PENERAPAN STRATEGI LITERASI
PADA PEMBELAJARAN BERTEMA ULTRASOUND
UNTUK MENINGKATKAN LITERASI FISIKA SISWA SMP
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI
Oleh:
ESTI MARAS ISTIQLAL
0900709
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENERAPAN STRATEGI LITERASI
PADA PEMBELAJARAN BERTEMA ULTRASOUND
UNTUK MENINGKATKAN LITERASI FISIKA SISWA SMP
Oleh
Esti Maras Istiqlal
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Esti Maras Istiqlal 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PENERAPAN STRATEGI LITERASI PADA PEMBELAJARAN BERTEMA ULTRASOUND UNTUK MENINGKATKAN LITERASI
FISIKA SISWA SMP
Oleh: Esti Maras Istiqlal
0900709
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing I,
Drs. Saeful Karim, M.Si NIP. 196703071991031004
Pembimbing II,
Dr. Selly Feranie, S.Pd, M.Si NIP. 197411081999032004
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Fisika
Dr. Ida Kaniawati, M.Si
PENERAPAN STRATEGI LITERASI PADA PEMBELAJARAN
BERTEMA ULTRASOUND UNTUK MENINGKATKAN LITERASI
FISIKA SISWA SMP
Esti Maras Istiqlal, NIM. 0900709
Pembimbing I : Drs. Saeful Karim, M.Si
Pembimbing II : Dr. Selly Feranie, S.Pd, M.Si
Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI
ABSTRAK
Berdasarkan studi pendahuluan dalam pembelajaran IPA pada siswa SMP di Kota Bandung diketahui bahwa pemahaman bacaan sains siswa masih rendah, yang berpengaruh pada kemampuan scientific inquiry dan pemahaman konsep pembelajaran sains yang dimiliki siswa. Rendahnya kemampuan literasi sains ini dikarenakan masih banyak siswa yang kurang mampu mengaitkan pengetahuan sains yang dipelajari dengan fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar dan dalam pembelajarannya siswa tidak pernah dilatihkan kemampuan scientific inquiry. Ketiga kemampuan ini dapat meningkatkan kemampuan literasi sains siswa. Oleh karena itu, diperlukan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan tersebut yaitu dengan cara menerapkan strategi literasi. Strategi literasi dalam penelitian ini, terintegrasi pada tahap sebelum pembelajaran yaitu pemberian tugas awal integrated reading-writing terdiri dari bahan bacaan yang meliputi strategi membaca dan menulis dengan menggunakan metode SQRW (Survey, Question, Reading and Writing) dan pada proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan scientific inquiry dan pemahaman konsep, yang difokuskan pada materi pembelajaran fisika. Kemampuan literasi yang diukur, yakni competencies, knowledge, context dan attitudes (PISA, 2006). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan strategi literasi pada pembelajaran bertema ultrasound untuk meningkatkan literasi fisika. Metode penelitian yang digunakan quasi experiment, dengan rancangan one group pretest posttest design. Sampel penelitianya yaitu salah satu kelas VIII di salah satu SMP di Kota Bandung. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh N-gain sebesar 0,61, artinya terdapat peningkatan kemampuan literasi dalam kategori sedang sebagai impact dari penerapan strategi literasi. Sebagai tambahan diperoleh nilai rata-rata posttest sebesar 80,54 lebih tinggi dibanding nilai rata-rata pretest yaitu 50,45. Penerapan strategi literasi dapat meningkatkan literasi fisika siswa.
IMPLEMENTATION OF LITERACY STRATEGIES IN LEARNING TO IMPROVE LITERACY THEMED ULTRASOUND PHYSICS JUNIOR
HIGH SCHOOL STUDENTS
Esti Maras Istiqlal, NIM. 0900709
Lecture I : Drs. Saeful Karim, M.Si
Lecture II : Dr. Selly Feranie, S.Pd, M.Si
Physics Education, FPMIPA UPI
ABSTRACT
Based on preliminary studies in science teaching at the junior high school students in the city of Bandung is known that reading comprehension science students is still low, which affects the ability of understanding the concept of scientific inquiry and science learning of the students. The low ability of scientific literacy is because there are many students who are less able to relate science knowledge learned with phenomena that occur in the environment and the learning ability of students never practiced scientific inquiry. The third is the ability to improve students' science literacy. Therefore, the necessary learning strategies that can improve the ability of that is by implementing literacy strategies. Literacy strategies in this study, at the stage of pre-integrated learning is the provision of initial tasks integrated reading-writing consists in reading which includes reading and writing strategies using SQRW (Survey, Question, Reading and Writing) and the learning process using the learning model can improve the ability of scientific inquiry and understanding of the concept, which is focused on learning materials physics. Literacy skills are measured, ie, competencies, knowledge, context and attitudes (PISA, 2006). This study aims to determine the application of literacy strategies in learning to improve literacy themed ultrasound physics. The method used quasi experiment, with the design of one group pretest posttest design. Sample research is one of the eight grades in one junior high school in Bandung. Based on the analysis of data obtained N-gain of 0.61, meaning that there is an increase in literacy in the middle category as the impact of the implementation of literacy strategies. In addition to the average values obtained posttest at 80.54 is higher than the average pretest score is 50.45. Implementation of literacy strategies to improve students' physics literacy.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.
UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.
C. Batasan Masalah... Error! Bookmark not defined.
D. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
E. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
F. Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
G. Definisi Operasional... Error! Bookmark not defined.
BAB II STRATEGI LITERASI, LITERASI FISIKA DAN RANCANGAN
PEMBELAJARAN BERTEMA “ULTRASOUND” ... Error! Bookmark not
defined.
A. Strategi Literasi ... Error! Bookmark not defined.
B. Literasi Fisika ... Error! Bookmark not defined.
C. Rancangan Pembelajaran Bertema Ultrasound dengan Strategi Literasi
Error! Bookmark not defined.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.
A. Metode Penelitian... Error! Bookmark not defined.
B. Populasi dan Sampel ... Error! Bookmark not defined.
C. Prosedur Penelitian... Error! Bookmark not defined.
D. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.
E. Teknik Analisis dan Hasil Uji Coba Instrumen ... Error! Bookmark not
F. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.
G. Teknik Pengolahan Data ... Error! Bookmark not defined.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not
defined.
A. Implementasi Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.
B. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ... Error!
Bookmark not defined.
C. Peningkatan Literasi Fisika Untuk aspek context, Competencies dan
Knowledge ... Error! Bookmark not defined.
D. Profil Literasi Fisika Setiap Aspek literasi.. Error! Bookmark not defined.
E. Korelasi Antara Tingkat Pemahaman Bacaan dan Menulis Terhadap
Kemampuan Literasi Fisika ... Error! Bookmark not defined.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.
B. Saran ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada saat ini memiliki peranan penting untuk menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) merupakan sebuah kurikulum yang dapat memberdayakan potensi dan
kemampuan yang ada, baik untuk guru maupun siswa terutama untuk mata
pelajaran IPA. IPA atau sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang
tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada
gejala-gejala alam. Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta saja, tetapi juga ditandai oleh munculnya “metode ilmiah” (scientific methods) yang terwujud melalui suatu rangkaian “kerja ilmiah” (working scientifically), nilai dan “sikap ilmiah” (scientific attitudes) yang diarahkan pada pengalaman siswa untuk memahami gejala alam dan dapat
menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Buku merupakan sumber belajar yang seharusnya dapat membantu siswa
untuk memahami teori dan konsep-konsep IPA. Namun, masih banyak siswa yang
belum memiliki kemampuan pemahaman bacaan teks sains. Kesulitan yang
dimiliki siswa dalam membaca teks sains, yakni sulit untuk dapat memahami ide
seorang penulis karena mereka belum belajar bagaimana untuk mengatur ide-ide
saat membaca teks sains. Dengan kemampuan pemahaman bacaan teks sains akan
berdampak pada kemampuan scientific inquiry dan kemampuan pemahaman
konsep yang dimiliki seorang siswa. Siswa yang memiliki ketiga kemampuan ini,
diharapkan dapat membuat pelajaran sains lebih bermakna.
Literasi sains m
e
rupakan tujuan yang ingin dicapai mata pelajaran yangInternational Student Assessment (PISA, 2006: 20), literasi sains adalah
kemampuan menggunakan pengetahuan sains untuk mengidentifikasi
permasalahan dan menarik kesimpulan bukti-bukti dalam rangka memahami serta
membuat keputusan tentang alam dan perubahan terhadap alam melalui aktivitas
manusia. Literasi sains menurut The National Science Education Standards (1996:
22) menyatakan bahwa:
„Scientific literacy means that a person can ask, find or determine answer to questions derived from curiosity about everyday experiences. It means that a person has the ability to describe, explain, and predict natural phenomena. Scientific literacy entails being able to read with understanding articles about science in the popular press and to engage in social conversation about the validity of the conclusions. Scientific literacy implies that a person can identify scientific issues underlying national and local decisions and express positions that are scientifically and technologically informed. A literate citizen should be able to evaluate the quality of scientific information on the basis of its source and the methods used to generate it. Scientific literacy also implies the capacity to pose and evaluate arguments based on evidence and to apply conclusions from such arguments appropriately‟.
Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa literasi sains adalah dimana
seseorang dapat menjawab, menemukan atau menentukan jawaban untuk
memperoleh pertanyaan dari keingintahuan tentang pengalaman sehari-hari.
Selain itu, yang memiliki kemampuan untuk menggambarkan, menjelaskan dan
memprediksi fenomena alam. Literasi sains juga membutuhkan pemahaman
membaca dengan memahami artikel sains dan dapat menghubungkan
permasalahan sehari-hari untuk memperoleh kesimpulan yang tepat.
Berdasarkan studi literasi internasional PISA yang dilaksanakan oleh
OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) pada tahun
2006 menunjukkan kemampuan literasi sains anak Indonesia yang berumur 15
tahun, yang sampelnya diambil secara acak berada pada tingkat dengan kategori
rendah. Capaian literasi anak Indonesia menduduki peringkat 50 dari 57 negara
peserta (Balitbang, Kemdikbud: 2011). Berdasarkan data PISA tersebut,
kemampuan literasi sains anak Indonesia masih rendah diantaranya
fenomena ilmiah dan menggunakan bukti ilmiah. Ada tiga aspek yang diukur
PISA, yakni kemampuan membaca, matematika dan sains. Kemampuan literasi
sains yang diukur oleh PISA pada penelitian ini difokuskan pada kemampuan
literasi fisika dibagi ke dalam empat aspek yaitu Context, Knowledge,
Competencies dan Attitudes.
Selama Program Pengalaman Lapangan (PPL) di salah satu Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri di Kota Bandung, penulis melakukan studi
pendahuluan capaian literasi fisika terhadap 40 siswa. Dari hasil studi
pendahuluan tersebut diperoleh bahwa rata-rata siswa hanya dapat menjawab 3
soal dari 9 soal pemahaman bacaan teks fisika yang telah diberikan, 2 soal
hipotesis dan 1 soal merancang percobaan. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan bacaan teks fisika dan scientific inquiry siswa masih rendah.
Rendahnya kemampuan tersebut disebabkan kurangnya keinginan siswa untuk
membaca dan tidak mendapatkan pembelajaran yang melatihkan kemampuan
scientific inquiry. Kemampuan tersebut berkaitan dengan kemampuan literasi
fisika, sehingga rendahnya kemampuan bacaan teks fisika dan scientific inquiry
menyebabkan rendahnya kemampuan literasi fisika. Literasi fisika menurut Jon Miller (dalam Hobson: 2003) menyatakan bahwa: “civic scientific literacy as an understanding of basic scientific concepts such as the molecule and the structure
of the solar system, an understanding of the nature of scientific inquiry and a pattern of regular information consumption”. Jadi, kemampuan pemahaman bacaan, kemampuan scientific inquiry dan kemampuan pemahaman konsep
mempengaruhi kemampuan literasi fisika siswa.
Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat
berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi siswa. Pengalaman belajar
yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual akan menjadikan proses
belajar lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian
fisika yang relevan akan membentuk skema kognitif, sehingga siswa memperoleh
keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Salah satu upaya untuk mengaplikasikan
kemampuan literasi fisika siswa dengan menerapkan tujuh strategi literasi dari
Douglas Fisher, Nancy Frey dan Douglas William.
Penerapan strategi literasi tersebut bertujuan untuk mengkonstruksi
pengetahuan fisika yang dimiliki siswa. Ada tujuh strategi literasi yang
dikemukakan oleh Douglas Fisher, Nancy Frey dan Douglas William (2002) (dalam jurnal „Seven Literacy Strategies That Work‟), yakni: read-alouds, K-W-L chart/SQRW (strategi membaca), graphic organizers (startegi menulis),
vocabulary instruction, writing to learn, structured notetaking dan reciprocal
teaching. Dalam penelitian ini, empat strategi literasi diatas, yaitu read-alouds,
K-W-L chart/SQRW (strategi membaca), graphic organizers (strategi menulis),
vocabulary instruction terintegrasi ke dalam tugas awal integrated
reading-writing yang berfungsi untuk mengkonstruksi pengetahuan awal siswa dan tiga
strategi literasi terintegrasi dalam proses pembelajaran, yaitu model pembelajaran
berbasis masalah yang terdiri dari writing to learn, structured notetaking dan
reciprocal teaching.
Materi pembelajaran pada penelitian ini bertema dikarenakan kebutuhan
science literacy harus diajarkan melalui cara yang menginspirasi pemahaman dan
antusias siswa serta relevan terhadap kebudayaan siswa dan alam sekitar. Seperti
dalam jurnal physics literacy, energy and the environment yang dikemukakan
Hobson (2003) bahwa:
“general physics courses for non-scientist should be taught in a manner that inspires student understanding and enthusiasm, and is relevant to the cultural and social needs of students and society. More specifically, the course should:
Be conceptual (non-algebraic) but numerate (power of ten, metric system, graphs, percentages, estimates, probabilities, proportionalities);
Use „interactive-engangement‟ or „inquiry‟ techniques that cause students to engage, with other students, the instructor, a scientific thought process;
Be focused on a few themes rather than encyclopedic;
Instill scientific habits of mind by means of a recurrent theme such as „how do we know?‟
Dikarenakan literasi bersifat tematik dan diberikan untuk siswa SMP harus
integrated science, maka dalam penelitian ini akan difokuskan hanya dalam
pembelajaran fisika bertema ultrasound.
Hasil penelitian Gardiantari (2013) menunjukkan bahwa penerapan
strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Jika dihubungkan dengan penelitian ini,
reading infusion terintegrasi dalam pemberian tugas awal integrating
reading-writing yang diberikan sebelum pembelajaran berlangsung sedangkan saat proses
pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, kedua tahap
pembelajaran tersebut dalam penelitian ini merupakan strategi literasi. Sehingga
dengan menggunakan strategi literasi dalam pembelajaran diharapkan dapat
meningkatkan literasi fisika.
Berdasarkan latar belakang, penulis ingin mengetahui peningkatan literasi
fisika siswa sebagai impact dari penerapan strategi literasi. Oleh karena itu,
penulis membuat penelitian dengan judul: “Penerapan Strategi Literasi Pada Pembelajaran Bertema Ultrasound Untuk Meningkatkan Literasi Fisika Siswa
SMP”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana peningkatan literasi fisika siswa sebagai impact dari penerapan strategi literasi?”.
Untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian ini, maka rumusasn
masalah diatas diuraikan menjadi beberapa pernyataan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana peningkatan kemampuan literasi fisika siswa untuk aspek context,
knowledge dan competencies sebagai impact dari penerapan strategi literasi?
2. Bagaimana profil literasi fisika siswa setiap aspek literasi sebagai impact dari
3. Bagaimana korelasi antara tingkat pemahaman bacaan dan menulis siswa
terhadap kemampuan literasi fisika siswa?
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah maka penulis membatasi masalah pada
aspek-aspek yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah:
1. Strategi literasi dibatasi pada strategi literasi yang mengacu pada jurnal „Seven Literacy Strategies That Work‟ (Douglas fisher dkk, 2002).
2. Aspek literasi sains yang diukur oleh PISA 2006 pada penelitian ini
difokuskan pada literasi fisika yang meliputi aspek Context, Knowledge,
Competencies dan Attitudes pada pembelajaran bertema ultrasound.
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan literasi fisika siswa untuk
aspek context, knowledge dan competencies; profil literasi fisika siswa setiap
aspek literasi dan hubungan antara tingkat pemahaman bacaan dan menulis siswa
terhadap kemampuan literasi fisika siswa setelah diterapkannya strategi literasi
pada pembelajaran bertema ultrasound.
E. Manfaat Penelitian
Terkait dengan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka
manfaat yang diharapkan dari penelitian ini:
1. Bagi Guru: dapat memberikan alternatif desain pembelajaran tematik dengan
penerapan strategi literasi untuk meningkatkan kemampuan literasi fisika
siswa.
F. Variabel Penelitian
Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari strategi literasi dan
literasi fisika.
G. Definisi Operasional
1. Literasi fisika yang dimaksud adalah kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang untuk memahami pengetahuan fisika, menggunakan
keterampilan proses sains, serta menerapkan pengetahuan fisika untuk
menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk
mengetahui seberapa besar peningkatan literasi fisika, digunakan alat ukur
berupa tes soal pilihan ganda literasi fisika yang mengadopsi bentuk soal
PISA berdasarkan aspek literasi, yaitu Context, Knowledge dan
Competencies, serta aspek Attitudes untuk mengetahui ketertarikan siswa
pada pembelajaran bertema ultrasound. Peningkatan literasi fisika dalam
penelitian ini dilihat dari nilai gain ternormalisasi yang didefinisikan
dengan kriteria Hake.
2. Strategi literasi yang dimaksud adalah tujuh strategi literasi yang
dikemukakan oleh Douglas Fisher, et.al, yakni: read-alouds, K-W-L
chart/SQRW (strategi membaca), graphic organizers (startegi menulis),
vocabulary instruction, writing to learn, structured notetaking dan
reciprocal teaching. Tujuh strategi tersebut diintegrasikan ke dalam paket
pembelajaran yang terdiri dari pemberian tugas awal integrated
reading-writing dan model pembelajaran berbasis masalah.
3. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pemahaman bacaan dan
menulis siswa dengan kemampuan literasi fisika siswa dihitung dari hasil
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Sugiyono (2008) mengatakan bahwa metode penelitian merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data untuk tujuan tertentu. Pada penelitian ini, metode
yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen semu (quasi experimental).
Menurut Panggabean (1996: 27) tujuan penelitian experimen semu adalah untuk
memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat
diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak
memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang
relevan.
Pada penelitian eksperimen semu ini, keberhasilan penerapan strategi
literasi dilihat dari perbedaan nilai tes kelompok eksperimen sebelum diberi
perlakuan dan setelah diberi perlakuaan. Penelitian ini hanya menggunakan satu
sampel penelitian yaitu, kelompok kelas eksperimen saja tanpa menggunakan
kelas kontrol sebagai pembanding. Kelompok eksperimen merupakan kelompok
yang diberi perlakuan yaitu penerapan strategi literasi. Sedangkan desain
pembelajaran yang digunakannya adalah one group pretest postest design. Secara
umu desain ini digambarkan pada Tabel 3.1:
Tabel 3.1 Skema one group pretest-posttest design
Pretest Treatment Posttest
O1 X O2
(Sugiyono, 2008 : 11)
Keterangan :
O1 = Test awal sebelum diberi perlakuan
O2 = Test akhir setelah diberi perlakuan
O1 = O2
Tes dilakukan dua kali yaitu sebelum dan setelah perlakuan (treatment).
Pembelajaran dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Kelompok eksperimen
diberi perlakuan dengan menerapkan strategi literasi sebanyak dua kali pertemun.
Sebelum dilaksanakan pembelajaran menggunakan strategi literasi, terlebih
dahulu kelompok eksperimen diberi tugas awal integrated reading-writing yang
diberikan pada sebelum pertemuan pembelajaran untuk mengetahui kemampuan
pengetahuan awal tentang literasi fisika, kemudian dilanjutkan dengan pemberian
perlakuan, yaitu menerapkan strategi literasi. Pada pembelajaran dikelas
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah yang sesuai dengan materi
yang diberikan pada tugas awal integrated reading-writing dan berakhir dengan
pemberian tes akhir.
B. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011: 61).
Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti
(Arikunto, 2006: 131). Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus
betul-betul representative atau mewakili (Sugiyono, 2012: 62).
Berdasarkan pernyataan tersebut maka dalam penelitian ini penulis
mengambil populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas VIII salah satu SMP Negeri di Kota Bandung. Sedangkan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah salah satu kelas VIII di salah satu SMP
Negeri di Kota Bandung dengan jumlah siswa sebanyak 37 siswa. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling purposive, dengan
C. Prosedur Penelitian
Langkah – langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga
tahapan , yaitu :
1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah :
a. Menentukan sekolah yang dijadikan tempat penelitian, kemudian
menghubungi pihak sekolah untuk perijinan akan diadakan penelitian
disekolah tersebut.
b. Studi literatur, dilakukan bersamaan dengan studi pendahuluaan untuk
mengkaji pembelajaran fisika yang ideal menurut teori.
c. Merumuskan masalah terkait adanya ketidaksesuai antara fakta
dilapangan dengan kondisi ideal yang ada pada teori.
d. Menentukan variabel penelitian.
e. Menentukan hipotesis penelitian untuk mengetahui hubungan antar
variabel.
f. Menyusun instrumen termasuk didalamnya RPP.
g. Menguji coba instrumen tersebut.
2. Tahap pelaksanaan
Kegiatan pada tahap pelaksanaan dilakukan dengan menerapkan
pemberian tugas awal integreted reading-writting dalam pembelajaran
berbasis masalah untuk mengukur kemampuan literasi fisika siswa :
a. Memberikan tes awal (pretest) untuk mengukur kemampuan awal
literasi fisika.
b. Mmeberikan perlakuan dengan cara pemberian tugas awal integreted
reading-writting dalam pembelajaran berbasis masalah.
c. Memberikan tes akhir (posttest) untuk mengukur literasi fisika siswa.
3. Tahap Akhir
a. Mengelola dan menganalisis data hasil pretest dan posttest.
b. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari
c. Memberikan rekomendasi-rekomendasi terhadap aspek penelitian yang
kurang memadai.
Secara singkat prosedur penelitian pada Gambar 3.1:
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk
memperoleh data yang dapat mendukung pencapaian tujuan penelitian. Pada
penelitian ini, pengumpulan data berupa tes. Adapun instrumen yan digunakan
dalam seluruh rangkaian penelitian ini, yaitu terdiri dari satu set soal untuk tes
awal (pretest) dan test akhir (posttest) sebagai alat ukur kemampuan literasi fisika
serta tugas awal integrated Reading-Writing sebagai salah satu tahapan penerapan
strategi literasi. Berdasarkan kebutuhan penelitian maka instrumen penelitian yang
akan digunakan adalah sebagai berikut :
1. Tes Literasi Fisika
Arikunto (2011:53) menerangkan bahwa tes merupakan alat atau
prosedur yang digunakan untuk mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara
dan aturan-aturan yang telah ditentukan. Pada penelitian ini, instrumen tes
Tahap Persiapan Tahap Pelaksanaan Tahap Akhir
yang digunakan terdiri dari instrumen tes awal (pretest) dan instrumen tes
akhir (posttest) digunakan utuk mengukur literasi fisika siswa. Dari hasil tes
ini akan dihitung nilai gain yang dinormalisasi (N-gain) untuk mengetahui
peningkatan literasi fisika siswa dan ketertarikan siswa terhadap matari
pembelajaran bertema ultrasound pada saat sebelum dan setelah penerapan
strategi literasi. Butir-butir soal didalammya mencangkup soal-soal sesuai
dengan indikator kemampuan literasi fisika, mengadopsi pada bentuk soal
PISA 2006 yang mencangkup context, knowledge, competencies dan attitudes.
Bentuk soal berupa pilihan ganda dengan lima pilihan pengecoh jawaban dan
serentetan pernyataan untuk mengetahui scientific attitudes siswa.
2. Pemberian tugas awal integrated reading-writing
Tugas awal integrated reading-writing yang dimaksud adalah tugas
rumah baca-tulis instruksional. Pada tugas rumah integreted reading-writing,
diberikan strategi membaca dan menulis dengan menggunakan metode
SQRW. Tugas awal integrated reading-writing merupakan bagian dari strategi
literasi yang berfungsi untuk mengkonstruksi pengetahuan awal siswa
sebelum pembelajaran. Pada penelitian ini tugas awal Integrated
Reading-Writing dianalisis secara keseluruhan sebagai treatment penelitian yaitu
penerapan strategi literasi.
3. Format Observasi
Observasi keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah dilakukan pada dua objek yaitu guru dan
siswa. Format observasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah
tahapan-tahapan pembelajaran sudah terlaksana. Format observasi juga digunakan
untuk mengecek bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran
E. Teknik Analisis dan Hasil Uji Coba Instrumen
Instrumen adalah alat yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data
penelitian (Arikunto, 2009: 10). Instrumen yang telah dibuat diujicobakan pada
kelas VIII pada salah satu SMP di Kota Bandung yang telah mendapat
pembelajaran pada materi bunyi. Ini dimaksudkan agar data yang diperoleh saat
penelitian adalah data yang benar sehingga dapat mengambarkan kemampuan
subjek penelitian dengan tepat. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu
instrument penelitian minimal dua macam, yaitu validitas dan reabilitas. Tetapi
untuk instrumen tertentu seperti tes hasil belajar dengan soal pilihan ganda
ditambahkan persyaratan daya pembeda dan tingkat kesulitan butir soal
(Sukmadinata, 2009: 208). Pada penelitian ini hasil test belajar yaitu pretest dan
posttest untuk mengetahui peningkatan literasi fisika siswa.
1. Reliabilitas
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan (Arikunto, 2009:
86). Reliabilitas merupakan ukuran sejauh mana alat ukur yang digunakan
dapat memberikan gambaran kemampuan seseorang. Hasil pengukuran tidak
terpengaruh oleh pelaku, situasi dan kondisi, Alat ukur yang memiliki
reabilitas tinggi disebut alat ukur yang reliabel.
Metode pengukuran reabilitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode test-retest. Instrumen penelitian yang reliabilitasnya diuji
dengan test-retest dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali
pada resonden. Jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondennya sama dan
waktunya yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara
percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan
signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliable. Pengujian cara
ini sering juga disebut stability.
Dengan teknik korelasi product moment dapat dihitung harga ri sebagai
harga untuk mengukur reliabilitas instrumen kemampuan literasi fisika
∑ ∑ ∑
√( ∑ ∑ )( ∑ ) ∑
(Sugiyono, 2012: 356)
Keterangan :
r i = koefisien korelasi antara variabel yang di korelasikan
X = skor siswa yang menjawab benar percobaan I
Y = skor siswa yang menjawab benar percobaan II
n = jumlah siswa uji coba
Hasil nilai dari reliabilitas diinterpretasikan sesuai dengan kategori pada Tabel
3.2 :
Tabel 3.2 Klasifikasi Reliabilitas
Range Validitas
0,00-0,02 Sangat Rendah
0,21-0,40 Rendah
0,41-0,60 Sedang
0,61-0,80 Tinggi
0,81-1,00 Sangat Tinggi
( Arikunto, 2009 : 75)
2. Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sulit. Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukan sukar atau
mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,00.
Indeks ini menunjukan taraf kesukaran soal. Saol yang memiliki indeks 0,00
artinya soal tersebut terlalu sukar sedangkan soal yang memiliki indeks 1,00
menunjukan bahwa soalnya terlalu mudah. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Dimana:
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS= Jumlah seluruh siswa peserta tes
Tingkat kesukaran diinterpretasikan pada Tabel 3.3 :
Tabel 3.3 Interpretasi Tingkat Kesukaran
Nilai P Interpretasi
0,00-0,20 Sukar
0,30-0,69 Sedang
0,70-1,00 Mudah
(Arikunto, 2009: 210)
3. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak pandai. Angka yang
menunjukan besarnya daya pembeda disebut daya pembeda. Indeksnya
berkisar antara 0,0 sampai 1,00. Untuk menentukan nilai daya pembeda,
digunakan rumus sebagai berikut :
(Arikunto, 2009: 213)
Keterangan:
J = Jumlah peserta tes
JA = Banyaknya peserta kelomopok atas
JB = Banyaknya peserta kelomopok bawah
BA = Banyaknya pserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB =Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan
Dengan klasifikasi daya pembeda pada Tabel 3.4 :
Tabel 3.4 Interpretasi Daya Pembeda
Nilai Daya Pembeda Interpretasi
Negatif Tidak Baik, harus dibuang
0,00-0,19 Jelek
0,20-0,39 Cukup
0,40-0,69 Baik
0,70-1,00 Baik Sekali
(Arikunto : 2009 : 218)
4. Analisis Hasil Uji Instrumen
Uji instrumen penelitian dilaksanakan pada kelas VIII di salah satu SMP
di Kota Bandung. Data hasil uji coba instrumen kemudian dianalisis meliputi
uji validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan reliabilitasnya. Hasil
instrumen tes literasi fisika yang sudah dianalisis, dapat dilihat pada Tabel
3.5 :
Tabel 3.5 Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Instrumen
No
Soal
Tingkat Kesukaran Daya Pembeda
Keterangan
Nilai Kriteria Nilai Kriteria
11 1 Mudah 0 Tidak Baik Dibuang
Soal yang daya pembedanya dengan kriteria tidak baik tidak digunakan
dalam penelitian. Dengan demikian secara umum tiap butir soal dalam
penelitian bernilai valid dan dapat gunakan dalam penelitian.
Nilai reliabilitas soal ditentukan dengan metode test-retest. Dari hasil analisis
diperoleh harga ri hitung sebesar 0, 913 dengan kategori tinggi, dengan n = 37
taraf kesalahan 5% diperoleh 0,325 dan taraf kesalahan 1% diperoleh 0,418.
Karena ri hitung lebih besar dari r tabel untuk taraf kesalahan 5% maupun 1%
(0,913>0,418>0,325), maka dapat disimpulkan instrumen kemampuan literasi
fisika reliabel dan dapat dipergunakan untuk penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri atas soal literasi fisika. Teknik pengumpulan
data pada penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.6:
Tabel 3.6 Teknik Pengumpulan Data
Jenis Data Instrumen Teknik Pengumpulan Data
Jenis Data Instrumen Teknik Pengumpulan Data
fisika dari hasil tes awal sebelum
treatment dan tes akhir setelah
treatment selesai.
Teknik pengelolaan data dilakukan dengan perhitungan secara statistik. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan literasi fisika siswa.
Pada penelitian ini data yang dianalisis adalah data hasil test literasi fisika untuk
aspek context, competencies dan knowledge. Untuk aspek atitudes dianalisis
secara terpisah.
1. Data Hasil Tes Literasi Fisika untuk Aspek Context, Competencies dan
Knowledge
Instrumen tes yang digunakan pada penelitian ini adalah bentuk soal
pilihan ganda. Pengolahan data dilakukan dengan cara menentukan skor siswa
pada pretest dan postest. Hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan
literasi fisika. Selanjutnya ditentukan nilai gain untuk menentukan efek
peningkatan skor pretest dan posttest. Secara matematis ditulis sebagai
berikut:
(Hake, 1999)
Keterangan :
<Sf>= rata-rata skor posttest
<Si>= rata-rata skor pretest
Tabel 3.7 Nilai rata-rata gain yang dinormalisasi
Nilai rata-rata gain
yang dinormalisasi
Keterangan
0,00 < <g> ≤ 0,30 Rendah 0,30 < <g> ≤ 0,70 Sedang 0,70 < <g> ≤ 1,00 Tinggi
(Hake, 1999)
2. Data Hasil Tes Literasi Fisika untuk Aspek Attitudes
Analisis data hasil tes literasi fisika untuk aspek attitudes dalam
penelitian ini berdasarkan pada hasil soal yang berupa pernyataan yang diisi
oleh siswa pada saat treatment strategi literasi selesai dilakukan. Data hasil
aspek attitudes berupa data kualitatif, digunakan untuk mengetahui
ketertarikan siswa terhadap materi pembelajaran bertema ultrasound.
3. Uji Korelasi
Tinggi-rendahnya, kuat-lemahnya atau besar kecilnya suatu korelasi
dapat diketahui dengan melihat angka besar kecilnya suatu angkat (koefisien)
yang disebut angka indeks korelasi (Sudjiono: 2011: 182). Salah satu rumus
yang digunakan untuk menguji korelasi adalah korelasi Spearman Rank, jika
sumber data untuk kedua variabel yang akan dikonversikan dapat berasal dari
sumber yang tidak sama, jenis data yang dikorelasikan adalah data ordinal,
serta data dari kedua variabel tidak harus membentuk distribusi normal
data ordinal atau berjenjang atau ranking dan bebas distribusi seperti rumus
dibawah ini:
∑
(Sugiyono, 2012: 245)
Keterangan:
koefisien korelasi perbedaan ranking bi = perbedaan dua pasang ranking
n= jumlah sampel
Dengan interpretasi seperti pada Tabel 3.8:
Tabel 3.8 Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat Kuat
(Sugiyono, 2001: 148)
4. Data Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Keterlaksanaan pembelajaran yang diterapkan pada penelitian ini
berdasarkan hasil pengamatan observer terhadap aktivitas guru dan siswa
saat pembelajaran berlangsung. Data diolah dengan memberikan skor satu
pada tahapan pembelajaran yang dilaksanakan dan skor nol pada tahapan
yang tidak terlaksana. Data disajikan dengan mempresentasikan ke dalam
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap siswa kelas VIII di
salah satu SMP Negeri di Kota Bandung mengenai penerapan strategi literasi pada
pembelajaran bertema ultrasound untuk meningkatkan literasi fisika siswa SMP
dapat disimpulkan bahwa:
1. Literasi fisika siswa untuk aspek context, competencies dan knowledge
setelah diterapkannya strategi literasi pada pembelajaran bertema
ultrasound di SMP mengalami peningkatan sebesar 0,61 dengan kriteria
sedang.
2. Profil untuk setiap aspek literasi terhadap materi pembelajaran bertema
ultrasound setelah diterapkannya strategi literasi mengalami peningkatan,
untuk aspek knowledge sebesar 0,84; aspek context sebesar 0,63; aspek
competencies sebesar 0,50; dan aspek attitudes diperoleh respon yang
positif dari siswa.
3. Korelasi antara tingkat pemahaman membaca dan menulis terhadap
kemampuan literasi fisika untuk aspek context, competencies dan
knowledge sebagai impact dari penerapan strategi literasi pada
pembelajaran bertema ultrasound diperoleh perhitungan korelasi
perbedaan ranking dari Spearman terhadap aspek context sebesar ρ = 0,49,
korelasi perbedaan ranking dari Spearman terhadap aspek competencies
sebesar ρ = 0,41 dan korelasi perbedaan ranking dari Spearman terhadap
B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang
diajukan oleh peneliti, antara lain:
1. Penerapan strategi literasi dapat dijadikan sebagai salah satu strategi
untuk meningkatkan literasi fisika.
2. Untuk memaksimalkan peningkatan literasi fisika dalam proses
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah,
sebaiknya sebelum kegiatan penyelidikan dilakukan, siswa diberikan
pengarahan cara menggunakan alat peraga dengan benar sehingga tidak
terjadi kesalahan pengukuran yang akan mengakibatkan terjadinya
kekeliruan dalam pengambilan kesimpulan.
3. Sebaiknya siswa lebih banyak dibekalkan kemampuan scientific inquiry,
pemahaman konsep fisika dan pemahaman membaca fisika. Hal ini
bertujuan untuk melatihkan siswa memiliki kemampuan literasi fisika
yang diharapkan.
4. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai peningkatan literasi
fisika dan kaitannya dengan motivasi belajar siswa. Sehingga dapat
diketahui apakah peningkatan literasi fisika dapat mempengaruhi
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard. (2008). Learning to Teach. Yogykarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Badan Penelitian dan Pengembangan. (2007). Kajian Kebijakan Kurikulum Mata
Pelajaran IPA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Bowers, Patricia. (2000). Reading and Writing in the Science Classroom.
[Online]. Tersedia: irw by patricia bowers.html. [20 Desember 2012].
Fang, Zhihui. (2010). “Improving Middle School Student Science Literacy Through Reading Infusion”. Journal of Education Research.103, 262-273.
Fisher Douglas, Nancy Frey dan Douglas Williams. (2002). “Seven Literacy
Strategies That Work”. 28, (3), 70-73.
Gardiantari, Melya Dwi. (2013). Penerapan Strategi Pembelajaran Problem
Solving Dengan Reading Infusion Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Siswa SMP. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Hake, Richard R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia:
http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyzing Change-Gain.pdf. [22 Mei
2013].
Hakimah, Azizah At-tahirah. (2012). Efektivitas Pemberian Tugas Awal TIK Pada
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigasi Dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI
Bandung: tidak diterbitkan.
Hariadi, Eko. (2009). “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Literasi Sains Siswa
Hastia, Mega. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk
Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Skripsi Sarjana pada FPMIPA
UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Hobson, Art. (2003). “Physics Literacy, Energy and The Environment”. Journal
IOP Journal of Physics Education. 38, 109-114.
National Professional Development Program. (1996). Literacy Strategies
Handbook. Cambridge: Cambridge University Press.
National Science Education Standards. (1996). Science Education. New York:
The National Academies Press.
Panggabean, Luhut P. (2001). Statistika Dasar. Bandung: JICA.
Program for Internasional Student Assessment. (2006). Assessing Scientific,
Reading and Mathematical Literacy. By the government of Organisation for
Economic Co-operation Development.
Sahala, Stepanus dan Abdus Samad. (2010). Penerapan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah dalam Pembiasan Cahaya pada Lensa terhadap Hasil
Belajar Siswa di Kelas VIII SMP Negeri 5 Ketapang. Jurnal Matematika
dan IPA. 1, (2).
Sessoms, Terri. (2012). Integrated Literacy Strategies Into Science Instruction.
Handbook by Carolina Curriculum Leadership.
Sudijono, Anas. (2011). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Toharudin, U., Hendrawati, S. dan Rustaman, A. (2011). Membangun Literasi
Sains Peserta Didik. Bandung: Humaniora.
Wattimena, Herman S. (2010). Rangkuman Perkembangan Pendidikan IPA.
Makalah pada Program Studi Pendidikan IPA Sekolah Paska Sarjana UPI,