• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah (Studi Evaluatif Pascadiklat di LPMP Provinsi Maluku Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah (Studi Evaluatif Pascadiklat di LPMP Provinsi Maluku Utara)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

164

* Suriadi Adjadan, LPMP Provinsi Maluku Utara Jl. Raya Rum Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan Hp 081244562844, Email: [email protected]

Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah (Studi Evaluatif Pascadiklat di LPMP Provinsi Maluku Utara)

Suriadi Ajadan*

Abstract: This study aims to evaluate education and training programs LPMP Prospec- tive Principal in North Maluku. This study used a descriptive evaluative method CIPPO evaluation model developed by Stufflebeam and his colleagues and refined by Gilbert Sax.

Data were collected with instrument interview, observation and document study. The re- sults showed that the implementation of management education and training prospective principals in 2012 at the Institute for Education Quality Assurance North Maluku province has been run effectively in accordance with established procedures so that the evaluation criteria can be met. Fulfillment of the evaluation criteria as stated in Permendiknas number 13 in 2007, is the achievement of the goal of mastery of the five dimensions of competence (personality, managerial, entrepreneurial, supervision, and social).

Keywords: program evaluation, education and training, prospective principals, CIPPO models

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi program pendidikan dan pelatihan (diklat) Calon Kepala Sekolah di LPMP Maluku Utara. Penelitian ini menggunakan metode evaluatif deskriptif dengan model evaluasi CIPPO yang dikembangkan Stufflebeam, dkk.

dan disempurnakan oleh Gilbert Sax. Data dikumpulkan dengan instrumen wawancara, observasi dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen pelaksa- naan pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah tahun 2012 di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Maluku Utara telah berjalan secara efektif sesuai dengan prose- dur yang telah ditetapkan sehingga kriteria dalam evaluasi dapat terpenuhi. Terpenuhinya kriteria evaluasi tersebut sebagaimana tercantum dalam Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007, adalah ketercapaian tujuan yaitu penguasaan terhadap lima dimensi kompetensi (kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial).

Kata kunci: evaluasi program, pendidikan dan pelatihan, calon kepala sekolah, model CIPPO

PENDAHULUAN

Kepala sekolah/madrasah sebagai sumber daya manusia pada bidang pendidikan memiliki peran strategis dalam peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan. Kepala sekolah/madrasah juga memiliki peran penting dalam upaya membentuk insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif melalui kesungguhan dan kreativitasnya dalam mengelola sekolah yang menjadi tanggung jawabnya. Sebagai konsekuensinya, kepala sekolah/madrasah harus

merupakan orang-orang yang terpilih dari sisi kualifikasi maupun kompetensinya sebagaimana yang dimaksud dalam Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007.

Memenuhi kualifikasi dan kompetensi sebagaimana dalam Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007, selama ini telah banyak dikembangkan pola seleksi calon kepala sekolah/madrasah oleh berbagai pihak, seperti LPMP, Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Kantor Wilayah Kementerian Agama, Kantor Kementerian Agama

3_suryadi.indd 164 22/11/2015 22:27:31

(2)

165

Suriadi Ajadan, Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala ...

Kabupaten/Kota, dan Badan Kepegawaian Daerah.

Namun permasalahannya adalah, semua proses yang dilaksanakan itu sangat beragam, baik dari segi kriteria maupun tahapan pelaksanaannya. Tidak ada benang merah yang dapat menunjukkan kesamaan kriteria, keseragaman prosedur, dan kesetaraan hasil antara satu daerah dengan daerah lain.

Tahapan pendidikan dan pelatihan dalam pola seleksi calon kepala sekolah merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan sumber daya manusia. Pendidikan dan pelatihan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan bagi para kepala sekolah dan calon kepala sekolah serta meningkatkan keterampilan dan keahlian mereka. Pola dan tahapan pelaksanaan seleksi calon kepala sekolah sebagaimana tercantum dalam Permendiknas No. 28 Tahun 2010, kemudian dijabarkan lagi dalam juklak/juknis secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut: Seleksi Akademik terdiri dari Rekomendasi Kepala Sekolah/Madrasah dan Pengawas, Penilaian Kinerja (DP3 bagi PNS biasa), Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) dan penulisan Makalah Kepemimpinan (MK).

Penilaian Potensi Kepemimpinan (PPK) atau Leadership Potential Assessment (LPA) adalah penilaian kesiapan kepemimpinan sekolah terhadap calon kepala sekolah/madrasah. PPK mencakup sejumlah bahan dalam bentuk data, informasi dan permasalahan yang terjadi di sekolah/madrasah.

Makalah kepemimpinan ditulis oleh calon kepala sekolah/ madrasah pada saat melaksanakan seleksi akademik. Hal ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan gambaran tingkat pemahaman calon kepala sekolah/madrasah terhadap kepemimpinan sekolah dan visi.

Makalah kepemimpinan dengan nilai minimal memuaskan memiliki peluang untuk lolos dari seleksi akademik. Seluruh rangkaian proses yang dijelaskan di atas merupakan satu paket seleksi calon kepala sekolah, bekerja sama antara dinas pendidikan kabupaten/kota, kantor kementerian agama kabupaten/kota sebagai pelaksana perekrutan (seleksi akademik) dengan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) sebagai penyelenggara diklat.

Guna melihat apakah suatu program berhasil atau tidak, dapat dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program dimaksud. Dalam melakukan evaluasi kecocokan antara model evaluasi yang

digunakan dengan program yang dievaluasi sangatlah penting. Fitzpatrick dan Sander (2004: 5) evaluasi adalah mencari sesuatu yang berharga. Sesuatu yang berharga dimaksud dapat berupa informasi tentang suatu program, produksi serta alternatif prosedur tertentu. Wirawan (2011: 7) mengatakan evaluasi adalah riset untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan informasi yang bermanfaat mengenai objek evaluasi, menilainya dan membandingkan dengan indikator evaluasi dan hasilnya dipergunakan untuk mengambil keputusan mengenai objek evaluasi. Sedang menurut Haryati (2010: 15) evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak berharga, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya.

Sementara evaluasi menurut Arikunto (2010: 37) adalah sebuah kegiatan pengumpulan data atau informasi, untuk dibandingkan dengan kriteria, kemudian diambil suatu kesimpulan.

Selanjutnya evaluasi program (Sutikno, 2011: 2) merupakan proses deskripsi, pengumpulan data dan penyampaian informasi kepada pengambil keputusan yang akan dipakai untuk pertimbangan apakah program perlu diperbaiki, dihentikan atau diteruskan.

Evaluasi program menurut Sudjana (2006: 21) adalah kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menyajikan data sebagai masukan untuk pengambilan keputusan. Tentang pendidikan, Siagian (1994: 2) mengartikan sebagai keseluruhan proses, teknik dan metode pembelajaran dalam rangka mengalihkan suatu pengetahuan dari orang kepada orang lain sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Russell menyatakan bahwa pelatihan adalah sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja karyawan pada pekerjaan yang ditangani sekarang, atau sesuatu hal yang terkait dengan pekerjaan saat ini.

Kemudian Agustinus (2013) mengatakan bahwa pelatihan adalah upaya untuk memberikan ketrampilan (skill) yang baru, sedangkan pendidikan lebih menekankan pada pemberian pengetahuan yang harus diketahui seseorang, baik pengetahuan yang baru atau pengayaan perbendaharaan pengetahuan dan wawasan yang sudah ada. Dalam hubungannya dengan progarm pendidikan dan pelatihan, Purwanto dan Suparman (1999: 9) mendefenisikan bahwa evaluasi program diklat adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan informasi yang

(3)

166

valid dan reliable untuk membuat keputusan tentang program pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah/madrasah adalah suatu tahapan dalam proses penyiapan calon kepala sekolah/madrasah melalui pemberian pengalaman pembelajaran teoretik maupun praktik tentang kompetensi kepala sekolah/madrasah yang diakhiri dengan penilaian sesuai standar nasional (Permendiknas 28/2010).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah di LPMP Maluku Utara. Hal ini untuk perbaikan dan penyempurnaan program pelatihan. Hasil temuan penelitian evaluasi ini diharapkan dapat dijadikan data bagi pihak pengambil keputusan terhadap efektivitas tujuan program.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode evaluatif deskriptif. Model evaluasi yang digunakan adalah model CIPPO (context, input, process, product, dan outcomes) yang dikembangkan oleh Stufflebeam dan kawan-kawan kemudian disempurnakan oleh ahli evaluasi dari University of Washington Gilbert Sax tahun 1980 dengan satu komponen O singkatan outcomes sehingga menjadi model CIPPO.

Model evaluasi CIPPO ini merupakan pendekatan dalam melakukan evaluasi program yang menitikberatkan pada efektivitas program pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah. Evaluasi program dengan pendekatan CIPPO ini dipilih karena memiliki kemampuan mengukur dan menilai proses seleksi calon kepala sekolah dimulai dari awal sampai akhir yaitu seleksi akademik (rekrutmen), pendidikan dan pelatihan, pemanfaatan output dan dampaknya (outcomes).

Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Maluku Utara sebagai penyelenggara pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah tahun 2012. Waktu penelitian dimulai dari keluarnya izin penelitian sampai selesai (16 Juni s/d 4 Juli 2014). Instrumen yang digunakan adalah wawancara, observasi dan studi dokumen. Aspek yang dievaluasi, yaitu: (1) context, meliputi: identifikasi kebutuhan calon kepala sekolah, analisis terhadap kompetensi calon kepala sekolah;

(2) input, meliputi: rekrutmen awal, perencanaan manajemen diklat, karakteristik widyaiswara atau

assesor, dan penyediaan sarana prasarana pendidikan dan pelatihan; (3) process, meliputi: kegiatan diklat, penanggung jawab diklat, jadwal, pemanfaatan sarana dan prasarana, pencapaian keberhasilan; (4) product, meliputi: prosedur dan metode diklat, materi dan bahan ajar, alokasi waktu, kompetensi peserta setelah mengikuti diklat; dan (5) outcomes, meliputi:

dampak kinerja lulusan pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan untuk memberikan keyakinan terhadap data dan informasi yang diperoleh.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Hasil yang diperolah dari evaluasi program pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah yang diselenggarakan di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Propinsi Maluku Utara dengan menggunakan model CIPPO, maka hasil evaluasi yang dipaparkan meliputi deskripsi context, input, process, product, dan outcomes.

Komponen konteks, meliputi evaluasi latar belakang dan dasar hukum program diklat calon kepala sekolah, tujuan penyelenggaraan program diklat, dan tahapan pelaksanaan program diklat.

Pertama, berdasarkan hasil analisis dokumen pada Dinas Pendidikan Kota Tidore Kepulauan, bahwa telah dilakukan analisis kebutuhan kepala sekolah 2 tahun ke depan. Berdasarkan hasil wawancara dan analisis dokumen dapat disimpulkan bahwa jumlah sekolah secara keseluruhan, baik swasta maupun negeri sebanyak 216 sekolah. Dengan demikian, kebutuhan kepala sekolah untuk 2 tahun ke depan masih dibutuhkan sebanyak 182 untuk semua jenjang pendidikan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Kedua, hasil studi dokumen, bahwa pelaksanaan program diklat calon kepala sekolah diselenggarakan telah sesuai dan berdasarkan Permendiknas 13/2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Kepala Sekolah, dan Permendiknas 28/2010 Tentang Guru Yang Diberi Tugas Tambahan sebagai Kepala Sekolah. Namun demikian, masih perlu sosialisasi tentang regulasi dan peraturan berhubungan dengan diklat calon kepala sekolah. Juga diperkuat oleh hasil wawancara yang diperoleh dari siswa, guru sejawat, kepala sekolah, pengawas sekolah, sebagian besar menyampaikan setuju dengan adanya pendidikan dan

3_suryadi.indd 166 10/11/2015 23:15:48

(4)

167

Suriadi Ajadan, Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala ...

pelatihan calon kepala sekolah yang diprogramkan oleh pemerintah.

Tabel 1. Daftar analisis kebutuhan kepala sekolah 2 tahun yang akan datang Kota Tidore Kepulauan tahun 2012

Ketiga, berdasarkan analisis dokumen penyelenggara, proses pelaksanaan diklat telah sesuai tahapan dalam juklak dan juknis yang meliputi 3 tahap dengan model “in-service learning 1 yaitu pembelajaran melalui kegiatan tatap muka, on- the job learning adalah pembelajaran di lapangan dalam situasi pekerjaan yang nyata, sedangkan in- service learning 2 adalah kegiatan tatap muka untuk mempresentasikan dan merefleksikan hasil on-the job learning.

Keempat, hasil studi dokumen dan wawancara terdapat hasil diklat memuaskan karena semuanya dinyatakan lulus dengan kategori baik. Artinya, saat penilaian para peserta rata-rata dapat menguasai materi dan dapat mempresentasikan portofolio mereka. Sehingga secara keseluruhan telah sesuai dan memenuhi kriteria evaluasi. Hal ini juga diutarakan oleh salah satu penyelenggara dan narasumbser dan fasilitator diklat bahwa hasil diklat memuaskan karena semuanya dinyatakan lulus dengan kategori baik. Artinya saat penilaian para peserta rata-rata dapat menguasai materi dan dapat mempresentasikan portofolio mereka.

Komponen input, evaluasi input mencakup analisis persoalan yang berhubungan dengan pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia, alternative strategi yang harus dipertimbangkan untuk mencapai suatu program. Dalam penelitian evaluasi pada komponen input program pendidikan

dan pelatihan antara lain mengenai karakteristik peserta pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah, karakteristik fasilitator atau widyaiswara, kurikulum program diklat dan sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah.

Tabel 2. Peserta diklat calon kepala sekolah Kota Tidore Kepulauan tahun 2012

Pertama, karakteristik (syarat) peserta diklat dapat terlaksana dengan baik karena dari 25 orang guru untuk Kota Tidore Kabupaten yang ikut dalam seleksi, yang dinyatakan lulus adalah 22 orang guru yang menjadi peserta diklat. Daftar peserta diklat calon kepala sekolah Kota Tidore Kepualaun tahun 2012 dapat dilihat dalam tabel 2.

Kemudian seluruh peserta diklat memperoleh nilai memuaskan dengan kategori baik. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan maka yang menjadi persyaratan peserta diklat calon kepala sekolah adalah: (1) beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (2) memiliki kualifikasi akademik paling rendah S1; (3) berusia setinggi-tingginya 56 tahun pada waktu pengangkatan pertama sebagai kepala sekolah; (4) sehat jasmani dan rohani semua jenjang pendidikan. Lebih jelasnya dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Daftar analisis kebutuhan kepala sekolah 2 tahun yang akan datang Kota Tidore Kepulauan tahun 2012

No Jenjang Jml Sklh

Jumlah Kepala

Sekolah Ket

Ada Butuh Kurang

1 SMAN 10 10 5 - Kompetensi

rendah

2 SMAS 8 8 - -

3 SMK 5 5 3 - Pensiun

4 SMPN 28 28 15 - Pensiun &

kompetensi rendah

5 SMPS 6 6 - -

6 SDN 97 97 97 - Pensiun &

kompetensi rendah

7 TK 62 61 62 1 Kompetensi

rendah

Total 216 215 182 1

Kedua, hasil studi dokumen, bahwa pelaksanaan program diklat calon kepala sekolah diselenggarakan telah sesuai dan berdasarkan Permendiknas 13/2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Kepala Sekolah, dan Permendiknas 28/2010 Tentang Guru Yang Diberi Tugas Tambahan sebagai Kepala Sekolah.

Namun demikian, masih perlu sosialisasi tentang regulasi dan peraturan berhubungan dengan diklat calon kepala sekolah. Juga diperkuat oleh hasil wawancara yang diperoleh dari siswa, guru sejawat, kepala sekolah, pengawas sekolah, sebagian besar menyampaikan setuju dengan adanya pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah yang diprogramkan oleh pemerintah.

Ketiga, berdasarkan analisis dokumen penyelenggara, proses pelaksanaan diklat telah sesuai tahapan dalam juklak dan juknis yang meliputi 3 tahap dengan model “in-service learning 1 yaitu pembelajaran melalui kegiatan tatap muka, on-the job learning adalah pembelajaran di lapangan dalam situasi pekerjaan yang nyata, sedangkan in-service learning 2 adalah kegiatan tatap muka untuk mempresentasikan dan merefleksikan hasil on- the job learning.

Keempat, hasil studi dokumen dan wawancara terdapat hasil diklat memuaskan karena semuanya dinyatakan lulus dengan kategori baik. Artinya, saat penilaian para peserta

rata-rata dapat menguasai materi dan dapat mempresentasikan portofolio mereka. Sehingga secara keseluruhan telah sesuai dan memenuhi kriteria evaluasi. Hal ini juga diutarakan oleh salah satu penyelenggara dan narasumbser dan fasilitator diklat bahwa hasil diklat memuaskan karena semuanya dinyatakan lulus dengan kategori baik. Artinya saat penilaian para peserta rata-rata dapat menguasai materi dan dapat mempresentasikan portofolio mereka.

Komponen input, evaluasi input mencakup analisis persoalan yang berhubungan dengan pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia, alternative strategi yang harus dipertimbangkan untuk mencapai suatu program.

Dalam penelitian evaluasi pada komponen input program pendidikan dan pelatihan antara lain mengenai karakteristik peserta pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah, karakteristik fasilitator atau widyaiswara, kurikulum program diklat dan sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah.

Tabel 2. Peserta diklat calon kepala sekolah Kota Tidore Kepulauan tahun 2012

NO NAMA PESERTA UNIT

KERJA 1. Ida Adam, S.Pd.SD. SDN

2. Abdurrasyid Amir SDN

3. Hawiah Muhammad, S.Pd.SD. SDN 4. Norma R. Humanggio, S.Pd. SDN 5. Sitti Hamisi, S.Pd. SDN 6. Nursam Hatuwe, S.Pd. SDN

7. Nur Ali, S.Pd. SDN

8. Salim Anwar, S.Pd. SDN 9. Sumiyati Karim, S.Pd. MIN 10. Imran Puha Marsaoly, S.Pd. SMPN 11. Inang Ibrahim, S.Pd. SMPN 12. Djufri Kodja, S.Pd. SMPN

13. Drs. Haryanto Kin SMAN

14. Rahman T. Puluhulawa, S.Pd. SMAN 15. Drs. Mustafa Muhsin, MA. SMAN

16. Dra Aisyah Syukur SMAN

17. Fatmah Idris, S.Pd.I., M.Si. SMAN 18. Makrudin Mandiong, S.Pd. SMAN 19. Dra. Masitha Abdullatif SMAN 20. Abdul Mujid Kamidin, S.Pd. SMAN

21. Umar, S.Pd. MA

22. Abidin Lasipo, S.Pd., MM. SMKN semua jenjang pendidikan. Lebih jelasnya dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Daftar analisis kebutuhan kepala sekolah 2 tahun yang akan datang Kota Tidore Kepulauan tahun 2012

No Jenjang Jml Sklh

Jumlah Kepala

Sekolah Ket

Ada Butuh Kurang

1 SMAN 10 10 5 - Kompetensi

rendah

2 SMAS 8 8 - -

3 SMK 5 5 3 - Pensiun

4 SMPN 28 28 15 - Pensiun &

kompetensi rendah

5 SMPS 6 6 - -

6 SDN 97 97 97 - Pensiun &

kompetensi rendah

7 TK 62 61 62 1 Kompetensi

rendah

Total 216 215 182 1

Kedua, hasil studi dokumen, bahwa pelaksanaan program diklat calon kepala sekolah diselenggarakan telah sesuai dan berdasarkan Permendiknas 13/2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Kepala Sekolah, dan Permendiknas 28/2010 Tentang Guru Yang Diberi Tugas Tambahan sebagai Kepala Sekolah.

Namun demikian, masih perlu sosialisasi tentang regulasi dan peraturan berhubungan dengan diklat calon kepala sekolah. Juga diperkuat oleh hasil wawancara yang diperoleh dari siswa, guru sejawat, kepala sekolah, pengawas sekolah, sebagian besar menyampaikan setuju dengan adanya pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah yang diprogramkan oleh pemerintah.

Ketiga, berdasarkan analisis dokumen penyelenggara, proses pelaksanaan diklat telah sesuai tahapan dalam juklak dan juknis yang meliputi 3 tahap dengan model “in-service learning 1 yaitu pembelajaran melalui kegiatan tatap muka, on-the job learning adalah pembelajaran di lapangan dalam situasi pekerjaan yang nyata, sedangkan in-service learning 2 adalah kegiatan tatap muka untuk mempresentasikan dan merefleksikan hasil on- the job learning.

Keempat, hasil studi dokumen dan wawancara terdapat hasil diklat memuaskan karena semuanya dinyatakan lulus dengan kategori baik. Artinya, saat penilaian para peserta

rata-rata dapat menguasai materi dan dapat mempresentasikan portofolio mereka. Sehingga secara keseluruhan telah sesuai dan memenuhi kriteria evaluasi. Hal ini juga diutarakan oleh salah satu penyelenggara dan narasumbser dan fasilitator diklat bahwa hasil diklat memuaskan karena semuanya dinyatakan lulus dengan kategori baik. Artinya saat penilaian para peserta rata-rata dapat menguasai materi dan dapat mempresentasikan portofolio mereka.

Komponen input, evaluasi input mencakup analisis persoalan yang berhubungan dengan pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia, alternative strategi yang harus dipertimbangkan untuk mencapai suatu program.

Dalam penelitian evaluasi pada komponen input program pendidikan dan pelatihan antara lain mengenai karakteristik peserta pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah, karakteristik fasilitator atau widyaiswara, kurikulum program diklat dan sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah.

Tabel 2. Peserta diklat calon kepala sekolah Kota Tidore Kepulauan tahun 2012

NO NAMA PESERTA UNIT

KERJA 1. Ida Adam, S.Pd.SD. SDN

2. Abdurrasyid Amir SDN

3. Hawiah Muhammad, S.Pd.SD. SDN 4. Norma R. Humanggio, S.Pd. SDN 5. Sitti Hamisi, S.Pd. SDN 6. Nursam Hatuwe, S.Pd. SDN

7. Nur Ali, S.Pd. SDN

8. Salim Anwar, S.Pd. SDN 9. Sumiyati Karim, S.Pd. MIN 10. Imran Puha Marsaoly, S.Pd. SMPN 11. Inang Ibrahim, S.Pd. SMPN 12. Djufri Kodja, S.Pd. SMPN

13. Drs. Haryanto Kin SMAN

14. Rahman T. Puluhulawa, S.Pd. SMAN 15. Drs. Mustafa Muhsin, MA. SMAN

16. Dra Aisyah Syukur SMAN

17. Fatmah Idris, S.Pd.I., M.Si. SMAN 18. Makrudin Mandiong, S.Pd. SMAN 19. Dra. Masitha Abdullatif SMAN 20. Abdul Mujid Kamidin, S.Pd. SMAN

21. Umar, S.Pd. MA

22. Abidin Lasipo, S.Pd., MM. SMKN

(5)

168

berdasarkan surat keterangan dari dokter pemerintah;

(5) memiliki sertifikat pendidik; (6) pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun menurut jenis dan jenjang sekolah/madrasah masing-masing; dan (7) memiliki golongan ruang serendah-rendahnya III/c bagi guru pegawai negeri sipil.

Kedua, karakteristik narasumber/ fasilitator, sesuai hasil wawancara dan studi dokumen maka kriteria atau syarat telah terpenuhi sesuai dengan

standar yakni dari widyaiswara LPMP dan LPPKS dari berbagai Perguruan Tinggi yang terakreditasi, baik di Sulawesi maupun di Jawa, semuanya telah memiliki sertifikat sebagai asesor. Selain itu, mereka telah memiliki jabatan fungsional minimal widyaiswara muda dan telah berpengalaman menjadi narasumber dan fasilitator di berbagai diklat.

Ketiga, kurikulum program diklat dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa kurikulum yang diterapkan dalam diklat calon kepala sekolah relevan dengan lima kompetensi kepala sekolah.

Standardisasi kompetensi yang dijabarkan dalam materi diklat yang dikembangkan oleh LPPKS sebagai penanggung jawab program di tingkat pusat mengacu pada Permendiknas 13/2007 dan Permendiknas 28/2010 seperti dapat dilihat pada deskripsi data dalam Tabel 3.

Keempat, dalam penelitian ini evaluasi terhadap sarana dan prasarana dilakukan dengan menggunakan metode observasi checklist skala 5.

Hasil observasi dapat dilihat pada tabel 4.

Berdasarkan hasil observasi tersebut, sarana dan prasarana diklat secara keseluruhan telah memenuhi standar dan kriteria evaluasi, kecuali pada fasilitas penginapan perlu mendapat perhatian penyelenggara yaitu pada butir keamanan, kebersihan kamar dan toilet serta kebersihan seprai dan sarung bantal dengan perolehan nilai rata-rata 3,09, persentase 61,82%. Namun, demikian bila dikonversi ke dalam kategorisasi model distribusi normal, maka diperoleh pula kesimpulan bahwa fasilitas penginapan peserta diklat masuk nilai tinggi dengan kategori baik.

Komponen proses, aspek-aspek yang dievaluasi dalam komponen proses adalah: pertama, penyelenggara diklat sesuai hasil wawancara dan studi dokumen bahwa mereka adalah pejabat di LPMP sebagai penanggung jawab kegiatan dan staf sebagai pelaksana kegiatan. Mereka telah memiliki sertifikat ToT tentang pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah.

Kedua, evaluasi terhadap narasumber atau fasilitator dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh seorang narasumbser melaksanakan tugasnya dan kemampuan dalam menyampaikan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta dengan baik.

Berdasarkan hasil observasi diperoleh angka seperti pada Tabel 5.

Pertama, karakteristik (syarat) peserta diklat dapat terlaksana dengan baik karena dari 25 orang guru untuk Kota Tidore Kabupaten yang ikut dalam seleksi, yang dinyatakan lulus adalah 22 orang guru yang menjadi peserta diklat. Daftar peserta diklat calon kepala sekolah Kota Tidore Kepualaun tahun 2012 dapat dilihat dalam tabel 2.

Kemudian seluruh peserta diklat memperoleh nilai memuaskan dengan kategori baik. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan maka yang menjadi persyaratan peserta diklat calon kepala sekolah adalah: (1) beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (2) memiliki kualifikasi akademik paling rendah S1; (3) berusia setinggi-tingginya 56 tahun pada waktu pengangkatan pertama sebagai kepala sekolah; (4) sehat jasmani dan rohani berdasarkan surat keterangan dari dokter pemerintah; (5) memiliki sertifikat pendidik; (6) pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun menurut jenis dan jenjang sekolah/madrasah masing-masing; dan (7) memiliki golongan ruang serendah-rendahnya III/c bagi guru pegawai negeri sipil.

Kedua, karakteristik narasumber/

fasilitator, sesuai hasil wawancara dan studi dokumen maka kriteria atau syarat telah terpenuhi sesuai dengan standar yakni dari widyaiswara LPMP dan LPPKS dari berbagai Perguruan Tinggi yang terakreditasi, baik di Sulawesi maupun di Jawa, semuanya telah memiliki sertifikat sebagai asesor. Selain itu, mereka telah memiliki jabatan fungsional minimal widyaiswara muda dan telah berpengalaman menjadi narasumber dan fasilitator di berbagai diklat.

Ketiga, kurikulum program diklat dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa kurikulum yang diterapkan dalam diklat calon kepala sekolah relevan dengan lima kompetensi kepala sekolah. Standardisasi kompetensi yang dijabarkan dalam materi diklat yang dikembangkan oleh LPPKS sebagai penanggung jawab program di tingkat pusat mengacu pada Permendiknas 13/2007 dan Permendiknas 28/2010 seperti dapat dilihat pada deskripsi data dalam Tabel 3.

Tabel 3. Struktur kurikulum in-service 1, on the job learning, dan in-service learning 2

IN-SERVICE LEARNING 1

NO MATA DIKLAT JUMLAH

A. UMUM JAM 1. Kebijakan

Kementerian Pendidikan Nasional

2 JP

2. Kebijakan Dinas

Pendidkan 2 JP

B. INTI

1. Latihan

Kepemimpinan 24 JP

2. Kompetensi

Manajerial 31 JP

3. Supervisi Akademik 4 JP C. PENUNJANG

1. Pembukaan/Penutupan 2 JP 2. Rencana Tindak

Lanjut 2 JP

3. Pretes dan Postes 2 JP 4. Evaluasi

Penyelenggaraan 1 JP

JUMLAH 70 JP

ON THE JOB LEARNING 1. Pelaksanaan rencana

tindakan di sekolah tempat calon kepala

sekolah/madrasah

3 bulan (200 JP)

IN-SERVICE LEARNING 2 1. Penjelasan kriteria

kelulusan 1 JP

2. Presentasi hasil on the job

learning 10 JP

3. Penilain portofolio 14 JP 4. Refleksi pelatihan 3 JP

5. Evaluasi 1 JP

6. Penutupan 1 JP

JUMLAH 30 JP

Keempat, dalam penelitian ini evaluasi terhadap sarana dan prasarana dilakukan dengan menggunakan metode observasi checklist skala 5. Hasil observasi dapat dilihat pada tabel 4.

Berdasarkan hasil observasi tersebut, sarana dan prasarana diklat secara keseluruhan telah memenuhi standar dan kriteria evaluasi, kecuali pada fasilitas penginapan perlu mendapat perhatian penyelenggara yaitu pada butir keamanan, kebersihan kamar dan toilet serta

Tabel 3. Struktur kurikulum in-service 1, on the job learning, dan in-service learning 2

3_suryadi.indd 168 10/11/2015 23:15:48

(6)

169

Suriadi Ajadan, Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala ...

Tabel 4. Keadaan asrama/penginapan, ruang kelas, dan pelayanan konsumsi

1. Keadaan Asrama/Penginapan Penyiapan Penginapan ∑ Rata-

rata %

Kebersihan kamar tidur 36 3.27 65.45 Kebersihan kamar

mandi dan toilet 34 3.09 61.82 Ketenangan dan

ketertiban 35 3.18 63.64

Keamanan 34 3.09 61.82

Penggantian sprei 34 3.09 61.82 Penerangan/lampu

listrik 38 3.45 69.09

Meja dan kursi 37 3.36 67.27

∑ 248 3.22 64.42

2. Keadaan Ruang Belajar Kemampuan Penataan

Ruang Belajar ∑ Rata-

rata %

Suasana ruang belajar 40 3.64 72.73 Kebersihan ruang

belajar 39 3.55 70.91

Kenyamanan dan ketenangan ruang belajar

40 3.64 72.73

Fasilitas belajar

mengajar 40 3.64 72.73

Lampu penerangan 41 3.73 74.55 Tersedianya daya listrik 38 3.45 69.09

∑ 238 3.61 72.12

3. Keadaan Pelayanan Konsumsi Kemampuan Pelayan

Konsumsi ∑ Rata-

rata %

Pengaturan waktu

makan dan snack 41 3.73 74.55 Gizi makanan yang

dihidangkan 40 3.64 72.73

Kesegaran hidangan 39 3.55 70.91 Variasi hidangan 39 3.55 70.91 Kebersihan makanan 41 3.73 74.55 Kebersihan ruang

makan 40 3.64 72.73

Ketenangan dan kenyamanan ruang makan

39 3.55 70.91

∑ 319 3.63 72.50

Tabel 5. Kompetensi narasumber/fasilitator

No Aspek Yang Dinilai Rata- rata % 1. Kesiapan materi dan media

belajar 3.6 90.0

2. Latar belakang pendidikan

formal 3.4 85.0

3. Kesesuaian dengan materi

ajar yang diampu 3.8 85.0 4. Penguasaan materi yang

diajarkan 3.7 92.5

5. Kemampuan menyajikan

materi secara sistematis 3.8 95.0 6. Kemampuan

menyampaikan materi sesuai silabus dan RPP

3.6 90.0

7. Kemampuan memecahkan masalah actual

kepemimpinan sekolah

3.8 95.0

8. Kemampuan menjawab

pertanyaan 3.8 95.0

9. Kemampuan memotivasi

peserta 3.6 90.0

10. Penguasaan metode

pengajaran 3.8 95.0

11. Keterampilan

menggunakan alat bantu 3.8 95.0 12. Kemampuan menciptakan

suasana belajar yang menyenangkan

3.9 97.0

13. Kemampuan

berkomunikasi 3.9 97.0

14. Kemampuan kerjasama

antarpengajar 3.9 97.0

15. Kemampuan

memanfaatkan waktu 3.6 90.0

Rata-rata 3.73 93.3

Evaluasi narasumber sesuai hasil observasi tersebut diperoleh nilai rata-rata yang paling tinggi adalah kemampuan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, kemampuan berkomunikasi dengan peserta diklat, kemampuan kerja sama antar pengajar, di mana nilai rata-rata dan persentase sama yaitu: nilai rata-rata 3,9 dengan persentase 97,5%

kategori jawaban baik. Sedangkan nilai rata-rata yang paling rendah adalah pada butir latar belakang pendidikan formal yang dimiliki yaitu nilai rata- rata sebesar 3,4 dengan persentase 85,0%, meski

(7)

170

demikian masih termasuk dalam kategori baik.

Secara keseluruhan dari hasil observasi kompetensi narasumber dapat diperoleh nilai rata-rata sebesar 3,73 dengan persentase 93,3% termasuk kategori baik.

Ketiga, kurikulum diklat sesuai temuan terdapat berbagai materi yang berbasis kompetensi telah memenuhi standar sesuai dengan amanat Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007, tentang Standar Kompetensi Kepala Sekolah. Hasil wawancara dengan alumni diklat bahwa materi dan bahan ajar yang diperolehnya memberi kontribusi yang besar bagi kompetensi mereka sebagai seorang calon kepala sekolah. Karena kurikulum pelatihan memuat berbagai materi yang mereka butuhkan.

Keempat, hasil observasi evaluasi aspek alokasi waktu dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Alokasi waktu penyelenggaraan

Persiapan/Perencanaan ∑ Rata- rara % Untuk seluruh diklat 39 3.55 70.91 Diskusi dan Tanya jawab 41 3.73 74.55 Presentasi tugas 48 4.36 87.27 Kerja kelompok 45 4.09 81.82

Tugas mandiri 43 3.91 78.18

Telaah modul 41 3.73 74.55

∑ 257 3.89 77.88

Aspek pemanfaatan alokasi waktu yang telah ditentukan telah dilaksanakan sesuai standar, di mana terlihat dari alokasi waktu yang paling banyak jam pelajaran adalah pada butir presentasi dan portofolio, dan memperoleh skor rata-rata 3,91 dan persentase 78,18 % sehingga kesimpulan analisisnya tinggi dengan kategori “baik”. Akan tetapi, secara keseluruhan hasil observasi memperoleh nilai rata- rata 3,89 dan persentase 77,99 %. Kemudian nilai mean (x) adalah 23,36 dan persentase 77,88% dengan kesimpulan nilainya tinggi atau kategori “baik”.

Kelima, pendapat responden tentang prosedur dan metode diklat dapat dilaksanakan sesuai pada aturan-aturan main yang telah ditetapkan dalam juklak maupun juknis, terbukti dalam kegiatan tatap muka dengan peserta, semua narasumber dapat mempersiapkan perangkat pembelajaran dengan baik. Kemudian metode yang digunakan juga sangat bervariasi, karena itu sudah merupakan ketentuan

dalam petunjuk teknis yang telah ditetapkan oleh pusat. Kemudian didukung dengan hasil observasi terhadap kompetensi narasumber, di mana pada butir tentang kemampuan menyampaikan materi sesuai dengan silabus dan RPP dengan skor rata-rata 3,6 dan persentase 90,0%. Sedangkan pada butir soal tentang penguasaan metode pembelajaran diklat dengan skor rata-rata adalah 3,8 dan persentase 95,0%. Dari perolehan skor maupun persentase tersebut, maka dapat dikatakan bahwa prosedur dan metode diklat mendapat nilai yang tinggi dengan dikategorikan

“baik”.

Keenam, evaluasi terhadap aspek monitoring diklat adalah dengan istilah “Pendampingan OJL”

yaitu petugas pendampingan dalam kegiatan on the job learning diklat calon kepala sekolah di LPMP Maluku Utara yang berasal dari unsur fasilitator diklat calon kepala sekolah di LPMP Maluku Utara tahun 2012. Dengan diselenggarakannya pendampingan kegiatan on the job learning diklat calon kepala sekolah, diharapkan peserta diklat calon kepala sekolah di Maluku Utara yang dilaksanakan oleh LPMP akan dapat melakkukan tugasnya secara terarah dan berkualitas sesuai dengan rencana tindakan kepemimpinan yang telah disusun.

Ketujuh, penilaian dilakukan terhadap peserta mencakup aspek pengetahuan dilakukan pada in- servise learning 1 dengan menggunakan instrumen pretes dan postes serta tugas-tugas individu.

Implementasi penilaian sikap dilakukan secara menyeluruh, baik pada saat in-service learning 1, on the job learning, dan in-service learning 2 melalui observasi. Implementasi keterampilan dilakukan pada saat in-service learning 2 terhadap portofolio dan presentasi hasil yang dilakukan pada on the job learning. Hasil penilaian dapat dilihat pada deskrisi Tabel 7.

Berdasarkan data kelulusan peserta diklat telah memastikan bahwa: (1) instrumen penilaian peserta diklat calon kepala sekolah/madrasah relevan dengan perkembangan peningkatan kompetensi calon kepala sekolah/madrasah selama mengikuti diklat; (2) proses penilaian peserta diklat calon kepala sekolah/

madrasah relevan dengan materi, tujuan, dan hasil diklat pada setiap tahapan pelaksanaan diklat; dan (3) penilaian peserta diklat calon kepala sekolah/

madrasah dilakukan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

3_suryadi.indd 170 10/11/2015 23:15:48

(8)

171

Suriadi Ajadan, Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala ...

Tabel 7. Nilai akhir diklat In-On-In calon kepala sekolah Kota Tidore Kepulauan

Nama

Nilai

Nilai

Akhir Kuali-fikasi In-1 OJL In-2

35% 15% 50%

Peserta 1 76.4 78.7 75.6 76.3 Memuaskan Peserta 2 77.1 72.8 73.9 74.8 Memuaskan Peserta 3 77.3 77.1 86.5 81.8 Memuaskan Peserta 4 78.6 77.7 88.4 83.4 Memuaskan Peserta 5 78.1 77.0 84.9 81.3 Memuaskan Peserta 6 78.3 75.9 85.0 81.3 Memuaskan Peserta 7 75.5 78.5 77.5 76.9 Memuaskan Peserta 8 77.2 69.8 79.9 77.4 Memuaskan Peserta 9 77.4 71.3 78.0 76.8 Memuaskan Peserta 10 77.2 77.8 79.6 78.5 Memuaskan Peserta 11 78.0 85.6 87.9 84.1 Memuaskan Peserta 12 79.1 80.7 86.3 82.9 Memuaskan Peserta 13 77.9 85.4 86.1 83.1 Memuaskan Peserta 14 77.4 80.5 89.7 84.0 Memuaskan Peserta 15 77.1 78.8 83.0 80.3 Memuaskan Peserta 16 79.1 79.4 84.4 81.8 Memuaskan Peserta 17 79.0 82.3 86.9 83.4 Memuaskan Peserta 18 78.6 77.1 81.0 79.6 Memuaskan Peserta 19 80.3 91.6 86.6 85.1 Memuaskan Peserta 20 81.5 93.5 88.8 86.9 Sangat memuaskan Peserta 21 77.3 74.1 75.6 76.0 Memuaskan Peserta 22 78.0 77.7 72.4 75.1 Memuaskan

Komponen produk, observasi pada komponen ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi yang dimiliki oleh para calon kepala sekolah pascadiklat, di mana kompetensi yang dimiliki calon kepala sekolah merupakan salah satu komponen yang menjadi penilaian kinerja guru. Kompetensi dimaksud adalah sikap dan perilaku teridiri atas:

kedisiplinan, kerjasama, prakarsa, dan tanggung jawab. Sedangkan kompetensi kepemimpinan terdiri atas: kepribadian, sosial, kewirausahaan, dan kepemimpinan. Berdasarkan observasi diperoleh hasil sebagai berikut:

Pertama, penguasaan pengetahuan (knowledge). Secara umum hasil observasi kompetensi penguasaan pengetahuan calon kepala sekolah yang telah didiklat berada dalam kategori

baik, hal ini sesuai dengan kriteria evaluasi yang telah ditetapkan, di mana sesuai dengan hasil wawancara dengan peserta menunjukkan para calon kepala sekolah dapat menguasai pengetahuan secara teoretis atau materi diklat yang disampaikan oleh narasumber.

Kedua, evaluasi terhadap sikap dan perilaku calon kepala pascadiklat dengan responden kepala sekolah dan pengawas sekolah yang bersangkutan dengan menggunakan metode observasi. Responden yang dianggap cocok untuk mengetahui kompetensi para calon kepala sekolah pascadiklat yaitu kepala sekolah di tempat tugasnya serta pengawas sekolah yang menilai kinerja para calon kepala sekolah yang bersangkutan. Karena kepala sekolah setiap saat dapat mensupervisi mereka sedangkan pengawas sekolah setiap semester melakukan penilaian kinerja sehingga kepala sekolah dan pengawas sekolah mengetahui secara pasti kinerja calon kepala sekolah tersebut. Hasil observasi sikap dan prilaku calon kepala sekolah pasca diklat yang menunjukkan bahwa (1) aspek kedisiplinan kategori sangat baik; (2) aspek kerjasama kategori sangat baik; (3) aspek prakarsa kategori sangat baik; dan (4) aspek tanggung jawab kategori sangat baik.

Ketiga, evaluasi penguasaan keterampilan yaitu pada saat calon kepala sekolah melakukan praktik di lapangan (on the job learning), di mana mereka ditugaskan untuk menyelesaikan tagihan-tagihan yang akan dipresentasikan pada saat in-service learning 2. Hal ini membutuhkan keterampilan seorang calon kepala sekolah untuk mempertanggungjawabkan semua kegiatan yang dilakukan pada on the job learning.

Di samping itu ada sumber data tentang hasil observasi tentang kompetensi kepemimpinan seperti dapat digambarkan pada Tabel 8.

Tabel 8.Aspek evaluasi kepemimpinan

KEPRIBADIAN ∑ Rata-

rata %

Kedisiplinan 37 3.70 92.50

Ketaatan 38 3.80 95.00

Kerapihan 39 3.90 97.50

Kesopanan 38 3.80 95.00

Antusias dan motivasi

diri 39 3.90 97.50

∑ 191 3.82 95.50

(9)

172

Kategori sangat baik

SOSIAL ∑ Rata-

rata %

Kepedulian 38 3.80 95.00

Keterbukaan 37 3.70 92.50

Keteladanan 38 3.80 95.00

Akseptabilitas 37 3.70 92.50

Toleransi 39 3.90 97.50

∑ 189 3.78 94.50

Kategori sangat baik KEWIRAUSAHAAN ∑ Rata-

rata %

Keunggulan 36 3.60 90.00

Keunikan 37 3.70 92.50

Keaktifan 37 3.70 92.50

Kepeloporan 37 3.70 92.50

Menarik 39 3.90 97.50

∑ 186 3.72 93.00

Kategori sangat baik KEPEMIMPINAN ∑ Rata-

rata %

Responsif 39 3.90 97.50

Koordinatif 38 3.80 95.00

Memotivasi 39 3.90 97.50

Mengilhami 38 3.80 95.00

Memberdayakan 38 3.80 95.00

∑ 192 3.84 96.00

Kategori sangat baik

Berdasarkan hasil observasi secara umum penulis menarik suatu kesimpulan bahwa, ternyata kompetensi guru yang telah mengikuti diklat calon kepala sekolah rata-rata dalam kategori “memadai”

dan layak untuk diangkat menjadi kepala sekolah.

Hal ini di perkuat dengan hasil wawancara peneliti dengan kepala seksi peningkatan mutu PTK pada Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga dan juga kepala seksi yang menangani kepala sekolah di Kemenag Kota Tikep. Hasil wawancara juga berpendapat yang sama bahwa pengetahuan dan kompetensi yang dimiliki oleh para calon kepala sekolah cukup baik sehingga mereka sangat layak diangkat menjadi kepala sekolah.

Komponen outcomes (dampak), evaluasi pada tahap outcomes adalah peneliti menggunakan

metode wawancara, di mana peneliti melakukan wawancara dengan pejabat yang berwewenang terhadap seleksi calon kepala sekolah, baik di Dinas Pendidikan maupun di kantor Kemenag Kota Tidore Kepulauan. Pertama, jawaban responden bahwa, memang sangat bermanfaat karena ternyata guru- guru yang telah ikut diklat calon kepala sekolah di LPMP bila dibandingkan dengan sebelumnya, perbedaannya signifikan. Hasil penilaian kinerja guru rata-rata mereka memperoleh nilai memuaskan bila dibandingkan dengan guru-guru yang belum mengikuti diklat. Banyak hal positif yang kita peroleh dari informasi kepala sekolah masing-masing maupun pengawas sekolah yang menilai kinerja mereja. Termasuk melaksanakan tugas pembelajaran di kelas, itu sangat berbeda. Hasil penilaian kinerja guru rata-rata mereka memperoleh nilai memuaskan bila dibandingkan dengan guru-guru yang belum mengikuti diklat.

Para siswa yang mereka bimbing merasa semakin bersemangat pada saat guru calon kepala sekolah melaksanakan pembelajaran di kelas setelah memperoleh pengalaman bagaimana mengelola pembelajaran yang terfokus pada siswa serta masih banyak hal positif yang dapat diterapkan di sekolah.

Kedua, hasil monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas di sekolah terbukti bahwa, hasil diklat sangat bermanfaat bagi guru-guru calon kepala sekolah dalam tugasnya. Kepala sekolah dalam menjalankan tugas dan wewenangnya dapat melimpahkan kepada mereka jika kepala sekolah berhalangan dan mereka melaksanakannya dengan baik dan tidak pernah mengeluh dan tidak terlalau banyak kendala karena mereka telah paham semua pekerjaan yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah.

Pembahasan

Evaluasi adalah proses pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi yang diperoleh untuk menentukan apakah sesuatu rencana berhasil sehingga dapat digunakan untuk mengambil keputusan.

Pengambilan keputusan merupakan tindakan yang diambil oleh seseorang atau lembaga dalam rangka perbaikan atau penyempurnaan manajemen suatu program.

Penelitian ini fokus pada evaluasi program pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah tahun 2012 di LPMP Propinsi Maluku Utara. Tujuan dari

3_suryadi.indd 172 10/11/2015 23:15:49

(10)

173

Suriadi Ajadan, Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala ...

evaluasi ini adalah untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah pada masa yang akan dating. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat dikemukakan bahwa evaluasi program pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah tahun 2012 di LPMP Maluku Utara telah berjalan secara efektif, dengan kata lain proses pelaksanaan diklat sudah berjalan dengan baik dan benar sesuai dengan yang direncanakan karena mulai dari evaluasi konteks, input, proses, produk, dan outcome telah memenuhi beberapa kriteria yang telah ditetapkan. Selanjutnya beberapa hal yang menjadi temuan penelitian.

Evaluasi pada komponen konteks (context) difokuskan pada kesesuaian aspek latar belakang dan landasan hukum program, rancangan manajemen diklat, tujuan penyelenggaraan program diklat, dan tahapan pelaksanaan diklat.

Berkaitan dengan latar belakang dan landasan hukum pelaksanaan pendidikan dan pelatihan adalah adanya suatu analisis kebutuhan kepala sekolah yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan maupun Kantor Kemenag Kota Tidore Kepulauan untuk 2 tahun ke depan dan memahami serta memiliki landasan hukum pelaksanaan diklat.

Hal ini dapat menjawab bahwa kriteria dari aspek latar belakang dilakukannya seleksi dan diklat calon kepala sekolah adalah karena adanya kebutuhan kepala sekolah.

Tahapan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dilakukan dengan cara rekrutmen sebagai hasil analisis catatan lapangan bahwa peserta diklat calon kepala sekolah adalah para guru yang telah lulus seleksi administrasi dan seleksi akademik. Peserta yang telah lulus seleksi akademik dipanggil oleh LPMP untuk mengikuti diklat.

Tujuan pendidikan dan pelatihan sudah terlaksana dengan baik dalam meningkatkan kompetensi profesionalitas kepala sekolah sudah menjadi prioritas. Ketercapaian tujuan tersebut sesuai dengan kriteria atau standar kualifikasi dan kompetensi yang ditetapkan oleh pemerintah dalam Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007, yakni kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial.

Evaluasi masukan (input) diklat calon kepala sekolah telah terpenuhi, baik dari aspek peserta, narasumber, kurikulum maupun sarana dan prasarana.

Peserta diklat adalah guru yang telah lulus rekrutmen yang dimulai dari seleksi administratif, penilaian potensi kepemimpinan, dan penulisan makalah kepemimpinan.

Kriteria narasumber diklat calon kepala sekolah yang ditetapkan oleh LPPKS adalah widyaiswara LPMP, LPPKS, dan dosen perguruan tinggi terakreditasi yang telah mengikuti ToT master trainer dan memperoleh sertifikat dari LPPKS, akan tetapi dalam pelaksanaannya hanya widyaiswara LPMP dan LPPKS yang menjadi nara sumber.

Materi dan bahan ajar pendidikan dan pelatihan telah disusun dari pemerintah pusat dalam hal LPPKS sebagai penanggung jawab dan pelaksana di tingkat daerah. Oleh karena itu, mereka memiliki kewenangan untuk menyusun materi atau bahan ajar diklat calon kepala sekolah, sedangkan daerah hanya melaksanakannya. Artinya bahwa materi atau bahan ajar diklat calon kepala sekolah disusun oleh pusat sehingga tidak LPPKS menggunakan tenaga yang tidak professional.

Sarana dan prasarana yang digunakan dalam pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah terdiri atas akomodasi berupa penginapan, konsumsi, tempat belajar, dan lain-lain sehingga para peserta tidak kesulitan untuk memperolehnya, merasa nyaman dan lancer pada saat mengikuti proses kegiatan. Evaluasi fasilitas sarana dan prasarana di sini berkenaan dengan kelengkapan, ragam jenis, dan modelnya, kemudahannya untuk digunakan, mudah untuk diperolehnya, kecocokan dengan materi atau bahan ajar, jumlah persediaannya.

Evaluasi komponen proses (process) meliputi kompetensi penyelenggara dan narasumber.

Penyelenggara diklat selain menyediakan sarana dan prasarana untuk kelancaran diklat, juga lebih pada aspek pelayanan kesekretariatan. Memberikan pelayanan yang baik bagi peserta yang membutuhkan bantuan administratif maupun teknis pelatihan, misalnya meminta data dan pas foto dari peserta untuk STTPL, serta mendampingi instruktur ketika melakukan kegiatan di kelas sehingga kebutuhan lain instruktur dapat dipenuhi, termasuk membantu instruktur dalam pelaksanaan belajar kelompok peserta diklat.

Evaluasi aspek narasumber atau widyaiswara adalah kesiapan materi dan media belajar sebelum melakukan aktivitas pembelajaran, latar belakang pendidikan formal yang dimiliki, kesesuaian

(11)

174

dengan mata ajar yang diampu, penguasaan materi yang diajarkan, kemampuan menyajikan materi secara sistematis yang sesuai dengan silabus dan RPP, kemampuan memecahkan masalah actual kepemimpinan sekolah, kemampuan menjawab pertanyaan dari peserta yang relevan dengan materi, kemampuan mendorong peserta, penguasaan metode, keterampilan menggunakan alat serta kemampuan memanfaatkan waktu dalam kegiatan belajar mengajar. Hasil menunjukkan bahwa kemampuan narasumber sudah sesuai dengan kriteria dan standar evaluasi.

Evaluasi aspek kesesuaian kurikulum dan materi ajar dapat dinyatakan bahwa kurikulum suadah sesuai dengan materi diklat dengan tujuan dan tema diklat. Materi dan bahan ajar diklat menunjang dalam pelaksanaan tugas dan fungsi sebagai guru di sekolah karena penekanannya pada aspek kepemimpinan sekolah. Kesimpulannya bahwa kurikulum dan materi ajar yang diberikan kepada peserta diklat calon kepala sekolah sesuai dengan kebutuhan merekan dalam menjalankan tugas di sekolah karena hal ini sudah sesuai dengan kriteria evaluasi.

Evaluasi pada aspek pemanfaatan alokasi waktu untuk keseluruhan kegiatan diklat telah dilaksanakan secara maksimal. Ini dibuktikan dengan adanya waktu untuk telaah modul yang tersita oleh diskusi dan Tanya jawab. Demikian pula dengan alokasi waktu untuk presentasi tugas pada saat In-2 yang hanya 30 menit sangat dirasakan kurang karena harus melayani beberapa pertanyaan dari narasumber dan sanggahan dari peserta.

Kesesuaian prosedur dan mata diklat dapat dinyatakan bahwa proses pelaksanaan diklat calon kepala sekolah berjalan sesuai dengan prosedur dan metode yang telah ditetapkan. Sementara penyelenggaraan diklat harus ada monitoring dan evaluasi oleh penyelenggara pada setiap tahapan kegiatan, baik pada saat praktik di lapangan maupun pembelajaran tatap muka. Evaluasi terhadap aspek monitoring diklat adalah dengan istilah

“pendampingan OJL”. Dengan diselenggarakannya pendampingan on the job learning diklat calon kepala sekolah diharapkan peserta diklat calon kepala sekolah yang dilaksanakan oleh LPMP akan dapat melakukan tugasnya secara terarah dan berkualitas sesuai dengan rencana tindakan kepemimpinan yang telah disusun.

Evaluasi terhadap aspek penilaian yang

dilakukan terhadap peserta diklat calon kepala sekolah sebagaimana dalam deskripsi temuan menunjukkan bahwa proses penilaian yang diterapkan oleh narasumber, fasilitator, maupun penyelenggara sudah sesuai dengan kriteria evaluasi yaitu mencakup aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Evaluasi komponen produk (product) meliputi evalusi aspek penguasaan pengetahuan yang menunjukkan bahwa peserta diklat calon kepala sekolah dapat menguasai pengethuan secara teoretis materi diklat yang disampaikan oleh narasumber.

Aspek penguasaan sikap dan prilaku yang dievaluasi pascadiklat oleh kepala sekolah dan setiap semester dilakukan penilaian kinerja oleh pengawas sekolah untuk mengetahuai secara pasti kinerja calon kepala sekolah tersebut. Dan hal menunjukkan bahwa para calon kepala sekolah yang telah mengikuti diklat mendapatkan penilaian yang memuaskan, artinya bahwa kriteria yang dicapai sudah sesuai dengan standar.

Evaluasi pada aspek penguasaan keterampilan yang paling mendasar adalah pada saat calon kepala sekolah melakukan praktik di lapangan di mana mereka ditugaskan untuk menyelesaikan tagihan-tagihan yang akan dipresentasikan pada saat in-service learning 2. Hal ini membutuhkan keterampilan seorang calon kepala sekolah untuk mempertanggungjawakan semua kegiatan yang dilakukan pada on the job learning. Oleh karena itu, secara keseluruhan aspek yang dievaluasi pada komponen produk dapat terpenuhi sesuai dengan kriteria evaluasi.

Evaluasi pada komponen dampak (outcomes) berdasarkan pada hasil evaluasi dapat dikatakan bahwa sangat bermanfaat karena ternyata guru-guru yang telah mengikuti diklat calon kepala sekolah di LPMP terdapat perbedaan yang signifikan dengan kinerja sebelumnya. Banyak hal positif yang dilakukan oleh calon kepala sekolah berdasarkan informasi yang diperoleh dari kepala sekolah dan pengawas sekolah yang menilai kinerja mereka.

Dampak atau pengaruh diklat terhadap pelaksanaan tugas mereka cukup besar. Ini sesuai hasil monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas di sekolah terbukti bahwa hasil diklat sangat bermanfaat bagi guru-guru calon kepala sekolah dalam tugasnya. Kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya dapat melimpahkan kepada mereka jika kepala sekolah berhalangan. Dan mereka dapat

3_suryadi.indd 174 10/11/2015 23:15:49

(12)

175

Suriadi Ajadan, Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala ...

melaksanakannya dengan baik dan tidak pernah mengeluh dan tidak terlalu banyak kendala karena mereka telah memahami pekerjaan yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah. Manajemen pembelajaran di kelas semakin baik karena telah memperoleh pengalaman bagaimana mengelola pembelajaran yang berfokus pada siswa serta masih banyak hal positif yang dapat diterapkan di sekolah.

Begitu besar manfaat dan pengaruh dari program diklat calon kepala sekolah sehingga dapat dikatakan bahwa program pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah masih sangat perlu dilanjutkan pada masa-masa yang akan dating. Atau dengan kata lain, bahwa rata-rata responden menyampaikan permohonan agar program ini jangan dihentikan sebab program ini dapat membantu pemerintah daerah dalam rangka peningkatan sumber daya manusia (SDM) di bidang pendidikan terutama pada guru di sekolah-sekolah dan madrasah-madrasah yang ada di Kota Tidore Kepulauan..

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan terdahulu, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1) Manajemen pelaksanaan pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah tahun 2012 di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Maluku Utara telah berjalan dengan baik sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan sehingga kriteria dalam evaluasi dapat terpenuhi; dan (2) Proses pelaksanaan pendidikan dan pelatihan sesuai prosedur yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagaimana diatur dalam Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 tentang Guru Yang Diberi Tugas Tambahan Sebagai Kepala Sekolah. Persyaratan menjadi peserta diklat, kriteria penyelenggara, kriteria narasumber, ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana serta tahapan pelaksanaan diklat dapat dilaksanakan sesuai

dengan petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) sebagai penjabaran dari Permendiknas No. 28/2010. Walaupun demikian masih terdapat beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian dari penyelenggara.

DAFTAR PUSTAKA

Agustinus. Asesmen Kebutuhan Organisasi Persekolahan. Jakarta: Gramedia, 2013.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian-Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Fitzpatrick & James R. Sanders. Program Evaluation:

AlternativeApproaches and Practical Guidelines. Boston: Pearson Education, Inc., 2004.

Haryati, Mimin. Panduan Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan.

Jakarta: Gaung Persada Press, 2010).

Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah/

Madrasah.

Purwanto. Evaluasi Program Diklat. Jakarta: STIA- LAN Press, 1999.

Russell, Joyce & John Bernardin. Human Resources Management An Expehental Approach. New York: Mc Graw Hill, 1998.

Siagian, Sondang. Organisasi Kepemimpinan Perilaku Administrasi. Jakarta: Haji Mas Agung, 1994.

Sudjana. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah: Untuk Pendidikan Nonformal.

Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.

Sutikno, Muzayanah, Evaluasi Program, Jakarta:

Universitas Negeri Jakarta Press, 2011

Wirawan. Evaluasi– Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011.

Gambar

Tabel 1. Daftar analisis kebutuhan kepala sekolah 2 tahun yang akan datang Kota Tidore  Kepulauan tahun 2012
Tabel 3. Struktur kurikulum in-service 1, on the  job learning, dan in-service learning 2
Tabel 4. Keadaan asrama/penginapan, ruang kelas, dan  pelayanan konsumsi
Tabel 6. Alokasi waktu penyelenggaraan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada bab ini dibahas tentang hasil dari implementasi Aplikasi Monitoring dan Evaluasi Pencapaian Kinerja Kepala Sekolah Dasar yang telah dibuat, apakah sesuai dengan hasil

Sebaiknya para widyaiswara yang bertugas pada pendidikan dan pelatihan prajabatan di LPMP Sumatera Utara membangun sikap positif dan menyenangkan bagi

Dasar Negeri yang telah mengikuti "Pelatihan Jabatan Bagi Calon Kepala Sekolah Dasar"yang dilaksanakan Dinas P dan K Propinsi Dati I Riau" sejak tahun 1986-1987

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pelaksanaan rekrutmen calon kepala sekolah di Palangka Raya dilaksanakan oleh dua lembaga, yaitu Disdikbud dan LPMP, meliputi: (a)

Peserta Program Penyiapan Calon Kepala Sekolah Buku Saku LPPKSPS Edisi 5 Tahun 2019.. Peserta Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Calon Kepala Sekolah berdasarkan

Ukuran yang menjadi dasar penilaian pada calon kepala sekolah/madrasah adalah respon mereka terhadap skenario tentang kondisi Sekolah/Madrasah yang memuat tiga

Selanjutnya, dalam buku pedoman pelatihan “Peningkatan Kompetensi Kepala Sekolah dalam Mengelola Implementasi Kurikulum: Evaluasi Diri Sekolah” dikemukakan bahwa EDS

Selanjutnya, dalam buku pedoman pelatihan “Peningkatan Kompetensi Kepala Sekolah dalam Mengelola Implementasi Kurikulum: Evaluasi Diri Sekolah” dikemukakan bahwa EDS