• Tidak ada hasil yang ditemukan

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA BITUNG TAHUN ANGGARAN 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA BITUNG TAHUN ANGGARAN 2019"

Copied!
226
0
0

Teks penuh

(1)

Catatan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bitung Tahun Anggaran 2019 1 Lampiran VII : PERATURAN DAERAH KOTA BITUNG

Nomor : 1 TAHUN 2020

Tanggal : 4 SEPTEMBER 2020

Tentang : PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN

BELANJA DAERAH KOTA BITUNG TAHUN ANGGARAN 2019

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA BITUNG

TAHUN ANGGARAN 2019

BAB I PENDAHULUAN

Dalam melaksanakan pembangunan Pemerintah Kota Bitung selalu mengawalinya dengan proses perencanaan pembangunan seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 246 serta Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang dilaksanakan berdasarkan peran serta masyarakat dan program-program yang telah ditetapkan dalam Target Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2019.

Dalam hal pengelolaan keuangan daerah, Pemerintah Kota Bitung dalam penyusunan dan pelaksanaan anggaran, program maupun kegiatan mengacu Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.

Dalam hal pertanggungjawaban penggunaan anggaran, sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah, Laporan Keuangan Pemerintah Daerah terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LPSAL), Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Arus Kas (LAK), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

1.1. Maksud Dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan

a) Maksud disusunnya Laporan Keuangan adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban Walikota Bitung atas pengelolaan keuangan beserta kinerja atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Bitung.

b) Tujuan disusunnya Laporan Keuangan adalah untuk memenuhi ketentuan perundang- undangan yang berlaku.

Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) dimaksudkan untuk menginformasikan kebijakan, asumsi dan prinsip akuntansi yang digunakan dalam pengelolaan keuangan daerah Kota Bitung dan penjelasan atas Pos-Pos Laporan Keuangan yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LPSAL), Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Arus Kas (LAK), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

1.2. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan

Landasan hukum penyusunan Laporan Keuangan Kota Bitung Tahun Anggaran 2019 adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia;

(2)

Catatan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bitung Tahun Anggaran 2019 2 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih

dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);

6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 66 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400);

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

8. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Nomor 5043);

9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5589);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 210 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4028);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 118 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4138);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 137 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4575);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 138 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4576);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 25 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4614);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Tambahan Lembaran Negara Nomor 5165);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2019 Nomor 42 Tambahan Lembaran Negara Nomor 6322);

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah kedua kali dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011;

19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1425);

20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 38 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2019;

(3)

Catatan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bitung Tahun Anggaran 2019 3 21. Peraturan Daerah Kota Bitung Nomor 2 Tahun 2010 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan

Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Bitung Tahun 2010 Nomor 2);

22. Peraturan Daerah Kota Bitung Nomor 14 Tahun 2018 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2019 (Lembaran Daerah Kota Bitung Tahun 2018 Nomor 14);

23. Peraturan Walikota Bitung Nomor 33 Tahun 2014 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kota Bitung (Berita Daerah Kota Bitung Tahun 2014 Nomor 144);

24. Peraturan Walikota Bitung Nomor 34 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah Kota Bitung (Berita Daerah Kota Bitung Tahun 2014 Nomor 145);

25. Peraturan Walikota Bitung Nomor 71 Tahun 2018 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2019 (Berita Daerah Kota Bitung Tahun 2018 Nomor 71);

26. Peraturan Walikota Bitung Nomor 49 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Walikota Nomor 33 Tahun 2014 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kota Bitung (Berita Daerah Kota Bitung Tahun 2015 Nomor 49).

27. Peraturan Walikota Bitung Nomor 55 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Walikota Nomor 33 Tahun 2014 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kota Bitung (Berita Daerah Kota Bitung Tahun 2019 Nomor 55).

1.3 Sistematika Penulisan Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bitung Tahun 2019 disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

1.1 Maksud Dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan.

1.2 Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan.

1.3 Sistematika Penulisan Catatan Atas Laporan Keuangan.

BAB II Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan dan Pencapaian Target Kinerja APBD

2.1 Ekonomi Makro/Ekonomi Regional 2.2 Kebijakan Keuangan

2.3 Indikator Pencapaian Target Kinerja APBD.

BAB III Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan

3.1 Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan

3.2 Hambatan Dan Kendala Yang Ada Dalam Pencapaian Target Yang Telah Ditetapkan

BAB IV Kebijakan Akuntansi 4.1 Entitas Pelaporan

4.2 Basis Akuntansi Yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan 4.3 Basis Pengukuran Yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan 4.4 Penerapan Kebijakan Akuntansi Berkaitan Dengan Ketentuan Yang

Ada Dalam Standar Akuntansi Pemerintahan.

4.5 Kebijakan Akuntansi Tertentu

BAB V Penjelasan Pos Pos Laporan Keuangan 5.1 Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

5.1.1 Pendapatan-LRA 5.1.2 Belanja

5.1.2 Pembiayaan

5.2 Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LPSAL) 5.2.1 Perubahan SAL

5.3 Neraca 5.3.1 Aset

(4)

Catatan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bitung Tahun Anggaran 2019 4 5.3.2 Kewajiban

5.3.3 Ekuitas

5.4 Laporan Operasional (LO) 5.4.1 Pendapatan - LO 5.4.2 Beban

5.4.3 Kegiatan Non Operasional 5.4.4 Pos Luar Biasa

5.5 Laporan Arus Kas (LAK) 5.5.1 Arus Kas Dari Operasi

5.5.2 Arus Kas Dari Investasi Aset Non Keuangan 5.5.3 Arus Kas Dari Aktivitas Pembiayaan

5.5.4 Arus Kas Dari Aktivitas Transitoris 5.6 Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) 5.6.1 Perubahan Ekuitas

BAB VI Penjelasan Atas Informasi Informasi Non Keuangan

Memuat informasi lainnya tentang hal-hal yang belum diinformasikan dalam bagian lain.

BAB VII Penutup

Memuat uraian penutup Catatan Atas Laporan Keuangan

(5)

Catatan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bitung Tahun Anggaran 2019 5 BAB II

EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD

2.1 Ekonomi Makro

Ekonomi makro merupakan gambaran perubahan ekonomi yang mempengaruhi masyarakat, perusahaan dan pasar. Ekonomi makro dapat difungsikan sebagai alat bagi Pemerintah Daerah untuk menentukan dan mengevaluasi arah kebijakan dalam mengalokasikan sumber daya ekonomi dan target pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Asumsi makro ekonomi yang digunakan dalam penyusunan Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2019 mengacu pada indikator sosial ekonomi Kota Bitung Tahun 2019 atau tahun sebelumnya menurut data Badan Pusat Statistik Kota Bitung yaitu :

a. Tingkat Kemiskinan sebesar 6,49 %

b. Tingkat Pengangguran Terbuka sebesar 9,80 %.

c. Gini Ratio sebesar 0,38 % (2017)

d. Indeks Pembangunan Manusia sebesar 74,2 % e. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) sebesar 4,19 % f. Tingkat Inflasi sebesar 3,52 %

g. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB ADHB) sebesar Rp.16.309.303,60;

2.1.1 Tingkat Kemiskinan

Penduduk miskin dihitung berdasarkan garis kemiskinan. Garis kemiskinan adalah nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan - kebutuhan konsumsi pangan dan non pangan yang dibutuhkan oleh individu untuk hidup layak. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan dalam persentase penduduk miskin Kota Bitung periode tertentu. Namun memetakan kemiskinan tidak cukup hanya berfokus pada seberapa besar atau kecil angka kemiskinan. Tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan di wilayah-wilayah Indonesia juga perlu mendapat perhatian sekaligus pemahaman yang memadai dari pemerintah. Kedalaman kemiskinan, menggambarkan seberapa jauh beda pengeluaran penduduk miskin dari garis kemiskinan. Sedangkan keparahan kemiskinan adalah seberapa jauh jarak pengeluaran orang termiskin di satu wilayah tertentu relatif terhadap pengeluaran rata- rata kelompok miskin di daerah bersangkutan. Makin tinggi angkanya, makin parah kemiskinannya.

(6)

Catatan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bitung Tahun Anggaran 2019 6 Tabel 2.1 Persentase Penduduk Miskin Kota Bitung

No Tingkat Kemiskinan Tahun 2018 Tahun 2019 Naik/(turun) (%)

1 Kota Bitung (%) 6,67 6,49 (0,18)

2 Kota Bitung (Ribu Orang) 14,34 14,10 (0,24)

3 Provinsi Sulawesi Utara (%) 7,80 7,66 (0,14)

4 Nasional (%) 9,82 9,41 (0,41)

5 Peringkat Provinsi 5 5 -

6 Peringkat Nasional 119 122 (8)

Sumber Dokumen: BPS Kota Bitung

Persentase penduduk miskin Kota Bitung pada Tahun 2018 sebesar 6,67 %

mengalami penurunan di mana pada Tahun 2019 persentase penduduk miskin berhasil ditekan hingga menjadi 6,49 % dan diharapkan pada tahun 2020 terus menurun. Namun demikian persentase penduduk miskin Kota Bitung masih di atas Provinsi Sulawesi Utara dan nasional, maka dalam perencanaan penganggaran tahun mendatang harus mendapat prioritas untuk menekan angka kemiskinan.

Tabel 2.2 Tingkat Kedalaman Kemiskinan Kota Bitung

No Uraian Tahun 2018 Tahun 2019 Naik/Turun (%) 1 Tingkat Kedalaman

Kemiskinan Kota Bitung

1,08 0,89 0,19

2 Tingkat Kedalaman Kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara

1,27 1,18 0,09

3 Tingkat Kedalaman Kemiskinan Nasional

1,71 1,55 0,16

4 Peringkat Provinsi 5 5 -

5 Peringkat Nasional 156 151 5

Sumber Dokumen: BPS Kota Bitung

Tabel 2.3 Tingkat Keparahan Kemiskinan Kota Bitung

No Uraian Tahun 2018 Tahun 2019 Naik/Turun (%) 1 Tingkat Keparahan

Kemiskinan Kota Bitung

0,22 0,21 0,01

2 Tingkat Keparahan Kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara

0,30 0,25 0,05

3 Tingkat Keparahan Kemiskinan Nasional

0,44 0,37 0,09

4. Peringkat Provinsi 3 8 (5)

5 Peringkat Nasional 125 174 (49)

Sumber Dokumen: BPS Kota Bitung

(7)

Catatan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bitung Tahun Anggaran 2019 7 2.1.2 Tingkat Pengangguran Terbuka

TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) adalah persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. Penganggur terbuka, terdiri dari: (i) mereka yang tak punya pekerjaan dan mencari pekerjaan. (ii) mereka yang tak punya pekerjaan dan mempersiapkan usaha. (iii) Mereka yang tak punya pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, dan (iv) mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja.

Sesuai dengan data pada Badan Pusat Statistik Kota Bitung, Tingkat Pengangguran Terbuka Kota Bitung Tahun 2019 adalah sebesar 9,80 %, sebagaimana dijelaskan tabel di bawah ini.

Tabel 2.4 Tingkat Pengangguran Terbuka Kota Bitung

No Uraian Tahun 2018 Tahun 2019 Naik/Turun (%) 1 Tingkat Pengangguran

Terbuka Kota Bitung (%)

11,21 9,80 1,91

2 Tingkat Pengangguran Provinsi Sulawesi Utara (%)

6,86 6,25 0,61

3 Tingkat Pengangguran Nasional (%)

5,34 5,28 0,06

4 Peringkat Provinsi 15 14 1

5 Peringkat Nasional 30* 30* -

Sumber Dokumen: BPS Kota Bitung

‘* = peringkat Provinsi Sulawesi Utara per Nasional.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kota Bitung Tahun 2019 menurut data BPS menunjukkan angka sebesar 9,80 %, sedangkan TPT pada Tahun 2018 adalah sebesar 11,21 % atau lebih tinggi dibandingkan dengan angka TPT pada Tahun 2019. Dengan demikian TPT Kota Bitung masih lebih tinggi dibandingkan TPT Provinsi Sulawesi Utara dan Nasional yang sebesar 6,25 %. dan sebesar 5,28 %.

2.1.3 Indek Gini (Gini Ratio)

Indek Gini atau Gini Ratio adalah merupakan alat analisis yang digunakan untuk menghitung atau mengukur distribusi pendapatan masyarakat suatu negara atau daerah tertentu pada suatu periode tertentu. Ini didasarkan pada kurva Lorenz, yaitu sebuah kurva pengeluaran kumulatif yang membandingkan distribusi dari suatu nilai pengeluaran konsumsi dengan distribusi uniform (seragam) yang mewakili persentase kumulatif penduduk. Nilai dari Indek Gini berkisar antara 0 dan 1 dimana :

a. Indek Gini sama dengan 0, menunjukkan distribusi pendapatan merata sempurna/mutlak, dimana setiap golongan penduduk menerima bagian pendapatan yang sama

(8)

Catatan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bitung Tahun Anggaran 2019 8 b. Indek Gini sama dengan 1, artinya distribusi pendapatan tidak merata

mutlak/timpang, dimana bagian pendapatan hanya dinikmati satu golongan tertentu saja.

Sesuai dengan data pada Badan Pusat Statistik Kota Bitung, realisasi pencapaian Gini Kota Bitung Tahun 2019 adalah sebesar 0,38 poin, sebagaimana dijelaskan tabel di bawah ini.

Tabel 2.5 Gini Ratio Kota Bitung

No Tingkat Kemiskinan

Tahun 2018 Tahun 2019 Naik/turun (%)

1 Kota Bitung 0,38 (2017) 0,38 (2017) -

2 Tingkat Provinsi Sulawesi Utara

0,37 0,37 -

3 Tingkat Nasional 0,38 0,38 -

3 Peringkat Provinsi - - -

4 Peringkat Nasional - - -

Sumber Dokumen:BPS Kota Bitung

Pada Tahun 2019, tingkat ketimpangan pendapatan penduduk Kota Bitung yang diukur oleh Gini Ratio belum diketahui karena belum ada publish dari BPS.

2.1.4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia merupakan indikator untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia. IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, dan pendidikan. IPM dibentuk oleh 3 dimensi dasar yaitu harapan hidup/

umur panjang dan sehat (a long and healthy life), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent standart of living). Sesuai dengan UNDP Indeks tersebut dikategorikan menjadi empat , yaitu :

a. Rendah (< 60)

b. Sedang (60 ≤ IPM < 70) c. Tinggi (70 ≤ IPM < 80) d. Sangat Tinggi ( > 80).

Sesuai dengan data pada Badan Pusat Statistik Kota Bitung, realisasi pencapaian IPM Kota Bitung Tahun 2019 adalah sebesar 74,20 poin dengan kategori sangat tinggi sebagaimana dijelaskan dalam tabel di bawah ini.

Tabel.2.6 Indeks Pembangunan Manusia

No IPM (Tingkat) Tahun 2018 Tahun 2019 Naik/(turun) (%)

1 Kota Bitung 73,27 74,20 0,93

2 Provinsi Sulawesi Utara 72,20 72,99 0,79

3 Indonesia/Nasional 72,39 71,92 (0,53)

4 Peringkat Provinsi 4 4 -

5 Peringkat Nasional 104 100 4

(9)

Catatan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bitung Tahun Anggaran 2019 9 Sumber Dokumen BPS Kota Bitung

Realisasi pencapaian IPM Kota Bitung adalah sebesar 74,20 poin, dibandingkan Tahun 2018 sebesar 73,27 poin mengalami kenaikan sebesar 0,93 poin. Peningkatan IPM tersebut disebabkan meningkatnya umur harapan hidup saat lahir (AHH), atau dan harapan lama sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS), atau dan standar hidup, berkaitan dengan PNB per kapita. Umur harapan hidup saat lahir mencapai 71 tahun pada Tahun 2019, lebih lama 0,28 tahun dibandingkan dengan mereka yang lahir pada tahun sebelumnya. Kemudian, rata-rata lama sekolah selama 9,87 tahun dengan harapan lama sekolah 12,60 tahun. Sementara, Standar Hidup, PNB per kapita per tahun sebesar Rp121.383 atau meningkat Rp215 dibandingkan tahun sebelumnya.

IPM di Kota Bitung pada saat ini berada pada urutan 4 dari 15 Kab/Kota yang ada di Provinsi Sulawesi Utara dan berada pada urutan 100 untuk peringkat nasional (Indonesia) dari 514 Kab/Kota yang ada di Indonesia.

2.1.5. Laju Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan pembangunan ekonomi suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah menggambarkan sejauh mana aktivitas perekonomian suatu wilayah dalam menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada periode tertentu. Sedangkan aktivitas perekonomian merupakan suatu proses penggunaan faktor produksi untuk menghasilkan output. Proses penggunaan faktor produksi akan menghasilkan balas jasa.

Oleh karenanya dengan adanya pertumbuhan ekonomi diharapkan pendapatan masyarakat meningkat, sebab masyarakat pemilik faktor produksi. Pertumbuhan ekonomi dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2010.

Tabel 2.7 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bitung

No Uraian Kota Bitung Provinsi

Sulawesi Utara

Nasional

Tahun 2017 (juta)

Tahun 2018 (juta)

Tahun 2019 (juta)

Tahun 2019 (miliar)

Tahun 2019 (miliar) 1 PDRB (harga

konstan 2010) (Rp)

10.127.353,10 10.735.834,24 11.185.600,52 89.029,05 10.949.243,70

2 Laju

Pertumbuhan Ekonomi (%)

6,18 6,01 4,19 5,66 5,02

3 Peringkat Provinsi

11 11 15 - -

4 Peringkat Nasional (Indonesia)

- - - 24 -

Sumber Dokumen: BPS Kota Bitung

(10)

Catatan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bitung Tahun Anggaran 2019 10 Pada periode Tahun 2017 - Tahun 2018 pertumbuhan perekonomian Kota Bitung sebesar 6,01 % dan pada kurun waktu Tahun 2018 - Tahun 2019 pertumbuhan perekonomian Kota Bitung sebesar 4,19 %. Dalam skala provinsi laju pertumbuhan Kota Bitung menempati urutan 15 dari laju pertumbuhan kota atau kabupaten lain dalam wilayah Provinsi Sulawesi Utara, sedangkan skala nasional laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Utara menempati urutan 24 dari laju pertumbuhan Provinsi di wilayah Indonesia.

2.1.6 Inflasi

Selain ditinjau dari pertumbuhan ekonomi, perekonomian Kota Bitung dapat dilihat melalui tingkat inflasi yang terjadi. Inflasi merupakan salah satu indikator ekonomi yang mengukur fluktuasi harga beberapa komoditas pokok yang menyangkut kebutuhan hidup masyarakat. Inflasi yang terlalu tinggi merupakan gejala buruk bagi suatu perekonomian namun apabila besaran inflasi dapat dikendalikan melalui berbagai kebijakan harga serta distribusi barang dan jasa maka inflasi dapat menjadi pendorong bagi pembangunan. Berdasarkan sifatnya inflasi terbagi 4 kategori yang meliputi, (i) inflasi ringan ( Creeping inflation) Inflasi ringan ditandai dengan peningkatan laju inflasi yang tergolong rendah. Biasanya, persentasenya pun hanya kurang dari 10% dalam satu tahun. (ii) Inflasi Sedang (Galloping Inflation) Inflasi ini sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi ringan. Lajunya berkisar antara 10-30% setahun, (iii) Inflasi Berat (High Inflation) kategori inflasi ini termasuk yang berat. Mencakup hitungan mulai dari 30-100% setahun.

Pada tingkat ini, harga kebutuhan masyarakat naik secara signifikan dan sulit dikendalikan. Dan (iv) Hiperinflasi (Hyper Inflation) Jenis inflasi ini sangat dirasakan pengaruhnya karena terjadi secara besar-besaran dan mencapai lebih dari 100% setahun.

Sesuai dengan data pada Badan Pusat Statistik Kota Bitung Tingkat Inflasi Kota Bitung Tahun 2019 adalah sebesar 3,52 % dengan kategori ringan sebagaimana dijelaskan dalam tabel di bawah ini.

Tabel.2.8 Tingkat Inflasi Kota Bitung

No Uraian Tahun 2018 Tahun 2019 Naik/Turun (%) 1 Tingkat Inflasi

Kota Bitung (%)

3,83 3,52 0,31

2 Tingkat Inflasi Provinsi Sulawesi Utara (%)

3,83 3,52 0,31

3 Tingkat inflasi Nasional (%)

3,1 2,7 0,4

4 Peringkat Provinsi Sulawesi Utara

- - -

5 Peringkat Nasional - - -

Sumber Dokumen: BPS Kota Bitung

(11)

Catatan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bitung Tahun Anggaran 2019 11 Tingkat inflasi di Kota Bitung Tahun 2019 menurut data BPS menunjukkan angka sebesar 3,52 % sedangkan tingkat inflasi pada Tahun 2018 adalah sebesar 3,83 % atau lebih rendah dibandingkan dengan angka inflasi pada Tahun 2018. Namun demikian inflasi Kota Bitung masih lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi Provinsi Sulawesi Utara/Nasional yang sebesar 3,52 % dan sebesar 2,7 %

2.1.7 Struktur Perekonomian Kota Bitung

Struktur perekonomia Kota Bitung dalam menunjang PDRB dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel.2.9 PDRB seri 2010 Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Dalam jutaan rupiah)

No Uraian Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019

1 Pertanian, Kehutanan, Dan Perikanan 2.769.194,36 3.054.134,59 3.426.401,23 2 Pertambangan dan Penggalian 61.948,93 68.305,70 74.397,31 3 Industri Pengolahan 4.736.607,63 4.945.725,04 4.970.789,91

4 Pengadaan Listrik dan Gas 11.874,96 12.283,95 13.517,95

5 Pengadaan Air, Pengeloaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

27.244,29 28.147,11 29.721,16

6 Konstruksi 1.293.936,64 1.421.263,19 1.546.896,70

7 Perdagangan Besar dan Eceran 1.181.036,66 1.298.031,46 1.456.879,94 8 Transportasi dan Pergudangan 2.065.435,73 2.245.780,73 2.544.464,52 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum

110.677,98 121.227,66 131.431,82 10 Informasi dan Komunikasi 240.022,44 266.337,70 296.036,73 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 495.183,18 509.945,30 531.749,32

12 Real Estate 301.609,01 328.694,28 354.268,28

13 Jasa Perusahaan 3.293,64 3.784,98 4.235,68

14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

301.469,59 334.404,87 345.588,03

15 Jasa Pendidikan 100.543,84 110.840,62 122.730,02

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 277.586,82 306.428,85 333.889,02

17 Jasa Lainnya 96.013,56 108.090,61 126.305,92

18 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Dengan Minyak dan Gas

14.082.679,26 15.163.426,63 16.309.303,56 19 Produk Domestik Regional Bruto Tanpa

Minyak dan Gas

14.082.679,26 15.163.426,63 16.309.303,56 20 PDRB Provinsi Sulawesi Utara 110.116,73 119.547,70 130.201,36

21 PDRB Nasional 13.589.825,7 14.838.311,5 15.833.943,4

22 Peringkat Provinsi Sulawesi Utara 3 3 3

Sumber Dokumen: BPS Kota Bitung

(12)

Catatan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bitung Tahun Anggaran 2019 12 2.2 Kebijakan Keuangan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada hakekatnya merupakan salah satu instrumen kebijakan yang dipakai sebagai alat untuk meningkatkan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Oleh karena itu Pemerintah Daerah dan DPRD harus berupaya secara nyata dan terstruktur untuk menghasilkan APBD yang dapat mencerminkan kebutuhan riil masyarakat sesuai dengan potensi daerah serta dapat memenuhi tuntutan terciptanya anggaran daerah yang berorientasi pada kepentingan dan akuntabilitas publik, atau disebut dengan istilah Anggaran Berbasis Kinerja (ABK).

Penyusunan APBD Kota Bitung Tahun Anggaran 2019, pada dasarnya telah mempertimbangkan aspek sosial dan ekonomi serta aspek-aspek lainnya yang diharapkan akan berpengaruh terhadap peningkatan sosial ekonomi daerah.

Kebijakan fiskal/keuangan yang ditempuh dalam rangka mengantisipasi kondisi tahun 2019 berupa kebijakan peningkatan pendapatan, efisiensi belanja, dan penentuan sumber dan penggunaan pembiayaan.

Dalam rangka meningkatkan pendapatan, kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah Kota Bitung adalah berupaya terus meningkatkan sumber pendapatan asli daerah terutama dari sektor pajak daerah dan retribusi daerah karena merupakan potensi dan sumber pendapatan asli daerah yang memberikan kontribusi terbesar terhadap peningkatan pendapatan Pemerintah Kota Bitung.

Kebijakan efisiensi belanja diupayakan dengan mengutamakan prioritas dan rasionalitas belanja, baik belanja operasional maupun belanja modal, dengan melakukan penghematan melalui peningkatan disiplin anggaran, serta mengarahkan tersusunnya anggaran berbasis kinerja.

Sedangkan kebijakan penentuan sumber dan penggunaan pembiayaan, yaitu apabila diperoleh surplus akan ditentukan pemanfaatan surplus dalam pengeluaran pembiayaan, namun apabila diperoleh defisit akan ditentukan sumber-sumber pembiayaan dalam penerimaan pembiayaan.

2.3 Pencapaian Target Kinerja APBD

Secara umum capaian target dan realisasi APBD/Perubahan APBD Kota Bitung tahun 2019 dapat digambarkan sebagai berikut:

(13)

Catatan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bitung Tahun Anggaran 2019 13 Tabel 2.10 Target Dan Realisasi APBD Kota Bitung Tahun 2019

NO URAIAN ANGGARAN

(Rp)

REALISASI

(Rp) %

1 Pendapatan 903.628.346.122,00 879.999.712.108,80 97,39

2 Belanja 943.964.153.034,62 895.899.592.698,00 94,91

3 Transfer 1.719.174.899,00 677.314.503,00 39,40

4 Surplus / (Defisit) (42.054.981.811,62) (16.577.195.092,20) 39,42

5 Penerimaan Pembiayaan

Daerah 55.950.973.811,62 55.928.394.030,62 99,96

6 Pengeluaran Pembiayaan

Daerah 13.895.992.000,00 12.855.992.000,00 92,52

7 Pembiayaan Netto 42.054.981.811,62 43.072.402.030,62 102,42

8 SiLPA 0,00 26.495.206.938,42

(14)

Catatan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bitung Tahun Anggaran 2019 14 BAB III

IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN

Pengelolaan keuangan daerah yang dicerminkan dalam APBD merupakan rencana tahunan Pemerintah Daerah yang menggambarkan semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut dalam kurun waktu satu tahun. APBD juga merupakan instrument dalam rangka mewujudkan pelayanan dan peningkatan kesejahteraan untuk tercapainya tujuan bernegara.

APBD Kota Bitung Tahun 2019 berdasarkan urusan, program dan kegiatan dialokasikan kepada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) sesuai Struktur Organisasi dan Tata Kerja.

Realisasi Pendapatan–LRA yang diperoleh selama Tahun Anggaran 2019 sejak 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2019 dalam rangka membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan mencapai sebesar Rp879.999.712.108,80 atau 97,39% dari target sebesar Rp903.628.346.122,00.

Secara rinci realisasi APBD Kota Bitung Tahun 2018 dan 2019 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Ringkasan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bitung Tahun 2018

1. Pendapatan (Rp) (Rp)

a. Pendapatan Asli Daerah 109,653,370,127.70

b. Pendapatan Transfer 834,169,203,401.00

c. Lain_Lain Pendapatan Darah Yang Sah 23,928,900,000.00

Jumlah Pendapatan 967,751,473,528.70

2. Belanja Daerah

a. Belanja Operasi 682,292,977,367.00

b. Belanja Modal 302,908,372,352.85

c. Belanja Tak Terduga 500,667,113.00

Jumlah Belanja 985,702,016,832.85

3 Transfer

a. Transfer Bantuan Keuangan 1,719,174,899.00

Jumlah Transfer 1,719,174,899.00

Surplus/(Defisit) (19,669,718,203.15)

4 Pembiayaan

a. Penerimaan Pembiayaan 87,416,684,014.77

b. Pengeluaran Pembiayaan 11,895,992,000.00

Pembiayaan Netto 75,520,692,014.77

SiLPA Tahun 2018 55,850,973,811.62

(15)

Catatan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bitung Tahun Anggaran 2019 15 Tabel 3.2 Ringkasan Realisasi Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah Kota Bitung Tahun 2019

1. Pendapatan (Rp) (Rp)

a. Pendapatan Asli Daerah 88.194.541.966,80

b. Pendapatan Transfer 767.931.270.142,00

c. Lain_Lain Pendapatan Daerah Yang Sah 23.873.900.000,00

Jumlah Pendapatan 879.999.712.108,80

2. Belanja Daerah

a. Belanja Operasi 670.939.247.375,00

b. Belanja Modal 222.697.263.274,00

c. Belanja Tak Terduga 2.263.082.049,00

Jumlah Belanja 895.899.592.698,00

3 Transfer

a. Transfer Bantuan Keuangan 677.314.503,00

Jumlah Transfer 677.314.503,00

Surplus/(Defisit) (16.577.195.092,20) 4 Pembiayaan

a. Penerimaan Pembiayaan 55.928.394.030,62

b. Pengeluaran Pembiayaan 12.855.992.000,00

Pembiayaan Netto 43.072.402.030,62

SiLPA Tahun 2019 26.495.206.938,42

Ringkasan Realisasi APBD Kota Bitung Tahun 2019 tersebut sesuai dengan Struktur Rekening Permendagri Nomor 64 Tahun 2013 dan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual (PP Nomor 71 Tahun 2010).

Pencapaian kinerja berdasarkan tingkat efisiensi dan efektivitas suatu program dan kegiatan serta pencapaian sasaran dan tujuan berdasarkan visi dan misi Pemerintah Kota Bitung, dijelaskan dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).

(16)

Catatan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bitung Tahun Anggaran 2019 16 BAB IV

KEBIJAKAN AKUNTANSI

4.1 Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi

Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri atas satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Keuangan. Entitas akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.

Pemerintah Kota Bitung merupakan entitas pelaporan serta seluruh SKPD adalah entitas akuntansi yang menurut peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBD berupa Laporan Keuangan SKPD.

4.2 Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan

Penyusunan laporan keuangan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2018 berdasarkan asumsi bahwa:

1) Pemerintah Kota Bitung merupakan organisasi yang mandiri dan menjadi pusat pertanggungjawaban yang harus bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau sebagai entitas pelaporan.

2) Pemerintah Kota Bitung akan berlanjut keberadaannya atau berkesinambungan.

3) Setiap kejadian atau transaksi yang disajikan dalam Laporan Keuangan dapat dinilai dengan satuan uang, berdasarkan asumsi keterukuran dalam satuan mata uang.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, basis akuntansi yang digunakan dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Bitung Tahun 2019 adalah basis akrual, di mana pengakuan pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBD.

Berpedoman kepada Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah Nomor 10 tentang Perubahan Kebijakan Akuntansi dan Koreksi Kesalahan Tanpa Penyajian Kembali Laporan Keuangan, Pemerintah Kota Bitung menyajikan saldo Akun-Akun tahun 2017 sebagaimana yang tertera pada Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI tahun sebelumnya. Adapun dampak kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang berdampak pada laporan keuangan periode sebelumnya disajikan dalam Laporan Perubahan Ekuitas dan diungkap dan dijelaskan dalam CaLK dalam rangka memberikan informasi atas keterbandingan atas laporan keuangan.

4.3 Basis Pengukuran yang Digunakan dalam Penyusunan Laporan Keuangan

Pengukuran pos-pos dalam Laporan Keuangan menggunakan nilai perolehan historis (historical cost) tanpa memperhitungkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam nilai mata uang. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut. Sedangkan kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Pengukuran pos-pos dalam Laporan Keuangan menggunakan mata uang rupiah dan angka-angka disajikan sampai dengan dua digit di belakang koma.

(17)

Catatan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bitung Tahun Anggaran 2019 17 4.4 Kesesuaian Kebijakan Akuntansi yang Diterapkan dengan Ketentuan Standar

Akuntansi Pemerintahan

Laporan Keuangan ini terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LPSAL), Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Arus Kas (LAK), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Laporan Keuangan ini disertai lampiran-lampiran berbentuk daftar sebagai referensi terhadap pos-pos Laporan Keuangan utama maupun Catatan atas Laporan Keuangan.

Pelaporan keuangan ini disusun secara double entries atas seluruh pendapatan/penerimaan dan belanja/pengeluaran yang terjadi dalam satu tahun anggaran.

4.5 Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kota Bitung

Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kota Bitung, terdiri dari:

4.5.1 Kerangka Konseptual Kebijakan Akuntansi

4.5.2 Kebijakan Akuntansi Penyajian Laporan Keuangan 4.5.3 Kebijakan Akuntansi LRA dan Perubahan SAL 4.5.4 Kebijakan Akuntansi Neraca

4.5.5 Kebijakan Akuntansi Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas 4.5.6 Kebijakan Akuntansi Laporan Arus Kas

4.5.7 Kebijakan Akuntansi Catatan Atas Laporan Keuangan 4.5.8 Kebijakan Akuntansi Piutang

4.5.9 Kebijakan Akuntansi Persediaan 4.5.10 Kebijakan Akuntansi Aset Tetap 4.5.11 Kebijakan Akuntansi Aset Lainnya 4.5.12 Kebijakan Akuntansi Kewajiban 4.5.13 Kebijakan Akuntansi Investasi 4.5.14 Kebijakan Akuntansi Dana Cadangan

4.5.15 Kebijakan Akuntansi Pendapatan LO dan LRA 4.5.16 Kebijakan Akuntansi Beban

4.5.17 Kebijakan Akuntansi Belanja 4.5.18 Kebijakan Akuntansi Transfer 4.5.19 Kebijakan Akuntansi Pembiayaan 4.5.20 Koreksi Kesalahan

4.5.21 Kebijakan Akuntansi Kas dan Setara Kas

4.5.1 KERANGKA KONSEPTUAL KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA BITUNG

A. PENDAHULUAN

Tujuan

1. Kerangka Konseptual Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kota Bitung mengacu pada Kerangka Konseptual Standar Akuntansi Pemerintahan untuk merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah daerah. Kerangka konseptual mengakui adanya kendala dalam pelaporan keuangan.

2. Tujuan kerangka konseptual kebijakan akuntansi pemerintah daerah ini adalah sebagai acuan bagi:

a) penyusun laporan keuangan dalam menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur dalam kebijakan akuntansi;

b) auditor dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan kebijakan akuntansi; dan

(18)

Catatan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bitung Tahun Anggaran 2019 18 c) para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang disajikan pada

laporan keuangan yang disusun sesuai dengan kebijakan akuntansi.

3. Kerangka konseptual ini berfungsi sebagai acuan dalam hal terdapat masalah akuntansi yang belum dinyatakan dalam Kebijakan Akuntansi.

4. Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip akuntansi yang telah dipilih berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan untuk diterapkan dalam penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

5. Tujuan kebijakan akuntansi adalah mengatur penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah daerah untuk tujuan umum dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan terhadap anggaran dan antar periode.

6. Dalam hal terjadi pertentangan antara kerangka konseptual dan kebijakan akuntansi, maka ketentuan kebijakan akuntansi diunggulkan relatif terhadap kerangka konseptual ini. Dalam jangka panjang, konflik demikian diharapkan dapat diselesaikan sejalan dengan pengembangan kebijakan akuntansi di masa depan.

Ruang Lingkup

7. Kerangka Konseptual ini membahas:

(a) Tujuan Kerangka Konseptual;

(b) Lingkungan Akuntansi Pemerintah daerah;

(c) Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan;

(d) Pengguna dan Kebutuhan Informasi;

(e) Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan;

(f) Unsur/Elemen Laporan Keuangan;

(g) Pengakuan Unsur Laporan Keuangan;

(h) Pengukuran Unsur Laporan Keuangan;

(i) Asumsi Dasar;

(j) Prinsip-Prinsip;

(k) Kendala Informasi Akuntansi; dan (l) Dasar Hukum.

8. Kerangka Konseptual ini berlaku bagi pelaporan keuangan setiap entitas akuntansi dan entitas pelaporan Pemerintah Kota Bitung, yang memperoleh anggaran berdasarkan APBD, tidak termasuk perusahaan daerah dan badan layanan umum.

B. LINGKUNGAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

9. Lingkungan operasional organisasi pemerintah daerah berpengaruh terhadap karakteristik tujuan akuntansi dan pelaporan keuangannya.

10. Ciri-ciri penting lingkungan pemerintah daerah yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan tujuan akuntansi dan pelaporan keuangan adalah sebagai berikut:

(a) Ciri utama struktur pemerintah daerah dan pelayanan yang diberikan:

(1) bentuk umum pemerintah daerah dan pemisahan kekuasaan;

(2) sistem pemerintahan otonomi;

(3) adanya pengaruh proses politik;

(4) hubungan antara pembayaran pajak dengan pelayanan pemerintah daerah.

(b) Ciri keuangan pemerintah daerah yang penting bagi pengendalian:

(1) anggaran sebagai pernyataan kebijakan publik, target fiskal, dan sebagai alat pengendalian;

(2) investasi dalam aset yang tidak langsung menghasilkan pendapatan.

(3) Penyusutan nilai aset tetap sebagai sumber daya ekonomi karena digunakan dalam kegiatan operasional pemerintahan.

(19)

Catatan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bitung Tahun Anggaran 2019 19 CIRI UTAMA STRUKTUR PEMERINTAH DAERAH DAN PELAYANAN YANG DIBERIKAN:

Bentuk Umum Pemerintah Daerah dan Pemisahan Kekuasaan

11. Dalam bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berazas demokrasi, kekuasaan ada di tangan rakyat. Rakyat mendelegasikan kekuasaan kepada pejabat publik melalui proses pemilihan. Sejalan dengan pendelegasian kekuasaan ini adalah pemisahan wewenang di antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Sistem ini dimaksudkan untuk mengawasi dan menjaga keseimbangan terhadap kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan di antara penyelenggaraan pemerintah daerah. Berdasarkan ketentuan perundangan yang berlaku, diberlakukan otonomi daerah di tingkat kota dan atau Provinsi, sehingga pemerintah Kota Bitung memiliki kewenangan mengatur dirinya dalam urusan-urusan tertentu

12. Dalam penyelenggaraan pengelolaan keuangan daerah, pihak eksekutif menyusun anggaran dan menyampaikannya kepada pihak legislatif untuk mendapatkan persetujuan. Pihak eksekutif bertanggung jawab atas penyelenggaraan keuangan tersebut kepada pihak legislatif dan rakyat.

Sistem Pemerintahan Otonomi dan Transfer Pendapatan antar Pemerintah

13. Secara substansial, terdapat tiga lingkup pemerintahan dalam sistem Pemerintahan Republik Indonesia, yaitu pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah daerah. Pemerintah yang lebih luas cakupannya memberi arahan pada pemerintahan yang cakupannya lebih sempit. Adanya pemerintah yang menghasilkan pendapatan pajak atau bukan pajak yang lebih besar mengakibatkan diselenggarakannya sistem bagi hasil, alokasi dana umum, hibah, atau subsidi antar entitas pemerintahan.

Pengaruh Proses Politik

14. Salah satu tujuan utama pemerintah daerah adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Sehubungan dengan itu, pemerintah daerah berupaya untuk mewujudkan keseimbangan fiskal dengan mempertahankan kemampuan keuangan daerah yang bersumber dari pendapatan pajak dan sumber-sumber lainnya guna memenuhi keinginan masyarakat. Salah satu ciri yang penting dalam mewujudkan keseimbangan tersebut adalah berlangsungnya proses politik untuk menyelaraskan berbagai kepentingan yang ada di masyarakat.

Hubungan antara Pembayaran Pajak dan Pelayanan Pemerintah Daerah

15. Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dapat berupa pajak pemerintah pusat maupun pajak daerah meskipun pemungutannya dilakukan oleh pemerintah daerah. Mekanisme otonomi memungkinkan adanya bagi hasil atas pemungutan pajak-pajak tersebut.

Walaupun dalam keadaan tertentu pemerintah daerah memungut secara langsung atas pelayanan yang diberikan dalam bentuk retribusi, sebagian pendapatan pemerintah daerah bersumber dari pungutan pajak dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Jumlah pajak yang dipungut tidak berhubungan langsung dengan pelayanan yang diberikan pemerintah daerah kepada wajib pajak. Pajak yang dipungut dan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah daerah mengandung sifat-sifat tertentu yang wajib dipertimbangkan dalam mengembangkan laporan keuangan, antara lain sebagai berikut:

(a) Pembayaran pajak bukan merupakan sumber pendapatan yang sifatnya sukarela;

(b) Jumlah pajak yang dibayar ditentukan oleh basis pengenaan pajak sebagaimana ditentukan oleh peraturan perundang-undangan, seperti penghasilan yang diperoleh, kekayaan yang dimiliki, aktivitas bernilai tambah ekonomis, atau nilai kenikmatan yang diperoleh;

(c) Efisiensi pelayanan yang diberikan pemerintah daerah dibandingkan dengan pungutan yang digunakan untuk pelayanan dimaksud sering sukar diukur sehubungan dengan pelayanan oleh pemerintah daerah;

(20)

Catatan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bitung Tahun Anggaran 2019 20 (d) Pengukuran kualitas dan kuantitas berbagai pelayanan yang diberikan pemerintah daerah

adalah relatif sulit.

Anggaran sebagai Pernyataan Kebijakan Publik, Target Fiskal, dan Alat Pengendalian

16. Anggaran pemerintah daerah merupakan dokumen formal hasil kesepakatan antara eksekutif dan legislatif tentang belanja yang ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan pemerintah daerah dan pendapatan yang diharapkan untuk menutup keperluan belanja tersebut atau pembiayaan yang diperlukan bila diperkirakan akan terjadi defisit atau surplus. Dengan demikian, fungsi anggaran di lingkungan pemerintah daerah mempunyai pengaruh penting dalam akuntansi dan pelaporan keuangan, antara lain karena:

(a) Anggaran merupakan pernyataan kebijakan publik;

(b) Anggaran merupakan target fiskal yang menggambarkan keseimbangan antara belanja, pendapatan, dan pembiayaan yang diinginkan;

(c) Anggaran menjadi landasan pengendalian yang memiliki konsekuensi hukum;

(d) Anggaran memberi landasan penilaian kinerja pemerintah daerah;

(e) Hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan keuangan pemerintah daerah sebagai pernyataan pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada publik.

Investasi dalam Aset yang Tidak Menghasilkan Pendapatan

17. Pemerintah daerah menginvestasikan dana yang besar dalam bentuk aset yang tidak secara langsung menghasilkan pendapatan bagi pemerintah daerah, seperti gedung perkantoran, jembatan, jalan, taman, dan kawasan reservasi. Sebagian besar aset dimaksud mempunyai masa manfaat yang lama sehingga program pemeliharaan dan rehabilitasi yang memadai diperlukan untuk mempertahankan manfaat yang hendak dicapai. Dengan demikian, fungsi aset dimaksud bagi pemerintah daerah berbeda dengan fungsinya bagi organisasi komersial.

Sebagian besar aset tersebut tidak menghasilkan pendapatan secara langsung bagi pemerintah daerah, bahkan menimbulkan komitmen pemerintah daerah untuk memeliharanya di masa mendatang.

Penyusutan Aset Tetap

18. Aset yang digunakan pemerintah, kecuali beberapa jenis aset tertentu seperti tanah, mempunyai masa manfaat dan kapasitas yang terbatas. Seiring dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset dilakukan penyesuaian nilai.

C. PERANAN DAN TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN Peranan Laporan Keuangan

19. Laporan keuangan pemerintah daerah disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh pemerintah daerah selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan pemerintah daerah terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan dan belanja dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, menilai efektivitas dan efisiensi pemerintah daerah, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

20. Pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan:

a. Akuntabilitas

Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada pemerintah daerah dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.

b. Manajemen

Membantu para pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan

(21)

Catatan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bitung Tahun Anggaran 2019 21 pemerintah daerah dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset dan ekuitas pemerintah daerah untuk kepentingan masyarakat.

c. Transparansi

Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah daerah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang- undangan.

d. Keseimbangan Antar Generasi (Intergenerational equity)

Membantu para pengguna laporan untuk mengetahui apakah penerimaan pemerintah daerah pada periode laporan cukup untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.

e. Evaluasi Kinerja

Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan terutama dalam penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang direncanakan.

Tujuan Pelaporan Keuangan

21. Pelaporan keuangan pemerintah daerah menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial maupun politik dengan:

a. menyediakan informasi mengenai apakah penerimaan periode berjalan cukup untuk membiayai seluruh pengeluaran;

b. menyediakan informasi mengenai apakah cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya telah sesuai dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang- undangan;

c. menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan pemerintah daerah serta hasil-hasil yang telah dicapai;

d. menyediakan informasi mengenai bagaimana pemerintah daerah mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;

e. menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi pemerintah daerah berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman;

f. menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan pemerintah daerah, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.

22. Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan pemerintah daerah menyediakan informasi mengenai sumber dan penggunaan sumber daya keuangan/ekonomi, transfer, pembiayaan,sisa lebih atau kurang pelaksanaan anggaran, saldo anggaran lebih, surplus/defisit-Laporan Operasional, aset, kewajiban, ekuitas dan arus kas pemerintah daerah.

D. PENGGUNA DAN KEBUTUHAN INFORMASI Pengguna Laporan Keuangan

23. Terdapat beberapa kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah daerah, namun tidak terbatas pada:

(a) masyarakat;

(b) para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;

(c) pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman; dan (d) pemerintah yang lebih tinggi (Pemerintah Pusat).

(22)

Catatan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bitung Tahun Anggaran 2019 22 Kebutuhan Informasi

24. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bertujuan umum untuk memenuhi kebutuhan informasi dari semua kelompok pengguna. Dengan demikian laporan keuangan pemerintah daerah tidak dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik dari masing-masing kelompok pengguna.

25. Meskipun memiliki akses terhadap detail informasi yang tercantum di dalam laporan keuangan, pemerintah daerah wajib memperhatikan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan untuk keperluan perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan.

E. KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN

26. Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya.

Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah daerah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki:

a) Relevan;

b) Andal;

c) dapat dibandingkan;

d) dapat dipahami.

Relevan

27. Laporan keuangan pemerintah daerah dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna laporan keuangan dengan membantunya dalam mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan dan menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi pengguna laporan di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan adalah yang dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya.

28. Informasi yang relevan harus:

a. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value), artinya bahwa laporan keuangan pemerintah daerah harus memuat informasi yang memungkinkan pengguna laporan untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasinya di masa lalu;

b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value), artinya bahwa laporan keuangan harus memuat informasi yang dapat membantu pengguna laporan untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini;

c. Tepat waktu, artinya bahwa laporan keuangan pemerintah daerah harus disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna untuk pembuatan keputusan pengguna laporan keuangan; dan

d. Lengkap, artinya bahwa penyajian laporan keuangan pemerintah daerah harus memuat informasi yang selengkap mungkin, yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pembuatan keputusan pengguna laporan.

Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan harus diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.

Andal

29. Informasi dalam laporan keuangan pemerintah daerah harus bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap kenyataan secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi akuntansi yang relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan.

Informasi yang andal harus memenuhi karakteristik:

(23)

Catatan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bitung Tahun Anggaran 2019 23 a. Penyajiannya jujur, artinya bahwa laporan keuangan pemerintah daerah harus memuat

informasi yang menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan;

b. Dapat diverifikasi (verifiability), artinya bahwa laporan keuangan Pemerintah daerah harus memuat informasi yang dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya harus tetap menunjukkan simpulan yang tidak jauh berbeda;

c. Netralitas, artinya bahwa laporan keuangan pemerintah daerah harus memuat informasi yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu.

Dapat Dibandingkan

30. Informasi yang termuat dalam laporan keuangan pemerintah daerah akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan pemerintah daerah lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila pemerintah daerah menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila pemerintah daerah yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila pemerintah daerah akan menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan kebijakan akuntansi harus diungkapkan pada periode terjadinya perubahan tersebut.

Dapat Dipahami

31. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus dapat dipahami oleh pengguna laporan keuangan dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna laporan. Untuk itu, pengguna laporan diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi Pemerintah daerah, serta adanya kemauan pengguna laporan untuk mempelajari informasi yang dimaksud.

F. UNSUR/ELEMEN LAPORAN KEUANGAN 32. Laporan keuangan pemerintah daerah terdiri dari:

(a) Laporan Keuangan yang dihasilkan oleh SKPD sebagai entitas akuntansi berupa:

 Laporan Realisasi Anggaran SKPD;

 Neraca SKPD;

 Laporan Operasional;

 Laporan Perubahan Ekuitas; dan

 Catatan Atas Laporan Keuangan SKPD.

(b) Laporan Keuangan yang dihasilkan oleh PPKD sebagai entitas akuntansi berupa:

 Laporan Realisasi Anggaran PPKD;

 Neraca PPKD;

 Laporan Arus Kas;

 Laporan Operasional;

 Laporan Perubahan Ekuitas; dan

 Catatan Atas Laporan Keuangan PPKD;

(c) Laporan keuangan gabungan yang mencerminkan laporan keuangan pemerintah daerah sebagai entitas pelaporan berupa:

 Laporan Realisasi Anggaran;

 Laporan Perubahan SAL/SAK ;

 Neraca;

 Laporan Operasional;

(24)

Catatan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bitung Tahun Anggaran 2019 24

 Laporan Perubahan Ekuitas;

 Laporan Arus Kas; dan

 Catatan atas Laporan Keuangan.

33. Selain laporan keuangan pokok seperti disebut di atas, entitas pelaporan wajib menyajikan laporan lain dan/atau elemen informasi akuntansi yang diwajibkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan (statutory reports).

Laporan Realisasi Anggaran

34. Laporan Realisasi Anggaran SKPD/PPKD/Pemerintah daerah merupakan laporan yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh SKPD/PPKD/Pemerintah daerah, yang menggambarkan perbandingan antara realisasi dan anggarannya dalam satu periode pelaporan. Tujuan pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan informasi tentang realisasi dan anggaran SKPD/PPKD/Pemerintah daerah secara tersanding. Penyandingan antara anggaran dengan realisasinya menunjukkan tingkat ketercapaian target-target yang telah disepakati antara legislatif dengan eksekutif sesuai peraturan perundang-undangan.

35. Unsur yang dicakup secara langsung oleh LRA terdiri dari pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan. Masing-masing unsur didefinisikan sebagai berikut:

(a) Pendapatan LRA (basis kas) adalah penerimaan oleh Bendahara Umum Daerah yang menambah saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah daerah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah daerah;

(b) Belanja (basis kas) adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum Daerah yang mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah;

(c) Transfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil;

(d) Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan/pengeluaran yang tidak berpengaruh pada kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali dan/atau yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah daerah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran;

(e) Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman atau hasil divestasi.

Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, atau penyertaan modal oleh pemerintah daerah.

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih

36. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Neraca

37. Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas akuntansi dan entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban dan ekuitas pada tanggal tertentu.

38. Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas. Masing-masing unsur didefinisikan sebagai berikut:

(a) Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh oleh pemerintah daerah, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.

(25)

Catatan Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bitung Tahun Anggaran 2019 25 (b) Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya

mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah daerah.

(c) Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah daerah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah daerah.

Aset

39. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi aset tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, bagi kegiatan operasional pemerintah daerah, berupa aliran pendapatan atau penghematan belanja bagi pemerintah daerah.

40. Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan nonlancar. Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera untuk dapat direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Aset yang tidak dapat dimasukkan dalam kriteria tersebut diklasifikasikan sebagai aset nonlancar.

41. Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan persediaan.

42. Aset nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang, dan aset tak berwujud yang digunakan baik langsung maupun tidak langsung untuk kegiatan pemerintah daerah atau yang digunakan masyarakat umum. Aset nonlancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan, dan aset lainnya.

43. Investasi jangka panjang merupakan investasi yang diadakan dengan maksud untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan manfaat sosial dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi. Investasi jangka panjang meliputi investasi nonpermanen dan permanen.

Investasi nonpermanen antara lain investasi dalam Surat Utang Negara, penyertaan modal dalam proyek pembangunan, dan investasi nonpermanen lainnya. Investasi permanen antara lain penyertaan modal pemerintah daerah dan investasi permanen lainnya.

44. Aset tetap meliputi tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, aset tetap lainnya, dan konstruksi dalam pengerjaan.

45. Aset nonlancar lainnya diklasifikasikan sebagai aset lainnya. Termasuk dalam aset lainnya adalah aset tak berwujud dan aset kerja sama (kemitraan).

Kewajiban

46. Karakteristik esensial kewajiban adalah bahwa pemerintah daerah mempunyai kewajiban masa kini yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang akan datang.

47. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas atau tanggung jawab untuk bertindak di masa lalu. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintah daerah lain, atau lembaga internasional. Kewajiban pemerintah daerah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah daerah atau dengan pemberi jasa lainnya.

48. Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-undangan.

49. Kewajiban dikelompokkan ke dalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek merupakan kelompok kewajiban yang diselesaikan dalam waktu kurang dari dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka panjang adalah kelompok kewajiban yang penyelesaiannya dilakukan setelah 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan.

Ekuitas

50. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah daerah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah daerah pada tanggal laporan. Saldo ekuitas di neraca berasal dari saldo akhir laporan perubahan ekuitas

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi.. Pemerintahan, penerapan SAP dalam laporan keuangan pemerintah berbasis akrual diberlakukan

yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, basis akuntansi yang digunakan dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah

Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan Laporan Keuangan Kecamatan Klakah Tahun 2020. CaLK dimaksudkan agar laporan

dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang 18. diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan serta

Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menyajikan informasi tentang penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan

maka Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Mojokerto sebagai Kepala SKPD Pengguna Anggaran mempunyai kewajiban untuk menyusun Laporan Keuangan sebagaimana

Menyediakan informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan; 2.1.3 Konsep dasar basis akrual Accrual Basis