• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

PEMBINAAN KELOMPOK WANITA TANI (KWT) HARAPAN JAYA DALAM PENERAPAN BAURAN PEMASARAN JAHE INSTAN

Oleh:

Ketua :

Dr. Ir. Dyah Aring Hepiana Lestari, M.Si. (NIDN 0018096205/SINTA ID 6041155)

Anggota :

Dr. Ir. Wuryaningsih Dwi Sayekti, M.S. (NIDN 0022086002/SINTA ID 6041356) Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.P. (NIDN 0003026303/SINTA ID 6002243) Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P. (NIDN 0023066202/SINTA ID 6041238)

JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

2021

(2)
(3)

IDENTITAS DAN URAIAN UMUM

1. Judul Pengabdian : Pembinaan KWT Harapan Jaya dalam Penerapan Bauran Pemasaran Jahe Instan

2. Tim Pengabdian Kepada Masyarakat

No Nama Jabatan Bidang

Keahlian

Program Studi

AlokasiWaktu (jam/minggu) 1. Dr. Ir. Dyah Aring

Hepiana Lestari, M.Si.

Ketua Ekonomi Pertanian

Agribisnis 10

2. Dr. Ir.

Wuryaningsih Dwi Sayekti, M.S.

Anggota 1 Ekonomi Pertanian

Agribisnis 8

3. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.P.

Anggota 2 Ekonomi Pertanian

Agribisnis 8

4. Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P.

Anggota 3 Ekonomi Pertanian

Agribisnis 8

3. Objek Pengabdian : KWT Harapan Jaya di Kota Bandar Lampung 4. Masa Pelaksanaan

Mulai : Bulan Juni tahun 2021 Berakhir : Bulan September tahun 2021 5. Usulan Biaya : Rp5.000.000,00 (Lima Juta Rupiah)

6. Lokasi Pengabdian : Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung 7. Instansi lain yang terlibat: -

8. Kontribusi mendasar pada suatu bidang ilmu terhadap masyarakat:

Setelah kegiatan pengabdian kepada masyarakat, diharapkan pengadaan bahan baku dan bauran pemasaran (Product, Price, Place, Promotion) yang diterapkan oleh KWT Harapan Jaya meningkat, sehingga dapat meningkatkan kinerja usaha KWT Harapan Jaya.

9. Luaran wajib yang dihasilkan:

Publikasi Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

RINGKASAN ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Analisis Situasi ... 1

B. Tujuan Kegiatan ... . 4

C. Manfaat Kegiatan ... . 4

D. Sasaran Kegiatan ... . 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Sistem Agribisnis ... . 5

B. Pengadaan Bahan Baku ... 6

C. Bauran Pemasaran ... 11

a) Product ... 11

b) Price ... 13

c) Place ... 14

d) Promotion ... 15

III. METODE PELAKSANAAN ……….. 17

A. Kerangka Pemecahan Masalah ... 17

B. Metode dan Tahapan Pelaksanaan Kegiatan ... 18

C. Realisasi Pemecahan Masalah ... 18

D. Evaluasi Pelaksanaan Program ……….…… 20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

A. Hasil Evaluasi Awal ……….. ... 21

B. Hasil Evaluasi Proses ... 22

C. Hasil Evaluasi Akhir ………...24

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

A. KESIMPULAN ... 28

B. SARAN ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 30

LAMPIRAN ... 31

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Metode, tahapan, dan deskripsi kegiatan pengabdian masyarakat ... 17 2. Rata-rata nilai hasil pre-test dan post-test ………..……….. 25

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kemasan produk minuman jahe instan KWT Harapan Jaya ... 3

2. Pembukuan/arus kas penjualan minuman jahe instan KWT Harapan Jaya ... 3

3. Sistem agribisnis... 6

4. Budidaya jahe merah dalam karung ... 9

5. Peningkatan rata-rata nilai hasil pre-test dan post-test ………. 24

6. Para peserta kegiatan mengerjakan soal pre-test dan post-test …………. 32

7. Kegiatan penyuluhan mengenai pengadaan bahan baku jahe oleh Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.S. ………..32

8. Kegiatan penyuluhan mengenai pengembangan produk dalam bauran pemasaran oleh Dr. Ir. Wuryaningsih Dwi Sayekti, M.S. ……….33

9. Kegiatan penyuluhan mengenai penetapan harga jual dan pembukuan oleh Dr. Ir. Dyah Aring Hepiana Lestari, M.Si. ………33

10. Kegiatan penyuluhan mengenai perluasan jaringan pemasaran dan promosi online oleh Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P………..33

11. Pemberian buku kas dan materi penyuluhan dari Ketua Tim kepada Ketua KWT Harapan Jaya (Ibu Sugiyati) dan doorprize kepada peserta yang aktif ………..…34

12. Foto bersama Tim Pengabdian kepada Masyarakat dan KWT Harapan Jaya setelah kegiatan penyuluhan ……….………34

13. Diskusi dan pengarahan dari Tim Pengabdian kepada Masyarakat kepada pengurus KWT Harapan Jaya terkait perbaikan pengemasan produk jahe instan ………..……….. 35

14. Kunjungan Tim Pengabdian kepada Masyarakat ke rumah produksi jahe instan KWT Harapan Jaya ……… 35

(7)

PEMBINAAN KWT HARAPAN JAYA

DALAM PENERAPAN BAURAN PEMASARAN JAHE INSTAN RINGKASAN

Kelompok Wanita Tani (KWT) Harapan Jaya di Kota Bandar Lampung mengelola lahan pekarangan antara lain untuk menanam jahe yang kemudian diolah menjadi jahe instan. Usaha ini dilakukan sejak tahun 2019 untuk meningkatkan pendapatan dalam rangka mencukupi kebutuhan rumah tangga. Sejak pandemi Covid 19, permintaan terhadap jahe instan sebagai minuman untuk meningkatkan imunitas tubuh meningkat. KWT Harapan Jaya diharapkan dapat menangkap peluang pengembangan usaha ini. Akan tetapi, masalah yang dihadapi bila akan meningkatkan produksi adalah ketersediaan bahan baku. Selain itu, produk yang dihasilkan selama ini belum dikemas dengan baik, penentuan harga jual belum benar, pemasaran masih terbatas, dan promosi belum dilakukan. Oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan terhadap KWT Harapan Jaya agar dapat menangkap peluang pasar jahe instan sehingga tujuan untuk dapat memperoleh tambahan pendapatan dan meningkatkan kesejahteraan anggota KWT Harapan Jaya terwujud.

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan kinerja KWT Harapan Jaya dan secara khusus bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan anggota KWT Harapan Jaya tentang: 1) pengadaan bahan baku, 2) bauran pemasaran product, 3) bauran pemasaran price, 4) bauran pemasaran place, dan 5) bauran pemasaran promotion.

Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat adalah penyuluhan (ceramah dan diskusi). Selain itu juga dilakukan pendampingan kepada KWT Harapan Jaya.

Setelah kegiatan penyuluhan dilakukan, pengetahuan anggota KWT Harapan Jaya mengenai pengadaan bahan baku jahe merah dan bauran pemasaran meningkat sebesar 66,17 persen. Peserta kegiatan antusias mengikuti kegiatan pengabdian kepada masyarakat terlihat dari persentase kehadiran sebesar 65 persen (lebih dari 50 persen anggota aktif) dan diskusi berjalan lancar serta aktif. Pengembangan kemasan produk, tertib pembukuan usaha, penetapan harga jual jahe instan, pemanfaatan media sosial dalam pemasaran dan promosi jahe instan KWT Harapan Jaya perlu waktu yang lebih panjang untuk mengevaluasinya.

Kata kunci : agribisnis, bauran pemasaran, jahe instan

(8)

I. PENDAHULUAN

A. Analisis Situasi

Sebagai negara agraris, sektor pertanian berperan penting dalam sistem perekonomian Indonesia. Berbagai kebijakan pemerintah ditetapkan dalam rangka meningkatkan kinerja sektor pertanian. Salah satu kebijakan tersebut berupa Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 82 Tahun 2013, yang mengatur bahwa kelembagaan petani merupakan salah satu lembaga pertanian yang harus ditumbuhkan dan dikembangkan. Melalui kelembagaan petani, para petani dapat bekerja sama dalam melakukan usaha, sehingga peningkatan kesejahteraan petani yang merupakan tujuan pembangunan pertanian dapat tercapai.

Kelompok Wanita Tani (KWT) termasuk kelembagaan petani. Kelompok ini beranggotakan wanita-wanita yang melaksanakan usaha pertanian, para istri petani, dan anggota kelompok tani. Menurut Sumarsono (2009), dalam kegiatan ekonomi, peranan wanita dapat dilihat dari partisipasinya dalam memberikan sumbangsih penghasilan untuk menambah penghasilan keluarga.

Di Kampung Sinar Harapan, Kelurahan Rajabasa Jaya, Bandar Lampung terdapat KWT Harapan Jaya yang beranggotakan 20 orang. Kelurahan ini terletak di pinggiran kota dan berjarak sekitar 15 km dari pusat Kota Bandar Lampung.

Penduduk Kampung Sinar Harapan yang bermata pencaharian sebagai petani cukup banyak. Namun karena di perkotaan lahan pertanian relatif sempit, maka tidak banyak petani yang berstatus sebagai petani pemilik. Sebagian besar bekerja sebagai buruh tani. Masalah lain yang mengancam adalah adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman/perumahan. Ditambah lagi usaha pertanian yang sangat bergantung pada kondisi alam, maka hal-hal tersebut berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh petani. Oleh karena itu, untuk mendukung pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari dalam rumah tangga, KWT dibantu petugas penyuluh pertanian melakukan pengelolaan lahan pekarangan

(9)

menjadi lahan usaha pertanian, seperti budidaya ternak, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat.

Sejak pandemi Covid-19, penggunaan tanaman obat untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan imun tubuh semakin marak. Berbagai tanaman obat diolah menjadi empon-empon. Salah satu tanaman obat yang umum dikonsumsi adalah jahe. Selain memiliki banyak manfaat, keunggulan jahe lainnya adalah relatif mudah ditanam dan ketersediaannya cukup banyak di pasar dengan harga terjangkau. Agar penggunaannya lebih praktis, maka jahe diolah menjadi produk minuman instan. Produk olahan jahe ini menghasilkan nilai tambah. Karena dijual dalam bentuk olahan, maka nilai jualnya lebih tinggi.

Anggota KWT menanam jahe di pekarangan rumah atau di kebun. Oleh karena itu, salah satu usaha produktif yang saat ini dilakukan dalam rangka meningkatkan pendapatan adalah pengolahan jahe menjadi instan jahe instan.

Usaha ini sudah dilakukan sejak tahun 2019.

Seiring meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dengan mengonsumsi produk herbal, maka permintaan terhadap jahe instan KWT cukup banyak. Berdasarkan hasil pra-survei, diketahui bahwa sebelum pandemi Covid-19, KWT mengolah 1-2 kg jahe segar menjadi jahe instan.

Namun, untuk memenuhi permintaan konsumen selama pandemi Covid-19, bahan baku meningkat menjadi 4-5 kg jahe segar. Meningkatnya permintaan ini membuka peluang bagi KWT untuk melakukan pengembangan usaha, akan tetapi di sisi lain KWT harus bisa menjamin ketersediaan bahan baku.

Pengembangan usaha jahe instan bisa dilakukan dengan menerapkan bauran pemasaran berupa 4 P, yaitu Product, Price, Place, dan Promotion. Apabila hal ini terwujud, tentunya akan berdampak pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan anggota KWT.

Terkait bauran pemasaran Product, untuk menjaga higienitas, memperpanjang masa simpan, dan meningkatkan daya tarik konsumen, jahe instan KWT sudah dikemas dalam bungkus plastik dan diberi label. Namun pengemasan produk masih sangat sederhana dan kurang menarik seperti dapat dilihat pada Gambar 1. Selain itu, produk baru sebatas jahe instan, belum ada ide diversifikasi produk lain.

(10)

Terkait bauran pemasaran Price, KWT belum melakukan penghitungan Harga Pokok Produksi (HPP) dan penetapan harga jual dengan benar karena tidak memperhitungkan upah tenaga kerja dan faktor produksi lain. Oleh karena itu, keuntungan sebenarnya yang diterima oleh KWT dari hasil penjualan tidak diketahui. Berdasarkan hasil pra-survei, pembukuan/arus kas baru dilakukan pada bulan Oktober 2020 dengan format pembukuan yang salah dan tidak rapi seperti dapat dilihat pada Gambar 2.

Terkait bauran pemasaran Place dan Promotion, selama ini jahe instan hanya dipasarkan melalui jejaring pribadi para anggota melalui telepon dan whatsapp. Hal ini disebabkan keterbatasan KWT dalam pengetahuan dan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi sehingga pemasaran jahe instan belum menjangkau pasaran yang lebih luas.

Gambar 1. Kemasan produk minuman jahe instan KWT Harapan Jaya

Gambar 2. Pembukuan/arus kas penjualan minuman jahe instan KWT Harapan Jaya

(11)

B. Tujuan Kegiatan

Secara umum, tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (pengurus dan anggota) KWT Harapan Jaya dalam mengelola usaha. Adapun secara khusus kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan KWT Harapan Jaya dalam:

1) pengadaan bahan baku jahe instan, 2) pengemasan produk jahe instan, 3) penetapan harga jual jahe instan,

4) perluasan jaringan pemasaran jahe instan melalui media online, dan 5) promosi jahe instan melalui media online

C. Manfaat Kegiatan

Manfaat yang diperoleh dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diantaranya adalah:

1) Bagi kelompok sasaran, yaitu pengurus dan anggota KWT Harapan Jaya dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pengembangan usaha melalui pengadaan bahan baku dan penerapan bauran pemasaran bagi produk yang dihasilkan.

2) Bagi pemerintah daerah, kegiatan pengabdian ini dapat membantu dalam mengembangkan usaha bidang pengolahan tanaman obat/herbal.

3) Pelaksana kegiatan, yaitu tim pengabdi Fakultas Pertanian Universitas Lampung dapat meningkatkan peran serta dalam pembangunan dengan mentransfer ilmu pengetahuan kepada masyarakat.

D. Sasaran Kegiatan

Sasaran kegiatan adalah pengurus dan anggota Kelompok Wanita Tani Harapan Jaya di Kampung Sinar Harapan, Kelurahan Rajabasa Jaya Kota Bandar Lampung.

(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Agribisnis

Pembangunan sistem agribisnis dapat dijadikan sebagai pilihan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Petani banyak yang belum sejahtera karena para petani hanya berusaha di subsistem onfarm/usahatani yang nilai tambahnya kecil. Oleh karena itu, pendapatan petani sulit ditingkatkan (Saragih, 1998).

Sistem agribisnis mencakup subsistem agribisnis hulu, subsistem usahatani, subsistem agribisnis hilir, dan subsistem jasa layanan penunjang.

Subsistem agribisnis hulu adalah subsistem yang menyediakan berbagai input dan alat/mesin pertanian. Subsistem usahatani adalah subsistem budidaya berbagai komoditi pertanian dalam arti luas, yang mencakup tanaman pangan, perkebunan, perikanan, dan peternakan. Subsistem hilir terdiri dari subsistem pengolahan dan subsistem pemasaran. Subsistem pengolahan merupakan subsistem yang mengolah produk pertanian yang dihasilkan oleh subsistem usahatani menjadi produk sekunder ma upun tertier sehingga menghasilkan nilai tambah. Subsistem pemasaran adalah subsistem yang menyampaikan hasil dari subsistem usahatani maupun hasil olahan dari subsistem pengolahan hingga ke konsumen akhir.

Agar keempat subsistem tersebut berjalan dengan baik, maka diperlukan berbagai jasa layanan penunjang. Jasa layanan penunjang tersebut antara lain meliputi lembaga perkreditan, lembaga asuransi, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga pendidikan dan penyuluhan, serta sarana transportasi dan pergudangan.

Sistem agribisnis secara lengkap disajikan pada Gambar 3. Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa pada subsistem pengolahan, kegiatan yang dilakukan mencakup mengolah hasil pertanian menjadi produk olahan yang berubah bentuk (makanan, minuman, rokok, barang serat alam, biofarmaka, dan barang estetika) dan agrowisata. Oleh karena itu, kegiatan mengolah jahe segar menjadi jahe

(13)

instan kemudian dipasarkan yang dilakukan oleh KWT Harapan Jaya termasuk kegiatan agroindustri.

Gambar 3. Sistem agribisnis

Sebagai sebuah agroindustri, agar usaha menguntungkan, berkelanjutan, dan semakin berkembang, maka manajemen usaha harus dilakukan dengan baik.

Manajemen dimulai dari manajemen pengadaan bahan baku hingga manajemen pemasaran produk.

B. Pengadaan bahan baku

Industri memerlukan bahan baku yang diproses dan diolah menjadi produk.

Bahan baku merupakan faktor utama dalam perusahaan untuk menunjang kelancaran proses produksi (Yamit, 2011). Bahan baku, yaitu barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi dan dapat diperoleh dari

Sub-sistem AGRIBISNIS

HULU

Sub-sistem USAHATANI

Sub-sistem PENGOLAHAN

Sub-sistem PEMASARAN

• Industri benih /bibit

• Industri agrokimia

• Industri agro otomotif

• Usaha tanaman pangan dan hortikultura

• Usaha tanaman perkebunan

• Usaha peternakan

• Usaha perikanan

• Industri makanan

Industri minuman

• Industri rokok

• Industri barang serat alam

• Industri biofarma

• Industri agrowisata

• Industri estetika

• Distribusi

• Promosi

• Informasi pasar

• Intelijen pasar

• Struktur Pasar

• Kebijakan Perdagangan

Sub-sistem

JASA DAN LAYANAN PENUNJANG

Perkreditan dan Asuransi Penelitian dan Pengembangan

Pendidikan dan Penyuluhan Transportasi dan Pergudangan

(14)

sumber-sumber alam ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan yang menggunakannya (Assauri, 2008). Bahan baku merupakan bahan yang digunakan dalam membuat produk di mana bahan tersebut secara menyeluruh tampak pada produk jadinya (merupakan bagian terbesar dari bentuk barang). Menurut Hanggana (2006) bahan baku adalah sesuatu yang digunakan untuk membuat barang jadi serta bahan baku pasti menempel menjadi satu dengan barang.

Adisaputro dan Asri (2013) membagi bahan baku menjadi dua, yaitu bahan baku langsung (direct material) dan bahan baku tidak langsung (indirect material). Arifin (2018) membedakan bahan baku menjadi tiga yaitu bahan baku langsung, tidak langsung, dan perlengkapan. Bahan langsung (direct materials) adalah bahan yang menjadi bagian dari barang-barang jadi dan merupakan bagian pengeluaran terbesar dalam memproduksi sesuatu. Bahan tidak langsung (indirect materials), yaitu bahan pokok pendamping yang merupakan bagian dari produk jadi yang digunakan dalam jumlah kecil sehingga biaya bahan tidak besar jika dibandingkan dengan biaya langsung. Perlengkapan (supplies) merupakan bahan yang digunakan dalam proses produksi, tetapi tidak mengambil bagian dari barang jadi.

Persediaan bahan baku merupakan salah satu faktor utama dalam menunjang kelancaran proses produksi. Terdapat enam faktor penting yang perlu diperhatikan dalam sistem pengadaan bahan baku agar kegiatan pengolahan berjalan dengan lancar (Assauri, 2008) yaitu bahan baku tersebut harus sesuai dengan 6 tepat, yaitu tepat kuantitas, tepat kualitas, tepat tempat, tepat waktu, tepat harga, dan tepat jenis.

1) Tepat kuantitas. Jumlah bahan baku sesuai dengan target yang akan diproduksi oleh agroindustri.

2) Tepat kualitas. Kualitas bahan baku yang digunakan pada suatu agroindustri merupakan kualitas terbaik yang diperoleh. Kualitas bahan baku yang baik yaitu yang sesuai dengan permintaan agroindustri.

3) Tepat tempat. Tempat atau lokasi yang menjual bahan baku dekat dengan agroindustri, sehingga mudah dijangkau oleh agroindustri dan memberikan pelayanan yang memuaskan.

(15)

4) Tepat waktu. Kesesuaian waktu yang digunakan untuk memperoleh bahan baku atau waktu penyediaan bahan baku yang tepat saat bahan baku tersebut dibutuhkan dalam agroindustri.

5) Tepat harga. Harga terjangkau yang ditawarkan kepada konsumen dan harga yang dikeluarkan oleh agroindustri untuk membeli juga sesuai dengan kualitas bahan baku.

6) Tepat jenis. Jenis bahan baku yang digunakan untuk membuat suatu produk, sehingga produk yang dihasilkan agroindustri akan berkualitas.

Bahan baku jahe instan adalah jahe merah. Karakteristik jahe merah sebagai bahan baku industri sama dengan bahan baku agroindustri pada umumnya, yaitu bersifat musiman dimana tidak selalu tersedia produksinya (terkadang jika musim panen tiba hasilnya melimpah ruah membuat harganya turun drastis, jika tidak musimnya maka akan sulit ditemukan sehingga harga naik). Selain dipengaruhi oleh musim, tanaman agroindustri juga dipengaruhi oleh letak atau tempat. Setiap tempat memiliki karakteristik yang berbeda sehingga lokasi menentukan keberhasilan tanaman yang akan dibudidayakan.

Masalah utama yang harus dipecahkan terkait pengadaan bahan baku agroindustri termasuk agroindustri jahe instan adalah kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Dalam pengadaan bahan baku untuk memproduksi jahe instan ada dua cara, yaitu melakukan pembelian jahe merah atau mengusahakan jahe merah dengan menanam sendiri atau melakukan kontrak dengan petani atau pihak lain (kemitraan). Dalam rangka menjaga kontinuitas ketersediaan bahan baku, pelaku agroindustri dapat melakukan ketiga kombinasi cara pengadaan bahan baku tersebut yaitu dengan membeli, melakukan budidaya jahe merah sendiri, dan melakukan kemitraan dengan petani lain.

Menurut Evizal (2013) jahe cocok ditanam pada ketinggian 0-1.500 m dari permukaan air laut, tapi pertumbuhan yang paling baik adalah dengan ketinggian tempat 300-900 m dpl. Jahe dapat ditanam dengan memanfaatkan lahan-lahan yang kosong, lahan sempit dan lahan pekarangan. Saat ini berkembang budidaya jahe merah yang dilakukan di dalam polybag atau dalam karung seperti dapat dilihat pada Gambar 4.

(16)

Gambar 4. Budidaya jahe merah dalam karung (Sumber: Sari, 2019)

Penanaman jahe merah dengan media karung atau polybag tidak terlalu sulit namun hasilnya bisa tinggi. Menurut Sari (2019), produksi jahe dalam karung bisa lebih dari 20 kg. Waktu panen jahe merah dengan media karung atau polybag lebih singkat, hanya 8-10 bulan, sementara di dalam lahan kebun harus lebih dari satu tahun. Selain itu, lahan di kebun kurang bagus jika terus-terusan ditanam jahe. Kualitas tanah akan berkurang, panas, dan unsur haranya habis. Cara budidaya jahe merah diuraikan sebagai berikut.

a) Penyiapan Media Tanam

Media tanam seperti karung juga mempunyai kelemahan seperti mudah rusak atau berlubang. Namun dengan penanganan yang tepat hal tersebut dapat dihindari. Selain menggunakan karung, ada juga yang menggunakan polybag.

b) Persiapan bibit.

Bahan bibit diambil dari kebun, dipilih dari tanaman yang sudah tua, berumur 10 bulan ke atas dan fisiknya besar, warnanya cerah, sehat dan tidak terluka. Setelah diseleksi, rimpang jahe di jemur tidak sampai kering, kemudian disimpan dalam suhu ruang sekitar 1 – 1,5 bulan. Rimpang jahe simpanan diambil setelah itu patahkan/potong dengan tangan, setiap potong memiliki 3-5 mata tunas setelah itu di jemur 1 hari. Keesokan harinya, potongan tersebut dimasukkan wadah/keranjang yang berlobang/karung

(17)

goni lalu dicelupkan dalam larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar 1-2 menit, kemudian dikeringkan.

c) Persiapan bedeng semai dan penyemaian bibit.

Sebelum ditanam, jahe disemai di lahan bedengan. Lahan dibersihkan dari gulma dan diratakan. Pada bagian dasar ditabur abu/sekam/gergajian setebal 5-10 cm. Bagian atas diberi tanah dan pasir halus sekitar 5 cm lalu bibit ditaruh berjajar merata di atasnya, kemudian ditutup. Persemaian kurang lebih sampai berumur 3 – 5 minggu siap tanam.

d) Media tanam.

Media tanam adalah pupuk kandang, pasir halus, sekam bakar/abu, tanah, khusus untuk pemberian dolomit dan NPK: 1% dari semua campuran dan mol (stater mikroba) setelah itu campur/aduk merata ditutup dengan plastik, setiap pagi selama 7 – 15 hari media tanam diaduk-aduk dan setelah selesai ditutup plastik kembali.

e) Penanaman

Media tanam dimasukkan dalam karung atau polybag yang telah disiapkan.

Seleksi bibit dipersemaian dengan memilih yang sehat dan bongsor, dengan cara dicongkel. Setelah itu ditanam kemudian ditata rapi dalam bedengan.

f) Perawatan

Pembenihan dengan penyiraman dilakukan setiap 2 – 3 minggu dan dengan waktu yang sama siram air di campur pupuk organik media tanamnya pun bila ada hama dan penyakit segera disemprot insektisida atau fungisida organik. Setiap 25 hari sejak umur pertumbuhan ditambahkan media tanam setinggi 10 cm dan bersihkan gulma di sekitar tanaman. Pemanenan rimpang jahe merah dengan kualitas terbaik, didapat ketika masuk usia 9-10 bulan, dengan cara sobek bagian tepi hingga tanah keluar, lalu pegang batang tanaman dan goyang-goyangkan pelan hingga tanah yang menempel di rimpang luruh. Pisahkan rimpang utama yang baik/super dengan rimpang

(18)

pocelan, untuk menghindari penurunan kualitas. Pemotongan memakai pisau atau benda logam harus dihindari, cukup pakai tangan dengan lembut.

C. Bauran Pemasaran

Pemasaran merupakan kegiatan yang sangat penting dalam suatu kegiatan bisnis. Kemampuan produksi dari suatu perusahaan yang sangat baik tidak banyak berarti apabila kegiatan pemasaran tidak dilakukan atau dikelola dengan baik.

Kegiatan pemasaran diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan atau keinginan konsumen melalui proses pertukaran (Assauri, 2013). Selanjutnya keberhasilan pemasaran ditentukan oleh kemampuan pebisnis untuk mengelola kegiatan pemasaran tersebut (manajemen pemasaran).

Keberhasilan pemasaran dapat dicapai dengan menggunakan strategi pemasaran yang tepat. Strategi pemasaran adalah upaya untuk memasarkan suatu produk (barang atau jasa), menggunakan pola rencana dan taktik tertentu sehingga jumlah penjualan menjadi lebih tinggi. Untuk mencapai tujuan pemasaran, suatu bisnis menggunakan seperangkat alat yang dikenal dengan bauran pemasaran atau marketing mix yang terdiri dari 4P, yaitu Product, Price, Place, dan Promotion.

1) Produk (Product)

Produk atau jasa merupakan titik sentral dalam pemasaran karena produklah yang menjadi sarana untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan konsumen, dimana hal tersebut merupakan tujuan pemasaran. Oleh karena itu, produsen harus mengetahui dengan tepat produk/jasa yang diinginkan konsumen, bukan produk yang mampu diproduksi oleh produsen. Untuk itu produsen (pemasar) perlu mempelajari spesifikasi produk yang diinginkan konsumen sasarannya.

Salah satu aspek produk yang harus diperhatikan adalah kemasan. Kemasan adalah desain kreatif yang mengaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan. Kemasan digunakan untuk membungkus, melindungi, mengirim, mengeluarkan, menyimpan, mengidentifikasi dan membedakan sebuah produk di pasar (Klimchuk dan Krasovec, 2006:33). Menurut Kotler & Keller (2009:27), pengemasan adalah aktivitas merancang dan memproduksi kemasan atau

(19)

pembungkus untuk produk. Biasanya fungsi utama dari kemasan adalah untuk menjaga produk. Namun, sekarang kemasan menjadi faktor yang cukup penting sebagai alat pemasaran (Rangkuti, 2010:132). Kemasan juga merupakan seluruh kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus atau kemasan yang meliputi tiga hal utama yaitu merek, kemasan itu sendiri dan label.

Tujuan dari pengemasan yaitu perlindungan dari bahaya fisik (seperti getaran, shock), perlindungan dari kondisi iklim mikro luar kemasan (kelembaban, temperatur, cahaya), kemudahan transportasi, terutama untuk makanan yang bersifat curah (cairan, butiran), menentukan porsi yang sesuai untuk penjualan dan/atau konsumsi, pemberian informasi, karena kemasan dapat diberikan label yang mencantumkan berbagai informasi, termasuk barcode, serta estetika.

Kemasan dibedakan menjadi kemasan primer, sekunder, dan tersier.

Kemasan primer mengalami kontak langsung dengan produk, bahkan ikut terproses bersama dengan produk, sedangkan kemasan sekunder dan tersier tidak mengalami kontak langsung dengan produk.

Berdasarkan frekuensi pemakaiannya, kemasan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

a) Kemasan sekali pakai, yaitu kemasan yang langsung dibuang setelah satu kali pakai. Contohnya bungkus plastik, bungkus permen, bungkus daun, karton dus, makanan kaleng.

b) Kemasan yang dapat dipakai berulang kali, yaitu kemasan yang umumnya tidak dibuang oleh konsumen, tetapi dikembalikan lagi pada agen penjual untuk kemudian dimanfaatkan ulang oleh pabrik. Contohnya botol minuman dan botol kecap.

c) Kemasan yang tidak dibuang. Kemasan ini biasanya digunakan untuk kepentingan lain di rumah konsumen setelah dipakai. Contohnya kaleng biskuit, kaleng susu dan berbagai jenis botol.

Dalam bauran pemasaran produk, dikenal istilah diversifikasi produk.

Menurut Kottler (2010), konsep ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kinerja bisnis yang ada. Dalam diversifikasi produk, strategi penambahan produk baru ini biasanya dilakukan karena masih ada kaitannya

(20)

dalam hal kesamaan teknologi, fasilitas bersama, atau jaringan pemasaran yang sama dengan produk yang ada saat ini. Strategi ini dinilai penting dalam meningkatkan volume penjualan. Secara umum, tujuan diversifikasi produk, yaitu memperkecil risiko ataupun kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada sebuah perusahaan. Jika ada produk dengan inovasi baru yang dihasilkan, maka akan membuat konsumen lebih tertarik dan mengkonsumsinya. Selain itu, diversifikasi produk dapat memberikan banyak pilihan bagi para konsumen. Hal ini dapat meningkatkan diversifikasi pendapatan bagi perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan keuntungan total bagi perusahaan.

2) Harga (Price)

Harga merupakan faktor penting karena akan digunakan oleh konsumen untuk membandingkan produk yang dijual dengan produk pesaing. Oleh karena itu, pemasar harus cermat dalam menetapkan harga. Penetapan harga dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah membandingkannya dengan harga pesaing. Harga yang ditetapkan harus menarik bagi konsumen yaitu yang dianggap paling layak atau sepadan antara jumlah uang yang dikeluarkan dengan produk yang didapatkannya.

Namun, sebelumnya harus dilakukan perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) produk terlebih dahulu. Secara garis besar, HPP adalah sejumlah biaya yang terjadi dan dibebankan dalam proses produksi. Menurut Nafarin (2009), harga pokok produksi dapat disebut juga biaya produk, yaitu semua biaya yang berkaitan dengan produk (barang) yang diperoleh, didalamnya terdapat unsur biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

Adapun tujuan perhitungan HPP, diantaranya adalah: (1) untuk pengendalian; (2) untuk perencanaan dan pengukuran prestasi pelaksanaan; (3) untuk menentukan nilai; dan (4) untuk persediaan menetapkan harga.

Mulyadi (2015) juga menjelaskan bahwa pada prinsipnya, harga jual suatu produk ditentukan berdasar biaya total yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut ditambah tingkat keuntungan yang diinginkan. Biaya total mencakup biaya tunai maupun biaya diperhitungkan. Dari biaya total yang

(21)

dikeluarkan untuk menghasilkan sejumlah produk tertentu dapat dihitung biaya per satuan produk yang dikenal dengan Harga Pokok Produksi/HPP.

Harga jual ditentukan berdasar HPP ditambah tingkat keuntungan yang diinginkan. Tingkat keuntungan, selain sesuai keinginan agroindustri, tentunya juga dengan mempertimbangkan produk dan harga jual yang ditentukan oleh pesaing.

Dalam rangka menentukan harga jual tersebut, maka dapat dipahami bahwa pencatatan secara rinci tentang produksi beserta biaya-biaya yang dikeluarkan adalah sangat penting. Oleh karena itu tertib administrasi sangat diperlukan.

Tertib administrasi dicerminkan dari buku-buku untuk mencatat berbagai hal.

Terkait manajemen keuangan, buku-buku yang harus dimiliki oleh agroindustri terdiri dari buku catatan pengeluaran, buku catatan pemasukan, buku kas utama (pemasukan, pengeluaran, saldo), buku stok barang (bahan baku, produk), buku inventaris, dan buku Laba Rugi.

Dengan mencatat secara detil dan tertib di buku-buku administrasi, maka hal ini akan menjadi dokumen untuk proses akuntansi, perhitungan pajak, dan pengajuan kredit. Proses akuntansi diperlukan supaya diketahui kondisi keuangan agroindustri. Apakah agroindustri mendapatkan keuntungan atau rugi dalam periode produksi tertentu. Evaluasi tiap periode dapat mencegah usaha mati karena bisa segera dapat dilakukan tindakan perbaikan. Bila usaha sudah berkembang, maka agroindustri bisa menjadi wajib pajak. Oleh karena itu, catatan-catatan keuangan hingga Laporan Laba Rugi bisa dijadikan dasar pengenaan pajak. Bila agroindustri ingin cepat berkembang dan perlu tambahan modal, maka catatan-catatan keuangan hingga Laporan Laba Rugi juga diperlukan dalam penyusunan proposal pengajuan pinjaman modal/kredit.

3) Tempat (Place)

Tempat atau lokasi yang diharapkan oleh konsumen adalah yang mudah dijangkau. Kemudahan menjangkau bagi konsumen ditentukan antara lain oleh jarak, ketersediaan (kemudahan mendapatkan) transportasi, dan kemudahan untuk dikenali. Supaya tempat mudah dikenali oleh konsumen, pemasar memasang identitas pada tempat pemasarannya. Pada era digital, pembelian online menggantikan lokasi pada pemasaran konvensional.

(22)

4) Promosi (Promotion)

Promosi merupakan usaha dari pemasar untuk mempengaruhi dengan cara merayu (persuasive) calon pembeli dengan menggunakan segala unsur acuan pemasaran (Assauri, 2013). Terdapat beberapa acuan promosi yaitu advertensi (iklan), penjualan personal, promosi penjualan, dan publisitas. Di era digital, promosi dapat dilakukan dengan online, melengkapi promosi konvensional secara offline. Promosi online relatif lebih efektif daripada offline. Promosi offline menggunakan brosur, banner, radio, dan televisi. Promosi online dapat dilakukan melalui berbagai media sosial, antara lain facebook, whatsapp, dan Instagram.

Pemasaran Online sanggat banyak manfaatnya baik bagi pelanggan atau konsumen dan bagi para pemasar itu sendiri.

a) Manfaat bagi para pembeli atau pelanggan di antaranya yaitu:

(1) Kemudahaan. Para pelanggan dapat memesan produk 24 jam di mana pun mereka berada. Pelanggan tidak harus pergi ke tempat para perusahaan berjualan.

(2) Informasi. Para pelanggan dapat memperoleh setumpuk informasi komparatif tentang perusahaan, produk, dan pesaing tanpa meninggalkan kantor ataupun rumah mereka.

(3) Rongrongan yang lebih sedikit. Para pelanggan tidak perlu menghadapi atau melayani bujukan dan faktor–faktor emosional, mereka tidak perlu antri dalam melakukan pembelian.

(4) Pembeli dapat memesan barang sesuai dengan keinginan mereka.

Pembeli dapat secara langsung mengomunikasikan keinginan mereka kepada perusahaan atas barang/jasa yang mereka butuhkan. Sehingga pembeli dapat mengetahui kelebihan serta kekurangan dari barang tersebut.

b) Manfaat bagi para pemasar:

(1) Penyusuaian yang cepat terhadap kondisi pasar. Perusahaan-perusahaan dapat dengan cepat dengan menambahkan produk pada tawaran mereka serta mengubah harga dan deskripsikan produknya.

(2) Biaya yang lebih rendah. Para pemasar online dapat menghindari biaya pengelolahan toko dan biaya sewa, asuransi, serta prasarana yang

(23)

menyertainya. Mereka dapat membuat katalog digital dengan biaya yang jauh lebih rendah daripada biaya percetakan dan pengiriman katalog kertas.

(3) Pemupukan hubungan. Pemasar online dapat berbicara dengan pelanggan dan belajar lebih banyak dari mereka. Pemasar juga dapat mendownload laporan yang berguna, atau demo gratis perangkat lunak para pemasar.

(4) Pengukuran besar pemirsa. Para pemasar dapat mengetahui beberapa banyak orang yang mengunjungi situs online para pemasar dan pelanggan dapat singgah di situs yang dibuat oleh pemasar. Informasi itu dapat membantu pemasar untuk meninggkatkan tawaran dan iklan mereka.

(24)

III. METODE PELAKSANAAN

A. Kerangka Pemecahan Masalah

Untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, Tim Pengabdian kepada Masyarakat memberikan beberapa solusi pemecahan masalah dengan berbagai metode berbeda dan disesuaikan dengan setiap masalah yang dihadapi. Metode, tahapan, dan deskripsi kegiatan yang didiseminasi kepada KWT Harapan Jaya secara ringkas disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Metode, tahapan, dan deskripsi kegiatan pengabdian masyarakat Aspek Situasi

Sekarang/

Permasalahan

Perlakuan /Metode Solusi yang Ditawarkan

Situasi yang diharapkan (target luaran) Bahan baku Ketersediaan tidak

kontinyu

- Ceramah dan diskusi pengadaan bahan baku jahe merah

- Pengetahuan dan keterampilan dalam budidaya jahe merah meningkat

- Ketersediaan bahan baku kontinyu Produk Terbatasnya

pengetahuan dan keterampilan KWT Harapan Jaya dalam mengemas jahe instan.

- Ceramah dan diskusi

pengembangan kemasan produk - Pendampingan

pembuatan kemasan dan label yang lebih menarik

- Pengetahuan dan keterampilan dalam mengemas jahe instan meningkat - Kemasan jahe instan

menjadi lebih menarik

Harga Rendahnya

pengetahuan dan keterampilan tentang pembukuan

- Ceramah dan diskusi pembukuan

- KWT memiliki dan melaksanakan pembukuan kegiatan dan keuangan usaha dengan benar.

- KWT memiliki Buku Besar dengan format yang benar Rendahnya

pengetahuan tentang perhitungan harga pokok produksi (HPP), dan harga jual produk

- Ceramah, diskusi, dan latihan perhitungan HPP, harga jual, dan titik impas produksi

- Mampu menghitung HPP, harga jual, dan titik impas produksi

(25)

Tabel 1 Lanjutan. Metode, tahapan, dan deskripsi kegiatan pengabdian masyarakat

Aspek Situasi Sekarang/

Permasalahan

Perlakuan /Metode Solusi yang Ditawarkan

Situasi yang diharapkan

(target luaran) Distribusi dan

Promosi

Pemasaran jahe instan yang dihasilkan oleh KWT Harapan Jaya masih terbatas.

- Ceramah dan Diskusi

Peningkatan pengetahuan dan luasnya pemanfaatan jaringan usaha melalui media sosial

Pembagian penyampaian materi kepada sasaran adalah sebagai berikut : (a) Pengadaan bahan baku agroindustri berupa jahe merah oleh Dr. Ir. F.E.

Prasmatiwi, M.P. ; (b) Pengembangan produk dalam bauran pamasaran oleh Dr.

Ir. Wuryaningsih D. Sayekti, M.S. ; (c) Penetapan harga jual dan pembukuan oleh Dr. Ir. Dyah Aring Hepiana Lestari, M.Si. ; dan (d) Perluasan jangkauan pemasaran dan promosi melakui media online oleh Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P.

B. Metode dan Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

Untuk mencapai tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, maka tahap kegiatan, metode, dan materi yang disampaikan sebagai berikut:

1) Kegiatan penyuluhan, dilaksanakan dengan metode ceramah dan diskusi (tanya jawab). Materi yang diberikan adalah pengadaan bahan baku jahe merah serta strategi pemasaran berupa bauran pemasaran (Product, Price, Place, Promotion).

2) Pendampingan bagi pengurus inti KWT Harapan Jaya, yaitu Ketua, Bendahara I, dan Bendahara II. Materi pendampingan adalah pengembangan kemasan produk jahe instan produksi KWT Harapan Jaya.

C. Realisasi Pemecahan Masalah

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat berupa Pembinaan KWT Harapan Jaya dalam Penerapan Bauran Pemasaran Jahe Instan di Kampung Sinar Harapan Kelurahan Rajabasa Jaya Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung

(26)

dilaksanakan selama 6 bulan. Kegiatan dimulai dari tahap persiapan, yaitu melakukan analisis situasi, menyusun proposal, dan menyiapkan bahan pembinaan. Analisis situasi dilakukan dengan cara prasurvei ke KWT dan melakukan wawancara dengan pengurus KWT sehingga masalah yang dihadapi KWT Harapan Jaya dapat diidentifikasi. Selanjutnya dilakukan penyusunan proposal hingga menyiapkan bahan pembinaan berupa materi penyuluhan, materi pembinaan, pre-test dan post-test, ATK, dan banner.

Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan proses sosialisasi dan mendapatkan perizinan. Ditetapkan bahwa kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 26 September 2021, pukul 09.00 hingga selesai. Seluruh anggota aktif diundang pada kegiatan ini. Kegiatan pendampingan dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 29 September 2021, pukul 10.00 hingga selesai. Kegiatan ini hanya melibatkan pengurus KWT saja.

Kegiatan penyuluhan yang dilakukan pada hari Minggu tanggal 26 September 2021 dihadiri oleh 65 persen anggota aktif KWT Harapan Jaya atau sebanyak 13 orang. Selain itu, hadir pula Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) Kecamatan Rajabasa dari Dinas Pertanian sebagai pendamping KWT. Kegiatan dilaksanakan di rumah produksi KWT Harapan Jaya. Acara dimulai dengan Pembukaan oleh PPL. Setelah itu dilakukan pre-test. Selanjutnya dilakukan penyuluhan dengan materi pengadaan bahan baku jahe merah dan bauran pemasaran jahe instan. Setelah penyampaian materi, kemudian dilanjutkan dengan diskusi aktif dan tanya jawab antara tim pengabdian kepada masyarakat dengan para pengurus serta anggota KWT Harapan Jaya. Kegiatan penyuluhan diakhiri dengan post-test.

Dalam rangka pemantapan kegiatan penyuluhan yang telah dilakukan, maka kegiatan dilanjutkan dengan pendampingan/fasilitasi kepada pengurus KWT. Kegiatan ini dilakukan pada hari Rabu tanggal 29 September 2021 bertempat di kediaman Ibu Sri Suparti selaku Bendahara II dan dilanjutkan dengan kunjungan kembali ke rumah produksi. Kegiatan pendampingan bertujuan untuk mendorong pengembangan kemasan produk dalam bauran pemasaran jahe instan KWT Harapan Jaya.

(27)

Setelah kegiatan penyuluhan dan pendampingan dilakukan, selanjutnya tim menyusun laporan kegiatan sesuai dengan uraian tugas pada proposal kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang diusulkan.

D. Evaluasi Pelaksanaan

Pada kegiatan ini dilakukan evaluasi yang meliputi:

1) Evaluasi awal, bertujuan mengetahui sejauh mana pengetahuan anggota KWT tentang pengadaan bahan baku dan bauran pemasaran sebelum dilakukan pembinaan.

2) Evaluasi proses, untuk mengetahui dukungan anggota KWT serta kelancaran kegiatan ini.

3) Evaluasi akhir, untuk mengetahui dampak kegiatan, keberlanjutan program, serta manfaat kegiatan terhadap anggota KWT.

(28)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini telah dilaksanakan oleh tim sesuai dengan yang telah direncanakan, yaitu didasarkan pada kerangka pemecahan masalah seperti yang diuraikan pada subbab IIIA. Dalam kegiatan ini, dilakukan tiga kali evaluasi yang terdiri dari evaluasi awal, proses, dan akhir.

Masing-masing hasil evaluasi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

A. HASIL EVALUASI AWAL

Sebelum kegiatan penyuluhan dan pendampingan dilakukan, maka dilakukan evaluasi awal kepada KWT Harapan Jaya selaku sasaran kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. Evaluasi awal dilakukan dengan mengadakan pre-test. Hasil pre-test merupakan gambaran umum awal pengetahuan dan pemahaman dasar peserta terhadap semua materi sebelum diberikan oleh narasumber, sehingga berdasarkan hasil pre-test tersebut dapat diketahui tingkat pengetahuan KWT Harapan Jaya mengenai pengadaan bahan baku jahe merah dan bauran pemasaran sebelum dilakukan penyuluhan dan pendampingan. Materi pre-test dipersiapkan oleh tim dengan menyesuaikan materi yang akan diberikan dalam kegiatan penyuluhan. Materi yang dipersiapkan untuk kegiatan penyuluhan, yaitu : 1) pengadaan bahan baku jahe merah; 2) bauran pemasaran produk; 3) penetapan harga jual dan pembukuan; dan 4) pemasaran dan promosi melalui media online. Pada masing-masing materi yang disampaikan saat penyuluhan, diberikan 5 soal pre-test, sehingga jumlah total soal pre-test adalah 20 soal.

Masing-masing soal diberikan 5 poin untuk jawaban yang benar.

Berdasarkan hasil pre-test, rata-rata nilai hasil pre-test para peserta kegiatan adalah 33,85. Hal ini menunjukkan bahwa dari total 20 soal yang diajukan, peserta kegiatan hanya mampu menjawab 6-7 soal dengan benar, sehingga tingkat pengetahuan para peserta kegiatan mengenai pengadaan bahan baku jahe dan bauran pemasaran dapat dikategorikan rendah. Jika ditinjau dari masing-masing materi, secara berturut-turut materi yang memiliki nilai rata-rata paling kecil hingga paling besar adalah pemasaran dan promosi melalui media online (6,92),

(29)

penetapan harga jual dan pembukuan (8,08), pengadaan bahan baku jahe (8,08), dan pengembangan produk (10,77).

Materi yang memiliki nilai rata-rata hasil pre-test terendah adalah pemasaran dan promosi melalui media online. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan peserta mengenai pemasaran dan promosi suatu produk dengan pemanfaatan media online masih terbatas.

B. HASIL EVALUASI PROSES

Evaluasi proses dilakukan untuk mengetahui dukungan anggota KWT Harapan Jaya serta kelancaran kegiatan ini. Salah satu solusi untuk meningkatkan potensi ekonomi produk yang dihasilkan oleh KWT Harapan Jaya adalah pemberian penyuluhan tentang pengadaan bahan baku jahe merah dan bauran pemasaran jahe instan. Kegiatan penyuluhan ini telah dilakukan pada hari Minggu tanggal 26 September 2021 bertempat di rumah produksi KWT Harapan Jaya, Kampung Sinar Harapan. Kegiatan ini dihadiri oleh 65 persen anggota aktif KWT Harapan Jaya (13 orang) dan didampingi oleh satu orang penyuluh pertanian lapang (PPL) Kecamatan Rajabasa dari Dinas Pertanian.

Penyuluhan dan diskusi materi dilakukan secara bergantian dengan penanggung jawab materi sebagai berikut:

(1) Pengadaan bahan baku jahe merah oleh Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.S.

(2) Pengembangan unsur produk dalam bauran pemasaran oleh Dr. Ir.

Wuryaningsih Dwi Sayekti, M.S.

(3) Penetapan harga jual dan pembukuan oleh Dr. Ir. Dyah Aring Hepiana Lestari, M.Si.

(4) Perluasan jaringan pemasaran dan promosi melalui media online oleh Dr. Ir.

Hanung Ismono, M.P.

Kegiatan penyuluhan KWT Harapan Jaya di Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung telah berjalan dengan baik. Selama kegiatan penyuluhan berlangsung, para peserta antusias memperhatikan materi yang disampaikan oleh masing-masing narasumber. Selain itu, peserta juga memberikan respon ketika

(30)

diajukan pertanyaan-pertanyaan seputar materi yang sedang diberikan oleh narasumber. Sebaliknya, para peserta juga mengajukan pertanyaan kepada narasumber, sehingga diskusi berjalan dua arah dan aktif. Beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peserta, diantaranya cara menanam jahe instan di polybag/karung, perbaikan/pengambangan kemasan produk yang menarik bagi konsumen, cara menetapkan harga jual yang tepat, pembukuan arus kas yang benar, dan beberapa media online yang dapat digunakan sebagai marketplace penjualan jahe instan produksi KWT Harapan Jaya. Berbekal materi yang sudah disiapkan oleh tim pengabdian kepada masyarakat, maka permasalahan- permasalahan yang diajukan tersebut dapat diberikan solusi dan diharapkan dapat diimplementasikan secara bertahap pada masa-masa yang akan datang. Pada akhir kegiatan penyuluhan, tim memberikan doorprize kepada tiga orang peserta kegiatan yang aktif selama kegiatan penyuluhan berlangsung.

Setelah kegiatan penyuluhan dilakukan, selanjutnya dilakukan pendampingan. Kegiatan ini telah dilakukan pada hari Rabu tanggal 29 September 2021 di kediaman Ibu Suparti selaku Bendahara II KWT Harapan Jaya. Peserta yang hadir dalam kegiatan pendampingan ini adalah pengurus inti KWT Harapan Jaya, yaitu ketua, bendahara 1, dan bendahara 2. Pengurus inti ini adalah orang-orang yang terlibat langsung dalam pengadaan bahan dan sarana produksi, proses pembuatan jahe instan, pengemasan, hingga pemasarannya.

Pendampingan dilakukan dalam rangka penerapan bauran pemasaran produk mengenai unsur kemasan, termasuk logo dan label kemasan. Peserta antusias dalam menyampaikan kekurangpahaman, ketidaktahuan, dan keluhan/permasalahan/hambatan terkait kemasan jahe instan produksi KWT Harapan Jaya. Kemudian, tim memberikan saran dan tips dalam meningkatkan tampilan kemasan jahe instan produksi KWT Harapan Jaya. Diharapkan produk jahe instan yang dihasilkan oleh KWT Harapan Jaya dapat bertransformasi menjadi produk dengan kemasan yang lebih baik, unik, dan mempunyai ciri khas atau identitas produk yang dapat dilihat dari logo dan label kemasan.

(31)

C. HASIL EVALUASI AKHIR

Setelah dilakukan evaluasi awal dan proses, selanjutnya dilakukan evaluasi akhir kegiatan untuk mengetahui dampak dan manfaat kegiatan terhadap anggota KWT, serta keberlanjutan program. Evaluasi ini dilakukan di akhir sesi penyuluhan yang telah dilakukan pada hari Minggu tanggal 26 September 2021.

Evaluasi akhir dilakukan dengan melakukan post-test. Soal post-test yang diberikan adalah soal yang sama saat dilakukan pre-test sebelum dilakukan kegiatan penyuluhan, sehingga dapat diketahui persentase perubahan pengetahuan peserta berdasarkan indikator yang sama.

Berdasarkan hasil post-test, tingkat pengetahuan peserta mengenai pengadaan bahan baku jahe merah dan bauran pemasaran jahe instan meningkat sebesar 66,17 persen. Peningkatan pengetahuan peserta terjadi pada semua materi penyuluhan yang telah diberikan oleh tim (dapat dilihat pada Gambar 5). Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan yang telah diberikan oleh tim pengabdian kepada masyarakat efektif dalam meningkatkan pengetahuan peserta.

Peningkatan hasil rata-rata nilai pre-test dan post-test peserta kegiatan dapat dilihat pada Tabel 2.

Gambar 5. Peningkatan rata-rata nilai hasil pre-test dan post-tes

(32)

Tabel 2. Rata-rata nilai hasil pre-test dan post-test

Materi Nomor

Pertanyaan

Rata-Rata Nilai Peningkatan Pre-test Post-test (%)

A. Pengadaan Bahan Baku Jahe

1 1,15 3,75

44,80

2 1,15 2,92

3 3,08 2,92

4 1,15 1,25

5 1,54 0,83

Rata-Rata Nilai Materi A 8,08 11,7

B. Pengembangan Produk

6 2,69 3,33

54,78

7 2,31 3,75

8 2,69 4,17

9 3,08 3,75

10 0,00 1,67

Rata-Rata Nilai Materi B 10,77 16,67

C. Penetapan Harga Jual dan Pembukuan

11 3,08 2,92

23,76

12 0,00 2,08

13 0,38 2,08

14 2,31 2,08

15 2,31 0,83

Rata-Rata Nilai Materi C 8,08 10,00 D. Pemasaran dan Promosi

Online

16 3,08 5,00

158,67

17 0,77 3,75

18 1,92 3,75

19 0,77 2,08

20 0,92 3,33

Rata-Rata Nilai Materi D 6,92 17,90 Total Rata-Rata Nilai

Materi A + B + C + D

33,85 56,25 66,17

Jika ditinjau secara parsial, pengetahuan peserta terhadap materi pemasaran dan promosi melalui media online meningkat sangat signifikan dibandingkan ke tiga materi yang lain, yaitu sebesar 158,67 persen. Rata-rata nilai hasil pre-test pada materi ini menunjukkan nilai paling kecil, namun setelah dilakukan penyuluhan, rata-rata nilai menjadi paling tinggi. Materi ini berkaitan dengan tujuan dan manfaat pemasaran dan promosi melalui media online serta karakteristik iklan online yang dapat menarik konsumen. Pada dasarnya, peserta kegiatan memahami pentingnya pemanfaatan media online dalam rangka meningkatkan pemasaran dan promosi produk di era digital seperti sekarang ini, namun dalam praktiknya, peserta memiliki keterbatasan pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan media sosial serta membuat iklan/promosi yang menarik bagi konsumen.

(33)

Di sisi lain, peningkatan pengetahuan peserta mengenai materi penetapan harga jual dan pembukuan memiliki persentase peningkatan paling kecil, yaitu sebesar 23,76 persen. Kecilnya peningkatan pengetahuan anggota KWT Harapan Jaya untuk materi ini diduga karena materi ini merupakan pengetahuan yang baru bagi peserta. Selain itu, materi ini dianggap rumit karena penghitungan harga jual produk menggunakan rumus-rumus yang baru dikenal. Meskipun peningkatan pengetahuan pada materi ini relatif lebih kecil dibandingkan materi penyuluhan lainnya yang diberikan oleh tim, namun penyuluhan yang diberikan tentang pembukuan sedikitnya mampu memberikan pemahaman kepada KWT Harapan Jaya untuk memperbaiki pembukuan usahanya, sebab pencatatan arus kas dan pengelolaan dana usaha yang tidak tepat menyebabkan informasi yang tidak efektif untuk mengambil keputusan.

Untuk materi administrasi pembukuan dan penetapan harga jual diperlukan penyuluhan dan pelatihan yang lebih intensif. Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi, pembukuan arus kas (pengeluaran dan pemasukan) dalam pembuatan jahe instan KWT Harapan Jaya belum dilakukan dengan baik, sehingga penetapan harga jual bukan berdasarkan perhitungan yang tepat. Selama ini anggota KWT Harapan Jaya menetapkan harga jual produknya hanya berdasarkan perkiraan, belum melakukan penghitungan dengan cermat. Penetapan harga jual diperkirakan dari selisih antara biaya bahan dan pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk. Dalam hal ini belum memperhitungkan tenaga kerja, penyusutan alat, dan pengeluaran lain, seperti biaya bahan bakar.

Dari aspek pembukuan, walaupun pengurus KWT sudah melakukan pencatatan, tetapi sebatas catatan-catatan bahan yang penting saja, tidak mencatat secara keseluruhan, dimana secara akuntansi belum bisa dikatakan benar. Oleh karena itu, diberikan pemahaman bahwa dalam menjalankan suatu usaha sekecil apapun harus mencatat semua pengeluaran/pembelanjaan, sebab pembukuan keuangan dalam suatu usaha bersama dapat menjadi sebuah parameter kemajuan atau kemunduran usaha tersebut. Tim pengabdian kepada maysrakat menekankan kepada pengurus KWT Harapan Jaya untuk tertib mencatat pemasukan dan pengeluaran setiap kali produksi serta tidak lagi menggabungkan antara keuangan usaha dengan keuangan pribadi.

(34)

Berdasarkan hasil evaluasi akhir yang telah diuraikan tersebut, kegiatan penyuluhan memberikan dampak positif terhadap pengetahuan peserta mengenai pengadaan bahan baku jahe merah dan bauran pemasaran. Hal tersebut terbukti dari nilai rata-rata hasil post-test yang meningkat pada semua bidang materi.

Namun dalam praktiknya, pengetahuan dan keterampilan pengurus dan anggota KWT Harapan Jaya, terutama dalam digital marketing sebagai upaya meningkatkan penjualan produk dan penetapan harga jual jahe instan masih terbatas, sehingga perlu penguatan keterampilan melalui pelatihan dan pendampingan. Oleh sebab itu, diharapkan program pembinaan kepada KWT Harapan Jaya oleh tim pengabdian kepada masyarakat Jurusan Agribisnis dapat terus berlanjut, sehingga program selanjutnya tim dapat memberikan pendampingan dan pelatihan secara lebih intensif dan pada akhirnya dapat memaksimalkan pendapatan dan kesejahteraan anggota KWT Harapan Jaya.

(35)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat, Pembinaan KWT Harapan Jaya dalam Penerapan Bauran Pemasaran Jahe Instan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Secara umum, kegiatan pengabdian kepada masyarakat berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan pengetahuan anggota KWT Harapan Jaya mengenai pengadaan bahan baku jahe merah dan bauran pemasaran sebesar 66,17 persen.

2) Peserta kegiatan antusias mengikuti kegiatan pengabdian kepada masyarakat terlihat dari persentase kehadiran sebesar 65 persen (lebih dari 50 persen anggota aktif) dan diskusi berjalan lancar serta aktif.

3) Penerapan pengembangan kemasan produk, tertib pembukuan usaha, penetapan harga jual jahe instan, pemanfaatan media sosial dalam pemasaran dan promosi jahe instan KWT Harapan Jaya perlu waktu yang lebih panjang untuk mengevaluasinya.

B. SARAN

Berdasarkan hasil kegiatan pembinaan yang telah dilakukan oleh Tim Pengabdian Kepada Masyarakat, maka disampaikan beberapa saran berikut.

1) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan KWT Harapan Jaya dalam pengembangan kemasan produk, tertib pembukuan usaha, penetapan harga jual jahe instan, pemanfaatan media sosial dalam pemasaran dan promosi jahe instan perlu ditindaklanjuti.

2) Selanjutnya, KWT Harapan Jaya juga perlu mengajukan ijin usaha (P- IRT) dan ijin edar, sehingga jahe instan produksi KWT Harapan Jaya yang sudah dikemas lebih menarik dapat masuk ke ritel-ritel moderen.

(36)

3) Berbagai pihak terkait (stakeholders) diharapkan terlibat dalam kegiatan pembinaan ke depan secara berkelanjutan agar hasil lebih efektif. Pihak-pihak terkait tersebut misalnya Dinas Koperasi &

UMKM, Dinas Perindustrian, Dinas Pertanian, dan lain-lain.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Adisaputro, G dan M. Asri. 2013. Anggaran Perusahaan. Edisi Kedua. BPFE.

Yogyakarta.

Arifin. 2018. Pengantar Agroindustri. Mujahit Press. Bandung

Assauri, S. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi (Edisi Revisi 2008. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Evizal, R. 2013. Tanaman Rempah dan Fitofarmaka. Penerbit Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hanggana, S. 2006. Prinsip Dasar Akuntansi Biaya. Mediatama. Surakarta.

Sari, N. 2019. Yuk, bertanam jahe merah dalam polybag dan karung!.

http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/73923/yuk-bertanam-jahe- merah-dalam-polybag-dan-karung/ Diakses 30 Mei 2021.

Yamit, Z. 2011. Manajemen Produksi dan Operasi. Ekonisia. Yogyakarta

Saragih, B. 1998. Agribisnis, Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian (Kumpulan Pemikiran). Percetakan CV. Nasional. Jakarta.

Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Manajemen Usaha Kecil. Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan, Ditjen. Pendidikan Non Formal dan Informal. Jakarta.

Klimchuk, Marianne dan Sandra A. Krasovec. 2006. Desain Kemasan. Erlangga.

Jakarta.

Kotler, P. 2010. Manajemen Pemasaran . Edisi tiga belas Bahasa Indonesia (Jilid 1 dan 2). Erlangga. Jakarta.

Kotler, P. dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi ke 13.

Erlangga. Jakarta.

Mulyadi. 2015. Akuntansi Biaya. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Nafarin, M. 2009. Penganggaran Perusahaan. Edisi 3. Salemba Empat. Jakarta.

Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia.

Jakarta.

Sumarsono, S. 2009. Teori dan Kebijakan Publik Ekonomi Sumber Daya Manusia. Graha Ilmu. Yogyakarta.

(38)

LAMPIRAN

(39)

Lampiran 1. Foto Kegiatan

Gambar 6. Para peserta kegiatan mengerjakan soal pre-test dan post-test

Gambar 7. Kegiatan penyuluhan mengenai pengadaan bahan baku jahe merah oleh Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.S.

(40)

Gambar 8. Kegiatan penyuluhan mengenai pengembangan produk dalam bauran pemasaran oleh Dr. Ir. Wuryaningsih Dwi Sayekti, M.S.

Gambar 9. Kegiatan penyuluhan mengenai penetapan harga jual dan pembukuan oleh Dr. Ir. Dyah Aring Hepiana Lestari, M.Si.

Gambar 10. Kegiatan penyuluhan mengenai perluasan jaringan pemasaran dan promosi online oleh Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P.

(41)

Gambar 11. Pemberian buku kas dan materi penyuluhan dari Ketua Tim kepada Ketua KWT Harapan Jaya (Ibu Sugiyati)

dan doorprize kepada peserta yang aktif

Gambar 12. Foto bersama Tim Pengabdian kepada Masyarakat dan KWT Harapan Jaya setelah kegiatan penyuluhan

(42)

Gambar 13. Diskusi dan pengarahan dari Tim Pengabdian kepada Masyarakat kepada pengurus KWT Harapan Jaya terkait perbaikan

pengemasan produk jahe instan

Gambar 14. Kunjungan Tim Pengabdian kepada Masyarakat ke rumah produksi jahe instan KWT Harapan Jaya

(43)

Lampiran 2. Soal Pre-test dan Post test

PRE TEST/POST TEST

PEMBINAAN KELOMPOK WANITA TANI (KWT) HARAPAN JAYA DALAM PENERAPAN BAURAN PEMASARAN JAHE INSTAN

1. Dalam membuat produk jahe instan diperlukan bahan baku. Pilih pernyataan berikut yang Ibu anggap paling tidak tepat tentang bahan baku :

a. Bahan baku merupakan faktor utama untuk menunjang kelancaran proses produksi

b. Bahan baku adalah sesuatu yang digunakan untuk membuat barang jadi serta bahan baku pasti menempel menjadi satu dengan produk

c. Bahan baku utama pembuatan jahe instan adalah rimpang jahe

d. Selain rimpang jahe, bahan baku utama pembuatan jahe instan adalah kemasan

2. Terdapat 6 faktor penting yang perlu diperhatikan dalam sistem pengadaan bahan baku agar kegiatan pengolahan berjalan dengan lancar yang dikenal dengan 6 tepat. Yang tidak termasuk dalam enam tepat adalah:

a. Tepat kuantitas b. Tepat kualitas c. Tepat tempat d. Tepat pemasaran

3. Bahan baku pembuatan jahe instan adalah rimpang jahe merah. Namun, ketersediaan jahe merah sulit didapatkan karena yang ada di pasaran adalah jahe gajah. Kondisi tersebut termasuk salah satu contoh pengadaan bahan baku yang tidak tepat dalam hal:

a. Tepat harga b. Tepat tempat c. Tepat kuantitas d. Tepat jenis

4. Salah satu contoh bahan baku tidak langsung atau bahan pendamping dalam pmbuatan jahe instan adalah :

a. Air

b. Rimpang jahe merah c. Plastik

d. Tanaman jahe merah

(44)

5. Pengadaan bahan baku jahe merah dapat dilakukan dengan menanam sendiri dengan memanfaatkan lahan-lahan kosong atau memanfaatkan penanaman jahe di dalam karung atau polybag. Yang bukan keunggulan penanaman jahe dalam polybag atau karung adalah :

a. Waktu panen lebih singkat dibanding jahe ditanam di lahan b. Kelemahan menanam dalam karung adalah karung mudah rusak

c. Kelemahan menanam jahe di kebun adalah lahan tidak bisa ditanam terus menerus karena kualitas tanah akan berkurang

d. Penanaman jahe di karung atau di polybag tidak perlu ada pemupukan.

6. Dalam persaingan, produk dapat bertahan bila : a. Memproduksi jumlah barang yang sangat banyak b. Selalu berinovasi

c. Membuat produk baru secara besar-besaran

d. Mengikuti pesaing membuat produk yang sedang trend

7. Yang kurang penting dalam meningkatkan penjualan suatu produk adalah : a. Kualitas

b. Kemasan c. Merek

d. Tempat berjualan

8. Fungsi kemasan produk adalah :

a. Menambah jumlah penjualan produk

b. Melindungi produk dan menarik minat beli konsumen c. Meningkatkan keuntungan usaha

d. Menambah biaya produksi

9. Ciri sebuah merek produk yang baik adalah : a. Mirip dengan merek produk lain

b. Panjang dan memiliki makna yang luas c. Mengandung unsur sara

d. Mudah diucapkan

10. Diversifikasi produk adalah :

a. Pemasaran suatu produk hingga ke tangan konsumen b. Penambahan jenis produk

c. Kegiatan mempromosikan suatu produk ke konsumen

d. Usaha untuk mengurangi jumlah barang yang diproduksi karena mengalami kerugian

11. Berikut ini manfaat usaha agroindustri hilir yang dilakukan KWT:

a. Menghasilkan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan b. Menyerap tenaga kerja

c. Menghasilkan nilai tambah, meningkatkan pendapatan, menyerap tenaga kerja, mendapat pembinaan

d. Mendapat pembinaan

Gambar

Gambar 2. Pembukuan/arus kas penjualan minuman jahe instan  KWT Harapan Jaya
Gambar 3.  Sistem agribisnis
Gambar 4. Budidaya jahe merah dalam karung (Sumber: Sari, 2019)
Tabel 1. Metode, tahapan, dan deskripsi kegiatan pengabdian masyarakat  Aspek     Situasi  Sekarang/  Permasalahan  Perlakuan  /Metode Solusi  yang Ditawarkan  Situasi yang diharapkan  (target luaran)  Bahan baku  Ketersediaan  tidak
+7

Referensi

Dokumen terkait

LAPORAN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN UANG KAS. NO Tanggal

Laporan Pemasukan dan

Rancang Bangun Desa Berbasis Teknologi Informasi dan Tanggap Covid-19 pada Perumahan Bunga Raya RT.012/016 Desa Duren Jaya guna memberikan kemudahan dalam pengelolaan data

Bagaimanakah pembuatan program aplikasi pemasukan dan pengeluaran kas serta laporan arus kas berbasis web pada Masjid Besar Hasnur Sari. Tujuan

Harapan pemberian penyuluhan kesehatan ini adalah meningkatnya kognitif (pengetahuan dan pemahaman), afektif (sikap) dan psikomotor (tindakan) remaja tentang

Laporan Arus Kas menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas di BLUD Puskesmas Lumpo selama Tahun Anggaran 2020 Penerimaan dan pengeluaran kas ini

Bila pemasukan dan pengeluaran arus kas ekuivalen untuk beberapa tingkat suku bunga, arus kas dari porsi ekuivalen investasi manapun adalah setara pada tingkat suku bunga itu

Nama/NIM Dibiayai oleh : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Pembangunan Jaya Sesuai dengan Kontrak Penelitian Nomor : .../PER-P2M/UPJ/.... UNIVERSITAS