• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS ARTIKEL MELALUI WORKSHOP DAN KOLABORASI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN MENULIS ARTIKEL MELALUI WORKSHOP DAN KOLABORASI."

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xxix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Definisi Variabel ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Manfaat Penelitian ... 12

F. Anggaran Dasar ... 12

G. Alur Penelitian ... 14

BAB II KERANGKA TEORETIS ... 15

A. Teori-Teori Pembelajaran ... 15

B. Pendekatan Belajar Bahasa ... 32

C. Penguasaan Berbahasa: Pemerolehan dan Pembelajaran ... 37

D. Keterampilan Berbahasa ... 38

E. Hubungan Keempat Keterampilan Berbahasa ... 44

F. Menulis dan Kreativitas ... 48

G. Proses Kreatif dan Berpikir Kreatif ... 49

H. Individu Kreatif dan Kebiasaan Membaca ... 52

I. Menulis dan Pembentukan Kebiasaan ... 54

J. Artikel Koran sebagai Tulisan Kreatif ... 56

K. Karakteristik dan Model Artikel Koran ... 57

L. Menulis dan Berpikir Divergen serta Aktivitas seluruh Otak ... 61

M. Teknik Menghilangkan Hambatan Menulis ... 63

N. Tahap-Tahap Proses Penulisan yang Lengkap ... 69

O. Workshop dan Kolaborasi dalam Menulis Artikel ... 73

P. Model Teoretis Pembelajaran ... 74

Q. Model Teoretis Pembelajaran Menulis Artikel melalui Workshop dan Kolaborasi ... 79

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 88

A. Pendekatan Penelitian ... 88

B. Rancangan Penelitian ... 89

(2)

1. Prapenelitian (Preresearch) ...91

2. Penelitian Sesungguhnya ... 99

D. Teknik Pengumpulan Data ... 100

E. Instrumen Penelitian ... 101

F. Langkah-Langkah Pelaksanaan Penelitian ... 104

G. Teknik Penganalisisan ... 108

H. Penafsiran/Interpretasi ... 108

BAB IV UJI COBA PEMBELAJARAN MENULIS ARTIKEL DAN PENGANALISISANNYA ... 109

A. Rancangan Pembelajaran Menulis Artikel melalui Workshop dan Kolaborasi ... 109

B. Problematik yang Muncul Selama Pembelajaran menulis Artikel Berlangsung ... 120

C. Aspek-Aspek Pendukung yang Dapat Diamati Selama Pembelajaran Menulis Artikel Berlangsung ... 124

D. Deskripsi Hasil Analisis Angket ... 131

E. Deskripsi Hasil Artikel Mahasiswa ... 142

F. Efektivitas Pembelajaran Menulis Artikel melalui Workshop dan Kolaborasi ... 428

G. Evaluasi terhadap Hasil Uji Coba Pembelajaran Menulis Artikel ...432

BAB V MODEL PEMBELAJARAN MENULIS ARTIKEL MELALUI WORKSHOP DAN KOLABORASI ... 436

A. Tujuan Pembelajaran ... 438

B. Kegiatan Instruktur/Dosen ... 438

C. Kegiatan Peserta/Mahasiswa ... 441

D. Materi Pembelajaran ... 443

E. Sistem Evaluasi ... 450

F. Umpan Balik ... 451

BAB VI SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 459

A. Simpulan ... 459

B. Rekomendasi ... 462

DAFTAR PUSTAKA ... 463

DAFTAR LAMPIRAN ... 468

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Hasil pengajaran menulis yang belum menggembirakan kalangan pendidik di

semua jenjang pendidikan, termasuk di perguruan tinggi, merupakan indikasi

kekurangberhasilan pengajaran menulis selama ini. Disinyalir oleh Badudu (1993)

bahwa pengajaran bahasa Indonesia, termasuk menulis, selama ini terlalu

menekankan aspek teori; guru lebih banyak mengajarkan tentang bahasa daripada

menggunakannya. Hal yang hampir sama juga dikemukakan Syamsuddin (1994)

bahwa pengajaran bahasa di sekolah sampai sekarang bersifat teoretis normatif.

Kurang berkaitan dengan keperluan berbahasa siswa, baik untuk keperluan berbahasa

di masyarakat maupun untuk keperluan melanjutkan sekolah. Pengajaran bahasa

terlalu menekankan penguasaan istilah-istilah ilmu bahasa bukan kepada penguasaan

ketepatan penampilan berbahasa berdasarkan tuntutan kebutuhan di lapangan dan

lingkungan siswa.

Selain itu, Akhadiah dkk (1995) menjelaskan bahwa kurang memadainya

kemampuan menulis mahasiswa tersebut, antara lain disebabkan kurangnya

pembinaan kemampuan menulis, baik di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)

maupun di perguruan tinggi. Beberapa hasil penelitian pun membuktikan bahwa

kemampuan menulis di kalangan mahasiswa masih lemah. Suriamiharja (1985)

dalam salah satu temuan penelitiannya (tesis) menyimpulkan bahwa mahasiswa

(4)

(sekarang UPI), sebagian besar hasil tulisan mereka tidak menunjukkan hasil latihan,

atau dengan kata lain, kemampuan menulis mereka masih belum menggembirakan.

Sesungguhnya, belajar dan menguasai bahasa, terutama menulis, dapat

melalui berlatih dan mempraktikkannya. Hal ini seperti yang tecermin dalam

pernyataan Senator Richard L. Neuberger bahwa nasihat khusus yang dapat

kuberikan kepada para penulis yaitu hendaknya mereka itu menulis, seperti halnya

seorang pemain piano giat berlatih piano atau seorang pegolf bermain golf (dalam

Nadeak, 1994). Dengan kata lain, siswa/mahasiswa akan beroleh kemampuan dan

keterampilan menulis yang optimal melalui perbuatan karena beroleh pengalaman

langsung. Hal ini sejalan dengan konsep pembelajaran yang menekankan kepada

proses atau kecakapan proses, yakni melalui proses pembelajaran diharapkan

siswa/mahasiswa mampu menemukan dan memiliki konsep secara simultan melalui

proses yang dilakukan atau dialaminya (Hardhy ed., 2002). Selain itu, hal tersebut

juga sejalan dengan pengajaran bahasa berdasarkan pendekatan komunikatif

(communicative language teaching) yang lebih menekankan kepada

kemahiran/keterampilan berbahasa (McKnight, 1994).

Hasil kuesioner mengenai pengajaran menulis di perguruan tinggi, terutama

menyangkut kemampuan menulis yang masih rendah di kalangan mahasiswa juga

terungkap dalam penelitian Alwasilah (1999). Sebab-sebab kemampuan menulis

mahasiswa yang rendah menurut responden (mahasiswa Pascasrjana UPI Bandung)

sebagai berikut ini. Tulisan mahasiswa tidak mendapat umpan balik dari dosen

(5)

Berdasarkan temuan tersebut ada dua hal substansial yang dapat dicermati

yaitu bahwa koreksi dari pihak dosen atas tulisan mahasiswa yang ditugaskannya

sangat penting guna mengetahui dan mengukur tulisan mahasiswa; dan di perguruan

tinggi pun ternyata teori tentang menulis lebih banyak diberikan ketimbang praktik,

padahal untuk jenjang perguruan tinggi dapat dipastikan mahasiswa relatif telah

”menguasai” teori tentang menulis. Sementara itu, kendala internal dari mahasiswa

yaitu kurang menyadari pentingnya menulis, dan faktor eksternal, yakni tentang

kompetensi pengajar (dosen) juga turut andil memperparah rendahnya keterampilan

menulis mahasiswa.

Selain itu, rendahnya kemampuan dan keterampilan menulis siswa dan

mahasiswa disebabkan oleh rendahnya tingkat kemampuan membaca mereka.

Berbagai penelitian terkait menunjukkan bahwa mereka yang mampu menulis adalah

mereka yang memiliki latar belakang berikut: (1) di rumahnya banyak bahan bacaan,

dan (2) banyak atau gemar membaca (Alwasilah, 2000:169). Penelitian sejenis, yang

di antaranya dilakukan oleh Donalson terhadap siswa SMU; dan Ryan terhadap

mahasiswa baru (dalam Krashen, 1984) berkesimpulan bahwa penulis yang efektif

dan penulis yang baik yaitu mereka yang lebih banyak membaca dan lebih banyak

memiliki sumber bacaan. Berdasarkan beberapa temuan penelitian tersebut dapat

diasumsikan bahwa ketidakmampuan atau ketidakterampilan siswa atau mahasiswa

dalam menulis dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat membaca dan kurangnya

bahan bacaan mereka.

Sementara itu, berdasarkan hasil penelitian pendahuluan (preresearch)

peneliti ditemukan bahwa persepsi mahasiswa S-1 Sekolah Tinggi Keguruan dan

(6)

Temuan ini diperoleh melalui analisis angket dengan menggunakan skala Likert

terhadap 30 responden. Berdasarkan analisis tersebut, diperoleh skor sebesar 730 dari

skor maksimal 900. Hasil ini menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa terhadap

menulis berada pada rentangan positif (601-900). Walaupun secara umum persepsi

mahasiswa terhadap menulis positif, tetapi sekitar 22 responden (74%) menyatakan

bahwa menulis itu sulit.

Dalam konteks prauniversitas di Amerika Serikat, penelitian Applebee (1981)

menghadirkan simpulan penting antara lain sebagai berikut: (1) belajar menulis yang

paling efektif terjadi manakala konsep diaplikasikan, atau informasi bidang studi

akan dikuasai penuh jika diaplikasikan dalam konteks pengalaman individu, (2)

modus utama dalam mengajarkan menulis adalah melalui komentar dan koreksi pada

gagasan yang dituliskan, (3) guru bahasa lebih banyak membantu siswa dalam

pelajaran menulis daripada guru IPA, IPS, dan Matematika yang cenderung berfokus

pada ketepatan informasi dan keabsahan konklusi, dan (4) kelas pelajaran menulis

terbaik dicirikan, antara lain, jika menulis dianggap sebagai alat untuk belajar dan

muncul secara alami dari kegiatan-kegiatan lain. Hal yang sama tampaknya berlaku

pula dalam konteks pengajaran menulis di perguruan tinggi.

Oleh karena itu, perlu dikembangkan model pembelajaran menulis

berdasarkan pendekatan tertentu, sehingga memungkinkan pembelajar (mahasiswa)

lebih banyak menggunakan bahasa daripada menguasai teori bahasa semata. Hal ini

sangat penting guna mencari solusi atas ”kegagalan” pembelajaran menulis di semua

(7)

antaranya yaitu teori pembelajaran behaviorisme, teori belajar/perkembangan

kognitif, dan teori belajar sosial.

Teori belajar behavioristik terfokus hanya pada ciri-ciri luaran dan bersifat

mekanistis. Teori belajar bahasa yang didasari teori belajar behavioristk misalnya

strukturalisme. Strukturalisme ternyata tidak mampu menjawab persoalan yang

menyangkut aspek dalam suatu bahasa atau meminjam istilah Chomsky yaitu deep

structure. Sementara itu, teori belajar kognitif terfokus pada aspek mental semata

sehingga bersifat mentalis. Teori belajar bahasa yang didasari teori belajar kognitif

ini dipelopori Chomsky sekitar tahun 1960-an dengan menghadirkan istilah deep

structure dan surface structure. Pengembangan belajar bahasa yang menggunakan

dasar teori belajar kognitif di antaranya yaitu metode belajar guru diam, metode

belajar bahasa secara berkelompok, dan suggestopedia.

Kedua kutub teori belajar tersebut hendaknya tidak dipandang secara

”kontradiktif”, tetapi sebagai dua hal yang komplementer. Berdasarkan pandangan

inilah Bandura (1977) mencoba mengembangkan suatu teori belajar yang dapat

”menengahi” kedua kutub teori belajar tersebut. Teori belajar yang dikembangkan

Bandura tersebut yaitu teori belajar sosial (social learning theory), sesungguhnya

perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional. Teori belajar sosial ini

menerima sebagian besar prinsip-prinsip teori belajar perilaku, tetapi juga

memberikan lebih banyak penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat pada

perilaku, dan pada proses-proses mental internal. Dengan demikian, dalam teori ini

kita akan menggunakan penjelasan-penjelasan reinforcement eksternal dan

penjelasan-penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana kita belajar dari

(8)

dari dunia itu, banyak informasi dan penampilan keahlian yang kompleks dapat

dipelajari, termasuk menulis tentunya.

Teori belajar sosial menekankan bahwa lingkungan-lingkungan yang

dihadapkan pada seseorang tidaklah acak, tetapi dipilih dan diubah oleh yang

bersangkutan melalui perilakunya. Perspektif belajar sosial menganalisis hubungan

kontinu antara variabel-variabel lingkungan, ciri-ciri pribadi, dan perilaku terbuka

dan tertutup seseorang. Perspektif ini menyediakan interpretasi-interpretasi tentang

bagaimana terjadi belajar sosial, dan bagaimana kita mengatur perilaku kita sendiri.

Dalam teori belajar sosial dikenal beberapa konsep seperti pemodelan (modeling),

fase perhatian, fase retensi, fase reproduksi, dan fase motivasi (Bandura, 1977:23;

Dahar, 1991:28).

Teori belajar sosial tersebut dengan beberapa konsep yang dihadirkannya

tampaknya relevan untuk dijadikan ”payung” dalam menerapkan pembelajaran

menulis berdasarkan pendekatan proses melalui workshop dan kolaborasi. Menulis

kita ketahui sebagai suatu kemahiran atau keterampilan yang harus melibatkan aspek

kognitif dan juga aspek psikomotorik (perilaku/perbuatan) secara simultan.

Sementara itu, teori belajar sosial pun mencoba menyelaraskan antara aspek

eksternal lingkungan dan aspek kognitif internal. Aspek eksternal lingkungan dalam

konteks menulis dapat berupa bahan bacaan, tulisan-tulisan orang lain atau para ahli

yang telah dimuat di media massa (koran dan majalah) yang dapat dijadikan contoh;

sedangkan aspek kognitif internal yaitu pengetahuan yang dimiliki seseorang

(9)

Pendekatan proses dalam pengajaran menulis menurut Langer dan Applebee

(1987) dianggap sebagai pendekatan mutakhir yang sangat relevan dengan peran

menulis dalam konteks akademis. Sementra itu, workshop menulis seperti yang

pernah dilakukan Alwasilah (1999) menghasilkan beberapa temuan, di antaranya

menyadarkan responden akan kompleksitas proses menulis; inovatif, integratif, dan

efektif untuk berlatih menulis bahasa Indonesia dan Inggris; dan lebih berkonsentrasi

pada proses menulis. Selain itu, melalui workshop menulis responden terdorong

untuk menulis secara profesional, dan adanya feedback karena dalam workshop

tulisan pembelajar betul-betul dikoreksi.

Hasil prapenelitian yang dilakukan peneliti pun membuktikan bahwa melalui

kegiatan workshop menulis (71,88%) responden menyatakan termotivasi untuk

menulis. Menurut Tiedt et. al (1989) melalui workshop juga dapat dibentuk tanggung

jawab untuk masing-masing pelajar dalam bekerja sama. Oleh karena itu, untuk

mengatasi ”kebuntuan” hasil pengajaran menulis selama ini, tampaknya perlu

dicobaterapakan dan dianalisis secara seksama pembelajaran menulis berdasarkan

pendekatan proses melalui workshop dan kolaborasi yang dikembangkan dari teori

belajar sosial.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut ini.

1. Bagaimanakah rancangan pembelajaran menulis artikel berdasarkan pendekatan

teori belajar sosial itu?

(10)

pembelajaran menulis artikel melalui workhsop dan kolaborasi berlangsung?

3. Aspek-aspek apa sajakah, yang dapat diamati, yang turut mendukung dan

mempermudah proses pembelajaran menulis artikel melalui workshop dan

kolaborasi?

4. Adakah perbaikan hasil tulisan mahasiswa setelah dilakukan pembelajaran

menulis artikel melalui workshop dan kolaborasi?

5. Bagaimanakah model pembelajaran menulis artikel yang dapat

mengembangkan keterampilan menulis bagi mahasiswa?

C. Definisi Variabel

Definisi variabel digunakan untuk membatasi dan menjelaskan variabel-

variabel yang terdapat dalam penelitian ini. Selain itu, definisi variabel berguna

untuk menyamakan persepsi tentang variabel yang terdapat dalam penelitian.

1. Model pembelajaran menulis

Model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang dapat

digunakan untuk mendesain bahan pembelajaran dan petunjuk pengajaran di dalam

kelas. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Joyce and Weil (1980:1) seperti

berikut: A model of teaching is a plan or patten that can be used to shape

curriculums (long-term courses of studied), to design instructional materials, and to

guide instruction in the classroom and other setting.

Istilah model dalam penelitian ini mengarah kepada pengertian pola atau

(11)

pembelajaran menulis berdasarkan teori dan pendekatan tertentu, disertai

langkah-langkah implementasinya.

2. Artikel

Artikel ialah tulisan tentang suatu masalah berikut pendapat dan pendirian

penulisnya tentang masalah tersebut. Artikel dapat pula diartikan tulisan

tentang masalah berikut sikap atau pendirian penulisnya, atau berupa

petunjuk pelaksanaan tentang suatu keterampilan menurut versi penulisnya

(Soeseno, 1993)

Artikel biasanya ditulis lebih panjang dan mendalam mengenai suatu masalah

berikut sikap atau pendirian penulisnya, berdasarkan studi literatur tentang masalah

yang sama dan pemecahannya sesuai hasil pemikiran yang mendalam. Biasanya hasil

pemikiran pakar bidang keilmuan yang bersangkutan.

Yelland et.al (1983) mengartikan artikel sebagai berikut ini. ”Article, a term

of vague connotation, applied generally to prose composition in journals,

megazines, newpapers, encyclopedias ets. Almost any prose contribution to such

publications may be called an article.”

Berdasarkan pengertian artikel di atas maka dapat dijelaskan bahwa artikel

biasanya digunakan untuk komposisi prosa dalam jurnal, majalah, surat kabar, dan

sebagainya. Hampir setiap prosa untuk kontribusi publikasi biasanya disebut artikel.

Termasuk kategori artikel, yaitu pernyataan faktual (factual statement), dan komentar

kritis (critical comment).

3. Workshop

Istilah workshop dalam penelitian ini mengandung pengertian suatu aktivitas

(12)

berasal dari kata work yang berarti ’kerja’ dan shop yang berarti ’bengkel’. Dengan

demikian, workshop dapat diartikan sebagai tempat/lingkungan kerja yang dapat

memperbaiki, meningkatkan, dan mengembangkan hasil pekerjaan. Dalam konteks

menulis, workshop berarti tempat memperbaiki tulisan yang masih kurang,

meningkatkan keterampilan menulis yang sudah baik, dan mengembangkan

keterampilan menulis dari hasil yang sudah ada selama ini. Kemudian, hasil tulisan

tersebut langsung dikoreksi dan diperbaiki pada kegiatan yang sama, baik oleh teman

maupun oleh instruktur/dosen, misalnya melalui proses kolaborasi, tanya jawab, dan

diskusi. Hal ini sebagai feedback yang berguna dalam tahap revisi yang merupakan

bagian terpenting dalam keseluruhan proses penulisan.

4. Kolaborasi .

....By collaboration, I refer both to collaboration of the language art, particularly of writing and reading, in scool, and to the collaboration of people through language use. For literacy is a tool that allows people -- writers and readers -- to join together, even acros expanses of time and space. (Dyson, 1989:3)

Kolaborasi pada dasarnya merupakan dua kegiatan yang dilakukan secara

bersama-sama, seperti menulis dan membaca. Dalam konteks ini, antara penulis

dan pembaca pun dapat dilakukan kolaborasi. Kolaborasi dapat digunakan untuk

pengajaran bahasa dalam cakupan yang lebih luas seperti menulis, membaca, dan

berbicara.

Berkaitan dengan penelitian ini, kolaborasi diartikan sebagai proses

penggabungan menulis dan membaca melalui pengoreksian terhadap tulisan artikel

(13)

diartikan sebagai kegiatan yang menekankan pada aspek kerja sama, kemitraan dari

berbagai komponen, baik komponen subjek maupun komponen objek. Seperti halnya

penulis dan pembaca (subjek dan subjek) atau tulisan dan bacaan (objek dan objek).

Melalui kegiatan kolaborasi, kita dituntut untuk membaca tulisan orang lain, begitu

sebaliknya. Dengan demikian, kita akan memiliki keuntungan dengan membaca

bermacam tulisan orang lain dan bagaimana mereka mengembangkan gagasan

melalui tulisan mereka. Hal ini seperti dikemukakan oleh Tiedt et. al (1989: 86)

sebagai berikut: ”Reader each other’s writing proves beneficial to both reader and

writer. Student learn more about writing as they see the kinds of ideas other students

have and how they develop them.”

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa istilah

kolaborasi dalam penelitian ini diartikan sebagai kerja sama sesama teman dalam

kelompok pada proses penulisan artikel melalui kegiatan menulis, membaca, dan

mengoreksi secara berulang-ulang, dalam bentuk berdiskusi, tanya jawab, dan

komentar.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. menghasilkan rancangan pembelajaran menulis artikel;

2. mengidentifikasi problematik yang muncul selama proses pembelajaran

menulis artikel berlangsung;

3. mengetahui aspek-aspek yang turut mendukung/meningkatkan hasil

pembelajaran menulis artikel;

(14)

pembelajaran menulis artikel melalui workshop dan kolaborasi;

5. menciptakan model pembelajaran menulis artikel yang dapat meningkatkan

keterampilan menulis mahasiswa.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah:

1. dapat menghasilkan rancangan pembelajaran menulis artikel;

2. menemukan problematik yang muncul selama proses pembelajaran menulis

artikel berlangsung;

3. menemukan aspek-aspek yang dapat mendukung/meningkatkan hasil

pembelajaran menulis artikel;

4. mengetahui adanya perubahan hasil tulisan artikel mahasiswa setelah diberikan

pembelajaran menulis artikel melalui workshop dan kolaborasi;

5. menemukan model pembelajaran menulis artikel yang efektif guna

meningkatkan keterampilan menulis mahasiswa.

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah:

1. Secara empiris pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, termasuk

menulis, di berbagai jenjang pendidikan masih diajarkan secara teoretis.

Pembelajaran semacam ini lebih dilandasi pendekatan kognitif. Hasil

(15)

2. Berdasarkan pendekatan komunikatif, pembelajaran bahasa dan sastra

Indonesia, termasuk menulis, harus menekankan pada aspek keterampilan

berbahasa. Hal ini berarti bahwa pembelajaran bahasa harus diarahkan kepada

aspek performansi atau penggunaan bahasa secara nyata. Selain itu,

pembelajaran bahasa berdasarkan pendekatan komunikatif didasarkan pada

kontekstualisasi sebagai landasan utama (McKnight, 1994).

3. Pendekatan proses dalam pembelajaran menulis dianggap sebagai

pendekatan mutakhir yang sangat relevan dengan peran menulis dalam konteks

akademis (Langer dan Applebee (1987).

4. Workshop menulis dapat dikatakan sebagai sarana mengimplementasikan

pendekatan proses, mengingat implementasi pendekatan proses dalam

pembelajaran menulis

menawarkan sejumlah alternatif kegiatan seperti diskusi kecil (conferencing),

respons sejawat (peer response), draf berulang (multiple drafts), dan kolaborasi

(collabora tion ), yang hal ini biasa terjadi dalam workshop.

5. Kolaborasi merupakan kegiatan yang menekankan aspek kerja sama dari

semua komponen yang terlibat, baik subjek maupun objek, terutama dalam

kegiatan menulis dan membaca. Dalam pembelajaran menulis berdasarkan proses,

kolaborasi atau bekerja sama sesama teman (pembelajar) merupakan hal yang

(16)

G. Alur Penelitian

Paradigma penelitian ini dapat dilihat dalam bagan sebagai berikut ini.

TEORI BELAJAR SOSIAL

(Albert Bandura)

.

Peristiwa Fase Fase Fase Fase Penampilan Model Perhatian Retensi Reproduksi Motivasi

PENDEKATAN PROSES MELALUI ”WORKSHOP” DAN KOLABORASI

PEMBELAJARAN MENULIS ARTIKEL MELALUI ”WORKSHOP”

DAN KOLABORASI (Secara Empiris)

IDENTIFIKASI ASPEK-ASPEK YANG TERKAIT DENGAN PEMBELAJARAN MENULIS ARTIKEL:

- HAMBATAN/PROBLEMATIK - PENDUKUNG

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS ARTIKEL HASIL TULISAN MELAUI ”WORKSHOP” DAN KOLABORASI ARTIKEL

(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Ihwal kerangka kerja penelitian dijelaskan dalam bab ini. Kerangka kerja ini

sangat penting dalam upaya mengklasifikasi data, menentukan data, menganalisisnya

dan menginterpretasikannya; apa yang menjadi sumber data dan sebagainya. Selain

itu, perlu dideskripsikan rancangan penelitian yang digunakan dalam rangka

pendekatan kuantitatif.

Untuk sampai pada suatu hasil analisis yang akurat diperlukan ”pisau”

analisis yang tepat. Oleh karena itu, pendekatan dan metode penganalisisan yang

tepat dan benar akan sangat menentukan seluruh rangkaian kerja dan hasil penelitian

ini.

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu

pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penggunaan kedua pendekatan penelitian ini

sesuai dengan substansi permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini. Terdapat

dua masalah pokok dalam penelitian ini yaitu: Pertama, hal-hal yang menyangkut

analisis kualitatif tentang pelaksanaan pembelajaran menulis melalui workshop dan

kolaborasi. Hal ini sangat relevan ditelusuri dengan menggunakan pendekatan

kualitatif sehingga menghasilkan rincian identifikasi permasalahan, klasifikasi

aspek-aspek pendukung, dan rincian informasi-informasi lain yang secara langsung

diperoleh dalam proses penelitian. Kedua, hal-hal yang menyangkut efektivitas hasil

(18)

Substansi persoalan ini jelas lebih mengena ditelaah dengan menggunakan

pendekatan kuntitatif, meskipun lebih lanjut dapat dianalisis lebih mendalam secara

kualitatif.

B. Rancangan Penelitian

Mengingat dalam penelitian ini juga digunakan pendekatan kuantitatif, maka

perlu dibuat suatu rancangan penelitian. Rancangan penelitian dimaksud adalah The

One Group Pretest-Postest Design (Fraenkel & Wallen, 1993) sebagai berikut ini.

O X O

[image:18.595.100.513.240.606.2]

Pretest Treatment Posttest

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian: The Group Pretest-Posttest Design

Keterangan Gambar:

O = Pretest (tes awal)

X = Treatment (perlakuan); pembelajaran menulis artikel melalui workshop dan kolaborasi

O = Posttest (tes akhir)

Tujuan penggunaan rancangan ini yaitu untuk mengukur selisih rata-rata nilai

tes awal (pretest) dengan rata-rata nilai tes akhir (posttest). Tes awal berupa tulisan

artikel yang ditulis tangan dan dikerjakan di dalam kelas selama 120 menit.

Sementara itu, tes akhir (posttest) berupa tulisan artikel dari draf I sampai dengan

draf IV yang masing-masing draf mengukur aspek tertentu; seperti draf I untuk aspek

(19)

untuk aspek pengorganisasian isi tulisan. Oleh karena itu, uji beda rata-rata nilai tes

awal (pretest) dengan tes akhir (posttest) ini menyangkut aspek:

1. mekanika yang meliputi: penulisan huruf kapital; pemenggalan kata; dan

penggunaan tanda baca;

2. tata bahasa yang meliputi: tata bentukan kata; tata bentukan kalimat; dan kata

depan (preposisi);

3. retorika yang meliputi: pilihan kata (diksi); gaya bahasa; dan gaya penulisan;

4. pengorganisasian/isi tulisan yang meliputi: kesesuaian judul dengan isi;

kepaduan antarkalimat kalimat; kepaduan antarparagraf; dan kelogisan alur

pemikiran;

Uji beda rata-rata tes awal (pretest) dengan tes akhir (posttest) tersebut dapat

dijadikan sebagai indikator keefektivan perlakuan. Perlakuan dimaksud yaitu menulis

artikel melalui workshop dan kolaborasi.

Kelompok atau kelas yang akan diberikan perlakuan (treatment)

ditentukan secara purposive dengan jumlah mahasiswa sebagaimana adanya. Jumlah

mahasiswa yaitu sebanyak 30 orang, yakni mahasiswa JPBSI yang telah lulus mata

kuliah Menulis I.

C. Sampel Penelitian

1. Prapenelitian (Preresearch)

Guna menemukan pola atau model penelitian yang ideal, sebelum dilakukan

penelitian sesungguhnya, peneliti melakukan penelitian pendahuluan atau

prapenelitian (preresearch). Penelitian pendahuluan ini dilakukan di Sekolah Tinggi

(20)

dan Sastra Indonesia, yang dilaksanakan pada 10 November 2000 hingga 12 Januari

2001.

Adapun sampelnya ditentukan secara purposive sesuai dengan tujuan yang

hendak dicapai, dalam hal ini sampel penelitian yaitu sebanyak 34 orang (satu kelas),

mahasiswa yang telah mengambil dan lulus mata kuliah Menulis I. Dalam penelitian

pendahuluan ini diadakan perlakuan (treatment) sebanyak 10 kali dalam bentuk

kegiatan workshop menulis, dari 10 November 2000 sampai dengan 12 Januari 2001,

dengan pertemuan satu minggu sekali selama 200 menit. Sebelum perlakuan

diberikan terlebih dahulu diberikan tes awal (pretest) berupa membuat tulisan dengan

tema bebas. Sesudah serangkaian perlakuan selesai diberikan, tulisan jadi (artikel)

dianggap sebagai tes akhir (posttest). Pretest dan posttest tersebut diperlukan guna

mengukur tingkat pengaruh atau hasil yang diperoleh sampel selama perlakuan

(treatment) diberikan. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa harga t hitung

lebih besar dari t tabel; dengan t 0,05 harga t = 2,04 sedangkan t hitung = 5,19 (t

hitung =5,19 > t tabel = 2,04). Dengan demikian, perbedaan antara hasil pretest dan

posttest adalah signifikan. Dengan kata lain hasil perlakuan (treatment) berupa

pembelajaran menulis melalui workshop memberikan andil dalam peningkatan

keterampilan menulis mahasiswa.

Selain itu, guna menjaring data secara kualitatif disebarkan juga angket dan

dilakukan wawancara kepada sampel (responden). Angket diberikan sebanyak dua

kali. Yang pertama diberikan sebelum perlakuan (treatment) diadakan. Angket

(21)

diperlukan. Angket ini dikembangkan dari model angket ”Alwasilah’s Writing

Workshop” (Pascasarjana IKIP/UPI, Bandung, 1999). Oleh karena itu, validitas

isinya (content validity) angket ini telah memnuhi syarat, termasuk sudah mendapat

penilaian ahli (expert judgement)

Beberapa hasil temuan penting dalam penelitian pendahuluan ini dapat

dideskripsikan sebagai berikut ini.

a. Rancangan Pembelajaran Menulis Artikel melalui Workshop

Hal-hal penting menyangkut rancangan pembelajaran menulis artikel melalui

workshop adalah sebagai berikut ini.

1) Perlu disediakan sejumlah artikel yang sudah dimuat guna dijadikan contoh

pembuatan artikel oleh pembelajar. Hal ini sejalan dengan hasil temuan dalam

analisis angket yaitu bahwa menurut seluruh responden (100%) contoh tulisan

artikel yang sudah dimuat di media massa sangat bermanfaat sebagai contoh.

Hal ini juga terungkap dari hasil wawancara terhadap responden bahwa tulisan

artikel yang telah dimuat itu dapat digunakan sebagai model dengan cara

dibaca berulang-ulang.

2) Pembelajar sebanyak mungkin dilatih menulis artikel secara berulang-ulang

dan mencoba mengoreksinya sesama teman melalui kolaborasi. Hal ini

sejalan dengan temuan dalam analisis angket bahwa penulisan secara berulang

oleh sebagian besar responden (71,88%) dianggap sebagai sesuatu yang sangat

bermanfaat, dan membuat tulisan artikel sebagian besar responden (75%)

semakin baik. Sementara itu, kolaborasi sesama teman guna mengoreksi tulisan

oleh sebagian besar responden (71,88%) dirasakan sangat bermanfaat, terutama

(22)

3) Pembelajar harus melakukan diskusi (conferencing) guna membahas koreksian

sesama teman maupun dari instruktur/dosen. Hal ini sejalan dengan temuan

dalam analisis angket bahwa kolaborasi melalui diskusi dan konsultasi dengan

instruktur menurut sebagian besar responden (81,25%) yaitu berguna untuk

perbaikan tulisan.

b. Pengaruh Pembelajaran Menulis melalui Workshop terhadap Keterampilan

Menulis

Berdasarkan hasil perhitungan, maka dapat dijelaskan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara hasil pretest dan posttest. Dengan tingkat

kepercayaan 95% ternyata dihasilkan t hitung = 5,194 > t tabel = 2,04. Hal ini

dapat diartikan atau ditafsirkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara

perlakuan berupa workshop menulis dan keterampilan menulis

pembelajar/mahasiswa. Dengan kata lain, pembelajaran menulis berdasarkan

pendekatan proses melalui workshop efektif guna meningkatkan keterampilan

menulis mahasiswa.

c. Problematik yang Muncul Selama Workshop Menulis Berlangsung

Secara umum, problematik yang muncul selama workshop berlangsung,

yang dapat diamati, juga berdasarkan hasil verifikasi melalui angket dan wawancara

adalah sebagai berikut ini.

1) Menurut sebagian besar responden (56,7%) kelemahan workshop menulis yaitu

koreksi melalui kolaborasi sesama teman membingungkan karena tidak ada

(23)

2) Komentar dan koreksi teman yaitu bahwa keseluruhan komentar dan koreksi

teman pada draf tulisan menurut sebagian besar responden (59,38%) yaitu

kadang-kadang sulit dipahami.

3) Menurut sebagain besar responden (75%) yaitu bahwa kelemahan utama dalam

konsultasi dengan instruktur/dosen adalah keterbatasan waktu.

d. Aspek-aspek yang Mendukung Proses Menulis Selama Workshop Berlangsung

Secara umum, aspek-aspek yang mendukung proses menulis selama

workshop berlangsung, yang dapat diamati, juga berdasarkan hasil verifikasi melalui

angket dan wawancara adalah sebagai berikut ini.

1) Menurut sebagian besar responden (71,88%) dibandingkan dengan model-model

pembelajaran yang responden kenal, workshop menulis ternyata membuat

responden lebih termotivasi untuk menulis.

2) Secara keseluruhan kolaborasi sesama teman menurut sebagian besar

responden (71,88%) sangat bermanfaat.

3) Komentar dan penjelasan instruktur/dosen tentang aspek yang akan dikoreksi

sebelum dilakukan pengoreksian sesama teman oleh sebagian besar (84,38%)

dirasakan sangat bermanfaat.

4) Penulisan secara berulang (multiple drafts) oleh sebgian besar responden (75%)

(24)

e. Rancangan Model Pembelajaran Menulis melalui Workshop Menulis

1) Tujuan umum

Tujuan umum yang hendak dicapai dalam pembelajaran menulis melalui

workshop menulis adalah:

a) menumbuhkan motivasi untuk menulis;

b) memberikan kebebasan dan kemandirian dalam menulis;

c) menumbuhkan semangat bekerja sama;

d) menumbuhkan rasa keberanian untuk dikoreksi orang lain.

2) Tujuan khusus

Tujuan khusus yang hendak dicapai dalam pembelajaran menulis melalui

workshop menulis adalah:

a) meningkatkan kemampuan mengoreksi tulisan, baik tulisan teman maupun

tulisan sendiri;

b) meningkatkan keterampilan menulis, baik dalam penggunaan ejaan, tata bentukan

kata, tata kalimat, pemilihan kata, gaya penulisan maupun pengorganisasian isi

tulisan.

3) Kegiatan Instruktur/Dosen

a) menyediakan sejumlah artikel yang sudah dimuat di media massa

cetak/koran sebagai model dengan tema tulisan: pendidikan, kebahasaan, dan

kesastraan;

b) menyuruh peserta/mahasiswa membaca sejumlah artikel yang sudah

(25)

c) menyuruh peserta/mahasiswa menganalisis sejumlah artikel yang sudah

dimuat dimedia massa cetak (koran), dari judul, paragraf pembuka,

pengoraganisasian isi hingga gaya (retorika) penulisannya;

d) menyuruh peserta/mahasiswa membuat tulisan artikel dengan tulis tangan

yang dikerjakan di dalam kelas; hal ini guna mengukur kemampuan awal,

(dianggap sebagai pretest);

e) menyuruh peserta/mahasiswa menyalin artikel yang telah dibuat di dalam

kelas dengan diketik komputer dan memperbaikinya; tulisan ini sebagai (draf

I);

f) mengoreksi dan mengomentari (draf I) pada aspek mekanika tulisan, tata

bahasa, retorika, dan isi/pengoraganisasian tulisan seta mengembalikan

draf I kepada peserta/mahasiswa;

g) menyuruh menulis kembali (memperbaiki draf I) sampai empat kali

(multiple drafts), dan mengadakan kolaborasi sesama teman kepada

peserta/mahasiswa:

(1) Kolaborasi pada tahap pertama yaitu mengoreksi atau mengomentari

aspek menika tulisan yang meliputi: pemenggalan kata, penggunaan huruf

kapital, dan penggunaan tanda baca. (Perbaikan draf I)

(2) Kolaborasi pada tahap kedua yaitu mengoreksi atau mengomentari aspek

tata bahasa yang meliputi: tata bentukan kata (morfologi), tata

(26)

(3) Kolaborasi pada tahap ketiga yaitu mengoreksi atau mengomentari aspek

retorika yang meliputi: diksi atau pilihan kata, gaya bahasa, dan gaya

penulisan. (Draf III)

(4) Kolaborasi pada tahap keempat yaitu mengoreksi atau mengomentari

aspek isi tulisan/pengorganisasian isi yang meliputi: kesesuaian antara judul

dan isi serta paragraf pembuka, organisasi tulisan dengan indikator

kepaduan antarkalimat dan kepaduan antarparagraf (termasuk

penggunaan kata/frase transisi secara tepat), dan logika tulisan dengan

indikator penguasaan terhadap topik/tema tulisan. (Draf IV );

h) menyuruh peserta/mahasiswa melakukan diskusi kecil (conferencing)

guna membahas komentar atau koreksi teman di sela-sela proses kolaborasi

berlangsung;

i) melakukan dialog ihwal penulisan artikel antara penulis berpengalaman

(profesional) dan peserta/mahasiswa serta diskusi secara langsung antara

penulis profesional dan peserta/mahasiswa menyangkut pengalaman praktis

tentang tulis menulis artikel guna konsumsi media massa cetak (koran atau

majalah);

j) mengajak peserta/mahasiswa melakukan kegiatan editing di ruang

komputer sehingga tulisan artikel dianggap selesai sebagai tulisan jadi yang

siap dikirimkan ke media massa cetak (koran atau majalah);

k) Instruktur/dosen mengadakan penilaian terhadap tulisan artikel yang sudah

(27)

l)Instruktur/dosen melaksanakan wawancara dengan peserta/mahasiswa workshop

dan memberikan angket berkaitan dengan seluruh pelaksanaan workshop

menulis artikel.

4) Materi Workshop

Materi workshop yaitu ihwal artikel dan disajikan secara fleksibel sehingga

dapat dikembangkan dalam proses pelaksanaan. Secara garis besar, materi

workshop dapat dijabarkan sebagai berikut ini.

a) Sejumlah artikel yang telah dipublikasikan dengan tema tulisan: pendidikan,

kebahasaan, dan kesastraan;

b) Karakteristik dan model tulisan artikel

5) Kegiatan Peserta/Mahasiswa

a) membaca sejumlah artikel yang sudah disediakan instruktur/dosen dengan

tema: pendidikan, kebahasaan, dan kesastraan. (Kegiatan ini dapat

dilanjutkan dengan membaca sejumlah artikel di rumah dengan tema

bebas sesuai dengan yang dikehendaki peserta/mahasiswa);

b) menganalisis artikel dari segi judul, paragraf pembuka, pengorganisasian isi,

dan retorika;

c) menulis artikel dengan tulis tangan dikerjakan di dalam kelas selama 120 menit;

d) menyalin dan memperbaiki draf tulisan tangan ke dalam ketikan komputer

(dapat dikerjakan di luar kelas);

e) menelaah hasil koreksian dari instruktur/dosen lalu memperbaiki tulisan

melalui kolaborasi sesama teman;

(1) Kolaborasi tahap pertama memperbaiki aspek mekanika yang meliputi:

(28)

(2) Kolaborasi tahap kedua memperbaiki aspek tata bahasa yang meliputi: tata

bentukan kata (morfologi), tata kalimat (sintaksis), dan kata depan

(preposisi).

(3) Kolaborasi tahap ketiga memperbaiki aspek retorika: diksi/pilihan kata, gaya

bahasa, dan gaya penulisan.

(4) Kolaborasi tahap keempat memperbaiki aspek pengoraganisasian isi:

kesesuaian antara judul dan isi serta paragraf pembuka, kepaduan

antarkalimat, kepaduan antartarparagraf, dan alur logika/kelogisan.

f) mengadakan kegiatan diskusi (conferencing) membahas hasil koreksi dan

komentar sesama teman dalam kolaborasi;

g) mengadakan dialog dengan penulis profesional ihwal tulis-menulis artikel,

terutama menyangkut pengalaman praktis dari penulis profesional itu;

h) melakukan penyempurnaan tulisan artikel atau editing di ruang komputer;

i) melaksanakan wawancara dan mengisi angket yang diberikan oleh

instruktur mengkut ihwal pelaksanaan workshop menulis dan kolaborasi.

2. Penelitian Sesungguhnya

Populasi untuk penelitian sesungguhnya yaitu seluruh mahasiswa S-1 Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (JPBSI) Universitas Pendidikan Indonesia

(UPI) Bandung tahun akademik 2001/2002. Sementara itu, pengambilan sampel

dilakukan secara purposive sesuai dengan tujuan penelitian ini. Hal ini berdasarkan

pertimbangan sebagai berikut. Pertama, sampel haruslah mahasiswa yang telah

(29)

demikian, sampel penelitian ini yaitu mahasiswa S-1 JPBSI UPI Bandung tahun

akademik 2001/2002 yang telah lulus dalam mata kualiah Menulis I.

Penelitian sesungguhnya ini akan menggunakan langkah-langkah dan pola

yang relatif sama seperti yang dilakukan pada penelitian pendahuluan. Perbedaannya

terletak pada jumlah sampel, perlakuan yang lebih lama, serta kedalaman dalam

aspek koreksi dan komentar teman maupun instruktur/dosen. Namun, semua itu

masih dalam koridor prosedur sebagaimana dipersyaratkan dalam suatu penelitian, di

antaranya sampel memiliki karakteristik yang sama.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dijaring dalam penelitian ini yaitu: (1) data kemampuan awal

mahasiswa dalam menulis, (2) data selama pelaksanaan perlakuan, dan (3) data

prestasi belajar menulis mahasiswa atau akhir dari perlakuan.

Data kemampuan awal mahasiswa dalam menulis meliputi kemampuan

menulis. Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara menyuruh mahsiswa

menulis sebuah artikel dengan tema bebas dikerjakan di dalam kelas dengan

menggunakan tulisan tangan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keotentitan

tulisan. Tulisan ini dianggap sebagai pretest.

Data pelaksanaan selama perlakuan diperlukan guna memonitor

variabel-variabel lainnya yang dikontrol. Data ini juga dapat dijaring melalui analisis

kualitatif. Sementara itu, data prestasi belajar yakni berupa hasil pembelajaran

menulis artikel melalui workshop dan kolaboarsi dijaring melalui hasil akhir berupa

(30)

E. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan tiga macam instrumen, yaitu (1) instrumen

pengumpulan data, (2) instrumen perlakuan, dan (3) instrumen pedoman

penilaian/koreksi.

Instrumen pengumpulan data penelitian ini terdiri atas tiga jenis yaitu (1)

instrumen guna mengumpulkan data kemampuan awal, (2) instrumen untuk

mengumpulkan data selama pelaksanaan perlakuan, dan (3) instrumen untuk

mengumpulkan data prestasi hasil belajar mahasiswa setelah mengadakan workshop

menulis.

1. Instrumen Kemampuan Awal Mahasiswa

Instrumen ini yaitu berupa kemampuan awal menulis mahasiswa. Instrumen

ini yaitu berupa sayarat-syarat tulisan yang baik, baik kepaduan antarkalimat,

kepaduan antarparagraf, maupun pengorganisasian isi tulisan secara logis serta

penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan secara tepat.

2. Instrumen Perlakuan

Instrumen ini digunakan untuk memonitor dan mengidentifikasi berbagai

masalah selama pelaksanaan perlakuan. Oleh karena itu, instrumen ini dikembangkan

dalam bentuk observasi berupa angket atau pengamatan langsung peneliti.

3. Instrumen Prestasi Hasil Belajar Menulis Artikel Mahsiswa

Instrumen ini prinsipnya sama dengan instrumen kemampuan awal. Namun,

instrumen prestasi hasil belajar ini lebih kompleks karena menyangkut kriteria

(31)

4. Instrumen Pedoman Penilaian

Instrumen ini digunakan untuk memeriksa data kemampuan menulis awal

mahasiswa dan data prestasi hasil belajar (workshop menulis artikel) mahasiswa

yang berupa tulisan ”artikel jadi”. Instrumen ini dapat berupa kriteria tulisan artikel

yang baik dan benar. Adapaun, indikator pedoman penilaian meliputi aspek sebagai

berikut ini.

a. Mekanika tulisan, meliputi:

1) penggunaan huruf kapital;

2) pemenggalan kata;

3) penggunaan tanda baca.

b.Tata bahasa, meliputi:

1) tata bentukan kata;

2) tata bentukan kalimat;

3) kata depan (preposisi).

c. Retorika, meliputi:

1) pilihan kata (diksi);

2) gaya bahasa;

3) gaya penulisan.

d. Pengorganisasian/isi tulisan, meliputi:

1) kesesuaian antara judul dan isi tulisan serta kemenarikan paragraf pembuka;

2) kepaduan antarkalimat;

3) kepaduan antarparagraf;

(32)

Para peserta workshop menulis, melalui tulisan mereka, setelah

dinilai/dianalisis berdasarkan kriteria pedoman penilaian tersebut, maka dapat

dikategori penulis matang dengan nilai B (70-79) dan A (80-100), penulis sedang

dengan nilai C (56-69), dan penulis lemah dengan nilai E (0-44) dan D (45-55).

F. Langkah-Langkah Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan penelitian dilakukan pada Senin, 6 Januari 2001 dengan

mengadakan observasi kepada kelas yang akan dijadikan sampel penelitian. Kegiatan

ini sebagai observasi awal guna menyiapkan segala sesuatu berkaitan dengan

kegiatan penelitian (perlakuan). Yang melaksanakan kegiatan workshop menulis

artikel ini adalah seorang dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dalam mata

kuliah Menulis bernama Drs. Kholid A.Harras, yang juga penulis artikel di beberapa

media massa dan ketua penyunting Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa, Sastra

dan Seni Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia

(UPI) Bandung. Pelaksanaan workshop oleh pihak lain (tidak oleh peneliti) ini

dimaksudkan guna menghindari bias atau adanya kecenderungan subjektif agar

pelaksanaan workshop berhasil optimal.

Sebelum perlakuan diberikan terlebih dahulu diberikan tes awal (pretest)

berupa membuat tulisan artikel dengan tema bebas dan ditulis tangan yang

dikerjakan di dalam kelas, ruang 0075, gedung Pentagon UPI Bandung. Kegiatan

tersebut dilaksanakan selama 120 menit, pada Senin, 12 Februari 2001. Kegiatan ini

(33)

pemenggalan kata, dan penggunaan tanda baca. Perlakuan kedua ini dilaksanakan

pada Selasa 13 Februari 2001.

Perlakuan ketiga mahasiswa (peserta workshop) melakukan pengoreksian

sesama teman tentang aspek tata bahasa yang meliputi tata bentukan kata

(morfologi), tata bentukan kalimat (sintaksis), dan kata depan (preposisi). Perlakuan

ini dilaksanakan pada Senin, 19 Februari 2001.

Perlakukan keempat mahasiswa (peserta workshop) melakukan pengoreksian

sesama teman tentang aspek retorika yang meliputi pilihan kata (diksi), gaya bahasa,

dan gaya penulisan. Perlakuan keempat ini dilaksanakan pada Selasa, 20 Februari

2001.

Perlakuan kelima mahasiswa (peserta workshop) melakukan pengoreksian

sesama teman tentang aspek pengorganisasian isi tulisan yang meliputi kesesuaian

judul dengan isi dan paragraf pembuka, kepaduan antarkalimat, kepaduan

antarparagraf, dan kelogisan alur pemikiran. Perlakuan kelima ini dilaksanakan pada

Senin, 26 Februari 2001.

Selama kolaborasi pengoreksian sesama teman, masing-masing tulisan

dikoreksi oleh empat pengoreksi. Dengan masing-masing pengoreksi menggunakan

simbol pengoreksian sebagai berikut.

Pengoreksi I :

Pengoreksi II :

Pengoreksi III :

(34)

Artinya, misalnya mekanika berkaitan dengan penulisan huruf besar suatu

kata dianggap salah oleh pengoreksi I juga oleh pengoreksi lainnya (II, III, dan IV),

maka pada kata yang bersangkutan ditandai oleh keempat simbol pengoreksian

tersebut. Setiap tahap kolaborasi guna pengoreksian aspek tertentu dibentuk

kelompok yang berbeda sehingga tiap anggota kelompok memperoleh pengalaman

yang berbeda setiap kali kolaborasi berlangsung.

Perlakuan keenam yaitu mendatangkan dosen tamu, mahasiswa mendapat

penjelasan dan bertanya jawab dengan dosen tamu bernama Wawan Darmawan

dengan latar belakang pendidikan Jurusan Teknik Bangunan IKIP/UPI Bandung.

Guna memperoleh pengalaman langsung dalam tulis-menulis artikel guna konsumsi

media massa cetak (koran, majalah). Dosen tamu tersebut sengaja diambil bukan

yang berlatar belakang Jurusan Bahasaa (Indonesia) agar dapat memberikan

pengalaman secara khusus ihwal masalah kebahasaan, di samping masalah lainnya,

dalam kegiatan tulis-menulis artrikel kepada peserta/mahasiswa. Perlakuan ini

dilaksanakan pada Selasa, 27 Februari 2001.

Pada Jumat, 9 Maret 2001 diadakan perlakuan ketujuh yaitu berupa editing

secara keseluruhan tulisan artikel. Mahasiswa (peserta workshop) melakukan editing

di ruang komputer UPI Bandung hingga tulisan artikel mereka dianggap selesai.

Pada Senin, 12 Maret 2001 seluruh tulisan mahasiswa (peserta workshop)

dikumpulkan sebagai tulisan artikel yang sudah jadi (siap dikirimkan) ke berbagai

media massa cetak (koran, majalah). Pada pertemuan ini juga diberikan angket

(35)

seperti kolaborasi sesama teman berkaitan dengan pengoreksian, diskusi kecil,

kendala menyangkut workshop menulis, dan sebagainya. Selain itu diadakan pula

wawancara dengan seluruh peserta workshop guna meraih data secara langsung dari

peserta workshop.

Sesudah serangkaian perlakuan selesai diberikan, diadakan semacam tes akhir

(posttest), dalam hal ini tulisan ”artikel jadi” dianggap sebagai hasil posttest. Pretest

dan posttest tersebut diperlukan guna mengukur tingkat efektivitas penyelenggaraan

workshop menulis artikel atau perlakuan (treatment).

Langkah terakhir setelah keseluruhan kegiatan penelitian selesai yaitu

diadakan penilaian oleh pelaksana workshop menulis. Penilaian sepenuhnya menjadi

tanggung jawab yang bersangkutan. Namun, kriteria penilaian sebelumnya

ditetapkan bersama antara pelaksana workshop menulis dan peneliti. Kriteria

penilaian dimaksud misalnya aspek mekanika yang meliputi unsur: penggunaan

huruf besar, pemenggalan kata, dan penggunaan tanda baca; masing-masing unsur

tersebut diberi rentang nilai (0,1 s.d. 4.0) sehingga jika subjek X mendapat nilai

minimal dari aspek mekanika, maka perhitungannya yaitu: 0,1 + 0,1 + 0,1 : 3 = 0,1 ;

jika subjek X mendapat nilai maksimal dari aspek mekanika, maka perhitungannya

yaitu: 4,0 + 4,0 + 4,0 : 3 = 4,0; angka pembagi (3) diperoleh dari aspek mekanika

yang meliputi tiga unsur (penggunaan huruf besar, pemenggalan kata, dan

penggunaan tanda baca). Dengan kriteria rentang angka penilaian yang sama,

penilaian dapat diberlakukan juga pada aspek tata bahasa yang meliputi unsur: tata

(36)

meliputi unsur: pilihan kata (diksi), gaya bahasa, dan gaya penulisan; aspek

pengorganisasian isi tulisan yang meliputi unsur: kesesuaian judul dan isi serta

paragraf pembuka, kepaduan antarkalimat, kepaduan antarparagraf, dan kelogisan

alur pemikiran.

G. Teknik Penganalisisan

Teknik analisis deskriptif digunakan untuk mengkaji data-data yang harus

dikaji secara kualitatif. Misalnya, hasil observasi, angket, dan wawancara. Sementara

itu, analisis melalui penghitungan kuantitatif digunakan untuk mengetahui selisih

rata-rata nilai pretest dengan posttest untuk masing-masing aspek yang dinilai

sebagai indikator efektivitas perlakuan, berupa pembelajaran menulis artikel melalui

workshop dan kolaborasi. Keduanya tentu lebih lanjut harus diinterpretasikan

sehingga meghasilkan suatu simpulan yang komprehensif, benar, dan, akurat.

I. Penafsiran (Interpretasi)

Penafsiran dilakukan setelah hasil keseluruhan analisis dan uji hipotesis

dilakukan. Dengan demikian, dalam penafsiran ini dihasilkan suatu tafsiran yang

komprehensif dan mencakup aspek kedalaman dan keluasan arti, ehingga dapat

terangkat ”jiwa” di balik hasil analisis dan uji hipotesis tersebut.

Berdasarkan hasil penafsiran ini juga model pembelajaran menulis artikel

yang telah diujicobakan dapat di revisi, sehingga diperoleh model pembelajaran

(37)

artikel hasil revisi ini direkomendaskan untuk dipergunakan dalam mata kuliah

(38)

BAB V

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS ARTIKEL MELALUI WORKSHOP DAN KOLABORASI

Berdasarkan temuan penelitian yang dideskripsikan pada bab IV, maka pada

bab V ini diketengahkan model pembelajaran menulis artikel melalui workshop dan

kolaborasi yang telah direvisi berdasarkan hasil uji coba secara empiris. Model ini

muncul setelah dilakukan serangkaian kajian teoretis, perlakukan secara empirik,

analisis dan penafsiran secara kritis. Model pembelajaran menulis artikel melalui

workshop dan kolaborasi ini menekankan aspek praktek melalui kerja sama atau

kemitraan, baik sesama mahasiswa, antara mahasiswa dan instruktur/dosen, maupun

antara mahasiswa dan penulis profesional (dosen tamu).

Gambaran umum tentang model pembelajaran menulis artikel melalui

workshop dan kolaborasi adalah sebagai berikut ini.

1. Mahasiswa disuruh membaca artikel yang telah dimuat di media massa cetak

(koran) sebanyak-banyaknya; kegiatan ini dapat dilakukan di dalam kelas

maupun di rumah.

2. Mahasiswa disuruh mengamati tulisan-tulisan artikel yang telah dibacanya, baik

dari aspek judul, diksi, paragraf pembuka, tata bahasa,

pengoraganisasian/komposisi tulisan dan sebagainya.

3. Mahasiswa disuruh menulis artikel dengan tema bebas di dalam kelas dengan

”mengacu” pada tulisan yang telah dicermatinya.

(39)

5. Mahasiswa dibagi atas beberapa kelompok; setiap kelompok terdiri atas empat

orang. Pembagian kelompok ini dilakukan guna mengefektifkan kegiatan

kolaborasi.

6. Mahasiswa berdasarkan kelompok mereka masing-masing mengadakan kolabora

melalui diskusi, bertanya jawab, saling berargumentasi, dan sebagainya mengenai

tulisan

artikel yang telah mereka buat.

7. Mahasiswa secara individual menginventarisasi sejumlah persoalan yang tidak

dapat dipecahkan melalui kegiatan kolaborasi, seperti yang dilakukan pada butir

(6).

8. Mahasiswa, baik secara individual atau kelompok, mengadakan kolaborasi

dengan instruktur/dosen melalui kegiatan tanya jawab atas sejumlah persoalan

yang dihadapi.

9. Mahasiswa mengadakan kolaborasi dengan kegiatan seperti pada butir (1)

sampai dengan butir (5) secara berulang, selama empat kali atau lebih sesuai

dengan aspek

yang akan dikoreksi dan didiskusikan seperti: mekanika, tata bahasa, retorika,

dan isi tulisan; perlu juga dibahas bagaimana membuat judul artikel dan paragraf

pembu-

ka yang menarik dan sensasional.

10. Mahasiswa mengadakan kolaborasi dengan penulis berpengalaman (sebagai

dosen tamu) melalui kegiatan menyimak penjelasan dari penulis, berdialog ihwal

penulisan artikel dan berbagi pengalaman dalam mengatasi hambatan dalam

(40)

11.Mahasiswa mengadakan kolaborasi kembali sesama teman sekelompok guna

perbaikan dan penyempurnaan tulisan artikelnya masing-masing.

12.Mahasiswa diajak ke ruang komputer guna mengadakan pengeditan yang

merupakan tahapan akhir dalam penyempurnaan tulisan masing-masing.

13. Mahasiswa diberi kesempatan untuk menyempurnakan tulisannya dengan

batas waktu tertentu setelah instruktur/dosen mengetahui tulisan terakhir yang

dikerjakan masing-masing. Hal ini guna mengantisipasi kemungkinan

terjadinya perubahan atau pergantian tulisan yang dilakukan oleh mahasiswa.

Dengan kata lain, keotentikan tulisan mahasiswa tetap terjaga.

Gambaran lebih rinci dari model pembelajaran menulis artikel melalui

workshop dan kolaborasi adalah sebagai berikut ini.

A. Tujuan Pembelajaran

Tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran menulis artikel melalui

workshop dan kolaborasi ini adalah sebagai berikut ini.

1. Mahasiswa dapat menemukan karakteristik tulisan artikel;

2. Mahasiswa dapat membuat tulisan artikel yang layak untuk dikirimkan ke

media massa cetak; dan

3. Mahasiswa dapat mengoreksi dan memperbaiki kesalahan-kesalahan tulisan

artikel teman, baik dari segi mekanika, tata bahaha, retorika, dan isi tulisan.

B. Kegiatan Instruktur/Dosen

(41)

1. Menyediakan sejumlah artikel yang telah dimuat di media massa cetak (koran)

sebagai model yang akan dibaca dan dianalisis oleh mahasiswa.

2. Menyuruh mahasiswa untuk menganalisis tulisan artikel yang dibaca mereka, dari

berbagai aspek, di antaranya judul, paragraf pembuka, diksi, komposisi tulisan,

dan isi.

3. Menyuruh dan memandu mahasiswa dalam proses penulisan artikel yang

dilakukan di dalam kelas.

4. Menjelaskan tentang kolaborasi atau kerja sama dalam mengoreksi tulisan

artikel masing-masing.

5. Menyuruh mahasiswa untuk membuat kelompok, setiap kelompok terdiri atas

empat orang.

6. Menjelaskan secara garis besar tentang proses pengoreksian dan simbol yang

digunakan oleh masing-masing pengoreksi; setiap pengoreksi menggunakan

simbol yang berbeda, misalnya pengoreksi pertama menggunakan simbol ;

pengeoreksi ke dua menggunakan simbol ; pengoreksi ke tiga

menggunakan simbol ; dan pengoreksi ke empat menggunakan simbol

7. Menyuruh mahasiswa menginventarisasi sejumlah persoalan yang tidak dapat

dipecahkan dalam kegiatan kolaborasi sesama kelompok.

8. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengajukan persoalan yang

dihadapi melalui kegiatan tanya jawab.

9. Memberi penjelasan tentang proses pengoreksian tulisan artikel sesama teman

mengenai aspek mekanika yang meliputi: pemenggalan kata, penggunaan huruf

(42)

10.Memberi penjelasan tentang proses pengoreksian tulisan artikel sesama teman

mengenai aspek tata bahasa yang meliputi: tata bentukan kata (morfologi),

tata bentukan kalimat (sintaksis), dan kata depan (preposisi).

11.Memberi penjelasan tentang proses pengoreksian tulisan artikel sesama teman

mengenai aspek retorika yang meliputi: pilihan kata atau diksi dan gaya bahasa.

12.Memberi penjelasan tentang proses pengoreksian tulisan artikel sesama teman

mengenai aspek isi tulisan atau pengorganisasian isi yang meliputi: kesesuaian

antara judul dan isi, kepaduan antarkalimat, kepaduan antarparagraf, dan

penguasaan topik atau tema tulisan.

13.Memperkenalkan penulis profesional (dosen tamu) guna dijadikan nara sumber

dan bekerja sama dalam berbagai hal menyangkut ihwal penulisan artikel.

14.Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk saling berdialog dan berdiskusi

sesama teman setelah mendapatkan sejumlah informasi dan berbagi pengalaman

dengan penulis profesional (dosen tamu).

15.Memberi kesempatan untuk memperbaiki atau menyempurnakan tulisan artikel

selama waktu tertentu sehingga tulisan akhir dianggap sebagai tulisan yang telah

jadi.

Dalam keseluruh kegiatan yang dilakukan instruktur/dosen tentu tersirat

kegiatan yang harus dilakukan mahasiswa. Walaupun demikian, kegiatan mahasiswa

(43)

C. Kegiatan Mahasiswa

Kegiatan mahasiswa berkaitan dengan pembelajaran menulis artikel melalui

workshop dan kolaborasi adalah sebagai berikut ini.

1. Membaca sejumlah artikel yang disediakan oleh instruktur/dosen dan diteruskan

dengan membaca artikel yang sudah dimuat di surat kabar

sebanyak-banyaknya di rumah.

2. Menganalisis artikel-artikel yang sedang dibacanya, baik dari aspek judul, diksi,

komposisi tulisan, dan sebagainya.

3. Menulis artikel di dalam kelas (dengan tema bebas) dan selalu memperhatikan

aspek-aspek yang telah dianalisis dari sejumlah artikel yang sudah dibaca.

4. Menyimak penjelasan instruktur/dosen tentang konsep dan implementasi

kolaborasi, terutama menyangkut pengoreksian tulisan artikel yang telah

dikerjakan.

5. Membentuk kelompok guna mengadakan pengoreksian sesama teman; kelompok

dapat berbeda setiap pertemuan dan setiap aspek yang dikoreksi sehingga terjadi

variasi anggota kelompok dalam kelas.

6. Menyimak penjelasan instruktur/dosen tentang prosedur pengoreksian; berdialog

dengan instruktur/dosen apabila ada hal yang belum dipahami.

7. Menginventarisasi sejumlah persoalan yang belum dapat dipecahkan pada

kolaborasi sesama teman sekelompok maupun antarkelompok.

8. Bertanya jawab dengan instruktur/dosen atas sejumlah persoalan yang dihadapi

masing-masing mahasiswa sebagai tindak lanjut dari kolaborasi sesama teman

(44)

9. Mengadakan kegiatan pengoreksian sesama teman dalam kelompok tentang aspek

mekanika yang meliputi: pemenggalan kata, penggunaan huruf besar, dan

penggunaan tanda baca.

10.Mengadakan kegiatan pengoreksian sesama teman dalam kelompok tentang

aspek tata bahasa yang meliputi: tata bentukan kata (morfologi), tata

bentukan kalimat (sintaksis), dan kata depan (preposisi).

11. Mengadakan kegiatan pengoreksian sesama teman dalam kelompok tentang

aspek retorika yang meliputi: pilihan kata atau diksi dan gaya bahasa.

12. Mengadakan kegiatan pengoreksian sesama teman dalam kelompok tentang

aspek isi tulisan atau pengorganisasian isi yang meliputi: kesesuaian antara

judul dan isi, kepaduan antarkalimat, kepaduan antarparagraf, dan penguasaan

topik atau tema tulisan. Selain itu, pembuatan judul dan paragraf pembuka yang

menarik (spesifik dan sensasional) perlu mendapat perhatian dan pengoreksian

yang serius karena kedua hal itu bagian yang penting dalam tulisan artikel.

13. Menyimak dan berdialog dengan penulis profesional (dosen tamu) sebagai

narasumber dalam berbagai hal menyangkut ihwal penulisan, termasul tulisan

artikel.

14. Berdialog dan berdiskusi sesama teman setelah mendapatkan sejumlah informasi

dan berbagi pengalaman dengan penulis berpengalaman (dosen tamu).

15. Menyempurnakan tulisan artikel dengan bekal pengalaman, baik selama

berkolaborasi sesama teman, bertanya jawab dan berdialog dengan

(45)

Keseluruhan kegiatan mahasiswa itu tentu dilakukan di dalam kelas dan di

bawah pengawasan instruktur/dosen, kecuali kegiatan pada butir (15), dan pada butir

(1) selain dilakukan di dalam kelas juga dilakukan di luar kelas.

D. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran ini berisi ihwal karakteristik tulisan artikel. Karakteristik

yang dimaksud yaitu meliputi: (1) judul, (2) topik, (3) organisasi karangan, (4)

retorika (termasuk diksi), (5) gaya dan nada tulisan artikel, (6). ukuran, (7) waktu

pemuatan, (8). tata letak, dan (9) model penulisan artikel.

1. Judul

Karakteristik judul artikel koran yaitu singkat (sekitar 3-7 kata), informal

berupa frase, spesifik, dan sensasional.

Contoh: ”Bahasa dalam Konteks Industrialisasi” (Alwasilah, Kompas,

8-10-1993)

”Wanita atau Perempuan Mana yang Cantik?” (Badudu, Pikiran

Rakyat, 17-6-1995)

”Ketika Sharon Stone Berbahasa Indonesia” (Oetomo, Republika,

27-5-1996)

”Pendidikan dengan Paradigma Kualitas” (Hasim, Media

Indonesia, 31- 8-1999)

”Bahasa Indonesia di Era Globalisasi” (Hasim, Pikiran Rakyat,

30-10- 1999)

(46)

2. Topik

Topik tulisan artikel bersifat aktual dan menarik, yakni berkaitan dengan

masalah yang sedang hangat dibicarakan banyak orang. Topik tulisan dapat berupa

gagasan orsinal maupun gagasan lanjutan berupa tulisan tanggapan.

Contoh: 1. Persoalan mengenai kesastraan (Sumardjo, ”Bagaimana

Mencintai Kesusastraan”, Pikiran Rakyat, 21-4-1996)

2. Keotentikan sebuah karya (Anwar, ”Pengaruh dan Otentisitas

Sebuh Karya”, Pikiran Rakyat, 21-6-1996)

Contoh nomor (1) merupakan contoh topik yang aktual dan orisinal karena

persoalan tersebut sedang diperbincangkan banyak kalangan dan gagasan yang

disodorkan penulisnya relatif baru. Sementara itu, contoh nomor (2) merupakan

contoh topik yang aktual karena topik itu sedang hangat dipersoalkan, tetapi tidak

termasuk orsinal karena berupa tulisan tanggapan sehingga gagasan yang terkandung

di dalamnya merupakan lanjutan dari gagasan sebelumnya.

3. Organisasi karangan

Karakteristik organisasi tulisan artikel yaitu secara implisit memiliki bagian

pendahuluan, isi, dan penutup; perbandingan yang ideal yaitu 20% : 70% : 10%.

Tulisan artikel dapat dibuat tanpa menggunakan subtopik, dan yang menggunakan

beberapa subtopik. Misalnya, tulisan artikel yang berjudul ”Ketika Sharon Stone

Berbahasa Indonesia” memiliki subtopik sebagai berikut: Soal paham dan tidak

paham; Orang asing berbahasa Indonesia?; Yang terganggu dan tak terganggu; dan

Gambar

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian: The Group Pretest-Posttest Design
Gambar 5.2: Kolaborasi II
Gambar 5.3: Pengembangan Materi dan Kolaborasi

Referensi

Dokumen terkait

PENERAPAN MODEL SAVI (SOMATIC AUDITORY VISUAL INTELEKTUAL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Kedua , Ketaatan Kristus ditunjukkan melalui tindakan pengosongan diri-Nya dimana Ia rela mengesampingkan kemuliaan dan kehormatan-Nya sebagai Allah dan mengambil rupa

Parameter komposisi dan suhu media gasifikasi banyak mempengaruhi kese- timbangan massa dan energi dalam proses gasifikasi. Untuk media gasifikasi yang tetap,

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan bapak H. Nasrun selaku Ketua Fraksi Partai Golongan Karya pada hari Rabu tanggal 18 September 2008 di ruangan Kerja Kantor Dewan,

Rencana Strategis Bappeda Ini disusun dalam upaya merealisasikan perencanaan pembangunan Kabupaten OKU Timur dan disusun sesuai dengan

Manajemen perdarahan bergantung pada penyebab dan keparahan dari perdarahan itu sendiri, contohnya perdarahan akibat atonia uteri dapat dihentikan dengan menggunakan

Menurut Aththorick (2005) di areal perkebunan sawit vegetasi tumbuh di sela-sela tanaman utama dan menjadi pengganggu jika terlalu dekat dengan tanaman tersebut,

a) Antar muka pengguna yaitu mekanisme dimana antara pemakai dan sistem dapat berkomunikasi. b) Basis pengetahuan (kaidah) merupakan kumpulan pengetahuan seorang pakar dalam