LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK
MENGEMBANGKAN RASA PERCAYA DIRI PESERTA DIDIK
TUNAGRAHITA DI SLB C ADITYA GRAHITA
KOTA BANDUNG
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
OLEH
HARLIN YUSUF
NIM : 1302551
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS
SEKOLAH PASCASARJANA
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul "Layanan
Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Rasa Percaya Diri Peserta
Didik Tunagrahita di SLB C Aditya Grahita Kota Bandung" ini beserta
seluruh isinya adalah benar- benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan
etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini,
saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan
adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap
keaslian karya saya ini.
Bandung,
Agustus 2015
Pembuat
Pernyataan,
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING AKADEMIK
LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA DI SLB C ADITYA
GRAHITA KOTA BANDUNG
Pembimbing Akademik
Dr. Hidayat, Dipl., S.Ed., M.Si NIP. 195707111985031003
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Peneliti ingin mengembangkan suatu layanan bimbingan pribadi sosial
untuk mengembangkan rasa percaya diri peserta didik tunagrahita.
Berdasarkan permasalahan yang di teliti, maka peneliti menggunakan metode
kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berdasarkan pada filsafat post positivisme, di gunakan untuk meneliti pada
kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat
kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi (Sugiyono, 2012:11). Penelitian ini menggunakan instrumen
percaya diri peserta didik untuk mengetahui profil kepercayaan diri peserta
didik sebelum dan sesudah pemberian layanan bimbingan pribadi sosial.
B. Design Penelitian
Desain penelitian adalah semua proses yang di perlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian (Nasir, 2009:84). Berdasarkan hal
tersebut dapat dikatakan bahwa desain penelitian adalah rancangan atau
pedoman dari semua proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Desain
dalam penelitian ini di rancang menggunakan 3 tahap penelitian dimana
setiap tahap memiliki tujuan tertentu. 3 tahap tersebut adalah:
1. Tahap pendahuluan
Tahap pendahuluan ini mendeskripsikan kondisi awal kepercayaan diri
peserta didik tunagrahita sebelum mengikuti layanan bimbingan pribadi
2. Tahap perumusan layanan bimbingan
Tahap perumusan layanan bimbingan ini guru dan observer berkolaborasi
untuk merumuskan layanan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik yang memiliki kepercayaan diri rendah. Adapun layanan
bimbingan yang akan dirumuskan adalah bimbingan karir, bimbingan
keagamaan dan bimbingan kemandirian.
3. Tahap implementasi layanan bimbingan
Tahap impelementasi layanan bimbingan ini mengujicobakan layanan
yang sudah dirumuskan oleh guru dan peneliti yaitu layanan bimbingan
karir, bimbingan keagamaan dan bimbingan kemandirian, kemudian
menyimpulkan kepercayaan diri yang terjadi pada peserta didik setelah
mengikuti layanan bimbingan pribadi-sosial.
Skema model penelitian layanan bimbingan pribadi-sosial adalah
sebagai berikut:
O1 X O2
Keterangan:
O1: kondisi awal peserta didik sebelum mengikuti layanan
bimbingan pribadi sosial
X : pemberian layanan bimbingan pribadi sosial
O2: kepercayaan diri peserta didik setelah mengikuti layanan
C. Prosedur Penelitian
Secara garis besar prosedur dalam penelitian ini melalui tahapan
sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan kondisi objektif kepercayaan diri peserta didik
tunagrahita. Untuk mengetahui kondisi objektif kepercayaan diri peserta
didik tunagrahita peneliti melakukan observasi berupa wawancara kepada
guru kelas. Alasan peneliti melakukan wawancara terhadap guru peserta
didik karena guru kelas lebih mengetahui tentang kepercayaan diri
peserta didik. Selain observasi dan wawancara peneliti juga memberikan
angket kepercayaan diri peserta didik tunagrahita untuk memperkaya
informasi tentang kondisi awal kepercayaan diri peserta didik.
2. Menyusun layanan bimbingan pribadi sosial yang sesuai dengan
kebutuhan peserta didik untuk mengembangkan rasa percaya diri peserta
didik tunagrahita. layanan ini didasarkan atas karakateristik peserta didik
tunagrahita dalam mengembangkan rasa percaya diri peserta didik
dengan baik. Adapun aspek-aspek yang diberikan dalam layanan
bimbingan pribadi sosial yaitu optimis, berpikir positif, mandiri,
penilaian diri, dan toleransi.
3. Penyempurnaan layanan bimbingan melalui masukan-masukan dari
Dosen pembimbing, setelah itu layanan bimbingan tersebut di diskusikan
dengan beberapa guru pembimbing yang dikenal dengan Fokus Group
Disscusion (FGD). Pada tahap ini bentuk layanan bimbingan telah final.
4. Menganalisis hasil keterlaksanaan layanan bimbingan pribadi sosial.
Analisis dilakukan yakni tahap pertama hasil observasi kepercayaan diri
hasil observasi kepercayaan diri peserta didik tunagrahita setelah
diberikan treatment, serta membuat kesimpulan penelitian.
D. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SLB C Aditya Grahita Kota
Bandung. Subjek dalam penelitian ini adalah salah seorang peserta didik
tunagrahita yang di rekomendasikan oleh guru kelasnya memiliki
kepercayaan diri yang sangat rendah. Alasan memilih subjek tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Berdasarkan informasi dari kepala sekolah di SLB C Aditya Grahita Kota
Bandung rentang terjadinya kepercayaan diri peserta didik tunagrahita.
2. Pengembangan dalam upaya membantu peserta didik yang mengalami
masalah dalam hal percaya diri sebaiknya di lakukan dari awal agar tidak
menghambat perkembangan sosial peserta didik.
3. Pada kelas D1 SLB C merupakan kelas rendah, maka dari itu proses
kepercayaan diri peserta didik di sekolah perlu di perhatikan dan
diberikan layanan bimbingan untuk dapat melangkah kajenjang kelas
yang lebih tinggi dengan penuh rasa percaya diri. Dengan demikian
peserta didik tunagrahita kekurangan yang dialaminya bukanlah
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Tahap pendahuluan
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yang berkaitan
dengan layanan bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan
kepercayaan diri peserta didik tunagrahita adalah pertama observasi,
observasi dalam penelitian ini adalah observasi terbuka, yakni melakukan
observasi atau pengamatan langsung. Kedua wawancara yang digunakan
untuk menggali data tentang kondisi awal peserta didik tunagrahita.
Adapun wawancara dilakukan oleh peneliti kepada orang tua dan guru
subjek. Ketiga angket (kuesioner), yang digunakan sebagai alat
pengumpul data yang dikembangkan berdasarkan skala kepercayaan diri
peserta didik tunagrahita yang dikembangjan oleh Gie (1995) dengan
beberapa adaptasi sesuai kebutuhan peneliti. Angket yang telah dibuat
diuji validasikan oleh pakar. Bentuk angket tertutup format force choice
dengan alternative pernyataan hanya 5 pilihan yaitu: SL= Selalu, SR =
Sering, KD = Kadang-kadang, JR = Jarang, TDP = Tidak pernah,
masing-masing pernyataan ditentukan skor ; SL =4, SR = 3, KD = 2, JR
= 1, dan TDP = 0. Apabila ada pernyataan negatif maka pemberian skor
dibalik. Skor pernyataan negatif yaitu SL = 0, SR = 1, KD = 2, JR = 3,
dan TDP = 4.
2. Tahap Perumusan Program
Pada tahap ini merumuskan program yang sesuai dengan
kebutuhan peserta didik guna untuk mengembangkan kepercayaan
mendalam dengan dosen pembimbing sehingga menghasilkan program
akhir/program final.
3. Tahap Implementasi Program
Program akhir yang disepakati tersebut lalu diuji cobakan pada
peserta didik tunagrahita kelas D1 di SLB C Aditya Grahita Kota
Bandung. Adapun sebelum memberikan treatment peneliti; pertama
melakukan observasi kepercayaan diri peserta didik tunagrahita, kedua
pelaksanaan layanan, ketiga melakukan observasi lanjutan tentang
kepercayaan diri peserta didik setelah diberi treatment untuk
mendapatkan hasil uji keterlaksanaan.
Dalam uji keterlaksanaan layanan bimbingan pribadi sosial untuk
mengembangkan rasa percaya diri peserta didik tunagrahita ini dapat
dijelaskan aspek-aspek sebagai pedoman observasi kepercayaan diri
subjek sebelum dan sesudah dilakukan layanan bimbingan pribadi sosial.
Aspek-aspek tersebut yaitu: a) aspek optimis, b) aspek berpikir positif, c)
aspek mandiri, d) aspek penilaian diri, dan e) aspek toleransi.
4. Studi Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2012:83) Studi dokumentasi merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif, bahkan kredibilitas hasil penelitian kualitatif akan
semakin tinggi jika melibatkan atau menggunakan hasil studi dokumen
dalam penelitiannya. Dokumentasi berupa video dan gambar dalam
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Kuesioner disusun menggunakan pernyataan tertutup yang sudah yang sudah
disediakan jawabannya sehingga responden dapat memilih alternatif jawaban
sesuai dengan kondisi peserta didiknya. Responden yang mengisi kuesioner
ini adalah guru kelas. Bentuk angket tertutup format force choice dengan
alternative responden pernyataan hanya 5 pilihan yaitu SL = Selalu, SR =
Sering, KD = Kadang-kadang, JR = Jarang, TDP = Tidak pernah.
Masing-masing pernyataan ditentukan skor SL = 4, SR = 3, KD = 2, JR = 2, dan TDP
= 0. Adapun instrumen untuk mengungkap kepercayaan diri peserta didik
tunagrahita adalah di jabarkan dalam tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1
Instrumen Angket Kepercayaan Diri Peserta Didik Tunagrahita
Nama: ...
No Aspek Pernyataan Kategori
SL SR KD JR TDP 1 Optimis a. Mempunyai motivasi
untuk latihan menulis b. Memiliki motivasi untuk
latihan membaca 2 Berpikir positif a. Nyaman dengan fisik
yang dimilikinya b. Mengakui kesalahan
yang dibuat ketika ditanya oleh guru kelas c. Mengikuti tren di sekolah
d. Menceritakan pengalaman kepada teman-temannya didepan kelas
e. Bernyanyi didepan kelas f. Berperilaku baik di
sekolah
e. Mewarnai gambar tanpa bantuan guru 4 Penilaian diri a. Membersihkan halaman
teman kelasnya 5 Toleransi a. Memiliki sikap tenggang
rasa yang baik
b. Menerima kekurangan teman
c. Memaafkan teman yang
d. melakukan kesalahan
Penelitian ini menggunakan data kualitatif. Proses analisis data
kualitatif ini menggunakan analisis deskriptif naratif. Dalam penelitian ini
menggunakan kerangka yang dikembangkan oleh Miles & Huberman
(Sugiyono, 2012:246) yang terdiri dari 3 fase, yaitu reduksi data (data
reduction), penyajian data (data display), dan penarikan konklusi (conclusion
drawing) dan verifikasi (verification). 3 fase tersebut diuraikan sebagai
berikut:
1. Reduksi data
Pada tahap ini peneliti berusaha memilah mana data yang relevan
dan kurang relevan dengan tujuan penelitian yang sudah ditetapkan.
ditampilkan adalah data-data yang penting sehingga mudah untuk
dipahami.
2. Display data
Display data ini dilakukan agar dapat melihat lebih mudah dan
memahami hasil dari temuan penelitian, maka peneliti akan
mengklasifikasikan dan menyajikannya sesuai dengan pokok
permasalahan yang dibahas. Data yang berupa data kualitatif akan
disampaikan dalam bentuk uraian singkat. 3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi data
Kegiatan ini ditujukan untuk mencari makna dari data yang telah
dikumpulkan dengan mencari persamaan dan perbedaan. Penarikan
kesimpulan dilakukan dengan jalan membandingkan hasil tes,
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pada bab ini berisi kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan berdasarkan
hasil kajian teoritis dan temuan di lapangan, sedangkan rekomendasi penelitian
diharapkan dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam
ruang lingkup yang lebih luas.
A. Kesimpulan
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan rasa
percaya diri peserta didik tunagrahita melalui layanan bimbingan pribadi
sosial. Adapun hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Rasa percaya diri salah satu peserta didik tunagrahita kelas D1 SLB C
Aditya Grahita masih tergolong rendah, masih terdapat beberapa aspek
kepercayaan diri yang belum optimal.
2. Layanan bimbingan pribadi sosial yang telah diujicobakan dapat terlaksana
dengan baik tetapi masih ada aspek yang belum tercapai yaitu aspek
penilaian diri. Pada aspek penilaian diri ini masih ada dua pernyataan yang
belum tercapai yaitu pemanfaatan waktu luang untuk latihan menulis dan
pemanfaatan waktu luang untuk latihan membaca.
3. Rasa percaya diri salah satu peserta didik tunagrahita kelas D1 SLB C
Aditya Grahita Kota setelah mendapatkan layanan bimbingan pribadi sosial
mendapatkan perkembangan pada semua aspek kepercayaan diri yang
layanan bimbingan yang lebih mendalam yaitu aspek yakin dengan sendiri
dan tidak berlebihan.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan rekomendasi sebagai
berikut:
1. Bagi Guru Kelas
Layanan bimbingan pribadi sosial dalam penelitian ini terbukti
mampu mengembangkan kepercayaan diri peserta didik tunagrahita secara
signifikan. Layanan bimbingan dapat dikembangkan lagi oleh guru kelas
terutama aspek yakin dengan kemampuan sendiri dan tidak berlebihan
yang merupakan aspek terendah dan memerlukan layanan bimbingan yang
lebih serius.
2. Bagi Pihak Sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam penyusunan
program sekolah yang terkait dengan kepercayaan diri peserta didik
tunagrahita sehingga sekolah dapat lebih menfasilitasi peserta didik dalam
mengembangkan kepercayaan diri, misalnya dengan pembinaan peserta
didik untuk lebih mengembangkan kemampuan menulis dan membaca
yang lebih baik. Setiap tenaga pengajar juga harus memahami pengertian
dan penerapan layanan bimbingan pribadi sosial agar peserta didik di
sekolah memiliki kepercayaan diri yang baik.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang akan mengkaji mengenai kepercayaan
a. Meneliti lebih lanjut aspek kepercayaan diri yang paling rendah yaitu
aspek yakin dengan kemampuan sendiri dan tidak berlebihan, terutama
pada pernyataan kemampuan menulis dan membaca.
b. Meneliti kepercayaan diri dengan mengontrol variabel lain yang
1
DAFTAR PUSTAKA
Angelis, Barbara. (2003). Percaya Diri Sumber Sukses dan Kemandirian. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Atok, Hilmi. (2010). Aspek-aspek Percaya Diri. (Online) Tersedia:
http://miklotof.wprdpress.com/2010/06/26/aspek-aspek-percaya-diri/ (19 Juli 2011).
Beers, M.H., & Berkow, R. (2003). Mental retardation (Sec. 19, Chap. 262) [electronic version]. Merck manual of diagnosis and therapy. Retrieved on October 9, 2013, from www.merck.com/pubs/mmanual/section19/chapter262/262e.htm.
Center for Disease Control and Prevention. (2003, March). Childhood lead poisoning. Retrieved October 1, 2003.
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (2006). Identifikasi Anak Berkebutuhan
Pendidikan Khusus dalam Pendidikan Inklusif, diambil dari
http://www.ditplb.or.id/new/index.php?menu=profile&pro=52.
Drew, C., & Hardman, M. (2004). Mental retardation: A life cycle approach. Upper Saddle River, NJ: Pearson Education.
ERIC Clearinghouse on Disabilities and Gifted Education (2003, March). Prader-Willi syndrome. Retrieved October 9, 2003, from http://ericec.org/faq/praderwl.html.
Fatimah, Enung. (2010). Psikologi Perkembangan (Psikologi Perkembangan Peserta Didik). Bandung: CV Pustaka Setia. From
www:cdc.gov/nceh/lead/factsheets/childhoodlead.htm.
Greenspan, S., & Love, P. (1997). Social intelligence and developmental disorder: Mental retardation, learning disabilities, and autism. In W. macLean (Ed.), Ellis handvook of mental deficiency, psychological of mental and research (3 ed., pp. 311-342). Marwah, NJ: Erlbaum.
Hakim, T. (2002). Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Purwa Suasana.
Hallahan, Daniel P. & Kauffman, James M. (1938). Exceptional Children Introduction to Special Education New Jersey: Prentice International Inc.
Hitcock, D., Meyer, A., Rose, D., & Jackson, R. (2002). Providing new access to the general curriculum Universal design for learning. Teaching Exceptional Children, 35 (2), 8-17.
2
Katimas, D. (2000). Literacy Intruction for people with mental retardation: Historical highlights and contemporary anlysis. Education and Training in Mental Retardation and Developmental Disabilities, 35 (1), 3-15.
Lauster, Peter. (2008). Tes Kepribadian. Jakarta: PT. Bumi Askara.
March of Dimes. (2003). Quick reference; Birth defects and genetics-Down syndrome [fact sheet]. New York: National Down Syndrome Society. Retrieved October 8, 2003, from www.marchofdimes.com/printableArticles/681
_1214.asp?printable=true.
T. (Murro, J.J dan Kottman, 1995). Guidance and Counseling in The Elementary and Middle School. Madison: Wm C. Brown Com. Inc.
Nakata, H. (2003). Educational Cooperation Bases System Construction Project, Implementation Report, Center for Research on International Cooperation in National Down Syndrome Society. (2003, October). Questions and answers about
Down Syndrome. Retrieved October 10, 2003, from
www.ndss.org/content.cfm?fuseaction=inforResGeneralArticle&article=1994.
Nayak, A. (1997). Guidance and Counseling. New Delhi: Aph Publishing Corporation.
Nurihsan, Juntika dan Sudianto, Akur. (2005). Manajemen Layanan Bimbingan dan Konseling di Jakarta. Jakarta : Grasindo.
Nurihsan, Achmad Juntika. (2006). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: PT. Refika Aditama.
Prayitno & Amti (2009). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta.
Putra, Nusa (2011). Research and Development Penelitian dan Pengembangan suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Rini, Jacinta F. (2002). Memupuk Rasa Percaya Diri. (Online). Tersedia: http://www.e-psikologi.com (9 April 2012).
Rustanto. (2009). Program Bimbingan Dan Konseling Remaja. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Smith, J.D. (2003). Granting Monty’s wish: From mental retardation to developmental disabilities. DDD Expres, 14 (1), 4.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung : Alfabeta.
Sutisna. (2010). Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa Melalui Strategi Layanan.
Sulaeman. (1984). Sumbangan Kecerdasan, Motivasi Berprestasi dan Kebiasaan Belajar dan Prestasi Belajar Akademik Para Siswa SMA di Jabar. Disertasi. Bandung SPS IKIP Bandung.
3
Symon, F.J., Clark, R.D., Roberts, J.P., &Bailey, D.B. (2001). Classroom behavior of elementary school-age boys with Fragile X syndrome. Journal of Special Education, 34, 194-202.
Symon, F.J., Clark, R.D., Roberts, J.P., &Bailey, D.B. (2001). Classroom behavior of elementary school-age boys with Fragile X syndrome. Journal of Special Education, 34, 194-202.
Tomporowski, P., & Tinsley, V. (1997). Attention in mentally retarded persons. In W. Mac Lean (Ed.), Ellis’ handbook of mental deficiency, psychological theory and research. Marwah, NJ: Erlbaum.
UU RI No. 20 Tahun (2003). Sitem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara.
Willis, Sofyan S. (2004). Bimbingan Individu dan Praktek. Bandung: CV. Alfabeta.
Winkel, W.S. (1997). Bimbingan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.
Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Yusuf, Syamsu. (2006). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.