SMA NEGERI 14 MAKASSAR
SKRIPSI
RESKI 10539141015
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 2020
i
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR DIVERGEN DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL FISIKA PESERTA DIDIK
SMA NEGERI 14 MAKASSAR
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh RESKI 10539141015
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 2020
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah ibarat kepala dari suatu tubuh, jika kepalanya hilang maka seluruh tubuh itu akan
membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang maka seluruh permasalahan akan rusak. ( Khalifah’ Ali )
Paling utama Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Kedua orang tua saya tercinta Ayahanda Bachtiar. S dan Ibunda Nahira.
Kalian hebat, luar biasa dalam hidupku. Pengorbanan yang kalian lalui, Cucuran keringat yang tak henti dan tak pernah kenal lelah dalam memberikan yang terbaik. Dan juga buat kakak, adik dan kakak iparku semuanya, keluarga dan sahabat yang selalu ada dalam setiap semangat ini mulai turun, memberikan dorongan dan motivasi tiada henti dalam menyelesaikan semuanya.
vii ABSTRAK
Reski. 2020. Analisis Kemampuan Berpikir Divergen Dalam Menyelesaikan Soal- Soal Fisika Siswa SMA Negeri 14 Makassar. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pembimbing I Ahmad Yani dan pembimbing II Ma,ruf.
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei (Ex Post Facto) yang bersifat deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan berpikir divergen peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal fisika dan untuk menganalisis kemampuan divergen peserta didik dalam mengembangkan cara yang berbeda untuk menyusun alternatif penyelesaian. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan berpikir divergen peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal fisika dan bagaimana kemampuan berpikir divergen peserta didik dalam mengembangkan cara yang berbeda untuk menyusun alternatif penyelesaian. Dalam penelitian ini hanya menggunakan satu variabel tanpa menghubungkan dengan variabel lain. Sampel dari penelitian ini adalah peserta didik kelas XI MIPA 4 SMA Negeri 14 Makassar yang berjumlah sebanyak 21 peserta didik. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan berpikir divergen fisika yang memenuhi kriteria valid sebanyak 8 soal.
Dalam penelitian ini difokuskan pada dua indikator yaitu Fluency dan Flexibility Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kemampuan berpikir divergen peserta didik sebesar 28,24 sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan berpikir divergen peserta didik kelas XI MIPA 4 berada pada kategori tinggi.
Kata Kunci : Berpikir Divergen, Flexibility, Fluency
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji hanya milik Allah SWT sang penentu segalanya, atas limpahan rahmat dan Hidayahnya-Nya jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Kemampuan Berpikir Divergen dalam Menyelesaikan Sola-soal Fisika Siswa Kelas XI MIPA 4 SMA Negeri 14 Makassar. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat serta umatnya yang semoga mendapat syafaat di yaumil akhir nanti.
Skripsi ini disusun dengan tujuan memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program strata satu (S1) Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd).
Sepenuhnya penulis menyadari bahwa skripsi ini takkan terwujud tanpa adanya dukungan dan bantuan semua pihak dalam memberikan dukungan, bantuan, bimbingan baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh karena itu di samping rasa syukur kehadirat Allah SWT, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang selama ini memberikan bantuan hingga terselesainya skripsi ini.
Penulis secara istimewa berterima kasih kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Bachtiar. S dan Ibunda Nahira atas segala doa, jerih payah dan pengorbanannya dalam membimbing penulis selama ini hingga selesai studi (S1).
Maafkan ananda yang selama ini telah banyak membuat ayahanda dan ibunda
ix
kecewa. Sesungguhnya tiada kata yang mampu penulis definisikan untuk mengungkapkan rasa terima kasih atas segala perhatiannya, selalu memberikan semangat dan motivasi serta menjadi orang tua kedua bagi penulis selama menempuh pendidikan.
Ayahanda Dr. Ahmad Yani, M.Si selaku pembimbing I dan Ayahanda Ma’ruf, S.Pd., M.Pd selaku pembimbing II, yang dengan tulus, ikhlas selalu bersedia meluangkan waktunya dalam membimbing penulis, memberikan saran, arahannya dan motivasi serta memberikan ilmu dan pengetahuan yang berharga baik dalam penelitian ini maupun selama menempuh kuliah kepada penulis sejak awal hingga selesainya skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan perlindungan, kesehatan dan pahala yang berlipat ganda atas segala kebaikan yang telah dicurahkan kepada penulis selama ini.
Pada kesempatan ini pula, dengan segala hormat penulis menyampaikan ucapan terima kasih pada semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, mereka yang telah berjasa di antaranya adalah: Ayahanda Prof. Dr. H.
Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Ayahanda Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Ibunda Dr.
Nurlina, S.Si., M.Pd selaku ketua Prodi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Ayahanda Ma’ruf, S.Pd., M.Pd selaku sekretaris Prodi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Bapak dan Ibu dosen prodi
x
Pendidikan Fisika Univeristas Muhammadiyah Makassar dan Univeritas Negeri Makassar yang telah membagikan ilmunya kepada penulis selama ini.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada Bapak Dra. Hj. Agustiaty Kurusi selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 14 Makassar yang telah memberi bantuan kepada penulis selama mengadakan penelitian dan Ibu Nisbah, S.Pd selaku guru pengampu mata pelajaran Fisika yang telah membimbing dan membantu serta mengajarkan kebaikan kepada penulis selama mengadakan penelitian, juga kepada Siswa-siswi kelas XI MIPA 4 SMA Negeri 14 Makassar yang telah menjadi teman, adik sekaligus subjek penelitian penulis, terima kasih atas segala bantuan, partisipasi dan kerjasamanya, Terkhusus buat sahabat-sahabat terbaikku Ade Rezki, Wahyuni, Muh. Rizal Amiruddin dan La Ode Mardani yang selalu ada dan menemani semua perjuanganku sampai ketitik terakhir ini, sahabat seperjuangan kuteman-temanku pendidikan Fisika angkatan 2015, khususnya Fisika kelas C (Kinematika C) yang telah membantu dan mendukung dari awal pembelajaran sampai sekarang untuk almamaterku tercinta Universitas Muhammadiyah Makassar tempat terbaik dalam menempuh pendidikan dan memperdalam ilmu pengetahuan dan semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas semuanya.
Penulis berharap semoga Allah SWT membalas amal dan kebaikan atas segala bantuan dan partisipasi semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini.
Dengan kerendahan hati penulis menyadari kekurangan dan keterbatasan yang ada pada skripsi ini. Oleh karena itu, penulis senantiasa, mengharapkan saran dan kritik yang membangun bagi penulis sehingga dapat berkarya yang lebih baik lagi pada
xi
masa yang akan datang. Akhirnya semoga skripsi ini dapat diterima, memberikan manfaat dan menambah khasanah ilmu khususnya di bidang pendidikan Fisika serta dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Makassar, Juli 2020
Penulis
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
SURAT PERNYATAAN ... iv
SURAT PERJANJIAN ... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. LatarBelakang ... 1
B. RumusanMasalah ... 4
C. TujuanPenelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6
A. Berpikir Divergen ... 6
B. Soal-soal Fisika ... 13
C. Kerangka Pikir ... 14
BAB III METODE PENELITIAN ... 17
A. Jenis Penelitian ... 17
B. Lokasi Penelitian ... 17
C. Populasi dan Sampel ... 17
D. Variabel Penelitian ... 17
E. Definisi Operasional Variabel... 17
F. Prosedur Penelitian ... 18
G. Instrumen Penelitian ... 19
xiii
H. Teknik Pengumpulan Data ... 23
I. Teknik Analisis Data ... 23
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 26
A. Hasil Penelitian ... 26
B. Pembahasan ... 37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 42
A. Kesimpulan ... 42
B. Saran ... 43
DAFTAR PUSTAKA ... 44 LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Divergen Siswa Menurut Guilford ... 12
3.1 Kisi-kisi Instrumen Penilaian Tes Kemampuan Berpikir Divergen ... 20
3.2 Uji Validitas Soal Kemampuan Berpikir Divergen Siswa ... 21
3.3 Kriteria Tingkat Reliabilitas Item ... 22
3.4 Kategori Skor Hasil Tes ... 25
4.1 Statistik Skor Kemampuan Berpikir Divergen pada Siswa Kelas XI MIPA 4 ... 26
4.2 Distribusi Frekuensi dan Kategorisasi Skor Kemampuan Berpikir Divergen Siswa Kelas XI MIPA 4 ... 27
4.3 Persentase Frekuensi pada Tiap-tiap Kategori Skor Siswa Kelas XI MIPA 4 ... 28
4.4 Persentase Skor Rata-rata Kemampuan Berpikir Divergen Peserta Didik ... 30
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Diagram Pola Berpikir Divergen... 8
2.2 Skema Kerangka Pikir 16 4.1 Diagram Kategorisasi Skor dan Frekuensi Tes Kemampuan Berpikir Divergen Siswa Kelas XI MIPA 4 ... 28
4.2 Diagram Persentase Frekuensi pada Tiap-tiap Kategori Skor Siswa Kelas XI MIPA 4 ... 29
4.3 Diagram Persentase Skor Rata-rata Kemampuan Berpikir Divergen Siswa pada Tiap Indikator pada Kelas XI MIPA 4 ... 31
4.4 Hasil Jawaban Tertukis Subjek 1 ... 32
4.5 Hasil Jawaban Tertukis Subjek 2 ... 34
4.6 Hasil Jawaban Tertukis Subjek 3 ... 36
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Kurikulum 2013 mengupayakan peningkatan mutu pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang kreatif dan mampu menghadapi kehidupan pada masa yang akan datang. Pengembangan kurikulum ini masih mengupayakan agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir kreatif yang dapat dikembangkan melalui pendidikan untuk menghadapi tantangan kehidupan di masa yang akan datang karena masalah yang akan dihadapi akan lebih kompleks dan rumit.
Berbicara mengenai kemampuan berpikir divergen terlebih dahulu akan dijelaskan sepintas tentang berpikir itu sendiri. Berpikir merupakan suatu kemampuan mental yang ada di dalam setiap individu. Definisi berpikir masih diperdebatkan dikalangan pakar pendidikan. Diantara mereka masih terdapat pandangan yang berbeda-beda. Walaupun tafsiran mereka itu berbeda-beda, namun umumnya para tokoh pemikir setuju bahwa pemikiran dapat dikaitkan dengan proses untuk membuat keputusan dan menyelesaikan masalah. Berpikir ialah proses menggunakan pikiran untuk mencari makna dan pemahaman terhadap sesuatu, menerapkan berbagai kemungkinan ide atau ciptaan dan membuat pertimbangan yang wajar, membuat keputusan dan menyelesaikan dan seterusnya membuat refleksi dan metakognisi terhadap proses yang dialami.
Berpikir menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:767) adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan atau memutuskan sesuatu..
Menurut Ruggieno (Yuli,2009:11), berpikir adalah suatu aktivitas mental uantuk memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat keputusan dan memenuhi hasrat keinginan. Pendapat ini menunjukkan bahwa ketika seseorang memutuskan suatu masalah maka ia melakukan suatu aktivitas berpikir.
Filosofis pendidikan John Dewey menyatakan bahwa teori pada akhirnya menjadi sesuatu yang paling praktis. Makna yang tersirat dari pendapat John Dewey tersebut adalah segala bentuk aktivitas pendidikan, khusunya aktivitas pembelajaran dalam bentuk teori-teori harus diarahkan ke aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Aktivitas yang dimaksud adalah berpikir divergen.
Berpikir divergen merupakan suatu pola pikir yang sangat penting dan dibutuhkan dalam pembelajaran fisika, sebab dengan berpikir divergen peserta didik dapat menggunakan berbagai kemampuan yang ia miliki dan mengembangkannya dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang muncul dalam setiap kegiatan pembelajaran. Proses melahirkan ide dengan cara berpikir divergen berarti membiarkan pikiran kita untuk bergerak kemana-mana secara simultan. Peserta didik dituntut untuk mengeluarkan apapun yang muncul di otak peserta didik. Munculnya satu ide akan dapat memicu timbulnmya ide lain.
Dengan demikian ide tersebut tidak menguap, sehingga masih dapat di ingat dan dikembangkan. Pendidik perlu memberikan cara pemecahan masalah yang merangsang untuk berpikir Rangsangan yang mengenai sasaran menyebabkan peserta didik dapat berinteraksi dengan tepat terhadap persoalan yang dihadapinya.
Kemampuan berpikir divergen adalah pola berpikir seseorang yang lebih didominasi oleh berfungsinya belahan otak kanan, berpikir lateral menyangkut pemikiran sekitar. Kemampuan berpikir divergen merupakan berpikir kreatif, dimana jika dalam berpikir konvergen memungkinkan pada satu jawaban tunggal, tetapi dalam berpikir divergen terdapat kemungkinan berbagai jawaban, dan jawaban berdasarkan informasi yang telah diberikan dengan penekanan kuantitas, keragaman, dan orisinal jawaban. Menurut Guildford (Nurdiansyah, 2016:175) mengemukakan bahwa kemampuan berpikir divergen lebih terpusat pada produksi ide dan beranggapan bahwa semakin banyak ide yang bisa dihasilkan seseorang, semakin besar pula kesempatannya untuk memilih salah satu ide yang paling berguna. Sehingga dalam penelitiannya tentang intelligence, Guildford menggambarkan berpikir divergen sebagai suatu sifat yang didasari oleh empat faktor yaitu fluency, flexibility, originality, dan elaboration. Berpikir divergen identik dengan masalah-masalah, misalnya dalam masalah fisika berupa soal-soal. Dengan adanya soal-soal peserta didik akan termotivasi untuk menghasilkan solusi-solusi tersendiri dari suatu masalah. Berpikir divergen dalam dunia pendidikan sangat erat kaitannya dengan adanya masalah-masalah dan selalu memerlukan gagasan yang berbeda-beda.
Oleh karena itu untuk merangsang kemampuan berpikir divergen peserta didik, kegiatan pembelajaran harus membawa peserta didik dalam menjawab permasalahan dengan banyak cara dan mungkin juga banyak jawaban (yang benar) sehingga mengundang potensi intelektual dan
pengalaman peserta didik dalam menemukan sesuatu yang baru. Sehingga dengan menggunakan model menyelesaikan soal-soal dalam pembelajaran fisika, akan merangsang kemampuan berpikir divergen peserta didik karena dalam model tersebut peserta didik diberikan masalah yang dapat memberikan keleluasaan peserta didik dalam berpikir dalam menyelesaikan suatu masalah.
Berdasarkan pandangan dan penjelasan terkait kondisi permasalahan di atas, maka dalam hal ini peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian yang berjudul”Analisis Kemampuan Berpikir Divergen dalam Menyelesaikan Soal- soal Fisika Peserta Didik SMA Negeri 14 Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian dan latar belakang masalah tersebut di atas, maka permasalahan yang diungkap dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kemampuan berpikir divergen peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal fisika ?
2. Bagaimana kemampuan berpikir divergen peserta didik dalam mengembangkan cara yang berbeda untuk menyusun alternatif penyelesaian ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis kemampuan berpikir divergen peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal fisika.
2. Untuk menganalisis kemampuan berpikir divergen peserta didik dalam mengembangkan cara yang berbeda untuk menyusun alternatif penyelesaian D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan kepada pihak penentu kebijakan SMA dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru-guru Fisika dalam memilih metode pengajaran untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
3. Menjadi salah satu alternatif program pembelajaran bagi para tenaga pendidik
4. Sebagai bahan perbandingan peneliti lain untuk digunakan dalam meneliti hal-hal yang relevan dengan penelitian ini.
6 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Berpikir Divergen
Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk memahami sesuatu dan berusaha mencari jalan keluar dari permasalahan yang sedang dihadapi yang melibatkan kerja otak. Semua orang pasti berpikir, namun dengan cara yang berbeda-beda.
Menurut Prayitno, 2016:16 berpikir divergen adalah berpikir untuk memberikan bermacam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada kuantitas, keragaman, dan originalitas jawaban. Berpikir divergen biasanya dengan cara melakukan stimulasi (mengajukan pertanyaan) sehingga ide atau gagasan mengalir secara bebas dan spontan sehingga banyak ide yang dihasilkan. Berpikir divergen dapat dimaknai kemampuan menemukan berbagai solusi atas suatu masalah. Saat seseorang berpikir divergen, dia secara otomatis berpikir kritis. Dia harus memilah segenap pengetahuan dan kemampuan yang telah dimilikinya, mengkritisinya sebelum menerapkan dalam menyelesaikan masalah.
Berpikir divergen adalah pola berpikir seseorang yang lebih di dominasi oleh berfungsinya belahan otak kanan, berpikir divergen menyangkut pemikiran sekitar atau yang menyimpan dari pusat persoalan.
Munandar (1999:21) merumuskan bahasa yang akrab dengan kita, bahwa
“kreatif (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan berdasarkan
data atau informasi yang tersedia menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, di mana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban”. Menurut Tilaar (Widyasari, 2009:194) Seseorang yang memiliki kemampuan divergent thinking akan dapat melihat persoalan dari banyak perspektif, karena seorang yang berpikir divergen akan menghasilkan lebih banyak alternatif untuk memecahkan suatu masalah.
Menurut Subali, 2013:7 kemampuan berpikir divergen dinyatakan sebagai keterampilan peserta didik dalam mengembangkan gagasan kreatif yang ditimbulkan oleh suatu stimulus. Berpikir divergen penting sebagai syarat utama seseorang mampu berfikir kreatif. Menurut Anderson & Krathwohl menyatakan bahwa berpikir divergen merupakan inti dari proses berpikir kreatif. Berpikir divergen penting pada tahap pertama proses kreatif yaitu tahap merumuskan.
Proses kreatif diawali dengan berpikir divergen yang didalamnya peserta didik memikirkan berbagai solusi ketika berusaha untuk memahami tugas.
Kemampuan berpikir divergen pada dasarnya adalah bagaimana menghadirkan representasi konsep objek dan mencari keterkaitan-keterkaitan lainnya untuk melahirkan gagasan yang berbeda-beda. Seiring dengan itu maka pemahaman konsep awal tentang materi pembelajaran yang telah terbentuk dalam benak peserta didik menjadi sangat penting. Proses asimilasi dan akomodasi dalam skemata merupakan mesin pencetak gagasan-gagasan baru.
Tetapi akan bersifat sebaliknya jika skemata yang dimiliki tidak cocok dengan
informasi atau masalah yang harus dipecahkan maka peserta didik akan mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah tersebut.
Oleh karena itu jika sejak dini peserta didik sudah dibiasakan dengan memancing kemampuan berpikir dengan soal-soal divergen atau dihadapkan dengan persoalan-persoalan yang sering dialami dalam kehidupan sehari-hari.
Maka akan tumbuh dengan sendirinya suatu kemampuan scaning problem (mendeteksi masalah) yang pada akhirnya membantu mereka menjawab masalah-masalah yang lebih dari satu jawaban dan berlanjut.
Proses berpikir divergen merupakan proses berpikir yang paling mudah muncul pada seseorang yang tidak terlalu memperhatikan baik buruknya suatu nilai sehingga dapat dengan mudah melompat dari satu ide ke yang lain atau dengan kata lain gambaran berpikir divergen adalah melingkar-lingkar seperti cakar ayam (Gambar 2.1 Pola berpikir divergen). Ketika melahirkan sebuah ide, dituntut untuk mampu melihat dunia di sekeliling kita secara menyeluruh.
Dengan langkah inilah proses kreatif dalam berpikir semakin tajam sehingga ide yang dimunculkan pun semakin bervariatif. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mendorong terjadinya gaya berpikir divergen adalah membuat daftar pertanyaan, curah gagasan, pemetaan menciptakan karya seni, dan menulis bebas.
Gambar 2.1 Diagram Pola Berpikir Divergen
Untuk menunjukkan bagaimana potensi kemampuan bepikir divergen ini dapat dikembangkan melalui penyelesain soal-soal Fisika-Sains sebagai dasar contoh berpikir divergen.
Ali dan Anto mengendarai sepeda motor masing-masing dengan percepatan (laju perubahan kecepatan persatuan waktu) 2m/s2 dan 4 m/s2. Selidikilah pernahkah Ali dan Anto akan memiliki kecepatan yang sama? jika ya dalam situasi bagaimana? Gunakanlah cara yang menurut kamu paling mudah.
Keterangan:
Soal ini merupakan soal gerak lurus berubah beraturan (sains). Untuk menjawabnya peserta didik perlu memahami konsep gradien dalam fisika dan Percepatan dalam fisika serta memahami hubungan keduanya, yakni:
Percepatan = gradient kurva V(t) terhadap t
Kemampuan yang lain yang dibutuhkan adalah kemampuan menggambar grafik bila kemiringan/gradien kurva diketahui (dalam soal ini percepatan Ali dan Anto adalah gradeint kurva kecepatan Ali dan Anto). Dalam hal menunjukkan jawaban peserta didik dan alternatif solusi yang dapat
dikembangkan, argumentasi yang diberikan dan kemungkinan memperluas dan mengembangkan jawaban peserta didik dalam praktik pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan dan keterampilan berpikir divergen.
Untuk menggali kemampuan berpikir divergen peserta didik dapat dilakukan dengan memanfaatkan solusi/jawaban yang mereka hasilkan dengan menanyakan alternatif-alternatif yang mungkin lagi dari solusi itu. Dalam hal ini guru tidak boleh memberi tahu, guru hanya memberikan pertanyaan- pertanyaan pancingan, sampai anak sendiri yang menyelesaikan dan mencari alternatif yang lain.
Komponen yang digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir divergen peserta didik diantaranya: fluency, flexibility, orginality, dan elaboration.
a. Kelancaran berpikir (fluency of thinking)
Kelancaran dimaksudkan sebagai kemampuan untuk mengemukakan banyak gagasan pemecahan terhadap suatu masalah. Peserta didik yang rasa ingin tahunya kuat dapat menghasilkan gagasan–gagasan atau jawaban- jawaban pemecahan masalah dengan lancar, Guilford (1959:12) menuliskan empat aspek dalam kelancaran berpikir divergen, yaitu kelancaran kata, kelancaran memberikan gagasan, kelancaran asosiasi, dan kelancaran ekspresi.
b. Keluwesan berpikir (flexibility of thinking)
Didefinisikan sebagai kemampuan untuk membuat transformasi informasi, menafsirkan ulang, membuat definisi lain, hal ini juga menuntut
daya imajinasi. Peserta didik mampu menghasilkan gagasan atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dengan sudut pandang yang berbeda–beda, mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.
Misalnya peserta didik diminta untuk memikirkan kapur yang digunakan guru untuk menulis di papan tulis dapat dipakai untuk apa saja, dari segi yang tidak lazim.
c. Originalitas berpikir (originality of thinking)
Keaslian diartikan sebagai kemampuan untuk membuat gagasan yang lain dari yang lain, originalitas dalam berpikir dapat berhasil jika peserta didik tidak ragu–ragu dan berani mengemukakan pendapat yang berbeda dari yang biasanya dikemukakan peserta didik–peserta didik lain. Originalitas dalam berpikir dapat ditunjukkan dengan mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak biasa untuk mengungkapkan diri.
d. Keterperincian berpikir (elaboration of thinking)
Elaborasi adalah kemampuan untuk memperinci, mengembangkan gagasan dan membuat implikasi dari informasi–informasi yang tersedia memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk. Elaborasi dikaitkan dengan apresiasi (penghargaan). Karena menghargai gagasan atau hasil kaya orang lain, peserta didik bersedia atau ingin menambah gagasan atau produk tersebut dengan detil–detil agar lebih menarik. Misalnya seorang peserta didik mempunyai gagasan untuk memperindah ruangan kelas dengan menempatkan pot-pot bunga di beberapa tempat di kelas.
Peserta didik lain mengembangkan gagasan itu dengan mengusulkan agar
pot-potnya dicat dengan warna–warna yang semarak, peserta didik lain mengusulkan memanfaatkan barang-barang bekas untuk membuat pot-pot bentuknya lain dari pada yang biasanya tetapi tampak indah.
Berikut akan dideskripsikan indikator kemampuan berpikir divergen berdasarkan komponen berpikir divergen.
Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Divergen Peserta didik Menurut Guildford
Indikator Perilaku
Fluency
Peserta didik dapat lancar dalam mengemukakan berbagai macam gagasan.
Peserta didik dapat lancar dalam kata, asosiasi dan kelancaran ekspresi.
Peserta didik dapat menghasilkan banyak ide-ide yang relevan dengan masalah.
Peserta didik dapat memikirkan lebih dari satu jawaban
Peserta didik dapat mengajukan banyak pertanyaan
Peserta didik dapat bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak dari yang lain
Peserta didik dapat mengunkapkan gagasan- gagasannya
Peserta didik dapat dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan pada suatu objek atau situasi
Flexibility
Peserta didik dapat menghasilkan gagasan, jawaban, yang bervariasi
Peserta didik dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang lain.
Peserta didik dapat mengubah cara pendekatan atau cara pemikirannya dalam menyelesaikan suatu masalah.
Peserta didik dapat menghasilkan berbagai macam cara dengan jawaban yang sama
Peserta didik mampu mengubah arah berpikir secara spontan
Peserta didik dapat mengolongkan hal-hal menurut pembagian yang berbeda-beda
Peserta didik dapat memikirkan macam- macam cara yang berbeda-beda dalam menyelesaikan masalah
Originality
Peserta didik dapat memberikan gagasan atau cara yang berbeda dari peserta didik yang lain.
Peserta didik dapat mengemukakan gagasan yang baru dan unik.
Peserta didik dapat memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri.
Peserta didik mampu mencari pendekatan yang baru
Peserta didik dapat mempertanyakan cara- cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru.
Elaboration
Peserta didik dapat memperinci alternatif jawaban dalam menyelesaikan masalah.
Peserta didik dapat mengembangkan gagasan serta menambahkan detail penjelasan baik lewat lisan maupun tampilan bergambar.
Peserta didik dapat membuat implikasi dari informasi-informasi yang telah tersedia.
B. Soal- Soal Fisika
Masalah dalam fisika pada umumnya adalah berupa soal-soal. Soal- soal fisika dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu soal rutin dan nonrutin.
Aisyah mengatakan bahwa “soal rutin adalah soal latihan biasa yang dapat diselesaikan dengan prosedur yang dipelajari dikelas. Sedangkan soal nonrutin adalah soal yang untuk menyelesaikannya diperlukan pemikiran lebih lanjut karena prosedurnya tidak jelas atau tidak sama dengan prosedur yang dipelajari dikelas”
Soal nonrutin menyajikan situasi baru yang belum pernah dijumpai oleh peserta didik sebelumnya. Dalam situasi baru itu, ada tujuan yang jelas
yang ingin dicapai, tetapi cara mencapainya tidak segera muncul dalam benak peserta didik. Memberikan soal-soal nonrutin kepada peserta didik berarti melatih mereka menerapkan berbagai konsep ilmu yang telah mereka pelajari untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Jadi soal nonrutin inilah yang dapat digunakan sebagai soal pemecahan masalah. Aisyah juga mengatakan bahwa “Pemecahan masalah pada dasarnya adalah proses yang ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya sampai masalah itu tidak lagi menjadi masalah baginya”.
Menyelesaikan suatu masalah merupakan proses untuk menerima tantangan dalam menjawab masalah. Suatu masalah memuat tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang telah diketahui oleh pelaku sehingga untuk menyelesaikan masalah tersebut dibutuhkan waktu yang relatif lebih lama dari proses pemecahan masalah rutin biasa.
C. Hubungan Kemampuan Berpikir Divergen Terhadap Penyelesaian Soal- soal Fisika
Kemampuan berpikir divergen adalah pola berpikir seseoran yang lebih didominasi oleh berfungsinya belahan otak kanan, berpikir lateral menyangkut pemikiran sekitar. Kemampuan berpikir divergen merupakan berpikir kreatif, dimana jika dalam berpikir konvergen memungkinkan pada satu jawaban tunggal, tetapi dalam berpikir divergen terdapat kemungkinan berbagai jawaban, dan jawaban berdasarkan informasi yang telah diberikan dengan penekanan kuantitas, keragaman, dan orisinal jawaban.
Siswa akan menjadi kreatif apabila dapat dilibatkan dalam suatu pendalaman bahan pelajaran, diizinkan untuk merinci, mencari berbagai alternatif jawaban dan kegiatan-kegiatan lain yang melibatkan daya pikir divergen. Dalam meningkatkan kemampuan berpikir diergen siswa disekolah, guru dapat melatih keterampilan berpikir divergen siswa dengan memberikan masalah-masalah seperti masalah dala soal-soal fisika. Masalah dalam soal-soal fisika merupakan bentuk masalah yang memelurkan jawaban benar lebih dari satu cara pemecahan. Untuk memecahkan masalah tersebut, memelurkan kemampuan berpikir divergen (Zainal, 2015: 58). Menurut Wikipedia, berpikir divergen identik dengan masalah-masalah terbuka dan selalu memotivasi siswa untuk menghasilkan solusi-solusinya sendiri pada suatu masalah. Berpikir divergen dalam dunia pendidikan sangat erat kaitannya dengan adanya masalah- masalah terbuka dan selalu memerlukan gagasan berbeda-beda.
D. Kerangka Pikir
Kendala utama yang dialami peserta didik dalam menyelesaikan soal fisika adalah lemahnya kemampuan mereka dalam memahami maksud soal dan kurangnya keterampilan menyusun rencana penyelesaiannya. Hal ini dapat dimaklumi mengingat bentuk soal yang disajikan selama ini baik pada ulangan akhir semester maupun ujian nasional adalah bentuk pilihan ganda. Sedangkan untuk soal yang berbentuk uraian, peserta didik kurang dapat menyelesaikan sesuai dengan jawaban yang dikehendaki. Terutama soal berbentuk uraian.
Dalam menyelesaikan soal fisika, kemampuan peserta didik bisa dilihat dari
sejauh mana peserta didik tersebut dapat memecahkan masalah yang terdapat dalam soal tersebut.
Hal yang tidak kalah pentingnya yang menyertai proses pembelajaran adalah evaluasi. Seringnya kemampuan peserta didik hanya dilihat pada hasil akhirnya. Jika kemampuan peserta didik rendah dan banyak melakukan kesalahan seringnya guru tidak menyelidiki lebih lanjut apa penyebab peserta didik tersebut melakukan kesalahan. Sehingga peserta didik tersebut kemungkinan akan melakukan kesalahan yang sama pada soal yang sama.
Dengan diketahuinya kemampuan dan penyebab kesalahan peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal fisika, tindakan apa yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kesalahan kesalahan peserta didik lebih mudah dan tepat. Fokus penelitian ini lebih ditekankan untuk mengetahui kemampuan berpikir divergen dan penyebab kesalahan peserta didik dalam menyelesaikan soal soal fisika.
Masalah
Kemampuan Berpikir Divergen
Fluency Flexibility
Penyelesaian Masalah
17 BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini yaitu penelitian Expost Facto. Penelitian ini dikelompokkan pada penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal apa adanya.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di SMA Negeri 14 Makassar.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI MIPA SMA Negeri 14 Makassar tahun ajaran 2019/2020 yang terdiri dari 5 kelas yaitu: XI MIPA 1, XI MIPA 2, XI MIPA 3, XI MIPA 4 dan XI MIPA 5.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI MIPA 4 SMA Negeri 14 Makassar
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat variabel tunggal yaitu kemampuan berpikir divergen.
E. Definisi Operasional Variabel
Berpikir Divergen dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melahirkan berbagai macam solusi terhadap masalah fisika dengan prosedur dan alasan yang
tepat. Untuk menggali kemampuan berpikir divergen siswa dapat dilakukan dengan memanfaatkan solusi yang mereka hasilkan dengan menanyakan alternatif-alternatif yang mungkin lagi dari solusi itu. Dalam hal ini guru tidak boleh memberi tahu, guru hanya memberikan pertanyaan-pertanyaan pancingan sampai siswa sendiri yang menyelesaikan dan mencari alternatif yang lain.
Dalam penelitian ini difokuskan pada indikator yang meliputi Fluency dan Flexibility.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap yakni: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.
a. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Berkonsultasi dengan kepala sekolah dan guru bidang studi SMA Negeri 14 Makassar untuk meminta izin melaksanakan penelitian.
2) Menentukan permasalahan yang ada di sekolah tersebut
3) Menyusun pertanyaan yang akan diajukan kepada peserta didik.
4) Menyusun lembar tes yang akan di bagikan kepada peserta didik SMA Negeri 14 Makassar, dimana masing-masing peserta didik mengerjakan soal soal yang diberikan.
b. Tahap Pelaksanaan
Memilih salah satu kelas XI MIPA SMA Negeri 14 Makassar untuk dijadikan sebagai sampel penelitian, untuk diberikan beberapa pertanyaan yang sudah disiapkan terkait, masalah dalam mengerjakan soal-soal tersebut.
c. Tahap Akhir
Setelah seluruh kegiatan dilaksanakan maka dilakukan analisis dan diinterpretasikan melalui pembahasan terkait yang telah ditanyakan untuk mengetahui sejauh mana pola berpikir divergennya peserta didik dan mengetahui sejauh mana penelitian yang dilakukan terjawab.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Suharsimi, 2006).
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah lembar tes kemampuan berpikir divergen dengan model soal-soal fisika. Soal tes berupa soal uraian.
Soal uraian dirancang agar memudahkan peneliti untuk mengetahui ide-ide dan langkah-langkah yang ditempuh oleh peserta didik dalam menyelesaikan soal secara mendalam. Sebelum instrumen tes kemampuan berpikir divergen diberikan kepada subjek penelitian terpilih, terlebih dahulu divalidasi oleh para validator. Suatu instrumen dikatakan valid (sah) apabila instrumen tersebut betul-betul mengukur apa yang seharusnya diukur. Setelah divalidasi, dilakukan perbaikan berdasarkan saran dan pendapat validator agar masalah yang diberikan layak dan valid serta dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir divergen peserta didik.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penilaian Tes Kemampuan Berpikir Divergen
No Indikator Kemampuan Berpikir Divergen
Nomor Soal
Jumlah Soal
1. Lancar Mengemukakan Gagasan 1,2 2
2. Memikirkan Lebih Dari Satu
Jawaban 3,4 2
3. Mengajukan Banyak Pertanyaan 5,6 2 4. Menghasilkan Berbagai Macam
Cara Dengan Jawaban yang Sama 7,8 2 5. Menggolongkan Hal-hal Macam
Pembagian yang Berbeda 9,10 2
Dari Tabel 3.1 terlihat bahwa terdapat 10 soal untuk indikator kemampuan berpikir divergen.
Adapun langkah–langkah pengujian instrumen penelitian adalah sebagai berikut:
1. Uji Validitas Item
Untuk pengujian validitas tes kemampuan berpikir divergen digunakan rumus yang dikemukakan Sugiyono (2017: 255) yaitu sebagai berikut:
r𝑥𝑦= n ∑ xiyi− (∑ xi)(∑ yi)
√{n ∑ xi2− (∑ xi)2}{n ∑ yi2− (∑ yi)2}
Dengan:
rxy = Koefisien korelasi Pearson
xy = Jumlah hasil kali skor x dan y
x = Jumlah skor x
y = Jumlah skor y
x2 = Jumlah kuadrat skor x
y2 = Jumlah kuadrat skor y n = Jumlah peserta
Valid tidaknya item ke-i ditunjukkan dengan membandingkan nilai r𝑥𝑦 dengan nilai r tabel pada taraf signifiksn = 0,05 dengan kriteria sebagai berikut:
a. Jika nilai r𝑥𝑦 ≥ 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, item dinyatakan valid b. Jika nilai r𝑥𝑦 < 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, item dinyatakan valid
Pengujian validitas setiap butir soal atau item instrument dimaksudkan untuk menguji kesejajaran atau korelasi skor instrumen dan skor total instrumen yang diperoleh, yang dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor yang diperoleh masing-masing item pertanyaan dengan skor total individu. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi product moment. Pengujian validitas menggunakan bantuan aplikasi Ms. Excel
2010, dengan pengambilan keputusan berdasarkan pada rℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 >r𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 sebesar 0,388.Dari hasil validasi didapat 8 nomor soal yang valid dan 2 nomor soal yang drop. Hasil dari pengujian disajikan pada Tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2 Uji Validitas Soal Kemampuan Berpikir Divergen Peserta didik
Nomor Soal Rhitung Keterangan
1 0.43528638 Valid
2 0.60217687 Valid
3 0.52727272 Valid
4 0.67338070 Valid
5 0.69954624 Valid
6 0.87145401 Valid
7 0.65355502 Valid
8 0.7440556 Valid
Sumber: Data primer terolah (2020) 2. Uji Reliabilitas Item
Selanjutnya untuk menngetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat dipercaya sebagai alat pengumpulan data maka harus ditentukan reliabilitasnya. Untuk menghitung reliabilitas tes
kemampuan berpikir divergen digunakan rumus Alfa Cronbach yang dikemukakan oleh Arikunto (2013,:239) sebagai berikut:
r𝑖𝑖 = [ k
k − 1] [1 −∑ 𝜎𝑏2 𝜎𝑡2 ] Dengan:
rii = Reliabilitas Instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑ 𝜎𝑏2 = Jumlah varians butir 𝜎𝑡2 = varians total
Adapun kriteria tingkat reliabilitas item dapat dilihat pada Tabel 3.3 beikut:
Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Reliabilitas Item Hasil Perhitungan Kategori
r1≤0,20 Sangat rendah 0,20 <r1 ≤0,40 Rendah 0,40 <r1 ≤0,60 Sedang 0,60 <r1≤0,80 Tinggi 0,80 <r1≤1,00 Sangat Tinggi
Sumber: Payadnya & Jayantika, 2018: 29
Uji reliabilitas dilakukan terhadap item pertanyaan yang dinyatakan valid. Pengujian reliabilitas tes dilakukan dengan mengunakan rumus alpha cronbach. Pengujian ini dilakukan dengan bantuan aplikasi Ms. Excel 2007,
hasil dari perhitungan menunjukkan nilai koefisien reliabilitasnya adalah 0,681. Nilai tersebut berada pada rentang nilai 0,60 – 0,80 yang masuk dalam kategori reliabilitas yang tinggi.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan memberikan tes pada masing-masing peserta didik, menggunakan instrumen yang sebelumnya diuji cobakan untuk mengetahui validitas dan realibilitasnya.
H. Teknik Analisis Data
Data dalam penelitian ini adalah hasil tes tertulis kemampuan berpikir divergen peserta didik . Data dari subjek masing-masing dibandingkan, sehingga data yang diperoleh dikatakan valid data jika data tersebut menunjukkan kecenderungan yang sama. Selanjutnya, data yang telah valid dianalisis untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir divergen peserta didik dalam menyelesaikan masalah divergen dengan model soal-soal fisika.
Data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah diolah dengan menggunakan analisis statistik yaitu statistika deskriptif. Statistika deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik responden penelitian. Untuk keperluan tersebut digunakan skor rata-rata, standar deviasi, dan distributif frekuensi.
Adapun rumus yang digunakan untuk setiap sub sebagai berikut : 1. Menghitung Rentang Data
R = Xf – Xi
Keterangan : R = Rentang data Xf = Skor Maksimum Xi = Skor Minimun
2. Menghitung Banyaknya Kelas Interval k = 1 + (3,3) (log n)
Dengan:
k = Banyaknya kelas interval n = Jumlah sampel
3. Menghitung Panjang Kelas P = Rentang Data
k
Dengan:
P = Panjang Kelas
k = Banyaknya kelas interval
(Ma’ruf,2018:15)
4. Menghitung Skor Rata-rata 𝑋̅ = 𝛴𝑓𝑖𝑥𝑖
𝛴𝑓𝑖
(Purwanto,2016:201) Dengan:
𝑋̅ = Skor rata-rata sampel
𝑓𝑖= Frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas 𝑥𝑖= Tanda kelas
5. Menghitung Standar Deviasi
Standar deviasi (s) = √∑ 𝑓𝑖.𝑥𝑖
2−(∑ 𝑓𝑖.𝑥𝑖) 2 𝑛 (𝑛−1)
(Sugiyono, 2016 :137) Dengan:
s = Standar deviasi
𝑓𝑖= Frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas 𝑥𝑖= Tanda kelas
n = Jumlah sampel
6. Kategori Penilaian
Untuk mengelompokkan tingkat hasil tes keterampilan berpikir divergen diperoleh berdasarkan skor ideal yang dicapai menggunakan skala lima yakni sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah yaitu seperti pada Tabel 3.4 berikut :
Tabel 3.4 Kategori Skor Hasil Tes Kemampuan Berpikir Divergen Rentang Nilai Kategori
30 -- 33 Sangat Tinggi
27 -- 29 Tinggi
24 -- 26 Sedang
21 -- 23 Rendah
18 -- 20 Sangat Rendah
Sumber : Data hasil pengolahan (2020)
Cara yang digunakan untuk menghitung panjang kelas atau rentang skor yang digunakan agar sesuatu dengan 5 skala yang digunakan dalam yang digunakan sedangkan untuk mendapatkan presentase maka digunakan rumus sebagai berikut :
Presentase = Jumlah Perolehan Skor
Jumlah Peserta didik × 100%
26 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
Skor hasil tes kemampuan berpikir divergen fisika pada peserta didik kelas XI MIPA 4 SMA Negeri 14 Makassar pada materi suhu dan kalor, dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Statistik Skor Kemampuan Berpikir Divergen pada Peserta didik Kelas XI MIPA 4 SMA Negeri 14 Makassar.
Statistik Nilai Statistik
Jumlah sampel 21
Jumlah kelas interval 5
Panjang kelas interval 3
Skor ideal 45
Skor tertinggi 33
Skor terendah 18
Rentang data 15
Skor rata-rata 28,24
Standar deviasi 4,00
Sumber : Data hasil pengolahan (2020) Dari Tabel 4.1 mengenai statistika deskriptif kemampuan berpikir divergen fisika peserta didik kelas XI MIPA 4 SMA Negeri 14 Makassar memiliki jumlah sampel sebanyak 21. Dilihat dari skor tertinggi setelah dilakukan tes dicapai skor sebesar 33 dan skor terendah yang dicapai sebesar 18 dari skor ideal 45. menunjukkan bahwa skor maksimum yang dicapai oleh peserta didik setelah dilakukan tes adalah 33 dari skor maksimum idealnya 45.
Adapun skor rata-rata peserta didik sebesar 28,24 dan standar deviasi sebesar 4,00.
Distribusi interval skor kemampuan berpikir divergen peserta didik dikategorisasikan dalam skala lima yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi, maka akan diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi dan Kategorisasi Skor Hasil Tes Kemampuan Berpikir Divergen Fisika Peserta didik Kelas XI MIPA 4.
Interval
Skor Kategori Skor Frekuensi
30 – 33 Sangat Tinggi 10
27 – 29 Tinggi 6
24 – 26 Sedang 1
21 – 23 Rendah 3
18 - 20 Sangat Rendah 1
Jumlah 21
Sumber : Data hasil pengolahan (2020) Dari Tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa pada rentang skor 30-33 terdapat (10) peserta didik yang memperoleh kategori sangat tinggi, pada rentang skor 27-29 terdapat (6) peserta didik yang memperoleh kategori tinggi, pada rentang skor 24-26 terdapat (1) peserta didik yang memperoleh kategori sedang, pada rentang skor 21-23 terdapat (3) peserta didik yang memperoleh kategori rendah dan pada rentang skor 18-20 terdapat (1) peserta didik yang memperoleh kategori sangat rendah.
Adapun diagram kategorisasi skor dan frekuensi kemampuan berpikir divergen peserta didik pada kelas XI MIPA 4 dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut :
Gambar 4.1 Diagram Kategorisasi Skor dan Frekuensi Tes Kemampuan Berpikir Divergen Peserta didik Kelas XI MIPA 4.
Dari Gambar 4.1 di atas dapat diketahui bahwa pada rentang 18-20 terdapat (1) peserta didik yang memperoleh kategori sangat rendah, pada rentang 21-23 terdapat (3) peserta didik yang memperoleh kategori rendah, pada rentang 24-26 terdapat (1) peserta didik yang memperoleh kategori sedang, pada rentang 27-29 terdapat (6) peserta didik yang memperoleh kategori tinggi dan pada rentang 30-33 terdapat (10) peserta didik yang memperoleh kategori sangat tinggi.
Hasil tabulasi persentase frekuensi pada tiap-tiap kategori skor peserta didik kelas XI MIPA 4 dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Persentase Frekuensi pada Tiap-tiap Kategori Skor Peserta didik Kelas XI MIPA 4
Kategori Skor Persentase (%)
Sangat Tinggi 47,62
Tinggi 28,57
Sedang 4,76
Rendah 14,29
Sangat Rendah 4,76
Sumber : Data hasil pengolahan (2020)
01 23 45 67 89 10
Sangat rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat
Tinggi
Frekuensi
Kategori Skor
Dari Tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa pada kategori skor sangat tinggi persentase frekuensi peserta didik diperoleh sebesar 47,62%, pada kategori skor tinggi persentase frekuensi peserta didik sebesar 28,57%, pada kategori skor sedang dan sangat rendah pada persentase frekuensi peserta didik diperoleh sebesar 4,76% dan pada kategori skor rendah persentase frekuensi peserta didik diperoleh sebesar 14,29%.
Adapun diagram persentase frekuensi pada tiap-tiap kategori skor peserta didik kelas XI MIPA 4 dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut :
Gambar 4.2 Diagram Persentase Frekuensi pada Tiap-tiap Kategori Skor Peserta didik Kelas XI MIPA 4.
Dari Gambar 4.2 di atas dapat diketahui bahwa pada kategori skor sangat tinggi persentase frekuensi peserta didik diperoleh sebesar 47,62%, pada kategori skor tinggi persentase frekuensi peserta didik sebesar 28,57%, pada kategori skor sedang dan sangat rendah pada persentase frekuensi peserta didik diperoleh
0 10 20 30 40 50
Sangat Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat
Tinggi
Persentase (%)
Kategori Skor
sebesar 4,76% dan pada kategori skor rendah persentase frekuensi peserta didik diperoleh sebesar 14,29%.
Hasil tabulasi persentase skor rata-rata kemampuan berpikir divergen peserta didik tiap-tiap indikator dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.4 Persentase Skor Rata-rata Kemampuan Berpikir Divergen Peserta didik.
Indikator Persentase (%)
Lancar Mengemukakan Gagasan 100
Memikirkan Lebih Dari Satu Jawaban 37.33
Mengajukan Banyak Pertanyaan 23.75
Menghasilkan Berbagai Macam Cara
Dengan Jawaban yang Sama 89.20
Menggolongkan Hal-hal Macam
Pembagian yang Berbeda 51.17
Sumber : Data hasil pengolahan (2020)
Dari Tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa pada indikator lancar mengemukakan gagasan persentase skor rata-rata peserta didik diperoleh sebesar 100%, pada indikator memikirkan lebih dari satu jawaban persentase skor rata- rata peserta didik diperoleh sebesar 37,33%, pada indikator mengajukan banyak pertanyaan persentase skor rata-rata peserta didik diperoleh sebesar 23,75%, pada indikator menghasilkan berbagai macam cara dengan jawaban yang sama persentase skor rata-rata peserta didik diperoleh sebesar 89,20%, dan pada indikator menggolongkan hal-hal macam pembagian yang berbeda persentase skor rata-rata peserta didik diperoleh sebesar 51,17 %.
Adapun diagram persentase skor rata-rata kemampuan berpikir divergen peserta didik tiap indikator pada kelas XI MIPA 4 dapat dilihat pada Gambar 4.3:
Gambar 4.3 Diagram Persentase Skor Rata-rata Kemampuan Berpikir Divergen Peserta didik Tiap Indikator pada Kelas XI MIPA 4 Dari Gambar 4.3 di atas dapat diketahui bahwa pada indikator lancar mengemukakan gagasan persentase skor rata-rata peserta didik diperoleh sebesar 100%, pada indikator memikirkan lebih dari satu jawaban persentase skor rata- rata peserta didik diperoleh sebesar 37,33%, pada indikator mengajukan banyak pertanyaan persentase skor rata-rata peserta didik diperoleh sebesar 23,75%, pada indikator menghasilkan berbagai macam cara dengan jawaban yang sama persentase skor rata-rata peserta didik diperoleh sebesar 89,20%, dan pada indikator menggolongkan hal-hal macam pembagian yang berbeda persentase skor rata-rata peserta didik diperoleh sebesar 51,17 %.
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Lancar Mengemukakan
Gagasan
Memikirkan Lebih dari Satu
Jawaban
Mengajukan Banyak Pertanyaan
Menghasilkan Berbagai Macam Cara dengan Jawaban
yang Sama
Menggolongkan Hal-hal Macam Pembagian yang
Berbeda
Persentase (%)
Indikator
Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Berpikir Divergen pada Soal Nomor 6
1. Deskripsi Data dan Analisis Data Subjek 1 a. Deskripsi Data Subjek 1
Berikut adalah hasil jawaban tertulis S1 dalam menyelesaikan tes kemampuan berpikir divergen:
Gambar 4.4
Hasil Jawaban Tertulis Subjek 1
Berdasarkan jawaban yang ditulis oleh subjek 1 pada alternatif jawaban pertama dan kedua menuliskan secara lengkap langkah-langkah penyelesaian secara runtut dan memberikan solusi yang benar dengan menuliskan satuan dari setiap simbol yang ada.
Untuk alternatif jawaban pertama subjek 1 menuliskan massa 5 kg, kalor jenis tembaga 390 J/kg°C dan menentukan perubahan suhu dengan mengurangkan suhu akhir dengan suhu awal sehingga diperoleh hasil 80°C.
Langkah selanjutnya menuliskan yang ditanyakan dari soal dengan benar.
Setelah itu subjek 1 menuliskan rumus kalor yaitu 𝑄 = 𝑚. 𝑐. ∆𝑇 dan mensubstitusikan massa, kalor jenis dan perubahan suhu yang sudah diketahui yaitu 5 kg, 390 J/kg°C dan 80°C sehingga diperoleh hasil 156.000 J.
Untuk alternatif jawaban kedua subjek 1 menuliskan rumus kapasitas kalor yaitu 𝐶 = 𝑚. 𝑐 dimana sudah diketahui nilai yaitu 5 kg dan 390 J/kg°C dengan memperoleh hasil 1.950 J/°C. Setelah memperoleh nilai dari kapasitas kalor subjek 1 menuliskan rumus kalor yaitu 𝑄 = 𝐶. ∆𝑇 yang sudah diketahui yaitu 1.950 J/°C dan 80°C sehingga diperoleh hasil 156.000 J.
b. Analisis Data Subjek 1
Berdasarkan hasil jawaban dari subjek 1 kemudian dilanjutkan dengan analisis kemampuan berpikir divergen subjek 1 sebagai berikut:
1. Fluency
Berdasarkan hasil jawaban tertulis diatas menunjukkan bahwa subjek 1 memiliki kemampuan dalam mengemukakan beberapa ide gagasan pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat Guildford yang menyatakan bahwa fluency adalah kemampuan untuk memproduksi beberapa alternatif solusi atau pemecahan masalah dari sebuah masalah pada periode waktu tertentu dan relevan untuk beberapa situasi.
2. Flexibility
Berdasarkan hasil data tertulis subjek 1 dapat menemukan cara lain dalam menyelesaikan masalah dengan melihat dari sudut pandang yang berbeda sehingga didapatkan alternatif jawaban dengan cara berbeda namun jawabannya tetap sama.
3. Deksripsi Data dan Analisis Data Subjek 2 a. Deskripsi Data Subjek 2
Berikut adalah hasil jawaban tertulis S1 dalam menyelesaikan tes kemampuan berpikir divergen:
Gambar 4.5
Hasil Jawaban Tertulis Subjek 2
Berdasarkan jawaban yang ditulis oleh subjek 2 pada alternatif jawaban pertama dan kedua menuliskan secara lengkap langkah-langkah penyelesaian secara runtut dan memberikan solusi yang benar dengan tidak menuliskan semua satuan dari setiap simbol yang ada.
Untuk alternatif jawaban pertama subjek 2 menuliskan massa 5 kg, kalor jenis tembaga 390 J/kg°C dan menentukan perubahan suhu dengan mengurangkan suhu akhir dengan suhu awal sehingga diperoleh hasil 80°C.
Langkah selanjutnya menuliskan yang ditanyakan dari soal dengan benar.
Setelah itu subjek 2 menuliskan rumus kalor yaitu 𝑄 = 𝑚. 𝑐. ∆𝑇 dan mensubstitusikan massa, kalor jenis dan perubahan suhu yang sudah diketahui yaitu 5, 390 dan 80 sehingga diperoleh hasil 156.000 J.
Untuk alternatif jawaban kedua subjek 2 menuliskan rumus kapasitas kalor yaitu 𝐶 = 𝑚. 𝑐 dimana sudah diketahui nilai yaitu 5 dan 390 dengan memperoleh hasil 1.950 J/°C. Setelah memperoleh nilai dari kapasitas kalor subjek 1 menuliskan rumus kalor yaitu 𝑄 = 𝐶. ∆𝑇 yang sudah diketahui yaitu 1.950 dan 80 sehingga diperoleh hasil 156.000 J.
b. Analisis Data Subjek 2
Berdasarkan hasil jawaban dari subjek 2 kemudian dilanjutkan dengan analisis kemampuan berpikir divergen subjek 2 sebagai berikut:
1. Fluency
Berdasarkan hasil jawaban tertulis diatas menunjukkan bahwa subjek 2 memiliki kemampuan dalam mengemukakan beberapa ide gagasan pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat Guildford yang menyatakan bahwa fluency adalah kemampuan untuk memproduksi beberapa alternatif solusi atau pemecahan masalah dari sebuah masalah pada periode waktu tertentu dan relevan untuk beberapa situasi.
2. Flexibility
Berdasarkan hasil data tertulis subjek 2 dapat menemukan cara lain dalam menyelesaikan masalah dengan melihat dari sudut pandang yang
berbeda sehingga didapatkan alternatif jawaban dengan cara berbeda namun jawabannya tetap sama.
3. Deskripsi Data dan Analisis Data Subjek 3 a. Deskripsi Data Subjek 3
Berikut adalah hasil jawaban tertulis subjek 3 dalam menyelesaikan tes kemampuan berpikir divergen:
Gambar 4.6
Hasil Jawaban Tertulis Subjek 3
Berdasarkan jawaban yang ditulis oleh subjek 3 pada alternatif jawaban pertama menuliskan secara lengkap langkah-langkah penyelesaian secara runtut dan memberikan solusi yang benar dengan tidak menuliskan semua satuan dari setiap simbol yang ada dan tidak menuliskan alternatif jawaban kedua.
Untuk alternatif jawaban pertama subjek 3 menuliskan massa 5 kg, kalor jenis tembaga 390 J yang kurang tepat satuannya dan menentukan perubahan suhu dengan kurang tepat tetapi hasil yang benar yaitu 80°C.
Langkah selanjutnya menuliskan yang ditanyakan dari soal dengan benar.
Setelah itu subjek 3 menuliskan rumus kalor yaitu 𝑄 = 𝑚. 𝑐. ∆𝑇 dan mensubstitusikan massa, kalor jenis dan perubahan suhu yang sudah diketahui yaitu 5, 390 dan 80 sehingga diperoleh hasil yang tepat tetapi satuan yang diberikan kurang tepat 156.000 kalori.
b. Analisis Data Subjek 3
Berdasarkan hasil jawaban dari subjek 3 kemudian dilanjutkan dengan analisis kemampuan berpikir divergen subjek 3 sebagai berikut:
Fluency
Berdasarkan hasil jawaban tertulis diatas menunjukkan bahwa subjek 3 tidak memiliki kemampuan dalam mengemukakan beberapa ide gagasan pemecahan masalah. Hal ini dikarenakan subjek 3 bingung untuk memproduksi beberapa alternatif pemecahan masalah dari sebuah masalah yang ada.
Flexibility
Berdasarkan hasil data tertulis subjek 3 tidak dapat menemukan cara lain dalam menyelesaikan masalah dikarenakan subjek 3 kebingungan jika disuruh mencari alternatif atau cara lain untuk mendapatkan hasil yang sama.
B. Pembahasan
Penelitian yang berjudul ”Analisis Kemampuan Berpikir Divergen dalam Menyelesaikan Soal-soal Fisika Peserta Didik SMA Negeri 14 Makassar”
Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian yang diperoleh maka pada bagian ini akan dikemukakan pembahasan mengenai hasil penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir divergen peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal fisika dan mengetahui kemampuan berpikir divergen peserta didik dalam mengembangkan cara yang berbeda untuk menyusun alternatif penyelesaian kelas XI MIPA4 SMA Negeri 14 Makassar baik secara keseluruhan maupun untuk setiap indikator.
Dari hasil analisis deskriptif pada tabel 4.1 yang memperlihatkan bahwa skor tertinggi yang dicapai oleh peserta didik setelah dilakukan tes yaitu 33 dan skor terendah yang dicapai peserta didik yaitu 18 serta skor rata-rata yaitu 28,24 dengan standar deviasi yaitu 4,00.
Berdasarkan tabel 4.2 mengenai kategorisasi dan frekuensi skor hasil tes kemampuan berpikir divergen fisika peserta didik kelas XI MIPA 4 SMA Negeri 14 Makassar menunjukkan bahwa skor rata-rata peserta didik berada pada rentang kategori sangat tinggi dengan frekuensi 10. Dan pada tabel 4.3 mengenai kategori skor dan persentase berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase 47,62%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan berpikir divergen peserta didik kelas XI MIPA 4 SMA Negeri 14 Makassar terbilang sangat tinggi.
Berdasarkan Tabel 4.4 mengenai persentase skor rata-rata untuk setiap indikator kemampuan berpikir divergen fisika peserta didik kelas XI MIPA 4 SMA Negeri 14 Makassar menunjukkan bahwa indikator kemampuan berpikir divergen yang mendapat skor rata-rata tertinggi adalah indikator lancar
mengemukakan gagasan, dan yang mendapat skor rata-rata terendah adalah indikator dimana peserta didik banyak mengajukan pertanyaan. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai kemampuan berpikir divergen untuk setiap indikator maka akan dijelaskan secara lebih rinci yaitu sebagai berikut :
a. Indikator : Lancar mengemukakan gagasan
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa indikator ini memiliki persentase skor rata-rata yang tertinggi dari indikator lainnya yaitu 100%.
Dimana pada indikator ini peserta didik sudah lancar dalam mengemukakan gagasan.
b. Indikator : Memikirkan lebih dari satu jawaban
Pada indikator ini, berdasarkan hasil penelitian persentase skor rata-rata indikator yang diperoleh adalah 37,33% dimana peserta didik belum semuanya bisa memikirkan lebih dari satu jawaban dikarenakan kurang memahami soal.
c. Indikator : Mengajukan banyak pertanyaan
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa indikator ini memiliki persentase skor rata-rata terendah dari indikator yang lainnya yaitu 23,75%
dimana pada kategori ini peserta didik belum mampu memberikan banyak pertanyaan dikarenakan kurang memahami maksud dari gambar yang ada dalam soal dimana gambar dalam soal tersebut jarang dibahas didalam proses pembelajaran.
d. Indikator : Menghasilkan bebagai macam cara dengan jawaban yang sama
Pada indikator ini, berdasarkan hasil penelitian persentase skor rata-rata indikator yang diperoleh 89,20% dimana peserta didik sudah mampu menghasilkan berbagai macam cara walaupun ada yang kurang memakai satuan dan hasil akhirnya pun berbeda.
e. Indikator : Menggolongkan hal-hal macam pembagian yang berbeda
Pada indikator ini, berdasarkan hasil penelitian persentase skor rata-rata 51,17% dimana peserta didik sebagian sudah mampu menggolongkan hal-hal pembagian walaupun kadang ada yang keliru dalam menggolongkan.
Berdasarkan dari kelima indikator diatas diperoleh persentase skor rata- rata yang tertinggi adalah indikator lancar mengemukakan gagasan dengan persentase 100% sedangkan persentase skor rata-rata yang terendah adalah indikator mengajukan banyak pertanyaan dengan persentase 23,75%. Hal ini terjadi dikarenakan pada soal lancar mengemukakan gagasan soal tersebut sering di bahas di dalam proses pembelajaran sedangkan pada soal mengajukan banyak pertanyaan soal tersebut jarang dibahas di dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik sulit untuk memberikan jawaban dari soal tersebut.
Berdasarkan hasil analisis di atas dapat diketahui bahwa dalam mengembangkan cara yang berbeda untuk menyusun alternatif penyelesaian pada komponen fluency dengan cara subjek mulai mengemukakan sebuah gagasan ide, dimana gagasan tersebut diungkapkan dalam sebuah tulisan. Hal ini sesuai dengan pendapat Guildford yang menyatakan bahwa fluency adalah kemampuan untuk memproduksi beberapa alternatif solusi atau pemecahan