• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran tematik menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach). secara bermakna, ontektik dan holistik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran tematik menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach). secara bermakna, ontektik dan holistik."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Tematik

a. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pengertian Pembelajaran tematik merupakan suatu pembelajaran yang mengintergrasikan dari beberapa mata pelajaran dalam satu bahasan. Proses pembelajaran tematik menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach).

Menurut Trianto (2010:79) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran yang termasuk salah satu jenis dari model pembelajaran yang terpadu.

Rusman (2012:245) menyatakan bahwa pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu, yang dapat dilakukan secara individu atau kelompok untuk mengemukakan suatu konsep dan pripsis dalam keilmuan secara bermakna, ontektik dan holistik.

Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan tema untuk memadukan beberapa materi pembelajaran dalam beberapa mata pelajaran.

Dalam melakukan pembelajaran tematik ini sebagai model pembelajaran yang memiliki arti penting bagi peserta didik untuk membangun kompetensi peserta didik, yaitu: Pembelajaran tematik lebih melibatkan siswa dalam proses belajar secara aktif saat proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan memperoleh pengetahuan yang dipelajarinya.

(2)

Pembelajaran tematik lebih menekankan dalam penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu.

b. Tujuan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami konsep materi yang tergabung dalam satu tema serta dapat menambah semangat belajar karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata (konteksual) dan bermakna bagi siswa (Kemendikbud, 2014:16).

Model pembelajaran tematik memeiliki sejumlah tujuan, terutama dalam belajar mengajar di sekolah dasar. Sukayati menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran tematik antara lain: 1) Dapat meningkatkan pembelajaran yang bermakana dan dapat memahami konsep. 2) Mengembangkan informasi, menemukan dan mengolah ketrampilan. 3) Mengembangkan kebiasaan yang baik dalam kehidupan dan selalu bersikap positif. 4) Mengembangkan kerja sama dan dapat menghargai pendapat orang lain serta berketampilan sosial. 5) Meningkatakan semangat belajar dengan minat dan kebtuhan siswaTujuan pembelajaran tematik dari pengertian diatas untuk meningkatkan konsep yang akan dipelajari lebih bermakna bagi siswa. Siswa dapat mengembangkan ketrampilan, menemukan dan mengolah informasi yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Menumbuhkan semangat kerja sama, serta dapat menghargai pendapat orang lain.

c. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik Integratif

Pembelajaran tematik sangat mungkin dikaitkan dengan beberapa mata pelajaran, seperti dua atau tiga mata pelajaran yang sudah ada didalam setiap

(3)

pembelajaran. pembelajaran tematik harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan harus termuat dalam kurikulum yang berlaku. menurut Mukhlis 2017 (dalam Majid 2014:89) ada beberapa prinsip pembelajaran tematik diantaranya adalah:

1) Pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang berkaitan dengn kehidupan sehari-hari.

2) Dapat memilih materi pelajaran yang mungkin saling berkaitan.

3) Tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku, tetapi pembelajaran harus mendukung pencapaian tujuan dengan utuh dalam melakukan pembelajaran yang terdapat di kurikulum.

4) Materi yang akan dipadukan harus sesuai dengan tema dan mempertimbangkan sesuai kemampuan dan pengetahuan siswa.

5) Materi dalam pelajaran yang dilakukan harus dipadukan dan tidak harus dipaksakan.

Paparan diatas mengenai prinsip pembelajaran terpadu, tema yang dipadukan dalam materi tema yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa, penentuan tema tepat berdampak terhadap pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi, sehingga dalam menentukan tema memerluka pertimbangan yang lebih matang.

d. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Suraya (2014:13) mengemukakan bahwa dalam Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman yang bermakna untuk peserta didik secara utuh.

Alasan ini diambil karena pendidik dapat mengaitkan suatu materi dengan tema pada lingkungan sekitar siswa dan siswa dapat melakukan proses pembelajaran

(4)

pada setiap Kompetensi Dasar yang termuat dalam setiap pembelajaran di buku tematik.

Menurut Kunandar (2011:340) mengemukakan bahwa karakteristik pembelajaran tematik sebagai berikut:

1) Berpusat pada peserta didik

2) Memberikan pengalaman langsung pada peserta didik

3) Pemisahan pada materi pelajaran tidak terlalu jelas dan nyata 4) Memberikan suatu konsep pembelajaran dari berbagai mata

pelajaran pada satu proses kegiatan pembelajaran

5) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik

6) Bersifat fleksibel

7) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Sedangkan menurut Rusman (2015:146-147) karakteristik pada pembelajaran tematik adalah:

1) Berpusat pada siswa.

2) Memberikan pengalaman langsung.

3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas.

4) Menyajikan konsep berbagai mata pelajaran.

5) Bersifat fleksibel (bersifat luwes).

6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki.

7) Prinsip belajar dengan melakukan kegiatan bermain dan menyenangkan bagi siswa.

Dari paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran tematik yaitu, Pembelajaran yang dilakukan terpusat pada peserta didik, dapat membarikan pengalaman langsung pada peserta didik, pembelajaran bersifat luwes (fleksibel), dapat belajar sambil bermain.

(5)

2. Belajar dan Pembelajan a. Belajar

1) Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses dimana manusia mencapai berbagai macam kompetensi, ketrampilan sikap. Dengan belajar manusia dapat memahami, dan mengerti pengetahuan. Menurut Trianto (2010:16) “belajar merupakan proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu untuk menuju suatu perubahan pada saat pembelajaran”.

Menurut Roziqin dalam Kosasih dan Sumarna (2013:10) “belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan perubahan tingkah laku yang menentap, yang dapat diamati secara tidak langsung maupun yang diamati secara langsung, yang terjadi pada pengalaman yang didapat dalam suatu interaksi dengan lingkungan. Sedangkan Menurut Sunaryo (2014:2) “belajar merupakan kegiatan yang dimana dilakukan seseorang untuk membuat atau dapat menghasilkan perubahan yang ada dalam dirinya untuk memiliki pengetahuan, sikap, dan ketrampilan.

Pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri seseorang. Perubahan tersebut terjadi karena adanya interaksi di dalam lingkungan dan didapat dari pengalamannya.

2) Tujuan Belajar

Belajar merupakan adanya untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Tujuan tersebut mendorong seseorang untuk proses belajar, sebagaimana Sardiman (2011:26-28) mengemukakan bahwa tujuan belajar ada tiga yaitu:

(6)

a) Mendapatkan pengetahuan

Dalam kemampuan berfikir tidak dapat dijalankan tanpa pengetahuan dan kemampuan berfikir akan memperbanyak pengetahuan. Kemmapuan berfikir dan pengetahuan tidak dapat dipisahkan.

b) Penanaman konsep dan ketrampilan

Untuk penanaman konsep perlu adanya ketrampilan, ketrampilan tersebut meliputi ketrampilan jasmani maupun ketrampilan rohani.

c) Pembentukan sikap

Pembentukan sikap mental dan perilaku pada peserta didik tidak terlepas dari penanaman nilai-nilai, dengan dilandasi oleh nilai dapat menumbuhkan kesadaran dan kemampuan yang akan dipelajari.

Menurut Khairani (2013) Tujuan belajar adalah untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik dari berfikir yang sifatnya convergen, yang sifatnya hanya menerima dan mengingat, menjadi divergen, yang sifatnya lebih terbuka luas kreatif dan inovatif.

Pengertian dari pendapat diatas disimpulkan bahwa tujuan belajar adalah sejumlah hasil yang dicapai oleh seseorang yang melaksanakan tugas untuk belajar, pada dasarnya meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang baru untuk mendapatkan tujuan belajar.

3) Hasil Belajar

Hasil belajar adalah suatu kemampuan yang telah dicapai dalam proses belajar. Susanto (2013:5) “hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, yang menyangkut dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar”. Dalam aspek kognitif tersebut meliputi dari pemahaman, analisis, pengetahuan penilaian dan sintesis. Sedangakan Aspek afektif meliputi kemampuan dalam melakukan kgiata menjawab, menanya, dan menilai. Untuk aspek psikomotorik adalah

(7)

kemampuan dalam motoriknya. Menurut Sudjana (2012:12) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Anak yang berhasil dalam belajar anak tersebut sudah mencapai tujuan pembelajarannya.

Kosasih dan Sumarna (2013:38) menyatakan bahwa hasil belajar yang ingin dicapai melalui kategori ranah yaitu:

a) Kognitif, yang terdiri dari enam aspek yang terdiri dari penerapan, pemahaman, pengetahuan sintesis, analisis dan penilaian.

b) Afektif, yang berhubungan dengan nilai dan sikap. Dalam ranah afektif meliputi lima jenjang kemamuan yaitu menerima, menjawab, menilai, organisasi dan karakteristik dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

c) Psikomotor, terdiri dari ketrampilan motorik, memanipulasi benda-benda, dan koordinasi neurimuscular.

Pengertian diatas dapat simpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki oleh siswa yang diperoleh dari pemahaman belajarnya, dan terjadi perubahan perilaku pada siswa, perilaku tersebut meliputi pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan setelah melakukan belajar.

b. Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu proses dimana ada proses belajbelajar mengajar yang di lakukan oleh guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Menurut Arifin (2010:10) “Pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan yang dilakukan yang sistematis dan sistemik yang bersifat interaktif dan komunikaif antara pendidik “guru”

dengan siswa, sumber belajar, dan lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar siswa”. Menurut

(8)

Gagne (dalam Anni, dkk, 2011:192) “Pembelajaran adalah suatu kumpulan proses yang bersifat individual, yang merubah stimuli dari lingkungan sesorang kedalam sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan dalam jangka panjang.

Sedangkan Menurut Komalasari (2013:3) “Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan pembelajaran yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar pembelajaran dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien”.

Pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran merupakan kegiatan belajar mengajar yang direncanakan, dilakukan dan dievaluasi secara sistematis agar tujuan pembelajaran dapat dicapai.

3. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelejaran kooperatif adalah rangkaian belajar yang dilakukan siswa dalam kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Rusman (2010:202) Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompoknya bersifat heterogen. Menurut Sugiyono (2010:37) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”.

(9)

Sedangkan menurut Suprijiono (2015:73) “Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru”. Secara umum pembelajaran kooperatif diarahkan oleh guru, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan informasi untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah dalam pembelajaran.

Dari beberapa definisi diatas yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berkelompok-kelompok dengan anggota 4-5 orang untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Pelaksanaan model kooperatif membutuhkan kerja sama antara siswa dengan kelompok dalam melakukan pembelajaran. Tujuan dari model kooperatif ini agar peserta didik mampu berkerja secara berkelompok dengan teman-temannya agar terjalin suatu kerjasama dan saling menghargai pendapat dalam satu kelompok.

Menurut Susanto (2014:206) tujuan model pembelajaran kooperatif adalah untuk membuat siswa lebih aktif mengikuti pembelajaran, memberikan kesempatan yang bebas agar siswa siswa dapat menyampaikan pesan kepada guru dan membuat siswa lebih mengenal arti kepemimpinan dalam suatu kelompok serta memberi pengalaman yang bermakna ketika siswa dan kelompok dalam menyelesaikan suatu masalah.

(10)

Dalam pembelajaran kooperatif setidaknya mencapai tiga tujuan pembelajaran yang dirangkum oleh Ibrahim dkk(2000) dalam Isjoni (2014:27) yaitu:

1) Hasil belajar akademik

Dalam model pembelajaran kooperatif ini dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Dapat menerima secara luas dari orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, agama, kemampuan dalam berfikir setiap orang perbeda dengan yang lain.

3) Pengembangan ketrampilan sosial

Mengajarkan peserta didik dalam ketrampilan dalam kerjasama dan berkolaborasi kepada temannya. Dalam ketrampilan ini penting dilakukan karena kita tahu bahwa banyak anak yang masih kurang dalam ketrampilan sosial.

Beberapa pendapat diatas dapat simpulkan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif adalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam melakukan belajar kelompok, memberikan kesempatan bagi anggota kelompok untuk berpendapat dan saling menghargai dalam perbedaan latar belakang yang berbeda.

c. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Trianto (2010:65) sebagai berikut:

1) Belajar secara berkelompok untuk menyelesaikan materi pelajaran.

2) Pembentukan kelompok berdasarkan kemampuan yang dimiliki siswa.

3) Setiap anggota terdiri dari jenis kelamin yang berbeda, bila memungkinkan suku dan ras juga berbeda.

4) Memberika penghargaan terhadap kelompok dibandingan dengan individu.

Ada ciri- ciri pembelajaran kooperatif menurut Hamdani (2011:31) yaitu:

1) Untuk setiap siswa harus mempunyai peran dalam kelompok.

2) adanya hubungan komunikasi antara siswa

(11)

3) Adanya tanggung jawab antar anggota kelompok.

4) Pendidik dapat membantu pengembangan ketrampilan kelompok.

5) Pendidik membantu jika diperlukan oleh siswa.

Beberapa pendapat diatas siswa dibentuk kelompok sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa dari yang memiliki kemampuan yang tinggi, sedang maupun rendah agar mereka bisa bertanggung jawab terhadap kelompoknya, dan setiap kelompok yang berhasil akan mendapat penghargaan.

d. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Pada dasarnya tidak semua kerja kelompok dapat dianggap sebagai kooperatif kooperatif, tetapi dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif guru dapat mengondisikan peserta didik dalam belajar kelompok dengan mengembangkan unsur-unsur pokoknya. Menurut Halimah (2017:306) unsur- unsur tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Saling ketergantungan positif

Unsur ini memiliki dua konsep yang berbeda yaitu konsep positif dan saling ketergantungan. Jika dua orang peserta didik memiliki kolerasi positif dalam hasil, maka peserta didik mempunyai ketergantungan positif yang sama dan mampu seperti “tenggelam dan berenang bersama”

b. Tanggung Jawab

Dalam pembelajaran kooperatif peserta didik belajar bersama, tetapi masing-masing individu mempunyai tanggung jawab untuk melakukan tugasnya yang sudah dibagi dan sudah disepakati.

c. Tata Muka

(12)

Tatap muka dapat mendorong terjadinya interaksi yang meningkatkan keterlibatan setiap anggota secara pribadi berkomitmen satu sama lain serta untuk mencapai tujuan bersama.

d. Ketrampilan Interpersonal dan kelompok kecil

Dalam pembelajaran kooperatif peserta didik dapat belajar mengenai materi pelajaran, ketrampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar kelompok peserta didik harus mampu menjadi pemimpin yang efektif, belajar mengambil keputusan, membangun kepercayaan, belajar komunikasi, dan belajar manajemen konflik.

e. Pengelolaan kelompok

Pengelolaan kelompok dalam pembelajaran kooperatif memiliki tujuan yaitu, memungkinkan kelompok untuk meningkatkan kerja sama, fokuskan perhatian pada kontribusi anggota kelompok, membuat proses pembelajaran yang sederhana, menghilangkan tindakan yang tidak berkontribusi positif dalam pembelajaran kelompok.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai unsur pembelajaran yang mampu menciptakan kegiatan kelompok yang saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan pengelolaan kelompok.

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together a. Pengertian Numbered Head Together

Suprijiono (2015:111) mengatakan bahwa “pembelajaran dengan menggunakan metode numbered head togheter diawali dengan numbering”.

Dimana guru membagi kelompok-kelompok kecil. Jumlah kelompok

(13)

dipertimbangkan dengan konsep yang akan dipelajari. Dan tiap kelompok diberikan nomor kepala. Kemudian guru memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada setiap kelompok. Setiap kelompok memikirkan jawabannya atas pertanyaan yang diberikan oleh guru, disini setiap anggota kelompok menyatukan kepala untuk menjawab pertanyaan tersebut. Langkah berikutnya guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok untuk mempersentasikan jawabannya.

Komalasari (2010:62) Mengemukakan bahwa “NHT merupakan model pembelajaran dimana setiap siswa diberi nomor dan dibuat kelompok yang kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa”. NHT adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dapat menekakan siswa untuk saling berinteraksi dalam meningkatkan penguasaan nilai akademiknya..

Pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Numbered Head Together adalah proses pembelajaran yang diamana kelas dibuat kelompok dan setiap siswa diberikan nomor kepala sesuai kelompoknya. Dalam model ini siswa dapat berinteraksi dengan anggota kelompok untuk menyelesaikan suatu proses pembelajaran didalam kelas.

b. Langkah-langkah Model Pembelajaran NHT

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dimana strategi menempatkan peserta didik untuk belajar

dalam berkelompok dengan tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda. Dalam model pembeajaran ini menggunakan nomor kepala di setiap anggota kelompok. Setelah selesai berdiskusi dalam menjawab pertanyaan guru, guru akan memanggil salah satu nomor kepala untuk mempresentasikan

(14)

didepan kelas. Langkah-langkah pembelajaran NHT menurut Kagen (Tampubolon, 2014:94) yaitu:

1) Guru membagi siswa dalam kelompok heterogen, dan setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

2) Pendidik memberikan tugas kepada masing-masing kelompok.

3) Berdiskusi dengan kelompok menentukan jawaban yang benar dan semua anggota kelompok mengerjakannya.

4) Guru memanggil satu nomor siswa untuk mempersentasikan hasil kerja kelompok.

5) Siswa yang lain memberikan tanggapan atas jawaban yang telah di jawab.

6) Memberikan kuis kepada siswa dan pemberian skor siswa 7) Simpulan dan pemberian hadiah/reward.

Menurut Fathurrohman (2015:82-83) model NHT memiliki langkah- langkah sebagai berikut:

1) Persiapan : guru mempersiapkan rancangan pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT 2) Pembentukan kelompok : guru membagi siswa menjadi

beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa.

Guru memberikan nomor kepala kepada setiap siswa dalam kelompok.

3) Tiap kelompok memiliki buku panduan atau buku paket agar mempermudah dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru.

4) Diskusi masalah: dalam proses kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menyelesaikan pertanyaan yang telah diberikan oleh guru.

5) Memanggil nomor anggota: guru menyebutkan satu nomor dan para siswa dari setiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawabannya.

6) Guru dan siswa membuat kesimpulan dari matri yang telah diajarkan.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan langkah-langkah dari model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together adalah siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dan setiap siswa diberikan nomor kepala, siswa diberikan tugas oleh guru, setiap kelompok berdiskusi untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh

(15)

guru, setelah berdiskusi guru memanggil siswa dengan menyebutkan nomor yang ada dikepala untuk mempersentasikan hasil diskusi kelompok.

c. Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran NHT

Model Pembelajaran NHT memiliki kelebihan dan kekurangan menurut Hamdayama (2014:177) sebagai berikut:

Kelebihan :

1) Dapat bekerja sama dan dapat mengharagai pendapat siswa lain.

2) Dapat menjadi pemimpin untuk teman sebaya.

3) Dapat memiliki rasa kebersamaan dengan teman.

4) Dapat memahami perbedaan antar siswa.

Sedangkan kelemahan dari NHT yaitu:

1) Siswa yang terbiasa dengan cara konvensionala sedikit kewalahan.

2) Siswa harus difasilitasi oleh guru.

3) Hanya beberapa siswa yang dapat menjawab pertanyaan.

Sedangkan menurut Hamdani (2011:90) NHT memiliki kelebihan dan kekurangan yaitu:

Kelebihan

a) Siswa menjadi aktif.

b) Melakukan kerja kelompok dengan bersungguh-sungguh.

c) Saaling membantu teman yang kurang paham.

Kelemahan

a) Nomor yang sudah dipanggil dapat dipanggil kembali.

b) Hanya beberapa anggota jyang dipanggil oleh guru.

Paparan diatas dapat simpulkan bahwa kelebihan dan kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together. Untuk kelebihannya adalah dapat berkerja sama dengan kelompoknya, dapat menghargai pendapat orang lain, dan dapat diskusi dengan sungguh-sungguh.

Sedangkan untuk kelamahan dari model NHT ini adalah siswa yang terbiasa

(16)

menggunakan model konvesional akan kewalahan dalam menggunakan model pembelajaran ini, siswa harus mendapatkan fasilitas dari guru dan beberapa siswa yang dipanggil oleh guru untuk menyampaikan hasil diskusinya.

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian relevan yang telah membuktikan bahwa model NHT berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, penelitian yang dilakukan oleh Vivi Apriliani dengan judul penelitian “ Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar PKn Kelas IV SD Negeri 33 Negerikaton” menyimpulkan bahwa adanya pengaruh model pembelajaran NHT terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn. Penelitian yang dilakukan Elvira Rohmawati dengan judul penelitian “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri Keceme 1 Kecamatan Sleman”

menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SDN Keceme 1 Kecamatan Sleman.

Penelitian yang dilakukan Ni Luh Putu Murtita Santiana dengan judul

“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together(NHT) Terhadap Hasil Belajar Kelas V Sekolah Dasar Di Desa Alasangker”

menyimpulkan bahwa terdapat adanya perbedaan menujukkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada hasil belajar matematika dibandingkan dengan model konvensional.

Tabel 2.1 Penelitian Relevan

(17)

No Nama Tahun Judul Hasil Penelitian Perbedaan 1. Vivi

Apriliani

2017 Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar PKN Kelas IV SD Negeri 33 Negrikaton.

Adanya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar siswa pada materi PKn.

Perbedaannya pada mata pelajaran yang diajarkan, serta sekolah yang diteliti

2. Elvira Rohmawati

2012 Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri Keceme 1 Kecamatan Sleman

Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SDN Keceme 1 Kecamatan Sleman.

Perbedaannya pada mata pelajaran yang diajarkan, serta sekolah yang akan diteliti.

3. Ni Luh Putu M.S

2014 Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Nmbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Kelas V Sekolah Dasar di Desa Alasangker

adanya perbedaan menujukkan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT pada hasil belajar matematika

dibandingkan dengan model konvensional.

Perbedaannya pada mata pelajaran yang diajarkan, serta sekolah yang diteliti.

Penelitian yang akan diteliti oleh peneliti adalah jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan penelitian relevan diatas menggunakan model pembelajaran yang sama, disini peneliti menggunakan materi dan variabel yang berbeda.

(18)

C. Kerangka Pikir

Gambar: 2.1 Bagan Kerangka Pikir

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ( Numbered Head Together) Terhadap Hasil Belajar Tema 6 “Panas dan Perpindahannya” Subtema 1 “Suhu dan Kalor” Pembelajaran 1

Siswa Kelas V MI Muhammdiyah Nurul Islam Tanjinan”.

Pembelajaran Tematik SD

Siswa Guru

Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ( Numbered Head Together) Terhadap Hasil Belajar belajar tema 6 “panas dan perpindahannya” subtema 1 “suhu dan kalor” pembelajaran 1 siswa

kelas V MI Muhammadiyah Nurul Islam Tajinan

Ho : Tidak terdapat pengaruh pada model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together terhadap hasil belajar siswa,

Ha : Ada pengaruh pada model pembelajaran koopertif tipe Numbered Head Together terhadap hasil belajar siswa.

Metode Kuantitatif, Jenis penelitian eksperimen Lokasi : MI Muhammadiyah Nurul Islam Tajinan

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Relevan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan fungsi penggunaan sapaan, sapaan bahasa Lampung dialek Komering berfungsi untuk menyapa atau memanggil, melestararikan adat budaya Lampung, menunjukan

diarahkan untuk mempelajari kinetika kristalisasi kaca, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi waktu dan laju pengkristalan untuk

[r]

Dengan kata lain berarti orang yang memiliki religiusitas tinggi, yang tercakup diantaranya keyakinan, penghayatan, perlakuan, pengalaman dan pengetahuan yang baik dan tepat

[r]

Setelah terjadi talak raj’i maka istri wajib beriddah, hanya bila kemudian suami hendak kembali kepada bekas istri sebelum masa iddah, maka hal itu dapat

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan terhadap pelaku usaha ritel modern tentang keunggulan dari usahanya sehingga bisa bersaingan dengan usaha-usaha ritel

Berbicara lembaga pendidikan Islam pada peroiode Mekkah, pada saat itu masih sangat sederhana sekali tepat pertama yang digunakan Rosulullah untuk proses pembelajaran para