SKRIPSI
ANALISIS PRODUK SAMPINGAN TERHADAP LABA PERUSAHAAN PADA UD. RAHMATULLAH MAKASSAR
SULTAN PRATAMA 10573 01732 10
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR 2014
i SKRIPSI
ANALISIS PRODUK SAMPINGAN TERHADAP LABA PERUSAHAAN PADA UD. RAHMATULLAH MAKASSAR
SULTAN PRATAMA 10573 01732 10
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR 2014
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi : Analisis Produk Sampingan Terhadap Laba Perusahaan pada UD. Rahmatullah Makassar.
Nama Mahasiswa : Sultan Pratama No. Stambuk : 10573 01732 10
Fakultas/Jurusan : Ekonomi dan Bisnis/Akuntansi
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar
Skripsi ini telah dipertahankan dan diujikan didepan penguji pada tanggal 16 Juli 2014
Makassar, Juli 2014 Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. Ansyarif Khalid, SE., M.Si, Ak Muttiarni, SE., M.Si Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Ketua Jurusan Akuntansi
Dr. H. Mahmud Nuhung., MA Ismail Badollahi, SE., M.Si., Ak
NBM : 497 794 NBM : 107 3428
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi atas nama SULTAN PRATAMA No. Stambuk 10573 01732 10 telah diterima dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor : 113 Tahun 1435/ 2014 dan telah diperiksa di depan penguji pada hari Rabu tanggal 16 Juli 2014, sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
19 Ramadhan 1435 H Makassar,
16 Juli 2014 M Panitia Ujian :
1. Pengawas Umum : Dr. H. Irwan Akib, M.Pd. (………) (Rektor Unismuh Makassar)
2. Ketua : Dr. H. Mahmud Nuhung, MA (………)
(Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis)
3. Sekretaris : Drs. H. Sultan Sarda, MM (………) (Wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis)
4. Penguji :
a. Dr. Andi Rustam, SE, MM, Ak (………)
b. Muttiarni, SE,M.Si. (………)
c. Hj. Naidah SE, M.Si. (………)
d. Edy Jusriadi, SE, MM (………)
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahi rabbil’ Alamin dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena tiada daya dan upaya selain atas kehendak-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat-sahabat beliau, dan para pendahulu muslim yang telah mendahului semoga mendapat nikmat di sisi-Nya.
Telah banyak tenaga, pikiran, dan waktu yang penulis curahkan untuk mewujudkan penyusunan hasil penelitian ini. Akan tetapi, tak dapat dipungkiri bahwa penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan banyak terima kasih terutama kepada kedua orang tua yang tercinta Ayahanda Lambang dan Ibunda Hj. Nuraeni yang telah membesarkan dan merawat penulis dengan penuh kasih sayang dan memberikan doa, dukungan, dan nasehat. Juga terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Adinda Nining Pratiwi beserta seluruh keluarga besar yang senatiasa memanjatkan doa, memberikan bantuan baik materi maupun dukungan, sehingga penulis mampu dan tetap semangat dalam menjalani pendidikan.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penyelesaian skripsi ini berkat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan banyak terima kasih kepada :
v
1. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd, sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung., MA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Ismail Badollahi, SE., M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Dr. H. Ansyarif Khalid, SE., M.Si., Ak., selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Muttiarni, SE., M.Si., selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen pengantar perkuliahan yang selalu tulus dalam memberikan bekal ilmu pengetahuan selama ini.
7. Segenap Staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis atas bantuannya selama ini.
8. Bapak pimpinan dan karyawan-karyawati UD. Rahmatullah Makassar, yang telah memberikan pelayanan dan membantu memberikan data dan informasi yang penulis butuhkan dalam menyusun laporan ini.
9. Buat saudaraku seperjuangan baik duka maupun duka Supardi, Ilham Rahman, Suryadi, Laode Ruslan., A.Md, Ardy Inawan Putra, Rahman Taufik, S.Kom, Taufan, Rama Yudha, Nurul Azhima Trisuci, dan Kakanda Tajuddin, SE.
vi
10. Buat sahabatku, A. Arie Angriawan, Arman Alyup, Fachrisal Wiryatama, Fajar Saputra, Haripuddin, Herul Setiawan MR, Irma Zulfidah, Lukmanul Hakim, Riska Subaina, Nur Fitriani, Irma Kaderiana, Mantang, Hasriani, Yahyar Nurhadiasa, Amran Keliora, Gatot Santoso S, Arwin Swandi, Asmunawir, Syaharuddin, Muh Bahri Basir, Muhammad Irwan dan seluruh Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya buat keluarga besar Akuntansi 3 2010 yang tak dapat penulis sebutkan satu-persatu tulis namanya, yang bersama penulis dalam suka dan duka, memberi semangat dan doanya.
Akhir kata penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak luput dari kekurangan baik isinya maupun penyajiannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kareksi dan saran demi perbaikan skripsi ini akan diterima dengan senang hati dan lapang dada, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan mampu menjadi tambahan bagi ilmu pengetahuan, Terima Kasih.
Billahi fisabilil haq fastabiqul khaerat Wassalamu Alaikum Wr. Wb.
Makassar, Mei 2014
Penulis
vii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produk ... 6
B. Produk Sampingan ... 8
C. Perlakuan Produk Sampingan ... 10
D. Perhitungan Laba Rugi ... 17
E. Kerangka Pikir ... 34
F. Hipotesis ... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35
viii
B. Metode Pengumpulan Data ... 35
C. Jenis dan Sumber Data ... 35
D. Definisi Operasional... 36
E. Metode Analisis ... 37
BAB VI GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Berdirinya Perusahaan ... 38
B. Program Kerja ... 38
C. Struktur Organisasi ... 39
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Proses Produksi ... 41
B. Produk Yang Dihasilkan ... 45
C. Perlakuan Produk Sampingan ... 48
D. Perhitungan Harga Pokok Produksi ... 51
E. Perhitungan Laba Kotor ... 58
F. Perhitungan Laba Operasional Perusahaan ... 60
G. Perhitungan Laba Bersih Perusahaan ... 62
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 66
B. Saran ... 66 DAFTAR PUSTAKA
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Penjualan Tahu ... 45
2. Penjualan Produk Sampingan Bulan Februari ... 46
3. Penjualan Produk Sampingan Bulan Maret ... 47
4. Penjualan Produk Sampingan Bulan April ... 47
5. Biaya Bahan Baku ... 51
6. Biaya Bahan Penolong ... 52
7. Biaya Tenaga Kerja ... 52
8. Pemakaian Biaya Overhead Pabrik Variabel ... 53
9. Pemakaian Biaya Overhead Pabrik Tetap ... 54
10. Kalkulasi HPP Tahu dengan Metode Full Costing ... 57
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Kerangka Pikir ... 34 2. Struktur Organisasi ... 39 3. Skema Proses Produksi ... 42
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pada saat ini persaingan dunia usaha semakin kompetitif, hal ini mendorong setiap badan usaha untuk meningkatkan daya saingnya. Upaya yang dapat dilakukan badan usaha adalah dengan mengelola dan meningkatkan seluruh aktivitasnya agar mampu bersaing dalam mempertahankan kelangsungan hidup usaha tersebut, sehingga tujuan badan usaha akan tercapai. Pada dasarnya yang bertanggung jawab dalam mengelola aktivitas badan usaha adalah pihak manajemen. Salah satu aktivitas badan usaha yang sangat perlu diperhatikan adalah aktivitas pengelolaan persediaan barang dagangan.
Pengaruh produk sampingan barang dagangan berperanan penting bagi badan usaha, karena merupakan unsur aktiva yang memiliki nilai materil dalam jumlah dan nilai yang relatif besar serta merupakan aktiva yang sensitif terhadap waktu, penurunan harga pasar, pencurian, pemborosan, kerusakan dan kelebihan biaya yang disebabkan oleh kesalahan dalam penanganannya, resiko yang timbul dari persediaan beberapa diantaranya yaitu dari kebijakan badan usaha untuk mengatur assetnya dan prosedur-prosedur baik pemasukan barang maupun pengeluaran barang, adanya keterlambatan waktu pelaporan, ketidak akuratan jumlah modal persediaan, pengaruh produk sampingan sangat berpengaruh pada usaha dagang karna merupakan nilai tambah atas
laba usaha, agar tidak terjadi kurang berkualitasnya informasi persediaan perlu dihindari adanya hal-hal yang dapat menimbulkan resiko yang akan timbul, untuk itu diperlukan suatu pengendalian internal barang dagangan yang efektif.
Untuk memperoleh laba dari kegiatan operasionalnya dalam berbagai faktor diperhatikan seperti penghasilan dan biaya yang lebih rendah dari penghasilan itu, perusahaan dapat mencapai laba yang diinginkan. Dalam upaya mencari laba yang besar perusahaan harus mampu menjual dalam jumlah yang besar dan tingkatan harga tertentu. Keinginan perusahaan untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya, perusahaan harus meningkatkan kualitas dan mutu produk agar hasil dapat bersaing di pasar.
Penjualan yang dilakukan perusahaan ditentukan dan permintaan konsumen terhadap barang yang dijual dan salah satu yang mempengaruhi permintaan konsumen dalam suatu barang adalah harga jual barang yang bersangkutan. Apalagi jumlah perusahaan yang bersifat persaingan sempurna dimana terdapat banyak penjual, konsumen mempunyai banyak pilihan terhadap barang yang dibutuhkan berdasarkan harga dan tingkat kepuasaan yang diperoleh dan barang-barang yang dibelinya.
Sehubungan dengan uraian sebelumnya, maka salah satu kebijakan perusahaan untuk mencapai keuntungan adalah dengan cara analisis pengaruh produk sampingan harga jual barang. Bahwa dalam menetapkan harga jual yang didasarkan pada hubungan antara volume penjualan, laba terhadap produk sampingan dan pembiayaan. Oleh karena itu perusahaan harus mampu
dalam menetapkan harga sebagai pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dalam bidang penjualan maupun dibidang perencanaan laba dan keuntungan.
Analisis pendapatan atau keuntungan produk sampingan merupakan suatu pendapatan tambahan. hal ini terjadi ketika perusahaan mengembangkan suatu produk atau barang yang baru, ketika perusahaan ingin memperkenalkan produk atau barangnya kesaluran distribusi atau kedaerah baru, harus memutuskan posisi produknya untuk mutu dan harga. Dalam penentuan harga pokok per unit memang rumit, karena semuanya harus dipertimbangkan terlebih dahulu terhadap unsur-unsur yang terkait menyangkut masalah biaya untuk menghasilkan barang atau jasa.
Perusahaan ini bergerak dalam bidang produksi dan penjualan Tahu di Makassar dan sekitar atas dasar untuk memenuhi tuntutan permintaan konsumen terhadap Tahun yang dapat disesuaikan dengan kondisi pasar pada masa sekarang. Berdasarkan latar belakang maka penulis bertitik tolak pada judul “Analisis Produk Sampingan Terhadap Laba Perusahaan pada UD.
Rahmatullah Makassar B. Rumusan Masalah
Yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah
“Bagaimana pengakuan produk sampingan terhadap perhitungan laba perusahaan pada UD. Rahmatullah Makassar?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui pengakuan produk sampingan dalam menghitung laba perusahaan.?
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : a. Bagi Mahasiswa
1) Dapat membandingkan antara ilmu yang dipeoleh dibangku perkuliahan dengan kenyataan yang ada diperusahaan.
2) Dapat memperoleh pengetahuan yang lebih luas setelah melakukan penelitian di UD. Rahmatullah Makassar.
3) Sebagai wahana berproses dalam pengembangan diri dan berpikir kritis terhadap permasalahan yang ada dibidangnya.
b. Bagi Perusahaan
1) Dapat mengetahui penataan dan perlakuan terhadap produk sampingan yang dihasilkan perusahaan secara tepat untuk bisa diterapkan dalam meningkatkan laba usaha.
2) Membantu pihak perusahaan untuk mengetahui apakah peranan produk sampingan yang ada mampu meningkatkan laba usaha diperusahaan.
c. Bagi Lembaga
1) Sebagai saran penanganan produk sampingan yang selama ini dijalankan.
2) Memperkenalkan tata cara pengelolaan hasil produk sampingan agar dapat meningkatkan laba usaha sesuai dengan harapan dan tujuan perusahaan.
d. Bagi Penelitian yang Akan Datang
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan baru bagi mahasiswa dimasa yang akan datang.
2) Bisa sebagai bahan referensi atau pertimbangan peneliti yang lain khususnya dalam pembahasan yang sama.
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Produk
Produk merupakan titik pusat dari kegiatan pemasaran karena produk merupakan hasil dari suatu perusahaan yang dapat ditawarkan ke pasar untuk di konsumsi dan merupakan alat dari suatu perusahaan untuk mencapai tujuan dari perusahaannya. Suatu produk harus memiliki keunggulan dari produk- produk yang lain baik dari segi kualitas, desain, bentuk, ukuran, kemasan, pelayanan, garansi, dan rasa agar dapat menarik minat konsumen untuk mencoba dan membeli produk tersebut.
1. Pengertian Produk
Pengertian produk ( product ) menurut Kotler & Armstrong, (2001: 346) adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Secara konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan kegiatan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Selain itu produk dapat pula didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya. Produk dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian.
Menurut Kotler & Armstrong (2001:354) beberapa atribut yang menyertai dan melengkapi produk (karakteristik atribut produk) adalah:
a. Merek (branding)
Merek (brand) adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk atau jasa dari satu atau kelompok penjual dan membedakannya dari produk pesaing. Pemberian merek merupakan masalah pokok dalam strategi produk. Pemberian merek itu mahal dan memakan waktu, serta dapat membuat produk itu berhasil atau gagal.
Nama merek yang baik dapat menambah keberhasilan yang besar pada produk (Kotler & Armstrong, 2001:360)
b. Pengemasan (packing)
Pengemasan (packing) adalah kegiatan merancang dan membuat wadah atau pembungkus suatu produk.
c. Kualitas Produk (Product Quality)
Kualitas Produk (Product Quality) adalah kemampuan suatu produk untuk melaksanakan fungsinya meliputi, daya tahan keandalan, ketepatan kemudahan operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai lainnya. Untuk meningkatkan kualitas produk perusahaan dapat menerapkan program ”Total Quality Manajemen (TQM)". Selain mengurangi kerusakan produk, tujuan pokok kualitas total adalah untuk meningkatkan nilai pelanggan.
2. Tingkatan Produk.
Pada dasarnya tingkatan produk adalah sebagai berikut:
a. Produk Inti (Core Product)
Produk inti terdiri dari manfaat inti untuk pemecahan masalah yang dicari konsumen ketika mereka membeli produk atau jasa
b. Produk Aktual (Actual Product)
Seorang perencana produk harus menciptakan produk aktual (actual product) disekitar produk inti. Karakteristik dari produk aktual diantaranya, tingkat kualitas, nama merek, kemasan yang dikombinasikan dengan cermat untuk menyampaikan manfaat inti (Kotler & Armstrong, 2001:348).
c. Produk Tambahan
Produk tambahan harus diwujudkan dengan menawarkan jasa pelayanan tambahan untuk memuaskan konsumen, misalnya dengan menanggapi dengan baik claim dari konsumen dan melayani konsumen lewat telepon jika konsumen mempunyai masalah atau pertanyaan. (Kotler & Armstrong, 2001: 349).
B. Produk Sampingan
1. Pengertian Produk Sampingan
Produk Sampingan (By Product) Istilah produk sampingan digunakan untuk suatu produk yang bernilai total relatif kecil dan diproduksi secara berbarengan dengan produk yang bernilai lebih besar.
Produk yang nilainya lebih besar biasa disebut dengan produk utama.
Produk sampingan juga bisa diartikan sebagai produk yang bukan tujuan utama operasi perusahaan tetapi tidak dapat dihindarkan terjadinya dalam proses pengolahan produk disebabkan sifat bahan yang diolah atau karena sifat pengolahan produk, kuantitas dan nilai produk sampingan relatif kecil dibandingkan dengan nilai keseluruhan produk.
Perbedaan produk utama dan produk sampingan terletak pada nilai jualnya. Jika nilai jual salah satu produk relatif lebih kecil dari yang lainnya maka dikategorikan sebagai produk sampingan, sedangkan apabila produk-produk yang dihasilkan relatif sama maka dikategorikan sebagai produk bersama.
2. Karakteristik Produk Sampingan.
Asal mula produk sampingan:
a. Muncul dari pembersihan produk utama (bisa bernilai, atau bisa menjadi sampah). Contoh gas dan tar dalam produksi arang, serbuk gergaji di tempat penggergajian.
b. Muncul dari proses persiapan bahan baku sebelum digunakan dalam proses produksi produk utama. Contoh pemisahan biji kapas darikapas, pemisahan kulit dari biji coklat.
c. Dihasilkan bersama dengan produk utama dalam suatu proses atau serangkaian proses tanpa dimaksudkan untuk membuat produk ini.
d. Nilai penjualan adalah relatif lebih kecil atau tidak berarti, bila dibandingkan dengan produk-produk utama.
e. Dihasilkan dalam jumlah unit atau kuantitas yang lebih sedikit.
f. Kadang-kadang memerlukan pengolahan lebih lanjut dan pembungkusan.
g. Produk ini tidak dapat dihasilkan tanpa memproduksi produk-produk utama.
Produk sampingan dapat digolongkan sesuai dengan dapat tidaknya produk tersebut dijual pada saat terpisah dari produk utama.
a. Produksi sampingan yang dapat dijual setelah terpisah dari produk utama, tanpa memerlukan pengolahan lebih lanjut.
b. Produk sampingan yang memerlukan proses pengolahan lebih lanjut setelah terpisah dari produk utama.
C. PERLAKUAN PRODUK SAMPINGAN 1. Akuntansi Untuk Produk Sampingan
Dalam produk sampingan, yang menjadikan permasalahan adalah bagaimana memperlakukan pendapatan penjualan produk sampingan tersebut. Pengakuan adanya produk sampingan ini menyangkut perlakuan terhadap harga pokok produk sampingan, biaya untuk memproses produk sampingan, dan hasil penjualan produk sampingan. Alokasi biaya bersama kepada produk utama dan produk sampingan pada umumnya dianggap tidak perlu, karena nilai produk sampingan relatif rendah bila dibandingkan dengan produk utama. Tetapi dalam kenyataannya ada beberapa metode yang mengalokasikan biaya bersama kepada produk utama dan produk sampingan. Metode-metode akuntansi yang dapat
diterima untuk menetapkan biaya produk sampingan dibagi dalam dua kategori, yaitu:
Metode yang hanya melakukan pencatatan terhadap hasil penjualan produk sampingan, tanpa menghitung harga pokok produk sampingan tersebut (metode tanpa harga pokok / Non Cost Method). Dalam metode ini biaya-biaya produksi hanya dibebankan ke produk utama, kemudian hasil penjualan produk sampingan dicatat langsung sebagai pendapatan / pengurang terhadap biaya-biaya produksi.
Dalam metode ini terdapat beberapa cara perlakuan terhadap hasil penjualan produk sampingan sebagai berikut :
a. Hasil penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pendapatan lain-lain / pendapatan diluar usaha.
b. Hasil penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai tambahan terhadap hasil penjualan produk utama. Dengan demikian dalam cara ini pendapatan usaha bertambah.
c. Hasil produk sampingan diperlakukan mengurangi harga pokok penjualan.
d. Hasil penjualan produk sampingan diperlakukan mengurangi total biaya produksi.
e. Nilai pasar produk sampingan dikurangkan ke total biaya produksi (Metode Nilai Pasar / reversal Cost Method)
Metode yang membebankan biaya-biaya produksi ke produk utama dan produk sampingan (Metode Harga Pokok / Cost Method). Dalam
metode ini biaya-biaya produksi dialokasikan baik ke produk utama maupun produk sampingan. Sedangkan harga pokok produk sampingan ditetapkan sebesar harga beli / nilai pengganti (Replacement Cost) yang berlaku di pasar. Harga pokok tersebut di kredit perkiraan “ Barang Dalam Proses Bahan Baku ”. Dengan demikian biaya produksi (bahan baku) untuk produk utama berkurang.
2. Metode Tanpa Harga Pokok
Metode tanpa harga pokok dibagi menjadi 2 macam:
a. Produk sampingan dapat langsung dijual pada saat saat titik pisah (split-off point) atau pengakuan atas pendapatan kotor.
Dalam metode ini, Harga pokok produk sampingan atau persediannya tidak diperhitungkan, tetapi memperlakukan pendapatan penjualan produk sampingan sebagai pendapatan atau pengurang biaya prduksi produk utama. Dalam rangka perhitungan biaya persediaan, suatu nilai yang berdiri sendiri dapat dibebankan ke produk sampingan. Metode tanpa harga pokok adalah suatu metode dalam perhitungan produk sampingan tidak memperoleh alokasi biaya bersama dari pengolahan produk sebelum dipisah.
Metode ini memperlakukan penjualan produk sampingan berdasarkan penjualan kotor. Hal ini dilakukan karena biaya persediaan final dari produk utama dianggap terlalu tinggi sehingga menanggung biaya yang seharusnya dibebankan pada produk
sampingan. Dalam metode ini penjualan atau pendapatan produk sampingan dalam laporan laba rugi dapat dikategorikan sebagai berikut:
1) Pendapatan Penjualan Produk Sampingan Diperlakukan Sebagai Pendapatan Di Luar Usaha.
Dalam metode ini pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk sampingan dikurangi dengan penjualan returnya dicatat pada rekening “Pendapatan Penjualan Produk Sampingan” dan pada akhir periode akuntansi ditutup ke rekening Rugi Laba.
Rekening Penjualan Produk Sampingan dicantumkan dalam laporan rugi laba kelompok penghasilan diluar usaha.
Metode ini tidak mencoba menentukan harga pokok produk sampingan. Metode ini cocok digunakan dalam perusahaan yang:
(a) Nilai produk sampingannya tidak begitu penting atau tidak dapat ditentukan
(b) Penggunaan metode yang lebih teliti memerlukan biaya yang tidak sebanding dengan manfaat yang di peroleh.
(c) Saat terpisahnya produk sampingan dari produk utama tidak begitu jelas dan pembebanan harga pokok produk sampingan kepada produk utama tidak sebanding dengan manfaat yang diperoleh.
Keberatan penggunaan metode ini adalah:
(a) Apabila akhir periode akuntansi terdapat persediaan produk sampingan, maka timbul masalah penilaian persediaan untuk tujuan pembuatan neraca perusahaan.
(b) Dapat mengakibatkan penandingan pendapatan dengan biaya tidak dalam periode yang tepat.
(c) Tidak adanya pengawasan terhadap persediaan produk sampingan, sehingga hal ini membuka kesempatan untuk terjadinya penggelapan terhadap produk sampingan tersebut.
(d) Meskipun nilai jual produk sampingan kecil, tetapi kalau pendapatan penjualannya dilaporkan sebagai penghasilan diluar usaha, maka hal ini akan mengaburkan gambaran menyeluruh tentang hasil usaha di perusahaan.
Pendapatan penjualan produk sampingan dijadikan sebagai pendapatan lain-lain sehingga akan menambah laba operasi secara langsung.
2) Pendapatan penjualan produk sampingan dicatat sebagai tambahan pendapatan penjualan produk utama.
Metode ini merupakan variasi dari metode pertama. Semua biaya produksi dikurangkan dari pendapatan penjualan semua produk (baik utama maupun sampingan) untuk mendapatkan laba
bruto. Dalam metode ini tidak ada alokasi biaya bersama seperti dalam metode pertama.
3) Metode Nilai Pasar atau Reversal Cost Method.
Metode perlakuan produk sampingan ini pada dasarnya sama dengan metode terakhir yang telah dibicarakan diatas. Ada perbedaan sedikit diantara keduanya, yaitu kalau pada metode terakhir yang dikurangkan dari total biaya produksi adalah pendapatan penjualan produk sampingan, sedangkan pada metode nilai pasar ini yang di kurangkan adalah taksiran nilai pasar produk sampingan. Metode ini mencoba menaksir biaya produk sampingan dengan titik tolak dari nilai pasarnya.
4) Produk sampingan memerlukan proses lanjutan setelah dipisah dari produk utama atau pengakuan atas pendapatan bersih.
Dalam metode ini disadari kebutuhan untuk membebankan sebagian biaya ke produksi sampingan. Tetapi bukan berarti mengalokasikan biaya produk utama ke produk sampingan. Biaya pemrosesan dan pemasaran produk sampingan setelah pemisahan dicatat dalam perkiraan yang berbeda dengan produk utama.
Angka-angka yang ada tetap akan diperhitungkan didalam laporan laba-rugi sesuai dengan metode yang ada pada metode pertama.
Ayat jurnal dalam metode ini juga terdiri atas pembebanan biaya setelah pemisahan (proses lanjutan) terhadap hasil penjualan produk sampingan. Beban pemasaran dan administrasi juga
dialokasikan kedalam produk sampingan sesuai tarif yang telah direncanakan sebelumnya.
Dalam metode ini hasil penjualan bersih produk sampingan dapat dihitung, yaitu :
Penjualan/pendapatan produk sampingan Rp xxx Biaya proses lanjutan produk sampingan Rp xxx Biaya pemasaran dan biaya administrasi Rp xxx +
Rp xxx + Penjualan/ Pendapatan Bersih Produk Sampingan Rp xxx
Pendapatan bersih produk sampingan inilah yang nantinya akan dimaksukkan pada perhitungan laporan laba-rugi.
Seperti metode pertama, dalam menghitung harga pokok produk sampingan metode kedua juga bisa dilkaukan dengan metode-metode yang ada pada metode pertama, yaitu:
(a) Diperlakukan sebagai penghasilan diluar usaha atau pendapatan lain-lain.
(b) Diperlakukan sebagai penambah penjualan atau pendapatan produk utama.
(c) Diperlakukan sebagai pengurang harga pokok penjualan.
(d) Diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi.
5) Metode Harga Pokok
Dalam metode ini pengalokasian biaya produk sampingan hampir sama dengan produk bersama yaitu sebagian biaya bersama
dialokasikan kepada produk sampingan dan menentukan harga pokok persediaan produk sampingan dengan biaya yang dialokasikan tersebut.
6) Metode Biaya Pengganti (Replacement Cost Method)
Metode ini biasanya digunakan dalam perusahaan yang produk sampingannya dipakai dalam pabrik sebagai bahan baku atau bahan penolong. Harga pokok yang diperhitungkan dalam produk sampingan adalah sebesar harga beli atau biaya pengganti yang berlaku dipasar.
Jumlah ini kemudian dikreditkan pada rekening barang dalam proses – biaya bahan baku, sehingga mengurangi biaya produksi produk utama.
pengurangan biaya produksi produk utama ini akan mengakibatkan harga pokok persatuan persediaan produk utama menjadi lebih rendah.
D. PERHITUNGAN LABA RUGI 1. Pengertian Laba
Kegiatan perusahaan sudah dapat dipastikan berorientasi pada keuntungan atau laba, Laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut selama periode tertentu (Soemarso,2004). Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan laba sejauh mana suatu perusahaan memperoleh pendapatan dari kegiatan penjualan sebagai selisih dari keseluruhan usaha yang didalam usaha itu terdapat biaya yang dikeluarkan untuk proses penjualan selama periode tertentu.
Umumnya peusahaan didirikan untuk mencapai tujuan tertentu yaitu memperoleh laba yang optimal dengan pengorbanan yang minimal untuk mencapai hal tertentu perlu adanya perencanaan dan pengendalian dalam setiap aktivitas usahanya agar perusahaan dapat membiayai seluruh kegiatan yang berlangsung secara terus menerus.
Pengertian laba menurut Zaky Baridwan (2004 : 29)
Kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari badan usaha dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama satu periode kecuali yang termasuk dari pendapatan (revenue) atau investasi oleh pemilik.
Sedangkan menurut Henry Simamora (2002 : 45)
Laba adalah perbandingan antara pendapatan dengan beban jikalau pendapatan melebihi beban maka hasilnya adalah laba bersih.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa laba berasal dari semua transaksi atau kejadian yang terjadi pada badan usaha dan akan mempengaruhi kegiatan perusahaan pada periode tertentu dan laba di dapat dari selisih antara pendapatan dengan beban, apabila pendapatan lebih besar dari pada beban maka perusahaan akan mendapatkan laba apabila terjadi sebaliknya maka perusahaan mendapatkan rugi.
3. Jenis – Jenis Laba
Menurut Theodorus M. Tuanakotta (2001 : 219) mengemukakan jenis- jenis laba dalam hubungannya dengan perhitungan laba, yaitu :
a. Laba kotor b. Laba dari operasi c. Laba bersih
Adapun penjelasan jenis – jenis laba diatas sebagai berikut : a. Laba kotor
Laba kotor yaitu perbedaan antara pendapatan bersih dan penjualan dengan harga pokok penjualan.
b. Laba dari operasi
Laba dari operasi yaitu selisih antara laba kotor dengan total beban biaya.
c. Laba Bersih
Laba bersih yaitu angka terakhir dalam perhitungan laba rugi dimana untuk mencarinya laba operasi bertambah pendapatan lain-lain dikurangi oleh beban lain-lain.
Dalam menyajikan laporan rugi laba akan terlihat pengklasifikasian dalam pengukuran laba adalah sebagai berikut :
1. Laba kotor atas penjualan merupakan selisih dari penjualan bersih dan harga pokok penjualan, laba ini dinamakan laba kotor. Hasil laba bersih belum dikurangi dengan beban operasi lainnya untuk periode tertentu.
2. Laba bersih operasi perusahaan yaitu laba kotor dikurangi dengan sejumlah biaya penjualan, biaya administrasi dan umum.
3. Laba bersih sebelum potongan pajak merupakan pendapatan perusahaan secara keseluruhan sebelum pajak perseroan yaitu perolehan dari laba operasi dikurangi atau ditambah.
4. Laba bersih setelah potongan pajak yaitu laba bersih setelah ditambah atau dikurangi dengan pendapatan dan biaya non operasi dan dikurangi laba perseroan.
4. Kegiatan Laba
Urutan yang sering dipakai untuk menilai berhasil atau tidaknya manajemen suatu perusahaan untuk laba yang diperoleh nantinya, laba ini akan dipergunakan oleh perusahaan. Di dalam standar akuntansi keuangan PSAK no. 25 (menurut IAI) disebutkan sebagai berikut :
Laporan laba rugi merupakan laporan utama untuk melaporakan kinerja suatu perusahaan, terutama tentang profitabilitas dibuthkan untuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang dikelola oleh sebuah perusahaan dimasa yang akan datang. Informasi tersebut juga sering digunakan untuk memperkirakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan kas dan aktiva yang akan disamakan dengan kas dimasa
yang akan datang. Informasi tentang kemungkinan perubahan kinerja juga penting dalam hal ini.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa laporan laba rugi merupakan suatu laporan sistematis mengenai penghasilan biaya laba rugi yang diperoleh suatu perusahaan dalam satu periode. Informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi meliputi :
a. Bagian Pertama.
Menunjukan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan (penjualan barang dagangan / memberikan service) diikuti dengan harga pokok dari barang atau service yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor.
b. Bagian Kedua.
Menunjukan biaya-biaya operasi yang terdiri dari biaya penjualan dan biaya umum atau administrasi (operating expense).
c. Bagian Ketiga.
Menunjukan harga hasil yang diperoleh diluar operasi pokok perusahaan yang diikuti dengan biaya diluar usaha pokok perusahaan.
d. Bagian Keempat.
Menunjukan laba rugi yang insidentil (extra ordinary gain or loss) sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan.
5. Tujuan Laba
Menurut Anis dan Imam (2003 : 216) mengutarakan bahwa tujuan pelaporan laba adalah sebagai berikut :
a. Sebagai indikator efesiensi penggunaan dana yang tertahan dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembaliannya.
b. Sebagai dasar pengukuran prestasi manajemen.
c. Sebagai dasar penentuan besarnya perencanaan pajak.
d. Sebagai alat pengendalian sumber daya ekonomi suatu negara.
e. Sebagai kompensasi dan pembagian bonus.
f. Sebagai alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
g. Sebagai dasar bentuk kenaikan kemakmuran.
h. Sebagai dasar pembagian deviden.
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dilaporkannya laba atau lebih dikenal dengan laba atau rugi adalah sebagai indikator efesiensi penggunaan dana yang digunakan sebagai dasar untuk pengukuran, penentuan, pengendalian, motivasi prestasi manajemen dan sebagai dasar kenaikan kemakmuran serta dasar pembagian deviden untuk para investor yang menanamkan modalnya pada perusahaan.
6. Pencapaian Laba Kotor
Laba merupakan selisih antara pendapatan dengan beban, sehingga laba dapat mengukur masukan (dalam bentuk beban yang diukur dengan biaya) dan keluaran (dalam bentuk pendapatan yang diperoleh). Hal ini
seperti pernyataan bahwa “Laba yang dicapai merupakan pengukur penting efisien dan efektivitas organisasi” (R.A Supriyono, 2000:330).
Pencapaian laba kotor yang maksimal dapat tercapaibila penjualan bersih tinggi dari pada harga pokok penjualan.
Pencapaian laba kotor adalah tercapainya target laba kotor yang maksimal dengan menunjukkan adanya penjualan yang lebih tinggi daripada harga pokok penjualan (Iyan Rohaeni 2004:15).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa biaya atau masukan atau input akan menunjukkan ukuran pencapaian laba kotor apabila setelah jumlah penjualan diketahui sebagai salah satu faktor yang menentukan nilai laba kotor suatu perusahaan.
7. Pengukuran Ramalan laba
Ukuran laba secara efektif menghubungkan laba masa lalu, laba saat ini dan laba masa depan dengan total investasi modal (John J. Wild 2005:36).
Digunakannya ramalan ini pada analisis dan laba menambah tingkat pemahaman dan realisme. Harapan atau taksiran yang diharapkan dari ramalan laba ini ditentukan oleh
a. Sejarah pertumbuhan tingkat pengembalian b. Perubahan perusahaan
c. Kondisi usaha yang diperkirakan d. Taksiran pengembalian proyek baru
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa laba dapat diramalkan dari jumlah masa lalu, laba saat ini dan laba dimasa yang akan datang sebagai bahan dalam melakukan analisa, selain pengembalian atas investasi modal termasuk juga kedalam unsur atau sarana utama dan pelengkap dalam peramalan laba.
8. Analisis Laba Dua Tahap
Menurut (John J. Wild 2005:110) dalam bukunya Analisis Laporan Keuangan menjelaskan bahwa analisis laba berikut komponen- komponennya dilakukan melalui dua tahap sebagai berikut :
a. Analisis Akuntansi dan Pengukurannya
Analisis ini memerlukan pemahaman atas akuntansi pendapatan dan beban. Analisis ini juga memerlukan pemahaman akuntansi aktiva dan kewajiban karena banyak aktiva yang merupakan beban yang ditangguhkan dan kewajiban yang merupakan penghasilan yang ditangguhkan. Implikasi tiap jenis akuntasi dibandingkan jenis lainnya harus dipahami, serta nilai dampaknya pada pengukuran laba dan analisa komperatif.
b. Menerapkan Alat Analisis Pada Laba dan Komponen-komponennya serta Mengiterprestasikan Hasil Analisis Tersebut
Penerapan alat analisis ini bertujuan untuk mencapai tujuan terkait dengan pengguna laba. Tujuan ini meliputi peramalan laba, penilaian daya tahan dan pengguna laba, serta estimasi kekuatan laba.
9. Mengukur Laba (Margin) Kotor
(John J.Wild 2005:222) Laba kotor (gross profit) atau margin kotor (gross margin) adalah pendapatan yang dikurangi dengan harga pokok penjualan, misalnya :
Penjualan xxx Harga Pokok Penjualan (xxx) Laba Kotor xxx 10. Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah suatu gambaran mengenai posisi keuangan yang telah dicapai oleh suatu perusahaan pada tertentu dengan melihat catatan dan laporan yang menyangkut tentang keadaan keuangan pada perusahaan yang bersangkutan dan dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
11. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi keuangan yang pada dasarnya berisi laporan mengenai posisi keuangan dan hasil- hasil yang diperoleh perusahaan secara keseluruhan.
Menurut Agnes Sawir (2001:5), tentang laporan keuangan
“Laporan keuangan adalah media yang dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan yang terdiri dari neraca, perhitungan laba rugi, ikhtisar laba ditahan, dan laporan posisi keuangan”.
Sedangkan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan keuangan yang disusun oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), (2002:7) disebutkan bahwa :
“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan, laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi : neraca, laporan laba rugi, laporan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya : penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan). Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya ; informasi keuangan sektor industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan pada umumnya terdiri dari neraca, perhitungan laba rugi dan laporan perubahan modal yang sifatnya mempunyai kejelasan lebih lanjut, misalnya laporan perubahan modal kerja, laporan arus kas, perhitungan harga pokok maupun daftar-daftar lampiran yang lain.
12. Komponen-komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan menurut IAI (2002:2) terdiri dari komponen- komponen berikut ini:
a. Neraca
b. Laporan laba rugi
c. Laporan perubahan ekuitas d. Laporan arus kas
e. Catatan atas laporan keuangan
Komponen-komponen dari laporan keuangan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Neraca
Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menunjukan unsur posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Neraca minimal mencakup pos-pos berikut :
1) Aktiva berwujud 2) Aktiva tidak berwujud 3) Aktiva keuangan
4) Investasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas 5) Persediaan
6) Piutang usaha dan piutang lainnya 7) Kas dan setara kas
8) Hutang usaha dan hutang lainnya 9) Kewajiban yang diestimasi
10) Kewajiban berbunga jangka panjang 11) Hak minoritas
12) Modal saham dan pos ekuitas lainnya
Pos, judul dan sub-jumlah lainnya disajikan dalam laporan laba rugi apabila diwajibkan oleh pernyataan Standar Akuntansi keuangan atau apabila penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan kinerja keuangan secara wajar.
b. Laporan laba rugi
Laporan laba rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyaji secara wajar selama suatu periode tertentu. Laporan keuangan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berkut :
1) Pendapatan
2) Rugi laba perusahaan 3) Beban pinjaman
4) Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas
5) Beban pajak
6) Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan 7) Pos luar biasa
8) Hak minoritas
9) Rugi atau laba bersih untuk periode berjalan
Pos, judul dan sub-jumlah lainnya disajikan dalam laporan laba rugi apabila diwajibkan oleh pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau
apabila penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan kinerja keuangan secara wajar.
c. Laporan ekuitas
Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukan :
1) Rugi atau laba bersih periode yang bersangkutan
2) Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang didasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas.
3) Pengaruh komulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait.
4) Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik.
5) Saldo akumulasi rugi dan laba pada awal dan akhir periode serta perubahannya.
6) Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis model saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahannya.
d. Laporan arus kas
Perusahaan harus menyusun laporan arus kas sesuai dengan persyaratan dalam pernyataan ini dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tak terpisah (integral) dari laporan
keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan. Laporan keuangan terdiri dari tiga bagian :
1) Arus kas dari aktivitas operasi 2) Arus kas dari aktivitas investasi 3) Arus kas dari aktivitas keuangan e. Catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan :
1) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting.
2) Informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan dineraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas.
3) Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.
f. Laporan Laba Rugi
S. Munawir dalam bukunya yang berjudul “Analisis laporan keuangan” edisi ke-empat (2007 : 26). Mengemukakan bahwa laporan rugi laba merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan
selama periode tertentu. Walaupun belum ada keseragaman tentang susunan laporan rugi laba bagi tiap-tiap perusahaan, namun yang prinsip-prinsip umumnya diterapkan adalah sebagai berikut :
a. Bagian pertama menunjukan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan (penjualan barang dagangan / memberikan service) diikuti dengan harga pokok dari barang atau service yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor.
b. Bagian kedua menunjukan biaya-biaya operasi yang terdiri dari biaya penjualan dan biaya umum atau administrasi (operating expense).
c. Bagian ketiga menunjukan harga hasil yang diperoleh diluar operasi pokok perusahaan yang diikuti dengan biaya diluar usaha pokok perusahaan.
d. Bagian keempat menunjukan laba rugi yang insidentil (extra ordinary gain or loss) sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan.
g. Bentuk-Bentuk Laporan Laba Rugi
a. Bentuk single step, yaitu dengan menggabungkan semua penghasilan menjadi satu kelompok dan semua biaya dalam satu kelompok, sehingga untuk menghitung laba rugi bersih hanya memerlukan satu langkah yaitu mengurangkan total biaya terhadap total penghasilan.
Contoh :
PT. X
Laporan Laba Rugi
31 Desember 200x
Penghasilan Pokok (Operating Revenue) xxx
Penghasilan Non Operasional xxx
Penghasilan Insidentil xxx +
Total Penghasilan xxx
Harga Pokok Yang Jual xxx
Biaya Operasional xxx
Biaya Non Operasional xxx
Kerugian Yang Insidentil xxx +
Total Biaya xxx -
PENDAPATAN BERSIH XXX
b. Bentuk multiple step, yaitu dalam bentuk ini dilakukan pengelompokkan yang lebih teliti sesuai dengan yang digunakan secara umum.
Contoh :
PT . X
Laporan Laba Rugi
31 Desember 200x
Penjualan Bruto xxx
Potongan / Return Penjualan xxx -
Penjualan Netto xxx
Harga Pokok Penjualan xxx -
Laba Penjualan xxx
Biaya – Biaya Operasi
Biaya – Biaya Penjualan xxx
Biaya – Biaya Umum dan Administrasi xxx -
Laba Bersih Operasional xxx
Penghasilan Dana Non Operasional
Penghasilan xxx
Biaya xxx-
Penghasilan Non Operasional xxx
Rugi Laba Insidentil xxx +
Pendapatan Netto Sebelum Pajak xxx
E. Kerangka Pikir
F. Hipotesis
Diduga produk sampingan sangat efektif berpengaruh terhadap laba perusahaan pada UD. Rahmatullah Makassar.
UD. RAHMATULLAH MAKASSAR
LAPORAN KEUANGAN
PRODUK SAMPINGAN
LABA COST (BIAYA)
35 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan waktu Penelitian
Dalam penulisan laporan ini telah mengadakan penelitian pada UD.
Rahmatullah Makassar yang lokasinya di jalan Baji Nyawa No. 23. Makassar Pelaksanaan penelitian itu sendiri dilaksanakan selama 2 (dua) bulan.
B. Metode pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penulisan menggunakan dua motode, yaitu :
1. Metode lapang (Field Researh)
Dalam pelaksanaan kegiatan penelitian, penulis melaksanakan pengamatan secara langsung mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pengaruh produk sampingan terhadap laba perusahaan dan melakukan tanya jawab secara langsung dengan Karyawan UD. Rahmatullah Makassar. Untuk mendapatkan data dalam proses pembuatan laporan ini.
2. Metode pustaka (Field Library)
Metode dimaksudkan menemukan teori-teori yang membahas masalah pengaruh produk sampingan terhadap laba perusahaan pada UD.
Rahmatullah Makassar. Sumber tersebut berasal dari buku-buku, leteratur dan bahan-bahan lain yang releven.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data yang gunakan terbagi 2 yaitu :
a. Data Kualitatif, yaitu data non angka yang peroleh dalam tulisan ataupun lisan.
b. Data kuantitatif, yaitu data yang di peroleh dari perusahaan berupa angka-angka dan wawancara deskriptif analisis yang bersifat memberikan gambaran, menuliskan dan melaporkan suatu keadaan.
2. Sumber Data berasal dari 2 sumber yaitu :
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari perusahaan melalui berbagai pengamatan serta wawancara dengan pihak karyawan Pada UD. Rahmatullah Makassar.
b. Data Sekunder, yaitu Data yang didapat dari berbagi laporan-laporan dan informasi secara tertulis yang peroleh dari tempat penelitian.
D. Definisi Operasional
Berdasarkan hasil penelitian di UD. Rahmatullah Makassar definisi konsep yang saya simpulkan berdasarkan kerngka pikir diatas adalah sebagai berikut :
1. Produk Sampingan adalah produk yang dihasilkan bersamaan dengan produk utama yang dimana nilai produk sampingan relatif lebih rendah dengan produk utama.
2. Laporan keuangan adalah merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yaitu neraca dan perhitungan laba rugi serta perubahan posisi keuangan.
3. Laba adalah kelebihan total pendapatan dibandingkan total bebannya.
E. Metode Analisis
Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah Analisis Kuantitatif. Tahap-tahap dalam analisis kuantitatif yang dilakukan adalah dengan menguraikan dan melakukan perhitungan pendapatan, biaya, dan marginal laba dari masalah yang dihadapi oleh perusahaan yaitu, produk sampingan dan laba perusahaan.
38 BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Berdirinya Perusahaan
UD. Rahmatullah merupakan usaha industri rumah tangga yang didirikan oleh H. M. Mizkar pada tahun 1999, adapun modal yang digunakan adalah modal sendiri dan sebagian modalnya dari orang tua. Dan kemudian diwariskan kepada anaknya yang bernama Sulistiawati. Dalam menjalankan operasi perusahaannya Ibu Sulistiawati bekerja sama dengan suaminya yang bernama bapak Akbar yang berperan sebagai pemilik serta merangkap sebagai pimpinan.
Pada awal perusahaan ini berproduksi dengan skala kecil untuk wilayah Karang Anyar saja tetapi pada tahun-tahun berikutnya mulai melebarkan ke daerah sekitar Jl. Cendrawasih, kota Sungguminasa dan sekitarnya. Pemilik perusahaan selalu mengedepankan kualitas produknya dibandingkan dengan kuantitas hal ini untuk memberikan kepuasan dan mendapatkan kepercayaan pelanggan.
B. Program Kerja
a. Pengembangan usaha ini, melalui perkuatan pelaku ekonominya khususnya yang bergerak disektor indutri ini perlu ditumbuh kembangkan b. Program kerja yang secara sistematis disusun oleh management
Perusahaan UD. Rahmatullah Makassar adalah:
1) Pembelian bahan baku yang berkualitas 2) Pemasaran yang strategis
3) Mempersipakan sarana dan prasarana yang berkualitas
4) Selalu melayani pelanggan dengan setia dan tidak mengecewakannya 5) Tenaga kerja yang siap pakai
6) Selalu mengayomi bawahannya
C. Struktur Organisasi
Struktur organiasasi pada perusahaan ini sangat sederhana yang berbentuk garis sehingga kesatuan komando akan terjalin dengan baik. Wewenang dari atas ke bawah, sedang tanggung jawab bergerak dari bawah keatas.
Gambar 4.1 Struktur Organisasi UD. Rahmatullah Makassar
Sumber : UD. Rahmatullah Makassar
Pimpinan
Bag. produksi
Tukang Pekerja
Bag. pemasaran
Distribusi &
transportasi
Penjualan &
penagihan
Adapun tugas dari masing masing bagian adalah sebagai berikut:
1. Pimpinan
Pimpinan disini bertugas untuk mengawasi jalannya produksi, mengelola keuangan serta melakukan kegiatan pembelian bahan.
2. Bagian produksi
Pada bagian produksi terdapat tukang yang bertugas menyiapkan bahan dan mengawasi jalannya proses produksi. Sedangkan pekerja bertugas mengangkut bahan dari satu tempat ketempat lain.
3. Bagian pemasaran
Pada bagian pemasaran bertugas untuk mengantarkan barang jadi /tahu, ketempat penjualan dan melakukan penagihan kepada para pedagang pengecer.
41 BAB V
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Proses Produksi
Pada UD. Rahmatullah adapun peralatan yang digunakan, bahan baku yang dibutuhkan dalam proses produksi, yaitu sebagai berikut:
1. Mesin dan peralatan
Mesin dan peralatan yang digunakan oleh perusahaan dalam melakukan kegiatan proses produksi antara lain sebagai berikut:
a) Mesin ketel b) Mesin giling c) Penyaring d) Pencetak 2. Bahan baku
Bahan baku merupakan kebutuhan pokok dalam melaksanakan kegiatan proses produksi, bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
a) Kedelai b) Cuka 3. Proses produksi
Proses produksi yang digunakan perusahaan adalah kontinyu, dimana bahan mentah yang masuk, maka proses produksi akan langsung dibuat menjadi produk jadi dan tidak menunggu megerjakan
yang lain. Jadi mulai pabrik berdiri selalu mengerjakan barang yang sama (tidak pernah berganti macam barang yang dikerjakan) sehingga prosesnya tidak pernah terputus dengan mengerjakan barang yang lain.
Sesudah itu, proses produksi berjala secara rutin. Urutan proses produksi selalu sama sehingga letak mesin dan peralatan produksi yang lain disesuaikan dengan urutan proses produksinya agar produksi berjalan dengan lancar dan efisien.
Adapun proses produksi untuk membuat tahu adalah sebagai berikut:
Gambar. 5.1 Skema proses produksi
Sumber : UD. Rahmatullah Makassar
Persiapan Barang Perendaman Pencucian Penggilingan
Pemberian Cuka Pemisahan Penyaringan Dimasak
Penggumpalan Pencetakan
a) Penyiapan bahan
Kedelai ditampi dan dipilih biji yang baik, untuk menghasilkan kualitas hasil yang baik.
b) Perendaman
Kedelai dicuci, lalu direndam dalam air besar selama dua jam, hal ini supaya kedelai mudah untuk digiling.
c) Pencucian
Setelah proses perendaman, kedelai dicuci lagi sampai bersih untuk menghilangkan kotoran yang masih tersisa.
d) Penggilingan
Kedelai digiling sampai halus, dan butir kedelai mengalir ke dalam tong penampung.
e) Perebusan
Bubur kedelai langsung direbus selama 15-20 menit dalam panci/tungku berukuran besar. Jarak waktu antara selesai penggilingan dan pemasakan tidak lebih dari 5-10 menit untuk menjaga kualitas tahu yang dihasilkan.
f) Penyaringan
Bubur kedelai lalu dipindahkan dari tungku ke bak atau tong untuk disaring dengan alat penyaring yang telah diletakkan pada sebuah wadah. Agar semua sari dalam bubur kedelai tersaring semua, pada alat saringannya diletakkan sebuah papan kayu dan seseorang naik di atasnya dan menggoyong-goyangkannya. Limbah penyaringan,
yang disebut ampas tahu, diperas lagi dengan menyiram air panas, sampai tidak mengandung sari lagi. Penyaringan dilakukan bekali- kali hingga bubur kedelai habis.
g) Pemisahan ampas dari sari kedelai
Bubur kedelai dipisahkan dengan sari kedelai dan ditempatkan dalam wadah yang lain.
h) Penambahan cuka
Air saringan yang tertampung dalam tong warna kuning atau putih dicampur dengan asam cuka agar menggumpal. Selain asam cuka, dapat juga ditambahkan air kelapa, atau cairan whey (air sari tahu bila tahu telah menggumpal) yang telah dieramkan, atau bubuk batu tahu (sulfat kapur).
i) Penggumpalan
Setelah pemberian cuka, sari kedelai akan menggumpal. Air asam dipisahkan dari gumpalan atau jonjot putih dan disimpan, sebab masih dapat digumakan lagi.
j) Pencetakan
Gumpalan atau jojot tahu yang mulai mengendap dituangkan dalam kotak berukuran missal 50-60 cm2 dan dialasi kain belacu.
Adonan tahu kotak dikempa selama satu menit, sehingga air yang masih tercampur dalam adonan tahu itu terperas habis.
k) Pemotongan
Adonan tahu berbentuk yang sudah padat kemudian ditaruh dalam bak dipotong-potong, dengan ukuran 6 x 4 cm2. Tahupun siap jual.
B. Produk Yang Dihasilkan
Adapun produk yang dihasilkan oleh UD. Rahmatullah Makassar sebagai berikut
1. Produk Utama
Produk utama merupakan produk yang dihasilkan oleh perusahaan dan merupakan prioritas utama perusahaan yang dihasilkan perusahaan yang jumlah dan nilainya relative tinggi. Dalam hal ini produk utama yang dihasilkan UD. Rahmatullah Makassar adalah Tahu yang dimana hasil produksi tahu ini dijual kepada penjual tahu eceran. Rincian penjualan tahu dalam masa penelitian bulan februari sampai dengan april, sebagai berikut :
Tabel 5.1 Penjualan Tahu Bulan Februari
Sumber : Telah diolah
Bulan Produksi Hasil Penjualan
Bak Harga Per Bak Penjualan per Bulan Februari 14.000 Rp. 15.000 Rp.210.000.000 Maret 15.500 Rp. 15.000 Rp,232.500.000 April 15.000 Rp. 15.000 Rp.225.000.000
Berdasarkan tabel 5.1 diatas pada bulan February UD. Rahmatullah memproduksi tahu (produk utama) sebanyak 500 bak perhari dengan perbak sebesar Rp.15.000 dengan hasil penjualan Rp. 7.500.000 per hari, dan dalam sebulan 28 hari x Rp. 7.500.000 = Rp. 210.000.000, pada bulan maret memproduksi tahu sebanyak
2. Produk Sampingan
Produk sampingan UD. Rahmatullah Makassar adalah Ampas tahu yang dimana ampas tahu ini dijadikan sebagai pakan ternak yang dimana hasil penjualan tersebut relatif lebih kecil dari produk utamanya yaitu tahu dan ampas tahu yang dihasilkan melalui proses pembuatan tahu ini tidak perlu menggunakan biaya tambahan lagi.
Penjualan ampas tahu diperincikan sebagai berikut : a. Penjualan Produk Sampingan Bulan Februari
Tabel 5.2 Penjualan Produk Sampingan Februari Jenis Produk
Sampingan
Kuantitas Jumlah
Unit Harga Hari Bulan
Ampas Tahu 17 Karung Rp. 10.000 Rp. 170.000 Rp.4.760.000 Sumber : Telah Diolah
b. Penjualan Produk Sampingan Bulan Maret
Tabel 5.3 Penjualan Produk Sampingan Maret Jenis Produk
Sampingan
Kuantitas Jumlah
Unit Harga Hari Bulan
Ampas Tahu 17 Karung Rp. 10.000 Rp. 170.000 Rp.5.270.000
Sumber : Telah Diolah
c. Penjualan Produk Sampingan Bulan April
Tabel 5.4 Penjualan Produk Sampingan Maret Jenis Produk
Sampingan
Kuantitas Jumlah
Unit Harga Hari Bulan
Ampas Tahu 18 Karung Rp. 10.000 Rp. 180.000 Rp.5.400.000 Sumber Telah diolah
Kedelai sebanyak 350 Kg menghasilkan ampas tahu sebanyak kurang lebih 17-18 karung yang setiap harinya dihasilkan oleh UD. Rahmatullah Makassar melalui proses saat pembuatan tahu yang dimana ampas tahu tersebut dibeli oleh peternak. Perkarung ampas tahu tersebut dijual sebesar Rp. 10.000/karung, jadi dalam sehari UD. Rahmatullah Makassar dalam sehari menghasilkan 17- 18 karung sehari yang dimana pada bulan februari UD.
Rahmatullah Meenghasilkan sebanyak 17 Karung x Rp 10.000 = Rp. 170.000 sehari, dan dalam sebulan 28 x Rp. 170.000 = Rp.
4.760.000, pada bulan Maret menghasilkan sebanyak 17 Karung x Rp.10.000 = Rp. 170.000 sehari, dan dalam sebulan 31 x Rp.
170.000 = Rp. 5.270.000, dan pada bulan April menhasilkan sebanyak 18 karung x Rp. 10.000 = Rp. 180.000, dan dalam sebulan 30 x Rp. 180.000 = Rp. 5.400.000
C. Perlakuan Produk Sampingan
Perlakuan produk sampingan UD. Rahmatullah Makassar menggunakan Metode tanpa harga pokok yang dimana produk sampingan dapat langsung dijual pada saat titik pisah (split-of point) atau pengakuan terhadap pendapatan kotor.
Hasil penjualan produk sampingan pada UD. Rahmatullah Makassar diakui sebagai tambahan penjalan produk utama. Semua biaya produksi dikurangkan dari pendapatan penjualan semua produk (baik utama maupun sampingan) untuk mendapatkan laba bruto. Dalam metode ini tidak ada alokasi biaya bersama. Maka laporan laba-rugi menggunakan metode ini akan tampak sebagai berikut:
Laporan Laba Rugi UD. Rahmatullah Makassar
Per 28 Ferbruari 2014
Penjualan Produk Utama (Tahu) (14.000 bak x Rp 15.000) Rp 210.000.000 Penjualan Produk Sampingan (Ampas Tahu) (476 Karung x Rp. 10.000) Rp. 4.760.000 Jumlah Penjualan Rp.214.760.000 Harga pokok penjualan (14.000 bak x Rp 10.646,6) (Rp 149.052.400) Laba kotor Rp. 65.707.600 Biaya pemasaran (14.000 bak x Rp 100) (Rp 1.400.000) Laba bersih Rp 64.307.600
Laporan Laba Rugi UD. Rahmatullah Makassar
Per 31 Maret 2014
Penjualan Produk Utama (Tahu) (15.500 bak x Rp 15.000) Rp 232.500.000 Penjualan Produk Sampingan (Ampas Tahu) (527 Karung x Rp. 10.000) Rp. 5.270.000 Jumlah Penjualan Rp.237.770.000 Harga pokok penjualan (15.500 bak x Rp 10.646,6) (Rp 165.022.300) Laba kotor Rp. 72.747.700 Biaya pemasaran (15.500 bak x Rp 100) (Rp 1.550.000) Laba bersih Rp 71.197.700
Laporan Laba Rugi UD. Rahmatullah Makassar
Per 30 April 2014
Penjualan Produk Utama (Tahu) (15.000 bak x Rp 15.000) Rp 225.000.000 Penjualan Produk Sampingan (Ampas Tahu) (540 Karung x Rp. 10.000) Rp. 5.400.000 Jumlah Penjualan Rp.230.400.000 Harga pokok penjualan (15.000 bak x Rp 10.646,6) (Rp 159.699.000) Laba kotor Rp. 70.701.000 Biaya pemasaran (15.000 bak x Rp 100) (Rp 1.500.000) Laba bersih Rp 69.201.000
Dari laporan laba rugi diatas penjualan produk sampingan UD.
Rahmatullah Makassar mengakui penjualan produk sampingan sebagai tambahan atas penjualan produk utama. Yang dimana pada bulan februari penjualan produk sampingan sebesar Rp.4.760.000 dan penjualannya Rp.
210.000.000 dengan total penjualan sebesar Rp. 214.760.000, bulan maret panjualan produk sampingan Rp.5.270.000 dan penjualan Rp.232.500.000 dengan total penjualan Rp.237.770.000, dan bulan april penjualan produk sampingan sebesar Rp.5.400.000 dan penjualan sebesar Rp.225.000.000 dengan total penjualan Rp.230.400.000
D. Perhitungan Harga Pokok Produksi 1. Unsur Biaya
a) Biaya Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan untuk membuat tahu adalah kedelai yang cukup tersedia untuk diperoleh dalam memproduksi 30 masakan, Untuk mengetahui bahan baku yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 5.5 Biaya Bahan Baku Elemen
Biaya
Kebutuhan bahan baku perhari
Penggunaan bahan baku perhari
Kedelai 350 Kg Rp. 2.800.000
Sumber Data yang telah diolah
Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa kalkulasi pemakaian bahan baku tahu sebesar Rp 2.800.000 perhari, sedangkan pemakaian bahan baku dalam 1 bulan adalah 30 hari x Rp2.800.000 = Rp 84.000.000 sebulan, jadi untuk biaya bahan baku selama 3 bulan adalah Rp 84.000.000 x 3 bulan = Rp. 252.000.000 b) Biaya Bahan Penolong
Biaya bahan penolong yang digunakan untuk membuat tahu adalah cuka dalam memproduksi 30 masakan, biaya tersebut diperinci sebagai berikut :
Tabel 5.6 Biaya Bahan Penolong Elemen
Biaya
Kebutuhan bahan penolong perhari
Penggunaan bahan penolong perhari
Cuka 1 botol Rp. 7.500
Sumber : Telah Diolah
Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa kalkulasi pemakaian bahan penolong tahu sebesar Rp 7.500 perhari, sedangkan pemakaian bahan penolong dalam 1 bulan adalah 30 hari x Rp 7.500 = Rp 225.000sebulan, jadi untuk biaya bahan penolong selama 3 bulan adalah Rp 225.000 x 3 bulan = Rp. 675.000
c) Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung, yakni upah semua tenaga kerja yang dapat diidentifikasi secara ekonomis dan terlibat langsung dalam proses produksi tahu, dan diperincikan sebagai berikut :
Tabel 5.7 Biaya Tenaga Kerja Langsung
Karyawan Jumlah Gaji Perhari
Tukang 3 Rp. 231.000
Pembantu 3 Rp. 189.000
Jumlah Rp. 420.000
Sumber: Telah Diolah
Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa kalkulasi biaya tenaga kerja langsung pada pabrik tahu tersebut sebesar Rp. 420.000 perhari, sedangkan biaya tenaga kerja langsung dalam 1 bulan adalah 30 hari x Rp. 420.000 = Rp. 12.600.000
sebulan, jadi untuk biaya tenaga kerja langsung selama 3 bulan adalah 3 x Rp. 12.600.000 = Rp. 37.800.000
d) Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung . biaya overhead pabrik sering diartikan sebagai biaya tidak langsung oleh perusahaan. Penetapan biaya overhead pabrik ini adalah biaya-biaya yang hanya mempunyai hubungan langsung dengan proses produksi.
Dalam proses kalkulasi biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap karena perusahaan menggunakan kalkulasi biaya produksi Full costing.
Tabel 5.8 Pemakaian biaya overhead pabrik variabel
No Item biaya Total Biaya (Rp)
1. Kayu Bakar Rp 450.000
2. Bahan Bakar (Solar) Rp. 1.250.000
3. Biaya listik Rp 300.000
Total Rp 2.000.000
Sumber: Data telah diolah
Berdasakan data pada tabel diatas dapat dijelaskan bahwa kalkulasi biaya overhead pabrik Variabel yang terdiri dari biaya Kayu bakar sebesar Rp 450.000, biaya bahan bakar (solar) sebesar Rp. 1.250.000 dan biaya listrik sebesar Rp 300.000 berarti total biaya overhead