• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Salah Satu SMP Negeri di Lembang).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Salah Satu SMP Negeri di Lembang)."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI D. Variabel Penelitian……….. E. Definisi Operasional……… F. Tujuan Penelitian………. G. Manfaat Penelitian………... H. Hipotesis………...

BAB II MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD, AKTIVITAS BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR ……… A. Model Pembelajaran Kooperatif………...

(2)

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD…………... C. Aktivitas Belajar Siswa……… D. Prestasi Belajar………. E. Keterkaitan antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD dalam Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa………. F. Hasil Penelitian Yang Relevan………. BAB III METODE PENELITIAN……….

A. Metode Penelitian………. B. Desain Penelitian………... C. Populasi dan Sampel Penelitian……… D. Teknik Pengumpulan Data……… E. Prosedur Penelitian dan Alur Penelitian………... F. Teknik Analisis Instrumen Penelitian………... G. Teknik Pengolahan Data………... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………… A. Profil Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa……… B. Profil Peningkatan Prestasi Belajar Siswa………... C. Keterlaksanaan Model Pembelajaran………... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………...

(3)

DAFTAR PUSTAKA……… LAMPIRAN-LAMPIRAN……….. RIWAYAT HIDUP………..

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (Depdiknas,2006).

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diterbitkan oleh Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2006 : 2), menyatakan bahwa mata pelajaran IPA dalam hal ini pelajaran fisika di SMP/ MTS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

3. Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah aserta berkomunikasi.

(5)

2

dengan UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Artinya implementasi kurikulum tersebut menuntut keterlibatan siswa secara aktif untuk mengembangkan kemampuannya secara maksimal.

Hasil studi lapangan di salah satu SMP di lembang menunjukkan bahwa terdapat ketidaksesuaian antara fakta di lapangan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Hasil studi di lapangan yang dimaksud dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Nilai rata-rata ulangan siswa pada mata pelajaran IPA Fisika Tahun Ajaran 2009/2010 yaitu berada dibawah standar kelulusan yang ditetapkan, dimana standar kelulusan untuk mata pelajaran IPA Fisika yang ditetapkan adalah 70. Berikut ini daftar nilai rata-rata siswa yang diperoleh:

Tabel 1.1

Daftar Nilai Rata-rata Ulangan Siswa Kelas Ulangan 1 Ulangan 2

VII F 60,16 66,58

VII G 58,48 60,68

(6)

2. Pada umumnya metode pembelajaran yang diterapkan guru adalah metode ceramah. Selain itu proses pembelajaran bersifat teacher center, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru, sehingga menunjukkan bahwa siswa kurang terlibat secara langsung dalam kegiatan pembelajaran. Siswa lebih banyak mendengar, menulis apa yang diinformasikan oleh guru dan mengerjakan soal latihan berdasarkan contoh soal yang diberikan guru. Hanya sebagian saja dari mereka yang mengikuti pembelajaran dengan baik, yang lainnya banyak sekali yang tidak memperhatikan.

3. Hasil observasi aktivitas belajar siswa di salah satu kelas dengan berpedoman pada 8 jenis aktivitas menurut Paul D. Dierick (Hamalik, 2009: 172) , di dapatkan data sebagai berikut:

(7)

4

“Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan merupakan salah satu pilar belajar”.

Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa sehingga akhirnya diharapkan prestasi belajarnya meningkat adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Sebagaimana dikemukakan oleh Trianto (2007: 41) bahwa “pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya.” Secara tidak langsung pembelajaran ini akan memberikan dampak yang positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya karena dapat meningkatkan pencapaian prestasi belajar siswa, dapat meningkatkan hubungan antarteman, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan dapat meningkatkan motivasi (Slavin, 2009: 5).

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dimana siswa dibagi menjadi 4 sampai 5 orang dengan terlebih dahulu siswa dibagi menurut tingkat prestasi akademiknya. Ciri khas dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD ada pada tahap kerja kelompok (tim), karena pada tahap ini siswa benar-benar dituntut untuk saling kerjasama dalam kelompok kecil yang heterogen dan saling mengajari dengan temannya untuk mencapai suatu tujuan yaitu bisa memahami materi yang diberikan.

(8)

sehingga akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Diskusi dan kerjasama yang dilakukan oleh siswa bersama dengan kelompoknya, dapat membuat siswa lebih aktif, karena selain siswa bertanggung jawab terhadap keberhasilannya sendiri tetapi juga harus bertanggungjawab terhadap keberhasilan kelompoknya. Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat mengubah kebiasaan transfer ilmu dari guru ke siswa menjadi suatu pembelajaran yang penuh dengan aktivitas yang dilakukan oleh siswa, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator saja.

Model pembelajaran kooperatif ini terdiri dari lima tahapan yaitu: presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim. Adapun tahapan tim dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD memungkinkan siswa untuk lebih banyak melakukan aktivitas pada saat pembelajaran berlangsung. Pada tahap skor kemajuan individual dan rekognisi/ penghargaan tim dapat memotivasi siswa untuk meraih skor yang lebih tinggi, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai aktivitas dan prestasi belajar siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan mengambil judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa Pada

Pembelajaran Fisika di SMP”

B. Rumusan Masalah

(9)

6

pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran fisika dapat

meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa ? ”

Rumusan masalah diatas dapat dijabarkan menjadi pertanyaan- pertanyaan penelitian berikut ini:

1. Bagaimanakah profil peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran fisika pada setiap pertemuan selama penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievment Divisions (STAD)?

2. Bagaimanakah profil peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievment Divisions (STAD)?

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam suatu penelitian sangat diperlukan untuk membatasi masalah yang dikaji supaya tidak terlalu luas. Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah :

(10)

Profil peningkatan aktivitas belajar dalam penelitian ini adalah gambaran rata-rata peningkatan untuk setiap aspek aktivitas belajar pada setiap pertemuan yang dikemukakan dalam bentuk grafik.

2. Peningkatan prestasi belajar siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan prestasi belajar siswa pada ranah kognitif, yang diperoleh berdasarkan selisih hasil tes pada saat sebelum pembelajaran (pretest) dan sesudah dilakukan pembelajaran (posttest) yang kemudian di analisis berdasarkan nilai gain ternormalisasi menurut Hake (1998). Jenis tes yang digunakan berbentuk pilihan ganda yang mencakup 3 aspek ranah kognitif yaitu aspek mengingat (C1), memahami (C2), dan menerapkan (C3).

Profil peningkatan prestasi belajar dalam penelitian ini adalah gambaran rata-rata peningkatan (gain ternormalisasi <g>) untuk setiap aspek prestasi belajar.

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas adalah model kooperatif tipe Student Teams Achievment Divisions (STAD)

2. Variabel terikat adalah aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar siswa E. Definisi Operasional

(11)

8

menurut tingkat prestasi akademik sebelumnya. STAD terdiri dari 5 komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual dan rekognisi tim (Slavin, 2009: 143). Ciri khas dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini ada pada komponen tim (tahap kerja kelompok), karena pada tahap ini siswa benar-benar dituntut untuk saling mengajari dengan temannya sampai mereka bisa memahami materi yang diberikan. Instrumen yang digunakan untuk mengukur keterlaksanaan proses pembelajaran adalah lembar observasi aktivitas guru yang disusun berdasarkan indikator-indikator yang terdapat dalam setiap tahapan dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Trinandita (Yasa Doantara, 2008) menyatakan bahwa ”hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”. Sementara menurut Sriyono (Yasa Doantara, 2008) menyatakan bahwa aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Paul D. Dierich (Hamalik, 2009: 172) membagi aktivitas belajar menjadi 8 jenis, sedangkan jenis aktivitas yang akan diteliti dalam penelitian ini hanya mencakup 3 jenis aktivitas yaitu:

a. Aktivitas lisan: mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, diskusi kelompok.

b. Aktivitas metrik: melakukan percobaan c. Aktivitas menulis: mengerjakan LKS

Aktivitas-aktivitas tersebut datanya diambil dengan lembar observasi

(12)

3. Moh. Surya (Nana, 1983: 32) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan seluruh kecakapan yang dicapai melalui proses belajar di sekolah yang dinyatakan dengan nilai-nilai prestasi belajar berdasarkan hasil tes prestasi belajar. Winkel (Panggabean, 1989: 26) menyatakan bahwa ”proses belajar yang dialami siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam ranah pengetahuan, keterampilan dan sikap.” Adanya perubahan ini tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa terhadap pertanyaan, persoalan, tugas yang diberikan guru. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses dan prestasi merupakan hasil dari proses belajar tersebut. Sehingga prestasi belajar merupakan hasil belajar yang diperoleh siswa (bersifat kognitif) setelah mendapatkan pengalaman belajar selama selang waktu tertentu yang dinyatakan dengan nilai atau angka yang diperoleh dari tes prestasi belajar yang diberikan. Prestasi belajar menurut Bloom (Munaf, 2001:68) mencakup 6 aspek tetapi dalam penelitian ini yang akan diteliti yaitu aspek mengingat (C1), memahami (C2), dan menerapkan (C3). Prestasi belajar tersebut diukur dari selisih hasil tes pada saat sebelum pembelajaran (pretest) dan sesudah dilakukan pembelajaran (posttest) yang kemudian di analisis nilai gain ternormalisasinya. Tes yang digunakan adalah tes tertulis jenis pilihan ganda yang mencakup 3 aspek ranah kognitif yang diteliti.

F. Tujuan Penelitian

(13)

10

mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada

pembelajaran fisika dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa.

Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui profil peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran fisika pada setiap pertemuan selama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievment Divisions (STAD).

2. Mengetahui profil peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievment Divisions (STAD).

G. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk berbagai pihak, diantaranya :

1. Menambah wawasan pengetahuan dan memberikan alternatif bagi guru mata pelajaran fisika untuk menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievment Divisions (STAD) yang lebih menekankan keikutsertaan siswa dalam pembelajaran sehingga meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa.

2. Memperoleh data empiris mengenai profil peningkatan aktivitas dan profil peningkatan prestasi belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievment Divisions (STAD).

(14)

H. Hipotesis

(15)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Experimental Design (penelitian eksperimen tidak sebenarnya). Pre experimental design sering disebut juga dengan istilah quasi eksperimen (eksperimen pura-pura). Menurut Panggabean (1996), ciri-ciri penelitian quasi eksperimen secara khas mengenai keadaan praktis yang tidak mungkin mengontrol semua variabel yang relevan kecuali beberapa dari variabel-variabel tersebut. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD sedangkan yang menjadi variabel terikatnya adalah aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa.

B. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Group Pretest-Posttest Design, dengan pertimbangan bahwa hasil perlakuan dapat diketahui

(16)

Tabel 3.1

One Group Pretest-Posttest Design Pretest Treatment Postest

O1 X O2

(Sugiyono, 2010: 111) Keterangan :

O1 : Tes Awal (Pretest) sebelum diberi perlakuan (Treatment)

X : Perlakuan (Treatment) yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

O2 : Tes Akhir (Pretest) setelah diberi perlakuan (Treatment) C. Populasi dan Sampel Penelitian

Pengertian populasi menurut Panggabean (1996: 48) bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau universe. Menurut Arikunto (2006: 130) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono (2010: 117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Sampel menurut Panggabean (1996: 49) adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap populasi dan diambil dengan menggunakan teknik sampling.

(17)

pertimbangan-34

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010: 124). Dalam hal ini pertimbangan tersebut didasarkan atas informasi dari guru bahwa setiap kelas memiliki karakteristik akademis yang berbeda sehingga tingkat penyerapan materi akan berbeda tiap kelasnya meskipun diberikan perlakuan yang sama.

Berdasarkan nilai ulangan harian siswa ternyata VIIG memiliki nilai rata-rata kelas yang rendah dibandingkan dengan kelas VII lainnya, sehingga sesuai dengan rekomendasi guru bidang studi fisika yang mengajar di kelas VII maka sampel penelitian yang digunakan adalah kelas VIIG, dengan jumlah siswa sebanyak 37 orang yang mengikuti kegiatan penelitian mulai dari pretest hingga posttest. D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes, observasi, wawancara. Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif.

1. Data Kuantitatif

(18)

2. Data Kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini adalah aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Data ini diperoleh melalui observasi dengan alat pengumpul data berupa lembar observasi Rating Scale yang berbentuk skala numerik. Data lembar observasi aktivitas siswa digunakan untuk menilai aktivitas belajar siswa selama pembelajaran berlangsung, sedangkan data yang diperoleh melalui observasi aktivitas guru dimaksudkan untuk mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan oleh guru.

E. Prosedur Penelitian dan Alur Penelitian

Penelitian ini melalui tiga tahap yaitu tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian dan tahap akhir.

1. Tahap Persiapan

Persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan penelitian ini dimulai dari: a. Telaah kompetensi mata pelajaran fisika SMP.

b. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. c. Melakukan koordinasi dengan Jurusan Pendidikan Fisika.

d. Mengurus surat izin penelitian dan menghubungi pihak sekolah tempat penelitian akan dilaksanakan.

(19)

36

pembelajaran fisika kepada siswa. Hai ini dilakukan untuk mengetahui kondisi kelas, kondisi siswa dan pembelajaran yang biasa dilaksanakan. f. Perumusan masalah penelitian.

g. Studi literatur terhadap jurnal, buku, artikel dan laporan penelitian mengenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD, prestasi belajar dan aktivitas belajar siswa.

h. Telaah kurikulum Fisika SMP dan penentuan materi pembelajaran yang akan dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kompetensi dasar yang hendak dicapai agar pembelajaran yang diterapkan dapat memperoleh hasil akhir sesuai dengan kompetensi dasar yang dijabarkan dalam kurikulum.

i. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan instrumen penelitian. j. Mengkonsultasikan rencana pelaksanaan pembelajaran dan instrumen

penelitian kepada dosen pembimbing.

k. Men-judgment instrumen (test) kepada dua orang dosen dan satu guru mata pelajaran fisika yang ada di sekolah tempat penelitian akan dilaksanakan.

l. Merevisi atau memperbaiki instrumen.

m. Melakukan uji coba instrumen pada sampel yang memiliki karakteristik sama dengan sampel penelitian.

(20)

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap pelaksanaan penelitian dimulai dengan:

a. Menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian yang terdiri dari satu kelas

b. Melaksanakan tes awal (Pretest) pada kelas sampel penelitian untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

c. Memberikan perlakuan yaitu dengan cara penerapan model pembelajaran Student Teams Achievment Divisions (STAD) pada pokok bahasan yang telah ditentukan.

d. Pada saat yang bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran dilakukan observasi tentang pelaksanaan pembelajaran di kelas, yang dilakukan oleh observer untuk meneliti tentang aktivitas belajar siswa.

e. Melakukan tes akhir (Posttest) untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar sebelum dan sesudah perlakuan.

3. Tahap akhir

Kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir yaitu:

a. Mengolah data hasil pre test dan post test serta menganalisis instrumen tes lainnya.

(21)

38

c. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data.

(22)

Tahap Persiapan Studi Kurikulum Fisika SMP Kelas VII

Studi Pendahuluan Populasi dan Sampel Penelitian

Tahap Pelaksanaan

Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian

Pembuatan instrumen penelitian dan perangkat

pembelajaran

Uji coba dan analisis instrumen

Tes Awal (Pre test)

Implementasi Model Pembelajaran +

Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Tes Akhir (Post test)

Pengolahan Data

(23)

40

F. Teknik Analisis Instrumen Penelitian

Pengujian instrumen penelitian dilakukan melalui dua tahap, yaitu uji ahli dan uji coba langsung di lapangan. Untuk uji ahli dilakukan oleh orang-orang ahli dalam menguji kelayakan instrumen yang digunakan dalam penelitian, sedangkan untuk uji coba langsung dilakukan pada siswa di sekolah tertentu yang memiliki karakteristik siswa yang sama dengan sekolah yang dijadikan sebagai sampel penelitian. Proses pengujian instrumen melalui uji ahli dilakukan oleh 3 orang ahli yaitu dua orang dosen fisika dan satu orang guru bidang studi fisika.

Sebelum soal pretest dan posttest digunakan pada kelas yang dijadikan sampel penelitian, terlebih dahulu dilakukan proses pengujian instrumen secara langsung pada siswa. Soal tersebut diujicobakan di kelas lain yang memiliki karakteristik yang sama dengan kelas yang akan dijadikan sampel dan berada pada jenjang yang lebih tinggi dari kelas sampel, dimana siswanya telah mendapat materi Kalor. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan instrumen tes yang benar-benar dapat mengukur kemampuan subyek penelitian dengan tepat. Instrumen yang dibuat sebanyak 40 butir soal ini diujicobakan pada 26 siswa kelas VIII.

Data hasil uji coba dianalisis dengan maksud untuk mengetahui baik buruknya suatu perangkat tes, yang terdiri dari :

a. Validitas soal

(24)

menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.

Uji validitas tes yang digunakan adalah uji validitas konstruksi (construct validity). Untuk mengetahui kesesuaian soal dengan indikator dilakukan

penelaahan (judgement) terhadap butir-butir soal yang dipertimbangkan oleh dua orang dosen dan satu orang guru bidang studi. Sedangkan untuk mengetahui validitas empiris digunakan uji statistik, . Rumus yang digunakan untuk menguji validitas item adalah rumus korelasi product moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson (Arikunto, 2006:72), yaitu :

( )

rxy = koefisien kolerasi antara variabel X dan variabel Y N = Jumlah siswa

X = skor siswa pada butir soal yang diuji validitasnya

Y = skor total yang diperoleh siswa

Soal yang memiliki validitas rendah tidak digunakan dalam penelitian. Adapun koefisien korelasi korelasi (rxy) menurut Arikunto (2008: 75)

(25)

42

Analisis validitas butir soal yang dilakukan terhadap hasil uji coba perangkat penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Validitas Butir Soal No

Soal Nilai Klasifikasi

No

Soal Nilai Klasifikasi 1 0,59 Sedang 21 0,34 Rendah Berdasarkan Tabel 3.3, 2 butir soal tidak valid, 8 butir soal memiliki validitas sangat rendah, 7 butir soal rendah, diantara ke-7 butir soal tersebut 5 butir soal dibuang (tidak dipakai untuk penelitian) dan 2 butir soal diperbaiki dan digunakan untuk penelitian. Sedangkan sebanyak 23 soal memiliki validitas cukup dan tinggi, sehingga dinyatakan sebagai butir soal yang valid. Soal-soal yang valid tersebut dapat digunakan untuk penelitian.

b. Reliabilitas

(26)

berubah-ubah), walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda (Munaf, 2001: 59). Dalam penelitian ini teknik yang akan digunakan untuk menentukan reliabilitas tes adalah dengan menggunakan rumus K-R 20 dengan persamaan (Arikunto, 2008: 100), yaitu:

Keterangan :

= Reliabilitas instrumen tes secara keseluruhan

p = Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan benar

q = Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan salah (q = 1 -p)

Σpq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = Banyaknya item soal

S = Standar deviasi dari tes

Nilai r11 yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan reliabilitas instrumen dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Hasil pengujian terhadap reliabilitas instrumen penelitian adalah sebesar 0,81. Nilai reliabilitas tersebut berada dalam kategori tinggi. Dengan demikian apabila

(27)

44

perangkat diujikan pada sampel lain dalam waktu yang berbeda, maka akan memberikan hasil yang hampir sama.

c. Taraf Kesukaran

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran soal ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Menghitung besarnya indeks kesukaran adalah :

Analisis tingkat kesukaran butir soal yang dilakukan terhadap hasil uji coba perangkat penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.6

Tabel 3.6

Tingkat Kesukaran Butir Soal No

Soal Nilai Klasifikasi

No

(28)

Tabel 3.6

Tingkat Kesukaran Butir Soal (lanjutan)

No

Soal Nilai Klasifikasi

No

Soal Nilai Klasifikasi 4 0,62 Sedang 24 0,27 Sukar

Berdasarkan Tabel 3.6, terdapat 6 butir soal yang memiliki tingkat kesukaran dengan kategori sukar, 30 butir soal yang memiliki tingkat kesukaran dengan kategori sedang, dan 4 butir soal yang memiliki tingkat kesukaran dengan kategori mudah.

d. Daya pembeda

(29)

46

Tabel 3.7

Kriteria Daya Pembeda Indeks Daya

Pembeda Kriteria Daya Pembeda

0,00 – 0,19 Jelek terhadap butir soal yang diujicobakan.

Tabel 3.8

Daya Pembeda Butir Soal Uji Coba No

Soal Nilai Klasifikasi

No

Soal Nilai Klasifikasi

(30)

Tabel 3.8

Daya Pembeda Butir Soal Uji Coba (lanjutan) No

Soal Nilai Klasifikasi

No

Soal Nilai Klasifikasi 15 -0,08 Buang 35 0,54 Baik

Data tingkat kesukaran, daya pembeda, dan validitas lebih lengkapnya terdapat pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9

(31)

48

Tabel 3.9

Rekapitulasi Daya pembeda, Tingkat kesukaran, dan Validitas Butir Soal (lanjutan)

Persentase tingkat kesukaran soal, daya pembeda, dan validitas soal dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

(32)

Tabel 3.10

Persentase Tingkat Kesukaran Soal, Daya Pembeda, Validitas Soal, dan Reliabilitas

Analisis Soal Kriteria Persentase Reliabilitas Validitas Tidak Valid 5 % penelitian ini adalah sebanyak 25 butir soal. Rekapitulasi distribusi soal untuk setiap aspek yang akan diukur ditunjukkan pada Tabel 3.11.

Tabel 3.11

Distribusi Instrumen setiap Ranah Kognitif Ranah Kognitif Jumlah soal No soal

Hafalan (C1) 8 1, 8, 13, 14, 17, 31, 35 dan 38 Pemahaman (C2) 9 3, 6, 7, 12, 18, 26, 34, 37 dan 39

(33)

50

G. Teknik Pengolahan Data

1. Analisis Soal Pretest dan Posttest

Pengolahan data terhadap skor pretest dan posttest dimaksudkan untuk mengetahui prestasi belajar, sedangkan perhitungan gain skor dan gain ternormalisasi dimaksudkan untuk mengetahui profil peningkatan prestasi belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengukur skor tes yaitu:

a. Penskoran

Pemberian skor untuk soal pilihan ganda ditentukan berdasarkan metode Rights Only, yaitu jawaban benar di beri skor satu dan jawaban salah atau butir soal yang tidak dijawab diberi skor nol. Skor setiap siswa ditentukan dengan menghitung jumlah jawaban yang benar. Pemberian skor dihitung dengan menggunakan rumus :

S = ∑ R

(Munaf, 2001 : 44) Keterangan:

S : Skor siswa

R : Jawaban siswa yang benar

Proses penskoran ini dilakukan pada pretest maupun posttest, sehingga kita memperoleh dua buah data yaitu skor pretest siswa dan skor posttest siswa. Setelah diperoleh data skor pretest dan posttest kemudian dihitung rata-rata masing-masing data skor pretest dan posttest.

(34)

Skor gain (gain aktual) diperoleh dari selisih skor pre test dan post test. Perbedaan skor tes awal dan tes akhir ini diasumsikan sebagai efek dari perlakuan (Panggabean, 1996). Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai gain adalah:

f i

G=SS

Keterangan: G = gain

Sf = skor post test

Si = skor pre test

Untuk perhitungan nilai gain yang dinormalisasi dan pengklasifikasiannya akan digunakan persamaan sebagai berikut (Ricard R. Hake, 1998):

Keterangan:

〈g〉 = rata-rata gain yang dinormalisasi

〈G〉 = rata-rata gain aktual

〈G〉maks= gain maksimum yang mungkin terjadi

〈Sf 〉 = rata-rata skor tes akhir

〈Si〉 = rata-rata skor tes awal

Interpretasi <g> yang diperoleh ditunjukan pada Tabel 3.12.

Tabel 3.12

Nilai Rata-Rata Gain yang Dinormalisasi Gain 〈〈〈〈g〉〉〉〉 Kriteria 〈g〉 ≥ 0,7 Tinggi 0,7 > 〈g〉 ≥ 0,3 Sedang

〈g〉 < 0,3 Rendah

(35)

52

2. Analisis Data Hasil Observasi

Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi Rating Scale yang berbentuk Scala Numerik. Observasi ini dilakukan untuk mengukur aktivitas belajar siswa dan keterlaksanaan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dimana aspek-aspek yang diukurnya berbeda antara aktivitas belajar siswa dan keterlaksanaan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

a. Pengolahan data lembar observasi aktivitas siswa

Pengolahan data untuk mengukur aktivitas siswa yaitu dengan cara menghitung persentase tiap jenis aktivitas siswa. Aktivitas siswa yang dimaksud adalah aktivitas dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievment Divisions (STAD).

Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengolah data lembar observasi aktivitas siswa adalah sebagai berikut:

1) Menghitung jumlah setiap jenis aspek aktivitas yang dinilai

2) Menghitung persentase setiap jenis aspek aktivitas yang dinilai dengan menggunakan rumus:

3) Setelah dihitung persentase masing-masing jenis aktivitasnya, kemudian di bandingkan persentase yang paling dominan tiap jenis aktivitas pada setiap pertemuan.

(36)
(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data, analisis data dan pembahasan,

maka diperoleh kesimpulan penelitian sebagai berikut :

1. Profil peningkatan aktivitas belajar siswa dalam hal mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, diskusi kelompok melakukan percobaan dan mengerjakan LKS secara umum mengalami perubahan yang positif. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran fisika dapat meningkatkan aktivitas belajar

siswa.

(38)

B. Saran

Adapun saran berdasarkan temuan–temuan yang diperoleh selama melakukan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Pada kenyataannya di lapangan, ternyata pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memerlukan waktu cukup lama, oleh karena itu baik perancangan skenario pembelajaran maupun pada pelaksanaannya harus lebih optimal dalam mengatur alokasi waktu sehingga pembelajaran lebih efektif sesuai dengan yang telah direncanakan.

2. Dalam pengamatan keterlaksanaan pembelajaran dan aktivitas belajar siswa sebaiknya dilakukan oleh observer yang tetap untuk setiap treatment, sehingga observer akan lebih mengerti karakteristik siswa, guru serta model pembelajaran yang diimplementasikan.

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi, Cetakan ketujuh, Jakarta : Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI, Cetakan ketigabelas, Jakarta : PT. Rineka Cipta

Dahar, Ratna W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Depdiknas. (2006). Mata Pelajaran Fisika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta : Depdiknas.

Firdhausi, Annisa (2010). Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team

Achievment Division (STAD) dengan Menggunakan Media Alternatif

(Penelitian Tindakan Kelas, Kelas X SMA Karya Pembangunan

Ciwidey, Kabupaten Bandung, Tahun Ajaran 2009/2010). Skripsi

Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan. Gumilar, Dudi. (2010). Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada

Pelajaran Fisika melalui Implementasi Model Pembelajaran

Kooperatif tipe STAD (Student Team Achievment Division) dengan

Menggunakan Multimedia. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika

FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hake, Richard (1998) . Interactive-engagement methods in introductory

mechanics courses. [online] Dalam Department of Physics, Indiana

University, Bloomington, Indiana Tersedia :

(40)

Hamalik, Oemar. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Irwandani. (2010). Penerapan Model pembelajaran Kooperatif tipe Student Team Achievment Division (STAD) dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa.

Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Koes, Supriyono. (2003). Strategi Pembelajaran Fisika. Malang: Universitas Negeri Malang

Mabroer, Akhmad. (2006). Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran

Fisika Kelas X-2 Semester Genap Tahun Pelajaran 2005/ 2006 di

SMAN 1 Lembang. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Munaf, Syambasri. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan

Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.

Mudjiono dan Dimyati, (2006). Belajar & Pembelajaran. Jakarata: Rineka Cipta.

Panggabean, Luhut. (1996). Penelitian Pendidikan. Bandung: Jurdik Fisika.

Nana, S. (1983). Kontribusi Konsep Mengajar&Motif Berprestasi terhadap Proses Mengajar&Hasil Belajar. Tesis PPS UPI: Tidak diterbitkan

(41)

90

Panggabean, Luhut. (1989). Kontribusi Relatif Sikap Siswa pada Bimbingan Karir terhadap Prestasi Belajar Fisika. Tesis pada FPS IKIP Bandung:

Tidak Diterbitkan.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.

Sanjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sardiman. A. M. (2008). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Slavin, Robert. (2009). Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Suprijono, Agus. (2009). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Surapranata, S. (2007). Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum

2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Gambar

Tabel 1.1 Daftar Nilai Rata-rata Ulangan Siswa
Tabel 3.1 One Group Pretest-Posttest Design
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Tabel 3.2 Interpretasi Koefisien Korelasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian tentang pertumbuhan tanaman tebu ( Saccharum Officinarum L.) varietas VMC dan PSJT dengan menggunakan bibit stek dengan jumlah mata

a) Retribusi kebersihan di Kota Palu merupakan salah satu sumber.. Pendapatan Asli Daerah yang Implementasi kebijakan retribusi sepenuhnya dilaksanakan dan menjadi

Pendaftaran Nama Siswa L/P Sekolah Asal CALON PESERTA DIDIK BARU. TAHUN

Menimbang, bahwa oleh karena Tergugat tidak hadir dalam peersidangan, maka kepada Penggugat dan Tergugat tidak dapat dilakukan proses mediasi sebagaimana dimaksud

Faktor internal melibatkan human sensory (lebih pada penciuman), pengujian dengan test merokok, analisis kimia, sedangkan faktor eksternal melalui( human vision )

Penggunaan media social di kalangan mahasiswa menjadi sebuah phenomena yang menarik.penomena yang terlihat yatu, kapanpun dan dimanapun berada,

Dalam hal mengidentifikasi dan menentukan sasaran penduduk miskin, garis kemiskinan relatif cukup untuk digunakan dan disesuaikan dengan tingkat pembangunan negara

7HPD \DQJ GLXVXQJ GDODP 6,%, DGDODK ³%DKDVD ,EX VHEDJDL 6XPEHU %XGD\D /LWHUDVL´ Makalah yang ditulis dan terkumpul dalam sebuah bunga rampai pada uamumnya mengangkat tema