• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Ajar. PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Sebagai Acuan Nilai-nilai Karakter

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Buku Ajar. PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Sebagai Acuan Nilai-nilai Karakter"

Copied!
258
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Buku Ajar

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD

Sebagai Acuan Nilai-nilai Karakter

Dr. Hj. Herwina Bahar, MA Siska Kusumawardani, M.Pd

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UMJ

(3)

Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Sebagai Acuan Nilai-nilai Karakter

Penulis:

Dr. Herwina Bahar, MA Siska Kusumawardani, M.Pd

Editor:

Dr. Diah Andika Sari, M.Pd

ISBN: 978-602-50809-4-4

Penerbit:

Fakultas Ilmu Pendidikan UMJ

Jln. KH. Ahmad Dahlan Cireudeu-Ciputat Jakarta Selatan Tel +622 1744 2028

Fax +622 1744 2330 E-Mail fip_umj@yahoo.co.id

Cetakan Kedua, Maret 2019

Hak Cipta Dilindungi undang-undang

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan cara apapun tanpa izin tertulis

dari penerbit

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia kepada kita, sehingga masih tetap dalam lindunganNya dan memiliki kekuatan dalam berkontribusi pada pengembanan dand khazanah keilmuan.

Perkuliahan merupakan bagian dari Tridarma atau Catur Darma Perguruan Tinggi, proses pembelajaran ini membutuhkan sumber atau referensi yang jelas dalam mengarahkan dan memotivasi mahasiswa untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi keilmuan. Dibutuhkan bahan ajar yang relevan dalam mendukung demi terciptanya suatu pengetahuan yang komprehensip.

Buku ajar yang berjudul: Pembelajaran Tematik di SD yang berorientasi pada kurikulum Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) yang menggambarkan capaian pembelajaran yang jelas dan terukur. Kehadiran buku ini sangat disambut baik dan bermanfaat sebagai reference bagi dosen dan mahasiswa dalam memahami konsep pembelajaran tematik di SD, diharapkan dapat menjawab persoalan problematika pembelajaran di SD dan memberikan solusi terhadap permasalahan- permasalahan proses pembelajaranan, khususnya bagi guru. Selama pembuatan buku ajar ini kami juga mendapat banyak dukungan dan juga bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu kami hanturkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syaiful Bahri, SH, MH, Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta yang memberikan motivasi dalam penyusunan buku ini.

2. Ibu Dr. Ir. Paristiyanti Nurwardani, MP, Direktur Pembelajaran pada Direktoran Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi yang telah memberikan dukungan dalam kelancaran penyusunan buku ajar ini.

3. Semua pihak keluarga yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu

memberikan motivasi dalam penyusunan buku ajar ini.

(5)

4. Teman-teman dosen yang telah membantu memberikan arahan, masukan dalam penyusunan buku ajar ini.

Demikian Buku ajar ini dirancang dan dibuat agar dapat memberikan sumbangsih kepada dunia Pendidikan dengan melihat problem dan isu-isu baru pendidikan. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki buku ajar ini. Buku ajar ini sulit untuk dapat terwujud, tanpa bantuan dan motivasi, khususnya motivasi serta kritik membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga buku ajar yang disajikan khusus untuk para mahasiswa dan civitas akademika ini dapat bermanfaat, juga bagi masyarakat pada umumnya. Sekali lagi kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan di masa mendatang. Semoga Allah SWT meridhai karya kecil ini, sebagai sumbangsih untuk umat dan bangsa.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 27 Maret 2019

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

BAB II Pembelajaran Terpadu 5

A. Konsep pembelajaran terpadu 7

B. Prinsip-prinsip pembelajaran terpadu 11

C. Landasan-landasan pembelajaran terpadu 14

D. Karakteristik pembelajaran terpadu 18

E. Model pembelajaran terpadu 25

F. Latihan Soal Bab 2 40

G. Petunjuk Jawaban Latihan Soal Bab 2 40

H. Rangkuman 41

Tes Formatif 1 42

Tindak Lanjut 49

Kunci Jawaban Tes 50

BAB III Pembelajaran Tematik 51

A. Definisi pembelajaran tematik 55

B. Latar Belakang pembelajaran tematik 58

C. Pentingnya pembelajaran tematik 62

D. Karakteristik pembelajaran tematik 70

E. Prinsip pembelajaran tematik 70

F. Rambu-rambu pembelajaran tematik 74

G. Latihan Soal Bab 3 74

H. Petunjuk Jawaban Latihan Soal Bab 3 75

I. Rangkuman 75

Tes Formatif 2 77

Tindak Lanjut 85

(7)

Kunci Jawaban Tes 86

BAB IV Landasan Pembelajaran Tematik 87

A. Landasan Pembelajaran Tematik 88

B. Landasan Filosofi 90

C. Landasan Psikologis 95

D. Landasan Yuridis 98

E. Latihan Soal Bab 4 101

F. Petunjuk Jawabam Latihan Soal Bab 4 101

G. Rangkuman 102

Tes Formatif 3 103

Tindak Lanjut 109

Kunci Jawaban Tes 110

BAB V Teori Pembelajaran Tematik 111

A. Teori Pembelajaran Tematik 112

B. Teori Pembelajaran Kontruktivisme 113

C. Jean Piaget 124

D. Sosio-Multikultural 127

E. Latihan Soal Bab 5 132

F. Petunjuk Jawabam Latihan Soal Bab 5 132

G. Rangkuman 132

Tes Formatif 5 134

Tindak Lanjut 141

Kunci Jawaban Tes 142

BAB VI Penyusunan Dan Pengembangan Perangkat Pembelajaran Tematik

143

A. Definisi Perangkat Pembelajaran 145

B. Macam-macam Perangkat Pembelajaran Tematik 146

C. Menyusun Tahap-tahap Pembelajaran Tematik 149

(8)

D. Latihan Soal Bab 6 181

E. Petunjuk Jawabam Latihan Soal Bab 6 181

F. Rangkuman 181

Tes Formatif 6 183

Tindak Lanjut 188

Kunci Jawaban Tes 189

BAB VII Evaluasi Pembelajaran Tematik 190

A. Definisi, Klasifikasi Ketepatan Evaluasi Pembelajaran Tematik 191 B. Prinsip-prinsip Evaluasi Pembelajaran Tematik 192

C. Penyusunan Instrumen Penilaian 193

D. Macam-macam Instrumen Penilaian 197

E. Instrumen Pengetahuan (Kognitif), Afektif, Sosial dan Keterampilan

200

F. Latihan Soal Bab 7 219

G. Petunjuk Jawabam Latihan Soal Bab 7 220

H. Rangkuman 221

Tes Formatif 7 222

Tindak Lanjut 228

Kunci Jawaban Tes 229

BAB VIII Integrasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Pembelajaran Tematik

230

A. Konsep Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Pembelajaran Tematik

232

B. Tujuan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Pembelajaran Tematik

236

C. Pengintergrasian Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Pembelajaran Tematik

237

D. Latihan Soal Bab 8 242

Petunjuk Jawaban Latihan Soal Bab 8 242

(9)

Rangkuman 242 Tes Formatif 8

Tindak Lanjut Kunci Jawaban Tes

DAFTAR PUSTAKA 244

(10)

erkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sangat membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas, untuk itu pemerintah terus berupaya memperhatikan perkembangan SDM dan terus mengembangkan kulitas kehidupan bangsa melalui inovas pendidikan yang berkemajuan. Hal tersebut sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional yang tertuang dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 Bab 2, pasal 3, yang menyatakan, Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kehidupan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokritis serta bertanggung jawab. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Proses perkuliahan merupakan bagian dari tridarma atau catur darma perguruan tinggi. Proses pembelajaran membutuhkan sumber atau referensi yang jelas dalam perkuliahan, untuk itu dibutuhkan bahan ajar yang relevan dan mendukung untuk terciptanya suatu pengetahuan yang komprehenship dan tercapainya capaian pembelajaran yang ditentukan.

Bahan ajar merupakan salah satu bentuk bahan yang digunakan dalam membantu guru, mahasiswa maupun dosen dalam

P

BAB I PENDAHULUAN

(11)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 2 melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Untuk mendukung proses pembelajaran yang optimal dibutuhkan bahan ajar yang mendukung dan aktual sesuai kebutuhan mahasiswa. Keterbatasan bahan ajar tentang mata kuliah pembelajaran tematik di SD, menjadi landasan bagi penulis untuk menerbitkan buku ini sebagai buku referensi bagi para mahasiswa yang akan mengikuti mata kuliah Pembelajaran Tematik di SD. Sekaligus bermaksud untuk memenuhi kebutuhan para mahasiswa untuk membahas materi pada mata kuliah Pembelajaran Tematik di SD.

Selain itu buku ini dilengkapi dengan acuan dalam penanaman nilai-nilai karakter bagi siswa, dirancang dan dipersiapkan bagi kalangan calon pendidik dan pendidik dalam melaksanakan tugasnya, dengan implementasi pembelajaran yang diintegrasikan dengan topik/tema tertentu. Secara teknis buku ini dilengkapi dengan berbagaimacam instrumen pembelajaran yang dapat membantu para dosen pengampu mata kuliah tematik dalam mepersiapkan instrument. Kelengkapan pembelajaran sebagaimana disebutkan di atas tidak bermaksud untuk membelenggu kreatifitas dosen, tetapi sebagai alternative dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran.

Model pembelajaran tematik pada hakikatnya merupakan bagian model pembelajaran terpadu, yaitu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan autentik. Untuk itu dalam persiapannya dibutuhkan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan tema yang dikembangkan.

Pada buku ini akan diuraikan deskripsi mata kuliah sesuai dengan RPS yang telah dirancang sesuai kurikulum KKNI, yakni sebagai berikut;

(12)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 3 A. DESKRIPSI MATA KULIAH

1. CPL Capaian Pembelajaran Lulusan SIKAP

1) Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri

KETERAMPILAN UMUM

2) Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur 3) Mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks

penyelesaian masalah di bidang keahliannya, berdasarkan hasil analisis informasi dan data

PENGETAHUAN

4) Mengusai tujuan, isi, penglaman belajar, dan penilaian dalam lurikukulum satuan Pendidikan

5) Menguasai konsep dan metode keilmuan yang menaungi substansi bidang kajian

2. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) a. Memahami Konsep Pembelajaran Terpadu b. Memahami Konsep Pembelajaran Tematik c. Memahami Landasan Pembelajaran Tematik d. Memahami Teori Pembelajaran Tematik

e. Memahami Penyusunan Dan Pengembangan Perangkat Pembelajaran Tematik

f. Memahami Evaluasi Pembelajaran Tematik

g. Integrasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) pada Pembelajaran Tematik

3. Deskripsi Mata Kuliah

Mata Kuliah pembelajaran tematik di SD diorientasikan bahwa mahasiswa harus melakukan diskusi, merancang pembelajaran, simulasi dan feedback mengenai pembelajaran tematik yang

(13)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 4 dirterapkan di SD, mengkaji mengenai pembelajaran tematik secara konseptual dan implementasinya dalam kegatan pembelajaran.

4. Pokok Materi

1) Konsep pembelajaran terpadu 2) Konsep pembelajaran tematik 3) Landasan pembelajaran tematik

4) Tokoh dalam teori pembelajaran tematik

5) Penyusunan dan pengembangan perangkat pembelajaran tematik

6) Evaluasi pembelajaran tematik

7) Integrasi Penguatan Pendidikan Karakter pembelajaran tematik di SD

8) Simulasi pembelajaran tematik SD khususnya kelas I – III

5. Metode dan Media Pembelajaran

Metode: Ekspository, Praktek, Simulasi, Problem Solving, Micro Teaching, Jigsaw, Diskusi, observasi, Refleksi dan mind Mapping.

Media Pembelajaran:

Video Pembelajaran Tematik, Power point, green Garden, issue aptudate yang relevan dan alam sekitar.

(14)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 5 Pada BAB ini, mahasiswa maupun dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran Terpadu. Dalam BAB ini dapat diuraian dari capaian pembelajaran mata kuliah (CPMK) sebagai berikut;

1. Konsep pembelajaran terpadu.

2. Prinsip-prinsip pembelajaran terpadu.

3. Landasan–landasan pembelajaran terpadu.

4. Karakteristik pembelajaran terpadu.

5. Model-model pembelajaran teradu.

Petunjuk penggunaan buku pada BAB II ini, sebagai berikut:

1. Cermati bagian pendahuluan buku ini untuk lebih lanjut memahami isi buku pada BAB selanjutnya.

2. Setelah anda mencermati isi BAB II ini, selanjutnya buatlah catatan dan mind mapping atau peta konsep untuk memudahkan pemahaman anda terhadap intisari pembahasan pada BAB ini.

3. Catatan pada masing pointers dapat anda diskusikan dengan teman sejawat atau dosen pengampu matakuliah.

4. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang relevan. Anda dapat menemukan bacaan dari berbagai sumber, termasuk dari internet.

5. Tingkatkan pemahaman Anda dengan mengerjakan latihan dan diskusi dalam kegiatan tutorial dengan mahasiswa lainnya atau teman sejawat.

6. Jangan dilewatkan untuk mencoba menjawab soal-soal yang dituliskan pada setiap BAB. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah Anda sudah memahami dengan benar kandungan BAB II ini.

BAB II PEMBELAJARAN TERPADU

(15)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 6 ebelum memasuki sekolah dasar, anak terbiasa memandang dan mempelajari segala peristiwa yang terjadi di sekitarnya atau yang dialaminya sebagai suatu kesatuan yang utuh (holistik), mereka tidak melihat semua itu secara parsial (terpisah-pisah). Tapi pada kenyataannya, ketika memasuki situasi belajar secara formal di bangku sekolah dasar, mereka disuguhi oleh berbagai ilmu atau mata pelajaran yang terpisah satu sama lain sehingga mereka terkadang mengalami kesulitan untuk memahami fenomena yang terjadi di lingkungan masyarakat dan alam sekitarnya. Penyelenggaraan pendidikan dengan menekankan pada pembelajaran yang memisahkan penyajian antar satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya akan mengakibatkan permasalahan yang cukup serius terutama bagi siswa usia sekolah dasar (Asep, 2000:11).

Fenomena praktek pendidikan di sekolah dasar yang terjadi selama ini menunjukkan kecenderungan kuat dalam pengkotak-kotakan bidang studi yang ketat, terutama kelas tinggi, pembelajaran hanya menekankan pada dampak instruksional, sistem evaluasi menekankan pada reproduksi informasi. Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini dan pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang pesat (Unik, 2008). Pada umumnya anak SD kelas rendah masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (berpikir holistik) dan memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkret dan pengalaman yang dialami secara langsung.

Pada dasarnya pembelajaran terpadu dikembangkan untuk menciptakan pembelajaran yang di dalamnya siswa sendiri aktif secara mental membangun pengetahuannya yang dilandasi oleh struktur kognitif yang telah dimilikinya. Pendidik lebih berperan sebagai

S

(16)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 7 fasilitator dan mediator pembelajaran. Penekanan tentang belajar dan mengajar lebih berfokus pada suksesnya siswa mengorganisasi pengalaman mereka, bukan

ketepatan siswa dalam melakukan replikasi atas apa yang dilakukan pendidik.

Pendukung gaya belajar dengan pendekatan terintegrasi berakar dari tradisi pendidikan progresif, inspirasi dari tokoh filsafat yaitu Friedrich Froebel, Yohanes Dewey, Piaget Jean, dan Rudolf Steiner (Compton, 2000). Menurut aliran progresif, anak merupakan satu kesatuan yang utuh, perkembangan emosi dan sosial sama pentingnya dengan perkembangan intelektual. Jonh

Dewey mengungkapkan

bahwa Education is growth, development, and life. Hal ini berarti bahwa proses pendidikan itu tidak mempunyai tujuan di luar dirinya,

tetapi terdapat dalam pendidikan itu sendiri. Proses pendidikan juga bersifat kontinu dan merupakan reorganisasi, rekonstruksi, dan pengetahuan pengalaman hidup. (Sukmadinata, 2002)

A. Konsep Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat dilakukan sebagai pendekatan belajar-mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada

Pembelajaran terpadu adalah system pembelajaran yang dapat memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistic, bermakna, dan otentik.

Kata Kunci

(17)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 8 anak. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, anak akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami. Kegiatan pembelajaran terpadu memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian, paling tidak pelaksanaan belajar mengajar dengan cara ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, materi beberapa mata pelajaran disajikan dalam tiap pertemuan sedangkan cara yang kedua, tiap kali pertemuan hanya menyajikan satu jenis mata pelajaran. Pada cara kedua ini, keterpaduannya diikat dengan satu tema pemersatu.

Pengembangan model pembelajarann saat ini semakin menununjukkan kemajuan, dengan menggunakan metode-metode pembelajaran yang mengarah pada peningkatan mutu pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut Wolfinger (dalam Hernawan, 2011: 41) terdapat dua istilah yang secara teoritis memiliki hubungan yang saling terkait dan ketergantungan satu dan lainnya, yaitu integrated learning (pembelajaran terpadu) dan integrated curriculum (kurikulum terpadu).

Istilah pembelajaran terpadu berasal dari kata integreted teaching and learning atau integreted curriculum approach. Konsep ini telah lama dikemukakan oleh John Dewey sebagai usaha untuk mengintegrasikan perkembangan dan pertumbuhan siswa maupun kemampuan pengetahuannya (Beans dalam Sa’ud, dkk, 2006:4).

Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa peristiwa otentik atau eksplorasi topik / tema menjadi pengendali didalam kegiatan pembelajaran. Dengan berpartisipasi di dalam eksplorasi tema / peristiwa tersebut siswa belajar sekaligus proses dan isi beberapa mata pelajaran secara serempak.

Sejalan dengan pendapat di atas menurut Hadisubroto (2000), pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang

(18)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 9 dilakukan spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar anak, maka pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Menurut Collins (dalam Hadisubrata, 2000:27), mengatakan:

“integrated learning occurs when an autbentic event or exploration of a topics the driving force in the curriculum. By participating in the event I topic exploration, student learn both the processes and content relating, to more then curriculum area at the same time”.

Apabila dikaitkan dengan tingkat perkembangan anak, pembelajaran terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang memperhatikan dan menyesuaikan pemberian konsep sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Pendekatan berangkat dari teori pembelajaran yang menolak drill-system sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak (Depdikbud, 1996 dalam prabowo, 2000).

Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan mulai dari tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) sampai dengan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Model pembelajaran ini pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik.

Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan (Depdiknas, 2006).

Adapun menurut ujang sukandi, dkk (2001:3), pengajaran terpadu pada dasarnya dimaksudkan sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema.

Dengan demikian, pelaksanaan kegiatn belajar mengajar dengan cara ini dapat dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi pembelajaran disajikan tiap pertemuan.

(19)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 10 Udin Syaefudin (2006:4) menyatakan bahwa konsep pembelajaran terpadu yang pada dasarnya upaya untuk mengintegrasikan perkembangan dan pertumbuhan siswa dan kemampuan pengetahuannya. Selain itu Sri Anitah (2003: 10) menyatakan “pembelajaran terpadu adalah sebagai suatu konsep yang menggunakan pendekatan pembelajaran konsep-konsep secara terkoneksi baik secara inter maupun antar mata pelajaran”. Terjalinnya hubungan antar setiap konsep secara terpadu akan memvasilitasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dan mendorong siswa untuk memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menhubungkannya dengan pengalaman nyata.

Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan untuk mengembangkan pengetahuan siswa dalam pembentukan pengetahuan berdasarkan pada interaksi dengan lingkungan dan pengalaman kehidupannya. Hal ini untuk belajar menghubungkan apa yang telah dipelajari dan apa yang sedang dipelajari. Pembelajaran terpadu merupakan suatu system pembelajaran yang memungkinkan siswa secara individual ataupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menetukan konsep serta prisip keilmuan secara holistik, bermakna dan autentik.

Dari beberapa kutipan di atas disimpulkan bahwa pembelajaran terpadu adalah suatu pembelajaran yang menekankan keterlibatan siswa dalam belajar sehingga membuat anak aktif terlibat dalam proses pembelajaran tersebut. Dalam pembelajaran ini, anak akan dapat memahami konsep-konsep yang dipelajari itu melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahami untuk memberikan pengalaman yang bermakna pada siswa. Pada pembelajaran ini, siswa bukan saja memahami satu konsep namun memiliki kemampuan dalam mengintegrasikan beberapa konsep sehingga mereka memiliki pengetahuan secara utuh dan komprehensif.

(20)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 11 B. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Terpadu.

Manfaat yang dapat dipetik dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu, diantaranya dapat menggabungkan berbagai mata pelajaran, sehingga terjadi efisiensi waktu dan tumpang-tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan. Di satu sisi siswa dapat melihat hubungan-hubungan yang bermakna pada materi pembelajaran yang diberikan dan lebih berperan aktif dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran terpadu dapat meningkatkan taraf kecakapan berpikir siswa. Hal ini dapat terjadi karena siswa dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih besar, lebih luas, dan lebih dalam ketika menghadapi situasi pembelajaran. Kemungkinan materi pembelajaran yang terpotong tidak terjadi, sebab siswa dilengkapi dengan pengalaman belajar yang lebih terpadu dan komprehensif, oleh karena itu guru perlu merancang secara detail antara materi yang ditetapkan dengan capaian pembelajaran yang ditetapkan.

Penerapan dunia nyata melalui pembelajaran terpadu lebih akurat, sehingga dapat mempertinggi kesempatan transfer pembelajaran (transfer of learning) bagi siswa dalam memahami konsep pengetahuan, sekaligus memiliki kamampuan dalam mengimplemetasikan dan penanaman nilai-nilai karakter. Penguasaan materi dalam pembelajaran terpadu akan semakin meningkat dan pengalaman belajar antar mata pelajaran berjalan sangat positif terhadap pengembangan ilmu pengetahuan untuk mewujudkan siswa yang lebih aktif dan otonom dalam mengembangkan pemikiran dan memotivasi siswa belajar secara mandiri.

Melalui pembelajaran terpadu terjadi sinergis antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, guru dengan orang tua, dan siswa dengan orang tua, sehingga belajar menjadi menyenangkan dan interaksi edukatif dalam pembelajaran terpadu dapat tercapai sesuai dengan indicator yang diharapkan.

(21)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 12 Kebermanfaatan pembelajaran terpadu di atas sangat relevan dengan prinsip pembelajaran terpadu sebagai berikut;

1. Prinsip keterpaduan

Mata pelajaran pada model pemebalajaran terpadu dilaksanakan dengan memadukan/mengintegrasikan beberapa mata pelajaran yang relevan dari sisi standar kompetensi dan kompetensi dasar sehingga terdapat irisan pada masing-masing indicator mata pelajaran.

2. Prinsip relevansi

Materi pelajaran yang dipadukan antar mata pelajaran atau antar pokok bahasan memiliki relevansi sehingga proses pembelajaran dapat dijalani oleh peserta didik dapat menarik benang merahnya

3. Prinsip fleksibilitas

Keterpaduan mata pelajaran harus berdasarkan pada kesesuaian dan kebutuhan peserta didik. Dalam hal ini guru perlu memperhatikan bakat, minat, dan kebutuhan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Terkadang proses pembelajaran

antara rombongan belajar/ rombel yang satu dengan yang lainnya terjadi perbedaan karena situasi lingkungan dan sumber belajar yang berbeda. Untuk itu guru perlu mengindentifikasi dan menginventarisir kebutuhan peserta didik sebelum mendisign pembelajaran atau membuat rencana pembelajaran/RPP.

4. Student center

Prinsip ini memposisikan siswa sebagai central proses pembelajaran, dimana mereka lebih aktif sebagai subjek

Prinsip merupakan suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun individual yang

dijadikan oleh seseorang/ kelompok

sebagai sebuah pedoman untuk berpikir

atau bertindak.

(22)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 13 pembelajar. Sumber belajar bisa berasal dari peserta didik bahkan mereka dapat menjadi nara sumber antar siswa yang satu dengan yang lainnya. Guru perlu menfasilitasi kebutuhan siswa berdasarkan kepada peminatan/keahlian masing-masing siswa misalnya siswa A cenderung belajar/mengamati hewan berkaki 4;

siswa B belajar mengamati hewan yang hidup di air sementara siswa C belajar mengamati tumbuh-tumbuhan yang hidup di air.

Proses pembelajaran pada masing-masing siswa tersebut bermuara kepada yang bersangkutan tanpa ada pemaksaan oleh guru apa yang harus diamati oleh siswa.

5. Prinsip kreatifitas dan inovasi pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran terpadu dituntut adanya kreatifitas dan inovasi pembelajaran, baik sisi guru maupun sisi siswa.

Kebutuhan siswa dalam belajar perlu difasilitasi baik oleh guru maupun pihak sekolah, dan pihak sekolah dalam mengkondisikan kreatifitas dan inovasi pembelajaran. Pengembangan kreatifitas dan inovasi dalam pembelajaran bersifat dinamis bahkan sering terjadi perbedaan antara satu siswa dengan yang lainnya, disini peran guru sangat strategis dalam mengarahkan dan mendisign pembelajaran supaya indicator capaian pembelajaran dapat terpenuhi sesuai kompetensi dasar yang diharapkan.

Prinsip pembelajaran terpadu versi Trianto (23:2010) menjabarkan beberapa prinsip sebagai berikut;

1. The hidden curriculum (Kurikulum tersembunyi).

Yang dimaksud dengan kurikulum sembunyi yaitu menggambarkan bahwa anak tidak hanya terpaku pada pernyataan, atau pokok bahasan tertentu, pembelajaran yang dikembangkan memuat pesan yang "tersembunyi" penuh makna bagi anak.

2. Subject in the curriculum (Mata pelajaran dalam kurikulum).

(23)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 14 Sesuai dengan tingkat perkembangan anak sehingga Perlu dipertimbangkan mana yang perlu didahulukan dalam pemilihan pokok atau topik belajar, waktu belajar, serta penilaian kemajuan.

3. The learning environment (Lingkungan belajar).

Lingkungan belajar di kelas maupun di luar kelas memberikan kebebasan bagi anak untuk berpikir dan berkreativitas.

4. Views of social world (Wawasan dunia sosial).

Masyarakat sekitar membuka dan memberikan wawasan untuk pengembangan pembelajaran di sekolah.

5. Value and attitude (Sikap dan moral). Anak-anak memperoleh sikap dan norma dari lingkungan masyarakat termasuk rumah, sekolah dan panutannya, baik verbal maupun nonverbal. (Saud, 2006:12).

C. Landasan-Landasan Pembelajaran Terpadu.

Pelaksanaan pembelajaran terpadu perlu memperhatikan landasan, diantaranya; filosofis, psikologis, dan landasan praktis.

Landasan filosofis, menjadi penting, karena menyangkut aspek filsafat dalam pelaksanaannya, bahkan menjadi landasan utama yang mendasari aspek-aspek lainnya. Perumusan tujuan/kompetensi dan isi/materi pembelajaran terpadu pada dasarnya bergantung pada pertimbangan-pertimbangan filosofis. Pandangan filosofis yang berbeda akan mempengaruhi dan mendorong pelaksanaan pembelajaran terpadu yang berbeda pula. Sementara landasan psikologis mengutamakan perkembangan peserta didik dan psikologi belajar.

Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi yang besar terhadap isi/materi pembelajaran yang disampaikan kepada siswa dan metode belajar siswa. Sedangkan landasan praktis berkaitan dengan

(24)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 15 kondisi-kondisi nyata yang pada umumnya terjadi dalam proses pembelajaran, sehingga harus mendapat perhatian secara langsung dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu.

Pembelajaran terpadu sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yakni: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) humanisme. Sebagai berikut:

1. Aliran progresivisme beranggapan bahwa proses pembelajaran pada umumnya perlu sekali ditekankan pada: (a) pembentukan kreativitas, (b) pemberian sejumlah kegiatan, (c) suasana yang alamiah (natural), dan (d) berpatokan pada pengalaman siswa.

Dengan kata lain proses pembelajaran itu bersifat mekanistis (Ellis, 1993). Aliran ini juga memandang bahwa dalam proses belajar, siswa sering dihadapkan pada persoalan-persoalan yang harus mendapatkan pemecahan atau bersifat problem solving.

Dalam memecahkan masalah tersebut, siswa perlu memilih dan menyusun ulang pengetahuan dan pengalaman belajar yang telah dimilikinya. Dalam hal demikian maka terjadi proses berpikir yang terkait dengan “metakognisi”, yaitu proses menghubungkan pengetahuan dan pengalaman belajar dengan pengetahuan lain untuk menghasilkan sesuatu (J. Marzano et al, 1992).

Terdapatnya kesalahan atau kekeliruan dalam proses pemecahan masalah atau sesuatu yang dihasilkan adalah sesuatu yang wajar, karena hal itu merupakan bagian dari proses belajar.

2. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Sebab itu, pengalaman orang lain yang diformulasikan misalnya dalam suatu buku teks perlu dihubungkan dengan pengalaman siswa secara langsung. Aliran konstruktivisme ini menekankan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia.

Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungannya. Suatu

(25)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 16 pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu dapat berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena yang sesuai. Bagi konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada siswa, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan sendiri. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus. Dalam proses itu keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya amat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Pengetahuan tidak lepas dari subjek yang sedang belajar, pengetahuan lebih dianggap sebagai proses pembentukan (konstruksi) yang terus- menerus, terus berkembang, dan berubah. Para penganut konstruktivisme menganggap bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realitas). Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Alat dan sarana yang tersedia bagi siswa untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya. Siswa berinteraksi dengan objek dan lingkungannya dengan cara melihat, mendengar, menjamah, mencium, dan merasakan. Dari sentuhan inderawi itulah siswa membangun gambaran dunianya.

3. Aliran humanisme melihat siswa dari segi: (a) keunikan/kekhasannya, (b) potensinya, dan (c) motivasi yang dimilikinya. Siswa selain memiliki kesamaan juga memiliki kekhasan. Implikasi dari hal tersebut dalam kegiatan pembelajaran yaitu: (a) layanan pembelajaran selain bersifat klasikal, juga bersifat individual, (b) pengakuan adanya siswa yang lambat dan siswa yang cepat, (c) penyikapan yang unik terhadap siswa baik yang menyangkut faktor personal/individual maupun yang menyangkut faktor lingkungan social atau kemasyarakatan.

(26)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 17 Terlaksananya pembelajaran terpadu yang dilaksanakan oleh guru dan siswa semestinya mengacu kepada landasan-landasan di atas, meskipun ditinjau dari aspek psikologis antara guru dan siswa memiliki tugas perkembangan psikologi yang berbeda, demikian pula dengan landasan filsafat. Guru pada hakekatnya adalah seorang pendidik yang memberikan bimbingan dan pembelajaran kepada siswa sehingga siswa mencapai tujuan pembelajaran. Disatu sisi siswa sebagai peserta didik, melaksanakan proses pembelajaran untuk mencapai cita-citanya. Masing-

masing secara proposional sehingga pembelajaran terpadu dapat berjalan sesuai dengan tatanan yang diharapkan.

Guru memiliki peranan penting pada pembelajaran terpadu karena guru perlu memahami dari aspek filosofis dan psikologis terhadap masing- masing mata pelajaran. Oleh karena itu ketika guru memadukan

mata pelajaran, guru harus melihat masing-masing irisan keterpaduan yang bisa dijadikan tema dan dikembangkan di proses pembelajaran.

Untuk itu guru perlu mendisign proses pembelajaran terpadu dengan beberapa model pembelajaran sehingga pelaksanaan pembelajaran terpadu berjalan dengan baik dan optimal. Disinilah dituntut guru memiliki kreatifitas dan inovasi dalam mempersiapkan sumber dan media pembelajaran sehingga proses pembelajaran berjalan dengan menarik dan menyenangkan.

Aliran Filsafat

(1)Progresivisme

(2) Konstruktivisme,

(3) Humanisme

(27)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 18 D. Karakteristik Pembelajaran Terpadu.

Penerapan pembelajaran terpadu di Sekolah Dasar sebagai suatu upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan dasar, terutama dalam rangka mengimbangi fenomena penumpukan materi pelajaran kepada peserta didik. Kurikulum yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran di sekolah terkadang kurang memperhatikan kebutuhan peserta didik, bahkan mereka dipaksa untuk memahami seluruh mata pelajaran dalam waktu singkat. Pemaksaan peserta didik dalam menerima materi pelajaran tersebut, dikhawatirkan akan mengganggu perkembangan mereka. Tugas atau PR yang melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka, akan berakibat pada perkembangan psikologis mereka, sehingga proses pembelajaran bukan lagi sebagai penanaman nilai-nilai karakter tetapi menjadi pemenuhan isi otak anak yang over load tanpa ada manfaatnya. Dengan demikian anak kehilangan sesuatu yang seharusnya bisa mereka dapatkan untuk masa depan anak. Jika dalam proses pembelajaran anak hanya merespon segalanya dari guru, maka mereka akan kehilangan pengalaman pembelajaran yang alamiah dan langsung (direct experiences). Pengalaman sensorik yang membentuk dasar kemampuan pembelajaran abstrak siswa tidak tersentuh, hal tersebut merupakan karakteristik utama perkembangan anak usia sekolah dasar. Di sinilah mengapa pembelajaran terpadu sebagai pendekatan baru dianggap penting untuk dikembangkan di sekolah dasar.

Pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri yaitu: holistik, bermakna, otentik, dan aktif. Depdikbud (1996:3),

1. Holistik

Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.

Pembelajaran terpadu memungkinkann siswa untuk memahami

(28)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 19 suatu fenomena dari segala sisi. Pada gilirannya nanti, hal ini akan membuat siswa lebih arif dan bijak di dalam menyikapi atau mengahdapi kejadian yang ada di depan mereka.

2. Bermakna

Pengkajian suatu fenomena dari berbagai aspek seperti yang dijelaskan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan yang disebut skemata. Hal ini akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari.

Rujukan yang nyata dari semua konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lainnya akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari. Selanjutnya, hal ini akan mengakibatkan pembelajaran yang fungsional. Siswa mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah- masalah yang muncul dalam kehidupannya.

3. Otentik

Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung. Mereka memahami dari hasil belajarnya sendiri, bukan sekedar pemberitahuan guru. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatya lebih otentik. Misalnya, hukum pemantulan cahaya diperoleh siswa melalui eksperimen.

Guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, sedangkan siswa bertindak sebagai aktor pencari informasi dan pemberitahuan.

4. Aktif

Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran, baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi untuk terus-menerus belajar. Dengan demikaian, pembelajaran terpadu bukan hanya sekedar merancang aktivitas- aktivitas dari masing-masing mata pelajran yang saling terkait.

(29)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 20 Pembelajaran terpadu bisa saja dikembangkan dari suatu tema yang disepakati bersama dengan melirik aspek-aspek kurikulum yang bisa dipelajari secara bersama melalui pengembangan tema tersebut.

Selain itu, Hilda Karli dan Margaretha (2002:15) mengemukakan beberapa ciri pembelajaran terpadu, yaitu sebagai berikut:

1. Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi.

2. Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari dan diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah- masalah nyata di dalam kehidupannya.

3. Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan diskoveri-inquiri. Peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang secara tidak langsung dapat memotivasi anak untuk belajar.

Sejalan dengan itu, Tim Pengembang PGSD mengemukakan bahwa pembelajaran terpadu memiliki ciri-ciri berikut ini:

1. Berpusat pada anak (Student Centered)

Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu system pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara individu maupun secara kelompok. Siswa dapat aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya. Siswa dapat mencari tahu sendiri apa yang dia butuhkan. Hal ini sesuai dengan penedekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar.

peran guru lebih banyak sebagai fasilitator yaitu memberkan

(30)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 21 kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

2. Memberikan pengalaman langsung pada anak (Direct Experince) Pembelajaran terpadu diprogramkan untuk melibatkan siswa secara langsung pada konsep dan prisip yang dipelajari dan memungkinkan siswa belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung sehingga siswa akan memahami hasil belajarnya secara langsung. Siswa akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan sekedar memperoleh informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator yang membimbing ke arah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan siswa sebagai aktor pencari fakta serta informasi untuk mengembangkan pengetahuannya. Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

3. Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas

Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak- kotak/dibatasi. Sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat siswa lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada. Bahkan dalam pelaksanaan kelas-kelas awal, fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

4. Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran

Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antarskema

(31)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 22 yang dimiliki oleh siswa, sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa. Hasil yang nyata didapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari siswa. Hal ini mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna. Dari kegiatan ini diharapkan dapat berakibat pada kemampuan siswa untuk dapat menerapkan apa yang diperoleh dari belajarnya pada pemecahan masalah-masalah yang nyata dalam kehidupan siswa tersebut sehari-hari. Dengan demikian siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untik membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari.

5. Bersikap luwes (Fleksibel)

Pembelajaran terpadu bersifat luwes, sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu bahan ajar dengan mata pelajaran lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Kegiatan- kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu bertolak dari minat dan kebutuhan siswa. Menggunakan prinsip belajar menyenangkan bagi siswa. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. Dengan demikian, siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.

Dari beberapa pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran terpadu meliputi:

(32)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 23 1. Berpusat pada anak

Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara individu maupun secara kelompok. Sehingga siswa dapat aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip- prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya dan dibutuhkannya sesuai dengan perkembangannya. Dalam pembelajaran terpadu peran guru lebih banyak sebagai fasilitator dan siswa dituntut untuk selalu

aktif dalam pembelajaran.

2. Otentik

Pembelajaran terpadu

diprogramkan untuk melibatkan siswa secara otentik (langsung) pada konsep dan prisip yang dipelajari. Kegiatan tersebut memungkinkan siswa belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung sehingga siswa

akanmemahami hasil belajarnya secara langsung sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan sekedar memperoleh informasi dari gurunya. Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

3. Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas

Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan suatu peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus.

Pemisahan antara bidang studi tidak ditonjolkan.

Sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi. Fokus pembelajaran diarahkan

KATA KUNCI

Karakteristik pembelajaran

terpadu

STUDENT CENTER HOLISTIK BERMAKNA

FLEKSIBEL

OTENTIK

LUWES

(33)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 24 kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

4. Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran

Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antarskema yang dimiliki oleh siswa, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari secara utuh dan diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah nyata di dalam kehidupannya.

5. Bersikap luwes

Pembelajaran terpadu bersifat luwes, sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu bahan ajar dengan mata pelajaran lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak

Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Kegiatan- kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu bertolak dari minat dan kebutuhan siswa. Menggunakan prinsip belajar menyenangkan bagi pembelajaran siswa. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Karakteristik pembelajaran terpadu perlu memperhatikan kebutuhan siswa dalam materi pembelajaran oleh karena itu, kurikulum yang digunakan oleh guru dikembangkan berdasarkan dengan melibatkan dengan peserta didik. Hal ini menjadi penting karena pada pembelajaran terpadu, pengalaman belajar merupakan hal yang penting dan strategis sehingga siswa akan mendapatkan pengetahuan

(34)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 25 sekaligus yang sesuai dengan materi yang dikembangkan. Selanjutnya pengintegrasian mata pelajaran perlu didesign oleh guru dengan memperhatikan sumber belajar di sekitar anak dan kebutuhan anak, sehingga pembelajaran dapat berjalan secara komprehensif dengan melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dalam mencapai pembelajaran. Disamping itu karakteristik pembelajaran terpadu memperioritaskan lingkungan anak sebagai sumber belajar.

Keberhasilan pembelajaran terpadu bersifat fleksibel dan dinamis karena suasana dan kebutuhan masing-masing siswa/ rombel bisa jadi berbeda. Efektivitas pembelajaran terpadu sangat didukung oleh situasi dan lingkungan belajar peserta didik, oleh karena itu guru perlu membangun suasana yang kondusif sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

Pembelajaran terpadu berarti anak belajar dengan aktif dan peserta didik sentral dari proses pembelajaran. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran merupakan karakteristik dalam pemeblajaran terpadu. Guru berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran.

Interaksi edukatif yang terjadi antara guru dan siswa, siswa dengan siswa perlu dibangun oleh guru dengan memperhatikan keterpaduan beberapa mata pelajaran yang relevan. Pada kondisi ini, tanpa disadari oleh peserta didik mereka belajar berbagai mata pelajaran. Tugas gurulah yang mendokumentasi dan mendisign pembelajaran terpadu sesuai dengan kompetensi dalam kurikulum.

E. Model Pembelajaran Teradu

Pembelajaran terpadu dibedakan berdasarkan pola pengintegrasian materi atau tema. Berdasarkan pola tersebut terdapat sepuluh model pembelajaran terpadu, yaitu; (1) The fragmated model (model tergambarkan), (2) the connected model (model terhubung), (3) the nested model (model tersarang), (4) The squanced model (model terurut), (5) the share model (model terkombinasi), (6) the webbed

(35)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 26 model (model terjaring), (7) threaded model (model terantai), (8) Intregated model (model keterpaduan), (9) Immersed model (model terbenam), dan (10) networked model (model jaringan kerja)

Secara umum dari kesepuluh model pembelajaran terpadu tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) klasifikasi pengintegrasian kurikulum, yakni; pertama, pengintegrasian di dalam satu disiplin ilmu; kedua pengintegrasian beberapa disiplin ilmu; dan ketiga, pengintegrasian di dalam dan beberapa disiplin ilmu.

1. Pengintegrasian di dalam satu disiplin ilmu. Dalam model pembelajaran ini yang ditautkan adalah dua atau lebih bidang ilmu yang serumpun. Contohnya pada bidang ilmu sosial, menautkan antara dua tema dalam sejarah dan geografi yang memiliki relevansi. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa model ini sifat perpaduannya hanya dalam satu rumpun bidang studi.

2. Pengintegrasian beberapa disiplin ilmu (antar disiplin ilmu). Model pembelajaran ini menautkan antar disiplin ilmu yang berbeda.

Contohnya antara tema yang ada dalam ilmu sosial dengan bidang ilmu alam.

3. Pengintegrasian di dalam satu dan beberapa disiplin ilmu (multi disiplin ilmu) Model pembelajaran ini merupakan gabungan dari dua model pengintegrasian yang telah dibahas sebelumnya.

Model ini menautkan antar bidang ilmu yang serumpun maupun bidang ilmu yang berbeda. Misalnya tema kebersihan yang dalam pengajarannya dapat dihubungkan dengan bidang studi agama, teknologi, matematika, ilmu sosial maupun ilmu alam. Dengan begitu semakin mudah dalam menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa, hal ini dikarenakan pada dasarnya tak ada satupun permasalahan yang dapat ditinjau hanya dari satu sisi saja dan hal inilah yang menjadi prinsip utama dalam pembelajaran terpadu.

(36)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 27 Tabel. Klasifikasi Pengintegrasian Kurikulum

No. Klasifikasi Pengitegrasian

Model Pembelajaran Terpadu 1 Pengintegrasian di

dalam satu disiplin ilmu

The pragmated model (model tergambarkan), the connected model (model terhubung), the niested model (model tersarang) 2 Pengintegrasian

beberapa disiplin ilmu

The squanced model (model terurut), shared model (model terkombinasi), webbed model (model terjaring), threaded (model terantai), dan Intregated

(model keterpaduan) 3 Pengintegrasian di

dalam satu dan beberapa disiplin ilmu

Immersed (model terbenam), dan networked (model jaringan

kerja

Sepuluh model pembelajaran berdasarkan pengintegrasian tema seperti yang disebutkan oleh Fogarty (Trianto, 2011: 110-112) seperti berikut:

1. Model Tergambarkan (The Fragmanted Model) Dalam model tergambarkan ini, berbagai disiplin ilmu yang berbeda dan saling terpisah. Model ini memiliki kelebihan yaitu adanya kejelasan dan pandangan yang terpisah dalam suatu mata pelajaran. Selain memiliki kelebihan model ini juga memiliki kelemahan yaitu keterhubungan menjadi tidak jelas dan lebih sedikit transfer pembelajaran. Selanjutnya Asep Herry Hernawan (2008:121) pemaduan yang terbatas untuk satu mata pelajaran saja yang tentunya memiliki aneka cabang bahasan yang berbeda-beda karakter bahasannya, misalnya untuk mata pelajaran bahasa terdiri dari kemampuan berbicara, membaca, menyimak, menulis, dan lain-lainnya semua itu berkarakter bahasan yang berbeda- beda, maka dapat dipadukan sebagai satu model pembelajaran;

kompetensis yang dikejar adalah kemahiran berbahasa.

Pembelajaran fragmented sebagai suatu pendekatan belajar mengajar suatu mata pelajaran yang utuh tanpa mengkaitkan

(37)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 28 mata pelajaran satu dengan yang lainnya (Fogarty,1991). Bila seorang guru kelas SD mengajar mata pelajaran matematika maka konsep pada pelajaran matematika diajarkan utuh kepada siswanya tanpa melihat atau mempertimbangkan dengan konsep yang ada pada mata pelajaran IPA atau bahasa Indonesia. Jadi dalam pembelajaran fragmented setiap mata pelajaran dirancang secara terpisah-pisah dan tidak ada usaha untuk mengkaitkan di antara mata pelajaran tersebut. Oleh Fogarty pembelajaran fragmented disimbolkan dengan sebuah periskop yang artinya memandang satu arah, fokus yang sempit untuk setiap mata pelajaran. Contohnya di Kelas 3 SD semester I, guru akan mengajar IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan Matematika dengan pokok bahasan yang sudah tercantum secara berurutan dalam kurikulum tanpa melihat keterpaduan dari setiap konsep. Untuk memahami pembelajaran Fragmented, perhatikan gambar di bawah ini:

Gambar 1. The Fragmanted Model

(Sumber: Trianto 2011: 111)

Kelebihan Model Fragmented

Adapun kelebihan dari model Fragmented ini, antara lain :

1) Guru dapat menyiapkan bahan ajar sesuai dengan bidang keahliannya dan dengan mudah menentukan ruang lingkup bahasan yang diprioritaskan dalam setiap pengajaran

2) Materi pelajaran merupakan bentuk yang murni dari setiap ilmu 3) Menciptakan guru yang ahli dibidangnya serta dapat

mengembangkan ilmunya secara luas

(38)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 29 Kekurangan Model Fragmented

Model pembelajaran terpadu jenis Fragmented ini memiliki beberapa kelemahan, antara lain :

1) Siswa tidak mampu membuat hubungan yang berkesinambungan antara macam bidang ilmu yang berbeda sehingga mereka tidak mampu membuat hubungan secara konsep dua mata pelajaran yang berbeda.

2) Model ini akan menyebabkan semacam proses tumpang tindih dalam hal konsep, perilaku dan konsep yang dikuasai siswa.

3) Tidak efisien waktu karena mata pelajaran disajikan secara terpenggal-penggal

Penerapan Model Fragmented

Menurut Fogarty (1991:6) model fragmented sangat cocok diterapkan pada tahap penjurusan mata pelajaran misalnya diterapkan pada tingkat Universitas ataupun Sekolah Menengah Atas yang dalam proses pembelajarannya terdapat penjurusan/pemisahan mata pelajaran.

Akan tetapi di Sekolah Dasar juga dapat diterapkan baik di kelas rendah maupun di kelas tinggi yaitu di kelas. Tergantung bagaimana guru bisa mengemas pembelajaran sebaik mungkin, agar siswa bisa lebih bermakna dalam mengikuti pembelajaran.

Sebagai contoh penerapan, berikut ini tentang pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar dengan menggunakan pembelajaran terpadu model fragmented.

Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah meningkatkan kemampuan berbahasa siswa baik lisan maupun tertulis.

Kemampuan berbahasa meliputi kemampuan mendengarkan, membaca, berbicara, menulis, dan apresiasi sastra. Dalam

(39)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 30 pembelajaran Bahasa Indonesia diharapkan kelima kemampuan tersebut dapat meningkat baik secara lisan maupun tertulis.

Untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berbahasa siswa diperlukan berbagai usaha, strategi maupun metode yang inovatif dan kreatif sehingga pembelajaran Bahasa Indonesia tidak menjadi pembelajaran yang membosankan bagi siswa. Dengan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan diharapkan siswa dapat belajar mandiri dan merasa bertanggung jawab untuk mengembangkan kemampuannya sendiri tanpa ada paksaan dari guru. Untuk mencapai tujuan tersebut seorang guru harus berusaha untuk membuat rencana pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, potensi, sarana dan prasarana yang tersedia.

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, kelima aspek kemampuan berbahasa tersebut harus diberikan secara menyeluruh dan terencana, sehingga diharapkan siswa dapat meningkatkan dan menguasai kelima aspek tersebut baik secara lisan maupun tulis dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Namun dalam pembelajaran model Fragmented ini kelima aspek dalam keterampilan berbahasa di penggal-penggal dalam waktu yang berbeda. Hal itu dimaksudkan agar siswa bisa menguasai suatu pembelajaran secara mendalam. Model Fragmented ini dalam pemenggalannya bisa disampaikan dalam waktu yang berbeda atau juga penggunaan guru yang berbeda.

2. Model Terhubung (The Connected Model) Ciri-ciri dari model terhubung ini adalah topik-topik dalam satu disiplin ilmu berhubungan satu sama lain. Model ini memiliki kelebihan yakni konsepkonsep utama saling terhubung, mengarah pada pengulangan, rekonseptualisasi, dan asimilasi gagasan-gagasan dalam suatu disiplin. Selanjutnya, kelemahan dari model ini

(40)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 31 adalah disiplindisiplin ilmu tidak berkaitan, konten tetap berfokus pada satu disiplin ilmu (Forfaty dalam Trianto, 2011:39)

Gambar 2. The Connected Model (Sumber: Trianto 2011: 111)

Sintaks (pola urutan) dari model pembelajaran terpadu tipe connected (terhubung) menurut Prabowo dalam Asrul (dalam http://www.sekolahdasar.net: 2017) sebagai berikut :

1) Tahap Perencanaan:

a. menentukan tujuan pembelajaran umum b. menentukan tujuan pembelajaran khusus Langkah-langkah yang ditempuh oleh guru:

a. menyampaikan konsep pendukung yang harus dikuasai siswa.

b. menyampaikan konsep-konsep yang akan dikuasai oleh siswa c. menyampaikan keterampilan proses yang dapat dikembangkan d. menyampaikan alat dan bahan yang akan digunakan

e. menyampaikan pertanyaan kunci 2) Tahap Pelaksanaan, meliputi:

a. pengelolaan kelas; dengan membagi kelas kedalam beberapa kelompok

b. kegiatan proses

c. kegiatan pencatatan data d. diskusi secara klasikal 3) Evaluasi, meliputi:

a. Evaluasi proses , berupa:

a) ketepatan hasil pengamatan

b) ketepatan dalam penyusunan alat dan bahan

(41)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 32 c) ketepatan siswa saat menganalisis data

b. Evaluasi produk:

Penguasaan siswa terhadap konsep-konsep/materi sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus yang telah ditetapkan.

c. Evaluasi psikomotor:

kemampuan penguasaan siswa terhadap penggunaan alat ukur.

Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Terpadu Model Connected

Menurut Fogarty (dalam Trianto, 2011: 40-41) ada beberapa kelebihan dan kelemahan pembelajaran terpadu model connected antara lain sebagai berikut:

Keunggulan Pembelajaran Terpadu Model Connected;

1) Pengintegrasian interbidang studi, maka siswa mempunyai deskripsi yang luas sebagaimana suatu bidang studi yang terfokus pada suatu aspek tertentu.

2) Siswa dapat mengembangkan konsep-konsep.

3) Mengintegrasikan ide-ide dalam interbidang studi memungkinkan siswa mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki serta mengasimilasi ide-ide dalam memecahkan masalah.

Kelemahan pembelajaran terpadu model connected:

1) Masih terlihat terpisahnya interbidang studi.

2) Tidak mendorong guru untuk bekerja secara tim, sehingga isi pelajaran tidak terfokus tanpa merentangkan konsep serta ide- ide antar bidang studi.

(42)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 33 3) Dalam memadukan ide-ide pada satu bidang studi, maka usaha untuk mengembangkan keterhubungan antar bidang studi menjadi terabaikan.

Langkah-langkah pembelajaran terpadu model connected Langkah-langkah pembelajaran terpadu model connected yang dilaksanakan didasarkan pada langkah- langkah connected yang terdiri dari enam langkah atau fase. Adapun fase-fase dalam pembelajaran ini seperti disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2.1 Tahap-Tahap Model Connected

Tahap Kegiatan Guru

Fase 1 Pendahuluan

1. Mengkaitkan pelajaran sekarang dengan pelajaran sebelumnya.

2. Memotivasi siswa

3. Memberi pertanyaan pada siswa untuk mengetahui konsep-konsep yang sudah dikuasai oleh siswa

4. Menjelaskan tujuan pembelajaran Fase 2 Presentasi

materi

1. Presentasi konsep-konsep yang harus dikuasai siswa melalui demonstrasi

2. Presentasi keterampilan proses yang dikembangkan

3. Presentasi alat dan bahan yang dibutuhkan 4. Pemodelan menggunakan media

Fase 3 Membimbing

pelatihan

1. Menempatkan siswa ke dalam kelompok- kelompok belajar

2. Mengingatkan cara siswa bekerja dan berdiskusi secara kelompok

3. Membagi LKS

4. Memberikan bimbingan

5. Mengumpulkan hasil kerja kelompok setelah batas waktu yang ditentukan

Fase 4 Menelaah pemahaman dan

memberikan umpan balik

1. Meminta salah satu anggota kelompok belajar untuk mempresentasikan hasil kegiatan sesuai dengan LKS yang telah dikerjakan

2. Meminta anggota kelompok lain menanggapi hasil presentasi

3. Membimbing siswa menyimpulkan hasil diskusi

(43)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 34 Fase 5

Mengembangkan dengan memberikan kesempatan untuk

pelatihan lanjutan dan penerapan

1. Mengecek dan memberikan umpan balik terhadap tugas yang dilakukan

2. Membimbing siswa menyimpulkan seluruh materi pembelajaran yang beru saja dipelajari

3. Memberi tugas rumah Fase 6

Menganalisis dan mengevaluasi

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap kinerja mereka.

(Sumber; Trianto, 2011:68)

3. Model Tersarang (The Nested Model) Pada model tersarang ini, keterampilan soaial, berpikir dan konten dicapai di dalam satu mata pelajaran. Kelebihan yang dimiliki oleh model ini adalah memberi perhatian pada berbagai mata pelajaran yang berbeda dalam waktu yang bersamaan, memperkaya dan memperluas pembelajaran. Disamping itu, model ini juga memiliki kelemahan yakni pelajar dapat menjadi bingung dan kehilangan arah mengenai konsep konsep utama dari suatu kegiatan atau pelajaran.

Fogarty (1991: 24) mengatakan bahwa, the nested model of integration is a rich design use by skilled teachers. They know how to get the most mileage from the lessonany lesson. But, in this nested approach to instruction, careful planning is need to structure multiple targets for student learning.

Gambar 3. The Nested Model

(Sumber: Trianto 2011: 111)

(44)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 35 4. Model Terurut (The Sequenced Model) Model ini di deskripsikan bahwa persamaan-persamaan yang ada diajarkan secara bersama meskipun termasuk ke dalam mata pelajaran yang berbeda. Memfasilitasi transfer pembelajaran melintasi beberapa mata pelajaran, ini merupakan kelebihan yang dimiliki oleh model terurut. Adapun kelemahan dari model ini adalah membutuhkan kolaborasi yang terus menerus dan kelenturan yang tinggi karena guru memiliki sedikit otonomi untuk mengurutkan.

Gambar 4. The Sequenced Model

(Sumber: Trianto 2011: 111)

5. Model Terbagi (The Shared Model) Dalam model ini perencanaan tim dan/atau pengajaran yang melibatkan dua disiplin difokuskan pada konsep, keterampilan dan sikap yang sama. Model ini memiliki kelebihan yaitu terdapat pengalamanpengalaman instruksional bersama, dengan dua orang guru di dalam satu tim, akan lebih mudah berkolaborasi. Sedangkan, membutuhkan waktu, kelenturan, komitmen dan kompromi merupakan kelemahan model ini.

Gambar 5. The Shared Model

(Sumber: Trianto 2011: 111)

(45)

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD Page 36 6. Model Terjaring (The Webbed Model) Model ini berbentuk seperti jaring laba-laba. Model ini memiliki kelebihan yakni dapat memotivasi murid-murid dan membantu murid-mudrid untuk melihat keterhubungan antar gagasan. Selain memiliki kelebihan model ini juga memiliki kelemahan yaitu tema yang digunakan harus dipilih baik-baik secara selektif agar menjadi berarti juga yang relevan dengan konten.

Gambar 6. The Webbed Model

(Sumber: Trianto 2011: 112)

7. Model Tertali (The Threated Model) Model tertali ini dideskripsikan bahwa keterampilan sosial, berpikir, berbagai jenis kecerdasan, dan keterampilan belajar “direntangkan” melalui berbagai disiplin.

Kelebihan dari model ini adalah peserta didik mempelajari cara mereka belajar, memfasilitasi transfer pembelajaran selanjutnya.

Kelemahannya adalah disiplin-disiplin ilmu yang bersangkutan tetap terpisah satu sama lain.

Gambar 7. The Threated Model

(Sumber: Trianto 2011: 112)

Gambar

Gambar 2. The Connected Model  (Sumber: Trianto 2011: 111)
Tabel 2.1 Tahap-Tahap Model Connected
Gambar 3. The Nested Model
Gambar 6. The Webbed Model

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilatarbelakangi kebingungan guru akan pengimplementasian kurikulum 2013 yang menggunakan pembelajaran tematik. Sebagai respon kondisi yang ada, maka

Penyusunan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sebelum melaksanakan pratik mengajar dikelas, mahasiswa terlebih dahulu menyusun silabus sesuai dengan kurikulum

Namun dengan upaya ditetapkannya kurikulum 2013 yang setiap guru harus menggunakan pembelajaran secara tematik adalah upaya yang sangat cerdas karena seimbang dengan

Guru tertarik untuk membuat RPP yang sesuai tuntutan kurikulum 2013, sehingga menurut pernyataan Kepala SD Negeri Bareng 4 Malang, bahwa sekolah yang dipimpinnya sangat

Adapun terkait dengan perencanaan pembelajaran berbasis karakter, silabus dan RPP yang telah dibuat para guru di SMP Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan komponen RPP tematik yang disusun oleh guru kelas awal, pelaksanaan pembelajaran tematik di kelas awal, dan penilaian yang

Pengembangan silabus dalam pembelajaran tematik merupakan salah satu tahapan dalam pengembangan kurikulum yang bermanfaat sebagai pengembangan dalam penyusunan satuan

Hambatan yang dialami oleh guru secara garis besar yakni pada penyusunan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang sesuai dengan kaidah kurikulum 2013, kurang bisa memilih