• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA SELF COMPASSION DAN STRESS PADA MAHASISWA DI MASA COVID 19 DISUSUN OLEH: WIDIA DESWITA NIM. 11761202254

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA SELF COMPASSION DAN STRESS PADA MAHASISWA DI MASA COVID 19 DISUSUN OLEH: WIDIA DESWITA NIM. 11761202254"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

DISUSUN OLEH:

WIDIA DESWITA NIM. 11761202254

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARI KASIM RIAU PEKANBARU

TA 2023

(2)
(3)
(4)
(5)

iii MOTTO

“Hiduplah sesukamu, karena sesungguhnya kamu akan mati. Cintailah siapa yang kamu suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya. Dan

berbuatlah sesukamu karna sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya.

Kemuliaan seorang mukmin adalah berdirinya dia dimalam hari (untuk shalat malam) dan keperkasaannya adalah ketidak butuhannya terhadap manusia”

(HR. Ath-Thabarani, Abu Nu’aim dan Al-Hakim)

Sometimes I just want to run and hideaway.

To finding myself again.

(Penulis)

(6)

iv

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Syukur alhamdulilah penulis hanturkan kehadirat Allah SWT, dengan kekuasaan-Nya dan kebesaran-Nya yang senantiasa memberikan anugerah dan nikmat yang tiada terhingga kepada penulis. Atas izin dan kehendak Allah SWT, yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Self compassion Dan Stress pada Mahasiswa Di Masa Pandemi Covid-19” dapat diselesaikan dengan sebaik mungkin. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi di Universitas Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Penulis menyadari sepenuhnya tanpa bantuan dari berbagai pihak, tidak banyak yang dapat penulis lakukan dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih atas semua bantuan dan dukungannya selama pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Hairunnas Rajab, M.Ag, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

2. Bapak Dr. Kusnadi, M.Pd, selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

3. Bapak Dr. H. Zuriatul Khairi, M.Ag., M.Si, selaku Wakil Dekan I, Ibu Dr.

Vivik Shofiah. M.Si, selaku Wakil Dekan II dan Ibu Yuslenita Muda., M. Sc, selaku Wakil Dekan III Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

4. Ibu Ikhwanisifa, M.Psi., Psikolog selaku pembimbing skripsi, terimakasih tidak terkira peneliti ucapkan atas waktu, kesabaran serta nasehat yang telah

(7)

v

diberikan dalam proses penulisan skripsi ini. Peneliti sangat sering mendapatkan dukungan emosional berupa perhatian dan kepedulian yang diberikan. Beliau yang sangat memahami kekurangan peneliti dalam proses penulisan skripsi, sehingga membantu peneliti dalam menulis ke arah yang lebih baik lagi.

5. Ibu Raudatussalamah, S.Psi, M.A.selaku penguji I, terimakasih peneliti ucapkan atas segala masukan yang positif serta nasehat yang membangun untuk penulisan skripsi ini. Beliau sangat pengertian akan kesalahan yang peneliti buat dan membantu peneliti dalam perbaikan dalam penulisan skripsi.

6. Ibu Eka Fitriyani, M.Psi, Psikolog selaku penguji II, terimakasih peneliti ucapkan atas segala masukan dan nasehat Ibu dalam pengembangan skripsi ini. Beliau menjelaskan kesalahan peneliti dengan sangat lembut sehingga peneliti tidak terserang panik saat ujian.

7. Ibu Raudatussalamah, S.Psi, M.A selaku pembimbing akademik yang juga membimbing peneliti selama masa perkuliahan, terimakasih tidak terkira atas waktu, ilmu dan nasehat yang bersifat akademik dan nasehat hidup yang telah Ibu berikan. Beliau yang memudahkan segala urusan peneliti saat janji temu setoran juz amma serta menawarkan konseling jika peneliti mengalami kesulitan dalam perkuliahan.

8. Ami Widyastuti, S.Psi M.Psi, Psikolog selaku pembimbing praktik kerja lapangan dan dosen inspiratif terimakasih peneliti ucapkan atas ilmu dan nasehat selama perkuliahan. Beliau merupakan dosen yang sangat penulis kagumi akan kepribadian dan tanggung jawab sebagai pendidik. Beliau yang

(8)

vi

membuka pikiran peneliti akan indahnya belajar di jalan Allah dengan cerita inspirasinya.

9. Seluruh Bapak dan Ibu dosen yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih atas ilmunya, tauladan, kesabaran serta inspirasi peneliti selama di perkuliahan. Tanpa ketulusan Bapak dan Ibu peneliti tidak akan bisa mencapai titik ini.

10. Kepada seluruh staf akademik dan perpustakaan yang juga ikut andil dalam penyelesaian penelitan ini.

11. Kepada orang tua yang terkasih, Papa Ali Munar dan Mama Anita yang telah menjadi orang tua hebat. Terimakasih atas doa, ketulusan dan kepercayaan yang telah mama dan papa berikan. Dukungan yang senantiasa mama dan papa berikan dan menjadi sumber dalam mendapat kebahagiaan peneliti.

12. Kepada warga kelas B khususnya untuk Yusni, Nitya, Hikmah, Novi, Irma, Eka, Umi, Adit dan Herdi Terimakasih atas gelak tawa dan pengalaman hidup yang berarti serta bantuan dan dukungan selama ini.

13. Kepada teman PPL di Lapas Terbuka Rumbai, Nitya, Adit, Saroh, Refin, Fika, Azizah dan Zaskia terimakasih atas pengalaman hidup, canda dan tawa yang akan selalu peneliti ingat. Serta yang selalu memotivasi dan memberikan dukungan kepada peneliti.

14. Kepada sahabat terkasih Yulina Sari, Yusniar Siregar dan Dian Husna Amini yaang telah memberikan dukungan emosinoal, afirmasi yang positif sehingga membuat peneliti bersemangat dalam mengerjakan skripsi.

(9)

vii

15. Kepada senior khususnya kak Reni, kak Rudi, kak Miul dan Lina, terimakasih atas saran dan masukannya selama perkuliahan dan dalam penulisan skripsi.

16. Kepada keluarga HMJ dan HIMA terimakasih untuk menjadi tempat dalam peneliti belajar dalam keorganisasian dan selalu menjadi tempat inspiratif.

17. Kepada seluruh responden yang berpartisipasi dalam penelitian

Karya ilmiah ini barangkali masih memiliki kekurangan dalam penulisannya, dengan segala kerendahan hati peneliti menerima masukan, kritik dan saran positif untuk membangun skripsi ini menjadi lebih baik lagi. peneliti sangat berharap karya ilmiah ini memiliki manfaat baik secara teori dan praktis untuk pembacanya.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pekanbaru, 23 Desember 2022

Peneliti

(10)

viii

HUBUNGAN ANTARA SELF COMPASSION DAN STRES PADA MAHASISWA DI MASA COVID 19

Oleh:

Widia Deswita

Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau ABSTRAK

Perubahan sistem pembelajaran menjadi daring selama pandemi covid-19 menyebabkan stresor tersendiri bagi mahasiswa. Permasalahan mulai dari koneksi internet yang tidak memadai, padatnya tugas perkuliahan hingga kesulitan membagi waktu menyebabkan mahasiwa mengalami stress yang tinggi. Self compassion dapat meringankan stress pada mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self compassion dan stress pada mahasiswa di masa pandemi covid 19. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 136 mahasiswa (laki-laki 16,2% dan perempuan 83,8%) Fakultas Psikologi UIN Suska Riau dengan teknik pengambilan sampel menggunakan cluster sampling. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala yang disusun dari aspek yang di kemukakan oleh Neff (2003) tentang self compassion dan teori stress dari Sarafino & Smith (2011). Berdasarkan hasil analisis korelasi product moment diperoleh nilai korelasi (r) sebesar 0,570 dengan nilai signifikansi p=0,000. Artinya hipotesa dalam penelitian ini diterima yaitu, terdapat hubugan antara self compassion dan stress. Dengan demikian, saat mahasiswa dihadapkan pada permasalahan sehari-hari yang menyebabkan stres, mahasiswa dapat mengasihi dirinya, berfikir positif dan menganggap bahwa masalah yang dihadapinya juga dirasakan oleh orang lain.

Kata Kunci: Stress; Self compassion;Pandemi Covid-19; Mahasiswa

(11)

ix

THE RELATIONSHIP OF SELF COMPASSION AND STRESS IN STUDENTS DURING THE COVID-19 PANDEMIC

By:

Widia Deswita

Faculty of Psychology, Sultan Syarif Kasim State Islamic University Riau ABSTRACT

The change in the learning system to online during the Covid-19 pandemic caused a separate stressor for students. Various problems ranging from inadequate internet connection, and tight lecture assignments to difficulties in managing time, cause students to experience high stress. self-compassion can relieve existing stress. This study aims to determine the relationship between self-compassion and stress during the covid 19 pandemic. The sample in this study was 136 students (16.2% male and 83.8% female) Faculty of Psychology UIN Suska Riau with a sampling technique using sampling clusters. The data collection method in this study used a scale compiled from the aspects put forward by Neff (2003) regarding compassion and the stress theory from Sarafino & Smith (2011). Based on the results of the product moment correlation analysis, a correlation value (r) of 0.570 was obtained with a significance value of p = 0.000. This means that the hypothesis in this study is accepted, that is, there is a relationship between self- compassion and stress. Thus, when students face dayli hassles problems that cause stress, students can love themselves, think positively and assume that the problems they face are also felt by others.

Keywords: Stress; Self compassion; Covid-19 pandemic; Student

(12)

x DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERSEMBAHAN ... ii

MOTTO ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Keaslian Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Stress ... 12

1. Pengertian stress ... 12

2. Aspek-aspek stress ... 14

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stress ... 16

B. Self compassion ... 18

1. Pengertian Self compassion ... 18

2. Komponen Self compassion... 19

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self compassion ... 21

C. Kerangka Berpikir ... 22

D. Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN... 27

A. Desain Penelitian ... 27

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 27

C. Definisi Operasional ... 27

D. Populasi dan Sampel Panelitian ... 29

E. Metode Pengumpulan Data ... 31

F. Reliabilitas Dan Validitas ... 33

G. Metode Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Pelaksanaan penelitian ... 40

B. Hasil penelitian ... 40

C. Pembahasan ... 47

(13)

xi

BAB V PENUTUP ... 51

A. Kesimpulan ... 51

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

LAMPIRAN ... 56

(14)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Populasi Mahasiswa ... 29

Tabel 3.2 Jumlah Sampel ... 31

Tabel 3.3 Blue Print Skala Stress ... 32

Tabel 3.4 Blue Print Skala Self compassion ... 33

Tabel 3.5 Blue Print Skala Stress Setelah Tryout ... 36

Tabel 3.6 Blue Print Skala Stress Untuk Penelitian ... 37

Tabel 3.7 Blue Print Dukunan Self compassion Tryout ... 37

Tabel 3.8 Blue Print Skala Self compassion Untuk Penelitian ... 38

Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas ... 39

Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 41

Tabel 4.2 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... 41

Tabel 4.3 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Suku ... 42

Tabel 4.4 Norma Kategori Data ... 43

Tabel 4.5 Gambaran Data Hipotetik Dan Empirik Variabel Stress ... 43

Tabel 4.6 Norma Kategori Skala Stress ... 43

Tabel 4.7 Gambaran Data Hipotetik Dan Empirik Variabel Self compassion ... 44

Tabel 4.8 Norma Kategori Self compassion ... 44

Tabel 4.9 Uji Normalitas ... 45

Tabel 4.10 Uji Linearitas ... 46

Tabel 4.11 Uji Hipotesis ... 46

(15)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A Validasi Alat Ukur

Lampiran B Tabulasi Data Tryout

Lampiran C Uji Validitas dan Reliabilitas.

Lampiran D Skala Penelitian

Lampiran E Tabulasi Data Penelitian

Lampiran F Uji Asumsi & Analisis Tambahan

Lampiran G Surat Izin dan Surat Keterangan Selesai Peneitian

(16)

1

A. Latar Belakang

Pandemi covid 19 hampir menginfeksi seluruh kawasan negara di dunia, berawal dari Januari 2020 WHO menyatakan dunia telah masuk pada darurat global terkait virus ini (Sebayang, 2020). Virus ini membawa perubahan salah satunya sistem pembelajaran menjadi daring. Hal ini sesuai dengan surat edaran No 4 tahun 2020 dari pemerintah yang menghimbau untuk melakukan aktifitas pembelajaran di rumah (Makarim, 2020). Fatimah (2020) menyatakan terdapat beberapa hambatan yang terjadi pada saat proses pembelajaran daring antara lain adalah kurang memadainya alat komunikasi yang dimiliki oleh peserta didik, kondisi koneksi internet yang naik turun dan lagi kuota internet yang tidak mempuni untuk melakukan kegiatan belajar daring (dalam jaringan).

Berbagai hambatan seperti kurangnya fasilitas pembelajaran, adanya kesulitan belajar dalam jangka waktu lama, hingga banyaknya tugas perkuliahan menyebabkan stres pada mahasiswa (Yikaelo, Tareke & Karvinen, 2018). Sebuah penelitian lain yang dilakukan oleh Hasanah, Ludiana, Immawati & Livana (2020) menyatakan permasalahan psikologis terbanyak yang dimiliki oleh mahasiswa selama pembelajaran daring adalah kecemasan. Kecemasan yang berlarut-larut akan menimbulkan stres yang dapat menghambat aktivitas sehari-hari. Beberapa faktor seperti kurangya fasilitas pembelajaran, adanya kesulitan belajar dalam jangka waktu lama, hingga banyaknya tugas perkuliah menyebabkan stres pada mahasiswa (Yikaelo, Tareke & Karvinen, 2018).

(17)

Penelitan lain oleh Hamzah dan Hamzah (2020) menemukan keadaan stres mahasiswa yang terjadi selama masa pandemi diantaranya yakni perpindahan metode pembelajaran dari yang awalnya tatap muka menjadi daring sehingga membutuhkan adaptasi, pemberian tugas yang banyak, baik mandiri atau kelompok, tenggat waktu pengerjaan tugas yang singkat sehingga membuat mahasiswa kurang istirahat. Faktor lainnya seperti karakteristik status tempat tinggal, dengan adanya penutupan kampus dan universitas banyak mahasiswa yang pulang ke rumah, sehingga dalam melakukan kuliah daring mahasiswa harus berbagi peran antara mengerjakan tugas kuliah dan peran dalam lingkungan keluarga.

Sejalan dengan hal tersebut Livana, Mubin dan Basthomi (2020) dalam penelitiannya menyebutkan terdapat beberpa penyebab utama terkait stress yang dialami mahasiswa selama pandemi covid 19 diantaranya tugas perkuliahan yang padat, perasaan bosan karena berada dirumah saja, tidak dapat bertemu secara fisik baik dengan teman perkuliahan atau dengan orang tersayang, pembelajaran daring yang dirasa mulai membosankan, serta tidak dapat mengaplikasikan pembelajaran praktikum di laboratorium. Dalam penelitian lain juga menyebutkan selama pandemi covid 19 terdapat berbagai stresor yang dialami mahasiswa seperti buruknya koneksi internet, banyaknya penyelesaian tugas dengan waktu yang relatif singkat, merespon instruksi dengan cepat, hingga keharusan beradaptasi dengan cepat selama pembelajaran daring (Harahap, Harahap &

Harahap, 2020)

(18)

Stres juga dapat mempengaruhi daya ingat dan perhatian seseorang (Sarafino & Smith, 2011). Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Livana, Mubin & Basthomi (2020) menunjukkan stres yang dialami oleh mahasiswa selama covid 19 dikarenakan tugas pembelajaran (70,29%), serta praktek pembelajaran laboratorium yang tidak dapat dilaksanakan karena tidak adanya alat labor (35%). Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Lubis, Ramadhani &

Rasyid (2021) memperlihatkan stress yang dialami mahasisawa selama masa covid 19 terbanyak yakni mencapai 80 orang mahasiswa, hal ini menunjukkan adanya tekanan yang cukup berat yang dirasakan mahasiswa selama menjalankan pembelajaran online.

Fenomena yang sama juga terjadi pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Suska Riau dari uraian yang terlihat berbagai permasalahan serta perasaan mahasiswa selama melakukan pembelajaran di masa covid 19. Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap 177 mahasiswa Fakultas Psikologi dengan 7 permasalahan utama yang dihadapi selama masa pandemi covid 19. Permasalahan yang dihadapi antara lain permasalahan akademik sebanyak (42,9%) hal ini meliputi kesulitan dalam memahami pelajaran, pembelajaran yang dirasa kurang efektif dan kesulitan dalam mencari referensi tugas. Permasalahan ekonomi (20,3%) meliputi kesulitan dalam membeli kuota dan pendapatan keluarga yang menurun. Masalah psikologis (14,1%) meliputi hilangnya semangat dan motivasi belajar, ketakutan, serta perasaan cemas, stress, bosan dan malas. Permasalahan akses atau jaringan internet (12,9%) dikarenakan jaringan internet yang tidak baik, dan beberapa permasalahan lainnya seperti

(19)

hubungan sosial (6,7%), masalah kesehatan (1,1%) dan masalah dikarenakan covid 19 (1,6%). Survei lainnya mununjukkan, (83,8%) mahasiswa merasakan emosi negatif yang meliputi perasaan sedih, bosan, cemas, lelah, kesal, tidak nyaman, stres, merasa kesulitan, merasa kurang efektif dengan pembelajran daring, merasa tidak baik, marah, takut, kacau, kecewa, malas dan putus asa.

Mustami’ah & Sulistiani (2010) menyatakan bahwa keadaan stres membuat individu cendrung merasa mudah marah, hilang minat, lebih agresif, kerap melempar pandangan sinis, bingung, dan frustasi. Stres yang terjadi juga menimbulkan perubahan biologis yang memicu reaksi fisiologis seperti detak jantung meningkat, gemetar, dan keluarnya keringat secara berlebihan (Sarafino &

smith, 2011). Helmi (Safaria & saputra, 2012) juga menyatakan reaksi kogntf indifidu saat mengalami stres dapat berupa kesulitan dalam berkonsentrasi, rendah diri, kebingungan, kerap berfikir negatif dan kesulitan dalam mengambil keputusan. Menurut Nurmaliyah (2014) stres adalah suatu ketegangan yang dialami dan dirasakan oleh mahasiswa yang berasal dari faktor dan tuntutan sehari-hari.

Baumel dalam Wulandari (2011) juga menyatakan adanya stres pada mahasiswa disebabkan oleh stressor baik dari proses pembelajaran, lama waktu belajar, banyaknya tugas, kecemasan saat ujian hingga kesulitan memanajemen waktu. Senada dengan hal tersebut Sayekti (2017) menjelaskan stres merupakan keadaan dimana mahasiswa tidak dapat menghadapi berbagai tuntutan dan mempersepsikannya sebagai gangguan.

(20)

Huud dalam Karinda (2020) menyatakan adanya stres dan emosi negatif akan mempengaruhi nilai prstasi dan kesehatan mahasiswa. Halim (2015) juga menyatakan emosi negatif yang berkepanjangan dapat menghambat kehidupan individu sehingga individu tersebut kesulitan untuk mengembangkan diri dan kerap menarik diri dari lingkungan (Karinda, 2020). Salah satu faktor yang berperan penting dalam mengatasi kondisi pemicu stres dengan cara yang lebih efektif dan sehat ialah self compasiion (Huriyah, Prathama & Wardhani, 2022).

Sejalan dengan itu Lee dan Lee (2020) dalam penelitiannya menemukan bahwa self-compassion dapat menghambat perkembangan kelelahan hingga depresi dalam lingkup stres.

Fisher dan Pidgeon (2018) juga menemukan self-compassion terbukti secara signifikan mengurangi efek stres pada mahasiswa. Allen & Leary (2010) menjelaskan self-compassion merupakan inti dari memperlakukan diri dengan baik disaat mengalami berbagai kesulitan, dengan adanya welas asih/self- compassion dapat mempengaruhi fikiran dengan proses merestrukturisasi kognitif positif dimana individu dapat melihat sisi positif dibalik peristiwa negatif yang sedang ia alami.

Mahasiswa yang memiliki self compassion yang tinggi akan mampu memperlakukan diri mereka dengan baik meski dalam tekanan stress yang kronis sekalipun. Menurut hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Marshall dkk (dalam Widhi & Hidayati, 2017) menyatakan individu yang memiliki self-compassion dapat memperlakukan diri dengan lebih baik, serta lebih mampu menerima segala

(21)

kekurangan yang dimiliki sehingga terjauhkan dari perilaku yang merusak dirinya.

Rasa sayang kepada diri atau self-compassion dapat terlihat dari sikap mental yang kuat dan tahan banting pada saat individu berhadapan dengan keadaan sukar yang terjadi kepada diri sendiri. Adanya kekuatan emosional dan ketahanan individu agar dapat pulih lebih cepat dari rasa kecewa ataupun frustrasi yang diberasal dari self-compassion membuat individu tersebut lebih bisa mengakui kekurangan yang dimiliki, memaafkan diri, serta berusaha untuk meraih potensi yang dimiliki (Neff dalamWulandari, 2019).

Self-compassion dapat meringankan stres dan depresi yang dirasakan oleh individu (Neff & Germer, 2013). Gilbert dan Proctor (2006) menyatakan bahwa peningkatan self-compassion yang miliki individu dapat menurunkan tingkat hormon stress pada individu tersebut. Adapun self-compassion menurut Allen &

Leary (2010) ialah suatu daya koping yang berharga disaat seseorang mengalami keterpurukkan dalam kehidupan yang berdampak negatif seperti stres, self- compassion dapat dan menjadi hal penting untuk menurunkan stres. Neff (2003) mengatakan welas asih merupakan regulasi emosi yang bermanfaat dimana dengan adanya welas asih individu dapat menerima emosi negatif, perasaan menyakitkan dan tekanan psikologis dengan kebaikan, pengertian dan tidak menghakimi atau menyalahkan diri sendiri.

Banyaknya permasalahan dan dampak negatif yang di timbulkan oleh covid 19 terhadap psikologis mahasiswa selama pembelajaran daring. Ditambah dengan stress yang dialami oleh mahasiswa maka self-compassion merupakan

(22)

suatu upaya penting yang dapat dilakukan untuk mengubah tekanan yang dialami mahasiswa selama pandemi menjadi lebih positif. Oleh kareana itu peneliti tertarik untuk membahas dan meneliti lebih lanjut mengenai hubungan antara self compassion dan stress pada mahasiswa di masa pandemi covid 19.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diurai dan dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ apakah terdapat hubungan antara self-compassion dan stress pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Sultan Syarif Khasim Riau?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui hubungan antara self compassion dan stress pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Suska Riau.

D. Keaslian Penelitian

Setelah melakukan tinjauan pustaka, terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan diteliti, penelitian-penelitian tersebut diantaranya :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Lim dan Kartasasmita (2018) dengan judul

“Dukungan Internal atau Eksternal; Self-Compassion Dan Perceived Social support Sebagai Prediktor Stres”. Bentuk stres dalam penelitian ini berupa permasalahan seari-hari seperti mendapat nilai buruk atau tidak sesuai harapan, kekhawatiran saat akan melakukan presentasi oral, persiapan untuk presentasi, kesulitan dalam menyusun skripsi, menghadapi matakuliah yang

(23)

dianggap sulit atau tidak penting, adanya praktik, deadline tugas, peraturan atau kebijakn kampus dan lain sebagainya. Penelitian ini memiliki subjek sebanyak 573 mahasiswa. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan di teliti terletak pada subjek dan variabel yang sama. Perbedaan kedua penelitian terdapat pada metode yang digunakan yakni penelitian ini menggunakan teknik analisis data regresi ganda sedangkan penelitian yang akan diteliti menggunakan metode analisis data menggunakan teknik korelasional (korelasi pearson product moment).

2. Penelitian relevan lainnya diteliti oleh Tran, Thanh, Sholiman dkk (2022) dengan judul “Self-Compassion, Mindfulness, Stress, and Self-esteem Among Vietnamese University Students: Psychological Well-being and Positive Emotion as Mediators” menunjukkan bahwa self-compassion terbukti secara signifikan mengurangi efek stress dan meningkatkan kesehatan mental.

Membantu siswa berkonsentrasi pada tugas-tugas penting dan beradaptasi dengan peristiwa yang membuat stres. Penelitian ini memiliki subjek 654 mahasiswa Vietnam. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada subjek sama-sama meneliti variabel self-compassion dan stress pasa mahasiswa. Sedangkan perbedaannya ialah penelitian ini meneliti lebih banyak variabel yakni Self-Compassion, Mindfulness, Stress, Self-esteem Positive emotion dan Pshycological well-being.

3. Penelitian oleh Amima Salam (2021) dengan judul “Self-Compassion As Predictor Of Stress And Coping Strategies: A Study On Undergradueate Students”. Penelitian ini memiliki jumlah subjek 234 mahasiswa sarjana di

(24)

pilih dari Karachi, Pakistan. Dalam penelitian ini terdapat bentuk stress yang dihadapi oleh mahasiswa selama kehidupan kuliah/universitas meliputi tekanan keuangan, ekspektasi keluarga, tenggat waktu, stres teman sekamar jika tinggal di asrama, tenggat waktu perkuliahan, mempertahankan gaya hidup, tekanan teman sebaya, memulai karir profesional dan lain sebagainya.

Persamaan penelitian ini ialah sama-sama meneliti variabel self-compassion dan stress pada mahasiwa. Perbedaannya terletak pada fokus penelitian dimana penelitian ini bertujuan lebih luas yakni untuk membantu psikolog dan konselor siswa untuk mengembangkan program intervensi seperti konseling dan seminar bagi siswa. Penelitian ini juga menemukan adanya perbedaan yang signifikan dalam tingkat self compassion, stress yang dirasakan antara anak laki-laki dan perempuan.

4. Penelitian oleh Panji Kartika Putra (2016) dengan judul “Hubungan antara self- compassion dan stres pada mahasiwa yang sedang menyusun skripsi”

Penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara self compassion dengan stres pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi. Penelitian ini mneggunakan sampel dari 66 mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ yang sedang menyusun skripsi. Dalam penelitian ini bentuk stress yang dirasakan berupa berbagai hambtan dalam penulisan skripsi seperti kesulitan mencari literatur, membagi waktu dan ketidak cocokan dengan judul yang didapat.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang sedang diteliti terdapat pada variabel terikat dan variabel bebas, sementara perbedaanya terdapat pada

(25)

fokus penelitian dimana pada penelitian ini lebih berfokus pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Huriyah, Prathama dan Wardhani (2022) dengan judul “Self- compassion dan stres pada mahasiswa Magister Psikologi Profesi Klinis” pada penelitian ini menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara self-compassion dan stres. Penelitian ini menggunakan sampel dari 117 mahasiswa Magister Psikologi Profesi Klinis. Dalam penelitian ini ditemukan beberapa bentuk stres yang dialami mahasiswa selama praktik kerja klinis seperti permasalahan jumlah kasus, proses penyelesaian kasus, adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan daalm pelayanan klien, banyaknya tanggung jawab serta hubungan dengan supervisor dan pembimbing lapangan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti terdapat pada variabel bebas dan terikatnya, sedangkan perbedaannya terdapat pada teknik pengambilan data dimana penelitian ini menggunakan snowball sampling, sementara penelitian yang akan diteliti menggunakan teknik cluster sampling.

Dari beberapa penelitian sebelunya belum ada yang meneliti mengenai hubungan antara Self compassion dan stress pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Sultan Syarif Kasim di masa Pandemi Covid 19.

(26)

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini penulis berharap hendaknya berguna untuk menambah wacana dan pengetahuan serta dapat menjadi referensi terkait hubungan antara self-compassion dan stress pada mahasiswa.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi literasi, informasi dan masukan bagi mahasiswa agar lebih welas asih kepada diri sendiri dapat menerima keadaan dan menghindari stress berlebihan yang berujung kepada hal-hal negatif.

(27)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stress 1. Pengertian Stress

Lazarus dan Folkman (1984) menjelaskan stres sebagai reaksi fisik dan psikologis terhadap tuntutan hidup yang membebani indiviudu dan mengganggu kesejahteraan hidupnya. Stress adalah respon seseorang saat menghadapi stressor, yakni kondisi dimana individu mengahadapi peristiwa atau kejadian yang menantang secara fisik dan psikologis (Sarafino & Smith, 2011). Stress adalah keadaan dimana individu mengalami perbedaan antara tuntutan fisik atau psikologi dengan situasi dan sumber daya biologis, psikolgis atau situasi sosial yang dimilikinya (Lazarus & Folkman, 1984:

Lovallo, 2005 dalam Sarafino & Smith, 2011)

Busari (2011) juga menjelaskan stres merupakan suatu persepsi individu terhadap kesenjangan antara tuntutan dengan kemampuan individu memenuhi tuntutan. Stres terjadi jika seseorang merespeon keadaan dengan berlebihan sehingga merasa tidak mampu untuk mengatasi masalah tersebut.

Semakin tinggi intesitas stres maka semakin individu tidak dapat memenuhi tuntutan yang diemban.

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahawa stres merupakan suatu respon individu saat menghadapi tekanan dan tuntutan dalam kehidupan. Peneliti memilih stress pada mahasiswa sebagai fokus penelitian. Stress merupakan berbagai tuntutan sehari-hari yang dirasakan

(28)

individu selama menempuh proses pendidikan. Hal ini dapat berupa stresor yang berasal dari hasil persepsi dan penilaian individu tentang stress, baik tuntutan terkait ilmu pengetahuan dan pendidikan, maupun tuntutan yang berasal dari diri atau lingkungan individu Govaerst & Gregoire, 2004).

Kadapatti dan Vijayalaxmi (2012) menyatakan stress merupakan suatu tekanan mental yang berkaitan dengan perasaan frustasi akan kegagalan yang dialami, baik itu ketakutan yang bersumber dari kemungkinan terhadap kegagalan tersebut atau kesadaran akan terjadinya kegagalan tersebut. Stressor yang dirasakan individu menuntut penyesuaian diri diluar dari kebiasaan sehar-hari, dimana reaksi tersebut terwujud dalam berbagai respon fisiologis, emosional dan emosional (Gadzella & Masten, 2005).

Reddy, Menon, dan Thattil (2018) menjelaskan stress merupakan bagian dari kehidupan mahasiswa dimana terdapat faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi maka perlunya memahami sumber dan dampak yang di timbulkan dari stress agar mendapatkan sumber intervensi yang baik dan memadai serta efisien. Davidson juga meyatakan berbagai tekanan yang bersumber dari stress yang dialami mahasiswa menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan yang meliputi situasi yang terlalu monoton, tugas yang banyak, ekspektasi yang mengada-ngada, ketidak jelasan, kebingungan, tuntutan yang datang saling bertentangan, serta tenggat waktu yang sedikit (Hasanah & Livana, 2020).

Dari beberpa definisi di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa stress merupakan suatu respon adaptif individu pada berbagai tekanan baik

(29)

internal maupun eksternal yang bersumber dari tuntutan sehari-hari yang dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan fisik, emosional hingga perilaku.

2. Aspek-Aspek Stress

Aspek-aspek dalam penelitian ini merujuk pada kondisi mahasiswa melalui aspek stres yang dikemukakan oleh Sarafino & Smith (2011) diantaranya yaitu :

a. Aspek biologis

Stres yang terjadi dapat menimbulkan perubahan biologis pada diri individu. Selain itu stres juga menyebabkan reaksi fisiologis seperti detak jantung meningkat, gemetar, dan keluarnya keringat secara berlebihan. Hal ini dikarenakan adanya kemunculan stresor yang dianggap berbahaya bagi individu

b. Aspek Psikososial

Adanya stres yang dialami oleh individu, mengakibatkan beberapa perubahan psikologis dan sosial, diantaranya:

1) Kognitif

Stres dapat mempengaruhi perhatian dan ingatan. Stres mengakibatkan individu mudah teralihkan perhatinnya, misalnya individu yang mengalami stres ketika ujian sekolah, akan cendrung keliru dalam menafsirkan informasi yang diberikan dalam sebuah pertanyaan, serta mengalami kesulitan untuk mengingat pembelajaran yang sebelumnya telah dipelajari. Helmi (Safaria dan Saputra, 2012)

(30)

juga menyatakan reaksi kognitif individu saat mengalami stres dapat berupa kesulitan dalam berkonsentrasi, rendah diri, merasa kebingungan, tidak punya tujuan hidup, kerap berfikir negatif, prestasi menurun, tidak menikmati hidup hingga kesulitan dalam mengambil keputusan.

2) Emosi

Seseorang yang mengalami stres karena tekanan dari luar ataupun dari dalam, cendrung lebih murung dan merasa sedih. Jika hal tersebut telah mengacu pada gangguan psikologis yang parah dan berkelanjutan maka individu akan mudah mengalami perubahan suasana hati, memiliki pola makan yang buruk, kesulitan tidur, dan kerap menyalahkan diri sendiri. Lazarus (Sarafino & Smith, 2011) menyatakan adanya kaitan antara stres dan emosi. Individu akan lebih cendrung mengevaluasi stres melalaui emosi. Selain itu proses kognitif juga mempengaruhi stres dan pengalaman emosi pada individu.

Beberapa reaksi emosional yang mungkin dirasakan individu saat mengalami stres dapat berupa perasaan tidak nyaman, baik secara fisik maupun psikologis. Tidak jarang stres juga menimbulkan perasaan sedih dan depresi.

3) Perilaku sosial

Adanya stres membuat individu lebih acuh tak acuh terhadap lingungan sekitarnya, lebih sensitif serta cendrung memiliki sifat bermusuhan dan menjadi tidak peka terhadap kebutuhan orang lain.

(31)

3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Stress

Hanum (2012) berpendapat adanya beberapa faktor internal dan ekternal yang mempengaruhi tingkatan stress pada mahasiswa yakni :

a. Faktor Internal 2) Pola pikir

Adanya perbedaan pola pikir setiap individu membuat respon terhdap stresor yang di terima berbeda pula. Individu yang sulit untuk mengendalikan emosi cendrung lebih mudah mengalami stress.

3) Kepribadian

Kepribadian individu dapat mempengaruhi tingkat stres yang dimilikinya, individu yang optimis biasanya lebih mampu dalam menangani permasalahan kehidupan dan lebih jarang terkena stres.

Berbeda dengan individu yang memiliki kepribadia pesimis yang cendrung lebih mudah terkena stres. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Rahayu & Ediati (2021) menyebutkan ketika pribadi mempunyai self compassion yang baik ia akan mampu untuk memahami, dan bersikap baik pada dirinya saat menghadapi berbagai tantangan maupun permasalahan. Neff & Germer (2003) juga menyatakan self compassion merupakan salah satu faktor yang dapat meringankan stres dan depresi yang drasakan oleh individu.

(32)

4) Keyakinan

Individu merupakan produk dari keyakinan yang ia miliki.

Keyakinan merupaka hal yang urgen untuk membimbing dalam setiap peranan yang dilalui pada setiap situasi.

5) Self compassion

Self compassion merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam menghadapi kondisi stres dengan cara yang lebih sehat dan efektif (Huriyah, Prathama & Wardhani, 2022). Self compassion juga diyakini dapat menjadi intervensi yang digunakan sebagai terapi mindfulness dan acceptence-based yang dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis individu (Finlay-Jones, 2014).

b. Faktor Eksternal

1) Pelajaran yang lebih padat

Adanya perbedaan kurikulum setiap tahunnya menyebabkan bertambahnya bobot pelajaran yang harus diselesaikan untuk memenuhi standarsisai. Hal ini tentunya membebani pelajar dan terjadinya peningkatan stres.

2) Tuntutan untuk berprestasi

Beberapa tuntutan untuk berprestasi baik dari orang tua, diri sendiri maupun orang lain, menimbulkan beban tersendri bagi pelajar yang berujung pada munculnya stres.

(33)

3) Dorongan status sosial

Persepsi masyarakat akan pendidikan merupakan sebuah status sosial yang tinggi, membuat anggapan bahwa individu yang memiliki kualifikasi pendidikan yang tinggi, lebih terhormat, dikenal dan diakui oleh masyarakat. Sedangkan mereka yang tidak berprestasi disebut lamban, malas dan payah. Mereka dianggap sebagai pembuat masalah dan kerap menemukan penolakkan dari guru maupun teman sebaya.

4) Orang tua yang saling berkompetisi

Orang tua di era modren ini memiliki daya saing untuk berlomba-lomba memberikan program tambahan bagi anaknya untuk menghasilkan anak yang lebih unggul. Memasukkan mereka kedalam sekolah pendidikan informal seperti,basket, tari dan piano dan bidang lainnya.

B. Self-Compassion 1. Pengertian Self-compassion

Neff (2003) menyatakan bahwa self-compassion ialah perasaan sayang individu terhadap dirinya sendiri, dan juga merupakan perasaan peduli yang diwujudkan dengan keterbukaan diri akan penderitaan yang tengah dialami.

Adanya self-compassion membuat individu mampu untuk memahami dan dapat mengambil sikap, tidak menghakimi atas kekurangan dan kegagalan yang dialami dan mengerti bahwa adanya pengaman baik dan buruk merupakan bagian dari kehidupan manusia pada umumya. Neff (2003) pada peneltian sebelumnya juga berpendapat bahwa self-compassion merupaka

(34)

sikap emosional yang positif yang melindungi diri dari self jugement, menarik dan mengurung diri.

Self compassion merupakan pemahaman individu terhadap keadaan dimana semua manusia memiliki kelemahan dan tidak sempurna serta dapat memberikan pemahaman itu kepada orang lain ketika mereka mengalami kegagalan atau membuat kesalahan (Neff & Germer, 2017).

Dari beberapa penjelasan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Self compassion merupakan rasa welas asih terhadap diri sendiri dimana individu dapat menerima dirinya dan keadaan yang dialaminya saat mengalami masa sulit.

2. Komponen Self Compassion

Neff (2003; 2011; 2017) menyatakan self-compassion memiliki beberapa komponen diantaranya: self kindness, common humanity dan mindfulness yang dengan aspek tersebut sebagai tolak ukur dari self- compassion yang dimiliki individu, diantaranya adalah :

a. Self kindness vs self judgement

Self kindness ialah pemahaman individu yang mampu menerima serta mengerti diri sendiri mampu memperlakukan diri dengan lebih baik dan tidak menyakiti ataupun tidak mudah merendahkan diri, dengan kebaikan diri seseorang dapat menerima dirinya dengan segala kekurangan, kesukaran dan rasa sakit yang dirasa dengan berlapang dada dan ikhlas. Sementara individu dengan self judgement merupakan

(35)

pemahaman individu yang cendrung menghakimi, pesimis dan menalahkan diri sendiri atas penderitaan yang dirasakan

b. Common humanity vs isolation

Common humanity dapat diartikan sebagai suatu kesadaran individu dalam memahami segala bentuk kesulitan, ketidakmampuan dalam menjalankan permasalahan kehidupan sehari-hari merupakan hal yang lumrah yang dialami oleh setiap orang. Sementara isolasi adalah pandangan indivdu yang menganggap segala kesulitan, tantangan dan permasalahan kehidupan merupakan orientasi dari ketidak sempurnaan diri sendiri sehingga mereka pesimis dan rendah diri atas ketidak berdayaan dalam menghadapi penderitaan yang dirasa.

c. Mindfulness vs overidentification

Mindfulness merupakan suatu respon individu terhadap kejadian atau permasalahan yang dilalui dengan seadanya dan tidak berlebihan, sehingga tanggapan yang diperoleh lebih efektif dan membawa individu pada kebersahajaan atas apa yang tengah ia rasakan. Menurut Brown &

Ryan (2003) Mindfulness merupakan tindakan seseorang dalam melihat pengalaman sebagai objek dan perspektif yang sederhana. Mindfulness merupakan hal yang krusial sehingga membuat individu tidak berlebihan dengan apa yang dirasakan ataupun dipikirkan. Overidentification merupakan suatu tanggapan ekstrim akan segala sesuatu yang dirasakan dan dialami sehingga membua seseorang mudah merasa kalut dan frusstasi

(36)

overindentivication juga merupakan kebalikan dari mindfulness yakni mencegah dari reaksi yang berlebihan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Compassion

Beberapa penelitian menunjukkan adanya faktor yang mempengaruhi Self Compassion diantaranya yakni :

a. Jenis kelamin

Neff (2003) menemukan bahwa jenis kelamin merupakan faktor yang mempengaruhi self compassion seseorang dalam menghadapi permasalahan. perempuan relatif lebih rendah dari laki-laki. hal ini disebabkan karena wanita lebih memiliki pemikiran yang penuh sehingga membuatnya lebih komplekas dalam memikirkan suatu persoalan dan tentunya ini lah yang mebuat wanita cendrung mudah cemas dan frustasi.

b. Budaya

Sebuah penelitian pada negara Amerika Thailand dan Taiwan memperlihatkan adanya perbedaan welas asih atau self compassion pada latar belakang budaya yang berbeda. Markus dan Kitayama (Neff et al., 2008) berpendapat masyarakat Asia cenderung memiliki kebudayaan kolektif sehingga memiliki penilaian diri yang saling ketergantungan yang membuat mereka cenderung saling bergantung satu sama lain, mengedepankan tenggang rasa, dan keadilan. Berbeda dengan kebudayaan barat yang lebih individual dan mandiri sehingga lebih menekankan kemandirian dan ciri khas individu dalam tingkah laku.

(37)

c. Usia

Sebuah penelitian yang dilakukan Neff & Vonk (dalam Neff, 2011) membuktikan self compassion berhubungan erat dengan tingkat usia relasi ini diperkirakan oleh Neff terkait dengan teori Erikson mengenai tahapan perkembangan yang menjelaskan alasan seseorang akan semakin tinggi seiring dengan berkembangnya usia sehingga dapat lebih menerima diri dan keadaan secara lebih positif.

d. Personality

Salah satu faktor lain yang mempengaruhi self compassion ialah kepribadian. Penelitian yang dilakukan oleh (Neff, Rude & Kirkpatrick dalam Neff, 2017) menemukan hubungan yang negatif antara self compassion pada neurotisme, namun mempunyai hubungan yang positif dengan emapat tipe kepribadian lainnya yaitu oppeness, extraversion, conscientiousness, dan agreeableness.

C. Kerangka Berpikir

Penelitian ini mengkaji hubungan antara stress dengan self-compassion pada mahasiswa, penelitian ini menggunakan konsep Sarafino & Smith (2011) untuk stress dan Neff (2003) untuk self-compassion. Subjek dari penelitian ini ditujukan pada mahasiswa yang sedang melakukan perkuliahan di masa pandemi covid 19.

Perubahan dalam sistem pembelajaran yang dulunya tatap muka menjadi sistem pembelajaran online. Hal ini mengharuskan mahasiswa menjalani perkuliahan lebih padat dari biasanya dan dengan tugas yang lebih banyak

(38)

(Hamzah & Hamzah, 2020). Berbagai macam hambatan dalam menjalankan pembelajaran seperti koneksi internet yang kurang baik, banyaknya tugas yang harus diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat, keharusan merespon instruksi dengan cepat, serta situasi saat melakukan pembelajaran dari rumah menimbulkan stres pada mahasiswa (Harahap, Harahap & Harahap, 2020). Perpindahan metode pembelajaran dari yang awalnya tatap muka menjadi daring sehingga membutuhkan adaptasi, pemberian tugas yang banyak, baik mandiri atau kelompok, tenggat waktu pengerjaan tugas yang singkat sehingga membuat mahasiswa kurang istirahat hal ini menyebabkan stres bagi mahasiswa Hamzah &

Hamzah (2020).

Gadzella & Masten (2005) menyebutkan stres sebagai variabel yang mempengaruhi individu, seperti rangsangan, tanggapan, dan interaksi antara rangsangan dan tanggapan (Gadzella, 1991 dalam Gadzella & Masten 2005) juga menyebutkan lima pemicu stres dan empat reaksi terhadap pemicu stres. Lima stresor tersebut antara lain: frustrasi, konflik, tekanan, perubahan, dan pemaksaan diri sementara empat reaksi terhadap stres adalah: penilaian fisiologis, emosional, perilaku, dan kognitif.

Sarafino (2011) menjelaskan stres yang dialami individu meliputi perasaan tertekan baik fisik maupun psikis. Tinggi rendahnya stress dapat dilihat dari aspek stress saat individu merasakan tekanan : (a) Aspek biologis yang menebabkan munculnya reaksi fisiologis seperti detak jantung meningkat, gemetar dan keluarnya keringat secara berlebihan. (b) Aspek psikososial yang terdiri dari dari kognitif, emosi dan perilaku sosial. Kognitif dapat mempenaruhi perhatian dan

(39)

ingatan seseorang misalnya stres selama ujian dapat mengganggu fokus ingatan dan perhatian yang diperlukan untuk kinerja yang baik selama ujian. Emosi yang dirasakan seseorang yang mengalami stres cendrung lebih murung dan sendih, individu juga cendrung mengevaluasi stres yang ia rasakan melalui emosi.

Perilaku sosial juga salah satu hal yang memperlihatkan stres yang dialami seseorang, indvidu yang mengalami stres akan lebih cendrung menarik diri dari lingkungan sosial dan bersikap acuh terhadap orang lain.

Stres dapat dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya dengan self- compassion, dimana self compassion berperan penting dalam menghadapi kondisi pemicu stres dengn lebih efektif dan sehat (Huriyah dkk, 2022) . Lee dan Lee (2020) menemukan self-compassion dapat menghambat perkembangan kelelahan hingga depresi dalam lingkup stress. Neff & Germer, 2011) menyatakan bahwa self compassion dapat meringankan stres dan depresi yang dirasakan oleh individu. Neff (2003) juga menjelaskan self-compassion ialah peduli yang diwujudkan dengan keterbukaan diri akan penderitaan yang tengah dialami.

Adanya self-compassion membuat individu mampu untuk memahami dan dapat mengambil sikap, tidak menghakimi atas kekurangan dan kegagalan yang dialami dan mengerti bahwa adanya pengalaman baik dan buruk merupakan bagian dari kehidupan manusia pada umumya.

Self-compassion merupakan sikap terbuka dan tergerak oleh penderitaan diri sendiri, merasakan kepedulian dan kebaikan terhadap diri sendiri, mengambil pengertian, sikap tidak menghakimi terhadap kekurangan dan kegagalan diri

(40)

sendiri, dan mengakui bahwa pengalaman diri sendiri adalah bagian dari pengalaman manusia pada umumnya. (Neff, 2003).

Self-compassion yang dimiliki individu dapat dilihat dari beberapa komponen diantanya adalah (a) Self kindness, dengan adanya Self kindness mahasiswa akan lebih mampu memberikan pemahaman terhadap dirinya saat menghadapi tekanan selama pembelajaran dimasa pandemi, terlepas dari stres yang dialami, mahasiswa akan mampu untuk menerima dan mengatasinya dengan lebih baik dan bijak. (b) Common humanity, dalam hal ini mahasiswa yang memiliki Common humanity dapat terhindar dari mengisolasi diri serta lebih mengerti bahwasanya segala kesulitan dan problematika dalam kehidupan perkuliahan serta stress juga dirasakan oleh orang lain, sehingga membuat mahasiswa tidak merasa terkucilkan dan sendiri dalam menghadapi permasalahan.

(c) mindfulness, mahasiswa yang mindfulness akan lebih legowo dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi, tidak menanggapi secara berlebihan dan tidak pula membuat mahasiswa menjadi tertekan dengan berbagai kesediahan dan kecemasan dikarenakan stres akdemik yang dialaminya. Hal lini menunjukkan bahwa self-compassion memiliki keterkaitan dengan stress pada mahsiswa.

Self-compassion dapat membantu mahsiswa untuk meringankan stress yang dimilikinya. Sejalan dengan hal tersebut Allen & Leary (2010) menjelaskan suatu daya koping yang berharga disaat seseorang mengalami keterpurukkan dalam kehidupan yang berdampak negatif seperti stres, self-compassion dapat dan menjadi hal penting untuk menurunkan stres. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa welas asih melindungi pengaruh stres (misalnya, kemajuan tujuan terbatas,

(41)

kelelahan) pada pengaruh negatif dan depresi pada mahasiswa (Kyeong, 2013;

Hope, 2014).

Berdasarkan uraian konseptual yang sudah dijelaskan maka dapat disimpulkan bahwa stres akan muncul apabila tuntutan akademi semakin berat namun dengan adanya self-compassion dapat meringkan stress yang dalami oleh mahasiswa. Oleh karena itu peneliti menduga adanya hubungan antara self- compassion dengan stress pada mahasiswa yang dapat digambarkan dengan skema dibawah ini :

D. Hipotesis

Berdasarkan studi literatur dan kerangka berfikir yang telah dijelaskan maka hipotesis dari penelitian ini adalah “adanya hubungan yang negatif antara self-compassion dan stress pada mahasiswa di masa pandemi covid-19”. Semakin tinggi self-compassion semakin rendah stress pada mahasiswa. Begitu sebaliknya semakin rendah self-compassion semakin tinggi stres pada mahasiwa.

Self compassion (X) Stress (Y)

Self Kindness Common Humanity

Mindfulness

Biological Psychosocial (Cognition,Emotion,

Social Behavior)

(42)

27 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dangan menggunakan teknik korelasional untuk melihat hubungan antara satu atau lebih variabel bebas dengan variabel dependen (Susanti, Wahyuni & Yulianti, 2016). Penelitian ini merupakan penelitian yang lebih menekankan pada analisis data numerikal (angka) dengan metode pengolahan statistika (Azwar, 2013). Penelitan ini dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan self-compassion (X) dengan stress (Y) pada mahasiswa.

B. Identifikasi Variabel

Identifikasi variabel merupakan tahapan untuk menetapkan variabel utama dalam sebuah penelitian serta penentu fungsi dari masing-masng variabel (Azwar, 2012). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel diantaraya adalah variabel bebas dan variabel terikat. Kedua variabel yang di gunakan dalam penelitian ini ialah : 1. Variabel bebas (X) : Self-Compasssion

2. Variabel terikat (Y) : Stress

C. Definisi Operasional 1. Stress

Stress merupakan respon individu pada berbagai tekanan baik internal maupun eksternal yang bersumber dari tuntutan sehari-hari yang dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan fisik, emosional hingga

(43)

perilaku. Stress diukur menggunakan skala yang disususn berdasarkan teori Sarafino dan Smith (2011) dan di kembangkan oleh Rika Yasufi Majrika (2018). Terdiri dari beberapa aspek diantaranya:

a. Aspek biologis; yang mencakup perubahan biologis dan reaksi fisiologis.

b. Aspek psikososial; yang mencakup emosi, kognitif, dan juga perilaku.

Maka diketahui bahwa semakin tinggi skor stress yang dimiliki subjek, maka semakin tinggi pula stressnya. Sebaliknya, semakin rendah skor stress subjek maka semakin rendah pula stressnya.

2. Self-Compassion

Self-compassion merupakan rasa welas asih terhadap diri sendiri dimana individu dapat menerima dirinya dan keadaan yang dialaminya saat mengalami masa sulit. Individu dapat lebih memehami bahwasanya kepelikan dan kesulitan hidup merupakan hal yang lumrah dialami oleh setiap manusia sehingga dapat lebih objektif dalam menilai kesukaran. Skala Self Compassion diukur berdasarkan komponen utama self compassion Neff (2003) yakni; self- kindness, common humanity, dan mindfulness serta tiga komponen versus yakni self-judgment, isolation, dan over-identfied.

Maka diketahui bahwa semakin tinggi skor self compassion yang dimiliki subjek, maka semakin tinggi pula self compassionya. Sebaliknya, semakin rendah skor self compassion subjek maka semakin rendah pula self compassionya.

(44)

D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Partisipan penelitian merupakan subjek yang akan berpartisipasi dalam penlitian. Partisipan dapat disebut juga dengan populasi yakni sekelompok subjek yang dikenai hasil generalisasi hasil penelitian yang memiliki ciri yang sama yang membedakannya dengan kelmpok lain. Populasi dari penelitian ini ialah mahasiswa Fakultas Psikologi yang berada pada semester I (satu) sampai dengan VII (tujuh) pada tahun ajaran 2020/2021 yang berjumlah 831. Rincian jumlah mahasiswa fakultas psikologi universitas islam negeri sultan syarif kasim riau sebagai berikut.

Tabel 3.1

Jumlah Populasi Mahasiswa Fakultas Psikologi T.A 2020/2021 Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau

Angkatan Semester Jumlah

2020 II 305 orang

2019 IV 198 orang

2018 VI 171 orang

2017 VIII 157 orang

Total 831 orang

Sumber: Bagian Akademik Fakultas Psikologi 2020 2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik dari populasi (Sugiono, 2007). Pengambilan sampel dalam penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2010:112), apabila subjek kurang dari 100 orang sebaiknya diambil keseluruhannya, jika subjek besar atau lebih dari 100 orang dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih. Beberapa sampel dalam penelitian ini diambil menggunakan rumus Taro Yamane sebagai berikut:

(45)

n=

Berikut proses perhitungan untuk menentukan jumlah sampel berdasarkan rumus Yamane :

n=

( )

n=( )

n= 131,5 n= 131

Berdasarkan perhitungan dari sampel diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa sampel sampel pada penelitian ini sebanyak 131 mahasiswa di Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

3. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan probability sampling yaitu setiap subjek memiliki peluang sama besar terpilih menjadi sample (Azwar, 2010). Probability sampling digunakan karena kelompok populasi homogen dan mewakili tiap-tiap semester.

Probability sampling terdiri dari beberapa jenis. Satu diantaranya adalah dengan menggunakan cluster sampling. pengambilan sampel dengan cluster sampling ini dilakukan apabila di dalam populasi terdapat kelompok- kelompok yang mempunyai ciri tersendiri (Susanti, Wahyuni & Yulianti, 2016). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SUSKA Riau angkatan 2020-2017 yang dapat dilihat dari tabel berikut:

(46)

Tabel 3.2

Jumlah Sampel

Angkatan Populasi Sampel

2020 305 48

2019 198 31

2018 171 27

2017 157 25

Total 131

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah upaya yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data-data penelitian (Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini menggunakan skala likert sebagai pengumpulan data. Skala yang digunakan untuk stress menggunkan skala yang dikembangkan oleh Sarafino dan Smith yang diadaptasi oleh Rika Yasufi Majrika (2018). Sedangkan untuk self-compassion skala yang digunakan ialah self-compassion scale (SCS) yang dikembangkan oleh Sugianto, Suarto, Sutanto (2020).

1. Skala Stress

Skala yang digunakan untuk mengukur stress pada mahasiswa dalam penelitian ini disusun berdasarkan teori Sarafino dan Smith yang dikembangkan oleh Rika Yasufi Majrika (2018). Skala stress ini memiliki 33 item dengan reliabilitas sebesar 0,933. Skala ini dimodifikasi oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Pada skala stress ini terdapat lima alternatif pilihan jawaban antara lain sangat sesuai (SS), sesuai (S), netral (N), tidak sesuai (TS) dan sangat tidak sesuai (TST). Untuk jawaban sangat sesuai mendapatkan skor 5, sesuai mendapatkan skor 4, netral mendapatkan skor 3, tidak sesuai mendapatkan

(47)

skor 2 dan sangat tidak sesuai mendapatkan skor 1. Maksimal skor dari skala ini sebesar 165 dan skor minimal sebesar 33.

Tabel 3.3

Blue Print Skala Stress

No Aspek-Aspek Butir Favorable Jumlah

Nomor Butir

1 Biological 1, 5, 8, 11, 14, 18, 22, 28 8 2 Psychosocial

(Cognition)

2, 6, 9, 12, 15, 19, 23, 26, 29, 31

10 3 Psyhosocial

(Emotion)

3, 7, 13, 16, 20, 24, 27, 32 8 4 Psychosocioal

(Social Behavior)

4,10, 17, 21, 25, 30, 33 7

Jumlah aitem 33

2. Skala Self Compassion

Skala yang digunakan ntuk mengukur self-compassion ialah self- compassion scale (SCS) yang dikembangkan oleh Neff (2003) serta diadaptasi oleh Sugianto, Suwarto & Sutanto (2020). Skala ini memiliki 26 item yang akan mengukur self-cmpassion secara keseluruhan skala ini mengacu pada tiga komponen utama yakni self-kindness, common humanity, dan mindfulness serta tiga komponen versus yakni self-judgment, isolation, dan over-identfied.

Skala ini memiliki reliabilitas sebesar 0,87 dengan versi bahasa indonesia yang berarti skal memilki reliabilitas yang cukup baik.

Format dari skala self-compassion ini berupa sakal likert yang disusun dalam lima alternatif jawaban, yaitu Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Netral (N) Sesuai (S) dan Sangat Sesuai (SS). Skala ini disusun dalam bentuk pernyataan favourable dan unfavourabel. Penilaian yang diberikan untuk pernyataan favourabel, yaitu Sangat Tidak Sesuai (STS) mendapat skor 1, Tidak Sesuai (TS) mendapat skor 2, Netral (N) mendapat skor 3, Sesuai (S)

(48)

mendapat skor 4 dan Sangat Sesuai (SS) mendapat skor 5. Sebaliknya untuk pernyataan unfavorabel yaitu Sangat Tidak Sesuai (STS) mendapat skor 5, Tidak Sesuai (TS) mendapat skor 4, Netral (N) mendapat skor 3, Sesuai (S) mendapat skor 2 dan Sangat Sesuai (SS) mendapat skor 1.

Tabel 3.4

Blue Print Skala Self compassion

No Komponen No Item

Jumlah Favorable Unfavorable

1 Self Kindness 5,12,19,23,26 1,8,11,16,21 10 2 Common Humanity 3,7,10,15 4,13,18,25 8

3 Minfulness 9,14,17,22 2,6,20,24 8

26

F. Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Coba Alat Ukur

Sebelum melakukan penelitian mengguanakan skala pengukuran, penelti harus melakukan uji coba (try out) terlebih dahulu. Uji coba alat ukur ini dilakukan kepada mahasiswa Fakultas Psikologi Sultan Syarif Kasim Riau dengan jumlah sampel sebanyak 55 mahasiswa pada tanggal 6 Desember -16 Desember 2021 melalui Google form.

Uji coba (try out) dilakukan guna mengetahui konsistensi antara fungsi aitem secara keseluruhan (Azwar, 2013). Menurut Arikunto (2010) sebuah skala dapat dikatakan valid dan reliabel berdasarkan statistik melalui uji coba (try out) skala. Uji coba (try out) alat ukur dilakukan untuk mendapatkan instrumen yang benar-benar mengukur apa yang ingin di ukur. Setelah uji coba dilaksanakan maka dilakukanlah penjumlahan (skoring), dilanjutkan

(49)

dengan pengujian validitas dan reliabilitas dengan bantuan aplikasi SPSS 25 for windows.

2. Uji Validitas

Reliabilitas merupakan suatu konsistensi atau keterpercayaan suatu alat ukur yang berarti seberapa tinggi kecermatan atau terpercayanya pengukuran tersebut (Azwar, 2013 ; Kumar, 2011). Azwar dalam ini juga menyatakan bahwa suatu ciri dari alat ukur yang berkualitas ialah reliabel, yakni mampunyai suatu alat ukur yang cermat daengan error pengukuran yang kecil atau dapat di sebut alat ukur tersebut memiliki validitas yang tinggi . Adanya validitas menunjukkan bahwa alat ukur dapat menunjukkan data dengan akurat mengenai atribut yang akan diukur. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila pengukuran yang dilakukan kepada kelompok subjek yang sama saat di lakukan untuk kali berikutnya akan menghasilkan hasil yang sama pula.

Namun apabila hasil pengukuran yang diklakukan tidak mendapatkan hasil yang sama (terdapat perbedaan yang mencolok) dalam beberpakali pengukuran maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur tersebut tidak konsisten dan tidak reliabel, maka dapat dikatakan fungsi ukurnya tidak valid.

Validitas suatu alat ukur menjadi pertimbangan yang paling utama dalam mengevaluasi kualitas alat ukur (Azwar, 2012). Adapun konsep validitas mengacu pada kelayakan, kebermaknaan dan manfaat inferensi yang dibuat berdarkan skor hasil tes yang dibuat. Sedangkan jenis validitas yang digunakan yakni validitas isi.

(50)

Validitas isi merupakan sejauh mana aitem dapat mewakili kelompok dari keseluruhan objek yang diukur serta sejauh mana aitem mengambarkan ciri perilaku yang hendak diukur (Azwar, 2015). Validitas isi merupakan validitas yang diestimasikan melalui pengujian tes beserta analisis lewat professional judgement dalam hal ini adalah dosen pembimbing dan narasumber seminar penelitian.

3. Indeks Daya Beda Aitem

Untuk dapat melihat sejauh mana item dapat membedakan antara individu atau kelompok individu yang meiliki dan tidak meiliki atribut yang di ukur maka diperlukannya daya diskriminasi atau dapat di sebut juga dengan daya beda (Azwar, 2019). Ideks daya beda item ialah indikator dari konsistensi dan keselarasan antara fungsi item dan fungsi skala secara keseluruhan yang dapat disebut juga dengan konsistensi item total (Azwar, 2015).

Uji daya beda item dalam penelitia ini menggunakan teknik korelasi product moment dari Carl Pearson dengan bantuan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 25.00 for Windows dengan mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor totalnya.

Sebagai penentuan benar dan sahihnya Azwar (2010) mengemukakan daya beda untuk skala psikologi minimal 0,30. Dengan demikian item yang memiliki koefisien < 0,30 dinyatakan gugur, sedangkan item yang dapat diterima dan sahih ialah item yang memiliki koefisien korelasi ≤ 0,30. Adapun item yang mempunyai daya beda atau lebih besar dari pada 0,30 dan

(51)

jumlahnya melebihi jumlah item yang akan disajikan sebagai skala pengukuran, maka peneliti dapat memilih item-item dengan daya beda tertinggi. Sebaliknya, jika item yang lulus namun belum mencukupi jumlah yang diperlukan, maka peneliti dapat menurunkan sedikit batasan kriteria dari 0,30 menjadi 0,25 (Azwar 2012).

Berdasarkan hasil analisis terhadap 33 aitem skala stress yang telah dilakukan ujicoba, terdapat 1 item yang gugur yakni item 8 dengan koefisien korelasi aitem total ≤ 0,25 dan 32 aitem yang valid. Adapun nilai daya beda aitem stress berkisar antara 0,224-0,720. Berikut merupakan rekapitulasi skala stress setelah dilakukan uji coba dapat di lihat pada tabel 3.5 berikut ini :

Tabel 3.5

Blue prin Uji Daya Beda Aitem Skala Stress Setelah Uji Coba

No Aspek-Aspek Butir Favorable Gugur Jumlah 1 Biological 5, 8, 11, 14, 18, 22,

28

1 7

2 Psychosocial (Cognition)

2, 6, 9, 12, 15, 19, 23, 26, 29, 31

- 10

3 Psyhosocial (Emotion)

3, 7, 13, 16, 20, 24, 27, 32

- 8

4 Psychosocioal (Social Behavior)

4,10, 17, 21, 25, 30, 33

- 7

Jumlah aitem 1 32

Setelah mendapatkan aitem yang valid, maka disusun kembali blue print skala stress yang digunakan untuk penelitian. Adapun uraian blue print skala stress untuk penelitian dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut:

(52)

Tabel 3.6

Blue print skala Stress untuk penelitian

No Aspek-Aspek Butir Favorable Jumlah

Nomor Butir

1 Biological 4, 7, 10, 13, 17, 21, 27 7 2 Psychosocial

(Cognition)

1, 5, 8, 11, 14, 18, 22, 25, 28, 30

10 3 Psyhosocial

(Emotion)

2, 6, 12, 15, 19, 23, 26, 31

8 4 Psychosocioal

(Social Behavior)

3,9, 16, 20, 24, 29, 32 7

Jumlah aitem 32

Berdasarkan hasil analisis terhadap 26 aitem skala self-compassion yang telah dilakukan ujicoba, terdapat 1 item yang gugur yakni item nomor 1 dengan koefisien korelasi aitem total ≤ 0,25 dan 25 aitem yang valid. Adapun nilai daya beda aitem stress berkisar antara 0,198-0,708. Berikut merupakan rekapitulasi skala self-compassion setelah dilakukan uji coba dapat di lihat pada tabel 3.7 berikut ini :

Tabel 3.7

Blue print Uji Daya Beda Aitem Skala Self compassion SetelahTry out

No Komponen No Item valid

Gugur Jumlah

F UF

1 Self Kindness 5,12,19,23,26 8,11,16,21 1 9 2 Common

Humanity 3,7,10,15 4,13,18,25 - 8

3 Mindfulness 9,14,17,22 2,6,20,24 - 8

1 25

Setelah mendapatkan aitem valid, maka disusun kembali blue print skala self compassion yang digunakan untuk penelitian. Adapun uraian blue print skala self compassion untuk penelitian dapat dilihat pada tabel 3.8 berikut:

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

22 Tahun 1999 mengatur bahwa segala urusan yang tidak diatur oleh pusat kemudian menjadi kewenangan daerah, maka Pemerintah Daerah, dalam hal ini Pemerintah

Ketamin adalah suatu obat yang unik yang menimbulkan analgesik kuat pada dosis subanestetik dan memproduksi induksi anestesi yang cepat melalui intravena pada

Pada penelitian ini metode tes digunakan untuk mengumpulkan data mengenai hasil belajar matematika siswa dengan cara memberikan soal tes yang sama pada kedua

Cecair yang manakah lebih sesuai digunakan sebagai bahan penyejuk dalam sistem penyejukan sebuah

&#34;elaku tim penyusun, kami berterima kasih kepada pihak- pihak yang telah membantu kami le#at &#34;elaku tim penyusun, kami berterima kasih kepada pihak- pihak yang telah

Sebaliknya, penggunaan yang tidak benar adalah yang paling sering jenis ketidakpatuhan pada pasien yang lebih tua dari 65 tahun dengan polifarmasi (menggunakan 2 obat atau lebih)

Investasi yang tidak meningkat merupakan salah satu faktor tidak tercapainya target pertumbuhan ekonomi (Wiranta, 2001). Dalam suatu negara, lembaga keuangan yang bergerak dalam

Motivasi kerja menurut Marihot (2005) adalah faktor-faktor yang mengarahkan dan mendorong perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang dinyatakan dalam