2 . LANDASAN TEORI DAN IDENTIFIKASI DATA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Fotografi
Arti fotografi dalam buku Kamus fotografi mengatakan “Istilah yang berasal dari bahasa latin, yakni “photos” dan “graphos”. Photos artinya cahaya atau sinar, sedangkan graphos artiya menulis atau melukis. Jadi, arti sebenarnya dari fotografi adalah proses dan seni pembuatan gambar (melukis dengan sinaratau cahaya) pada sebuah bidang film atau permukaan yang dipetakan.
Gambar yang dihasilkan diharapkan sama persis dengan aslinya, hanya dalam ukuran yang jauh lebih kecil. Orang yang pertama kali memperkenalkan istilah fotografi adalahSir John Herschel.” (Nugroho 250-251).
“Dalam seni rupa, fotografi merupakan proses pembuatan lukisan dengan menggunakan media cahaya. Sebagau istilah umum, fotografi berarti proses atasu metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu objek dengan merekan pantulan cahaya yang mengenai objek tersebut pada media yang peka cahaya.
Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera”(inayah, par. 1).
Dengan kata lain Fotografi adalah seni dari suatu proses penghasilan gambar dan cahaya yang dipantulkan oleh objek masuk ke lensa kemudian diteruskan ke bidang film, sehingga menghasilkan gambar”(Nugroho, par. 1).
“Fotografi berasal dari 2 kata yaitu Photo yang berarti cahaya dan Graph yang berarti tulisan atau lukisan. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya” (Nugroho, par 2)
“Prinsip fotografi adalahmemfokuskancahayadenganbantuanpembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas (intensitas) cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa)”(Inyah, par. 3).
Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, diguna kan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan merubah kombinasi ISO / ASA (ISO Speed), Diafragma (Aperture), dan Kecepatan Rana (Speed ). Kombinasi antara ISO, diafragma dan Speed selanjutnya disebut sebagai Eksposur (Exposure).
2.1.1.1. Sejarah Fotografi
Sejarah Fotografi mulai tercatat resmi pada abad ke-19 dan lalu terpacu bersama kemajuan-kemajuan lain ya ng dilakukan manusia sejalan dengan kemajuan teknologi yang sedang gencar-gencarnya. Pada tahun 1839 yang dicanangkan sebagai tahun awal fotografi. Pada tahun itu, di Perancis dinyatakan secara resmi bahwa fotografiadalah sebuah terobosan teknologi. Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat mata sudah bisa dibuat permanen. (“The History of Photography”).
Sejarah fotografi bermula jauh sebelum Masehi. Dalam buku The History of Photography karya Alma Davenport, terbitan University of New Mexico Press tahun 1991, disebutkan bahwa pada abad ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang pria bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka di bagian dalam ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terba lik lewat lubang tadi. Mo Ti adalah orang pertama yang menyadari fenomena camera obscura.
(“The History of Photography”).
Beberapa abadkemudian, banyak orang yang menyadari serta mengagumi fenomena ini, beberapa diantaranya yaitu Aristoteles pada abad ke -3 SM dan seorang ilmuwan Arab Ibnu Al Haitam (Al Hazen) pada abad ke-10 SM, dan kemudian berusaha untuk menciptakan serta mengembangkan alat yang sekarang dikenal sebagai kamera. Pada tahun 1558, seorang ilmuwan Italia, Giambattista della Porta menyebut ”kamera obscura” pada sebuah kotak yang membantu pelukis menangkap bayangan gambar (Bachtiar: 10).
Menurut Szarkowski dalam Hartoyo (2004: 21), nama camera obscura diciptakan oleh Johannes Keppler pada tahun 1611:
“By the great Johannes Keppler has designed a portable camera constructed as a tent, and finaly give a device a name that stuck: camera obscura… The interior of the tent was dark except for the light admitted by a lens, which foucussed the image of the scene outside onto a piece of paper.” (Pada tahun 1611 Johannes Keppler membuat desain kamera portable yang dibuat seperti sebuah tenda, dan akhirnya memberi nama alat tersebut sebuah nama yang terkenal hingga kini: camera obscura…
Keadaan dalam tenda tersebut sangat gelap kecuali sedikit cahaya yang ditangkap oleh lensa, yang membentuk gambar keadaan di luar tenda di atas selembar kertas).
Pada awal abad ke-17 seorang ilmuwan berkebangsaan Italia bernama Angelo Sala menemukan, bila serbuk perak nitrat dikenai cahaya, warnanya akan berubah menjadi hitam. Demikian pula Professor anatomi berkebangsaan Jerman, Johan Heinrich Schulse, pada 17127 melakukan percobaan dan membuktikan bahwa menghitamkan pelat chloride perak yang disebabkan oleh cahaya dan bukan oleh panas merupakan sebuah fenomena yang telah diketahui sejak abad ke-16 bahkan mungkin lebih awal lagi. Ia mendemonstrasikan fakta tersebut dengan menggunakan cahaya matahari untuk merekam serangkaian kata pada pelat chloride perak; saying ia gagal mempertahankan gambar secara permanent.(The History of Photography).
Kemudian sekitar tahun 1800, seorang berkebangsaan Inggris bernama Thomas Wedgwood, bereksperimen untuk merekam gambar positif dari citra pada camera obscura berlensa (pada masa itu camera obscura lazimnya pinhole camera yang hanya menggunaka n lubang kecil untuk cahaya masuknya), tapi hasilnya sangat mengecewakan. Akhirnya ia berkonsentrasi sebagaimana juga Schulse, membuat gambar-gambar negatif (sekarang dikenal dengan istilah fotogram) dengan cahaya matahari, pada kulit atau kertas putih yang telah disaputi komponen perak. (The History of Photography).
Dalam Sejarah fotografi mencatat Sementara itu di Inggirs, Humphrey Davy melakukan percobaan lebih lanjut dengan chlorida perak, tapi bernasib sama dengan Schulse. Pelatnya dengan cepat berubah menjadi hitam walaupun sudah
berhasil menangkap imaji melalui camera obscura tanpa lensa. (The History of Photography).
Akhirnya, pada tahun 1824, seorang seniman lithography Perancis, Joseph-Nicephore Niepce (1765-1833), setelah delapan jam mengekposur pemandangan dari jendela kamarnya, melalui proses yang disebutnya Heliogravure (proses kerjanya mirip lithograph) di atas pelat logam yang dilapisi aspal, berhasil melahirkan sebuah imaji yang agak kabur, berhasil pula mempertahankan gambar secara permane nt. Kemudian ia pun mencoba menggunakan kamera obscura berlensa, proses yang disebut ”heliogravure” pada tahun 1826 inilah yang akhirnya menjadi sejarah awal fotografi yang sebenarnya. Foto yang dihasilkan itu kini disimpan di University of Texas di Austin, AS. (The History of Photography).
Merasa kurang puas, tahun 1827 Niepce mendatangi desainer panggung opera yang juga pelukis, Louis-Jacques Mande’ Daguerre (1787-1851) untuk mengajaknya berkolaborasi. Dan jauh sebelum eksperimen Niepce dan Daguerre berhasil, mereka pernah meramalkan bahwa: “fotografi akan menjadi seni termuda yang dilahirkan zaman.” (The History of Photography).
Menurut Aidan O'Rourke “Photography was developed in the 1830s, but the earliest popular technique, the daguerreotype, was unsuitable for massprinting.[1] In 1856, Adolphe Braun published a book containing 288 photographsof Virginia Oldoini, Countess de Castiglione, a Tuscan noblewoman at the courtof Napoleon III. The photos depict her in her official court garb, making her thefirst fashion model.” (Aidan. par. 1).
“Fotografi dikembangkan pada tahun 1830an, tetapi teknik populer yang pertama, daguerreotype, tidak cocok untuk pencetakan masal.[1] Pada tahun 185, Adolphe Braun menerbitkan sebuah buku yang memuat 288 foto Virginia Oldoini, Countess de Castiglione, seorang wanita bangsawan dari Tuscan noblewoman di lapangan Napoleon III. Foto itu menggambarkannya dalam pakaian resmi, membuatnya menjadi model fashion pertama.”Sayang, sebelum menunjukkan hasil yang optimal, Niepce meninggal dunia. Baru pada tanggal 19 Agustus 1839, Daguerre dinobatkan sebagai orang pertama yang berhasil membuat foto yang sebenarnya: sebuah gambar permanen pada lembaran plat
tembaga perak yang dilapisi larutan iodin yang disinari selama satu setengah jam cahaya langsung dengan pemanas mercuri (neon). Proses ini disebut daguerreotype. Untuk membuat gambar permanen, pelat dicuci larutan garam dapur dan asir suling.(“The History of Photography”).
Fotografi mulai tercatat resmi pada abad ke -19 dan lalu terpacu bersama kemajuan-kemajuan lain yang dilakukan manusia sejalan dengan kemajuan teknologi yang sedang gencar-gencarnya. Pada tahun 1839 yang dicanangkan sebagai tahun awal fotografi. Pada tahun itu, di Perancis dinyatakan secara resmi bahwa fotografi adalah sebuah terobosan teknologi. Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat mata sudah bisa dibuat permanen.
Januari 1839, penemu fotografi dengan menggunakan proses kimia pada pelat logam, Louis Jacques Mande Daguerre, sebenarnya ingin me matenkan temuannya itu. Akan tetapi, Pemerintah Perancis, dengan dilandasi berbagai pemikiran politik, berpikir bahwa temuan itu sebaiknya dibagikan ke seluruh dunia secara cuma -cuma. Maka, saat itu manual asli Daguerre lalu menyebar ke seluruh dunia walau diterima dengan setengah hati akibat rumitnya kerja yang harus dilakukan. (“The History of Photography”).
Pada kumpulan artikel buku kumpulan History of Photography Wirenohadi menceritakan, Pada jaman Aristotle, telah di temukan bahwa cahaya matahari yang melewati sebuah lubang kecil yang disebut pinhole yang boleh menimbulkan bayangan. Pada abad ke 10, seorang sarjana Arab bernama Alhajen menjelaskan bagaimana tampilan peristiwa gerhana matahari di reflesikan dalam sebuah kamera Abscura yang pada waktu it u merupakan ruang besar seperti kamar yang gelap dengan pinhole di luarnya. Pada 1544, seorang ahli fisika dan
matematika Belanda membuat sketsa kamera Abscura yang digunakan untuk menyaksikan peristiwa gerhana matahari tanpa merusak mata. (Oktober, 2004)
Fotografi kemudian berkembang dengan sangat cepat. Menurut Szarkowski dalam Hartoyo (2004: 22), arsitek utama dunia fotografi modern adalah seorang pengusaha, yaitu George Eastman. Melalui perusahaannya yang bernama Kodak Eastman, George Eastman mengembangkan fotografi dengan menciptakan serta menjual roll film dan kamera boks yang praktis, sejalan dengan
perkembangan dalam dunia fotografi melalui perbaikan lensa, shutter, film dan kertas foto. (“The History of Photography”).
Tahun 1950 mulai digunakan prisma untuk memudahkan pembidikan pada kamera Single Lens Reflex (SLR), dan pada tahun yang sama Jepang mulai memasuki dunia fotografi dengan produksi kamera NIKON. Tahun 1972 mulai dipasarkan kamera Polaroid yang ditemukan oleh Edwin Land. Kamera Polaroid mampu menghasilkan gambar tanpa melalui proses pengembangan dan pencetakan film. (“The History of Photography”).
Kemajuan teknologi turut memacu fotografi secara sangat cepat. Kalau dulu kamera sebesar tenda hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam, kini kamera digital yang cuma sebesar dompet mampu membuat foto yang sangat tajam dalam ukuran sebesar koran.
2.1.1.2. Teknik dan Klasifikasi Fotografi
Ditinjau dari Objeknya, Fotografi dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Fotografi Bentang Alam ( Nature / Landscape)
Dalam fotografi bentang alam obyek yang di foto adalah biasanya merupakan bentang alam, yang memiliki keindahan tersendiri atau digunakan untuk menjelaskan keadaan profil alam pada suatu daerah, dalam dunia industri foto landscape juga digunakan untuk dokumentasi pembangunan profil area ( lansekap ) dan laporan penelitian, biasanya fotografer bentang alam memiliki kemampuan dan hobi traveling dan menjelajah alam
b. Fotografi Satwa dan flora
Fotografi ini memiliki obyek khusus satwa dan flora, dan menurut saya merupakan object yang sulit dan terkadang menantang bahaya anda bisa bayangkan anda me motret komodo atau buaya dalam komunitasnya, fotografi satwa biasanya digunakan untuk menggali keindahan satwa dan flora dan juga mengklasifikasi satwa dan flora
c. Fotografi Dokumentasi
Fotografi ini untuk mendokumentasikan suatau event atau peristiwa, biasanya setidaknya pada jaman dahulu fotografi ini tidak di tuntut dalam keindahan foto komposisi warna ataupun seni, tapi hanaya untuk melengkapi dan lebih menjelaskan suatu berita acara, akan tetapi dalam perkembangan fotografi modern fotografi dokumentasi, komposisi gambar dan sentuhan seni sudah menjadi tuntutan, dan dikarenakan pada event modern time linenya pendek maka fotografer dituntut untuk tidak ketinggalan moment moment penting dalam acara tersebut
d. Fotografi Jurnalistik
Foto jurnalistik adalah foto yang merekam suatu berita, dan menjelaskan suatu keadaan dan peristiwa yang biasanya besar, kekuatan foto berasal dari kemapuan foto dalam menjelaskan suatu peristiwa biasanya foto jenis ini digunakan sebagai penunjang berita teks di mediai koran atau majalah.
e. Fotografi Seni (Fine Art)
Fine art fotografi adalah sebuah foto yang memenuhi visi kreatif para fotografer.dan bukan dibuat dengan tujuan mempromosikan atau menjual produk atau jasa, fine art fotografi dibuat untuk memberikan ruang kreatif kepada seorang fotogarafer untuk menungkan ide -ide kreatif yang dimiliki.
fine art fotografi di buat tidak dibatasi oleh spesifikasi dari klien.semuanya tentang bagaimana menangkap dan mengekspresikan sebuah keindahan dan menuangkannya melalui seni fotografi.
f. Fotografi Studio
Fotografi studio adalah jenis fotografi yang pada awalnya banyak dilakukan di dalam ruangan untuk menciptakan gambar sesuai keinginan fotografer.
Fotografi jenis ini memerlukan banyak campur tangan teknis agar gambar yang dihasilkan benar -benar sesuai dengan yang direncanakan.
g . Fotografi Komersial
Fotografi Komersial adalah sebuah jenis aliran fotografi yang sangat berkembang secepat perkembangan dunia mode itu sendiri, dan seiring mereka memberikan nuansa yang tak lagi menjadi apa yang awalnya diciptakan, tidak lagi sebagai medium acuan atau sebagai foto produk, ia
berevolusi menjadi sebuah bentuk hasil olah rasa yang tinggi. Foto fashion tidak lagi berbentuk foto produk tapi berkembang menjadi aliran yang mengutamakan artistik tinggi yang mewakili rancangan itu sendiri dengan tingkat persaingan dalam menjual ide, konsep dan tidak hanya dari sisi rancangan mode, tapi juga tehnik fotografi, tata make-up dan rambut, tata gaya, tata ruang dan lain sebagainya yg menghasilkan sebuah karya seni.
Dalam segi teknis, angle atau sudut pengambilan gambar dalam fotografi pada prinsipnya ada 3, yaitu:
a. Eye Level
Normal Angle atau Eye level. Ini adalah sudut standar atau normal.
Pengambilan gambar dilakukan dengan posisi kamera sejajar dengan objek.
Secara teknis gambar yang dihasilkan memiliki proporsi normal sesuai dengan apa yang dilihat oleh mata. Eye lelvel merupakan sudut pengambilan gambar yang umum dan paling sering digunakan dalam berbagai bidang dalam fotografi.
b. High Level
Pengambilan gambar dilakukan dengan pososisi kamera berada lebih tinggi dibandingkan dengan posisi objek. Secara teknis gambar yang dihasilkan memiliki distorsi yang terjadi padabagian atas dari objek yang berada di dekat kamera, dimana objekyang ada di dekat kamera menjadi lebih besar daripada proporsi awalnya. High level, merupakan variasi pengambilan gambar yang cukup sering digunakan dalam pengambilan foto.
c. Low Level
Pengambilan gambar dilakukan dengan posisi kamera berada lebih rendah daripada objek. Secara teknis gambar yang dihasilkan akan memiliki distorsi yang berlawanan dari high level, dimana bagian bawah objek yang berada di dekat kamera akan mengalami distorsi sehingga akan tampak lebih besar daripada proposi awalnya. Tingkat besarnya distorsi yang terjadi bergantung pada derajat pengambilan gambar yang dilakukan.
Sedangkan jenis pengambilan gambar juga terbagi lagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Long Shot
Jarak pengambilan yang luas sehingga menampilkan situasi dan kondisi di sekeliling objek, teknik ini umumnya digunakan dalam fotografi Landscape dengan tujuan untuk menunjukan detail keindahan alam yang di atur dalam komposisi sedemikian rupa. Untuk objek manusia, karakteristik umum yang dapat dilihat dari teknis ini adalah bagian tubuh terlihat dengan perbandingan 1:5 antara objek dan latar.
b. Medium Long Shot
Jarak pengambilan gambar tidak seluas Long Shot. Untuk objek manusia, karakteristik umum yang dapat dilihat adalah semua bagian tubuh terlihat dengan perbandingan 1:3 antara objek dan lata r sehingga masuh ada ruang bagi latar atau bacgraound ikut terekam dalam hasil foto.
c. Full Shot
Jarak pengambilan gambar tidak seluas Medium Long Shot. Untuk objek manusia, karakteristik umum yang dapat dilihat adalah ukuran dalam sebuah frame, dari ujung kaki hingga kepala terlihat dengan jelas dengan perbandingan 1:2 antara objek dan latar sehingga backgraound hanya tampak sedikit saja
d. Medium Shot
Teknik Medium Shot, pada pemotretan yang melibatkan model manusia, memiliki karakteristik dimana objek manusia itu ditampilkan lebih detail dari pinggang hingga kepala.Umumnya pada pemotretan ini background masih dapat terlihat sedikit.
e. Medium Close Up
Teknik Medium Close Up , memiliki karakteristik dimana objek manusia ditampilkan dengan lebih detail dari bagian dada hingga kepala. Umumnya background sudah tidak lagi terlihat, meskipun ada hanya sedikit saja.
Medium close up pada umumnya digunakan unuk fotografi beauty shot untuk mempromosikan salon atau produk kosmetik dan kecantikan dengan menunjukkan detail tata rias.
f. Close Up
Teknik Close Up, memiliki karakter dimana objek ditampilkan sebatas leher hingga batas atas kepala. Sama halnya dengam Medium Close Up , Close Up juga digunakan dalam pemotretan tata rias dan promosi komersial produk kosmetik.
g. Extreme Close Up
Teknik Extreme Close Up, memiliki karakteristik dengan menghasilkan gambar objek dengan penekanan pada satu bagian anggota tubuh, teknik ini digunakan dalam pemotretan beauty shot yang ingin menunjukan detail tata rias dan tekstur.
2.1.1.3. Fotografi Beauty Shot
Menurut Dariw is Triadi, rahasia keindahan foto terletak pada kedalamannya saat proses sebelum rana kamera dijepret. Dan memotret menjadi sebuah kegiatan yang mengasyikkan.Karena melalui aktivitas ini, kita bisa mengeksplor sebuah obyek sesuai kehendak kita.Baik itu be nda bergerak atau statis. Di dalam dunia fotografi ada isitilah Beauty shot. (“Beauty Shot”).
Segala sesuatu yang dihasilkan harus tampak cantik, menarik, serta mengeluarkan aura dari foto tersebut. Berangkat dari pengertian itulah, sebelum menyiapkan peralatan, sebaiknya fotografer mempelajari betul karakter dan anatomi wajah dari model yang akan dipotret. Setiap model memiliki angle maksimal serta struktur tulang wajah yang berbeda. Melalui pendalaman karakter itu akhirnya menyangkut pada pose yang akandicapture, dan arah cahaya yang
"dijatuhkan" pada sang model. (“Beauty Shot”).
Selain anatomi tubuh, tugas lain yang tidak kalah penting adalah:
fotografer harus mampu memberikan in put dan membangkitkan rasa percaya diri model, bila dirinya itu cantik dan rileks didepan kamera. Tujuannya agar fotogrfer dapat mengcapture model dengan maksimal dari sudut yang baik dan benar.(“Beauty Shot”).
Perjalanan dunia kecantikan sudah sepanjang peradapan manusia itu sendiri, tak pernah lepas dari diri manusaia khususnya wanita akan make-up yang digunakan dan bagaimana menerapkan dan menyesuaikannya terhadap
lingkungan dan budaya. Dan terkadang terlepas dari itu semua keberanian dan ekspresifitas tak lagi segan ditonjolkan.
Berkembang seiring dengan dunia mode, beauty shot menciptakan secara pasti sebuah aliran fotografi yang sangat berkembang dengan cepat di dunia kecantikan itu sendiri, dan seiring nuansa yang lahir tak lagi menjadi apa yang awalnya diciptakan, tidak lagi sebagai medium acuan ataupun sekedar foto dengan esensi indah, namun sudah berevolusi menjadi sebuah bentuk hasil olah rasa yang tinggi. Fotografi beauty shot kini bukan lagi sekedar media penyampaian karya sendi dalam dunia kecantikan namun juga sebuah karya seni yang dapat di komersialkan. Lebih mengutamakan artistik tinggi yang mewakili kecantikan itu sendiri dengan tingkat persaingan dalam menjual ide, konsep dan tidak hanya sisi tata make-up dan rambut tetapi juga teknik fotografi, tata gaya, tata ruang dan lain sebagainya yang mendukung pembuatan karya tersebut.
Fotografi beauty shot merupakan sebuat fotografi yang dintuntut standar kerapian dan kesempuranaan detail yang tinggi. Hal ini dikarenakan bidang fokus yang lebih sempit dan berpusat pada daerah wajah, karena itu lah yang membedakan fotografi beautydan fotografi fashion . Dalam hal ini dibutuhkan kemampian teknis yang baik dalam pencahayaan, fotografer juga harus mengerti karakter dari make-up dan aksesoris yang menjadi elemen dari model. Karena make-up dan aksesoris itu juga akan mendukung tampilan model dalam sesi pemotretan.
2.1.1.4.Proses digitalisasi dalam fotografi
Ada beberapa pemahaman awamakan proses digitalisasi visual, karena seringkali kita menafsirkannya langsung pada suatuproses pemberian efek ataupun pengolahanadvance visual dalam hal ini visual fotografi.Kata digitalisasibanyak diartikan sesuatuyang bersifat sulit, kom pleks, hi-tech, tidak popular bahkan sesuatu yang tak biasa dalamkeseharian kita.Berikut ini beberapa asumsi dasar “prosesdigitalisasi” yang berkaitan dengan fotografi:
a. Proses pencitraan digital
Adalah sebuah proses tranformasi digital,baik dari media konvensional (film) ke mediadigital (pengubahan file konvensional ke datafile digital /
scanning), maupun dari digital kesaat ini mungkin bahkan di fotografi terapanlainnya dapat dikatakan bahwa semua bentukfotografi pastilah melewati proses digitalisasi.Hal ini mengingat dari terapan media digitalyang digunakan pada pasca-produksi iklanjuga karena mulai membuminya penggunaankomputer di masyarakat.
b. Digital Photography
Merupakan suatu kegiatan fotografi (merekam)image yang menggunakan peralatandan media rekam digital.
c. Kamera Digital
Adalah perangkat atau media untuk menghasilkankarya fotografi yang menggunakanteknologi digital.
d. Digital Creation
Proses pembuatan visual yang sepenuhnyadiolah menggunakan piranti teknologikomputer; desain, animasi, 3D juga CGI yangpada masa sekarang banyak digunakanuntuk menambah visual pada fotografi atausebaliknya.
e. Digital Treatment yaituDigital Imaging
Suatukretifitas rekayasa digital untuk menyempurnakanataupun mengkreasikan imageyang biasanya digunakan sebagai perangkatpenyempurna fotografi.(The Light, edisi 1, 2007).
Proses digitalisasi tidaklah selalu berupa proses yang diluar jangkauan ataupun susah dilakukan. Yang membuat kalimat proses digitalisasi itu menjadi kalimat yang asing bisa jadi karena keadaan kurang peka dengan perkembangan teknologi yang terus berkembang atau mungkin karena anggapan fotografi adalah sesuatu yang masih eksklusif. (The Light, edisi 1, 2007).
Proses digitalisasi dibidang apapun penerapannya adalah sesuatu yang membuat menjadi lebih ef isien, instan dan lebih terkoreksi serta jauh lebih maksimal.
2.1.2. Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, temasuk siste, agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.(“Budaya”).
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.
Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-uns ur sosio- budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika , "keselarasan individu dengan alam"
d Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina . Citra budaya yang brsifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota -anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.(“Budaya”).
Dengan demikian, budayalah yang menye diakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama:
a. Kebudayaan Material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan
yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
b. Kebudayaan Non Material
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
2 .1.2.1. Sejarah Budaya Indonesia
Kebudayaan Indonesia adalah salah satu dari sekian banyak kebudayaan yang ada di dunia .Keberadaannya – sama dengan kebudayaan lain – telah memakan waktu yang cukup lama.Berbicara tentang kebudayaan Indonesia maka kita akan berbicara tentang sejarah panjang pertemuan antar kebudayaan daerah indonesia dengan kebudayaan dari luar.(“http://www.denpasarkota.go.id”).
Pertemuan antar kebudayan-kebudayaan di Indonesia, sudah dimulai sejak masuknya agama Hindu dan Budha. Kebudayaan daerah Indonesia yang masih sederhana kemudian bertemu dengan agama Hindu dan Budha yang menjadi sedemikian meluas dan dianut oleh banyak masyarakat di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya kerajaan yang pernah ada di wilayah Barat dan Tengah.(“http://www.denpasarkota.go.id”).
Indonesia yang menganut agama tersebut seperti Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Pejajaran dan Majapahit. Pada masa kerjaan Majapahit, kebudayaan Indonesia mencapai kebersamaannya dengan menyatukan kerajaan yang ada di Indonesia oleh Patih Gajah Mada, yang terkenal dengan Sumpah Palapa.
(“http://www.denpasarkota.go.id”).
Kesatuan ini jelas menjadikan kebudayaan di Indonesia semakin menunjukkan dinamis. Terlihat mulai munculnya berbagai persoalan kebudayaan, salah satunya seperti hubungan kerajaan di daerah dengan Majapahit. Keadaan ini semakin terlihat, ketika agama Islam mulai banyak dianut oleh masyarakat di Indonesia, bahkan hingga tingkat kerajaan. Perubahan keyakinan ini membuat
banyak perubahan di bidang lain, kesetaraan antara sesama manusia, semakin berkembangnya sastra, berdir inya kerajaan-kerjaan baru dan lain- lain.(“http://www.denpasarkota.go.id”).
Perjalanan kebudayaan Indonesia dipengaruhi oleh, masuknya Portugis menandakan sebuah masa ketika penjajahan melanda wilayah nusantara.
Ditutupnya Terusan Suez membuat banyak negara di belahan dunia Barat mengalihkan perhatiannya untuk mencari rempah-rempah. Tokoh-tokoh seperti Vasco da Gama, Marcopolo, Bartholomeus Diaz, mencari sebuah wilayah perdagangan baru. Salah satu wilayah yang ditemukan sampailah mereka di tanah nusantara dan memulai sebuah masa yang panjang, dalam penjajahan. Nusantara yang memiliki kesabaran tersebut mulai menapaki jalan menuju persatuan. Masa tersebut, dipenuhi dengan berbagai peperangan di berbagai daerah, mulai dari Aceh hingga Maluku. Peperangan yang digerakan oleh semangat mempertahankan diri. Dengan menggunakan taktik memecah belah atau devide et impera, perlawanan yang diberikan oleh para pejuang di daerah mulai tidak berarti. Perlawanan masih diberikan, mulai dari “kecil-kecilan” hingga memuncak pada perlawanan secara keseluruhan terhadap penjajahan. Akhirnya memperoleh kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.(“http://www.denpasarkota.go.id”).
Penjajahan yang ter jadi selama masa tersebut, bukan hanya kisah perlawanan fisik, tetapi juga tentang perlawanan kebudayaan. Oleh karena,terjadi perubahan yang besar dalam banyak bidang.Dalam hal ini dapat disoroti perubahan bentuk pemerintahan. Perubahan bentuk pemerintahan, dari kerajaan kepada negara, menjadi sebuah perubahan yang menuntut adanya kesatuan wilayah dan kebudayaan di Indonesia. Pada masa ini pula, polemik tentang dasar negara, bahasa, Undang-Undang Dasar, dan persoalan kebudayaan nasional mulai terlhat. Sudah banyak usaha yang dilakukan untuk merumuskan apa itu kebudayaan Indonesia.Kekayaan Kebudayaan yang sedemikian hebat dari wilayah Indonesia, membuat para perumus tidak ingin menghilangkan kebudayan yang sudah lama hidup. Kekayaan kebudayaan yang telah tela h terkenal kebesarannya ke Tiongkok dan Eropa.Namun, usaha perumusan belum membuahkan hasil yang memuaskan.Masyarakat Indonesia telah teralihkan perhatiannya kepada kebudayaan yang dibawa oleh Amerika.(“http://www.denpasarkota.go.id ”).
Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesiamerdeka pada tahun 1945.Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional. Definisi kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni:
“Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan demikian Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang berbudaya.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Wujud, Arti dan Puncak-Puncak Kebudayaan Lama dan Asli bai Masyarakat Pendukukungnya, Semarang: P&K, 199”
Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah
“puncak-puncak dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional. Definisi yang diberikan oleh Koentjaranin grat dapat dilihat dari peryataannya: “yang khas dan bermutu dari suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan nasional”. Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak kebudayaan daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama.Nunus Supriadi, “Kebudayaan Daerah dan Kebudayaan Nasional”
Pernyataan yang tertera pada GBHN tersebut merupakan penjabaran dari UUD 1945 Pasal 32. Dewasa ini tokoh-tokoh kebudayaan Indonesia sedang mempersoalkan eksistensi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional terkait dihapuskannya tiga kalimat penjelasan pada pasal 32 dan munculnya ayat yang baru. Mereka mempersoalkan adanya kemungkinan perpecahan oleh kebudayaan
daerah jika batasan mengenai kebudayaan nasional tidak dijelaskan secara gamblang.
Sebelum di amandemen, UUD 1945 menggunakan dua istilah untuk mengidentifikasi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan bangsa, ialah kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagi puncak- puncak di daerah-daerah di seluruh Indonesia, sedangkan kebudayaan nasional sendiri dipahami sebagai kebudayaan angsa yang sudah berada pada posisi yang memiliki makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam kebudayaan nasional terdapat unsur pemersatu dari Banga Indonesia yang sudah sadar dan menglami persebaran secara nasional. Di dalamnya terdapat unsur kebudayaan bangsa dan unsur kebudayaan asing, serta unsur kreasi baru atau hasil invensi nasional.
Direktorat Sejarah dan Nilai Tradsional, Kongres Kebudayaan 1991: Kebudayaan Nasional Kini dan di Masa Depan.
Sudah saatnya kebudayaan Indonesia memiliki kesejajaran dengan budaya barat. Oleh karena itu, mulai disadari bahwa kebudayaan daerah di Indonesia memiliki keunggulan mulai dari pandangan tentang alam hingga pranata sosial. Dan masyarakat barat juga mulai menyadari kekurangan kebudayaan mereka sendiri, yang terlihat lewat gairah dan ketertarikan kepada
kebudayaan Timur sebagai penawar kegelisahan
mereka.(“http://www.denpasarkota.go.id”).
Mengenali dan mengembangkan kebudayaan Indonesia adalah tugas yang diemban oleh setiap warga negara Indonesia. Jangan tinggalkan kebudayaan Indonesia karena kekayaan menunggu untuk dikenali, dikembangkan, hingga akhirnya dapat hidup mencapai kebesarannya, yang dulu pernah dimiliki.(“http://www.denpasarkota.go.id”).
2 .1.2.2. Wujud Budaya Indonesia
Ada tiga wujud kebudayaan, yaitu meliputi sebagai berikut.
a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan lainnya.Wujud ini merupakan wujud ideal dari kebudayaan.Tempatnya ada di dalam kepala atau pikiran, atau bisa juga
tertuang dalam tulisan-tulisan. Istilah lain yang lebih tepat untuk menggambarkan wujud idealkebudayaan ini adalah adat atau ada t istiadat.
b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas dan tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.Wujud kebudayaan ini sering disebut juga sistem sosial atau social system, yakni tindakan berpola manusia itu sendiri.Sebagai rangkaian aktivitas manusia, sistem sosial atau wujud kebudayaan ini bersifat konkret atau nyata, terjadi setiap saat di sekitar kita, dapat diobservasi, dan dapat didokumentasikan.
c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.Wujud kebudayaan ini sering disebut juga dengan kebudayaan fisik.Oleh karena sifatnya benda fisik, wujud ini sangat konkret, dapat diraba, dilihat, dan difoto.Misalnya, komputer , bangunan, dan pakaian.
2 .1.2.3. Perkembangan Budaya Indonesia
Secara garis besar kebudayaan Indonesia dapat kita klasifikasikan dalam dua kelompok besar.Yaitu Kebudayaan Indonesia Klasik dan Kebudayaan Indonesia Modern. Para ahli kebudayaan telah mengkaji dengan sangat cermat akan kebudayaan klasik ini. Mereka memulai dengan pengkajian kebudayaan yang telah ditelurkan oleh kerajaan-kerajaan di Indonesia.Sebagai layaknya seorang pengkaji yang obyektif, mereka mengkaji dengan tanpa melihat dimensi- dimensi yang ada dalam kerajaan tersebut.Mereka mempelajari semua dimensi tanpa ada yang dikesampingkan.Adapun dimensi yang sering ada adalah seperti agama, tarian, nyanyian, wayang kulit, lukisan, patung, seni ukir, dan hasil cipta lainnya. (“Budaya Indonesia”)
Seorang pengamat memberikan argumennya tentang kebudayaan indonesia modern. Dia mengatakan bahwa kebudayaan Indonesia modern dimulai ketika bangsa Indonesia merdeka.Bentuk dari deklarasi ini menjadikan bangsa Indonesia tidak dalam kekangan dan tekanan.Dari sini bangsa Indonesia mampu menciptakan rasa dan karsa yang lebih sempurna.(“Budaya Indonesia”)
Kebudayaan Indonesia yang multikultur seperti itu, ketika dikaji dari sisi dimensi waktu, dapat dibagi pula pengertiannya :
a. Kebudayaan (Indonesia) adalah kebudayaan yang sudah terbentuk.Definisi ini mengarah kepada pengertian bahwa kebudayaan Indonesia adalah keseluruhan pengetahuan yang tersosialisasi/internalisasi dari generasi- generasi sebelumnya, yang kemudian digunakan oleh umumnya masyarakat Indonesia sebagai pedoman hidup. Jika dilacak, kebudayaan ini terdokumentasi dalam artefak/atau teks. Melihat kebudayaan dari sisi ini, kita akan mudah terjebak kepada dua hal. Pertama, apa yang sudah ada itu diterima sebagai sesuatu yang sudah baik bahkan paripurna. Ungkapan seperti kebudayaan Jawa adalah kebudayaan yang adiluhung, merupakan contoh terbaiknya. Di sini, apa yang disebut kebudayaan adalah dokumen text (Jawa termasuk sastra-sastra lisan) ya ng harus dijadikan pedoman kalau kita tidak ingin kehilangan ke -jawa-annya. Ungkapan: “ora Jawa” atau
“durung Jawa” adalah ungkapan untuk menilai laku (orang Jawa) yang sudah bergeser dari text tersebut.
b. Kedua, kebudayaan (Indonesia) adalah kebudayaan yang sedang membentuk. Pada definisi kedua ini menjelaskan adanya kesadaran bahwa sebetulnya, tidak pernah (baca: terlalu sedikit) ada masyarakat manapun di dunia ini yang tidak bersentuhan dengan kebudayaan dan peradaban lain, termasuk kebudayaan Indonesia atau kebudayaan Jawa. Hanya saja ada pertanyaan serius untuk memilih definisi kedua ini, yaitu bagaimana lalu kebudayaan kita berdiri tegak untuk mampu menyortir berbagai elemen kebudayaan asing yang cenderung capitalism yang notabene, dalam batas- batas tertentu, negative (baca: tidak cocok)? Pada saat yang sama, kebudayaan global yang kapitalistik itu, telah masuk ke berbagai relung- relung kehidupan masyarakat “tanpa” bisa dicegah. Kalau begitu, pertanyaannya ialah: membatasi, menolak, atau mengambil alih nilai-nilai positif yang ditawarkan. Persoalan seperti ini dulu sudah pernah menjadi perdebatan para ahli kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh Armen Pane dkk versus Sutan Takdir Alisyahbana (Lihat pada buku Polemik Kebudayaan), dan sampai sekarang pun sikap kita tidak jelas juntrungnya.
3. Ketiga, adalah kebudayaan (Indonesia) adalah kebudayaan yang direncanakan untuk dibentuk. Ini adalah definisi yang futuristic, yang perlu
hadir dan dihadirkan oleh warga bangsa yang menginginkan Indonesia ke depan harus lebih baik. Inilah yang seharusnya menjadi focus kajian serius bagi pemerhati Indonesia, wa bil khusus para mahasiswa dan dosen-dosen ilmu budaya.
Kondisi sosial budaya Indonesia saat ini adalah sebagai berikut :
a. Bahasa, sampai saat Indonesia masih konsisten dalam bahasa yaitu bahasa Indonesia. Sedangkan bahasa-bahasa daerah merupakan kekayaan plural yang dimiliki bangsa Indonesia sejak jaman nenek moyang kita. Bahasa asing (Inggris) belum terlihat popular dalam penggunaan sehari-hari, paling pa da saat seminar, atau kegiatan ceramah formal diselingi denga bahasa Inggris sekedar untuk menyampaikan kepada audien kalau penceramah mengerti akan bahasa Inggris.
b. Sistem teknologi, perkembangan yang sangat menyolok adalah teknologi informatika. Dengan perkembangan teknologi ini tidak ada lagi batas waktu dan negara pada saat ini, apapun kejadiannya di satu negara dapat langsung dilihat di negara lain melalui televisi, internet atau sarana lain dalam bidang informatika.
c. Sistem mata pencarian hidup/ekonomi. Kondisi pereko-nomian Indonesia saat ini masih dalam situasi krisis, yang diakibatkan oleh tidak kuatnya fundamental ekonomi pada era orde baru.Kemajuan perekonomian pada waktu itu hanya merupakan fatamorgana, karena adanya utang jangka pendek dari investor asing yang menopang perekonomian Indonesia.
d. Organisasi Sosial. Bermunculannya organisasi sosial yang berkedok pada agama (FPI, JI, MMI, Organisasi Aliran Islam/Mahdi), Etnis (FBR, Laskar Melayu) dan Ras.
e. Sistem Pengetahuan. Dengan adanya LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) diharapkan perkembangan pengetahuan Indonesia akan terus berkembang sejalan dengan era globalisasi.
f. Religi. Munculnya aliran-aliran lain dari satu agama yang menurut pandangan umum bertentangan dengan agama aslinya.Misalnya : aliran
Ahmadiyah, aliran yang berkembang di Sulawesi Tengah (Mahdi), NTB dan lain-lain.
g. Kesenian. Dominasi kesenian saat ini adalah seni suara dan seni akting (film, sinetron).Seni tari yang dulu hampir setia p hari dapat kita saksikan sekarang sudah mulai pudar, apalagi seni yang berbau kedaerahan.Kejayaan kembali wayang kulit pada tahun 1995 – 1996 yang dapat kita nikmati setiap malam minggu, sekarang sudah tidak ada lagi. Seni lawak model Srimulat sudah tergeser dengan model Extravagansa. Untuk kesenian nampaknya paling dinamis perkembangannya.
h. Sedang menghadapi suatu pergeseran-pergeseran atau \"Shirf \" budaya. Hal ini mungkin dapat difahami mengingat derasnya arus globalisasi yang membawa berbagai budaya baru serta ketidak mampuan kita dalam membendung serangan itu dan mempertahankan budaya dasar kita.
2.1.2.4. Topeng
Topeng adalah benda yang dipakai di atas wajah. Biasanya topeng dipakai untuk mengiringi musik kesenian daerah. Topeng di kesenian daerah umumnya untuk menghormati sesembahan atau memperjelas watak dalam mengiringi kesenian. Bentuk topeng bermacam-macam ada yang menggambarkan watak marah, ada yang menggambarkan lembut, dan adapula yang menggambarkan kebijaksanaan.(“http://id.wikipedia.org/wiki/Topeng”).
Topeng telah menjadi salah satu bentuk ekspresi paling tua yang pernah diciptakan peradaban manusia. Pada sebagian besar masyarakat dunia, topeng memegang peranan penting dalam berbagai sisi kehidupan yang menyimpan nilai- nilai magis dan suci. Ini karena peranan topeng yang besar sebagai simbol-simbol khusus dalam berbagai uparaca dan kegiatan adat yang luhur .
(“http://id.wikipedia.org/wiki/Topeng”).
Kehidupan masyarakat modern saat ini menempatkan topeng sebagai salah satu bentuk karya seni tinggi. Tidak hanya karena keindahan estetis yang dimilikinya, tetapi sisi misteri yang tersimpan pada raut wajah topeng tetap mampu memancarkan kekuatan magis yang sulit dijelaskan.
(“http://id.wikipedia.org/wiki/Topeng”).
A. Sejarah Topeng Dunia
Di seluruh dunia topeng digunakan untuk kekuasaan ekspresif mereka sebagai fitur kinerja bertopeng - baik ritual dan tradisi berbagai teater. Definisi ritual dan teater topeng penggunaan sering tumpang tindih. Citra Komedi disandingkan dan masker tragedi banyak digunakan untuk mewakili Seni Pertunjukan, dan secara khusus Drama.(“History Mask of The World ”).
Menurut sejarah keberadaan topeng sudah tua usianya, yaitu sejak jaman Paleo-litikum (± 30.000 tahun yang lalu). Di dinding gua Trois Freses di sebelah selatan Perancis terdapat lukisan manusia berpakaian kulit binatang dan memakai topeng sedang menari, menyanyi dan memainkan instrumen.
Selain itu di dinding gua-gua di Spanyol juga ditemukan lukisan-lukisan manusia bertopeng.(“History Mask of The World”).
Topeng adalah elemen akrab dan hidup dalam Masker rakyat banyak sekali umum di Meksiko pedesaan. Pada hari suci, sebuah desa petani mengenakan masker dan dilakukan dalam tarian dan parade dari pesta. Topeng terbuat dari kayu, tulang, kain, dan lilin dan mewakili harimau, kambing, keledai, kelelawar, kadal, rusa, burung, ular, kelinci, caimans, monyet, dan armadillo. Gambar-gambar ini kebinatangan itu biasanya sisa-sisa dari dewa pra-Hispanik. Kematian dan berbagai setan juga populer. Topeng lain didasarkan pada tulisan-citra Penaklukan: La Malinche, yang Swain Spanyol, Moor dan Kristen, budak hitam, orang tua, Perawan dari Guadalupe, koboi, dan setan. Masyarakat dan sejarah nilai- nilai diajarkan melalui tarian. Mereka juga merupakan hiburan yang diterima di keberadaan desa miskin. Para petani percaya bahwa identitas mereka berada di wajah mereka, ketika mereka mengenakan topeng, mereka menyembunyikan identitas mereka yang sebenarnya dan berubah. Mereka menjadi dewa dan memiliki kekuatan untuk mengubah dunia roh hewan brutal mereka tinggal menjadi satu yang subur dan memberi hidup. (“History Mask of The World”).
Dorongan datang dari luar negeri, Amerika Serikat dan Perancis.Pada tahun 1936, sebuah surat kabar New York menerbitkan debut The Phantom,
yang menampilkan strip main hakim sendiri besar pertama bertopeng dan berkostum komik, juga dikenal sebagai Roh Siapa Walks, hantu mengenakan jaket ungu ketat, batang bergaris -garis, dan masker hitam di atas matanya. Tidak seperti kebanyakan pahlawan bertopeng kemudian (misalnya batman) dia hampir selalu mengenakan topeng, bahkan ketika ia sedang santai di rumah guanya berbentuk tengkorak. Bahkan, dia biasanya muncul membuka tabir sebagai kedok ketika ia mencoba menyusup ke beberapa tempat persembunyian musuh dan tidak memberi tip mereka pergi bahwa ia adalah Phantom.(“History Mask of The World”).
Lain kisah petua langan populer di Mexico City tahun 1930-an adalah The Man in the Mask Besi oleh Alexander Dumas. Karakter judul Philippe, yang adalah kembar identik dari Louis XIV dari Perancis. Para raja memenjarakan saudaranya di istana dan menyiksa dia sampai akhir hari-hari dengan memiliki kepala terbungkus topeng yang mustahil untuk menghapus. Ketika cinta sejati Philippe menemukan dia di akhir, interior topeng yang berkarat dengan air matanya. topeng itu berarti sakit, dan itu tidak bisa diubah-yang hidup di Mexic o City. Setelah membaca buku ini, seorang pegulat muda bernama Rudy Guzmán memutuskan untuk model karakter bertopeng setelah The Man in the Iron Mask. Ia menjadi El Santo, El Enmascarado de Plata ("The Saint, The Man in the Mask Silver"), pegulat Meksiko paling terkenal sepanjang masa.(“History Mask of The World”).
Topeng ini biasanya merupakan bagian dari kostum yang menghiasi seluruh tubuh dan mewujudkan tradisi penting bagi agama dan kehidupan sosial masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu dalam masyarakat. Masker digunakan hampir universal dan mempertahankan kekuasaan mereka dan misteri yang baik untuk pemakai mereka dan popularitas audience.The lanjutan mereka memakai masker di karnaval, dan untuk anak-anak di pesta -pesta dan festival seperti Halloween adalah contoh yang baik. Saat ini biasanya topeng plastik diproduksi secara massal, sering dikaitkan dengan film-film populer, program TV atau karakter kartun - mereka, bagaimanapun, pengingat dari kekuatan abadi dari pretensi dan
bermain dan kekuatan dan daya tarik masker.(“History Mask of The World”).
B. Sejarah Topeng Indonesia
Di Indonesia topeng pada awalnya berfungsi sebagai alat untuk berhubungan dengan arwah nenek moyang, dapat dilihat pada upacara- upacara adat suku Batak(Sumatra Utara), masyarakat sekitar Tolage-Alfur (Sulawesi Tengah), dan juga pada upacara Tiwah pada suku Dayak di Kalimantan. Di Cirebon – Jawa Barat pertunjukan seni topeng juga tumbuh dari upacara magis untuk menghormati nenek moyang di dalam upacara Ngunjung,yaitu upacara menghormati arwah leluhur dengan pertunjukan topeng untuk memohon berkah dari buyut -buyut atau leluhur di makam mereka yang dikeramatkan. Akan tetapi, dengan masuknya agama Islam dan Kristen di Indonesia dan makin kuat pengaruhnya dalam masyarakat, maka kepercayaan itu menjadi tipis atau bahkan hilang sama sekali sehingga upacara pemanggilan roh tidak lagi diselenggarakan dan pertunjukan. (“
http://www.museumwayang.com/ “).
Di Indonesia, tepatnya di Gilimanuk, ditemukan pula penutup muka mayat berbentuk oval seperti daun. Benda ini diperkirakan berasal dari 1900 – 2100 tahun yang lalu. Penemuan lain seperti penemuan dalam penggalian di Pasir Angin, Bogor yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (sekitar tahun 1973), telah ditemukan tutup muka mayat yang terdiri dari alis, hidung serta penutup mulut. Selain itu di Makasar (1972) dan di Jawa Timur pernah ditemukan topeng penutup mayat yang utuh.
(“ http://www.museumwayang.com/ “).
Pada perkembangannya pertunjukan topeng banyak mengambil tema lakon dari ceritera Panji yang ditulis pada abad XIV sehingga secara perlahan sifat yang semula sakral berubah menjadi seni pertunjukan.
Topeng berdasarkan tradisi Jawa, pertunjukan topeng itu diciptakan pada tahun 1586 oleh Sunan Kalijaga, putra Bupati Tuban yang sangat gemar akan kesenian dan akhirnya menjadi salah seorang wali penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Topeng ini selanjutnya menyebar dan terus tumbuh
dan berkembang kesegenap daerah dengan ciri dan corak masing-masing yang berbeda satu dengan lainnya. (“ http://www.museumwayang.com/ “).
Topeng yang masih utuh ini memiliki nilai seni tersendiri, karena ia menggambarkan si mati dalam usaha penggambaran yang naturalis.
Meskipun penggambarannya tidak seperti potret, tetapi orang tahu bahwa yang digambarkan adalah ekspresi wajah orang yang mungkin sekali adalah orang yang meninggal.
Dugaan banyak orang tentang tope ng (tutup muka) dari emas pada jaman prasejarah tujuannya untuk mendapatkan kelanggengan. Meskipun tubuh lain hancur menjadi tanah, tetapi dengan topeng itu diharapkan wajahnya masih utuh sehingga roh si mayat masih tetap ada dan dapat dipanggil sewaktu-waktu diperlukan. Untuk mencapai ‘kelanggengan’ itu emas dianggap bahan yang paling cocok, karena tidak berubah sepanjang jaman meskipun di dalam tanah. Selain itu emas juga menunjukkan status sosial yang tinggi dari orang yang mati serta keluarganya.
C. Makna Topeng
Topeng Untuk Upacara Ritual
Topeng merupakanbenda yang akrab dengan kehidupan manusia dengan rentang waktu yang sangat panjang, yaitu sejak masa prasejarah hingga saat ini. Sifatnya pun universal, hampir di semua belahan dunia mengenal topeng.
Bahan topeng pun bermacam-macam, mulai dari logam (emas, perak, perunggu), kayu, kulit, tanah liat, bahkan batu. Lukisan warna -warni pada wajah seseorang menurut beberapa ahli juga dapat dikategorikan sebagai topeng. Artinya, topeng selalu dikaitkan dengan fungsi sebagai penutup wajah, dengan alasan yang berbeda -beda, mulai dari religi, sosiologis, hingga kesenian dan tontonan.(“http://arkeologijawa.com/”).
Pemakaian topeng dalam konteksnya sebagai ritual dalam berbagai upacara-upacara primodial di beberapa Suku Bangsa Indonesia mula-mula dimaksudkan untuk menyembunyikan identitas pemakainya, agar tidak dikenal oleh peserta upacara. Hal tersebut disebabkan pe makainya menjadi perantara antara dunia roh dengan manusia. Kehadiran roh nenek moyang dalam topeng
berarti pemulihan hubungan kedua dunia tersebut. Pada masa prasejarah, topeng berfungsi sakral dan digunakan sebagai sarana dalam pemujaan terhadap roh/arwah nenek moyang. Upacara ritual pada masa prasejarah berkaitan dengan topeng atau kedok adalah pemujaan, upacara kesuburan, dan upacara kematian atau penguburan. Bukti-bukti arkeologis tentang topeng atau kedok pada masa prasejarah antara lain berupa hiasan pada tempayan, kendi, nekara, kapak perunggu, kalamba, dan lukisan pada dinding gua (batu cadas). Kesemuan penggambaran topeng tersebut erat kaitannya dengan pemujaan terhadap roh nenek moyang. Sebagai bekal kubur, topeng selain sebagai simbol perubahan identitas dari manusia biasa menjadi roh yang dipuja, juga sebagai lambang keabadian sehingga dipercaya tetap hidup bersama masyarakat yang ditinggalkan.
Gambar 2.1.Ritual Tiwah Sumber : Tari Topeng Indonesia
Oleh karena itu, sosok yang dikubur dengan dibekali topeng apalagi dari emas, tentu saja merupakan tokoh yang sangat terpandang dan berpengaruh, bahkan mungkin seorang pemimpin suku atau kelompok.
(“http://arkeologijawa.com/”).
Selanjutnya bukti arkeologis pada masa pengaruh Hindu-Buddha, topeng disebutkan dalam prasasti dan diwujudkan dalam relief, kala pada gerbang candi, dan topeng dari emas, kayu, kulit binatang, tanah liat, dan batu. Pada masa Hindu- Buddha ini fungsi topeng lebih beragam tidak semata difungsikan sakral sebagai
bagian dari upacara ritual saja, namun lambat laun difungsikan dalam seni pertunjukan sebagai tontonan yang bersifat sekular. Meskipun demikian ciri-ciri ritualnya tidak seluruhnya hilang. Perkembangan tersebut terus berlangsung sampai pada masa tumbuhnya kerajaan Islam. Topeng tetap berkembang baik dari teknologinya maupun fungsinya. Pada masa awal tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam, topeng juga digunakan sebagai sarana ritual utamanya berkait dengan cer ita-cerita Topeng Panji. Selain fungsi sebagai tontonan dan tuntunan yang lebih bersifat sekular berkembang pesat.(“http://arkeologijawa.com/”).
Selama manusia masih berkarya, berkarsa, dan mencipta, topeng tidak akan pernah berhenti berkembang. Topeng identik dengan watak dan karakter manusia, sebab pada dasarnya topeng adalah manusia itu sendiri. Dalam topeng tersimpan berbagai watak manusia, baik buruk, dan warna warni wajah yang terpancar sebagai luapan emosi manusia. Karenanya perkembangan topeng, pada dasarnya tidak akan mati ditelan ruang dan waktu. Topeng merupakan misteri dan keunikan yang bertahan dan kekal. Meskipun terjadi pergeseran fungsi dari sakral menjadi sekular dan kembali ke sakral, begitu seterusnya namun secara tegas batas itu tidak dapat ditentukan. Pada saat sekarang inipun perkembangan topeng terus berlangsung baik dari segi teknik pembuatan, fungsi, maupun kreativitas seniman. Perkembangan fungsi topeng dewasa ini pun pada suku-suku etnis di negeri tercinta ini, ada yang masih kental juga dengan ritual dan kemagisan.
Dalam teknik pembuatan pun, topeng memerlukan rangkaian ritual yang tidak dapat dilakukan pada sembarang orang dan sembarang waktu.(“http://arkeologijawa.com/”).
Kreativitas para seniman pun tidak pernah berhenti dalam mengembangkan teknologi dan fungsi topeng. Di luar tujuan ritual, topeng berkembang menjadi sangat pesat berkait dengan pertunjukan dan tontonan. Dari tarian dengan iringan musik baik tradisional maupun modern, pertunjukan kreasi baru, film, sampai pada mainan topeng dikreasi sedemikian rupa. Masih terlalu banyak kreasi yang dapat dikembangkan berkaitan dengan topeng yang pada dasarnya menutupi identitas sebenarnya pemakai topeng. Namun, fungsinya yang menutupi identitas pemakai, topeng dapat disalahgunakan dalam kejahatan.
Karenanya buka dulu topengmu untuk menampilkan siapa diri sebenarnya, itulah makna topeng sebagai alat penutup. (“http://arkeologijawa.com/”).
Topeng Untuk Seni Pertunjukan
Menurut Robby Hidajat, seni pertunjukan Topeng pada mulanya dilahirkan dari aktivitas Ritual, yaitu pemujaah terhadap roh-roh nenek moyang.
Kepercayaan animistik tersebut meyakini bahwa roh-roh orang yang telah meninggal dunia tidak meninggalkan lingkungan di mana manusia itu hidup.Maka untuk menciptakan ketenangan dan ke damaian roh-roh tersebut di alamnya, maka diciptakan bentuk-bentuk media yang dapat melakukan menjadi sarana komunikasi.Harapan bagi mereka yang masih hidup, yaitu roh-toh orang yang telah meninggal tidak mengganggu, dan atau menderita.Karena roh tersebut tidak memiliki media untuk tinggal (seperti raga yang disebut sebagai rumah roh).Maka harapan dari komunitas yang memuja roh adalah bertujuan untuk memberikan tempat tinggal sementara, sebelum roh-roh tersebut di sempurnakan melalui tahapan tertentu. (“Budaya”)
Aspek pendidikan yang dapat diangkat dari fenomena tersebut adalah sebuah pengormatan bagi leluhur, mereka pada waktu hidup telah memberikan perbuaran baik.Maka sudah sepatutnya bagi mereka yang telah meninggal masih dibutuhkan cara-cara tertentu untuk mendapatkan balasan atas perbuatan baiknya (amalan atau dharma).Maka semua tindakan untuk membeirkan rumah roh berupa topeng, terutama topeng-topeng yang digunakan sebagai pertunjukan pada intinya adalah menghidupkan secara imajiner, dan mengabarkan berbagai perbuatan baik pada orang-orang yang tidak mengenal sebelumnya. Usaha-usaha mengabarkan perbuatan baik bagi para leluhur adalah sebuah proses menghadiran, roh di hadirkan untuk menceritakan berbagai peristiwa semasa hidup.
Gambar 2.2. Pertunjukan Seni Tari Topeng Sumber : Festival Topeng Nusantara 2010
Untuk itu berbagai bentuk seni pertunjukan yang menghadirkan topeng di atas panggung terdapat unsur pawang/dukun/saman yang para perkembangan berikutnya di sebut dengan “dalang”.Sehingga salah satu pengertian dalang adalah
“pengudal piwulang” (orang yang menyiarkan ajaran). Ajaran yang dimaksud adalah, berbagai pengetahuan dan berbagai pengalaman yang pernah dialami oleh mereka yang telah meninggal dunia, dalam alam roh mereka dianggap masih dapat melakukan sesuatu yang dapat memberikan bimbingan, menjaga, dan memberikan perlindungan bagi komunitas tertentu.
Topeng Sebagai Karya Seni
Menurut Dewi Puspa, sejak zaman Primitif topeng telah digunakan sebagai satu piranti ritual. Khusus di Indonesia Topeng ditengarai sudah digunakan sejak abad 16. Meski hanya sebagai pelengkap upacara keagamaan, topeng tidak pernah ditanggalkan tapi justru sangat disakralkan.
Ada beberapa wilayah di dunia ini yang dalam sejarahnya menjadikan topeng sebagai simbol religius dan berkembang dalam bentuk budaya dan berkesenian. Salah satunya adalah Indonesia. Di nusantara topeng juga tersebar penggunaannya dibeberapa daerah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan hingga Papua. (“ metrotvnews”).
Mulai dari ibukota Jakarta. Betawi nyatanya juga memiliki cerita tentang topeng. Melihat letaknya yang berdekatan dengan Jawa Barat membuat topeng betawi lebih lekat dengan dunia Pasundan. (“ metrotvnews”).
Tapi tak bisa dipungkiri, asimilasi datangnya bangsa Cina dan Eropa ke Batavia juga kuat mempengaruhi perkembangan dunia seni betawi termasuk topeng. Topeng betawi biasanya digunakan sebagai pelengkapan tari topeng seperti tari ” topeng blantek”. Warna yang kuat terpatri biasanya merah, kuning, dan hitam. Karakternya bermata sipit dan cenderung berwajah feminim.
Sayangnya wabah modernisasi telah menyudutkan keberadaan pembuat-pembuat topeng betawi. Kini sulit sekali menemukan pembuat topeng khusus topeng betawi. (“ metrotvnews”).
Untuk perwakilan Jawa barat coba kita tengok kota pelabuhan Cirebon.
Selepas Mataram berkuasa dan Islam mulai merajai wilayah Jawa termasuk Cirebon, saat itu tarian topeng cirebon sangat populer di masyarakat. Sunan Gunung Jati-lah yang kemudian berinisiatif menggunakan topeng sebagai media pendekatan kepada masyarakat. Alasannya karena tari topeng mudah diterima khalayak juga memiliki alur cerita mulai dari karakter topeng hingga tarian yang dibawakan. Itu sebabnya karakter -karakter yang tergurat pada topeng Cirebon lebih merupaka n karakter cerminan sifat dan sikap manusia. Ada yang bathil maupun yang sholeh. (“ metrotvnews”).
Dengan alasan ini pula padukuhan kasultanan Cirebon kemudian melegitimasikan tarian topeng sebagai satu tarian resmi dalam literature kesenian keraton Cirebon. Topeng Cirebonpun menjadi identitas daerah sebagai satu asset leluhur. (“ metrotvnews”).
Pada dasarnya keraton Cirebon mencoba menghidupkan kembali filosofi tari Topeng Cirebon yang berpatokan pada kisah Raden Panji maupun lakon Tumenggung Kelana. Apalagi keberadaan sanggar kerajinan maupun sanggar tari topeng di Cirebon dari waktu ke waktu terus menurun jumlahnya bahkan nyaris punah.Regenerasi menjadi satu terobosan untuk menjaga eksistensi tari topeng Cirebon diwilayah keraton. Keraton Cirebon bahkan me mbuka pintu seluas- luasnya untuk warganya yang ingin terlibat menjaga dan melestarikan kesenian tua ini. Terobosan kaum elite kasultanan ini setidaknya sampai hari ini, mampu menjaga aset kejayaan leluhurnya.(“ metrotvnews”).
Topeng-topeng tradisional yang memiliki karakter kuat dalam bersenian dan sarat pedoman hidup juga bisa ditemui di karisidenan Solo, Surakarta. Salah
satu pembuatnya adalah Bambang Suwarno yang menekuni dunia seni dalang tari topeng hingga pembuatan topeng dalam kesehariannya.(“ metrotvnews”).
Secara kasat mata ciri khas topeng Solo banyak memiliki ornamen yang padat dalam warna -warna yang menonjol. Inilah ciri topeng Surakarta yang berani tampil lebih terbuka demi mengenalkan tokoh-tokoh yang menjadi patron antero pewayangan.
Selain Solo ada juga Yogyakarta. Kota Pelajar yang menyimpan gelora seni bisa ditemukan di desa bobung wilayah gunung Kidul. Kini karena kesadarannya masyarakatnya desa bobung-pun menjadi sentra pembuatan topeng kayu.Sadar topeng bukan sekedar sebuah pelengkap ta rian. Disekitar tahun 70-an seorang cucu penari topeng, Slamet Riyadi kemudian mengeksplorasi topeng sebagai benda seni yang memiliki nilai tinggi. Kini hampir 90 persen warga bobung menjadikan topeng sebagai identitas lokal sekaligus peluang usaha mereka. Topeng buatan warga bobung sengaja dibuat untuk kepentingan estetika yang lebih luas, termasuk untuk souvenir dan pajangan, tidak heran melalui topeng desa ini sudah terkenal hingga mancanegara.
Gambar 2.3.Topeng sebagai Karya Seni Sumber : Festival Topeng Nusantara
Namun untuk mempertahankan akarnya, tari topeng juga menjadi pelajaran wajib yang perlu diketahui anak cucu warga desa nan subur ini. Topeng yang semula sangat sederhana dengan warna cerah merah, kuning, biru, hijau dan karakter punakawan kini semakin sarat warna dengan torehan batik yang menjadi ciri topeng keluaran desa bobung.
Keluar dari Jawa, masih ada Kalimantan dan Papua. Disini topeng masih berunsur sakral sebagai pelengkap ritual dan elemen alat perang. Pengembangan topeng khas daerah timur, didunia modern cenderung lambat. Sayang sekali aset seni ini harus pudar karena kurangnya perhatian kita sebagai pelestarinya. Padahal motif-motif topeng buatan warga Indonesia tengah maupun timur ini sangat kaya makna meski dalam tampilan yang sederhana. Kini jangankan mencari pembuatnya, mengoleksi sisa-sisa kejayaan topeng di zaman dulu juga sangat sulit didapat.
D. Jenis - Jenis Topeng Indonesia
Topeng turut dapat dikelasifikasikan kepada kesenian daerah. Pada zamandahulu topeng kesenian daerah umumnya digunakan untuk menghormati persembahanatau memperjelaskanwatak dalam mengiringi kesenian.Menurut aspek keseniandaerah ini, terdapat beberapa jenis topeng. Antaranya ialah Topeng Jawa, Topeng Bali, Topeng Dayak, dan Topeng-topeng provinsi lainnya
• Topeng Jawa
Cerita klasik Ramayana yang berkembang sejak ratusan tahun lalu menjadi inspirasi utama dalam penciptaan topeng di Jawa. Topeng-topeng di Jawa dibuat untuk pementasan sendra -tari yang menceritakan kisah-kisah klasik tersebut.
Salah satu tokoh dari cerita Ramayana adalah Rama dan Sinta.Rama adalah seorang suami yang berjuang mati-matian untuk menyelamatkan Sinta dari Rahwana.Sementara Sinta adalah istri setia yang berjuang melawan godaan Rahwana untuk menjaga kesucian cintanya.
• Topeng Malang
Topeng Malang adalah sebuah kesenian kuno yang usianya lebih tua dari keberadaan Kota Apel ini. Itulah sebabnya, kesenian ini tak dapat dipisahkan dari perjalanan sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa Timur. Dalam catatan sejarah,
topeng telah dikenal semenjak zaman kerajaan tertua di Jatim yaitu Kerajaan Gajayana (760 Masehi) yang berlokasi di sekitar kota Malang.
Kota Malang pada awalnya memiliki cukup banyak pengrajin Topeng Malang, tetapi karena semakin lama kalah bersaing dengan budaya lain menyebabkan sebagian besar pengrajin tersebut tidak meneruskan usahanya.
Salah satu pengrajin Topeng Malang yang masih tetap meneruskan budaya tersebut adalah Bapak Handoyo yang memiliki sanggar kesenian Asmoro Bangun.
Sanggar Asmoro Bangun terletak di Dusun Kedungmonggo, Kecamatan Pakisaji.
Bapak Handoyo meneruskan sanggar tersebut dari kakeknya, Mbah Karimun (Alm) sesepuh kesenian tari topeng khas Malang yang pernah mendapat penghargaan langsung dari mantan presiden Soeharto sebagai seniman pelestari kesenian tradisional. Sanggar tersebut membuat Topeng Malang dan juga pentas tari tentang cerita rakyat khususnya dari wilayah Malang. Keberadaan kesenian tari topeng di dusun ini sekarang masih terbilang cukup mampu bertahan jika dibandingkan dengan komunitas lain yang juga berada di wilayah gunung Kawi dan wilayah kabupaten Malang lainnya, yang letaknya lebih ke arah atas gunung Kawi. Hal ini didukung oleh letak geografis kawasan Kedungmonggo yang relatif mudah dijangkau oleh konsumen kesenian tari topeng ka rena jaraknya dari jalan raya Malang-Kepanjen hanya berkisar 500 meter ke arah barat.
Seiring berjalannya waktu dan ketertatihan eksistensi budaya tradisional, kesenian ini perlahan-lahan hilang dan berangsur-angsur tergusur oleh arus budaya modern. Faktor generasi penerus menjadi faktor utama untuk melestarikan kesenian khas Malang ini, menegaskan keeksisan tari topeng Malang lambat laun mendekati kepunahan. Untuk mengembangkan dan tetap melestarikan salah satu
“aset” daerah yang masih dikerjakan secara tradisional tersebut banyak mengalami kendala apalagi jika tidak ada campur tangan dari pemerintah.
Gambar 2.4. Dewi Sekartaji Gambar 2.5. Klana Imam Takiyur Sumber : Setia Darma.org Sumber : Setia Darma.org
• Topeng Madura
Regenerasi dalam berkesenian untuk mempertahankan tradisi sering kali terbentur dengan pengaruh zaman yang mendialektikakan cara berpikir dan berbuat antargenerasi. Uning-uningan Harmonisasi Hidup Batak Toba menjadi kesenian istana. Di dalam lingkungan istana, ragam hias topeng yang sebelumnya sederhana dimodifikasi kembali semakin diperhalus dan diperindah bentuk topengnya, seni karawitannya, seni pedalangan sekaligus pementasannya. Karena itu, masa tersebut merupakan masa berkembang suburnya keseni an dan sastra Madura. Setelah kerajaan-kerajaan mulai hilang dari bumi Madura sekitar akhir abad ke-19, kesenian topeng dalang sempat ikut tenggelam pula. Hal itu disebabkan kendala waktu peralihan kembali dari istana ke daerah pinggiran.
Namun di abad ke -20 topeng dalang kembali menjadi kesenian rakyat yang mencapai puncak kesuburannya hingga 1960. Kenyataan itu dapat dilihat dari kian maraknya grup kesenian, banyaknya dalang, dan kian bertambahnya orang yang jadi perajin topeng di berbagai pelosok. Pada 1970-a n topeng dalang kembali bangkit. Secara bentuk, topeng yang dikembangkan di Madura umumnya lebih kecil bentuknya daripada topeng yang ada di Jawa, Sunda, dan Bali. Ada dua jenis bentuk topeng yang digunakan di Madura, satu berukuran seluas telapak tangan dan satu lebih besar. (Suara Madura)
Bentuk itu dimaksudkan untuk bisa menutupi seluruh wajah penari kecuali dagu karena gerak dagu para penari topeng dalang dapat memberikan nilai estetik tersendiri. Kecuali Semar, Pitruk, dan Garing, hampir semua topeng diukir pada bagian kepala dengan berbagai ragam hias. Para penari topeng dalang Madura sepatah pun tak boleh berdialog kecuali tokoh Semar, Pitruk, dan Garing.
Yang berperan penuh dalam alur cerita, baik dalam dialog ataupun perubahan lanskap dan waktu adalah sang dalang yang biasanya berada di balik layar. Sesuai dengan sejarah, setelah runtuhnya kerajaan Majapahit dan mulai masuknya Islam ke tanah Jawa, topeng dalang Madura mengalami perubahan haluan secara akar nilainya. Jika dulu nilai yang terkandung dalam topeng dalang adalah animisme dan Hinduisme, selanjutnya diubah bagaimana dapat mengandung nilai-nilai Islam. Itu tidak lain merupakan buah usaha dari para wali songo dalam menjadikan adat dan tradisi sebagai media dakwah Islam mereka. Perubahan itu sangat tampak, misalnya dalam penceritaan. Ceri ta dalam epik Ramayana dan Mahabarata, demikian pula dalam lakon Panji dan Damar Wulan, telah dimodifi kasi sedemi kian rupa. (Suara Madura).
Gambar 2.6.Dewi Arambiri Gambar 2.7. Dewi Subadra Sumber : Setia Darma.org Sumber : Setia Darma.org
Tokoh-tokoh dan alur cerita tetap sama, tapi isi dan muatan filosofinya diubah menjadi cerita yang bernuansa dan bernapaskan nilai-nilai Islam. Masih
banyak lagi konversikonversi lainnya , baik dari segi regulasi pementasan, unsur tari, karawitan, maupun dalam unsurunsur lainnya yang diciptakan para wali songo. Mereka telah menyumbang banyak kekayaan dalam khazanah kesenian, yang paling tampak ialah usahanya mengawinkan tradisi animisme, Hinduisme, dengan Islam.(Suara Madura).
• Topeng Cirebon
Dalam percakapan sehari-hari, sebutan topeng (kedok=dialek Cirebon) bisa menunjukkan bermacam-macam makna sesuai dengan kata yang menyertai di belakangnya. Pertama, menunjukkan arti sebagai sebuah pertunjukan taritarian yang penarinya mengenakan kedok dan sobrah (Jawa: tekes) serta tari-tariannya berlatar belakang cerita Panji. Perkataan: "ana topeng ping kana!" misalnya, berarti di suatu tempat ada pertunjukan topeng. Di Cirebon banyak tari-taria n yang mengenakan kedok namun tidak biasa disebut topeng karena masing-masing telah mempunyai sebutan sendiri, misalnya Wayang Wong kedok, Berokan dan lain-lain. Kedua, menunjukkan arti sebagai profesi seseorang yaitu penari.
Misalnya sebutan topeng Giwang, topeng Semut, Topeng Wentar, topeng Sujana, topeng Temblag, topeng Sawitri dan lain-lain. Penari topeng itu sendiri disebut dalang topeng dan jika topeng itu membawakan cerita, orang yang memimpin jalannya cerita itu disebut dalang pematang. Ketiga, menunjukkan tempat daerah asal topeng itu berada. Misalnya sebutan topeng Palimanan, topeng Kalianyar, topeng Losari, topeng Slangit dan lain-lain, adalah topeng yang berada di daerah tersebut.(“www.gamelancirebon.org”).
Dalam kehidupan tradisional masyarakat Cirebon, kesenian topeng biasanya erat kaitannya dengan kesenian wayang (kulit). Di setiap perayaan, perkawinan, khitanan, memitu (mitoni), puput puser, gusaran dan khaul/kaulan dan sebagainya, pertunjukan topeng selalu berdampingan dengan pertunjukan wayang. Siang hari topeng dan malam harinya pertunjukan wayang. Kaitan antara topeng dan wayang memiliki alasan tradisi, bahwa setiap orang yang ingin menjadi dalang wayang yang baik harus juga harus menguasai tarian topeng agar dalam memainkan/menarikan wayang wayangnya terlihat mantap. Oleh karena itu tidaklah heran jika dahulu banyak dalang topeng yang sekaligus juga dalang