• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TOKOH ANTAGONIS DALAM SASTRA ANAK JENIS DONGENG KARYA CHARLES PERRAULT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS TOKOH ANTAGONIS DALAM SASTRA ANAK JENIS DONGENG KARYA CHARLES PERRAULT."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

ABSTRAK………...………...ii

UCAPAN TERIMAKASIH……….. iv

DAFTAR ISI……….vii DAFTAR LAMPIRAN………..x

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah………...1

1.2Rumusan Masalah………5

1.3Batasan Masalah………...6

1.4Tujuan Penelitian………...6

1.5Manfaat Penelitian………...7

1.6Anggapan Dasar………...8

BAB II PENOKOHAN DALAM KARYA SASTRA ANAK DONGENG 2.1 Karya Sastra………...9

2.1.1 Sastra Anak………...…...10

2.1.2 Unsur-Unsur Pembangun Sastra Anak...12

2.2 Dongeng………..34

2.2 Tokoh Antagonis dalan Karya Sastra……….38

2.2 Perilaku………...38

2.2.1 Faktor Personal………...38

2.2.2 Faktor Situasional………...46

2.3Moralitas...………...49

(2)

2.5.1 Landasan Pijak Psikologi Sastra………...53 2.5.2 Pendekatan Psikologi Sastra………....54 2.6 Psikoanalisa………....55

2.5.1 Hubungan Sastra dan Psikoanalisa………...56

2.5.2 Alam Bawah Sadar………...57 2.7 Pembelajaran Dongeng Berbahasa Perancis dalam FLE……....59

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian………...63

3.2 Populasi dan Sampel………...65

3.2.1 Populasi………...65

3.2.2 Sampel………...65

3.3 Definisi Operasional………...65

3.3.1 Analisis………...66

3.3.2 Tokoh………...66

3.3.3 Sastra Anak...………...67 3.3.4 Dongeng...……….67 3.3.5 Dongeng-dongeng Karya Charles Perrault…………..68 3.4 Instrumen Penelitian………...68 3.5 Teknik Pengumpulan Data………...69

3.6 Prosedur Penelitian……….…70

3.7 Teknik Pengolahan Data……….……71

BAB IV ANALISIS DATA

4.1 Biografi Charles Perrault………...73

(3)

4.2.1.2 Analisis Tokoh Antagonis Dongeng

Cendrillion……….…..75

4.2.1.2.1 Ibu………...75

4.2.1.2.2 Saudara Tiri………...79 4.2.2 Dongeng Le Petit Chaperon rouge…………...89 4.2.2.Sinopsis Dongeng………....89 4.2.2.2 Analisis Tokoh Antagonis Dongeng Le Petit

Chaperon Rouge…………...89

4.2.2.2.1 Serigala……...…………...89

4.2.3 Dongeng Le Chat Botte………...95

4.2.3.1 Sinopsis Dongeng………...95

4.2.3.2 Analisis Tokoh Antagonis dongeng Le Chat Botte………..95

4.2.3.2.1 Marquis De Carabas…...95

4.2.3.2.2 Kucing………...99

4.2.4 Dongeng Le Poucet………...102 4.2.4.1 Sinopsis Dongeng………...102 4.2.4.2 Analisis Tokoh Antagonis Dongeng Le Poucet……...103

4.2.4.2.1 Tukang Kayu………...103 4.2.4.2.2 Raksasa………....107 4.2.5 Dongeng Barbe Bleu……….…...109 4.2.5.1 Sinopsis Dongeng………...109

4.2.5.2 Analisis Tokoh Antagonis Dongeng Barbe

Bleu……….110

4.2.5.2.1 Barbe Bleu………...110

4.2.6 Dongeng Le Fées………...112

(4)

4.2.6.2 Analisis tokoh Antagonis dongeng Le

Fées……….113

4.2.6.2.1 Ibu………113

4.2.6.2.2 Si Sulung………..119 4.2.7 Dongeng La Belle Au Bois Dormant………....120

4.2.7.1 Sinopsis Dongeng………...120

4.2.7.2 Analisis Tokoh Antagonis Dongeng La Belle au

Bois Dormant………...121

4.2.7.2.1 Peri Tua………...121

4.2.7.2.2 Ratu………..125

4.3 Fiche Pedagogique………130

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan………...132 5.2 Saran………...138

DAFTAR PUSTAKA………..…….139

LAMPIRAN ………...……….147

BIOGRAFI PENELITI………...193

DAFTAR LAMPIRAN

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Kajian mengenai bahasa adalah kajian yang tidak akan pernah habis untuk dibahas. Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan

untuk menyampaikan ide ataupun pendapat. Melalui bahasa, penulis dapat berkomunikasi satu sama lain sehingga tercipta saling pengertian diantara

penulis, bahasa terbagi ke dalam beberapa varian ataupun kode. Kode-kode inilah yang digunakan oleh masyarakat dalam bentuk lisan ataupun tulisan, contohnya yang digunakan dalam karya sastra. Bahasa yang digunakan di

dalam karya sastra adalah bahasa yang indah yang dapat memberikan hiburan yang menyenangkan tetapi tetap menyuguhkan pendidikan moral

yang tinggi. Hal tersebut disebabkan karena pada karya sastra, bahasa dijadikan sebagai media komunikasi antara penulis dan penikmat karya sastra itu sendiri. Bahasa dalam karya sastra menjadi alat untuk

menimbulkan rasa khusus yang mengandung nilai estetika tersendiri.

Karya sastra mempunyai dunia tersendiri. Karya sastra merupakan

pengejawantahan para sastrawan atas kehidupan penulis. Dunia kesusastraan mengenal adanya karya fiksi atau yang sering disebut juga dengan prosa sebagai salah satu jenisnya. Karya fiksi merupakan hasil

(6)

Dongeng adalah suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif

menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya. Dongeng

merupakan bentuk cerita hasil rekaan dan imajinasi para pengarang yang disuguhkan untuk para penikmat karya sastra.

Dalam dongeng biasanya ditemukan berbagai cerita tentang

kehidupan sehari-hari, persoalan yang terdapat dalam kehidupan sosial serta nilai dan norma yang berlaku. Dongeng biasanya berbentuk cerita pendek di

dalamnya terdapat intrik dan beberapa fenomena yang diceritakan meskipun terkadang tidak masuk akal karena ditujukan hanya sebagai bumbu untuk

membuat dongeng ini lebih menarik. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sebuah karya fiksi sangat berhubungan erat dengan kehidupan manusia. Di dalam karya fiksi terdapat ajaran dan norma-norma. Semua itu

diharapkan bisa menjadi cerminan dalam menghadapi permasalahan yang ada. Jadi pembaca dapat mengambil hal-hal positif yang terdapat di dalam

karya fiksi dan harus membuang semua hal-hal yang bersifat negatif di dalam karya fiksi.

Telah disebutkan bahwa karya fiksi berupa dongeng terkadang

menjadi suatu hal yang tidak mungkin dipisahkan dengan kehidupan nyata di dunia. Manusia adalah peran penting dalam drama kehidupan yang

sebenarnya. Begitu juga dengan dongeng, untuk mengembangkan cerita diperlukan tokoh-tokoh yang mendukung cerita dari karya tersebut. Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita. Tokoh- tokoh inilah yang berperan

(7)

diri mereka sebagai seseorang yang baik atau seseorang yang buruk. Tokoh

dalam karya fiksi akan membawa cerita seakan-akan benar-benar nyata. Tokoh di dalam karya sastra sama halnya dengan ‘tokoh’ di dunia nyata

yaitu manusia. Mereka mempunyai sifat dan karakter yang bermacam-macam. Sifat dan karakter manusia berhubungan erat dengan sisi psikologis manusia. Karya sastra yang di dalamnya terdapat tokoh-tokoh sebagai

pembawa cerita tidak bisa dipisahkan dengan fenomena psikologis karena melalui karya sastra pengarang dapat menampilkan aspek-aspek kejiwaan

melalui karakter-karakter tokoh di dalam sebuah teks sastra yang berupa karya sastra fiksi.

Banyak unsur-unsur yang menunjukkan perwatakan dan penokohan, apakah itu cara berkomunikasi, penggambaran tingkah laku atau gaya bahasa yang digunakan. Karya sastra fiksi dan psikologi mempunyai suatu

pertautan. Karena secara tidak langsung karya sastra dan psikologi mempunyai objek yang sama yaitu kehidupan manusia.

Menilai karakter satu tokoh dalam dunia dongeng sama susahnya

dengan menilai seseorang dalam dunia nyata. Penilaian tidak bisa dilakukan di area permukaan yang terlihat saja tetapi juga secara mendalam agar tidak

terjadi salah interpretasi terhadap sang tokoh. Dewasa ini banyak sekali bermunculan berbagai dongeng dan cerita pendek yang ditujukan untuk

anak-anak. Tokoh-tokoh yang terdapat di dalamnya juga beragam, ada

yang menampilkan seorang nenek sihir yang jahat, kurcaci-kurcaci

(8)

kebanyakan penelitian sebelumnya tentang penokohan hanya bergelut pada

tokoh dilihat dari apa yang ia katakan dan apa yang ia lakukan dalam cerita. Deskripsi tentang tokoh dalam beberapa penelitian masih terikat pada

deskripsi yang digambarkan pengarangnya saja. Sehingga penelitian tersebut menjadi penelitian yang masih perlu analisis ulang karena hasil penelitian tersebut sudah diketahui oleh pembaca awam yang sudah

memahami lebih dulu tanpa harus melakukan penelitian. Penelitian mengenai penokohan seharusnya adalah penelitian yang dilakukan secara

mendalam sehingga mampu membuka karakter-karakter tokoh yang masih tersembunyi.

Salah satu pengarang dongeng terkenal adalah Charles Perrault. Charles Perrault adalah salah seorang penulis dongeng terkenal Prancis yang lahir di Paris tanggal 12 Januari 1628. Hasil-hasil karyanya hampir dikenal oleh

masyarakat di seluruh dunia, seperti Cendrillion (Cinderela), Barbe Bleu, La belle au Bois (Putri Tidur), Le Petit Chaperon Rouge (Gadis Berkerudung

Merah), Le Petite Poucet (Si Jempol), Le Maitre Chat (Kucing Dalam Sepato Bot), dan Les Fées (Peri). Dongeng-dongeng karya Charles Perrault kaya akan nilai-nilai moral yang memberikan pembelajaran kepada berbagai

lapisan masyarakat. Melalui dongengnya penulis bisa mengetahui bagaimana perbuatan jahat dapat dilawan dengan perbuatan baik.

Penulis memilih untuk menganalisis tokoh antagonis dalam dongeng dikarenakan penulis merasakan bahwa di balik tokoh antagonis di setiap karya sastra memberikan banyak pembelajaran kepada pembacanya, tokoh

(9)

di kehidupan nyata sangat sulit untuk menemukan sisi antagonis manusia.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menganalisis tokoh antagonis dibandingkan tokoh-tokoh pendukung lainnya. Sebuah cerita tanpa adanya

tokoh antagonis terasa sangat hambar dan sangat membosankan. Saat penulis telah memilih tokoh antagonis sebagai bahan analisis, penulis pun memilih jenis karya sastra yang akan dianalisis. Dan karya sastra yang

membuat penulis tertarik adalah dongeng. Dongeng merupakan satu-satunya karya sastra yang dibaca dan diketahui hampir semua tingkatan umur dan

lapisan masyarakat. Dibalik cerita yang ringan, dongeng mempunyai komplektisitas yang tinggi, dimulai dari tokoh yang beraneka ragam, cerita

yang mempunyai tingkat kreatifitas dan imajinasi tinggi, serta alur cerita yang tidak beraturan. Berdasarkan pemaparan di atas penulis tertarik untuk membahas lebih dalam melalui penelitian yang berjudul “Analisis Tokoh

Antagonis dalam Sastra Anak Jenis Dongeng Karya Charles Perrault”.

1.2Rumusan Masalah

Mengingat luasnya kajian penelitian serta keterbatasan waktu dan kemampuan penulis, penelitian ini terbatas pada masalah yang menyangkut

penokohan antagonis dalam dongeng-dongeng karya Charles Perrault. Untuk memperjelas permasalahan di atas, peneliti merumuskannya dalam

bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1) Apakah tokoh-tokoh antagonis dalam dongeng karya Charles Perrault digambarkan melalui teknik ekspositori atau teknik

(10)

2) Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi tokoh menjadi

antagonis?

3) Prinsip nilai moral apa saja yang berkaitan dengan

penggambaran tokoh antagonis dalam dongeng-dongeng karya Charles Perrault?

4) Apakah kontribusi penelitian untuk pembelajaran

Litterature?

1.3 Batasan Masalah

Pembatasan masalah merupakan upaya untuk menetapkan batas-batas permasalahan dengan jelas agar faktor-faktor yang termasuk ke dalam

ruang lingkup permasalahan dapat teridentifikasi. Penulis membatasi penelitian ini hanya pada aspek analisis tokoh antagonis dalam dongeng-dongeng karya Charles Perrault yang berjudul Cendrillion, Barbe Bleu, La

belle au Bois, Le Petit Chaperon, Le Petite Poucet, Les, Le Maitre Chat,

dan Les Fées.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1) mendeskripsikan teknik-teknik penggambaran tokoh

antagonis dalam dongeng-dongeng Charles Perrault menggunakan teknik ekspositori atau teknik dramatik;

(11)

3) mendeskripsikan prinsip-prinsip nilai moral yang

berkaitan dengan penggambaran tokoh antagonis dalam dongeng karya Charles Perrault;

4) memberikan masukan dalam pengajaran mata kuliah Literature Française yang dapat menambah wawasan

tentang kesusastraan Perancis, terutama tentang aliran

sastra.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah untuk :

1) menambah pengetahuan dan wawasan pembelajar bahasa Prancis untuk memahami kalimat dan kosakata dalam bidang kesusastraan terutama dalam pembelajaran Literature Français;

2) memberikan motivasi kepada pembelajar bahasa Prancis untuk membaca, menulis, dan memahami bahasa karya sastra;

3) memberikan pembelajaran secara langsung tentang nilai-nilai moral yang terkandung dalam sebuah karya sastra;

4) menjadi acuan bagi peneliti berikutnya yang ingin melakukan

(12)

1.6 Anggapan Dasar

Menurut Arikuntoro (1998:19) anggapan dasar merupakan sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai

hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti untuk melakukan penelitiannya.

Anggapan dasar yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dongeng merupakan salah satu bentuk karya sastra fiksi.

2. Di dalam setiap karya sastra terdapat tokoh sebagai unsur penunjang

(13)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis. Sedangkan

metodologi adalah suatu pengkajian dalam memperoleh peraturan-peraturan suatu metode.

Jadi metode penelitian adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian (Masyhuri dan Zainuddin, 2008: 151).

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli

tentang metode deskriptif kualitatif. Menurut Bodgan dan Taylo dalam Zainudin (2008:152) bahwa penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari manusia dan perilakunya yang dapat diamati sehingga tujuan dari penelitian ini adalah pemahaman individu tertentu dan latar

(14)

Paparan lain yang dikemukakan oleh Surakhmad (1998:140) bahwa

metode deskriptif adalah suatu metode yang memusatkan pada pemecahan masalah yang ada pada masa ini dengan cara mengumpulkan,

menyusun, mengklasifikasi, menganalisis, dan menginterpretasi data yang ada. Jadi dalam metode deskripsi kualitatif peneliti terjun ke lapangan dengan pikiran-pikiran murni, siap dengan munculnya

hipotesa-hipotesa dari fakta-fakta yang ditemukan di lapangan.

Menurut Sugiyono (2011:15) metode penelitian kualitatif

berlandaskan pada post positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)

dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data

bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada generalisasi

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif karena peneliti akan meneliti secara langsung karakteristik tokoh-tokoh antagonis dalam dongeng-dongeng karya Charles Perrault dengan cara

(15)

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1 Populasi

Menurut Zuriah (2006:116) populasi adalah seluruh data yang

menjadi perhatian dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan.

Populasi dalam penelitian ini adalah dongeng-dongeng karya

Charles Perrault.

3.2.2 Sampel

Sampel sering didefinisikan sebagai bagian dari populasi. Menurut Sugiyono (2011: 118) Sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk sampel akan diambil dari populasi yang harus betul-betul representatif.

Sampel dalam penelitian ini adalah kalimat yang mengandung

unsur penggambaran tokoh antagonis dalam dongeng-dongeng karya Charles Perrault.

3.3 Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam pemahaman pengertian istilah yang terdapat didalam penelitian ini, maka peneliti

menjelaskan terlebih dahulu tentang istilah yang digunakan atau yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun definisi istilah tersebut yaitu

(16)

3.3.1 Analisis

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia “Analisis adalah

penyelidikan sesuatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb.) untuk

mengetahui apa sebab-sebabnya, bagaimana duduk perkaranya, dsb.

Menurut Komarudin, analisis adalah kegiatan berfikir untuk menguraikan sesuatu keseluruhan menjadi komponen-komponen

sehingga dapat mengenal tanda-tanda komponen, hubungan satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam satu keseluruhan yang

terpadu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis merupakan kegiatan

memahami, menyelidiki, menguraikan serta mengevaluasi suatu bentuk ataupun peristiwa sehingga didapatlah makna dan hipotesis yang mudah dimengerti.

Analisis dalam penelitian ini adalah analisis tokoh antagonis dalam dongeng-dongeng karya Charles Perrault.

3.3.2Tokoh

Pengertian tokoh menurut Abrams dikutip oleh Nurgiyantoro (2010:165) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya

naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecendrungan tertentu yang diekspresikan melalui

(17)

Ada banyak sekali jenis tokoh-tokoh yang diciptakan oleh

pengarang, tetapi penelitian ini hanya terfokus pada tokoh antagonis. Tokoh antagonis adalah tokoh-tokoh yang berprilaku serta berpikiran

jahat terhadap tokoh lain di dalam karya fiksi. Tokoh antagonis selalu membawa efek negatif dan berlawanan dengan tokoh protagonis (tokoh baik). Dalam penelitian ini, peneliti lebih

memfokuskan pada analisis tokoh antagonis dalam dongeng-dongen karya Charles Perrault.

3.3.3 Sastra Anak

Menurut Puryanto (2008:2), menyatakan bahwa sastra anak

adalah karya sastra yang secara khusus ditujukan untuk anak-anak sebagai pembacanya.

3.3.4 Dongeng

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) tahun 2005, dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi.

Dalam ensiklopedi Indonesia, pengertian dongeng adalah cerita singkat tentang hal-hal aneh yang tidak masuk akal, berbagai keajaiban dan kesaktian yang biasanya mengisahkan dewa, putri,

pangeran dan hal-hal yang tidak masuk akal.

Jadi dari definisi di atas dongeng merupakan cerita hasil

(18)

Dongeng yang diteliti dalam penelitian ini adalah

dongeng-dongeng karya Charles Perrault.

3.3.5 Dongeng-Dongeng Karya Charles Perrault

Charles Perrault adalah seorang pengarang dongeng asal Perancis yang terkenal. Banyak karya-karyanya yang dikenal hampir semua kalangan. Dalam penelitian ini, peneliti meneliti beberapa karya

dongeng dari Charles Perrault. Dongeng-dongeng yang akan diteliti adalah Cendrillon (Cinderela), La Belle Au Bois Dormant (Putri Tidur),

La Petit Chaperon Rouge (Gadis Berkerudung Merah), Les Fées (Peri),

Le Chat Botté ( Kucing Bersepatu Bot), Barbe Bleu (Janggut Biru) dan

Le Petit Poucet (Si Jempol).

3.4 Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2011:305) Dalam penelitian kualitatif yang

menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendirii. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, yang berfungsi

menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menganalisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan persiapan dalam melaksanakan penelitian dengan membuat instrumen penelitian yang

dipakai pada saat proses penelitian, juga dalam pemahaman metode penelitian dan penguasaan wawasan terhadap bidang yang akan dikaji atau diteliti. Dengan menggunakan pendekatan psikoanalisis untuk

(19)

Dari paparan di atas, maka penganalisisan akan dibuat dalam bentuk

[image:19.595.113.490.146.582.2]

tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1 Format Analisis Data No :

Dialog : Deskripsi Tokoh :

Teknik Penggambaran

Tokoh

Motif-Motif Tokoh

Nilai-Nilai yang terkandung

3.5 Teknik Pengumpulan data

Menurut Sugiyono (2011:308) teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang paling penting dalam penelitian karena tujuan utamanya adalah mendapatkan data. Untuk mendapatkan data yang akurat, peneliti akan melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Studi Pustaka

Studi Pustaka merupakan teknik yang dilakukan untuk

mendapatkan data dan informasi dengan cara mempelajari beberapa sumber tertulis diantaranya: buku-buku, hasil penelitian, makalah, artikel, jurnal, majalah, dan hasil laporan

yang relevan dan berkaitan dengan objek yang peneliti teliti. Studi Pustaka merukapan salah satu hal atau langkah yang

(20)

suatu kerangka berfikir, sehingga dapat memperoleh

pendalaman yang lebih luas. Studi pustaka ini juga membantu dalam proses penganalisisan tokoh antagonis dalam dongeng

karya Charles Perrault. 2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang

bersumber pada tulisan (Arikunto, 1998: 146). Studi dokumentasi dilakukan untuk melengkapi data-data informasi

dan keterangan yang menunjang data-data pustaka.

Studi dokumentasi dalam penelitian ini adalah

pendokumentasian data-data berupa naskah-naskah dongeng untuk menunjang proses analisis tokoh dan penokohan.

[image:20.595.118.484.192.750.2]

3.6 Prosedur Penelitian Tabel 3.2 Prosedur Penelitian

No Langkah kerja

Cara Kerja

1 Pembacaan Pembacaan dilakukan secara menyeluruh dan berulang pada dongeng-dongeng karya Charles Perrault

2 Pemerolehan data

Pemerolehan data dilakukan dengan cara mengklasifikasikan data dalam setiap kalimat berdasarkan karakterisasi setiap tokoh.

3 Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan dengan cara penomoran setiap jenis data yang telah dikumpulkan yang berbentuk kalimat dan percakapan.

4 Analisis data

(21)

dongeng.

3.7Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data menurut Oktara ( 2005:52) adalah kegiatan

untuk menyeleksi dan mengklasifikasi data yang dikumpulkan berdasarkan kebutuhan kemudian dianalisis secara sistematis untuk mendapatkan

jawaban atas masalah yang dihadapi.

Data-data yang dikumpulkan melalui studi literatur dan dokumentasi

akan diolah dan dianalisis. Tahap analisis data merupakan bagian penting dalam penelitian. Analisis penelitian bertujuan untuk memecahkan masalah penelitian. Analisis ini berdasarkan kepada teknik analisis data kualitatif.

Dalam menganalisis data, peneliti membaca seluruh dongeng-dongeng karya Charles Perrault lalu berlanjut pada analisis tokoh antagonis dalam

dongeng-dongeng tersebut.

Langkah-langkah dalam dalam melakukan teknik analisis data adalah sebagai berikut.

1. Mengumpulkan dan mengidentifikasi data dari dongeng-dongeng Perrault

2. Mengklasifikasikan bentuk kalimat-kalimat dan percakapan yang memiliki unsur karakter tokoh antagonis dalam dongeng-dongeng karya Charles Perrault.

(22)

berprilaku antagonis serta nilai moral yang dapat di ambil dalam

setiap cerita di dalam dongeng-dongeng karya Charles Perrault. 4. Menginterpretasi hasil dari proses analisis kalimat dan percakapan

yang memiliki unsur karakter tokoh antagonis dalam dongeng-dongeng karya Charles Perrault.

5. Menyimpulkan hasil penelitian terhadap unsur karakter tokoh

antagonis dalam dongeng-dongeng karya Charles Perrault.

6. Mendeskripsikan hasil penelitian yang telah mengalami proses

(23)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, penulis ingin menyampaikan kesimpulan dari

hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis tokoh antagonis dalam dongeng-dongeng karya Charles Perrault. Kemudian penulis

juga akan memberikan beberapa saran untuk mahasiswa, pengajar dan penulis.

5.1 Kesimpulan

Dongeng merupakan salah satu bentuk karya sastra fiksi yang terkenal. Hampir semua orang mengetahui setidaknya satu

dongeng. Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari hasil imajinasi manusia. Salah satu pengarang dongeng yang terkenal

adalah Charles Perrault. Karya-karya Perrault hampir dikenal di seluruh penjuru dunia, seperti kisah gadis berkerudung merah, cinderela, kucing bersepatu bot, dan banyak dongeng-dongeng lain

yang terkenal yang telah dianalisis juga oleh penulis.

Pada kesempatan ini, penulis telah menganalisis tokoh-tokoh

antagonis di dalam tujuh dongeng terkenal karya Charles Perrault yaitu Cendrillion, Le petit Chaperon Rouge, le Chat Botte, Barbe

Bleu, Le Petit Poucet, Le Fées dan La Belle au Bois Dormir.

(24)

antagonis yang merupakan keluarga dari tokoh protagonis itu

sendiri. Di dalam dongeng Cendrillion misalnya, yang menjadi tokoh antagonis adalah ibu dan kakak-kakak tiri dari Cinderela itu

sendiri. Pada dongeng La Barbe Bleu yang menjadi tokoh antagonis sekaligus tokoh sentral adalah si janggut biru yang merupakan suami dari si korban begitu pula pada cerita La petit Poucet, la belle au bois

dormant, dan le Fees. Pada dongeng La Petit Poucet yang menjadi tokoh antagonis adalah kedua orang tua mereka sendiri. Tidak

berbeda dengan cerita la petit poucet, la belle au bois dormant mempunyai tokoh antagonis yang beragam yaitu peri tua dan ibu

dari pangeran. Dongeng Le Fées juga mempunyai tokoh antagonis yang sangat dekat dengan tokoh protagonis yaitu ibu dan kakak sulung tokoh. Sebagian besar dongeng Charles Perrault, tokoh

antagonis merupakan tokoh yang sangat dekat dengan para korban. Hanya cerita gadis berkerudung merahlah yang diberikan sentuhan

lain oleh Perrault. Pada kisah ini, tokoh di luar tokoh utamalah yang menjadi tokoh antagonis yaitu serigala.

Setiap dongeng sama halnya dengan karya fiksi, terdiri dari

beberapa unsur pembangun. Salah satunya adalah tokoh. Istilah tokoh menunjukkan pada orang atau bisa disebut juga sebagai pelaku

cerita.

Kehadiran dan penghadiran tokoh di dalam sebuah cerita tidak akan sembarangan ditampilkan. Dalam dongeng-dongeng

(25)

pelukisan tokoh yang digunakan oleh Perrault. Setiap dongeng

menggunakan dua teknik berikut dalam penggambaran tokoh antagonis. Adapun teknik-teknik yang digunakan Perrault dalam

dongeng yang telah dianalisis penulis adalah sebagai berikut;

1. Teknik ekspositori

Teknik ekspositori merupakan teknik pelukisan tokoh yang

dilakukan secara langsung. Pada saat menggunakan teknik ini, Perrault tidak bertele-tele dan berbelit-belit dalam menggambarkan

karakter tokoh. Jadi dengan mudah penulis dapat mengetahui karakter tokoh dalam cerita. Teknik ini digunakan Perrault dalam

setiap dongengnya. Hal ini dapat dilihat diantaranya pada dongeng Cinderella, tokoh ibu tiri digambarkan secara langsung dan sangat mudah dimengerti oleh pembaca.

2. Teknik dramatik

Secara garis besar, pengarang menggunakan teknik dramatik

dalam penyampaian karakter tokoh antagonis dari ketujuh dongeng yang menjadi sampel. Teknik pelukisan tokoh ini dilakukan secara tidak langsung karena pada teknik ini pengarang mendeskripsikan

secara eksplisit sifat dan sikap tokoh. Jadi pembaca di sini bertugas untuk memahami sendiri bagaimana karakter setiap tokoh.

(26)

Penampilan tokoh secara dramatik di dalam dongeng Perrault

yang telah dianalisis dilakukan dengan beberapa teknik yaitu teknik cakapan, teknik tingkah laku, teknik pikiran dan perasaan, teknik

arus kesadaran, teknik teaksi tokoh, teknik reaksi tokoh lain, dan teknik pelukisan latar.

Dongeng-dongeng karya Perrault sebagian besar

menggunakan teknik dramatik dalam penggambaran tokoh antagonisnya. Namun Perrault juga tidak monoton dalam

penggambaran tokohnya, terdapat beberapa tokoh yang digambarkan secara langsung oleh Perrault.

Di balik setiap sikap antagonis yang dilakukan oleh tokoh-tokoh di dalam cerita, terdapat banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi perbuatan jahat mereka. Faktor-faktor penyebab

perilaku antagonis di dalam dongeng karya Perrault sangat beragam. Berbeda dari satu dongeng dengan dongeng lainnya.

Berikut adalah faktor-faktor yang menyebabkan tokoh menjadi antagonis berdasarkan hasil analisis adalah:

1. Faktor personal

Faktor personal terbagi atas faktor biologis dan sosiopsikologis. Faktor sosiopsikologis terbagi menjadi

(27)

komponen kognitif, dan komponen konatif. Hampir 80

persen dari tokoh-tokoh di dalam dongeng-dongeng Perrault ini menjadi antagonis disebabkan oleh faktor

personal. Penggunaan faktor ini salah satunya dapat dilihat dalam dongeng Perrault yang berjudul Le Petit Poucet. Pada dongeng ini, tokoh Bapak sebagai orang tua

yang mempunyai sifat emosi yang sangat mempengaruhi setiap perbuatan yang ia lakukan.

2. Faktor situasional

Faktor situasional tidak banyak digunakan oleh tokoh

antagonis di dalam dongeng karya Perrault. Faktor situasional terdiri dari faktor ekologis, faktor temporal, suasana prilaku, faktor-faktor sosial, faktor lingkungan

psikososial, dan stimulus yang memperteguh perilaku. Di dalam cerita kucing bersepatu bot, Marquis de

Carabas bersikap antagonis karena situasi sekitar yang mempengaruhi perilaku tokoh marquis.

Di dalam dongeng yang menjadi sample banyak sekali terkandung

prinsip-prinsip nilai moral yang beragam dan sangat berguna bagi kehidupan sosial. Prinsip-prinsip nilai moral tersebut yaitu:

1) Prinsip sikap baik

(28)

penting di dalam prinsip ini. Mosalnya di dalam dongeng Le Fées,

mengajarkan penulis untuk selalu berbuat baik karena hal baik akan berbuah baik begitu pula sebaliknya.

2) Prinsip keadilan

Adil berarti memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi hak mereka. Prinsip ini tidak mengenal status sosial dan penampilan.

Dalam dongeng La Belle au Bois Dormant, mengajarkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan kehidupan yang layak. Tidak ada

seorangpun yang berhak menentukan kehidupan seseorang.

3) Prinsip hormat terhadap diri sendiri

Prinsip ini mewajibkan manusia untuk memperlakukan dirinya sebagai suatu hal yang bernilai. Ia tidak boleh memperalat ataupun diperalat oleh orang lain. Disini manusia mempunyai kewajiban

untuk mengembangkan diri sendiri. Prinsip hormat terhadao diri sendiri salah satunya tergambar di dalam dongeng La Barbe Bleu. Si

janggut biru terperalat dengan emosinya sendiri dan ia membiarkan dirinya terperalar dengan emosi itu. Ini menunjukkan bahwa ia tidak hormat terhadap dirinya sendiri.

Pada ketujuh dongeng karya Perrault yang menjadi sampel, prinsip nilai moral yang mendominasi adalah prinsip sikap baik diikuti oleh

(29)

Berdasarkan paparan di atas penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi terhadap jurusan pendidikan bahasa Prancis yang dapat diaplikasikan dalam mata kuliah Litterature Française

dengan contoh fiche pédagogique yang terdapat di dalam bab IV.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dan

landasan teoretis yang melandasi penelitian ini, peneliti menyampaikan beberapa saran yang diharapkan bisa memberikan manfaat bagi

pembelajaran bahasa Perancis khususnya bagi mahasiswa, pengajar dan peneliti selanjutnya, yaitu sebagai berikut.

1. Mahasiswa-mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis diharapkan agar meningkatkan minat dan motivasi untuk mempelajari karya-karya sastra prancis baik novel, dongeng,

cerpen ataupun puisi, karena hal tersebut dapat memperluas wawasan, menambah kosakata dan kemampuan membaca.

2. Peneliti selanjutnya juga dapat menganalisis karya sastra anak lain berdasarkan kajian ilmu-ilmu linguistik lain.

3. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi pada

pembelajaran bidang kesusastraan yang berkaitan dengan analisis tokoh pada sebuah karya sastra bagi pengajar pada

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Endaswara, Suwardi.2003. Metode Penelitian Sastra.Jogjakarta : Caps.

Setiyadi, Bambang.2006. Metode Penelitian Sastra untuk Pengajaran Sastra. Jogjakarta : Graha Ilmu.

Endraswara,Suwardi.2011. Metodologi Penelitian Sastra. Jakarta : PT Buku Seru

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian, Suatu Pendkatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Aminudin.2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar Baru Algesindo

Djoko, Rackhmat. 2011. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan

Penerapannya. Jogjakarta : Pustaka Pelajar.

Kurniawan, Heru. 2009. Sastra Anak dalam Kajian Strukturalisme,

sosiologi, Semiotik hingga penulisan Kreatif.Jogjakarta : Graha ilmu.

Aziez, Furqonul, dan Abdul Hasim. 2010. Menganalisis Fiksi. Bogor : Ghalia Indonesia.

Schmitt, MP, dan A., Viala. 1982. Savoire Lire. Paris : Didier.

Goldenstein, J-P, dan De Boeck- Duculot.1988. Pour Lire Le Roman. Paris :

(31)

Kartono, Kartini. 2005. Teori Kepribadian. Bandung : CV Mondar Maju.

Rakhmat, Jalaudin. 2011. Psikologi Komunikasi. Bandung : Rosda.

Zuriah, Nurul. 2005. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. Malang :

Bumi Aksara.

Hericahyono, C. 1995. Dimensi-dimensi Pendidikan Moral. Semarang : IKIP Semarang Press.

Rachmat, Jalaudin. 2004. Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan RnD. Bandung : CV Alfabeta.

Wellek, Rene dan Astin Werren. 1995. Teori Kesusastraan (penerjemah Melani Budianta.Jakarta : Gramedia.

Nurholillah, L. 2008. Peranan Orang Tua Tunggal Dalam Pendidikan

Moral Anak Usia Remaja . Bandung. Skripsi UPI. Tidak diterbitkan.

Puryanto, Edi. 2008. Konsumsi Anak dalam Teks Sastra di Sekolah.

Makalah dalam Konfrensi Internasional kesusastraan XIX HISKI

Perhimpunan Pengajar Perancis. 2007. Jurnal Pengajaran Bahasa, Budaya dan Sastra Perancis

(32)

Kamus

Kam. Kamus Besar Bahasa Indonesia/ Tim Penyusunan Kamus Pusat Bahasa, ed 3- cet.2. (2008) Jakarta : Balai Pustaka.

Labrousse, Pierre (2003). Kamus Umum Bahasa Prancis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Ratna, Nyoman Kutha.2004. Penelitian Sastra. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Internet

www.wikipedia.com

www.contemania.com

www.sentra-edukasi.com

Gambar

Tabel 3.1 Format Analisis Data
Tabel 3.2 Prosedur Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Kancah atau tempat dalam penelitian ini adalah Yayasan Sosial Pemulihan Pelita Semarang, dan subjeknya adalah klien rehabilitasi rawat jalan, yang sudah terdaftar di yayasan

Dengan menggabungkan konsep-konsep yang relevan dari disiplin ilmu lain, Auda berharap teori sistem yang diterapkan pada dasar hukum Islam dapat menghilangkan

Selanjutnya Ornstein, (1990) dalam (Mulyasa, 2007) merekomen- dasikan bahwa untuk membuat RPP yang efektif harus berdasarkan pengetahuan terhadap: tujuan umum sekolah,

Setiap pilihan atas produk Obligasi yang dibeli nasabah merupakan keputusan dan tanggung jawab nasabah sepenuhnya, termasuk apabila nasabah memilih jenis produk yang

Keterangan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabilah keterangan ini ternyata yidak benar ( palsu ) maka saya bersedia dituntut dimuka pengadilan berdasarkan Undang – undang

Mereka diberi tayangan dan bahan bacaan (melalui Whattsapp group, Zoom, Google Classroom, Telegram atau media daring lainnya) terkait materi Penyelesaian sistem

Kemudahan penggunaan yang dirasakan ber- pengaruh pada sikap terhadap niat seseorang untuk ber- belanja di internet karena persepsi kemudahan peng- gunaan memiliki dampak positif

Paragraf penelitian yang dilakukan adalah untuk deteksi tumor jinak dan tumor ganas pada rahang manusia dengan mempertimbangkan karakter batas tepi, isi, dan