• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENCAMPURAN TEPUNG UBI KAYU (Manihot utilissima), TEPUNG KENTANG (Solanum tuberosum) dan TEPUNG TEMPE TERHADAP SIFAT FISIKO KIMIA FLAKE yang DIHASILKAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENCAMPURAN TEPUNG UBI KAYU (Manihot utilissima), TEPUNG KENTANG (Solanum tuberosum) dan TEPUNG TEMPE TERHADAP SIFAT FISIKO KIMIA FLAKE yang DIHASILKAN."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENCAMPURAN TEPUNG UBI KAYU (Manihot utilissima), TEPUNG KENTANG (Solanum tuberosum) dan TEPUNG TEMPE

TERHADAP SIFAT FISIKO KIMIA FLAKE yang DIHASILKAN

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Teknologi Pertanian

Oleh : ADRYAN 09 111 22 018

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

(2)

PENGARUH PENCAMPURAN TEPUNG UBI KAYU (Manihot utilissima), TEPUNG KENTANG (Solanum tuberosum) dan TEPUNG TEMPE

TERHADAP SIFAT FISIKO KIMIA FLAKE yang DIHASILKAN

Adryan*, Novelina** dan Kesuma Sayuti**

*Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, **Dosen Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas AndalasPadang 25163 email : adryan368@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pencampuran tepung ubi kayu, tepung

kentang dan tepung tempe terhadap sifat fisiko kimia flake yang dihasilkan, serta mengetahui

formula flake terbaik berdasarkan uji organoleptik dan diuji umur simpannya. Penelitian ini

telah dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Universitas Andalas pada bulan Januari 2014 sampai dengan Februari 2014. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4 kali ulangan. Data dianalisis secara statistik dengan menggunakan ANOVA dan jika berbeda nyata, dilanjutkan dengan uji Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf nyata 5%. Perlakuan penelitian adalah perbandingan pencampuran tepung ubi kayu dengan tepung kentang serta penambahan tepung tempe kedelai dengan jumlah yang sama pada setiap perlakuan yaitu A (29% Tepung ubi kayu : 43% Tepung kentang : 28% Tepung tempe), B (32% Tepung ubi kayu : 40% Tepung kentang : 28% Tepung tempe), C (36% Tepung ubi kayu : 36% Tepung kentang : 28% Tepung tempe), D (40% Tepung ubi kayu : 32% Tepung kentang : 28% Tepung tempe) dan E (43% Tepung ubi kayu : 29% Tepung kentang : 28% Tepung tempe). Hasil penelitian menunjukan bahwa pencampuran tepung ubi kayu dan tepung kentang pada berbagai konsentrasi berpengaruh nyata terhadap kadar abu, kadar protein, kadar serat kasar dan uji kekerasan, sedangkan perbandingan konsentrasi tepung ubi kayu dan tepung kentang tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air, kadar lemak dan indeks penyerapan air flake yang dihasilkan. Uji organoleptik menunjukan perlakuan C sebagai produk yang paling disukai dengan masa simpan selama 95 hari atau 3 bulan 5 hari.

(3)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Flake merupakan makanan ringan yang banyak beredar dipasaran yang

diminati oleh semua kalangan. Makanan ringan disukai karena renyah, gurih dan

memiliki berbagai macam rasa (Suarni, 2009). Flake biasanya dikonsumsi sebagai

sarapan. Tubuh perlu mendapatkan sarapan karena dapat membuat kadar gula

darah menjadi normal sehingga gairah dan konsentrasi kerja menjadi baik, namun

padatnya kegiatan masyarakat dewasa ini menyebabkan sering terabaikannya

kegiatan sarapan pagi. Oleh karena itu dibutuhkan suatu inovasi makanan sarapan

pagi yang praktis tanpa mengabaikan kandungan gizinya.

Flake merupakan salah satu produk pangan yang berbentuk lembaran tipis,

bulat, berwarna kuning kecoklatan dan biasanya dikonsumsi dengan

menggunakan susu atau dapat juga dikonsumsi langsung sebagai makanan ringan

(Tamtarini dan Yuwanti, 2005). Flake dibuat dengan cara pemanggangan adonan

yang sebelumnya telah ditentukan formulasinya. Pemanggangan dilakukan pada

suhu dan lama waktu pemanggangan yang beragam berdasarkan bahan baku yang

digunakan.

Flake yang beredar dipasaran pada umumnya berbahan baku gandum dan

jagung. Bahan yang bisa digunakan untuk penganeka ragaman bahan baku

pembuatan flake yaitu ubi kayu dan kentang. Ubi kayu dan kentang memiliki

kandungan karbohidrat yang cukup tinggi, dimana karbohidrat dibutuhkan dalam

pembuatan flake.

Ubi kayu (Manihot utilissima) merupakan tanaman yang memiliki banyak

manfaat. Ubi kayu dapat diolah menjadi berbagai macam produk makanan, seperti

tape, kerupuk, tepung singkong dan berbagai macam produk makanan lainnya.

Produk-produk yang dihasilkan tersebut memiliki nilai jual yang rendah, sehingga

tidak dapat meningkatkan pendapatan dari para petani ubi kayu (Hidayat, Kalsum

dan Surfiana, 2009).

Ubi kayu mudah tumbuh di berbagai wilayah, baik di dataran tinggi maupun

di dataran rendah. Karena sifat tumbuh inilah umumnya para petani di Indonesia

banyak menanam ubi kayu dilahan perkebunannya. Menurut Badan Pusat Statistik

(4)

2

ton. Produksi ubi kayu yang tinggi diiringi dengan pemanfaatan yang cukup

banyak, salah satunya adalah tepung ubi kayu. Harga tepung ubi kayu masih

rendah, maka dibutuhkan suatu inovasi untuk meningkatkan harga tepung ubi

kayu. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan dijadikan bahan baku

pembuatan flake.

Kentang (Solanum tuberosum) merupakan tanaman yang banyak ditanam di

Indonesia dan banyak dimanfaatkan sebagai sumber makanan. Kentang dalam

kehidupan sehari-hari sering digunakan untuk bahan pangan seperti kentang

goreng, kripik kentang, makanan ringan dan berbagai produk olahan kentang

lainnya, akan tetapi dipasaran belum kita jumpai produk hasil olahan kentang

seperti flake.

Kentang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif sumber karbohidrat, karena

kandungan karbohidratnya sebesar 19,1 g/100g (Persatuan Ahli Gizi Indonesia,

2009), dengan kandugan karbohidrat yang tidak terlalu tinggi, dibanding dengan

beras (78,9 g/100g). Kentang dapat dijadikan sebagai pilihan bagi mereka yang

menghindari bahan pangan yang kandungan karbohidratnya tinggi seperti pada

penderita diabetes. Kombinasi kentang dengan bahan-bahan lain yang digunakan

akan menghasilkan cita rasa yang baru (Setiadi, 2009).

Flake biasanya dikonsumsi dengan susu saat menyantapnya, hal tersebut

dilakukan untuk melengkapi kandungan protein pada flake tersebut. Namun tidak

semua orang dapat menerima susu dengan baik, karena terdapat beberapa faktor

yang berpengaruh terhadap penerimaan susu di dalam tubuh, seperti halnya

laktosa yang sulit untuk dicerna dalam tubuh karena tidak cukupnya enzim laktase

yang dimiliki oleh tubuh. Penggunaan tepung ubi kayu dan tepung kentang

sebagai produk diversifikasi pangan yang bergizi masih memiliki kekurangan

yaitu rendahnya kandungan protein dari kedua bahan yang digunakan, untuk

memenuhi nilai gizi protein dilakukan penambahan bahan pangan yang

mengandung protein tinggi, yaitu dengan menambahkan tepung tempe.

Tempe merupakan produk asli Indonesia yang memiliki kandungan protein

tinggi. Sebagai salah satu sumber protein, tempe sangat mudah kita jumpai

dipasaran tetapi harga jualnya masih rendah. Pemanfaatan tempe dalam

(5)

3

ataupun lauk pauk. Tempe memiliki masa simpan yang pendek, sehingga

dibutuhkan pengolahan lebih lanjut, misalnya dijadikan tepung. Tempe yang telah

dijadikan tepung dapat digunakan dalam pembuatan flake untuk meningkatkan

protein produk flake yang dihasilkan.

Berdasarkan uraian diatas tepung ubi kayu dan tepung kentang serta tepung

tempe mempunyai potensi yang bagus untuk dijadikan sebagai bahan baku dalam

pembuatan flake. Oleh karena itu telah dilakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Pencampuran Tepung Ubi Kayu (Manihot utilissima), Tepung Kentang (Solanum tuberosum) dan Tepung Tempe Terhadap Sifat Fisiko Kimia Flake yang Dihasilkan”

1.2Tujuan

Penelitian ini bertujuan :

1. Mengetahui pengaruh pencampuran tepung kentang, tepung ubi kayu dan

tepung tempe kedelai terhadap sifat fisiko kimia flake yang dihasilkan.

2. Mendapatkan formula flake yang tepat dari campuran tepung ubi kayu,

tepung kentang dan tepung tempe kedelai berdasarkan uji organoleptik.

3. Menentukan umur simpan dari produk flake terbaik berdasarkan uji

organoleptik.

1.3Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan bahan baku

lokal sebagai diversifikasi pangan dan peningkatan nilai jualnya.

1.4Hipotesa Penelitian

H0 : Campuran tepung ubi kayu dan tepung kentang tidak berpengaruh terhadap

sifat fisiko kimia dan organoleptik dari flake.

H1 : Campuran tepung ubi kayu dan tepung kentang berpengaruh terhadap sifat

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah penggunaan software pembelajaran IPA Terpadu

prestasi belajar siswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan desain penelitian pretest-posttest nonequivalent control group design. Populasi

4.2 Tingkat Kamampuh Siswa Kelas X SMA Plus Merdéka Soréang dina Makéna Undak Usuk Basa Sunda ..... BAB I

Hal tersebut sependapat dengan hasil penelitian Susilowati, Santoso, dan Hamidi (2013) bahwa penggunaan metode drill mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Data

[r]

Berdasarkan hasil uji statistik yang telah di lakukan dengan menggunakan uji statistic Kendall Tau diketahui bahwa nilai signifikasi 0,039 ( p>0,05) maka Ha

Setelah dilakukan pengujian secara keseluruhan terhadap variabel prediktor nilai rapor, nilai UN, jalur masuk, pilihan jurusan, tempat tinggal, metode belajar,

Langkah keenam , memainkan peran ulang (manggung ulang). Setelah semua kelompok selesai memainkan peran, dan telah dilakukan evaluasi serta penilaian dari masing-masing