• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA/I FK USU TENTANG ANKLE SPRAIN DAN PENANGANANNYA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA/I FK USU TENTANG ANKLE SPRAIN DAN PENANGANANNYA SKRIPSI"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh : GALIH SENO AJI

170100055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh : GALIH SENO AJI

170100055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Atas berkat rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis hasil penelitian ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk memaparkan landasan pemikiran dan segala konsep menyangkut penelitian yang akan dilaksanakan. Penelitian yang akan dilaksanakan ini berjudul “Tingkat Pengetahuan Mahasiswa/i FK USU tentang Ankle Sprain dan Penanganannya“.

Skripsi ini dapat diselesaikan atas dukungan dari banyak pihak. Untuk itu, penulisan mengucapkan terima kasih setinggi-tingginya kepada:

1. Orang tua saya, Sukamto, S.E., Risna Wati, dan Ida Rawaty yang selalu mendukung, memberikan semangat, kasih sayang, bantuan, dan rasa kebersamaan yang tidak pernah berhenti sampai penulis menyelesaikan skripsi ini.

2. Yang terhormat, Prof. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

3. Yang terhormat, dr. Nino Nasution, Sp.OT (K) selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen pembimbing akademik yang telah memberi dukungan, arahan dan masukan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Yang terhormat, dr. Heru Rahmadany, Sp.OT (K) selaku ketua penguji dan dr. Bambang Prayugo, Sp.B., FICS selaku anggota penguji yang telah memberikan masukan dan petunjuk dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

(5)

Universitas Sumatera Utara atas bimbingan dan ilmu yang diberikan dari mulai awal perkuliahan hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman-teman mahasiswa FK USU angkatan 2017 yang telah memberi saran, kritik, dan dukungan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

7. Semua pihak yang telah banyak membantu secara langsung maupun tidak langsung, namun tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa hasil karya tulis ilmiah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran serta koreksi yang membangun guna menghasilkan karya ilmiah yang lebih baik lagi. Penulis juga berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Akhir kata, penyusun ucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu dan semoga Allah SWT melimpahkan karunia-Nya dalam setiap amal kebaikan kita.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan... i

Kata Pengantar……….. ii

Daftar Isi... iv

Daftar Gambar... vii

Daftar Tabel... viii

Daftar Singkatan... x

Abstrak... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 2

1.3 Tujuan Penelitian... 3

1.3.1 Tujuan Umum... 3

1.3.2 Tujuan Khusus... 3

1.4 Manfaat Penelitian... 3

1.4.1 Bagi Peneliti... 3

1.4.2 Bagi Bidang Akademik... 3

1.4.3 Bagi Masyarakat... 4

1.4.4 Bagi Bidang Penelitian... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan... 5

2.1.1 Definisi Pengetahuan... 5

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan... 6

2.1.3 Pengukuran Pengetahuan... 7

2.2 Anatomi Ankle... 7

2.2.1 Struktur Tulang Regio Ankle... 8

2.2.2 Struktur Otot Regio Ankle... 9

(7)

2.2.4 Ligamen... 12

2.2.5 Inervasi... 15

2.3 Ankle Sprain... 16

2.3.1 Definisi Ankle Sprain... 16

2.3.2 Epidemiologi Ankle Sprain... 16

2.3.3 Etiologi Ankle Sprain... 16

2.3.4 Faktor Risiko Ankle Sprain... 17

2.3.5 Klasifikasi Ankle Sprain... 17

2.3.6 Mekanisme Ankle Sprain... 18

2.3.7 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Ankle Sprain... 19

2.3.8 Evaluasi Ankle Sprain... 21

2.3.9 Penanganan Ankle Sprain... 21

2.4 Kerangka Teori... 24

2.5 Kerangka Konsep... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian... 25

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 25

3.3 Populasi dan Sampel... 25

3.3.1 Populasi Penelitian... 25

3.3.2 Sampel Penelitian... 25

3.3.3 Besar Sampel... 26

3.4 Metode Pengumpulan Data... 27

3.4.1 Data Primer... 27

3.4.2 Data Sekunder... 27

3.5 Identifikasi Variabel... 27

3.6 Metode Analisis Data... 28

3.7 Definisi Operasional... 28

3.8 Alur Penelitian... 29

(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Responden... 30

4.1.1 Distribusi Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin………. 30

4.1.2 Distribusi Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Usia………... 31

4.1.3 Distribusi Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Tahun Angkatan……… 32

4.1.4 Distribusi Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Ada atau Tidak Ada Riwayat Cedera Ankle…………... 32

4.2 Tingkat Pengetahuan Responden... 33

4.2.1 Distribusi Frekuensi Hasil per Pertanyaan……….... 34

4.2.2 Berdasarkan Jenis Kelamin……….... 47

4.2.3 Berdasarkan Tahun Angkatan……….... 48

4.2.4 Berdasarkan Riwayat Cedera Ankle………...… 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………..………. 50

5.2 Saran……….……… 51

DAFTAR PUSTAKA... 52

DAFTAR LAMPIRAN... 54

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Anatomi kaki... 8

2.2 Anatomi otot regio ankle (posterior view)... 9

2.3 Anatomi otot regio ankle (anterior view)... 10

2.4 Anatomi ligamen ankle (lateral view)... 13

2.5 Anatomi ligamen ankle (medial view)... 14

2.6 Anatomi ligament ankle (anterior dan posterior view)….. 15

2.7 Talar tilt test... 20

2.8 Anterior drawer test... 20

2.9 Kerangka teori…... 24

2.10 Kerangka konsep... 24

3.1 Alur penelitian... 29

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Klasifikasi akut ankle sprain... 17

4.1 Distribusi karakteristik sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin………. 30

4.2 Distribusi karakteristik sampel penelitian berdasarkan usia ……… 31

4.3 Distribusi karakteristik sampel penelitian berdasarkan tahun angkatan………... 32

4.4 Distribusi karakteristik sampel penelitian berdasarkan ada atau tidak ada riwayat cedera ankle………. 32

4.5 Tingkat pengetahuan mahasiswa/i FK USU tentang ankle sprain dan penanganannya……… 33

4.6 Distribusi frekuensi pertanyaan nomor 1………... 34

4.7 Distribusi frekuensi pertanyaan nomor 2………... 35

4.8 Distribusi frekuensi pertanyaan nomor 3………... 35

4.9 Distribusi frekuensi pertanyaan nomor 4………... 36

4.10 Distribusi frekuensi pertanyaan nomor 5……… 37

4.11 Distribusi frekuensi pertanyaan nomor 6………... 37

4.12 Distribusi frekuensi pertanyaan nomor 7………... 38

4.13 Distribusi frekuensi pertanyaan nomor 8………... 38

4.14 Distribusi frekuensi pertanyaan nomor 9………... 39

4.15 Distribusi frekuensi pertanyaan nomor 10………... 39

4.16 Distribusi frekuensi pertanyaan nomor 11………... 40

4.17 Distribusi frekuensi pertanyaan nomor 12………... 41

(11)

4.19 Distribusi frekuensi pertanyaan nomor 14………... 42

4.20 Distribusi frekuensi pertanyaan nomor 15………... 42

4.21 Distribusi frekuensi pertanyaan nomor 16………... 43

4.22 Distribusi frekuensi pertanyaan nomor 17………... 43

4.23 Distribusi frekuensi pertanyaan nomor 18………... 44

4.24 Distribusi frekuensi pertanyaan nomor 19………... 45

4.25 Distribusi frekuensi pertanyaan nomor 20………... 45

4.26 Distribusi frekuensi pertanyaan nomor 21………... 46

4.27 Distribusi frekuensi pertanyaan nomor 22………... 46

4.28 Tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin………… 47

4.29 Tingkat pengetahuan berdasarkan tahun angkatan………. 48 4.30 Tingkat pengetahuan berdasarkan riwayat cedera ankle… 49

(12)

DAFTAR SINGKATAN

ATFL : Anterior talofibular ligament CFL : Calcaneofibular ligament FK : Fakultas Kedokteran

LCLs : Lateral collateral ligaments MCL : Medial collateral ligament

NSAIDs : Nonsteroidal anti-inflammatory drugs PTFL : Posterior talofibular ligament

RICE : Rest, Ice, Compression, Elevation USU : Universitas Sumatera Utara

(13)

ABSTRAK

Latar Belakang. Ankle sprain merupakan cedera muskuloskeletal paling umum. Ankle sprain dapat terjadi karena terkilir secara mendadak kearah lateral atau medial yang berakibat robeknya serabut ligamentum pada sendi pergelangan kaki. Di amerika, sekitar 2 juta orang mengalami ankle sprain setiap tahunnya. Data dari kunjungan unit darurat tingkat kejadian ankle sprain 2 sampai 7 per 1000 orang dalam 1 tahun. Hal ini diperkirakan banyak orang yang mengalami ankle sprain mungkin tidak mencari perawatan medis sama sekali. Apabila pengetahuan dan penanganan ankle sprain tidak bagus dapat meningkatkan resiko ankle sprain berikutnya dan cedera bisa berkembang menjadi chronic ankle instability. Tujuan. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa/i FK USU tentang ankle sprain dan penanganannya berdasarkan jenis kelamin, tahun angkatan, riwayat cedera ankle. Metode. Penelitian deskriptif dengan rancangan cross-sectional dan teknik pengambilan sampel yang digunakan berupa stratified random sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner online berupa google form dengan penilaian menggunakan skala Guttman. Setelah itu data akan ditabulasi.

Hasil. Tingkat pengetahuan responden laki-laki mayoritas baik (49,41%) dan pada perempuan mayoritas baik (52,27%).Tingkat pengetahuan angkatan 2017 mayoritas baik (60,2%), pada angkatan 2018 mayoritas baik (52,3%) dan pada angkatan 2019 mayoritas cukup (52,9%).

Tingkat pengetahuan responden pernah cedera ankle mayoritas baik (56,84%) dan yang tidak pernah cedera ankle mayoritas baik (48,2%). Kesimpulan. Tingkatan pengetahuan mahasiswa/i FK USU angkatan 2017,2018,2019 secara keseluruhan dikategorikan baik sebesar 51,3%.

Kata kunci: pengetahuan, ankle sprain, kuesioner online

(14)

ABSTRACT

Background.Ankle sprain is the most common musculoskeletal injury. Ankle sprain can occurs due to sudden lateral or medial sprains which result in tearing of the ligamentum fibers in the ankle joint. In America, accounting an estimated 2 million ankle sprains occur anually. Data from emergency department visits suggest an incidence rate of 2 to 7 acute ankle sprain per 1000 person-years. This is likely a significant underestimation, given that many injured people may not present to an emergency department or seek medical care at all. If knowledge and poor handling on ankle sprain can increase the risk of subsequent ankle sprain and injury can develop into chronic ankle instability. Purpose. This is to determine the level of knowledge of USU FK students on ankle sprain and its treatment by sex, year of the student, history of ankle injury. Method.

Descriptive research by design cross-sectional and the sampling technique used was stratified random sampling. The data was collected using an online questionnaire in the form of a google form and was assess with the Guttman scale. After that the data was tabulated. Result. There was a good level of knowledge among male respondents (49,41%) and women shows a good level of knowledge (52,27%). For class 2017, most of them have a good level of knowledge(60.2%), and the same goes to class 2018 which is (52.3%). Meanwhile, there was a moderate level of knowledge for class 2019(52.9%). Majority of the respondent who had ankle injury had a good level of knowledge (56,84%) and who never had ankle injury were good (48,2%). Conclusion. The level of knowledge of FK USU students class 2017,2018,2019 as a whole were categorized as good at 51.3%.

Keyword : knowledge, ankle sprain, online questionnaire

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hidup sehat merupakan harapan bagi setiap orang. Kesehatan sangat penting bagi manusia, karena tanpa kesehatan yang baik, setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktiftasnya sehari-hari. Aktifitas fisik merupakan upaya untuk meningkatkan kesehatan atau mencegah timbulnya penyakit (Yudik Prasetyo, 2013). Menurut World Health Organization (2019) aktifitas fisik didefinisikan sebagai setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang membutuhkan pengeluaran energi dan salah satu bentuk dari aktifitas fisik adalah olahraga.

Olahraga merupakan suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani (Pramadanus, 2019). Olahraga tidak terlepas dari adanya gerakan yang melibatkan berbagai struktur pada tubuh manusia seperti sendi, otot, dan kapsuloligamenter. Gerakan terjadi apabila mobilitas serta elastisitas, kekuatan jaringan penompang dan penggerak sendi terjamin. Semakin bergerak aktif suatu persendian artinya mempunyai konsekuensi tidak stabilnya sendi tersebut. Ketidakstabilan suatu sendi akan mengakibatkan struktur sekitarnya mudah cedera (Setiawan, 2011).

Setiap melakukan aktifitas fisik khususnya olahraga selalu dihadapkan kemungkinan terjadinya cedera. Ankle sprain merupakan salah satu cedera muskuloskeletal yang paling umum dan memiliki insiden sangat tinggi pada individu yang aktif secara fisik seperti berolahraga (Herzog et al., 2019). Sprain adalah cedera pada sendi, dimana terjadinya robekan dari ligamen. Ankle sprain dapat terjadi karena terkilir secara mendadak kearah lateral atau medial yang berakibat robeknya serabut ligamentum pada sendi pergelangan kaki (Sumartingsih, 2012).

(16)

Studi epidemiologi tentang ankle sprain di antara berbagai populasi dan berbagai sumber data menunjukan bahwa secara seluruhan kejadian ankle sprain lebih tinggi pada perempuan di bandingkan laki-laki yaitu 13,6 banding 6,9 per 1000 eksposur. Insidensi ini jugak tampak menurun dengan bertambahnya usia.

Namun insidensi puncak mungkin berbeda antara laki-laki dan perempuan. Studi menunjukkan puncak di antara perempuan 10 hingga 14 tahun dan di antara laki- laki 15 hingga 19 tahun. Tingkat tertinggi ankle sprain biasanya dilaporkan dalam olahraga dengan karakteristik berlari, memotong, dan melompat seperti sepak bola, bola basket, dan bola voli (Herzog et al., 2019).

Di amerika, sekitar 2 juta orang mengalami ankle sprain setiap tahunnya.

Data dari kunjungan unit darurat tingkat kejadian ankle sprain 2 sampai 7 per 1000 orang dalam 1 tahun. Hal ini diperkirakan banyak orang yang mengalami ankle sprain mungkin tidak datang ke unit gawat darurat atau tidak mencari perawatan medis sama sekali. Apabila pengetahuan dan penanganan ankle sprain tidak bagus maka akan sangat berbahaya dikarenakan orang yang sudah pernah terjadi ankle sprain dapat meningkatkan resiko terjadinya ankle sprain berikutnya dan cedera bisa berkembang menjadi Chronic Ankle Instability (Herzog et al., 2019). Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mengetahui tingkat pengetahuan populasi tentang ankle sprain dan penanganannya dan peneliti melakukan penelitian pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

Bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang ankle sprain dan penanganannya?

(17)

1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang ankle sprain dan penanganannya

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

a. Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang ankle sprain dan penanganannya berdasarkan riwayat cedera ankle.

b. Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang ankle sprain dan penanganannya berdasarkan jenis kelamin.

c. Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang ankle sprain dan penanganannya berdasarkan tahun angkatan.

1.4 MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bentuk pembelajaran yang kritis dan dapat meningkatkan daya analisis peneliti. Serta memberi kontribusi berupa hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang ankle sprain dan penanganannya

1.4.2 Bagi bidang akademik

Untuk membuka wawasan mengenai tingkat pengetahuan mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang ankle sprain dan penanganannya

(18)

1.4.3 Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi masyarakat mengenai apa itu ankle sprain dan bagaimana cara menanganinya

1.4.4 Bagi Bidang Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi yang digunakan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP PENGETAHUAN 2.1.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu yang dihasilkan ketika orang selesai melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan dilakukan melalui pancaindra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Nurmala, 2018). Ciri pokok dalam taraf pengetahuan adalah ingatan tentang sesuatu yang diketahuinya dengan baik melalui pengalaman, belajar, dan informasi yang diterima dari orang lain (Notoatmodjo, 2005).

Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif secara garis besarnya mempunyai enam tingkatan (Nurmala, 2018), yaitu:

1. Mengetahui (know), merupakan level terendah di domain kognitif, di mana seseorang mengingat kembali (recall) pengetahuan yang telah dipelajari.

2. Memahami (comprehension), merupakan level yang lebih tinggi dari hanya sekedar tahu. Pada level ini pengetahuan dipahami dan diinterpretasi secara benar oleh individu tersebut.

3. Aplikasi (application), merupakan level kemampuan seseorang dapat menggunakan pengetahuannya yang telah dipahami dan diinterpretasi dengan benar ke dalam situasi nyata dalam kehidupannya.

4. Analisis (analysis), merupakan level kemampuan seseorang untuk menjelaskan keterkaitan materi tersebut dalam komponen yang lebih kompleks di suatu unit tertentu.

(20)

5. Sintesis (synthesis), merupakan level kemampuan seseorang untuk menyusun formulasi yang baru dari formulasi yang sudah ada.

6. Evaluasi (evaluation), merupakan level kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap materi yang diberikan.

Berdasarkan penjelasan di atas, kita dapat mengetahui bahwa pengetahuan merupakan hasil dari proses mencari tahu, dari yang tidak tahu sesuatu menjadi tahu. Dalam proses mencari tahu ini melalui berbagai dan sebuah konsep baik melalui proses pendidikan maupun pengalaman.

2.1.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (dalam Wawan dan Dewi (2010) ada beberapa faktor yang memengaruhi pengetahuan dan faktor tersebut terdiri dari faktor internal dan eksternal.

1) Faktor Internal a) Pendidikan

Pendidikan adalah bimbingan yang dilakukan seseorang terhadap orang lain yang menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan sehingga mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi berupa hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.

b) Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu keburukan yang dilakukan demi menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan tidak diartikan sebagai sumber kesenangan, akan tetapi merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang, dan memiliki banyak tantangan.

c) Usia

Usia adalah umur seseorang yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan

(21)

2) Faktor Eksternal a) Faktor Lingkungan

Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada sekitar manusia dan pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu atau kelompok.

b) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya pada masyarakat dapat memberikan pengaruh dari sikap dalam menerima informasi.

2.1.3 Pengukuran Pengetahuan

Menurut Arikunto (2010), pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin diukur dan disesuaikan dengan tingkatannya. Ada dua jenis pertanyaan yang dapat digunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Pertanyaan subjektif

Penggunaan pertanyaan subjektif dengan jenis pertanyaan essay digunakan dengan penilaian yang melibatkan faktor subjektif dari penilai, sehingga hasil nilai akan berbeda dari setiap penilai dari waktu ke waktu.

b. Pertanyaan objektif

Penggunaan pertanyaan objektif menggunakan jenis pertanyaan seperti pilihan ganda, betul salah, dan pertanyaan menjodohkan dapat dinilai secara pasti oleh penilai.

2.2 ANATOMI ANKLE

Ankle adalah sendi yang paling utama bagi tubuh guna untuk menjaga keseimbangan bila berjalan dipermukaan yang tidak rata. Sendi ini tersusun oleh tulang, ligamen, tendon, dan seikat jaringan penghubung. (Graha dan Priyonoadi, 2012)

(22)

2.2.1 Struktur Tulang Regio Ankle

Kaki dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu ossa tarsi, ossa metatarsi dan jari kaki (digit pedis) yang terdiri dari beberapa os phalanges. Tulang-tulang jari kaki atau os phalanges terdiri dari 5 phalanges, dimana 4 phalanges mempunyai 3 ruas dan 1 phalanges hanya mempunyai 2 ruas yang biasa disebut ibu jari kaki. Metatarsal terdiri dari 5 tulang yaitu os metatarsal I sampai os metatarsal V, yang di beri nomor dari medial ke lateral. Tarsal atau pangkal kaki tersusun oleh 7 tulang yaitu talus, calcaneus, navicular, cuboid, dan 3 tulang cuneiform. Os talus berartikulasi dengan tibia dan fibula di sendi pergelangan kaki yang membentuk struktur kaki, os calcaneus membentuk tumit pada kaki (Paulsen dan Waschke, 2018; Waugh dan Grant, 2014).

Sendi ankle dibentuk oleh empat tulang yaitu tibia, fibula, talus, dan calcaneus. Pergerakan utama dari sendi ankle terjadi pada tulang tibia, talus, dan calcaneus (Graha dan Priyonoadi, 2012).

Gambar 2.1. Anatomi kaki

Sumber: Netter, H., 2016. Atlas of Human Anatomy: 6th Edition

(23)

2.2.2 Struktur Otot Regio Ankle

Otot-otot berikut ini merupakan otot penggerak utama dalam gerakan plantarfleksi: (Paulsen dan Waschke, 2018)

1) m. gastrocnemius 2) m. soleus

3) m. tibialis posterior 4) m. peroneal

5) m. flexor hallucis longus 6) m. flexor digitorum longus

Gambar 2.2. Anatomi otot regio ankle (posterior view)

Sumber: Netter, H., 2016. Atlas of Human Anatomy: 6th Edition

(24)

Otot-otot berikut ini merupakan otot penggerak utama dalam gerakan dorsofleksi: (Paulsen dan Waschke, 2018)

1) m. tibialis anterior

2) m. extensor hallucis longus 3) m. extensor digitorum longus

Gambar 2.3. Anatomi otot regio ankle (anterior view)

Sumber: Netter, H., 2016. Atlas of Human Anatomy: 6th Edition

Otot-otot berikut ini merupakan otot penggerak utama dalam gerakan inversi (aduksi-supinasi): (Paulsen dan Waschke, 2018)

1) m. tibialis anterior 2) m. tibialis posterior 3) m. flexor digitorum longus 4) m. feloxor hallucis longus 5) m. triceps surae

(25)

Otot-otot berikut ini merupakan otot penggerak utama dalam gerakan eversi (abduksi-pronasi): (Paulsen dan Waschke, 2018)

1) m. peroneal

2) m. extensor digitorum longus 3) m. extensor hallucis longus

2.2.3 Persendian

Secara anatomi, ankle adalah koneksi antara segmen kaki dengan tungkai kaki. Ada tiga sendi yang membentuk kompleks pergelangan kaki atau ankle yaitu sendi tibiotalar, sendi subtalar, dan distal tibiofibular synsdesmosis (Al-Mohrej et al., 2016).

1) Sendi tibiotalar

Sendi tibiotalar tersusun oleh artikulasi kubah talus, medial malleolus, tibialis, dan lateral malleolus.

2) Sendi subtalar

Sendi subtalar tersusun oleh artikulasi antara calcaneus dan talus. Sendi subtalar terdiri dari sendi subtalar anterior dan sendi subtalar posterior. Sendi subtalar anterior dibuat dari permukaan proksimal navicular tarsal yang cekung, sustentaculum tali calcaneus, anterior superior facet dan caput tali. Sendi subtalar posterior dibuat di antara posterior superior facet calcaneus dan posterior inferior facet talus. Dengan demikian, sendi subtalar anterior dan sendi subtalar posterior bersama dengan ligamen membentuk artikulasi seperti sendi ball-and-socket.

3) Distal tibiofibular syndesmosis

Sendi distal tibiofibular syndesmosis atau disebut dengan sendi distal tibiofibular berada di antara tibia dan fibula. Diperkuat oleh ligamen tibiofibular dan interosseous membrane yang tebal.

(26)

2.2.4 Ligamen

Struktur sendi ankle sangat kompleks dan kuat dikarenakan sendi ankle tersusun atas ligamen-ligamen yang kuat dan banyak. Ligamen-ligamen tersebut berfungsi sebagai struktur yang mempertahankan stabilitas sendi ankle dalam berbagai posisi (Graha dan Priyonoadi, 2012).

Ligamen ankle terbagi menjadi tiga kelompok: lateral collateral ligaments (LCLs), medial collateral ligament (MCL), tibiofibular syndesmosis ligaments.

1) Lateral collateral ligaments

3 ligamen yaitu anterior talofibular ligament (ATFL), calcaneofibular ligament (CFL), posterior talofibular ligament (PTFL) membentuk kompleks lateral collateral ligament (Al-Mohrej et al., 2016).

a) Anterior talofibular ligament

Ligamen yang melekat pada anterior tulang talus dan fibula (Graha dan Priyonoadi, 2012).

b) Calcaneofibular ligament

Ligamen yang melekat pada tulang calcaneus dan fibula (Graha dan Priyonoadi, 2012).

c) Posterior talofibular ligament

Ligamen yang melekat pada posterior tulang talus dan fibula (Graha dan Priyonoadi, 2012).

(27)

Gambar 2.4. Anatomi ligamen ankle (lateral view)

Sumber: Netter, H., 2016. Atlas of Human Anatomy: 6th Edition 2) Medial collateral ligament

Medial collateral ligament, yang dikenal sebagai ligamentum deltoid, terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan dalam dan lapisan superfisial. MCL berjalan dari medial malleolus yang melintas di samping talus, calcaneus dan kemudian ke tulang navicular. Medial collateral ligament terdiri dari 4 ligamen yaitu posterior tibiotalar ligament, tibiocalcaneal ligament, anterior tibiotalar ligament, tibionavicular ligament. (Al-Mohrej et al., 2016).

a) Posterior tibiotalar ligament

Ligamen yang melekat pada posterior tulang tibia dan calcaneus (Graha dan Priyonoadi, 2012).

b) Tibiocalcaneal ligament

Ligamen yang melekat pada tulang tibia dan calcaneus (Graha dan Priyonoadi, 2012).

c) Anterior tibiotalar ligament

(28)

Ligamen yang melekat pada anterior tulang tibia dan talus (Graha dan Priyonoadi, 2012).

d) Tibionavicular ligament

Ligamen yang melekat pada tulang tibia dan navicular (Graha dan Priyonoadi, 2012).

Gambar 2.5 Anatomi ligamen ankle (medial view)

Sumber: Netter, H., 2016. Atlas of Human Anatomy: 6th Edition 3) Tibiofibular syndesmosis ligaments

Terdiri dari 3 ligamen, yaitu anterior inferior tibiofibular ligamen, posterior inferior tibiofibular ligamen, dan interosseous ligament.

(29)

Gambar 2.6 Anatomi ligament ankle (anterior view and posterior view)

Sumber: Norkus et al., 2001

2.2.5 Inervasi

Pleksus sakrum dan lumbal memberikan dukungan sensorik dan motorik ke kompleks pergelangan kaki. Suplai sensorik untuk otot disediakan oleh saraf peroneal superfisial, deep peroneal, suralis, saphenous, dan tibialis. Suplai motorik ke otot disediakan oleh saraf peroneal superfisial, deep peroneal dan saraf tibialis.

Kapsul sendi dan ligamen lateral persendian subtalar dan tibio-talar dipersarafi oleh mekanoreseptor yang berkonstribusi terhadap propriosepsi. Otot peroneal memiliki signifikansi tinggi untuk propriosepsi pada kompleks pergelangan kaki (Al-Mohrej et al., 2016).

(30)

2.3 ANKLE SPRAIN 2.3.1 Definisi Ankle Sprain

Sprain adalah cedera pada sendi, dimana terjadinya robekan dari ligamen.

Ankle sprain dapat terjadi karena terkilir secara mendadak kearah lateral atau medial yang berakibat robeknya serabut ligamen pada sendi pergelangan kaki (Sumartingsih, 2012).

2.3.2 Epidemiologi Ankle Sprain

Studi epidemiologi tentang ankle sprain di antara berbagai populasi dan berbagai sumber data menunjukan bahwa secara seluruhan kejadian ankle sprain lebih tinggi pada perempuan di bandingkan laki-laki yaitu 13,6 banding 6,9 per 1000 eksposur. Insidensi ini jugak tampak menurun dengan bertambahnya usia.

Namun insidensi puncak mungkin berbeda antara laki-laki dan perempuan. Studi menunjukkan puncak di antara perempuan 10 hingga 14 tahun dan di antara laki- laki 15 hingga 19 tahun. Tingkat tertinggi ankle sprain biasanya dilaporkan dalam olahraga dengan karakteristik berlari, memotong, dan melompat seperti sepak bola, bola basket, dan bola voli (Herzog et al., 2019).

Di amerika, sekitar 2 juta orang mengalami ankle sprain setiap tahunnya.

Data dari kunjungan unit darurat tingkat kejadian ankle sprain 2 sampai 7 per 1000 orang dalam 1 tahun. (Herzog et al., 2019). Di antara semua cedera ankle, ankle sprain adalah yang paling umum dan memberi angka sekitar 80%. Di antaranya 77% adalah lateral ankle sprain (Al-Mohrej et al., 2016).

2.3.3 Etiologi Ankle Sprain

Ankle sprain tejadi ketika ada robekan pada ligamen pergelangan kaki yang disebabkan karena overstretching pada ligamen tersebut. Mekanisme ini juga dapat menyebabkan gangguan tendon dan fraktur pergelangan kaki (Melanson et al., 2018)

(31)

2.3.4 Faktor Resiko Ankle Sprain

Ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan ankle sprain, yaitu riwayat ankle sprain sebelumnya yang telah dikutip sebagai faktor resiko umum, berolahraga menggunakan sepatu air cells dan perenggangan yang tidak adekuat.

Jenis kelamin, jenis kaki, dan kelemahan sendi dapat juga mempengaruhi resiko terjadinya ankle sprain. Pada anak-anak meningkatnya resiko cedera pergelangan kaki dikarenakan terbatasnya gerakan dorsofleksi pada pergelangan kaki tersebut (Douglas Ivins, 2006).

2.3.5 Klasifikasi Ankle Sprain

Klasifikasi akut ankle sprain berdasarkan derajat, keparahan, patofisiologi, dan gejala klinisnya (Marta et al., 2016)

Tabel 2.1 Klasifikasi Ankle Sprain

Derajat Keparahan Patofisiologi Gejala Klinis

Derajat 1 Ringan Terjadi

perenggangan pada anterior talofibular ligament (ATFL) hingga

menyebabkan robeknya serat ligamen

Pembengkakan ringan, tidak ada kelemahan,ekimosis kecil, dan kesulitan menahan berat badan secara penuh

Derajat 2 Sedang Cedera sedang

pada kompleks ligamentum lateral dengan robekan lengkap ATFL ± robekan

Pembengkakan lokal, hemorrhage ecchymosis, nyeri tekan anterolateral, kelemahan

abnormal bisa

(32)

parsial

calcaneofibular ligaments (CFL)

ringan atau tidak ada

Derajat 3 Berat Gangguan total

ATFL Bersama dengan CFL dan Posterior

Talofibular Ligaments (PTFL)

Nyeri tekan, bengkak, ekimosis pada sisi lateral pergelangan kaki dan tumit, kelemahan yang nyata.

2.3.6 Mekanisme Ankle Sprain

Ankle sprain biasanya disebabkan oleh gerakan ke sisi lateral atau sisi medial dari pergelangan kaki yang terjadi secara mendadak.Terkilir secara inversi yaitu kaki membengkok ke dalam dan terbalik. Tipe ini merupakan cedera paling umum yang terjadi pada pergelangan kaki. Hal ini disebabkan oleh banyaknya tulang penstabil pada sisi sebelah samping yang mengakibatkan tekanan pada kaki menjadi terbalik. Jika kekuatan tersebut cukup besar, pembengkokan dari pergelangan kaki tejadi sampai medial malleolus kehilangan stabilitasnya dan menciptakan titik tumpu untuk lebih membalikkan pergelangan kaki. Ketika serabut otot ligamentum untuk eversi tidak cukup kuat untuk menahan atau melawan kekuatan inversi, maka serabut ligamentum sisi sebelah samping menjadi tertekan hingga robek (Sumartingsih, 2012).

Tekanan yang kuat pada tumit menekan kaki menjadi inversi, membuatnya lebih mungkin untuk terjadi sprain pada sisi sebelah luar. Kebalikannya, kaki yang pronasi, kelebihan gerakan atau adanya tekanan dari telapak kaki sisi sebelah dalam secara longitudinal lebih memungkinkan untuk terjadi eversi sebagai salah satu pola sprain pada pergelangan kaki (Sri Sumartingsih, 2012).

(33)

Ligamen distal tibiofibular syndesmosis mengikat tibia dan fibula bersama-sama, dan cedera pada kompleks ini disebut dengan “high ankle sprains”. Cedera ini jarang terjadi pada populasi umum dan cenderung terjadi terutama pada atlet yang kompetitif. Mekanisme yang paling umum dari cedera ini adalah rotasi eksternal dan dorsofleksi pergelangan kaki (Melanson et al., 2018).

2.3.7 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Ankle Sprain

Anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat penting untuk diagnosis dan penatalaksanaan ankle sprain, karena dapat mengungkap derajat keparahan ankle sprain yang dialami pasien. Cedera ligamen dapat dinilai dengan mengamati pembengkakan dan kemampuan menahan berat badan, oleh karena itu anamnesis sangat penting untuk mengevaluasi cedera ankle.

Petunjuk diagnostik berikut dapat membantu mengidentifikasi seluruh rangkaian diagnostik yang penting: (Al-Mohrej et al., 2016).

1) Kemampuan pasien untuk berjalan setelah cedera, yang dapat membantu menilai tingkat keparahan cedera.

2) Mekanisme cedera pasien, yang dapat membantu pemeriksaan ankle sprain.

3) Fakta apakah pasien pernah mengalami cedera ankle sebelumnya atau tidak.

Pemeriksaan khusus harus dilakukan untuk mengidentifikasi sifat ankle sprain melalui test tertentu,seperti:

1) Talar tilt test: untuk menilai kelonggaran ligamen pergelangan kaki lateral, khususnya kelonggaran ligamen calcaneofibular. Tes ini dilakukan dengan menstabilkan tungkai kaki bagian distal dalam posisi netral semestara pemeriksa membalikkan pergelangan kaki. Tingkat inversi dibandingkan dengan pergelangan kaki yang tidak terluka (Melanson et al., 2018).

(34)

Gambar 2.7. Talar tilt test

Sumber: Al-Mohrej et al., 2016

2) Anterior drawer test: Stabilitas ATFL dapat dinilai dengan anterior drawer test. Cara melakukannya dengan menstabilkan tungkai kaki bagian distal dengan satu tangan sementara tangan lainnya memegang calcaneus.

Dengan kaki plantarfleksi sebesar 20 derajat, pemeriksa menarik ke depan pada calcaneus. Lebih dari 1cm terjemahan kaki yang cedera dibandingkan dengan kaki yang sehat menunjukkan adanya kelonggaran atau kelemahan ligamen. (Melanson et al., 2018).

Gambar 2.8. Anterior drawer test

(35)

3) Squeeze test dan External rotation stress test: pada tes ini kita dapat membuktikan adanya syndesmotic sprain. Squeeze test positif menghasilkan rasa sakit di area tibiofibular ketika pertengahan betis ditekan dan dilepaskan. Untuk melakukan External rotation stress test, putar kaki dorsofleksi secara eksternal. Nyeri dengan manuver ini menunjukkan hasil positif mengalami syndesmotic sprain (Melanson et al., 2018).

2.3.8 Evaluasi Ankle Sprain

Ottawa ankle rules telah terbukti akurat dalam memprediksi pasien dengan cedera ankle mana yang memerlukan rontgen. Ottawa ankle rules menyarankan radiografi pergelangan kaki dengan syarat rasa sakit pada area malleolar disertai dengan: (Melanson et al., 2018).

1) Nyeri tekan pada tepi posterior atau ujung dari lateral malleolus (6 cm distal fibula)

2) Nyeri tekan pada tepi posterior atau ujung dari medial malleolus (6 cm distal tibia)

3) Ketidakmampuan pasien untuk menopang berat badan dan berjalan 4 langkah setelah cedera pada saat evaluasi

Nyeri pada area midfoot disertai dengan:

1) Nyeri tekan pada bagian dasar dari metatarsal ke-5 2) Nyeri tekan di atas tulang navicular

3) Ketidakmampuan pasien untuk menopang berat badan dan berjalan 4 langkah setelah cedera pada saat evaluasi

2.3.9 Penanganan Ankle Sprain

Cedera ankle dapat dikelola secara konservatif menggunakan berbagai protokol RICE, imobilisasi, dan rehabililtasi.

(36)

a) Protokol RICE

4 prosedur utama perawatan cedera ankle: rest, ice, compression, elevation, yang dilakukan dalam 2-3 hari pertama. Melakukan cryotherapy dianjurkan hingga 20 menit setiap 2-3 jam. Untuk melakukan kompresi, penderita diberikan perban elastik untuk mengurangi pembengkakan. Untuk mengurangi pembengkakan dan untuk drainase vena dan limfatik yang lebih baik, pergelangan kaki yang cedera harus diangkat lebih tinggi dari jantung (Al-Mohrej et al., 2016).

Pada tahun 2014, Mirkin merubah sebagian pedoman RICE-nya, menyatakan bahwa ice dan rest total dapat menunda penyembuhan. Pada tahap inflamasi cedera pergelangan kaki akut, NSAIDs dapat digunakan sebagai gantinya (Al- Mohrej et al., 2016).

Dalam kombinasi dengan exercise therapy, cryotherapy memiliki efek yang lebih besar pada pengurangan pembengkakan dibandingkan dengan aplikasi panas. Kombinasi cryotherapy dan exercise juga menghasilkan perbaikan yang signifikan dalam fungsi pergelangan kaki dalam jangka pendek, memungkinkan pasien untuk meningkatkan beban selama melakukan weight bearing (Vuurberg et al., 2018).

b) Imobilisasi

Cedera ankle pada derajat 1 tidak memerlukan imobilisasi karena cedera dapat disembuhkan dengan baik dengan menggunakan perban elastik selama beberapa hari. Namun, cedera ankle derajat 2 kemungkinan membutuhkan dukungan dengan menggunakan perban elastik dan sebuah splint ankle selama beberapa hari pertama sampai ankle bebas rasa sakit. Pada derajat 3 mengontrol pergerakan pasien sangat disarankan. Pasien juga disarankan untuk menggunakan ankle rigid support dan plaster cast untuk mengurangi nyeri dan cedera selama imobilisasi singkat (1 minggu) (Al-Mohrej et al., 2016).

Meskipun banyak pasien lebih memilih imobilisasi cast, disarankan memulai fisioterapi sedini mungkin karena alasan berikut: untuk memberikan waktu bagi

(37)

meningkatkan dan mempertahankan rentang gerak; dan untuk meminimalkan resiko kekakuan dan pengurangan massa otot (Al-Mohrej et al, 2016).

c) Rehabilitasi

Jenis program exercise therapy atau rehabilitasi memiliki efek menguntungkan untuk mencegah ankle sprain berulang, mengurangi resiko ketidakstabilan fungsional dan mempercepat pemulihan fungsi sendi pergelangan kaki. (Vuurberg et al., 2018). Bleakley et al melaporkan memulai latihan rehabilitasi pada minggu pertama setelah cedera mengakibatkan manajemen nyeri efektif sebelumnya dan peningkatan fungsi dibandingkan dengan yang memulai latihan 1 minggu kemudian (Newsham, 2019).

Untuk cedera ankle derajat 1 dan 2, pasien harus memulai rehabilitasi fungsional ketika pembengkakan dan rasa sakit berkurang sehingga pasien dapat memulai latihan sederhana. Untuk mencegah terjadi nya ankle sprain berulang, program rehabilitasi harus berlangsung antara 3 minggu dan 6 minggu. Latihan gerak seperti foot circles, perenggangan tendon ringan, alphabet exercise, dorsofleksi, eversi, inversi, mengambil kelereng dengan jari-jari kaki, toe curcling,dan berjalan dianjurkan untuk membantu drainase limfatik. Selama program rehabilitasi fungsional, braces, perban elastik, taping, atau splints direkomendasi untuk mengurangi ketidakstabilan pergelangan kaki dan mengendalikan pembengkakan. (Al-Mohrej et al., 2016).

(38)

1. Baik 2. Cukup 3. Kurang 2.4 KERANGKA TEORI

Gambar 2.9. Kerangka teori

2.5 KERANGKA KONSEP Tingkat

Pengetahuan 1. Tahu 2. Memahami 3. Aplikasi 4. Analisis 5. Sintesis 6. Evaluasi

Pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi 1.Pendidikan 2.Pekerjaan 3.Usia

4.Faktor lingkungan 5.Sosial budaya

Ankle Sprain

Definisi

Epidemiologi k Etiologi

Faktor Resiko Klasifikasi

Mekanisme Anamnesis &

Pemeriksaan Fisik Evaluasi

Penanganan

Tingkat pengetahuan ankle sprain dan

penanganannya

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Dalam penelitian cross-sectional peneliti melakukan pengukuran variable pada satu saat tertentu. Dimana pengambilan data dilakukan hanya sekali saja (Sastroasmoro dan Ismael, 2014). Pengukuran setiap responden dilakukan melalui kuesioner sebagai data penelitian, sehingga akan diperoleh gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang ankle sprain dan penanganannya.

3.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2020 sampai Desember 2020.

Pengambilan data penelitian akan dilakukan pada bulan Agustus 2020 hingga jumlah sampel terpenuhi di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.3 POPULASI DAN SAMPEL 3.3.1 Populasi Penelitian

Jumlah populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2017, 2018, dan 2019 yang berjumlah 753 orang.

3.3.2 Sampel Penelitian

Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017, 2018, dan 2019 yang memiliki kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

(40)

A. Kriteria Inklusi

Mahasiswa/i FK USU aktif kuliah angkatan 2017, 2018, dan 2019 yang bersedia mengisi kuesioner.

B. Kriteria Eksklusi

a. Menolak untuk mengisi kuesioner b. Tidak mengisi kuesioner dengan lengkap 3.3.3 Besar Sampel

Pada penelitian ini besar sampel dihitung menggunakan rumus Slovin.

Rumus Slovin digunakan untuk menentukan besar sampel dari populasi yang sudah diketahui pasti jumlahnya, pada penelitian ini populasi sebanyak 753 orang.

Rumus Slovin tidak bisa digunakan jika jumlah populasi tidak diketahui pasti.

Rumus Slovin sebagai berikut:

Keterangan:

= Besar sampel 𝑁 = Jumlah populasi

𝑒 = Batas toleransi kesalahan (error)

Berdasarkan rumus slovin, maka besar sampel pada penelitian ini adalah:

= 753

1 753 0,05)2

= = 261,23 = 261 orang

(41)

Maka berdasarkan rumus di atas, pada penelitian ini jumlah sampel yang digunakan ada sebanyak 261 orang.

Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik Stratified Random Sampling. dimana jumlah sampel yang diperoleh akan dibagi merata untuk setiap tingkatan secara proporsional, yaitu:

a. Angkatan 2017: 253/753 x 261= 87,69= 88 orang b. Angkatan 2018: 255/753 x 261= 88,38= 88 orang c. Angkatan 2019: 245/753 x 261= 84,92= 85 orang

3.4 METODE PENGUMPULAN DATA 3.4.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari sampel penelitian.

Pengumpulan data tingkat pengetahuan mahasiswa/i FK USU tentang ankle sprain dan penanganannya dengan menggunakan instrumen kuesioner online berupa google form yang telah divalidasi (Lampiran E). Kuisioner memiliki 22 pertanyaan yang valid dan menggunakan skala ukur Guttman.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak fakultas mengenai jumlah mahasiswa/i angkatan 2017, 2018, 2019 yang aktif berkuliah di FK USU.

3.5 IDENTIFIKASI VARIABEL

Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang ankle sprain dan penanganannya.

(42)

3.6 METODE ANALISIS DATA

Pada penelitian ini, data yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan menggunakan program perangkat lunak statistik pada komputer. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan tahapan sebagai berikut:

1. Editing

Editing bertujuan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.

2. Coding

Data yang telah dikumpulkan dan telah diperiksa ketepatan dan kelengkapannya telah diberi kode secara manual sebelum diolah dengan komputer.

3. Entry

Setelah data dibersihkan dan diberi kode kemudian dimasukkan ke dalam program computer.

4. Cleaning

Semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer harus diperika kembali agar tidak terjadi kesalahan dalam pemasukan data.

5. Saving

Data disimpan dan siap dilakukan analisis data.

3.7 DEFINISI OPERASIONAL

Pengetahuan : Hasil penginderaan atau hasil tahu mahasiswa FK USU tentang ankle sprain dan penanganannya.

Cara Ukur : Angket

Alat Ukur : Kuesioner

(43)

Hasil ukur : Baik = 76%-100%

Cukup = 56%-75%%

Kurang = 0%-55%

Skala Pengukuran : Ordinal

3.8 ALUR PENELITIAN

Gambar 3.1. Alur Penelitian Mahasiswa/i FK USU Angkatan 2017,2018,2019 yang Memenuhi Kriteria

Inklusi dan Eksklusi

Pengisian dan Penilaian Kuesioner

Tingkat Pengetahuan

Hasil dan Pembahasan Penyebaran Kuesioner Secara

Online Melalui Google Form

Data ditabulasi

(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN

Sampel penelitian ini adalah mahasiswa/i Fakultas Kedokteran angkatan 2017, 2018, 2019. Sesuai dengan teknik pengambilan sampel yang ditentukan sebelumnya, maka jumlah sampel adalah 261 mahasiswa/i yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Sampel penelitian dibagi berdasarkan tahun angkatan sebanyak 88 mahasiswa/i angkatan 2017, 88 mahasiswa/i angkatan 2018, dan 85 mahasiswa/i angkatan 2019. Data yang lengkap mengenai karakteristik sampel dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini.

4.1.1 Distribusi Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Distribusi karakteristik sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat (Tabel 4.1) di bawah ini

Tabel 4.1 Distribusi karakteristik sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)

Laki-laki 85 32,6 %

Perempuan 176 67,4%

Total 261 100%

Dari tabel 4.1 di atas, terlihat bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini adalah perempuan sebanyak 176 orang (67,4%), kemudian diikuti oleh laki- laki sebanyak 85 orang (32,6%). Banyaknya responden berjenis kelamin perempuan disebabkan lebih banyak perempuan yang bersedia mengisi kuesioner penelitian ini dan pada populasi yang diteliti lebih besar jumlah mahasiswi dibandingkan jumlah mahasiswa.

(45)

4.1.2 Distribusi Karakterisitik Sampel Penelitian Berdasarkan Usia

Distribusi karakteristik sampel penelitian berdasarkan usia dapat dilihat (Tabel 4.2) dibawah ini

Tabel 4.2 Distribusi karakteristik sampel penelitian berdasarkan usia

Usia (Tahun) Jumlah (n) Persentase (%)

17 1 0,4 %

18 16 6,1 %

19 75 28,7 %

20 97 37,2 %

21 60 23 %

22 10 3,8%

23 2 0,8%

Total 261 100 %

Berdasarkan distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia pada tabel 4.2 di atas, mayoritas responden dalam penelitian ini berusia 20 tahun sebanyak 97 orang (37,2%), diikuti 19 tahun sebanyak 75 orang (28,7%), 21 tahun sebanyak 60 orang (23%), 18 tahun sebanyak 16 orang (6,1%), 22 tahun sebanyak 10 orang (3,8%), 23 tahun sebanyak 2 orang (0,8%), dan yang paling sedikit berusia 17 tahun sebanyak 1 orang (0,4%).

Bervariasinya karakteristik sampel penelitian berdasarkan usia dikarenakan sampel yang di ambil dari mahasiswa/i FK USU dengan tahun angkatan yang berbeda beda, yaitu angkatan 2017, angkatan 2018, dan angkatan 2019.

(46)

4.1.3 Distribusi Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Tahun Angkatan

Distribusi karakteristik sampel penelitian berdasarkan tahun angkatan dapat dilihat (Tabel 4.3) dibawah ini

Tabel 4.3 Distribusi karakteristik sampel penelitian berdasarkan tahun angkatan

Angkatan Jumlah (n) Persentase (%)

2017 88 33,7 %

2018 88 33,7 %

2019 85 32,6 %

Total 261 100 %

Dari tabel 4.3 di atas, terlihat bahwa sampel dari angkatan yang berbeda beda. Pada angkatan 2017 berjumlah 88 orang (33,7%), angkatan 2018 berjumlah 88 orang (33,7%), dan angkatan 2019 berjumlah 85 orang (32,6%). Pada penelitian ini peneliti menghitung besar sampel menggunakan rumus Slovin dan teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik Stratified Random Sampling, sehingga dihasilkan distribusi karakteristik sampel penelitian berdasarkan tahun angkatan seperti tabel 4.3 di atas.

4.1.4 Distribusi Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Ada atau Tidak ada Riwayat Cedera Ankle

Distribusi karakteristik sampel penelitian berdasarkan ada atau tidak ada riwayat cedera ankle dapat dilihat (Tabel 4.4) dibawah ini.

Tabel 4.4 Distribusi karakteristik sampel penelitian berdasarkan ada atau tidak ada riwayat cedera ankle

Riwayat Cedera Ankle Jumlah (n) Persentase (%)

Pernah 95 36,4%

Tidak Pernah 166 63,6%

Total 261 100%

(47)

Dari tabel 4.4 di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden belum pernah mengalami cedera ankle, yaitu sebanyak 166 (63,6%) responden.

Sedangkan 95 (36,4%) responden pernah mengalami cedera ankle sebelumnya 4.2 TINGKAT PENGETAHUAN RESPONDEN

Tingkat pengetahuan mahasiswa/i FK USU angkatan 2017, 2018, 2019 dapat dilihat (Tabel 4.5) di bawah ini

Tabel 4.5 Tingkat pengetahuan mahasiswa/i FK USU tentang ankle sprain dan penanganannya

Tingkat Pengetahuan Jumlah (n) Persentase (%)

Baik 134 51,3 %

Cukup 113 43,3 %

Kurang 14 5,4 %

Total 261 100 %

Berdasarkan kerangka teori pada penelitian ini maka dapat kita lihat bahwa tingkat pengetahuan ada 6 yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dari hasil yang didapatkan bahwa penelitian ini tidak bisa mengkategorikan tingkat pengetahuan mana responden berada dikarenakan 6 tingkatan pengetahuan itu tidak ada nilai mengkategorikannya. Namun pada kuesioner penelitian ini mempunyai level kognitif yang berbeda-beda tiap butir soal yaitu berada di level kognitif tahu, memahami, aplikasi, dan analisis sehingga kuesioner penelitian ini sudah mencakupi sebagian level kognitif tingkat pengetahuan. Jadi untuk menilai tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dikategorikan dalam 3 kategori yaitu baik, cukup, dan kurang.

Seorang responden dikatakan memiliki pengetahuan baik jika pertanyaan yang dijawab benar sebanyak ≥76%, sedangkan seorang responden dikatakan memiliki pengetahuan cukup jika pertanyaan yang dijawab benar berada di antara 56% sampai 75%. Jika responden menjawab pertanyaan benar sebanyak ≤55%, maka dikatakan memiliki pengetahuan yang kurang. (Masturoh dan Anggita,

(48)

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas mahasiswa/i FK USU memiliki pengetahuan dengan kategori baik sebanyak 134 responden (51,3%), diikuti sebanyak 113 responden (43,3%) memiliki tingkat pengetahuan cukup, serta sebanyak 14 responden (5,4%) memiliki tingkat pengetahuan kurang.

Menurut Notoatmodjo (dalam Wawan dan Dewi (2010), ada beberapa faktor yang memengaruhi pengetahuan yaitu pendidikan, pekerjaan, usia, pengalaman, faktor lingkungan, dan sosial budaya.

4.2.1 Distribusi Frekuensi Hasil per Pertanyaan

Berikut adalah hasil distribusi frekuensi per pertanyaan oleh 261 responden:

a. Distribusi frekuensi berdasarkan pertanyaan nomor 1

Untuk pertanyaan nomor 1 aspek yang dinilai adalah pengetahuan definisi ankle sprain yang menggunakan pernyataan favorable yakni “Ankle sprain adalah cedera berupa robekan pada ligamen pada sendi pergelangan kaki”

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi pertanyaan nomor 1

Frekuensi Persentase

Benar 214 82%

Salah 47 18%

Total 261 100%

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, sebanyak 214 responden atau 82% dari 261 responden menjawab dengan benar dan 47 responden atau 18% dari 261 responden menjawab dengan salah.

b. Distribusi frekuensi berdasarkan pertanyaan nomor 2

Untuk pertanyaan nomor 2 aspek yang dinilai adalah pengetahuan definisi ankle sprain yang menggunakan pernyataan unfavorable yakni “Ankle sprain adalah cedera berupa robekan pada otot maupun tendon di pergelangan kaki”

(49)

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi pertanyaan nomor 2

Frekuensi Persentase

Benar 141 54%

Salah 120 46%

Total 261 100%

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, sebanyak 141 responden atau 54% dari 261 responden menjawab soal dengan benar dan 120 responden atau 46% dari 261 responden menjawab soal dengan salah.

Peneliti memberikan pertanyaan nomor 1 dan 2 bertujuan untuk melihat apakah responden dapat membedakan ankle sprain dengan ankle strain secara definisi. Dari hasil jawaban responden pada pertanyaan nomor 2 bahwa hampir setengah total sampel yaitu sebanyak 46% dari 261 responden menjawab salah, bisa di simpulkan bahwa sampel yang menjawab dengan salah tidak dapat membedakan antara ankle sprain dengan ankle strain.

c. Distribusi frekuensi berdasarkan pertanyaan nomor 3

Untuk pertanyaan nomor 3 aspek yang dinilai adalah pengetahuan epidemiologi ankle sprain yang menggunakan pernyataan unfavorable yakni

“Ankle sprain paling sering terjadi pada pergelangan kaki bagian medial”

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi pertanyaan nomor 3

Frekuensi Persentase

Benar 151 57,9%

Salah 110 42,1%

Total 261 100%

Berdasarkan tabel 4.8 di atas, sebanyak 151 responden atau 57,9% dari 261 responden menjawab soal dengan benar dan 110 responden atau 42,1% dari 261 responden menjawab soal dengan salah.

(50)

d. Distribusi frekuensi berdasarkan pertanyaan nomor 4

Untuk pertanyaan nomor 4 aspek yang dinilai adalah epidemiologi ankle sprain yang menggunakan pernyataan favorable yakni “Ankle sprain paling sering terjadi pada pergelangan kaki bagian lateral”

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi pertanyaan nomor 4

Frekuensi Persentase

Benar 181 69,3%

Salah 80 30,7%

Total 261 100%

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, sebanyak 181 responden atau 69,3% dari 261 responden menjawab soal dengan benar dan 80 responden atau 30,7% dari 261 responden manjawab soal dengan salah.

Dari pertanyaan nomor 3 dan 4 bisa disimpulkan bahwa mayoritas responden menjawab soal dengan benar dan mengetahui bahwa ankle sprain paling sering terjadi pada pergelangan kaki bagian lateral tetapi pada soal nomor 3 hampir dari setengah total sampel menjawab dengan salah yaitu sebesar 42,1%. Di antara semua cedera ankle, ankle sprain adalah yang paling umum dan memberi angka sekitar 80%. Di antaranya 77% adalah lateral ankle sprain. (Al-Mohrej et al., 2016)

e. Distribusi frekuensi berdasarkan pertanyaan nomor 5

Untuk pertanyaan nomor 5 aspek yang dinilai adalah pengetahuan tentang mekanisme terjadinya ankle sprain yang menggunakan pernyataan favorable yakni “Cedera ini disebabkan oleh karena adanya penekanan melakukan gerakan membelok secara tiba-tiba pada pergelangan kaki”

(51)

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi pertanyaan nomor 5

Frekuensi Persentase

Benar 255 97,7%

Salah 6 2,3%

Total 261 100%

Berdasarkan tabel 4.10 di atas, sebanyak 255 responden atau 97,7% dari 261 responden menjawab pertanyaan dengan benar dan 6 responden atau 2,3%

dari 261 responden menjawab pertanyaan dengan salah.

f. Distribusi karakteristik berdasarkan pertanyaan nomor 6

Untuk pertanyaan nomor 6 aspek yang dinilai adalah mekanisme terjadinya ankle sprain yang menggunakan pernyataan unfavorable yakni “Cedera ini disebabkan oleh tekanan tingkat rendah yang berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama pada pergelangan kaki”

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi pertanyaan nomor 6

Frekuensi Persentase

Benar 162 62,1%

Salah 99 37,9%

Total 261 100%

Berdasarkan tabel 4.11 di atas, sebanyak 162 responden atau 62,1% dari 261 responden menjawab pertanyaan dengan benar dan 99 responden atau 37,9%

dari 261 responden menjawab pertanyaan dengan salah.

Pertanyaan nomor 5 dan 6 bertujuan untuk melihat pengetahuan responden tentang mekanisme terjadinya ankle sprain. Dari hasil jawaban pertanyaan nomor 5 dan 6 bahwa mayoritas responden menjawab soal dengan benar dan mengetahui bahwa cedera ankle disebabkan oleh karena adanya penekanan melakukan gerakan membelok secara tiba-tiba pada pergelangan kaki.

(52)

g. Distibusi karakteristik berdasarkan pertanyaan nomor 7

Untuk pertanyaan nomor 7 aspek yang dinilai adalah pengetahuan tentang faktor resiko ankle sprain yang menggunakan pernyataan favorable yakni

“Olahraga dengan karakteristik berlari dan melompat memiliki resiko ankle sprain yang tinggi”

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi pertanyaan nomor 7

Frekuensi Persentase

Benar 256 98,1%

Salah 5 1,9%

Total 261 100%

Berdasarkan tabel 4.12 di atas, sebanyak 256 orang atau 98,1 % dari 261 responden menjawab pertanyaan dengan benar dan 5 responden atau 1,9% dari 261 responden menjawab pertanyaan dengan salah.

h. Distribusi karakteristik berdasarkan pertanyaan nomor 8

Untuk pertanyaan nomor 8 aspek yang dinilai adalah pengetahuan tentang faktor resiko ankle sprain yang menggunakan pernyataan favorable yakni

“Riwayat ankle sprain sebelumnya merupakan salah satu faktor resiko terkuat untuk ankle sprain di masa yang akan datang”

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi pertanyaan nomor 8

Frekuensi Persentase

Benar 227 87%

Salah 34 13%

Total 261 100%

Berdasarkan tabel 4.13 di atas, sebanyak 227 responden atau 87% dari 261 responden menjawab pertanyaan dengan benar dan 34 responden atau 13% dari 261 responden menjawab pertanyaaan dengan salah.

(53)

Pertanyaan nomor 7 dan 8 bertujuan untuk melihat pengetahuan responden mengenai faktor resiko terjadinya ankle sprain. Dari hasil jawaban pertanyaan nomor 7 dan 8 bahwa mayoritas responden menjawab soal dengan benar dan mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ankle sprain.

i. Distribusi karakterisitik berdasarkan pertanyaan nomor 9

Untuk pertanyaan nomor 9 aspek yang dinilai adalah pengetahuan tentang derajat keparahan ankle sprain yang menggunakan pernyataan unfavorable yakni

“Cedera ringan ditandai dengan bengkak terlokalisir, ekimosis, nyeri tekan pergelangan kaki anterolateral/anteromedial, kelemahan/kelonggaran ankle dapat dijumpai atau tidak dijumpai”

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi pertanyaan nomor 9

Frekuensi Persentase

Benar 76 29,1%

Salah 185 70,9%

Total 261 100%

Berdasarkan tabel 4.14 di atas, sebanyak 76 responden atau 29,1% dari 261 responden menjawab soal dengan benar dan 185 responden atau 70,9% dari 261 responden menjawab soal dengan salah.

j. Distribusi karakteristik berdasarkan pertanyaan nomor 10

Untuk pertanyaan nomor 10 aspek yang dinilai adalah pengetahuan tentang derajat keparahan ankle sprain yang menggunakan pernyataan unfavorable yakni

“Derajat sedang ditandai dengan bengkak ringan, tidak ada kelemahan pergelangan kaki, sedikit ekimosis, kesulit menahan berat badan secara penuh”

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi pertanyaan nomor 10

Frekuensi Persentase

Benar 77 29,5%

Salah 184 70,5%

Total 261 100%

(54)

Berdasarkan tabel 4.15 di atas, sebanyak 77 responden atau 29,5% dari 261 responden menjawab soal dengan benar dan 184 responden atau 70,5% dari 261 responden menjawab soal dengan salah.

k. Distribusi karakterisitik berdasarkan pertanyaan nomor 11

Untuk pertanyaan nomor 11 aspek yang dinilai adalah pengetahuan tentang derajat keparahan ankle sprain yang menggunakan pernyataan favorable yakni

“Derajat berat di tandai nyeri tekan, bengkak, ekimosis pada sisi lateral/medial pergelangan kaki dan tumit, dijumpai kelemahan/kelonggaran pergelangan kaki.

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi pertanyaan nomor 11

Frekuensi Persentase

Benar 241 92,3%

Salah 20 7,7%

Total 261 100%

Berdasarkan tabel 4.16 di atas, sebanyak 241 responden atau 92,3% dari 261 responden menjawab soal dengan benar dan 20 responden atau 7,7% dari 261 responden menjawab soal dengan salah.

Pertanyaan nomor 9, 10, dan 11 bertujuan untuk melihat pengetahuan responden mengenai derajat keparahan ankle sprain. Dihasilkan mayoritas responden menjawab benar pada nomor 11 mengenai cedera berat pada ankle sprain, namun pada pertanyaan unfavorable nomor 9 dan 10 mayoritas responden menjawab salah. Bisa disimpulkan bahwa mayoritas responden tidak bisa membedakan ankle sprain derajat ringan dan sedang. Menurut peneliti hal tersebut disebabkan ciri-ciri ankle sprain derajat ringan dan sedang sangat mirip.

l. Distribusi karakteristik berdasarkan pertanyaan nomor 12

Untuk pertanyaan nomor 12 aspek yang dinilai adalah pengetahuan penanganan ankle sprain yang menggunakan pernyataan favorable yakni

“Penanganan ankle sprain menggunakan protokol RICE (Rest, Ice, Compression,

Referensi

Dokumen terkait

Pada kondisi ini, caregiver keluarga kanker payudara diharapkan dapat menerapkan adaptasi yang baik dalam menghadapi stressor mereka baik fisik ataupun psikososial dan

Pada analisis opini publik internal terhadap fungsi dan tugas PR, terlihat bahwa pada kenyataannya para karyawan memiliki pandangan atau opini yang baik yaitu bahwa PR

Rumus Pogson untuk magnitudo bolometrik : mbol = - 2,5 log Ebol + Cbol Cbol adalah tetapan, sedangkan magnitudo mutlak bolometriknya : Mbol = -2,5 log E’bol + Cbol L E'bol = 4 10

ANSI/ASQC ZI.9 dan MIL-STD 414 ì   ANSI/ASQC ZI.9 adalah perencanaan sample yang berdasar pada AQL yang mengasumsikan bahwa distribusi normal dengan menggunakan variabel acak ì

Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap angka kebuntingan setelah dilakukan sinkronisasi estrus di Kabupaten Lampung Tengah adalah jumlah pemberian hijauan yang

Penjualan distro Arkais masih dilakukan dengan cara manual, seperti data barang, transaksi penjualan dan laporan penjualan, karena pada distro Arkais tidak

Berdasarkan hasil penelitian Sari (2016) siswa berkemampuan matematika tinggi untuk menemukan jawaban tes pemecahan masalah matematika, ia bisa menyelesaikan dengan cara

karena adanya keperluan mendesak untuk mendapatkan uang, maka jalan yang ditempuh dengan melakukan gadai tanah. Sama halnya juga di temukan di Jorong Kajai bahwa