• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN STRATEGI LITERASI PADA PEMBELAJARAN BERTEMA ULTRASOUND UNTUK MENINGKATKAN LITERASI FISIKA SISWA SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN STRATEGI LITERASI PADA PEMBELAJARAN BERTEMA ULTRASOUND UNTUK MENINGKATKAN LITERASI FISIKA SISWA SMP."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN STRATEGI LITERASI

PADA PEMBELAJARAN BERTEMA ULTRASOUND

UNTUK MENINGKATKAN LITERASI FISIKA SISWA SMP

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

Oleh:

ESTI MARAS ISTIQLAL

0900709

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENERAPAN STRATEGI LITERASI

PADA PEMBELAJARAN BERTEMA ULTRASOUND

UNTUK MENINGKATKAN LITERASI FISIKA SISWA SMP

Oleh

Esti Maras Istiqlal

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Esti Maras Istiqlal 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan

(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENERAPAN STRATEGI LITERASI PADA PEMBELAJARAN BERTEMA ULTRASOUND UNTUK MENINGKATKAN LITERASI

FISIKA SISWA SMP

Oleh: Esti Maras Istiqlal

0900709

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I,

Drs. Saeful Karim, M.Si NIP. 196703071991031004

Pembimbing II,

Dr. Selly Feranie, S.Pd, M.Si NIP. 197411081999032004

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

Dr. Ida Kaniawati, M.Si

(4)

PENERAPAN STRATEGI LITERASI PADA PEMBELAJARAN

BERTEMA ULTRASOUND UNTUK MENINGKATKAN LITERASI

FISIKA SISWA SMP

Esti Maras Istiqlal, NIM. 0900709

Pembimbing I : Drs. Saeful Karim, M.Si

Pembimbing II : Dr. Selly Feranie, S.Pd, M.Si

Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

ABSTRAK

Berdasarkan studi pendahuluan dalam pembelajaran IPA pada siswa SMP di Kota Bandung diketahui bahwa pemahaman bacaan sains siswa masih rendah, yang berpengaruh pada kemampuan scientific inquiry dan pemahaman konsep pembelajaran sains yang dimiliki siswa. Rendahnya kemampuan literasi sains ini dikarenakan masih banyak siswa yang kurang mampu mengaitkan pengetahuan sains yang dipelajari dengan fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar dan dalam pembelajarannya siswa tidak pernah dilatihkan kemampuan scientific inquiry. Ketiga kemampuan ini dapat meningkatkan kemampuan literasi sains siswa. Oleh karena itu, diperlukan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan tersebut yaitu dengan cara menerapkan strategi literasi. Strategi literasi dalam penelitian ini, terintegrasi pada tahap sebelum pembelajaran yaitu pemberian tugas awal integrated reading-writing terdiri dari bahan bacaan yang meliputi strategi membaca dan menulis dengan menggunakan metode SQRW (Survey, Question, Reading and Writing) dan pada proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan scientific inquiry dan pemahaman konsep, yang difokuskan pada materi pembelajaran fisika. Kemampuan literasi yang diukur, yakni competencies, knowledge, context dan attitudes (PISA, 2006). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan strategi literasi pada pembelajaran bertema ultrasound untuk meningkatkan literasi fisika. Metode penelitian yang digunakan quasi experiment, dengan rancangan one group pretest posttest design. Sampel penelitianya yaitu salah satu kelas VIII di salah satu SMP di Kota Bandung. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh N-gain sebesar 0,61, artinya terdapat peningkatan kemampuan literasi dalam kategori sedang sebagai impact dari penerapan strategi literasi. Sebagai tambahan diperoleh nilai rata-rata posttest sebesar 80,54 lebih tinggi dibanding nilai rata-rata pretest yaitu 50,45. Penerapan strategi literasi dapat meningkatkan literasi fisika siswa.

(5)

IMPLEMENTATION OF LITERACY STRATEGIES IN LEARNING TO IMPROVE LITERACY THEMED ULTRASOUND PHYSICS JUNIOR

HIGH SCHOOL STUDENTS

Esti Maras Istiqlal, NIM. 0900709

Lecture I : Drs. Saeful Karim, M.Si

Lecture II : Dr. Selly Feranie, S.Pd, M.Si

Physics Education, FPMIPA UPI

ABSTRACT

Based on preliminary studies in science teaching at the junior high school students in the city of Bandung is known that reading comprehension science students is still low, which affects the ability of understanding the concept of scientific inquiry and science learning of the students. The low ability of scientific literacy is because there are many students who are less able to relate science knowledge learned with phenomena that occur in the environment and the learning ability of students never practiced scientific inquiry. The third is the ability to improve students' science literacy. Therefore, the necessary learning strategies that can improve the ability of that is by implementing literacy strategies. Literacy strategies in this study, at the stage of pre-integrated learning is the provision of initial tasks integrated reading-writing consists in reading which includes reading and writing strategies using SQRW (Survey, Question, Reading and Writing) and the learning process using the learning model can improve the ability of scientific inquiry and understanding of the concept, which is focused on learning materials physics. Literacy skills are measured, ie, competencies, knowledge, context and attitudes (PISA, 2006). This study aims to determine the application of literacy strategies in learning to improve literacy themed ultrasound physics. The method used quasi experiment, with the design of one group pretest posttest design. Sample research is one of the eight grades in one junior high school in Bandung. Based on the analysis of data obtained N-gain of 0.61, meaning that there is an increase in literacy in the middle category as the impact of the implementation of literacy strategies. In addition to the average values obtained posttest at 80.54 is higher than the average pretest score is 50.45. Implementation of literacy strategies to improve students' physics literacy.

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined.

B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

C. Batasan Masalah... Error! Bookmark not defined.

D. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

E. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

F. Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

G. Definisi Operasional... Error! Bookmark not defined.

BAB II STRATEGI LITERASI, LITERASI FISIKA DAN RANCANGAN

PEMBELAJARAN BERTEMA “ULTRASOUND” ... Error! Bookmark not

defined.

A. Strategi Literasi ... Error! Bookmark not defined.

B. Literasi Fisika ... Error! Bookmark not defined.

C. Rancangan Pembelajaran Bertema Ultrasound dengan Strategi Literasi

Error! Bookmark not defined.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.

A. Metode Penelitian... Error! Bookmark not defined.

B. Populasi dan Sampel ... Error! Bookmark not defined.

C. Prosedur Penelitian... Error! Bookmark not defined.

D. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.

E. Teknik Analisis dan Hasil Uji Coba Instrumen ... Error! Bookmark not

(7)

F. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.

G. Teknik Pengolahan Data ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not

defined.

A. Implementasi Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

B. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ... Error!

Bookmark not defined.

C. Peningkatan Literasi Fisika Untuk aspek context, Competencies dan

Knowledge ... Error! Bookmark not defined.

D. Profil Literasi Fisika Setiap Aspek literasi.. Error! Bookmark not defined.

E. Korelasi Antara Tingkat Pemahaman Bacaan dan Menulis Terhadap

Kemampuan Literasi Fisika ... Error! Bookmark not defined.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.

B. Saran ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada saat ini memiliki peranan penting untuk menghasilkan

sumber daya manusia yang berkualitas. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) merupakan sebuah kurikulum yang dapat memberdayakan potensi dan

kemampuan yang ada, baik untuk guru maupun siswa terutama untuk mata

pelajaran IPA. IPA atau sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang

tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada

gejala-gejala alam. Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta saja, tetapi juga ditandai oleh munculnya “metode ilmiah” (scientific methods) yang terwujud melalui suatu rangkaian “kerja ilmiah” (working scientifically), nilai dan “sikap ilmiah” (scientific attitudes) yang diarahkan pada pengalaman siswa untuk memahami gejala alam dan dapat

menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Buku merupakan sumber belajar yang seharusnya dapat membantu siswa

untuk memahami teori dan konsep-konsep IPA. Namun, masih banyak siswa yang

belum memiliki kemampuan pemahaman bacaan teks sains. Kesulitan yang

dimiliki siswa dalam membaca teks sains, yakni sulit untuk dapat memahami ide

seorang penulis karena mereka belum belajar bagaimana untuk mengatur ide-ide

saat membaca teks sains. Dengan kemampuan pemahaman bacaan teks sains akan

berdampak pada kemampuan scientific inquiry dan kemampuan pemahaman

konsep yang dimiliki seorang siswa. Siswa yang memiliki ketiga kemampuan ini,

diharapkan dapat membuat pelajaran sains lebih bermakna.

Literasi sains m

e

rupakan tujuan yang ingin dicapai mata pelajaran yang

(9)

International Student Assessment (PISA, 2006: 20), literasi sains adalah

kemampuan menggunakan pengetahuan sains untuk mengidentifikasi

permasalahan dan menarik kesimpulan bukti-bukti dalam rangka memahami serta

membuat keputusan tentang alam dan perubahan terhadap alam melalui aktivitas

manusia. Literasi sains menurut The National Science Education Standards (1996:

22) menyatakan bahwa:

Scientific literacy means that a person can ask, find or determine answer to questions derived from curiosity about everyday experiences. It means that a person has the ability to describe, explain, and predict natural phenomena. Scientific literacy entails being able to read with understanding articles about science in the popular press and to engage in social conversation about the validity of the conclusions. Scientific literacy implies that a person can identify scientific issues underlying national and local decisions and express positions that are scientifically and technologically informed. A literate citizen should be able to evaluate the quality of scientific information on the basis of its source and the methods used to generate it. Scientific literacy also implies the capacity to pose and evaluate arguments based on evidence and to apply conclusions from such arguments appropriately‟.

Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa literasi sains adalah dimana

seseorang dapat menjawab, menemukan atau menentukan jawaban untuk

memperoleh pertanyaan dari keingintahuan tentang pengalaman sehari-hari.

Selain itu, yang memiliki kemampuan untuk menggambarkan, menjelaskan dan

memprediksi fenomena alam. Literasi sains juga membutuhkan pemahaman

membaca dengan memahami artikel sains dan dapat menghubungkan

permasalahan sehari-hari untuk memperoleh kesimpulan yang tepat.

Berdasarkan studi literasi internasional PISA yang dilaksanakan oleh

OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) pada tahun

2006 menunjukkan kemampuan literasi sains anak Indonesia yang berumur 15

tahun, yang sampelnya diambil secara acak berada pada tingkat dengan kategori

rendah. Capaian literasi anak Indonesia menduduki peringkat 50 dari 57 negara

peserta (Balitbang, Kemdikbud: 2011). Berdasarkan data PISA tersebut,

kemampuan literasi sains anak Indonesia masih rendah diantaranya

(10)

fenomena ilmiah dan menggunakan bukti ilmiah. Ada tiga aspek yang diukur

PISA, yakni kemampuan membaca, matematika dan sains. Kemampuan literasi

sains yang diukur oleh PISA pada penelitian ini difokuskan pada kemampuan

literasi fisika dibagi ke dalam empat aspek yaitu Context, Knowledge,

Competencies dan Attitudes.

Selama Program Pengalaman Lapangan (PPL) di salah satu Sekolah

Menengah Pertama (SMP) Negeri di Kota Bandung, penulis melakukan studi

pendahuluan capaian literasi fisika terhadap 40 siswa. Dari hasil studi

pendahuluan tersebut diperoleh bahwa rata-rata siswa hanya dapat menjawab 3

soal dari 9 soal pemahaman bacaan teks fisika yang telah diberikan, 2 soal

hipotesis dan 1 soal merancang percobaan. Hal ini menunjukkan bahwa

kemampuan bacaan teks fisika dan scientific inquiry siswa masih rendah.

Rendahnya kemampuan tersebut disebabkan kurangnya keinginan siswa untuk

membaca dan tidak mendapatkan pembelajaran yang melatihkan kemampuan

scientific inquiry. Kemampuan tersebut berkaitan dengan kemampuan literasi

fisika, sehingga rendahnya kemampuan bacaan teks fisika dan scientific inquiry

menyebabkan rendahnya kemampuan literasi fisika. Literasi fisika menurut Jon Miller (dalam Hobson: 2003) menyatakan bahwa: “civic scientific literacy as an understanding of basic scientific concepts such as the molecule and the structure

of the solar system, an understanding of the nature of scientific inquiry and a pattern of regular information consumption”. Jadi, kemampuan pemahaman bacaan, kemampuan scientific inquiry dan kemampuan pemahaman konsep

mempengaruhi kemampuan literasi fisika siswa.

Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat

berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi siswa. Pengalaman belajar

yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual akan menjadikan proses

belajar lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian

fisika yang relevan akan membentuk skema kognitif, sehingga siswa memperoleh

keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Salah satu upaya untuk mengaplikasikan

(11)

kemampuan literasi fisika siswa dengan menerapkan tujuh strategi literasi dari

Douglas Fisher, Nancy Frey dan Douglas William.

Penerapan strategi literasi tersebut bertujuan untuk mengkonstruksi

pengetahuan fisika yang dimiliki siswa. Ada tujuh strategi literasi yang

dikemukakan oleh Douglas Fisher, Nancy Frey dan Douglas William (2002) (dalam jurnal „Seven Literacy Strategies That Work‟), yakni: read-alouds, K-W-L chart/SQRW (strategi membaca), graphic organizers (startegi menulis),

vocabulary instruction, writing to learn, structured notetaking dan reciprocal

teaching. Dalam penelitian ini, empat strategi literasi diatas, yaitu read-alouds,

K-W-L chart/SQRW (strategi membaca), graphic organizers (strategi menulis),

vocabulary instruction terintegrasi ke dalam tugas awal integrated

reading-writing yang berfungsi untuk mengkonstruksi pengetahuan awal siswa dan tiga

strategi literasi terintegrasi dalam proses pembelajaran, yaitu model pembelajaran

berbasis masalah yang terdiri dari writing to learn, structured notetaking dan

reciprocal teaching.

Materi pembelajaran pada penelitian ini bertema dikarenakan kebutuhan

science literacy harus diajarkan melalui cara yang menginspirasi pemahaman dan

antusias siswa serta relevan terhadap kebudayaan siswa dan alam sekitar. Seperti

dalam jurnal physics literacy, energy and the environment yang dikemukakan

Hobson (2003) bahwa:

“general physics courses for non-scientist should be taught in a manner that inspires student understanding and enthusiasm, and is relevant to the cultural and social needs of students and society. More specifically, the course should:

Be conceptual (non-algebraic) but numerate (power of ten, metric system, graphs, percentages, estimates, probabilities, proportionalities);

 Use „interactive-engangement‟ or „inquiry‟ techniques that cause students to engage, with other students, the instructor, a scientific thought process;

Be focused on a few themes rather than encyclopedic;

Instill scientific habits of mind by means of a recurrent theme such as „how do we know?‟

(12)

Dikarenakan literasi bersifat tematik dan diberikan untuk siswa SMP harus

integrated science, maka dalam penelitian ini akan difokuskan hanya dalam

pembelajaran fisika bertema ultrasound.

Hasil penelitian Gardiantari (2013) menunjukkan bahwa penerapan

strategi pembelajaran problem solving dengan reading infusion dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa. Jika dihubungkan dengan penelitian ini,

reading infusion terintegrasi dalam pemberian tugas awal integrating

reading-writing yang diberikan sebelum pembelajaran berlangsung sedangkan saat proses

pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, kedua tahap

pembelajaran tersebut dalam penelitian ini merupakan strategi literasi. Sehingga

dengan menggunakan strategi literasi dalam pembelajaran diharapkan dapat

meningkatkan literasi fisika.

Berdasarkan latar belakang, penulis ingin mengetahui peningkatan literasi

fisika siswa sebagai impact dari penerapan strategi literasi. Oleh karena itu,

penulis membuat penelitian dengan judul: “Penerapan Strategi Literasi Pada Pembelajaran Bertema Ultrasound Untuk Meningkatkan Literasi Fisika Siswa

SMP”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana peningkatan literasi fisika siswa sebagai impact dari penerapan strategi literasi?”.

Untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian ini, maka rumusasn

masalah diatas diuraikan menjadi beberapa pernyataan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan kemampuan literasi fisika siswa untuk aspek context,

knowledge dan competencies sebagai impact dari penerapan strategi literasi?

2. Bagaimana profil literasi fisika siswa setiap aspek literasi sebagai impact dari

(13)

3. Bagaimana korelasi antara tingkat pemahaman bacaan dan menulis siswa

terhadap kemampuan literasi fisika siswa?

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah maka penulis membatasi masalah pada

aspek-aspek yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah:

1. Strategi literasi dibatasi pada strategi literasi yang mengacu pada jurnal „Seven Literacy Strategies That Work‟ (Douglas fisher dkk, 2002).

2. Aspek literasi sains yang diukur oleh PISA 2006 pada penelitian ini

difokuskan pada literasi fisika yang meliputi aspek Context, Knowledge,

Competencies dan Attitudes pada pembelajaran bertema ultrasound.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan literasi fisika siswa untuk

aspek context, knowledge dan competencies; profil literasi fisika siswa setiap

aspek literasi dan hubungan antara tingkat pemahaman bacaan dan menulis siswa

terhadap kemampuan literasi fisika siswa setelah diterapkannya strategi literasi

pada pembelajaran bertema ultrasound.

E. Manfaat Penelitian

Terkait dengan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka

manfaat yang diharapkan dari penelitian ini:

1. Bagi Guru: dapat memberikan alternatif desain pembelajaran tematik dengan

penerapan strategi literasi untuk meningkatkan kemampuan literasi fisika

siswa.

(14)

F. Variabel Penelitian

Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari strategi literasi dan

literasi fisika.

G. Definisi Operasional

1. Literasi fisika yang dimaksud adalah kemampuan yang dimiliki oleh

seseorang untuk memahami pengetahuan fisika, menggunakan

keterampilan proses sains, serta menerapkan pengetahuan fisika untuk

menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk

mengetahui seberapa besar peningkatan literasi fisika, digunakan alat ukur

berupa tes soal pilihan ganda literasi fisika yang mengadopsi bentuk soal

PISA berdasarkan aspek literasi, yaitu Context, Knowledge dan

Competencies, serta aspek Attitudes untuk mengetahui ketertarikan siswa

pada pembelajaran bertema ultrasound. Peningkatan literasi fisika dalam

penelitian ini dilihat dari nilai gain ternormalisasi yang didefinisikan

dengan kriteria Hake.

2. Strategi literasi yang dimaksud adalah tujuh strategi literasi yang

dikemukakan oleh Douglas Fisher, et.al, yakni: read-alouds, K-W-L

chart/SQRW (strategi membaca), graphic organizers (startegi menulis),

vocabulary instruction, writing to learn, structured notetaking dan

reciprocal teaching. Tujuh strategi tersebut diintegrasikan ke dalam paket

pembelajaran yang terdiri dari pemberian tugas awal integrated

reading-writing dan model pembelajaran berbasis masalah.

3. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pemahaman bacaan dan

menulis siswa dengan kemampuan literasi fisika siswa dihitung dari hasil

(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Sugiyono (2008) mengatakan bahwa metode penelitian merupakan cara

ilmiah untuk mendapatkan data untuk tujuan tertentu. Pada penelitian ini, metode

yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen semu (quasi experimental).

Menurut Panggabean (1996: 27) tujuan penelitian experimen semu adalah untuk

memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat

diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak

memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang

relevan.

Pada penelitian eksperimen semu ini, keberhasilan penerapan strategi

literasi dilihat dari perbedaan nilai tes kelompok eksperimen sebelum diberi

perlakuan dan setelah diberi perlakuaan. Penelitian ini hanya menggunakan satu

sampel penelitian yaitu, kelompok kelas eksperimen saja tanpa menggunakan

kelas kontrol sebagai pembanding. Kelompok eksperimen merupakan kelompok

yang diberi perlakuan yaitu penerapan strategi literasi. Sedangkan desain

pembelajaran yang digunakannya adalah one group pretest postest design. Secara

umu desain ini digambarkan pada Tabel 3.1:

Tabel 3.1 Skema one group pretest-posttest design

Pretest Treatment Posttest

O1 X O2

(Sugiyono, 2008 : 11)

Keterangan :

O1 = Test awal sebelum diberi perlakuan

(16)

O2 = Test akhir setelah diberi perlakuan

O1 = O2

Tes dilakukan dua kali yaitu sebelum dan setelah perlakuan (treatment).

Pembelajaran dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Kelompok eksperimen

diberi perlakuan dengan menerapkan strategi literasi sebanyak dua kali pertemun.

Sebelum dilaksanakan pembelajaran menggunakan strategi literasi, terlebih

dahulu kelompok eksperimen diberi tugas awal integrated reading-writing yang

diberikan pada sebelum pertemuan pembelajaran untuk mengetahui kemampuan

pengetahuan awal tentang literasi fisika, kemudian dilanjutkan dengan pemberian

perlakuan, yaitu menerapkan strategi literasi. Pada pembelajaran dikelas

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah yang sesuai dengan materi

yang diberikan pada tugas awal integrated reading-writing dan berakhir dengan

pemberian tes akhir.

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011: 61).

Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti

(Arikunto, 2006: 131). Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus

betul-betul representative atau mewakili (Sugiyono, 2012: 62).

Berdasarkan pernyataan tersebut maka dalam penelitian ini penulis

mengambil populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

kelas VIII salah satu SMP Negeri di Kota Bandung. Sedangkan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah salah satu kelas VIII di salah satu SMP

Negeri di Kota Bandung dengan jumlah siswa sebanyak 37 siswa. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling purposive, dengan

(17)

C. Prosedur Penelitian

Langkah – langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga

tahapan , yaitu :

1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah :

a. Menentukan sekolah yang dijadikan tempat penelitian, kemudian

menghubungi pihak sekolah untuk perijinan akan diadakan penelitian

disekolah tersebut.

b. Studi literatur, dilakukan bersamaan dengan studi pendahuluaan untuk

mengkaji pembelajaran fisika yang ideal menurut teori.

c. Merumuskan masalah terkait adanya ketidaksesuai antara fakta

dilapangan dengan kondisi ideal yang ada pada teori.

d. Menentukan variabel penelitian.

e. Menentukan hipotesis penelitian untuk mengetahui hubungan antar

variabel.

f. Menyusun instrumen termasuk didalamnya RPP.

g. Menguji coba instrumen tersebut.

2. Tahap pelaksanaan

Kegiatan pada tahap pelaksanaan dilakukan dengan menerapkan

pemberian tugas awal integreted reading-writting dalam pembelajaran

berbasis masalah untuk mengukur kemampuan literasi fisika siswa :

a. Memberikan tes awal (pretest) untuk mengukur kemampuan awal

literasi fisika.

b. Mmeberikan perlakuan dengan cara pemberian tugas awal integreted

reading-writting dalam pembelajaran berbasis masalah.

c. Memberikan tes akhir (posttest) untuk mengukur literasi fisika siswa.

3. Tahap Akhir

a. Mengelola dan menganalisis data hasil pretest dan posttest.

b. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari

(18)

c. Memberikan rekomendasi-rekomendasi terhadap aspek penelitian yang

kurang memadai.

Secara singkat prosedur penelitian pada Gambar 3.1:

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk

memperoleh data yang dapat mendukung pencapaian tujuan penelitian. Pada

penelitian ini, pengumpulan data berupa tes. Adapun instrumen yan digunakan

dalam seluruh rangkaian penelitian ini, yaitu terdiri dari satu set soal untuk tes

awal (pretest) dan test akhir (posttest) sebagai alat ukur kemampuan literasi fisika

serta tugas awal integrated Reading-Writing sebagai salah satu tahapan penerapan

strategi literasi. Berdasarkan kebutuhan penelitian maka instrumen penelitian yang

akan digunakan adalah sebagai berikut :

1. Tes Literasi Fisika

Arikunto (2011:53) menerangkan bahwa tes merupakan alat atau

prosedur yang digunakan untuk mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara

dan aturan-aturan yang telah ditentukan. Pada penelitian ini, instrumen tes

Tahap Persiapan Tahap Pelaksanaan Tahap Akhir

(19)

yang digunakan terdiri dari instrumen tes awal (pretest) dan instrumen tes

akhir (posttest) digunakan utuk mengukur literasi fisika siswa. Dari hasil tes

ini akan dihitung nilai gain yang dinormalisasi (N-gain) untuk mengetahui

peningkatan literasi fisika siswa dan ketertarikan siswa terhadap matari

pembelajaran bertema ultrasound pada saat sebelum dan setelah penerapan

strategi literasi. Butir-butir soal didalammya mencangkup soal-soal sesuai

dengan indikator kemampuan literasi fisika, mengadopsi pada bentuk soal

PISA 2006 yang mencangkup context, knowledge, competencies dan attitudes.

Bentuk soal berupa pilihan ganda dengan lima pilihan pengecoh jawaban dan

serentetan pernyataan untuk mengetahui scientific attitudes siswa.

2. Pemberian tugas awal integrated reading-writing

Tugas awal integrated reading-writing yang dimaksud adalah tugas

rumah baca-tulis instruksional. Pada tugas rumah integreted reading-writing,

diberikan strategi membaca dan menulis dengan menggunakan metode

SQRW. Tugas awal integrated reading-writing merupakan bagian dari strategi

literasi yang berfungsi untuk mengkonstruksi pengetahuan awal siswa

sebelum pembelajaran. Pada penelitian ini tugas awal Integrated

Reading-Writing dianalisis secara keseluruhan sebagai treatment penelitian yaitu

penerapan strategi literasi.

3. Format Observasi

Observasi keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah dilakukan pada dua objek yaitu guru dan

siswa. Format observasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah

tahapan-tahapan pembelajaran sudah terlaksana. Format observasi juga digunakan

untuk mengecek bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran

(20)

E. Teknik Analisis dan Hasil Uji Coba Instrumen

Instrumen adalah alat yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data

penelitian (Arikunto, 2009: 10). Instrumen yang telah dibuat diujicobakan pada

kelas VIII pada salah satu SMP di Kota Bandung yang telah mendapat

pembelajaran pada materi bunyi. Ini dimaksudkan agar data yang diperoleh saat

penelitian adalah data yang benar sehingga dapat mengambarkan kemampuan

subjek penelitian dengan tepat. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu

instrument penelitian minimal dua macam, yaitu validitas dan reabilitas. Tetapi

untuk instrumen tertentu seperti tes hasil belajar dengan soal pilihan ganda

ditambahkan persyaratan daya pembeda dan tingkat kesulitan butir soal

(Sukmadinata, 2009: 208). Pada penelitian ini hasil test belajar yaitu pretest dan

posttest untuk mengetahui peningkatan literasi fisika siswa.

1. Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan (Arikunto, 2009:

86). Reliabilitas merupakan ukuran sejauh mana alat ukur yang digunakan

dapat memberikan gambaran kemampuan seseorang. Hasil pengukuran tidak

terpengaruh oleh pelaku, situasi dan kondisi, Alat ukur yang memiliki

reabilitas tinggi disebut alat ukur yang reliabel.

Metode pengukuran reabilitas yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode test-retest. Instrumen penelitian yang reliabilitasnya diuji

dengan test-retest dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali

pada resonden. Jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondennya sama dan

waktunya yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara

percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan

signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliable. Pengujian cara

ini sering juga disebut stability.

Dengan teknik korelasi product moment dapat dihitung harga ri sebagai

harga untuk mengukur reliabilitas instrumen kemampuan literasi fisika

(21)

∑ ∑ ∑

√( ∑ ∑ )( ∑ ) ∑

(Sugiyono, 2012: 356)

Keterangan :

r i = koefisien korelasi antara variabel yang di korelasikan

X = skor siswa yang menjawab benar percobaan I

Y = skor siswa yang menjawab benar percobaan II

n = jumlah siswa uji coba

Hasil nilai dari reliabilitas diinterpretasikan sesuai dengan kategori pada Tabel

3.2 :

Tabel 3.2 Klasifikasi Reliabilitas

Range Validitas

0,00-0,02 Sangat Rendah

0,21-0,40 Rendah

0,41-0,60 Sedang

0,61-0,80 Tinggi

0,81-1,00 Sangat Tinggi

( Arikunto, 2009 : 75)

2. Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu

sulit. Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukan sukar atau

mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,00.

Indeks ini menunjukan taraf kesukaran soal. Saol yang memiliki indeks 0,00

artinya soal tersebut terlalu sukar sedangkan soal yang memiliki indeks 1,00

menunjukan bahwa soalnya terlalu mudah. Rumus yang digunakan adalah

sebagai berikut :

(22)

Dimana:

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

JS= Jumlah seluruh siswa peserta tes

Tingkat kesukaran diinterpretasikan pada Tabel 3.3 :

Tabel 3.3 Interpretasi Tingkat Kesukaran

Nilai P Interpretasi

0,00-0,20 Sukar

0,30-0,69 Sedang

0,70-1,00 Mudah

(Arikunto, 2009: 210)

3. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak pandai. Angka yang

menunjukan besarnya daya pembeda disebut daya pembeda. Indeksnya

berkisar antara 0,0 sampai 1,00. Untuk menentukan nilai daya pembeda,

digunakan rumus sebagai berikut :

(Arikunto, 2009: 213)

Keterangan:

J = Jumlah peserta tes

JA = Banyaknya peserta kelomopok atas

JB = Banyaknya peserta kelomopok bawah

BA = Banyaknya pserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

BB =Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan

(23)

Dengan klasifikasi daya pembeda pada Tabel 3.4 :

Tabel 3.4 Interpretasi Daya Pembeda

Nilai Daya Pembeda Interpretasi

Negatif Tidak Baik, harus dibuang

0,00-0,19 Jelek

0,20-0,39 Cukup

0,40-0,69 Baik

0,70-1,00 Baik Sekali

(Arikunto : 2009 : 218)

4. Analisis Hasil Uji Instrumen

Uji instrumen penelitian dilaksanakan pada kelas VIII di salah satu SMP

di Kota Bandung. Data hasil uji coba instrumen kemudian dianalisis meliputi

uji validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan reliabilitasnya. Hasil

instrumen tes literasi fisika yang sudah dianalisis, dapat dilihat pada Tabel

3.5 :

Tabel 3.5 Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Instrumen

No

Soal

Tingkat Kesukaran Daya Pembeda

Keterangan

Nilai Kriteria Nilai Kriteria

(24)

11 1 Mudah 0 Tidak Baik Dibuang

Soal yang daya pembedanya dengan kriteria tidak baik tidak digunakan

dalam penelitian. Dengan demikian secara umum tiap butir soal dalam

penelitian bernilai valid dan dapat gunakan dalam penelitian.

Nilai reliabilitas soal ditentukan dengan metode test-retest. Dari hasil analisis

diperoleh harga ri hitung sebesar 0, 913 dengan kategori tinggi, dengan n = 37

taraf kesalahan 5% diperoleh 0,325 dan taraf kesalahan 1% diperoleh 0,418.

Karena ri hitung lebih besar dari r tabel untuk taraf kesalahan 5% maupun 1%

(0,913>0,418>0,325), maka dapat disimpulkan instrumen kemampuan literasi

fisika reliabel dan dapat dipergunakan untuk penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri atas soal literasi fisika. Teknik pengumpulan

data pada penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.6:

Tabel 3.6 Teknik Pengumpulan Data

Jenis Data Instrumen Teknik Pengumpulan Data

(25)

Jenis Data Instrumen Teknik Pengumpulan Data

fisika dari hasil tes awal sebelum

treatment dan tes akhir setelah

treatment selesai.

Teknik pengelolaan data dilakukan dengan perhitungan secara statistik. Hal

ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan literasi fisika siswa.

Pada penelitian ini data yang dianalisis adalah data hasil test literasi fisika untuk

aspek context, competencies dan knowledge. Untuk aspek atitudes dianalisis

secara terpisah.

1. Data Hasil Tes Literasi Fisika untuk Aspek Context, Competencies dan

Knowledge

Instrumen tes yang digunakan pada penelitian ini adalah bentuk soal

pilihan ganda. Pengolahan data dilakukan dengan cara menentukan skor siswa

pada pretest dan postest. Hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan

literasi fisika. Selanjutnya ditentukan nilai gain untuk menentukan efek

(26)

peningkatan skor pretest dan posttest. Secara matematis ditulis sebagai

berikut:

(Hake, 1999)

Keterangan :

<Sf>= rata-rata skor posttest

<Si>= rata-rata skor pretest

Tabel 3.7 Nilai rata-rata gain yang dinormalisasi

Nilai rata-rata gain

yang dinormalisasi

Keterangan

0,00 < <g> ≤ 0,30 Rendah 0,30 < <g> ≤ 0,70 Sedang 0,70 < <g> ≤ 1,00 Tinggi

(Hake, 1999)

2. Data Hasil Tes Literasi Fisika untuk Aspek Attitudes

Analisis data hasil tes literasi fisika untuk aspek attitudes dalam

penelitian ini berdasarkan pada hasil soal yang berupa pernyataan yang diisi

oleh siswa pada saat treatment strategi literasi selesai dilakukan. Data hasil

aspek attitudes berupa data kualitatif, digunakan untuk mengetahui

ketertarikan siswa terhadap materi pembelajaran bertema ultrasound.

3. Uji Korelasi

Tinggi-rendahnya, kuat-lemahnya atau besar kecilnya suatu korelasi

dapat diketahui dengan melihat angka besar kecilnya suatu angkat (koefisien)

yang disebut angka indeks korelasi (Sudjiono: 2011: 182). Salah satu rumus

yang digunakan untuk menguji korelasi adalah korelasi Spearman Rank, jika

sumber data untuk kedua variabel yang akan dikonversikan dapat berasal dari

sumber yang tidak sama, jenis data yang dikorelasikan adalah data ordinal,

serta data dari kedua variabel tidak harus membentuk distribusi normal

(27)

data ordinal atau berjenjang atau ranking dan bebas distribusi seperti rumus

dibawah ini:

(Sugiyono, 2012: 245)

Keterangan:

koefisien korelasi perbedaan ranking bi = perbedaan dua pasang ranking

n= jumlah sampel

Dengan interpretasi seperti pada Tabel 3.8:

Tabel 3.8 Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,00 Sangat Kuat

(Sugiyono, 2001: 148)

4. Data Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Keterlaksanaan pembelajaran yang diterapkan pada penelitian ini

berdasarkan hasil pengamatan observer terhadap aktivitas guru dan siswa

saat pembelajaran berlangsung. Data diolah dengan memberikan skor satu

pada tahapan pembelajaran yang dilaksanakan dan skor nol pada tahapan

yang tidak terlaksana. Data disajikan dengan mempresentasikan ke dalam

(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap siswa kelas VIII di

salah satu SMP Negeri di Kota Bandung mengenai penerapan strategi literasi pada

pembelajaran bertema ultrasound untuk meningkatkan literasi fisika siswa SMP

dapat disimpulkan bahwa:

1. Literasi fisika siswa untuk aspek context, competencies dan knowledge

setelah diterapkannya strategi literasi pada pembelajaran bertema

ultrasound di SMP mengalami peningkatan sebesar 0,61 dengan kriteria

sedang.

2. Profil untuk setiap aspek literasi terhadap materi pembelajaran bertema

ultrasound setelah diterapkannya strategi literasi mengalami peningkatan,

untuk aspek knowledge sebesar 0,84; aspek context sebesar 0,63; aspek

competencies sebesar 0,50; dan aspek attitudes diperoleh respon yang

positif dari siswa.

3. Korelasi antara tingkat pemahaman membaca dan menulis terhadap

kemampuan literasi fisika untuk aspek context, competencies dan

knowledge sebagai impact dari penerapan strategi literasi pada

pembelajaran bertema ultrasound diperoleh perhitungan korelasi

perbedaan ranking dari Spearman terhadap aspek context sebesar ρ = 0,49,

korelasi perbedaan ranking dari Spearman terhadap aspek competencies

sebesar ρ = 0,41 dan korelasi perbedaan ranking dari Spearman terhadap

(29)

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang

diajukan oleh peneliti, antara lain:

1. Penerapan strategi literasi dapat dijadikan sebagai salah satu strategi

untuk meningkatkan literasi fisika.

2. Untuk memaksimalkan peningkatan literasi fisika dalam proses

pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah,

sebaiknya sebelum kegiatan penyelidikan dilakukan, siswa diberikan

pengarahan cara menggunakan alat peraga dengan benar sehingga tidak

terjadi kesalahan pengukuran yang akan mengakibatkan terjadinya

kekeliruan dalam pengambilan kesimpulan.

3. Sebaiknya siswa lebih banyak dibekalkan kemampuan scientific inquiry,

pemahaman konsep fisika dan pemahaman membaca fisika. Hal ini

bertujuan untuk melatihkan siswa memiliki kemampuan literasi fisika

yang diharapkan.

4. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai peningkatan literasi

fisika dan kaitannya dengan motivasi belajar siswa. Sehingga dapat

diketahui apakah peningkatan literasi fisika dapat mempengaruhi

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard. (2008). Learning to Teach. Yogykarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Badan Penelitian dan Pengembangan. (2007). Kajian Kebijakan Kurikulum Mata

Pelajaran IPA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Bowers, Patricia. (2000). Reading and Writing in the Science Classroom.

[Online]. Tersedia: irw by patricia bowers.html. [20 Desember 2012].

Fang, Zhihui. (2010). “Improving Middle School Student Science Literacy Through Reading Infusion”. Journal of Education Research.103, 262-273.

Fisher Douglas, Nancy Frey dan Douglas Williams. (2002). “Seven Literacy

Strategies That Work”. 28, (3), 70-73.

Gardiantari, Melya Dwi. (2013). Penerapan Strategi Pembelajaran Problem

Solving Dengan Reading Infusion Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar

Siswa SMP. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hake, Richard R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia:

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyzing Change-Gain.pdf. [22 Mei

2013].

Hakimah, Azizah At-tahirah. (2012). Efektivitas Pemberian Tugas Awal TIK Pada

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigasi Dalam

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Hariadi, Eko. (2009). “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Literasi Sains Siswa

(31)

Hastia, Mega. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk

Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Skripsi Sarjana pada FPMIPA

UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hobson, Art. (2003). “Physics Literacy, Energy and The Environment”. Journal

IOP Journal of Physics Education. 38, 109-114.

National Professional Development Program. (1996). Literacy Strategies

Handbook. Cambridge: Cambridge University Press.

National Science Education Standards. (1996). Science Education. New York:

The National Academies Press.

Panggabean, Luhut P. (2001). Statistika Dasar. Bandung: JICA.

Program for Internasional Student Assessment. (2006). Assessing Scientific,

Reading and Mathematical Literacy. By the government of Organisation for

Economic Co-operation Development.

Sahala, Stepanus dan Abdus Samad. (2010). Penerapan Model Pembelajaran

Berbasis Masalah dalam Pembiasan Cahaya pada Lensa terhadap Hasil

Belajar Siswa di Kelas VIII SMP Negeri 5 Ketapang. Jurnal Matematika

dan IPA. 1, (2).

Sessoms, Terri. (2012). Integrated Literacy Strategies Into Science Instruction.

Handbook by Carolina Curriculum Leadership.

Sudijono, Anas. (2011). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

(32)

Toharudin, U., Hendrawati, S. dan Rustaman, A. (2011). Membangun Literasi

Sains Peserta Didik. Bandung: Humaniora.

Wattimena, Herman S. (2010). Rangkuman Perkembangan Pendidikan IPA.

Makalah pada Program Studi Pendidikan IPA Sekolah Paska Sarjana UPI,

Gambar

Tabel 3.1 Skema one group pretest-posttest design
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian
Tabel 3.2 Klasifikasi Reliabilitas
Tabel 3.3 Interpretasi Tingkat Kesukaran
+5

Referensi

Dokumen terkait

Bahkan alur pelayaran Pelabuhan Tanjung Priok dengan trafik 12.600 kapal per tahun dapat dengan baik melintasi jalur pipa gas bawah laut dari PHE ONWJ ke PLTU Muara Karang dan jalur

Pertamina (Persero) Marketing Operation Region V Surabaya juga dapat melakukan audit pengelolaan layanan teknologi informasi berdasarkan best practice yang sama

Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian adalah dengan melakukan skoring dan bobot pada parameter bahaya longsorlahan (bentuklahan, kemiringan

Sulit Unit Pencegahan Insiden Dan Pematuhan Perundangan HSE Mukasurat - 12 Selepas klik butang “Daftar maklumat kecederaan” di paparan senarai mangsa, pengguna

Hubungan interpersonal adalah interaksi yang dilakukan individu dengan lingkungan sekitarnya (Schultz, 1991: 30-35). Siswa-siswi kelas XI SMA Sang Timur Yogyakarta

Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus diterapkan oleh setiap individu dalam kantor akuntan publik (KAP) atau Jaringan KAP, baik yang

Dalam mengumpan menggunakan kaki bagian dalam, yang harus diperhatikan adalah: 1) Tempatkan kaki tumpu disamping bola, bukan kaki untuk mengumpan. 2) pada saat mengumpan

Produk Halal, Pengelolaan Keungan Haji, pengakuan terhadap pemberlakukan Syariat Islam di Aceh, desain pembangunan politik tersebut tidak bisa lepas dari pengaruh partai Islam