet untuk lebih
mengembangkan agribisnis hortikultura untuk mendukung kehidupan sosial
ekonominya.
2. Sebagai bahan rujukan untuk kepentingan penelitian lanjutan terutama yang
berkaitan dengan pertanian.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah Kecamatan Pacet Kabupaten
Cianjur untuk lebih memperhatikan pengembangan kawasan agropolitan dan
perokonomian masyarakat petani.
Sebagai bahan pengayaan dalam proses pembelajaran Geografi SMA kelas XI
semester I dalam bahasan sumberdaya alam suatu daerah dan kelas XII semester I
menganalisis lokasi industri dan pertanian dengan pemanfaatan peta.
E. Definisi Operasional
Adapun judul dari penelitian ini adalah “Pengaruh Agribisnis Hortikultura
Terhadap Kesejahteraan Petani Di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet
Kabupaten Cianjur” Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah serta untuk menghindari salah pengertian dari judul penelitian ini maka penulis
1. Agribisnis
Agribisnis yaitu “agri” yang berasal dari kata agriculture (pertanian) dan
bisnis yang berasal dari kata “bisnis” (usaha). Jadi agribisnis adalah usaha dalam bidang pertanian. Baik mulai dari produksi, pengolahan, pemasaran atau kegiatan
lain yang berkaitan.
2. Hortikultura
Hortikultura berasal dari kata “hortus” (= garden atau kebun) dan “colere” (= to cultivate atau budidaya). Secara harfiah istilah Hortikultura diartikan sebagai
usaha membudidayakan tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman hias (Janick,
1972 ; Edmond et al., 1975). Sehingga hortikultura merupakan suatu cabang dari
ilmu pertanian yang mempelajari budidaya buah-buahan, sayuran dan tanaman
hias. Sedangkan dalam GBHN 1993-1998 selain buah-buahan, sayuran dan
tanaman hias, yang termasuk dalam kelompok hortikultura adalah tanaman
obat-obatan.
Ditinjau dari pengertiannya, penelitian ini hanya melakukan penelitian
hortikultura sayuran saja.
3. Kawasan Agropolitan (Kota Tani)
Menurut Departemen Pertanian Agropolitan adalah kota pertanian yang
tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta
mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan
pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya. Tujuan umum pembangunan kawasan
agropolitan adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
melaui percepatan pengembangan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa kota
dengan mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya
saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan (tidak merusak lingkungan) dan
terdesentralisasi (wewenang berada di Pemerintah Daerah dan masyarakat) di
kawasan Agropolitan.
4. Kesejahteraan
Menurut Undang-undang No 11 Tahun 2009 Kesejahteraan Sosial adalah
kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar
melaksanakan fungsi sosialnya. Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat
memberi pengertian sejahtera yaitu suatu kondisi masyarakat yang telah terpenuhi
kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar tersebut berupa kecukupan dan mutu
pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, dan
kebutuhan dasar lainnya seperti lingkungan yang bersih, aman dan nyaman.
Walaupun sulit diberi pengertian, namun kesejahteraan memiliki beberapa kata
kunci yaitu terpenuhi kebutuhan dasar, makmur, dan sehat, Indikator tingkat
kesejahteraan penduduk menurut Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu dilihat dari
pendapatan, kesehatan, pola konsumsi keluarga, dan perumahan.
5. Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur
Pacet adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa
Barat, Indonesia yang memiliki potensi luar biasa khususnya dibidang pertanian
hortikultura yang menjadi lokasi penelitian bagi penulis.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka penelitian ini akan
membahas mengenai bagaimana pengaruh agribisnis hortikultura diantaranya
adalah faktor produksi pertanian seperti modal, tenaga kerja dan manajemen
pengolahan hasil pertanian, pemasaran hasil pertanian dan pendapatan terhadap
kesejahteraan petani di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet Kabupaten
Nurul Hikmah,2013
Pengaruh Agribisnis Hortikultura Terhadap Kesejahteraan Petani (Studi Kasus Pada Kelompok Tani Di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Pacet, yang mengalami
pemekaran menjadi Kecamatan Cipanas pada tahun 2003. Kecamatan Pacet
secara Astronomis terletak antara 1070 00’00”– 1070 04’00” BT dan 060 42’00” –
060 46’00” LS. Kecamatan Pacet terletak di bagian Utara Kota Cianjur dengan
jarak dari kota Cianjur ±20 Km dan jarak dari ibu kota propinsi sekitar 59 Km.
Kecamatan Pacet memiliki kondisi geografis daerah perbukitan yang
bergelombang dengan ketinggian di antara 1.000-1.200 meter dpl. Kecamatan
Pacet terdiri dari tujuh desa yaitu Desa Cibodas, Desa Sukanagalih, Desa
Ciherang, Desa Cipendawa, Desa Ciputri, Desa Gadog, dan Desa Sukatani dapat
dilihat pada Gambar 3.1 Peta Administratif Kecamatan Pacet, dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Kecamatan Cipanas
b. Sebelah Timur : Kecamatan Sukaresmi
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Cipanas
d. Sebelah Barat : Kecamatan Cugenang
B. Metode penelitian
Penelitian memerlukan suatu metode untuk memudahkan penulis dalam
proses pengumpulan dan menampilkan data hasil penelitian yang dilakukan.
Penggunaan metode dalam penelitian begitu penting karena berdampak terhadap
kebutuhan suatu penelitian.
Penelitian menurut Surachmad dalam Tika (2005:1) mendefinisikan bahwa
penelitian atau penyelidikan sebagai kegiatan ilmiah mengumpulkan pengetahuan
baru dari sumber-sumber primer, dengan tekanan tujuan pada penemuan
prinsip-prinsip umum, serta mengadakan ramalan generalisasi di luar sampel yang
Gambar 3.1
Nurul Hikmah,2013
Pengaruh Agribisnis Hortikultura Terhadap Kesejahteraan Petani (Studi Kasus Pada Kelompok Tani Di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Menurut Surakhmad (1982: 139) penelitian deskriptif tidak terbatas hanya
sampai pada pengumpulan data dan penyusunan data, tetapi meliputi pula analisis
dan interpretasi data itu sendiri. Penggunaan metode deskriptif ditujukan untuk
menganalisis data yang diperoleh dari penelitian di lapangan. Hal ini tentunya
dilakukan atas dasar asumsi bahwa penelitian ini dirancang dengan tujuan
mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan status gejala pada saat penelitian
dilakukan.
Salah satu hal yang termasuk dalam metode ini adalah proses pengumpulan
data. Teknik pengumpulan data dapat ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik,
daftar, dan peta sehingga analisis dan penafsiran data tersebut memiliki makna
dan akhirnya membuat kesimpulan-kesimpulan penelitian yang lebih lanjut.
Surakhmad (1982:139) menyatakan bahwa :
Metode deskriptif esensinya membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu lalu mengambil studi komparatif atau mengukur sesuatu dimensi seperti dalam berbagai bentuk studi kuantitatif, angket, tes, interview, dan lain-lain atau mengadakan klasifikasi, ataupun mengadakan penilaian, menetapkan standar (normatif), menetapkan hubungan dan kedudukan (status) satu unsur dengan unsur lain.
Penulis menggunakan metode deskriptif dalam peneltian ini karena metode
deskriptif merupakan suatu metode yang tepat dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu objek, suatu setting kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang. Selanjutnya penulis melakukan analisis
korelasi untuk menentukan ada atau tidaknya pengaruh agribisnis hortikultura
terhadap kesejahteraan petani.
Menurut Arikunto (2006:270) penelitian korelasi bertujuan untuk
menemukan ada atau tidaknya hubungan dan apabila ada berapa eratnya
hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut. Sedangkan yang
dimaksud dengan metode deskriptif yaitu metode yang menggambarkan dan
menjelaskan gejala-gejala yang nampak di daerah penelitian pada saat sekarang.
Dalam penelitian kuantitatif masalah yang dibawa oleh peneliti sudah jelas
dan merupakan penyimpangan antara keadaan seharusnya dengan keadaan yang
dalam penelitian ini diawali dengan merumuskan latar belakang masalah,
kemudian merumuskan masalah yang akan dibahas yang tujuannya agar masalah
yang akan dibahas tidak terlalu meluas. Tahap selanjutnya adalah melakukan dan
menuliskan kajian teoritis. Kajian teoritis dapat berasal dari buku-buku,
jurnal-jurnal, artikel atau karya ilmiah lain yang sesuai dengan masalah yang akan di
pecahkan. Kemudian melakukan kerja lapangan untuk mengumpulkan data,
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang sesuai dengan penelitian
yang akan dibahas.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Menurut Tika (1997) populasi adalah himpunan individu atau objek yang
banyaknya terbatas atau tidak terbatas. Sesuai dengan pendapat di atas, maka yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani Kecamatan Pacet
yang tergabung dalam anggota Gapoktan hortikultura. Populasi yang terdapat
dalam penelitian ini terbagi dua yaitu :
a. Populasi wilayah yaitu seluruh lahan agribisnis hortikultura wilayah
Kecamatan Pacet yang terdiri dari empat desa yaitu, Desa Ciherang, Desa
Ciputri, Desa Cipendawa, dan Desa Sukatani dengan luas keseluruhan
617.08 Ha.
b. Populasi sosial yaitu tediri dari keseluruhan petani agribisnis hortikultura
yang ada di Kecamatan Pacet yang berjumlah 523 jiwa.
Untuk lebih jelasnya populasi wilayah dan sosial dapat dilihat pada Tabel
3.1 yang menunjukan jumlah petani dan luas lahan garapan tiap Desa di
Kecamatan Pacet.
Tabel 3.1
Jumlah Petani dan Luas Lahan Tiap Desa di Kecamatan Pacet tahun 2010 No Desa Total Luas Lahan (Ha) Jumlah Anggota (Orang)
1 Ciputri 211,98 140
2 Ciherang 95,00 60
3 Cipendawa 201,20 140
4 Sukatani 108,90 183
Jumlah 617.08 523
Nurul Hikmah,2013
Pengaruh Agribisnis Hortikultura Terhadap Kesejahteraan Petani (Studi Kasus Pada Kelompok Tani Di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, populasi penelitian ini meliputi
seluruh gejala individu dan masalah yang berkaitan dengan kondisi agribisnis
hortikultura yang mencakup seluruh petani yang berada di Kecamatan Pacet
Kabupaten Cianjur yang berjumlah 523 jiwa.
a. Sampel Wilayah
Pengambilan sampel wilayah didasarkan pada perbedaan karakteristik dari
setiap wilayah tersebut diantaranya dengan melakukan pengelompokan.
Pengambilan sampel wilayah dalam penelitian ini didasarkan pada pertimbangan
luas lahan hortikultura. Untuk mempermudah pengambilan sampel wilayah dalam
penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengambilan Sampel Random
Berstrata (Stratified Random Sampling). Langkah awal adalah
mengelompokkan kedalam tiga bagian pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Kriteria Lahan Berdasarkan Luas
No Luas Lahan (Ha) Kriteria Luas Lahan
1 95 – 134 Rendah
2 135 – 173 Sedang
3 > 174 Tinggi
Sumber: Olahan Penulis
a) Desa yang mewakili luas lahan hortikultura paling tinggi (> 174 ha)
b) Desa yang mewakili luas lahan hortikultura sedang (135-173 ha)
c) Desa yang mewakili luas lahan hortikultura rendah (95-134 ha)
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Pengelompokan Luas Lahan Di Kecamatan Pacet No Desa Nama Gapoktan Total Luas Lahan
Berdasarkan pertimbangan tersebut, terpilih Desa Ciputri dan Desa
Cipendawa yang mewakili luas lahan hortikultura paling tinggi yaitu 211,98 ha
dan 201,20 ha, Desa Ciherang dan Desa Sukatani sebagai perwakilan desa yang
memiliki luas lahan terendah dengan luas 95,00 ha dan 108,90 ha.
b. Sampel Sosial
Mengingat tidak ada batasan yang jelas dalam penentuan sampel, untuk
menentukan persentase sampel sosial dari tiap sampel wilayah agar diperoleh
sampel yang proporsional, maka sampel petani ditetapkan sebanyak 83 responden.
Teknik pengambilan sampel petani dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin
yaitu:
�= � +��
Keterangan :
: Ukuran sampel
N : Ukuran populasi
e : Prosen kelonggaran ketidaktelitian yang masih dapat ditoleransi (0-10%)
1 : Konstanta
Berdasarkan rumus Slovin maka dapat di ketahui N = 523 dan e = 10%.
Maka hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :
= 523
1 +523 (0,01)
= 83
Selanjutnya teknik pengambilan sampel petani di lakukan dengan
menggunakan teknik sampel proporsional (proposional sample) dari setiap desa
yang terdapat hortikultura di Kecamatan Pacet yaitu:
ni = ��
∑ No��
Keterangan :
ni : Banyaknya sampel dari tiap desa
Nurul Hikmah,2013
Pengaruh Agribisnis Hortikultura Terhadap Kesejahteraan Petani (Studi Kasus Pada Kelompok Tani Di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Ni : Jumlah petani tiap desa
∑ No : Jumlah petani dari tiga desa
Maka dapat diketahui:
a) Desa Ciputri mempunyai 140 petani, sehingga persentasenya yaitu:
140
523� 84=22,4 jadi untuk sampel petaninya sebanyak 22 orang.
b) Desa Ciherang mempunyai 60 petani, sehingga persentasenya yaitu:
60
523� 84= 9,63 jadi untuk sampel petaninya sebanyak 10 orang.
c) Desa Cipendawa mempunyai 140 petani, sehingga persentasenya yaitu:
140
523� 84=22,4 jadi untuk sampel petaninya sebanyak 22 orang.
d) Desa Sukatani mempunyai 183 petani, sehingga persentasenya yaitu:
183
523� 84 = 29,3 jadi untuk sampel petaninya sebanyak 29 orang.
Untuk lebih jelasnya tersaji dalam Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Jumlah Sampel Tiap Desa di Kecamatan Pacet No Desa Nama
Sumber: Daftar Kelompok Hasil Pengukuhan BPBTPH 2010 dan Olahan penulis.
Teknik pengambilan sampel ketika berada di lapangan dilakukan secara
aksidental yaitu dengan mendatangi langsung para petani yang sedang bekerja di
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian menurut Hadi dalam Arikunto (2006:116)
mendefinisikan bahwa variabel merupakan objek penelitian yang bervariasi.
Sedangkan menurut Rafi'i (1986: 8) istilah variabel mengandung arti ukuran, sifat
atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok atau suatu set yang
berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok atau set yang lain. Jadi variabel
adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
Dalam penelitian ini terdapat dua macam variabel yang saling berhubungan
yaitu variabel bebas (undependent variable) dan variabel terikat (dependent
variable).
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
1. Variabel bebas (Variabel X)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi
penyebab bagi variabel lain. Selain itu variabel bebas juga merupakan variabel
yang menunjukkan adanya gejala atau peristiwa, sehingga diketahui intensitas
atau pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah faktor-faktor yang mempengaruhi agribisnis hortikultura di Kawasan
Agropolitan dengan penjabaran indikator di antaranya adalah sebagai berikut :
a.Input : jenis komoditi, luas lahan, tenaga kerja dan modal.
b.Proses: pola tanam, pemeliharaan, dan pemberantasan hama.
c.Output: pengolahan hasil pertanian, kualitas, kuantitas, harga, pemasaran
dan penghasilan.
2. Variabel terikat (Variabel Y)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau disebabkan oleh
variabel lain. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah
kesejahteraan petani.
Untuk lebih lanjutnya penggambaran kedua variabel tersebut dapat
Nurul Hikmah,2013
Pengaruh Agribisnis Hortikultura Terhadap Kesejahteraan Petani (Studi Kasus Pada Kelompok Tani Di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tabel 3.5
E.Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diinginkan sesuai dengan tujuan penelitian,
maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Data primer
Menurut Hasan (2004:19) data primer adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau
orang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer ini juga disebut data asli
atau baru. Untuk memperoleh data primer dalam penelitian menggunakan
pedoman wawancara dan observasi lapangan.
a. Wawancara
Melalui wawancara, data dikumpulkan dengan cara mengontak langsung
secara lisan atau tatap muka dengan sumber data (responden). Wawancara adalah
lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari wawancara adalah kontak
langsung dengan tatap muka antara pencari informasi dengan sumber informasi.
Jenis wawancara di antaranya yaitu :
1) Wawancara bebas, yaitu pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi
juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan.
2) Wawancara terpimpin, yaitu wawancara yang dilakukan oleh
pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan
terperinci.
3) Wawancara bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara wawancara bebas dan
wawancara terpimpin.
Jenis wawancara yang penulis gunakan adalah wawancara bebas dan
terpimpin dimana setiap wawancara yang dilakukan, mengacu pada instrumen
yang tersedia dan menanyakan tentang hal yang berkaitan dengan kajian
penelitian. Hal-hal yang menjadi pertanyaan dalam teknik wawancara ini adalah :
(1) Identitas petani
(2) Luas Lahan, tenaga kerja dan modal
(3) Pola tanam, pemeliharaan dan pemberantasan hama
(4) Kualitas, kuantitas, harga dan pemasaran
(5) Penghasilan dan pendapatan
(6) Pola konsumsi keluarga, pangan dan papan
(7) Kesehatan dan pendidikan
b. Observasi Lapangan
Observasi lapangan adalah teknik pengamatan langsung di lokasi
penelitian untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas menyangkut objek
penelitian. Observasi lapangan dilakukan secara terkontrol sesuai masalah yang
akan diteliti. Hal-hal yang diteliti mencakup faktor-faktor agribisnis
hortikultura mempengaruhi kesejahteraan petani di kawasan agropolitan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah terlebih dahulu dikumpulkan dan
Nurul Hikmah,2013
Pengaruh Agribisnis Hortikultura Terhadap Kesejahteraan Petani (Studi Kasus Pada Kelompok Tani Di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data yang asli. Pengumpulan data sekunder
dalam penelitian adalah sebagai berikut :
a. Studi Dokumentasi
Kegiatan ini dilakukan untuk mencari dokumen-dokumen yang terkait
dengan permasalahan dengan cara mendatangi instansi-instansi pemerintah seperti
Balai Pengembangan Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura, BPS kantor
kecamatan, kantor desa, diktat serta buku-buku yang terkait dan relevan dengan
penelitian.
b. Studi Literatur
Studi literatur adalah teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari
buku-buku, majalah, dan informasi lainnya yang berhubungan dengan
permasalahan yang sedang diteliti. Melalui teknik ini penulis memperoleh
teori-teori atau konsep-konsep yang relevan berhubungan dengan masalah-masalah
penelitian yang penulis kumpulkan dari beberapa literatur terkait. Hal ini
dimaksudkan agar dapat melengkapi data dalam rangka analisa permasalahan
yang diteliti. Data yang digunakan di antaranya adalah buku dan literatur
mengenai pertanian, agribisnis hortikultura, petani, kawasan agropolitan dan
geografi pertanian.
F. Alat Pengumpul dan Pengolah Data
Alat-alat yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pedoman Wawancara
Alat tersebut digunakan untuk mengetahui agribinis hortikultura dilihat dari
segi faktor produksi pertanian seperti modal, tenaga kerja dan manajemen
pengolahan hasil pertanian, pemasaran hasil pertanian dan pendapatan. Sedangkan
untuk kesejahteraan yang di teliti adalah sandang, pangan, dan papan. Instrument
Penelitian yang berupa pedoman wawancara akan tersaji dalam lampiran.
2. Kamera digital
Kamera digital digunakan untuk mendokumentasikan fenomena yang terjadi
pada objek penelitian. Kamera digital yang digunakan adalah Sanyo tipe
2. Peta Rupa Bumi
a. Peta Rupa Bumi 25.000 Lembar 1209-124 Lembar Salabintana
b. Peta Rupa Bumi 25.000 Lembar 1209-213 Lembar Cugenang
c. Peta Rupa Bumi 25.000 Lembar 1209-231 Lembar Cipanas
d. Basemap Lembar Jawa Barat 2009
3. Software Map Info 8.5
Program ini digunakan untuk mendeliniasi peta, sehingga yang
digambarkan dengan jelas hanya daerah penelitian yaitu Kecamatan Pacet
selain itu peta tersebut juga digunakan untuk mengetahui luas wilayah, jenis
tanah, penggunaan lahan, pola aliran sungai dan kemiringan lereng daerah
penelitian.
G. Cara Pengambilan Data
1. Survey ke lokasi penelitian dan mengumpulkan data-data sekunder berupa
dokumen-dokumen dari dinas atau instansi terkait seperti Balai Pengembangan
Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura, dan BPS kantor kecamatan untuk
memperoleh data yang diperlukan.
2. Melakukan pemotretan fenomena-fenomena di lapangan dengan menggunakan
kamera digital.
3. Menentukan sampel petani dengan menggumakan rumus Slovin.
4. Mengunjungi lokasi penelitian dan mengumpulkan data-data primer dengan
menggunakan pedoman wawancara.
H. Teknik Pengolahan Data
1. Editing: Sebelum data dianalisis, maka data tersebut diedit terlebih dahulu.
Data-data yang terkumpul dibaca kembali kemudian diperbaiki jika masih
terdapat hal-hal yang salah atau meragukan. Catatan pengamatan dipastikan
harus lengkap dalam pengertian semua kolom atau pertanyaan harus terjawab
atau terisi.
2. Peneliti melakukan pekerjaan seperti memperjelas catatan, mengubah
Nurul Hikmah,2013
Pengaruh Agribisnis Hortikultura Terhadap Kesejahteraan Petani (Studi Kasus Pada Kelompok Tani Di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
penuh, melihat apakah data tersebut konsisten atau tidak, mengecek apakah
instruksi dalam daftar pertanyaan diikuti secara seksama oleh penjawab atau
tidak, mengecek pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya tidak cocok. Jika
terjadi penyimpangan-penyimpangan tersebut maka peneliti mengumpulkan
dan mengklasifikasikan data-data yang bermasalah dalam satu kelompok.
3. Coding dilakukan agar memudahkan analisis pada jawaban pertanyaan
tertutup makajawaban perlu diberi kode berupa angka maupun huruf.
4. Entry data dilakukan setelah data diberi kode dengan memasukkan data ke
dalam kolom-kolom yang terdapat pada Ms Exel 2007.
5. Tabulasi: Data-data yang telah terkumpul dibuat ke dalam tabel-tabel, dalam
proses tabulasi peneliti memasukkan data ke dalam tabel dan mengatur
angka-angka sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai kategori kemudian
ditampilkan dalam bentuk tabel.
I. Analisis Data
Setelah data dari lapangan terkumpul dan selesai diolah maka proses
selanjutnya adalah analisis data, adapun tahapan dalam menganalisis data adalah
sebagai berikut:
1. Analisis persentase
Analisis persentase digunakan untuk menghitung besarnya proporsi dalam
setiap alternatif jawaban, sehingga kecenderungan jawaban responden dan
fenomena lapangan dapat diketahui. Rumus analisis persentase adalah:
p =
f
n
x 100%
Keterangan :
p = Persentase
f = Frekuensi setiap kategori jawaban
n = Jumlah seluruh responden
Kriteria Persentase yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Kriteria Persentase
(%) Keterangan
0 Tidak ada
01-24 Sebagian kecil
25-49 Kurang dari setengahnya
50 Setengahnya
51-74 Lebih dari setengahnya
75-99 Sebagian besar
100 Seluruhnya
Sumber: Arikunto (dalam Abdillah 2011)
2. Analisis korelasi
Menurut Arikunto (2006:270) penelitian korelasi bertujuan untuk
menemukan ada atau tidaknya hubungan atau pengaruh, dan apabila ada berapa
eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut.
Rumus Koefisien Korelasi Pearson (r), digunakan pada analisis korelasi
sederhana untuk variabel interval/rasio dengan variabel interval/rasio. Koefisien
Pearson dirumuskan:
r = � − � � [nΣX2 – ΣX2 ][nΣY2− ΣY2 ]
Keterangan:
r = Koefisien korelasi Pearson
X = Variabel bebas
Y = Variabel terikat
Menghitung derajat besarnya hubungan antara dua variabel itu (yang di
sini dapat disebut; koefisien) selalu diukur dengan hasil yang dinyatakan dalam
lambang bilangan antara 0,00 dan 1,00 (atau-1,00). Jika diperoleh hasil 0,00,
berarti bahwa hubungan antara variabel-variabel yang dimaksud tidak ada.
-Nurul Hikmah,2013
Pengaruh Agribisnis Hortikultura Terhadap Kesejahteraan Petani (Studi Kasus Pada Kelompok Tani Di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1,00), berarti bahwa hubungan itu ada secara sempurna. Selain itu untuk
menentukan keeratan hubungan/korelasi antar variabel yang dinyatakan dalam
jumlah bilangan antara 0,00 – 1,00 dapat digunakan Tabel 3.7.
Tabel 3.7
Interval Nilai Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan
No Interval Nilai Kekuatan Hubungan
1
2
3
4
5
6
7
KK =0
0,00-0,20
0,20-0,40
0,40-0,70
0,70-0,90
0,90-1,00
KK = 1
Tidak ada
Sangat rendah atau lemah sekali
Rendah atau lemah tapi pasti
Cukup berarti atau sedang
Tinggi atau kuat
Sangat tinggi atau kuat sekali, dapat
diandalkan
Sempurna
J. Alur Penelitian
Lahan Agribisnis Petani Agribisnis
Kecamatan Pacet
Peta Penggunaan Lahan Data BPBTPH
Sampel Lahan Sampel Petani
Nurul Hikmah,2013
Pengaruh Agribisnis Hortikultura Terhadap Kesejahteraan Petani (Studi Kasus Pada Kelompok Tani Di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan dan hasil analisis data yang telah penulis lakukan
dalam penelitian tentang Pengaruh Agribisnis Hortikultura Terhadap Kesejahteraan
Petani Di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur penulis dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
Agribisnis hortikultura adalah faktor input yang terdiri dari luas lahan, tenaga kerja
serta modal. Selain itu terdapat pula faktor proses meliputi proses produksi seperti
pola tanam, pemeliharaan, dan pembasmian hama serta faktor output yang terdiri dari
kualitas, kuantitas, harga, pemasaran dan penghasilan. Adapun penjelasaanya dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Luas Lahan
Berdasarkan perolehan data dari lapangan diketahui bahwa petani hortikultura di
Kecamatan Pacet menggarap lahan pertanian dengan luas berkisar antara 1000
sampai dengan 5000 meter atau0,1 sampai dengan 0,5 hektar.
2. Status Petani Berdasarkan Kepemilikan Lahan
Status petani berdasarkan kepemilikan lahan adalah melakukan sistem sewa
dengan pengalaman kerja petani kurang dari lima tahun. Hal ini tentu berpengaruh
terhadap pendapatan petani. Petani yang memiliki lahan garapan sendiri akan
memperoleh pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan petani yang
menyewa lahan untuk usaha pertaniannya karena petani yang menyewa lahan akan
terpotong pendapatannya untuk membayar sewa lahan setiap tahun.
3. Tenaga Kerja
Petani di Kecamatan Pacet melibatkan 1 - 5 orang tenaga kerja dengan perolehan
upah secara harian, dan petani mengeluarkan biaya untuk tenaga kerja berkisar
4. Modal
Petani mengeluarkan modal awal sebesar kurang dari satu juta rupiah, sumber modal
petani tersebut diperoleh dari modal yang dimiliki sendiri.
5. Pola Tanam
Berdasarkan perolehan data dari lapangan diketahui bahwa petani menggunakan
sistem pola tanam tumpang sari.
6. Pemeliharaan dan Pembasmian hama
Petani menggunakan semua jenis pupuk yang mencakup Urea, Hcl, ZA, NPK,
serta pupuk kandang dengan biaya pemumukkan sebesar lebih dari satu juta rupiah.
Untuk pembasmian hama petani menggunakan pestisida dari berbagai macam jenis
yaitu insektisida, fungisida, bakterisida, nematisida dan herbisida dengan biaya
untuk pestisida berkisar antara satu juta sampai dengan dua juta rupiah. Petani
menggunakan sistem pengairan lahan dengan cara sistem tadah hujan, petani tidak
menggunakan biaya pengeluaran dalam sistem pengairan tersebut.
Melihat banyaknya petani yang menggunakan semua jenis pupuk dan pestisida
maka akan semakin banyak pula biaya pemeliharaan yang dikeluarkan petani.
7. Kuantitas Hasil Panen
Produktivitas terbesar hortikultura di Kecamatan Pacet adalah jenis wortel dan
daun bawang, petani memperoleh hasil panen secara keseluruhan jenis
hortikulturanya adalah berkisar empat sampai dengan enam ton per musim panen.
8. Kualitas Hasil Panen
Setiap musim panen petani mengalami kerusakan pada masing-masing jenis
komoditi hortikulturanya dikarenakan pengangkutan maupun secara alami.
Kerusakan hasil panen tersebut sebanyak 11% sampai dengan 20 %.
9. Pengolahan Hasil Panen
Petani di Kecamatan Pacet langsung menjual hasil panennya ke tengkulak dengan
tidak melakukan pengolahan terlebih dahulu, sehingga jika hasil panen melimpah
Nurul Hikmah,2013
Pengaruh Agribisnis Hortikultura Terhadap Kesejahteraan Petani (Studi Kasus Pada Kelompok Tani Di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 10. Harga
Seluruh petani menjual wortel dan daun bawang kurang dari lima ribu rupiah per
kilo, harga kubis kurang dari lima ribu rupiah per kilo, kembang kol berkisar antara
lima ribu rupiah sampai dengan delapan ribu rupiah per kilo, petsai kurang dari
lima ribu rupiah per kilo, petani menjual cabe besar dengan harga lebih dari delapan
ribu rupiah per kilo, cabe rawit dengan harga lebih dari lima ribu rupiah per kilo,
sedangkan tomat dan terung dijual dengan harga kurang dari lima ribu rupiah per
kilo.
11. Sistem Pemasaran
Petani menggunakan sistem pemasaran yang diborong oleh tengkulak yang
membeli dengan harga murah dan menjualnya kembali dengan harga yang mahal.
Kondisi tersebut terjadi bukan karena ketidakpahaman petani dengan pemasaran,
namun justru tercipta dari pola pikir petani yang ingin praktis meski harga yang
diterima dari sistem perdagangan tersebut sangat murah sehingga berdampak pada
jumlah pendapatan/penjualan petani menjadi lebih sedikit dari yang seharusnya
didapat pada musim panen.
12. Penghasilan
Penghasilan per musim panen petani kurang dari 5 juta rupiah.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara kondisi
agribisnis hortikultura dengan kesejahteraan petani. Menghitung derajat besarnya
hubungan antara dua variabel itu selalu diukur dengan hasil yang dinyatakan dalam
lambang bilangan antara 0,00 dan 1,00 (atau-1,00). Dari hasil analisis data tersebut
dapat diketahui bahwa berdasarkan analisis data statistik melalui prosedur Koefesien
Korelasi Pearson diperoleh nilai 0,230 bahwa luas lahan garapan dengan pendapatan
memiliki kekuatan hubungan rendah atau lemah tapi pasti, hal tersebut dapat
dipastikan secara faktual di lapangan dapat disimpulkan bahwa sebagian besar lahan
yang diusahakan petani di Kecamatan Pacet berstatus lahan menyewa. Hal ini tentu
berpengaruh terhadap pendapatan petani. Petani yang memiliki lahan garapan sendiri
menyewa lahan untuk usaha pertaniannya karena petani yang menyewa lahan akan
terpotong pendapatannya untuk membayar sewa lahan setiap tahun.
Pengaruh modal awal terhadap pendapatan berdasarkan analisis data statistik
melalui prosedur Koefesien Korelasi Pearson memiliki kekuatan hubungan sangat
rendah atau lemah sekali diperoleh dengan nilai 0, 197 hal tersebut dapat dipastikan
secara faktual di lapangan dapat disimpulkan bahwa modal yang dikeluarkan sejak
awal oleh petani di Kecamatan Pacet dengan jumlah pendapatan per bulan yang
bervariasi dan tidak menentu. Hal tersebut dikarenakan petani mengeluarkan modal
tiap musim sesuai dengan hasil panen yang diperoleh kemudian didapatkan
keuntungan sebagai penghasilan tiap musim.
Jumlah panen jenis hortikultura yang dihasilkan tiap musim terhadap
pendapatan memiliki kekuatan hubungan rendah atau lemah tapi pasti dengan nilai 0,
299 hal tersebut dapat dipastikan secara faktual dengan hasil olahan data di lapangan
dapat disimpulkan bahwa petani menjual hasil panennya ke tengkulak yang membeli
dengan harga murah dan menjualnya kembali dengan harga yang mahal. Kondisi
tersebut terjadi bukan karena ketidakpahaman petani dengan pemasaran, namun
justru tercipta dari pola pikir petani yang ingin praktis meski harga yang diterima dari
sistem perdagangan tersebut sangat murah sehingga berdampak pada jumlah
pendapatan/penjualan petani menjadi lebih sedikit dari yang seharusnya didapat pada
musim panen.
Pengaruh penghasilan tiap musim panen terhadap biaya hidup rumah tangga
memiliki kekuatan hubungan rendah atau lemah tapi pasti dengan nilai 0, 279, hal
tersebut dapat dipastikan secara faktual dengan hasil olahan data di lapangan dapat
disimpulkan bahwa petani di Kecamatan Pacet tidak memiliki pekerjaan sampingan
atau penghasilan tambahan sehingga petani yang memperoleh penghasilan dengan
mengandalkan hasil pertanian kurang mencukupi dalam memenuhi kebutuhan rumah
Nurul Hikmah,2013
Pengaruh Agribisnis Hortikultura Terhadap Kesejahteraan Petani (Studi Kasus Pada Kelompok Tani Di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah dijelaskan terdapat
beberapa rekomendasi yang dapat penulis kemukakan di antaranya adalah :
1. Bagi para petani, untuk meningkatkan produktivitas jenis hortikultura lainnya
yang dihasilkan, perlu dilakukan penambahan-penambahan faktor input atau
faktor-faktor produksi yang ada. Penambahan faktor-faktor tersebut akan terkait
dengan investasi sehingga dalam hal ini perlu diupayakan iklim kerja yang
represantatif dan menerapkan intensifikasi pertanian yaitu menititik beratkan
keseluruhan proses pengolahan pertanian sesuai dengan yang ditetapkan dan
dianjurkan UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) pertanian maupun Balai
Pengembangan Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura) agar mendapatkan
produksi hortikultura yang memuaskan.
2. Para petani hendaknya lebih mengembangkan pengetahuan bertaninya, dengan
mengikuti penyuluhan-penyuluhan yang diadakan pemerintah sehingga dapat
menerapkan inovasi pertanian yang pada akhirnya dapat meningkatkan produksi
pertanian. Selain itu, petani yang memiliki lahan yang tidak begitu luas,
diharapkan dapat mengolah lahan pertaniannya dengan baik dengan ditunjang
dengan teknologi pertanian yang mumpuni.
3. Bagi keseluruhan petani yang tidak tercukupi kebutuhan hidupnya dengan
mengandalkan hasil pertaniannya, yang hidup pada kondisi kesejahteraan yang
tidak ideal, hendaknya melakukan diversifikasi matapencaharian atau melakukan
usaha lainnya yang produktif, tidak hanya berpatokan hanya bekerja sebagai
buruh, atau kuli serabutan saja, tetapi hendaknya mampu mengembangkan diri
untuk berpenghasilan produktif.
4. Bagi pihak pemerintah setempat, perlu dilakukan upaya memberikan akses
informasi dan memfasilitasi petani untuk mengembangkan agribisnis hortikultura
dalam jangkauan yang lebih luas untuk meminimalisir produk impor.
5. Bagi yang tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai agribisnis hortikultura di
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, D. F. (2011). Hubungan Pemanfaatan Payet Dalam Kegiatan Home Industry Kerajinan Dengan Kondisi Sosial Ekonomi Pengrajin Di Desa Mekarsari Kecamatan Ngamprah. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung. tidak diterbitkan.
Abdurachim, Iih. (1986). Geografi Latar Belakang Pemikiran dan metoda. Bandung : Bina Budhaya.
Abdurachmat, Idris dan Maryani, E. (1997). Geografi Ekonomi. Bandung: IKIP
Adiwilaga, Anas. (1982). Ilmu Usaha Tani Alumni. Bandung: Kanisius.
Arga, Yuan. (2011). Pengelolaan Lahan Pertanian. [Online]. Tersedia:
http://www.scribd.com/doc/53319749/PENGELOLAAN-LAHAN-PERTANIAN [11 April 2012]
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur. (2011). Cianjur Dalam Angka. Cianjur: BPS.
Balai Pengembangan Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura Kecamatan Pacet. (2011). Profil Balai Pengembangan Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura Kecamatan Pacet. Cianjur: BPBTPH.
Centraurus. (2010). Geografi Pertanian. [Online]. Tersedia: http://beutuful.wordpress.com/2010/06/25/kuliahq/ [23 Maret 2012]
Darsiharjo dan Mutakin, Awan. (2008). Metode Penelitian Geografi. Diktat Kuliah Metode Penelitian Geografi FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Depdiknas. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Dipertanhut.(2011). Pengertian Hortikultura. [Online]. Tersedia: http://dipertanhut.purworejokab.go.id/index2.php/index.php?option=com_c
ontent&view=article&id=76:statistik-hortikultura&catid=49:hortikultura&Itemid=138 [21 Maret 2012]
Nurul Hikmah,2013
Pengaruh Agribisnis Hortikultura Terhadap Kesejahteraan Petani (Studi Kasus Pada Kelompok Tani Di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Fini. (2011). Definisi Pertanian. [Online]. Tersedia: http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2129653-defenisi-pertanian/
Jamulya dan Sunarto. (1991). Evaluasi Sumberdaya Lahan (Kemampuan Lahan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Masterplan Agro Industri Jambi. Pemahaman Terhadap Masterplan. [Online]. Tersedia:
http://www.jambiprov.go.id/pages/jaip/laporan_pendahuluan_mp_jaip/2_pe mahaman_terhadap_agroindustri_dgrims.pdf [23 Maret 2012]
Paige, J. M. (2004). Revolusi Agraria. Pasuruan: Pedati.
Pengembangan kawasan agropolitan di Wilayah Bandung Utara. [Online].
Tersedia:http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7712-3605100014-bab%201.pdf [23 Maret 2012]
Rafi'i, Suryatna. (1986). Metode Statistika Analisis. Bandung: Binacipta.
Rafi'i, Suryatna. (1995). Meteorologi dan Klimatologi. Bandung : Angkasa.
Rika komala. (2011). Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Permukiman Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Cimanggu Kecamatan Cisalak Kabupaten Subang. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Saragih,Bungaran. (2001). Agribisnis (Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian). Bogor: Yayasan Mulia Persada Indonesia.
Siagian, P. (1987). Penelitian Operasional. Jakarta : Universitas Indonesia.
Soekartawi. (1993). Agribisnis (Teori dan Aplikasinya). Jakarta: RajaGrafindo Persada
Sudjana. (1996). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito
Sukmawani, Reny. (2011). Kondisi , Potensi dan Permasalahan Kegiatan Agribisnis Jawa Barat. Sukabumi: Universitas Muhammadiyah Sukabumi.
Sumaatmadja, Nursid. (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung : Alumni.
Surakhmad, Winarno. (1982). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito.
Syahrizal, Zeru. (2012). Hubungan Produksi Padi Dengan Kesejahteraan Hidup Petani Padi Di Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Tambunan, T. T. (2003). Perkembangan Sektor Pertanian Di Indonesia (Beberapa isu penting). Jakarta: Ghalia Indonesia.
Tania, Tiara. ( 2011). Alih Profesi Petani Nanas Di Desa Mandalamukti Kecamatan Cikalong Wetan Kabupaten Bandung Barat. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Tika, M. P. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Tohir, Kaslan A. (1983). Seuntai Pengetahuan Tentang Usaha Tani Indonesia. Jakarta: Bina Aksara.
Pasya, Gurniwan Kamil. (2002). Geografi Pemahaman Konsep dan Metodologi. Bandung : Buana Nusantara.