• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SMA ANGKASA ADISUTJIPTO DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN TENTANG SWAMEDIKASI JERAWAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SMA ANGKASA ADISUTJIPTO DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN TENTANG SWAMEDIKASI JERAWAT"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SMA ANGKASA ADISUTJIPTO DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN TENTANG SWAMEDIKASI

JERAWAT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Farmasi

Oleh :

Benedikta Rambu Lodang NIM : 158114108

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2021

(2)

i

HALAMAN JUDUL

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SMA ANGKASA ADISUTJIPTO DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN TENTANG SWAMEDIKASI

JERAWAT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Farmasi

Oleh :

Benedikta Rambu Lodang NIM : 158114108

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2021

(3)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Persetujuan Pembimbing

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SMA ANGKASA ADISUTJIPTO DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN TENTANG SWAMEDIKASI

JERAWAT

Skripsi yang diajukan oleh : Benedikta Rambu Lodang

NIM : 158114108

Telah disetujui oleh :

Pembimbing Utama

(Dr. apt. Yosef Wijoyo, M.Si) tanggal 22 Oktober 2021

(4)

Pengesahan Skripsi Berjudul

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SMA ANGKASA ADISUTJIPTO DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN TENTANG SWAMEDIKASI

JERAWAT

Oleh :

Benedikta Rambu Lodang NIM : 158114108

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

pada tanggal : 15 November 2021

Mengetahui Fakultas Farmasi Univeristas Sanata Dharma

Dekan

(Dr. apt. Yustina Sri Hartini)

Panitia Penguji : Tanda tangan

1. Dr. apt. Yosef Wijoyo, M.Si ...

2. apt. T. B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes, Ph.D ...

3. apt. Putu Dyana Cristasani, M.Sc ...

(5)

iv

PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Benedikta Rambu Lodang Nomor Mahasiswa : 158114108

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SMA ANGKASA ADISUTJIPTO DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN TENTANG SWAMEDIKASI JERAWAT

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 22 Oktober 2021 Yang menyatakan

(Benedikta Rambu Lodang)

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dengan kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 22 Oktober 2021 Penulis

Benedikta Rambu Lodang

(7)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria Bapak Willy, Mama Regina dan Kakak Claris Keluarga besar dan sahabat yang saya sayangi Serta Almamater tercinta, Universitas Sanata Dharma

(8)

vii PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih, rahmat dan penyertaan- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SMA ANGKASA ADISUTJIPTO DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN TENTANG SWAMEDIKASI JERAWAT” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari campur tangan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, tanpa mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan limpah terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah melimpahkan berkat, rahmat dan penyertaan dalam penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Dr. apt. Yustina Sri Hartini selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Dr. apt. Christine Patramurti selaku Kepala Program Studi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Dr. apt. Yosef Wijoyo, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pemikiran dalam memberikan bimbingan, masukan, dukungan dan memotivasi penulis hingga penyelesaian skripsi.

5. Ibu apt. T. B. Titien Siwi Hartayu, M. Kes, Ph. D dan ibu apt. Putu Dyana Christasani, M.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan dukungan, kritik, saran dan arahan yang berharga bagi penulis dalam penyelesaian naskah skripsi.

6. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan banyak ilmu dan bantuan untuk penulis selama perkuliahan.

7. Kepala sekolah SMA Angkasa Adisutjipto yang telah bersedia untuk mencantumkan nama sekolah pada skripsi ini.

(9)

viii

8. Guru dan siswa SMA Angkasa Adisutjipto serta SMA Gama Yogyakarta yang telah membantu dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

9. Keluarga tercinta, Bapak Wilhelmus Rauta Karebu, Mama Regina Padu Leba, dan kakak Claris Pebriani Rambu Podu yang selalu mendukung dalam doa, memberi semangat, memotivasi, serta menyayangi saya dengan penuh kasih sayang sehingga penulis bisa sampai pada tahap ini dengan baik.

10. Sahabat – sahabatku Lian, Pika, Mada, Viola dan Erik yang menjadi tempat untuk bercerita, berbagi pengalaman, memberi masukan dan memotivasi penulis selama masa perkuliahan dan penyelesaian skripsi.

11. Keluarga Flobamorata, keluarga KMKS, Kost 99999, dan sahabat – sahabatku atas segala bantuan, motivasi, dinamika, pembelajaran dan pengalaman.

12. Teman kelas FSM C 2015 dan teman angkatan FSM 2015 untuk dinamika selama masa perkuliahan.

13. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam proses pembelajaran di Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan karya ini sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak agar skripsi ini menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi semua pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan atas perhatiannya, penulis mengucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 22 Oktober 2021 Penulis

(10)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

INTISARI ... xii

ABSTRACT ... xiii

PENDAHULUAN ... 1

METODE PENELITIAN ... 3

Subjek Penelitian ... 3

Definisi Operasional ... 4

Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 4

Pengumpulan Data ... 7

Analisis Data ... 7

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 9

KESIMPULAN ... 22

SARAN ... 22

DAFTAR PUSTAKA ... 23

LAMPIRAN ... 26

BIOGRAFI PENULIS ... 37

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel I. Hasil Uji Validitas Kuesioner Tahap 1 ... 6 Tabel II. Hasil Uji Validitas Kuesioner untuk Item yang Valid ... 6 Tabel III. Karakteristik Responden Siswa SMA Angkasa Adisutjipto ... 9 Tabel IV. Hasil Kuesioner Pengetahuan Jerawat pada Dimensi Dapatkan pada

Responden Siswa SMA Angkasa Adisutjipto ... 11 Tabel V. Hasil Kuesioner Pengetahuan Jerawat pada Dimensi Gunakan pada

Responden Siswa SMA Angkasa Adisutjipto ... 13 Tabel VI. Hasil Kuesioner Pengetahuan Jerawat pada Dimensi Simpan pada

Responden Siswa SMA Angkasa Adisutjipto ... 16 Tabel VII. Hasil Kuesioner Pengetahuan Jerawat pada Dimensi Buang pada

Responden Siswa SMA Angkasa Adisutjipto ... 18 Tabel VIII. Distribusi tingkat pengetahuan responden tentang swamedikasi jerawat 20

(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin SMA Gama ... 27

Lampiran 2. Surat Izin SMA Angkasa Adisutjipto ... 28

Lampiran 3. Surat Keterangan Lisensi SPSS ... 29

Lampiran 4. Uji Validitas Isi Kuesioner Tahap 1 dan Tahap 2 ... 30

Lampiran 5. Uji reliabilitas ... 33

Lampiran 6. Hasil Kuesioner Swamedikasi Jerawat ... 35

(13)

xii INTISARI

Jerawat merupakan penyakit kulit yang dapat dilakukan swamedikasi oleh diri sendiri dengan obat tanpa resep. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran pengetahuan siswa SMA Angkasa Adisutjipto di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman tentang swamedikasi jerawat.

Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan rancangan cross sectional. Subjek dalam penelitian ini dipilih secara non random sampling dengan jenis purposive sampling. Penggambilan data menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitas. Responden menjawab kuesioner berisi 24 pernyataan secara online.

Berdasarkan hasil penelitian, responden memiliki pengetahuan yang cukup hingga kurang berdasarkan aspek DaGuSiBu dalam swamedikasi jerawat. Hasil analisis menyatakan 64% responden memiliki pengetahuan yang kurang dan 34%

responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang DaGuSiBu swamedikasi jerawat.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa mayoritas siswa SMA Angkasa Adisutjipto di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman memiliki pengetahuan yang kurang tentang swamedikasi jerawat yang dibuktikan dengan perolehan persentase dengan kategori kurang.

Kata kunci : Swamedikasi, Jerawat, Pengetahuan, DAGUSIBU, Siswa SMA

(14)

xiii ABSTRACT

Acne is a skin disease that can be treated by self-medication with over-the- counter medications. The purpose of this study was to describe the knowledge of Angkasa Adisutjipto high school students in Depok District, Sleman Regency about acne self-medication

The type of this research is descriptive observational with a cross sectional design. Subjects in this study were selected by non-random sampling with purposive sampling type. Data was collected using a questionnaire that has been validated and reliable. Respondents answered a questionnaire which contains 24 statements via online.

Based on the results of the study, respondents had sufficient to poor knowledge based on the DaGuSiBu acne self-medication aspect. The results of the analysis showed that 64% of respondents had poor knowledge and 34% of respondents had sufficient knowledge about DaGuSiBu acne self-medication. Thus it can be seen that the majority of Angkasa Adisutjipto High School students in Depok District, Sleman Regency have poor knowledge about acne self-medication as shown by the percentage with poor knowledge category.

Keywords: self-medication, acne, knowledge, DAGUSIBU, High School Students

(15)

1

PENDAHULUAN

Kulit merupakan organ terbesar dalam tubuh dan bagian terluar dari tubuh yang berperan sebagai pelindung tubuh dari kerusakan atau pengaruh lingkungan yang buruk (Maharani, 2015). Salah satu penyakit kulit yang selalu mendapat perhatian bagi para remaja dan dewasa adalah jerawat (Movita, 2013). Jerawat menjadi salah satu masalah kulit yang sering ditemui dan mengganggu penampilan seseorang. Jerawat adalah suatu kondisi dimana terjadi penyumbatan kelenjar minyak pada kulit wajah, leher, dada bagian atas atau punggung yang berisi cairan putih kental, dapat juga berupa bintik hitam atau putih yang menonjol dan tidak sakit (Djunarko & Hendrawati, 2011).

Berdasarkan penelitian di kawasan Asia Tenggara terdapat 40 – 80% kasus tentang jerawat (acne vulgaris). Penelitian yang dilakukan oleh Kelompok Studi Dermatologi Kosmetika Indonesia (2013) menyatakan bahwa jerawat (acne vulgaris) menempati urutan ketiga penyakit terbanyak dari jumlah pengunjung Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin di rumah sakit maupun klinik kulit (Prima &

Minerva, 2018). Prevalensi kejadian jerawat tertinggi yaitu pada umur 14 – 17 tahun, dimana pada wanita berkisar 83 – 85% dan pada pria yaitu pada umur 16 – 19 tahun berkisar 95 – 100% (Tjekyan, 2008). Jerawat merupakan salah satu penyakit kulit ringan yang dapat diobati sendiri dan dapat dilakukan swamedikasi (Djunarko &

Hendrawati, 2011).

Swamedikasi (selfmedication) merupakan alternatif yang ditempuh oleh kebanyakan masyarakat guna meningkatkan keterjangkauan pengobatan dan juga merupakan bagian dari upaya masyarakat untuk menjaga kesehatannya sendiri.

Pengetahuan berdasarkan konsep perilaku Lawrence Green (1980) ialah salah satu dari faktor predisposisi yang berpengaruh terhadap kesehatan seseorang (Depkes RI, 2007). Menurut Agabna (2014) swamedikasi adalah penggunaan obat – obatan

(16)

2

oleh seseorang untuk mengobati segala keluhan ringan pada diri sendiri atas inisiatif sendiri. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada tahun 2017 terdapat 69,43%

penduduk Indonesia yang melakukan swamedikasi. Agar swamedikasi dilakukan dengan tepat dan benar, seseorang harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang bagaimana mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang obat dengan benar.

DAGUSIBU (DApatkan, GUnakan, SImpan, BUang) merupakan Gerakan Keluarga Sadar Obat yang diprakarsai oleh Ikatan Apoteker Indonesia dalam mencapai pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan obat dengan benar.

Gerakan tersebut dilakukan karena masih banyak masalah terkait penggunaan obat yang tidak rasional (PP IAI, 2014).

Keterbatasan pengetahuan tentang obat yang digunakan akan menimbulkan kesalahan dalam pemilihan dan penggunaan obat. Hal tersebut dapat menimbulkan reaksi obat yang tidak diinginkan, perpanjangan masa sakit, dan ketergantungan penggunaan obat (Ameliani, et al, 2019).

Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang akan mempengaruhi terbentuknya perilaku dalam praktek penggunaan obat. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui seperti apa swamedikasi jerawat yang dilakukan oleh masyarakat.

Penelitian Febryery dan Yulianti (2012) menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan terhadap tindakan swamedikasi acne vulgaris di kalangan mahasiswa.

Berdasarkan beberapa studi tersebut dapat diketahui belum banyak penelitian yang dilakukan terkait swamedikasi jerawat dikalangan siswa SMA. Oleh karena itu, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswa SMA Angkasa Adisutjipto di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman tentang swamedikasi jerawat.

(17)

3

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat observasional deskriptif dengan rancangan cross sectional yaitu penelitian yang dilakukan dengan pengamatan sesaat atau dalam suatu periode tertentu dan setiap subyek studi hanya dilakukan satu kali pengamatan selama penelitian (Sani, 2018). Penelitian ini dilakukan di SMA Angkasa Adisutjipto yang berada di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman. Variabel penelitian yaitu tingkat pengetahuan siswa SMA. Variabel pengacau dalam penelitian ini adalah informasi tentang obat jerawat yang beredar bebas di masyarakat.

Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini dipilih secara non random sampling dengan jenis purposive sampling. Metode non random sampling merupakan metode pengambilan sampel dimana tidak semua anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan responden. Pengambilan sampel secara purposive sampling didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2010).

Subjek dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Angkasa Adisutjipto kelas 1, 2 dan 3 yang berusia 14 – 19 tahun, pernah atau sedang mengalami jerawat, dan bersedia untuk mengisi kuesioner. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah siswa yang menggunakan obat herbal untuk mengobati jerawat.s

Subjek diambil dari SMA Gama dan SMA Angkasa Adisutjipto yang merupakan SMA yang berada di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman. Subjek dalam penelitian ini yaitu 100 responden yang berasal dari SMA Angkasa Adisutjipto yang berada di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman. Responden untuk uji pemahaman bahasa dan uji reliabilitas merupakan siswa kelas 1, 2 dan 3. Sebanyak 35 responden dari SMA Gama di Kecamatan Depok dijadikan sampel untuk uji pemahaman bahasa

(18)

4

dan uji reliabilitas. Sampel tersebut dibagi menjadi 5 responden untuk uji pemahaman bahasa dan 30 responden untuk uji reliabilitas.

Definisi Operasional

a. Swamedikasi dalam penelitian ini adalah pengobatan mandiri dengan menggunakan obat golongan obat bebas, obat bebas terbatas dan OWA (obat wajib apotek) yang dilakukan oleh responden baik laki – laki maupun perempuan yang berusia 14 – 19 tahun untuk mengobati jerawat.

b. Jerawat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tonjolan yang muncul pada wajah.

c. Pengobatan jerawat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengobatan yang dilakukan secara mandiri oleh siswa untuk mengobati kondisi yang dialami. Obat jerawat yang dimaksud untuk pengobatan berupa golongan obat bebas, obat bebas terbatas dan OWA (obat wajib apotek).

d. Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini terdiri dari 2 jenis pengetahuan, yakni tingkat pengetahuan responden terhadap seluruh aspek DAGUSIBU secara individu dan tingkat pengetahuan seluruh responden per aspek pernyataan.

1. Kategori tingkat pengetahuan responden (per individu) terhadap DAGUSIBU yaitu sebagai berikut :

a. Tingkat pengetahuan baik jika nilai yang diperoleh 33 – 48 poin b. Tingkat pengetahuan cukup jika nilai yang diperoleh 17 – 32 poin c. Tingkat pengetahuan kurang jika nilai yang diperoleh 0 – 16 poin

2. Kategori tingkat pengetahuan responden per pernyataan yaitu sebagai berikut : a. Tingkat pengetahuan baik jika persentase yang diperoleh 67 – 100%

b. Tingkat pengetahuan cukup jika persentase yang diperoleh 34 – 66%

c. Tingkat pengetahuan kurang jika persentase yang diperoleh 0 – 33%

Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian berupa kuesioner yang terlebih dahulu diuji untuk mendapatkan kuesioner yang sesuai. Pada kuesioner penelitian dilakukan uji validitas

(19)

5

isi, uji pemahaman bahasa, uji validitas butir, dan reliabilitas. Uji validitas yang dilakukan adalah validitas konten dengan professional judgement untuk mengetahui setiap butir pernyataan yang terdapat di kuesioner valid untuk digunakan. Dalam kuesioner, 30 pernyataan diuji dan dinyatakan valid oleh expert judgement. Perubahan yang terjadi dalam kuesioner yaitu pada bagian pernyataan kuesioner (lampiran 4).

Terdapat 2 kali perbaikan pada uji validitas yang dilakukan, perbaikan tersebut mengarah pada penataan bahasa yang belum tepat dan beberapa pernyataan yang tidak tepat. Setelah mendapatkan persetujuan dari expert judgement yang pada akhirnya didapatkan item yang layak secara konten untuk digunakan selanjutnya dalam uji pemahaman bahasa.

Uji pemahaman bahasa dilakukan kepada responden yang memiliki kriteria mirip dengan responden penelitian yaitu siswa SMA Gama sebanyak 5 orang yang memiliki karakteristik mirip dengan subjek penelitian. Dalam uji pemahaman bahasa ini tidak ditemukan kata yang tidak dimengerti oleh responden, sehingga dilanjutkan ke tahap reliabilitas.

Uji validitas butir pernyataan kuesioner dilakukan pada 30 orang siswa SMA Gama yang memiliki karakteristik mirip dengan subjek penelitian. Hasil uji validitas butir dihitung menggunakan perhitungan statistik SPSS oleh Clinical Epidemiology &

Biostatics Unit (CE&BU) Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta nomor 56/UN1/FKKMK.2/CEBU/PT/2021 (lampiran 3). Pada uji validitas butir pernyataan, terdapat 30 pernyataan yang diuji dan diperoleh 24 pernyataan dengan nilai r hitung > 0,2, sehingga pernyataan tersebut dapat diterima dalam kuesioner ini (Sugiyono, 2016).

(20)

6

Tabel I. Hasil Uji Validitas Kuesioner Tahap 1

No. R Hitung No. R Hitung No. R Hitung No. R Hitung No. R Hitung 1. 0,298 7. -0,087 13. -0,083 19. 0,358 25. 0,540 2. 0,157 8. 0,428 14. 0,344 20. 0,535 26. 0,358 3. 0,348 9. 0,315 15. 0,545 21. 0,403 27. 0,486 4. 0,538 10. 0,451 16. 0,399 22. 0,545 28. 0,508 5. 0,407 11. 0,290 17. 0,532 23. 0,155 29. 0,208 6. 0,555 12. 0,142 18. 0,362 24. 0,522 30. 0,296

Setelah dilakukan seleksi item pada pernyataan yang memiliki nilai r hitung <

0,2 dan diperoleh pada kuesioner penelitian yang memiliki nilai r hitung > 0,2 sebanyak 24 pernyataan dan telah valid serta mewakili aspek – aspek DAGUSIBU dalam swamedikasi jerawat. Hasil terlihat pada tabel berikut.

Tabel II. Hasil Uji Validitas Kuesioner untuk Item yang Valid No. R Hitung No. R Hitung No. R Hitung No. R Hitung

1. 0,284 7. 0,273 13. 0,362 19. 0,506

2. 0,242 8. 0,360 14. 0,368 20. 0,353

3. 0,538 9. 0,239 15. 0,480 21. 0,445

4. 0,391 10. 0,512 16. 0,432 22. 0,463

5. 0,555 11. 0,351 17. 0,505 23. 0,253

6. 0,433 12. 0,512 18. 0,480 24. 0,243

Uji reliabilitas kuesioner penelitian dilakukan pada responden SMA Gama sebanyak 30 orang yang memiliki kriteria mirip dengan responden penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kuesioner sebagai instrumen penelitian dapat menunjukkan hasil pengukuran yang konsisten (Saraswati, 2018). Dari hasil uji reliabilitas awal 30 pernyataan diperoleh nilai cronbach’s alpha sebanyak 0,715. Hasil uji reliabiltas final dari 24 pernyataan didapatkan hasil α = 0, 825 (lampiran 5), suatu variabel dikatakan reliabel jika nilai cronbach alpha > 0, 60, berdasarkan nilai cronbach alpha tersebut menunjukkan bahwa instrument penelitian yang berupa kuesioner cukup reliabel untuk digunakan (Dahlan, 2014). Setelah dilakukan uji

(21)

7

reliabilitas jumlah pernyataan kuesioner menjadi 24 pernyataan dengan pilihan jawaban “Ya”, “Tidak” dan “Tidak Tahu” dengan rincian kunci jawaban 12 jawaban favourable dan 12 jawaban unfavourable. Data yang diperoleh dari masing – masing item pernyataan kuesioner dikumpulkan dan dilakukan scoring. Jawaban benar akan memperoleh score 2, jawaban salah memperoleh score 0 dan jawaban tidak tahu memperoleh score 0.

Pengumpulan Data

Sebelum melakukan pengumpulan data, calon responden diminta untuk mengisi informed consent sebagai bukti persetujuan untuk terlibat dalam penelitian.

Calon responden diberi penjelasan terkait penelitian ini yang meliputi pendahuluan, tujuan penelitian, prosedur penelitian, hak dan kewajiban responden, resiko penelitian, manfaat penelitian, kerahasiaan identitas responden dan nomor kontak pribadi peneliti.

Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan link kuesioner berupa google form yang terdiri dari empat bagian yaitu informed consent, karakteristik responden, deskripsi singkat terkait isi kuesioner penelitian dan kuesioner pengetahuan tentang swamedikasi jerawat. Sebelum menyebarkan kuesioner, telah dijelaskan terlebih dahulu pada bagian deskripsi kuesioner mengenai cara pengisian kuesioner penelitian. Setelah kuesioner selesai diisi oleh responden, kemudian peneliti melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan jawaban pada kuesioner. Kuesioner yang dibagikan oleh peneliti kepada responden berjumlah 24 pernyataan, dengan tujuan mempermudah sistem perhitungan poin menjadi 3 kategori yaitu kategori baik, kategori cukup dan kategori kurang.

Analisis Data

Karakteristik responden dalam penelitian ini dipersentasikan berdasarkan usia, jenis kelamin, kelas, dan uang saku perbulan. Persentase karakteristik responden dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Persentase karakteristik = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖 𝑘𝑎𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖𝑠𝑡𝑖𝑘

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 𝑥 100

(22)

8

Data yang telah dikumpulkan kemudian dikelola dan diberikan nilai. Jumlah nilai benar maksimal adalah 24 poin dengan masing – masing nilai benar per aspek DAGUSIBU yaitu dapatkan obat 6 poin, gunakan obat 9 poin, simpan obat 3 poin dan buang obat 6 poin. Kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti merupakan jenis pernyataan tertutup yaitu semua pilihan jawaban telah ditentukan oleh peneliti dengan skala pengukuran menggunakan skala Guttman sehingga diperoleh jawaban tegas yaitu

“Ya”, “Tidak” dan “Tidak Tahu”, dengan skor jawaban benar = 2 dan skor jawaban salah = 0, dan jawaban tidak tahu = 0 sesuai dengan kunci jawaban.

Setelah dilakukan penilaian, maka dapat dilakukan pengelompokkan terhadap tingkat pengetahuan yang dibagi menjadi:

- Baik (jika nilai yang diperoleh 33 – 48 poin) - Cukup (jika nilai yang diperoleh 17 – 32 poin) - Kurang (jika nilai yang diperoleh 0 – 16 poin)

(23)

9

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden

Tabel III. Karakteristik Responden Siswa SMA Angkasa Adisutjipto Karakteristik Persentase (%) N = 100

Usia 15

16 17 18 19

4 34 45 11 6 Jenis kelamin

Laki – laki Perempuan

48 52 Kelas

X XI XII

30 47 23 Uang saku perbulan

< Rp 300.000,00

Rp 300.000,00 – Rp 500.000,00 Rp 500.000,00 – Rp 700.000,00 Rp 700.000,00 – Rp 1.000.000,00

> Rp1.000.000,00

41 39 10 2 8

Penelitian ini dilakukan pada Siswa SMA Angkasa Adisutjipto di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman. Penelitian ini dilakukan pada siswa SMA mengingat bahwa angka kejadian jerawat paling banyak terjadi pada usia remaja (Tjekyan, 2008).

Siswa SMA Angkasa Adisutjipto yang berpartisipasi dalam penelitian ini sebanyak 100 responden.

Pada tabel III karakteristik responden siswa SMA Angkasa Adisutjipto, diketahui bahwa kelompok usia terbesar responden adalah 17 tahun yaitu sebanyak 45%. Penelitian yang dilakukan pada siswa SMA Angkasa Adisutjipto, dari 100 orang responden yang bersedia mengisi kuesioner, sebanyak 52% (52 responden) perempuan

(24)

10

dan laki – laki sebanyak 48% (48 responden). Selanjutnya responden kelas XI paling banyak terlibat dalam pengisian kuesioner yaitu sebanyak 47%.

Berdasarkan tabel III karakteristik responden siswa SMA Angkasa Adisutjipto, uang saku dengan persentase terbesar adalah 41% yaitu < Rp 300.000,00. Dilihat dari jumlah uang saku perbulan yang diperoleh oleh siswa SMA Angkasa Adisutjipto menjadi salah satu faktor responden melakukan swamedikasi, dilihat dari segi biaya ke dokter yang relatif mahal dan pengalaman sering mengalami rasa sakit yang sama dan pengalaman pengobatan yang sama. Dimana tingkat pendapatan seseorang mempengaruhi keputusan seseorang dalam mengambil tindakan.

Jerawat menjadi salah satu masalah kulit yang sering ditemui dan mengganggu penampilan seseorang. Jerawat merupakan suatu kondisi dimana terjadi penyumbatan kelenjar minyak pada kulit dan disertai infeksi dan peradangan. Penyumbatan kelenjar minyak pada kulit biasanya terjadi pada bagian kulit wajah, leher, dada bagian atas, atau punggung yang berisi cairan putih kental, dapat juga berupa bintik hitam atau putih yang menonjol dan tidak sakit (Djunarko dan Hendrawati, 2011).

Berdasarkan pernyataan dari penelitian “Pernah mengalami jerawat pada bagian wajah”, dari pernyataan ini diperoleh hasil sebanyak 100 orang responden pernah mengalami jerawat pada bagian wajah. Penelitian ini dikhususkan jerawat yang terjadi pada bagian wajah karena lebih mempermudah peneliti untuk melakukan penelitian. Namun dalam penelitian ini tidak dilakukan penelitian secara langsung pada responden dikarenakan siswa melakukan pembelajaran secara online, sehingga pernyataan yang diberikan peneliti sudah mewakili.

Pada penelitian ini, peneliti juga memberikan deskripsi singkat terkait istilah – istilah yang digunakan pada penelitian ini untuk mempermudah responden dalam mengisi kuesioner penelitian yang berupa google form. Hal ini dikarenakan istilah yang digunakan merupakan istilah yang asing atau jarang digunakan pada siswa SMA,

(25)

11

sedangkan responden yang dituju merupakan siswa SMA. Berikut hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan dimensi DAGUSIBU adalah sebagai berikut:

Tabel IV. Hasil Kuesioner Pengetahuan Jerawat pada Dimensi Dapatkan pada Responden Siswa SMA Angkasa Adisutjipto

No. Pernyataan Ya

n (%)

Tidak n (%)

Tidak Tahu n (%) 1. Obat jerawat dapat diperoleh di Apotek. 73 (73%) 5 (5%) 22 (22%) 2. Benzolac® dapat dilayani oleh apoteker di

apotek tanpa resep dokter.

52 (52%) 15 (15%) 33 (33%) 3. Obat jerawat Medi-klin®TR dapat dibeli

bebas tanpa resep dokter.

44 (44%) 23 (23%) 33 (33%) 4. Apoteker dapat melayani pembelian obat

jerawat di Apotek

71 (71%) 8 (8%) 21 (21%) 5. Obat jerawat yang berlogo obat keras

dapat dilayani oleh apoteker tanpa resep dokter.

66 (66%) 14 (14%) 20 (20%)

6. Medi-klin®TR dapat dibeli tanpa berkonsultasi dengan apoteker di apotek

50 (50%) 15 (15%) 35 (35%)

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009, masyarakat dapat memperoleh obat untuk tindakan swamedikasi melalui fasilitas pelayanan kesehatan seperti Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik dan Toko Obat.

Berdasarkan tabel IV, pada item pernyataan “Obat jerawat dapat diperoleh di Apotek”

didominasi oleh jawaban ‘ya’ sebanyak 73%, selain itu responden menjawab ‘tidak’

sebanyak 5% dan menjawab ‘tidak tahu’ sebanyak 22%. Hal ini menggambarkan bahwa responden memiliki pengetahuan yang baik tentang obat untuk swamedikasi jerawat harus diperoleh difasilitas kesehatan yang resmi dan legal.

Obat untuk swamedikasi yang dapat diperoleh oleh masyarakat adalah golongan obat bebas, obat bebas terbatas serta obat golongan OWA (Menkes, 2016).

Berdasarkan tabel IV, pada item pernyataan “Benzolac® dapat dilayani oleh apoteker di apotek tanpa resep dokter” didominasi oleh jawaban ‘ya’ sebanyak 52%, selain itu responden menjawab ‘tidak’ sebanyak 15% dan menjawab ‘tidak tahu’ sebanyak 33%.

Selanjutnya pada item pernyataan “Obat jerawat Medi-klin®TR dapat dibeli bebas

(26)

12

tanpa resep dokter” didominasi oleh jawaban ‘ya’ sebanyak 44%, selain itu responden menjawab ‘tidak’ sebanyak 23% dan menjawab ‘tidak tahu’ sebanyak 33%.

Berdasarkan jawaban responden yang didominasi oleh jawaban ‘ya’ terkait pernyataan tersebut dapat digambarkan bahwa responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang merek obat jerawat dan golongan obat yang dapat dibeli tanpa resep atau dengan resep dokter. Namun, banyak juga responden yang menjawab tidak dan tidak tahu. Hal ini kemungkinan dikarenakan kurangnya pengetahuan responden tentang golongan obat dan bisa juga disebabkan karena responden belum terlalu mengenal merek obat Benzolac® dan Medi-klin®TR secara lazim. Pada item pernyataan “Obat jerawat yang berlogo obat keras dapat dilayani oleh apoteker tanpa resep dokter”

didominasi oleh jawaban ‘ya’ sebanyak 66%, selain itu responden menjawab ‘tidak’

sebanyak 14% dan menjawab ‘tidak tahu’ sebanyak 20%. Obat jerawat Medi-klin®TR merupakan obat dengan golongan obat keras (logo merah dengan lingkaran hitam) yang dimana pembeliaannya harus dengan resep dokter (Badan POM, 2018).

Tenaga kesehatan yang berhak memberikan layanan swamedikasi adalah Apoteker.

Apoteker wajib memberikan informasi terkait obat yang diberikan dalam hal penggunaan obat, penyimpanan dan pembuangan obat (PerPres, 2009). Berdasarkan tabel IV, pada item pernyataan “Apoteker dapat melayani pembelian obat jerawat di Apotek” didominasi oleh jawaban ‘ya’ sebanyak 71%, selain itu responden menjawab

‘tidak’ sebanyak 8% dan menjawab ‘tidak tahu’ sebanyak 21%. Selanjutnya pada item penyataan “Medi-klin®TR dapat dibeli tanpa berkonsultasi dengan apoteker di apotek”

didominasi oleh jawaban ‘ya’ sebanyak 50%, selain itu responden menjawab ‘tidak’

sebanyak 15% dan menjawab ‘tidak tahu’ sebanyak 35%. Berdasarkan jawaban responden pada pernyataan diatas, menggambarkan bahwa responden memiliki pengetahuan yang baik dan cukup tentang tenaga kesehatan yang berhak memberikan pelayanan terkait obat yaitu apoteker. Adanya pemberi informasi obat di fasilitas kesehatan dalam hal ini adalah apoteker maka dapat menjamin mutu serta kualitas obat, sehingga terhindar dari obat palsu atau obat kadaluarsa (Lutfiyati, et al., 2017).

(27)

13

Tabel V. Hasil Kuesioner Pengetahuan Jerawat pada Dimensi Gunakan pada Responden Siswa SMA Angkasa Adisutjipto

No. Pernyataan Ya

n (%)

Tidak n (%)

Tidak Tahu n (%) 1. Obat jerawat digunakan untuk

mempercepat penyembuhan jerawat

80 (80%) 2 (2%) 18 (18%) 2. Semua obat jerawat dapat dihentikan bila

merasa telah sembuh

12 (12%) 66 (66%) 22 (22%) 3. Obat jerawat yang mengandung sulfur

dapat mempercepat penyembuhan jerawat

49 (49%) 4 (4%) 47 (47%) 4. Obat jerawat dalam bentuk salep

dioleskan pada jerawat 1-2 kali sehari.

68 (68%) 3 (3%) 29 (29%) 5. Obat jerawat dalam sediaan topikal yang

telah dibuka lebih dari 30 hari masih bisa digunakan

32 (32%) 22 (22%) 46 (46%)

6. Kulit harus dalam keadaan bersih sebelum menggunakan obat jerawat

92 (92%) 4 (4%) 4 (4%) 7. Tidak perlu mencuci tangan sebelum

mengoleskan obat jerawat.

85 (85%) 13 (13%) 2 (2%) 8. Bila obat jerawat yang digunakan

menimbulkan efek samping (gatal, kemerahan, dsb), maka segera konsultasikan kepada dokter

87 (87%) 8 (8%) 5 (5%)

9. Obat jerawat boleh digunakan ketika kulit tidak berjerawat

66 (66%) 11 (11%) 23 (23%)

Penggunaan obat jerawat untuk swamedikasi harus sesuai dengan aturan yang tertera pada wadah atau etiket obat. Penggunaan obat yang rasional meliputi tepat diagnosis, tepat indikasi penyakit, tepat pemilihan obat, tepat dosis, tepat cara pemberian, tepat interval waktu pemberian, tepat lama pemberian, waspada efek samping, tepat penilaian kondisi pasien, tepat informasi, tepat tindak lanjut, tepat penyerahan obat (Kemenkes RI, 2011).

Berdasarkan tabel V, pada item pernyataan “Obat jerawat digunakan untuk mempercepat penyembuhan jerawat” didominasi oleh jawaban ‘ya’ sebanyak 80%, selain itu responden menjawab ‘tidak’ sebanyak 2% dan menjawab ‘tidak tahu’

(28)

14

sebanyak 18%. Berdasarkan jawaban responden, dapat digambarkan bahwa responden memiliki pengetahuan yang baik tentang kegunaan obat jerawat untuk mempercepat penyembuhan jerawat. Penggunaan obat secara rasional meliputi tepat indikasi (Kemenkes RI, 2011). Namun banyak responden yang menjawab tidak tahu, hal ini dapat dikarenakan kurangnya pengetahuan responden tentang kegunaan obat jerawat.

Hal yang perlu diperhatikan saat menggunakan obat yaitu lama pemakaian (obat dikonsumsi sampai habis atau dikonsumsi saat keluhan muncul) (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan tabel V, pada item pernyataan “Semua obat jerawat dapat dihentikan bila merasa telah sembuh” didominasi oleh jawaban ‘tidak’ sebanyak 66%, selain itu responden yang menjawab ‘ya’ sebanyak 12% dan menjawab ‘tidak tahu’

sebanyak 22%. Banyak responden yang menjawab tidak terkait pernyataan tersebut, dapat menggambarkan bahwa kurangnya pengetahuan responden tentang aturan penggunaan obat. Obat jerawat harus digunakan sampai habis dengan tujuan mengoptimalkan pengobatan (Lutfiyati, et al., 2017). Sedangkan pada item pernyataan

“obat jerawat boleh digunakan ketika kulit tidak berjerawat” didominasi oleh jawaban

‘ya’ sebanyak 66%, selain itu responden menjawab ‘tidak’ sebanyak 11% dan menjawab ‘tidak tahu’ sebanyak 23%. Berdasarkan jawaban responden yang didominasi oleh jawaban ‘ya’ dapat menggambarkan bahwa responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang aturan penggunaan obat. Penggunaan obat yang salah akan menyebabkan suatu kejadian yang tidak diinginkan berupa medication error seperti kesalahan dosis sehingga terapi tidak efektif atau overdose. Hal tersebut menyebabkan terapi menjadi tidak rasional (Depkes, 2008).

Sulfur bekerja sebagai antibakteri sehingga efektif mengatasi jerawat yang disebabkan oleh bakteri (Djunarko dan Hendrawati, 2011). Berdasarkan tabel V, pada item pernyataan “obat jerawat yang mengandung sulfur dapat mempercepat penyembuhan jerawat” didominasi oleh jawaban ‘ya’ yaitu 49%, selain itu responden yang menjawab ‘tidak’ sebanyak 4% dan yang menjawab ‘tidak tahu’ sebanyak 47%.

Berdasarkan hasil tersebut dapat menggambarkan pengetahuan responden yang cukup

(29)

15

tentang kandungan dalam obat jerawat yang dapat mempercepat penyembuhan jerawat.

Namun, banyak juga responden yang menjawab tidak tahu pada pernyataan tersebut.

Hal tersebut kemungkinan dikarenakan kurangnya pengetahuan responden tentang kandungan zat aktif dalam obat jerawat. Adapun terapi farmakologi swamedikasi jerawat yaitu menggunakan obat – obatan yang mengandung sulfur, benzoil peroksida, resorsinol, dan asam salisilat (Djunarko & Hendrawati, 2011).

Berdasarkan tabel VII, pada item pernyataan “obat jerawat dalam bentuk salep dioleskan pada jerawat 1 – 2 kali sehari” didominasi oleh jawaban ‘ya’ sebanyak 68%, selain itu responden menjawab ‘tidak’ sebanyak 3% dan menjawab ‘tidak tahu’

sebanyak 29%. Berdasarkan jawaban responden yang didominasi oleh jawaban ‘ya’

dapat menggambarkan bahwa reponden memiliki pengetahuan yang baik tentang aturan penggunaan obat jerawat. Penggunaan obat jerawat dalam bentuk sediaan salep yaitu dioleskan pada bagian yang berjerawat 2 x sehari saat muka dalam keadaan bersih (Djunarko & Hendrawati, 2011). Pada item pernyataan “obat jerawat dalam sediaan topikal yang telah dibuka lebih dari 30 hari masih bisa digunakan” didominasi oleh jawaban ‘tidak tahu’ sebanyak 46%, selain itu responden menjawab ‘ya’ sebanyak 32%

dan menjawab ‘tidak’ sebanyak 22%. Pernyataan tersebut didominasi oleh jawaban tidak tahu dan juga tidak sedikit responden yang menjawab ‘tidak’. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan responden tentang aturan penggunaan obat.

Pengetahuan responden yang kurang tentang cara penggunaan obat dapat menyebabkan efek terapi tidak maksimal. Penggunaan obat yang salah akan menyebabkan suatu kejadian yang tidak diinginkan berupa medication error sehingga terapi menjadi tidak efektif. Hal ini menyebabkan terapi menjadi tidak rasional (Depkes, 2008).

Berdasarkan tabel V, pada item pernyataan “kulit harus dalam keadaan bersih sebelum menggunakan obat jerawat” didominasi oleh jawaban ‘ya’ sebanyak 92%, selain itu responden menjawab ‘tidak’ sebanyak 4% dan menjawab ‘tidak tahu’

sebanyak 4%. Pada item pernyataan “tidak perlu mencuci tangan sebelum mengoleskan

(30)

16

obat jerawat” didominasi oleh jawaban ‘ya’ sebanyak 85%, selain itu responden menjawab ‘tidak’ sebanyak 13% dan menjawab ‘tidak tahu’ sebanyak 2%. Hasil jawaban tersebut menggambarkan responden memiliki pengetahuan yang baik.

Sebelum menggunakan obat jerawat khususnya obat dalam bentuk sediaan salep, kulit harus dalam keadaan bersih untuk mencegah terjadinya kontaminasi degan kotoran atau debu, dan keringat yang menempel pada kulit (Ameliani, et al, 2019).

Berdasarkan tabel V, pada item pernyataan “bila obat jerawat yang digunakan menimbulkan efek samping (gatal, kemerahan, dsb), maka segera konsultasikan kepada dokter” didominasi oleh jawaban ‘ya’ sebanyak 87%, selain itu responden menjawab ‘tidak’ sebanyak 8% dan menjawab ‘tidak tahu’ sebanyak 5%. Responden memiliki pengetahuan yang baik tentang pernyataan tersebut. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya responden yang menjawab ‘ya’. Obat yang menimbulkan efek samping harus dihentikan penggunaannya dan segera dikonsultasikan kepada dokter untuk mencegah hal yang tidak diinginkan. Obat yang menimbulkan efek samping harus dihentikan penggunaannya karena dapat memperparah gejala yang dialami (Setya, 2018).

Tabel VI. Hasil Kuesioner Pengetahuan Jerawat pada Dimensi Simpan pada Responden Siswa SMA Angkasa Adisutjipto

No. Pernyataan Ya

n (%)

Tidak n (%)

Tidak Tahu n (%) 1. Obat jerawat dalam bentuk tablet seperti

Kapsida® disimpan pada suhu kamar

71 (71%) 2 (2%) 27 (27%) 2. Obat jerawat dalam bentuk sediaan cair

seperti Cetaphil® disimpan dalam freezer

45 (45%) 14 (14%) 41 (41%) 3. Obat jerawat tidak harus disimpan sesuai

dengan petunjuk pada kemasan obat

68 (68%) 16 (16%) 16 16%)

Penyimpanan obat perlu diperhatikan untuk menjaga kualitas dan stabilitas obat yang digunakan. Penyimpanan obat yang tidak sesuai dengan standar suhu yang telah dituliskan di label atau kemasan obat maka akan mengakibatkan penurunan stabilitas

(31)

17

obat yaitu menyebabkan obat menjadi rusak karena adanya degradasi zat aktif maupun adanya kontaminasi oleh partikel asing karena sterilitas (Lutfiyati, et al., 2017).

Penyimpanan yang kurang sesuai juga berpengaruh terhadap efektivitas terapi (Pujiastuti dan Kristiani, 2019). Kebanyakan obat tidak boleh terpapar oleh sinar matahari secara langsung untuk itu obat perlu disimpan di tempat yang tertutup dan kering (Depkes RI, 2008).

Berdasarkan tabel VI, pada item pernyataan “obat jerawat dalam bentuk tablet seperti Kapsida® disimpan pada suhu kamar” didominasi oleh jawaban ‘ya’ sebanyak 71%, selain itu responden menjawab ‘tidak’ sebanyak 2% dan menjawab ‘tidak tahu’

sebanyak 27%. Berdasarkan jawaban responden terhadap pernyataan tersebut dapat digambarkan bahwa responden memiliki pengetahuan yang baik tentang cara penyimpanan obat. Pada item pernyataan “obat jerawat dalam bentuk sediaan cair seperti Cetaphil® disimpan dalam freezer” didominasi oleh jawaban ‘ya’ 45% dan jawaban ‘tidak tahu’ 41%, selain itu responden menjawab ’tidak’ sebanyak 14%.

Responden menjawab benar pada pernyataan tersebut kemungkinan besar karena responden mengetahui bentuk sediaan obat Cetaphil®, namun banyak juga responden yang menjawab tidak tahu. Menurut peneliti, hal ini dapat dikarenakan responden tidak mengetahui bentuk sediaan Cetaphil® dan tidak membaca aturan penyimpanan pada kemasan obat. Cetaphil® merupakan obat jerawat yang berbentuk cair. Jika Cetaphil® disimpan dalam freezer maka akan menyebabkan Cetaphil® membeku dan tidak dapat digunakan. Pada item pernyataan “obat jerawat tidak harus disimpan sesuai dengan petunjuk pada kemasan obat” didominasi oleh jawaban ‘ya’ sebanyak 68%, selain itu responden menjawab ‘tidak’ dan ‘tidak tahu’ sebanyak 16%. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat menggambarkan bahwa responden memiliki pengetahuan yang baik tentang cara penyimpanan obat. Obat harus disimpan sesuai dengan petunjuk pada kemasan dikarenakan setiap obat mempunyai cara penyimpanan yang berbeda – beda.

Oleh karena itu, petunjuk yang terdapat pada kemasan sangat membantu dalam penyimpanan obat. Penyimpanan obat yang tidak memerlukan kondisi khusus

(32)

18

sebaiknya disimpan pada kotak obat yang terlindung dari paparan sinar matahari langsung dan tidak terjangkau oleh anak – anak (Depkes RI, 2008). Penyimpanan obat yang tidak sesuai dapat menurunkan stabilitas obat yang pada akhirnya akan berpengaruh pada efektivitas obat tersebut dalam memberikan efek terapi (PP IAI, 2014).

Tabel VII. Hasil Kuesioner Pengetahuan Jerawat pada Dimensi Buang pada Responden Siswa SMA Angkasa Adisutjipto

No. Pernyataan Ya

n (%)

Tidak n (%)

Tidak Tahu n (%) 1. Obat jerawat dalam bentuk kapsul, jika

mengalami perubahan bentuk perlu dibuang

76 (76%) 6 (6%) 18 (18%)

2. Obat jerawat jika mengalami perubahan warna atau bau atau bentuk tidak perlu dibuang.

65 (65%) 21 (21%) 14 (14%)

3. Obat jerawat yang sudah rusak dapat dikembalikan ke Apotek untuk dimusnahkan

44 (44%) 21 (21%) 35 (35%)

4. Obat jerawat dapat dibuang langsung pada tempat pembuangan sampah

24 (24%) 51 (51%) 25 (25%) 5. Obat jerawat sudah tidak dapat digunakan

jika sudah melewati tanggal kadaluarsa

91 (91%) 2 (2%) 7 (7%) 6. Obat jerawat dalam bentuk salep dapat

dibuang dengan cara, isi dibuang bersama wadah dengan label ke tempat sampah

22 (22%) 49 (49%) 29 (29%)

Obat jika telah mengalami kadaluarsa atau rusak maka obat tidak boleh dikonsumsi atau digunakan, untuk itu obat perlu dibuang. Selain penyimpanan obat yang tidak boleh sembarangan, pembuangan obat juga harus diperhatikan. Obat tidak boleh dibuang sembarangan, agar tidak disalahgunakan. Pembuangan obat dapat memperhatikan bentuk sediaan obat, hal ini dikarenakan setiap sediaan obat memili cara pembuangannya masing – masing (Depkes RI, 2008).

Berdasarkan tabel VII, pada item pernyataan “obat jerawat dalam bentuk kapsul, jika mengalami perubahan bentuk perlu dibuang” didominasi oleh jawaban ‘ya’

(33)

19

sebanyak 76%, selain itu reeponden menjawab ‘tidak’ sebanyak 6% dan menjawab

‘tidak tahu’ sebanyak 18%. Berdasarkan jawaban responden terhadap pernyataan tersebut yang didominasi oleh jawaban ‘ya’ menggambarkan bahwa responden memiliki pengetahuan yang baik tentang cara membuang obat. Pada item pernyataan

“obat jerawat jika mengalami perubahan warna atau bau atau bentuk tidak perlu dibuang” didominasi oleh jawaban ‘ya’ sebanyak 65%, selain itu responden menjawab

‘tidak’ sebanyak 21% dan menjawab ‘tidak tahu’ sebanyak 14%. Obat yang sudah mengalami perubahan warna, bau atau bentuk harus dibuang karena sudah tidak dapat digunakan dan juga dapat berpengaruh terhadap stabilitas dan efektivitas terapi (Pujiastuti dan Kristiani, 2019).

Berdasarkan tabel VII, pada item pernyataan “obat jerawat yang sudah rusak dapat dikembalikan ke Apotek untuk dimusnahkan” didominasi oleh jawaban ‘ya’

sebanyak 44%, selain itu responden menjawab ‘tidak’ sebanyak 21% dan menjawab

‘tidak tahu’ sebanyak 35%. Obat jerawat yang sudah rusak dapat dikembalikan ke apotek untuk kemudian dimusnahkan sesuai dengan prosedur. Obat yang rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. Pada item pernyataan “obat jerawat dapat dibuang langsung pada tempat pembuangan sampah” didominasi oleh jawaban ‘tidak’ sebanyak 51%, selain itu responden menjawab ‘ya’ sebanyak 24% dan menjawab ‘tidak tahu’ sebanyak 25%. Menurut peneliti, hal ini dapat dikarenakan kurangnya pengetahuan responden tentang cara membuang obat yang tepat. Setiap bentuk sediaan obat memiliki cara pembuangannya masing – masing. Obat tidak boleh dibuang langsung pada tempat sampah karena dapat mecemari lingkungan dan dapat dipergunakan lagi oleh oknum yang tidak bertanggungjawab sehingga dapat disalahgunakan (Pujiastuti dan Kristiani, 2019). Obat yang rusak sebelum dibuang seharusnya dikeluarkan terlebih dahulu dari wadah aslinya dan dihancurkan (sediaan padat digerus dan sediaan cair diencerkan), kemudian setelah itu baru dibuang ke tempat sampah dengan wadah tertutup rapat (Lutfiyati, et al., 2017).

(34)

20

Berdasarkan tabel VII, pada item pernyataan “obat jerawat sudah tidak dapat digunakan jika sudah melewati tanggal kadaluarsa” didominasi oleh jawaban ‘ya’

sebanyak 91%, selain itu responden menjawab ‘tidak’ sebanyak 2% dan menjawab

‘tidak tahu’ sebanyak 7%. Obat yang sudah mengalami kadaluarsa jika tetap digunakan akan menimbulkan efek samping pada pengguna. Jika obat sudah melewati tanggal kadaluarsa, maka obat sudah tidak boleh digunakan. Pada item pernyataan “obat jerawat dalam bentuk salep dapat dibuang dengan cara, isi dibuang bersama wadah dengan label ke tempat sampah” didominasi oleh jawaban ‘tidak’ sebanyak 49%, selain itu responden menjawab ‘ya’ sebanyak 22% dan menjawab ‘tidak tahu’ sebanyak 29%.

Pada saat akan membuang obat terlebih dahulu harus menghilangkan semua label dari wadah obat, untuk obat berbentuk padat harus dihancurkan terlebih dahulu sebelum dibuang, sedangkan untuk obat berbentuk cair dibuang ke dalam saluran air (PP IAI, 2014). Menurut peneliti, tidak banyak masyarakat awam yang mengetahui cara pembuangan obat yang benar, khususnya dalam penelitian ini yaitu siswa SMA.

Hasil dari 4 dimensi tersebut secara keseluruhan menggambarkan kondisi pengetahuan responden pada tiap dimensi. Persentase kesalahan dalam menjawab pernyataan kuesioner dapat dijadikan kesempatan untuk mengadakan edukasi mengenai DAGUSIBU obat yang digunakan untuk swamedikasi jerawat bagi siswa SMA. Materi edukasi yang disediakan dapat diambil dari pernyataan yang mayoritas dijawab salah per dimensi DApatkan, GUnakan, SImpan, maupun BUang. Hal ini disarankan peneliti dikarenakan alasan kesalahan responden dalam menjawab hanyalah sebuah deduksi peneliti belaka yang masih perlu dibuktikan secara kuantitatif dengan intervensi edukasi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Perspektif kuantitatif yang dimaksud dapat dilaksanakan dengan melakukan pre-test dan post-test.

Tabel VIII. Distribusi tingkat pengetahuan responden tentang swamedikasi jerawat

Kategori Jumlah (n) Persentase (%)

Baik Cukup Kurang

0 36 64

0%

36%

64%

(35)

21

Berdasarkan hasil penelitian (tabel VIII), dari total nilai pengetahuan mengenai swamedikasi jerawat, diketahui bahwa responden memiliki pengetahuan kurang sebanyak 64%, pengetahuan cukup 36% dan pengetahuan baik 0%. Penelitian terkait swamedikasi jerawat dilakukan Febryery pada tahun 2012 menunjukkan bahwa responden terkhususnya mahasiswa memiliki pengetahuan yang baik tentang swamedikasi jerawat. Namun dalam penelitian ini diketahui bahwa responden memiliki pengetahuan yang cukup hingga kurang tentang swamedikasi jerawat.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Menurut WHO (1984) bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku karena adanya 4 alasan pokok yaitu pemikiran dan perasaan, acuan dan referensi dari seseorang, sumber daya dan sosio budaya. Bentuk dari pemikiran dan perasaan salah satunya adalah pengetahuan. Seseorang akan berperilaku didasarkan beberapa pertimbangan yang diperoleh dari tingkat pengetahuannya (Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan hasil dari tabel VIII, responden memliki pengetahuan yang cukup hingga kurang, sehingga diperlukan adanya penelitian lebih lanjut terkait swamedikasi jerawat dan penelitian kuantitatif lanjutan untuk memperkuat hasil dari penelitian deskriptif ini.

(36)

22

KESIMPULAN

Siswa SMA Angkasa Adisutjipto di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak 64% hingga cukup sebanyak 36%

tentang swamedikasi jerawat dari aspek DaGuSiBu.

SARAN

Perlu adanya penelitian lebih lanjut terkait gambaran pengetahuan siswa SMA Angkasa Adisutjipto di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman tentang swamedikasi jerawat untuk membuktikan secara kuantitatif dengan intervensi edukasi DaGuSiBu obat yang digunakan untuk swamedikasi jerawat. Data kuantitatif yang diperoleh adalah data pre-test dan post-test. Kuesioner yang telah dibuat dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan atau sebagai instrument penelitian pada penelitian sejenis.

(37)

23

DAFTAR PUSTAKA

Agabna, M. N. A., 2014. Self-Medication: Sudan Journal of Rationel Use of Medicine.

Hal. 4

Ameliani, H., Suwendar., dan Yuniarni, U., 2019. Survei Gambaran Pengetahuan dan Pola Swamedikasi Jerawat pada Mahasiswa FMIPA Universitas Islam Bandung. Prosiding Farmasi. 305 – 312.

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI., 2018. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian. BPOM RI. Jakarta.

Badan Pusat Statistik., 2017. Presentase Penduduk yang Mengobati Sendiri Selama Sebulan Terakhir Menurut Provinsi dan Jenis Obat yang Digunakan tahun 2002 – 2018. BPS Statistics Indonesia (Online).

https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/926. Diakses 6 November 2019.

Dahlan, M. S., 2014. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Epidemiologi Indonesia. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI (Depkes RI), 2007. Pedoman Penggunaan Obat Bebass dan Obat Bebas Terbatas. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2008. Modul I: Materi pelatihan Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Memilih Obat Bagi Tenaga Kesehatan. Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional, Direktoral Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal.32.

Djunarko, T., dan Hendrawati, Y. D., 2011. Swamedikasi yang Baik dan Benar. PT.

Citra Aji Parama. Yogyakarta. Hal. 6 – 9. 66 – 67.

(38)

24

Fauddah, A. T., 2015. Description of Self-Medication Behavior in Community of Subdistrict Purbalingga, District Purbalingga. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro. Vol 3 (1).

Hal. 614, 617 – 618.

Febryery, L. C., dan Yulianti, T., 2012. Evaluasi Hubungan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Terhadap Tindakan Swamedikasi Acne Vulgaris. Naskah Publikasi. Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah.

Ikatan Apoteker Indonesia (IAI)., 2014. Pedoman Pelaksanaan Keluarga Sadar Obat (PP GKSO). Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia. Hal. 37 – 38.

Kementerian Kesehatan RI., 2011. Modul Penggunaan Obat Rasional. Direktur Bina Pelayanan Kefarmasian. Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Hal. 3 – 8.

Lubis, A. F., 2009. Ekonomi Kesehatan. Penerbit USU Press. Medan. Hal. 11

Lutfiyati, H., Yuliatuti, F., Dianita, P. S., 2017. Pemberdayaan Kader PKK dalam Penerapan DAGUSIBU (Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang) Obat dengan Baik dan Benar. The 6th University Research Colloquium.

Universitas Muhammadiyah Magelang.

Maharani, A., 2015. Penyakit Kulit Perawatan, Pencegahan, dan Pengobatan. Pustaka Baru. Yogyakarta.

Menteri Kesehatan, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 1 – 3.

Movita, T., 2013. Acne Vulgaris. Continuing Medical Education. Vol. 40. 269 – 272.

(39)

25

Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

Hal. 46.

Notoatmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S., 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Hal. 37 – 38, 115, 124 – 125, 152.

Peraturan Presiden., 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Presiden Republik Indonesia. Hal.

3.

Prima, M. S., dan Minerva, P., 2018. Hubungan Kebersihan Kulit Wajah dengan Timbulnya Acne Vulgaris Pada Siswa SMK Tata Kecantikan di Kota Padang. Jurnal Pendidikan dan Keluarga. Volume 10, No 1, hal. 168.

Pujiastuti, A., and Kristiani, R., 2019. Sosialisasi DAGUSIBU (Dapatkan, Gunakan, Simpan, Buang) Obat dengan Benar pada Guru dan Karyawan SMA Theresiana I Semarang. Indonesian Journal of Community Services.

Volume 1, No. 1.

Sani, F., 2018. Metodologi Penelitian Farmasi Komunitas dan Eksperimental.

Deepublish. Yogyakarta. Hal. 31 – 49.

Setya, E. R., 2018. Farmasi Klinis. Deepublish, Yogyakarta. Hal. 164 – 165.

Sugiyono., 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Thoma., 2011. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Mengenai Antibiotika di Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta. Skripsi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Tjekyan, R. M. S., 2008. Kejadian dan Faktor Resiko Akne Vulgaris. Media Medika Indonesia. Volume 43, Nomor 1. Hal 37 – 43.

(40)

26 LAMPIRAN

(41)

27 Lampiran 1. Surat Izin SMA Gama

(42)

28 Lampiran 2. Surat Izin SMA Angkasa Adisutjipto

(43)

29 Lampiran 3. Surat Keterangan Lisensi SPSS

(44)

30

Lampiran 4. Uji Validitas Isi Kuesioner Tahap 1 dan Tahap 2

No. Item Pernyataan Perbaikan

1.

Dapatkan obat (cara mendapatkan obat nomor 1)

Obat jerawat dapat diperoleh di sarana resmi seperti Apotek

Obat jerawat dapat diperoleh di Apotek

2.

Dapatkan obat (cara mendapatkan obat nomor 3)

Benzolac bukan merupakan obat keras yang dapat dilayani oleh apoteker di apotek tanpa resep dokter

Benzolac dapat dilayani oleh apoteker di apotek tanpa resep dokter.

3.

Dapatkan obat (cara mendapatkan obat nomor 4)

Obat jerawat seperti Medi- klin TR krim merupakan obat keras yang dapat dibeli bebas tanpa resep dokter

Obat jerawat Medi-klin TR krim dapat dibeli bebas tanpa resep dokter.

4.

Dapatkan obat (cara mendapatkan obat nomor 5)

Apoteker atau Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian dapat melayani pembelian obat jerawat di Apotek

Apoteker dapat melayani pembelian obat jerawat di Apotek.

5.

Dapatkan obat (cara mendapatkan obat nomor 8)

Obat jerawat dapat dibeli tanpa berkonsultasi dengan dokter atau apoteker di apotek

Medi-klin TR dapat

dibeli tanpa

berkonsultasi dengan dokter atau apoteker di apotek

6.

Gunakan obat (cara penggunaan obat nomor 14)

Obat jerawat dapat digunakan bersama, jika memiliki gejala yang sama.

Obat jerawat dapat digunakan bersama dengan orang lain jika memiliki gejala yang sama.

7.

Gunakan obat (cara menggunakan obat nomor 15)

Obat jerawat dalam bentuk salep atau krim dioleskan pada jerawat 1-2 kali sehari atau lebih

Obat jerawat dalam bentuk salep atau krim dioleskan pada jerawat 1-2 kali sehari

8.

Gunakan obat (cara menggunakan obat nomor 20)

Obat jerawat digunakan ketika kulit tidak berjerawat

Obat jerawat boleh digunakan ketika kulit tidak berjerawat

Referensi

Dokumen terkait

Tnternotionolen Deutschlehrertogung &#34; Zielsprache Deutsch -. Erfahrungen aus der Unferrichfspraxis&#34; (18.-

In this study we searched the obtainable accuracy of forest inventory based on the individual tree detection (ITD) by using fusion of automatic ITD (ITD auto ) and

Langkah-langkah pembelajaran yang dapat diterapkan dengan menggunakan Model Jaring Laba-laba (Webbed ) sebagai berikut (Lampiran III Permendikbud No 57 Tahun 2014

Sesuai dengan hasil due diligence tanggal 30 Juni 2000 yang dilakukan oleh Arthur Andersen menunjukkan bahwa jumlah final kebutuhan rekapitalisasi Bank BNI untuk mencapai CAR 4%

Paket obat alami kutil kelamin pada wanita dan pria yang ampuh dalam mengobati kutil kelamin baik pada pria maupun wanita dengan pengobatan yang singkat yaitu

Justru karena aku sangat sayang dan cinta, Dalam Do'aku ku ucapkan namamu kepada Allah, agar Ikatan Cinta kita bisa terjaga Suci.. Cukup aku mencintaimu dalam duniaku..Sampai

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa walaupun terjadi industrialisasi di Indonesia pada era tersebut dan pembangunan meningkat, tetapi terjadi ketergantungan pada modal

Data analysis which was used by this research is double linier regression, also used statistic tesr for knowing the signification of income, amount of household