• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN PENJAMINAN MUTU PEGAWAI DI LPMP PROVINSI MALUKU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIFITAS PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN PENJAMINAN MUTU PEGAWAI DI LPMP PROVINSI MALUKU."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

Judul

Lembaran Persembahan………. i

Pernyataan………. ii

Abstrak ……… iii

Kata Pengantar……….. iv

Penghargaan dan Ucapan Terimakasih……….. v

Daftar Isi………... vi

Daftar Tabel……….. xi

Daftar Gambar……….. xii

Daftar Grafik……….. xiii

Daftar Lampiran………. xiv

Bab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ……….. 1

B. Identifikasi Masalah ………... 6

C. Pembatasan Masalah ………... 7

D. Perumusan Masalah ……… 7

E. Tujuan Penelitian ……… 8

F. Manfaat Penelitian ……….. 8

G. Asumsi ………. 9

H. Hipotesis ……….. 9

I. Definisi Operasional ………. 10

J. Lokasi Penelitian dan Sumber Data ………... 12

(2)

C. Motivasi Berprestasi ………. 22

D. Pemahaman ……… 33

E. Mutu ……….. 33

F. Kerangka Berpikir ………. 46

G. Penelitian Yang Relevan/Studi Terdahulu……….. 48

Bab III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan……… ………. 50

B. Rancangan Penelitian ………. 50

C. Populasi ……….. 50

D. Sampel ……… 51

E. Instrument Penelitian ………. 52

F. Teknik Pengumpulan Data ………. 54

G. Teknik Analisa Data ……… 54

Bab IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……… 63

B. Analisa data ………. 65

C. Hasil Pengolahan Data ………. 66

D. Pembahasan Hasil Penelitian………. 86

Bab V. KESIMPULAN, SARAN, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan……….. 90

(3)
(4)

1 BAB. I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Pendidikan adalah hal yang sangat penting dan mendasar bagi setiap orang tak terkecuali masyarakat Indonesia, karena pendidikan membantu orang memiliki kerangka berpikir yang maju dan tidak gampang dibodohi. Bangsa Indonesia juga sangat menyadari akan hal tersebut, hal ini dapat kita lihat pada Undang-Undang Dasar 1945 khususnya alinea keempat tercantum adanya kesadaran dan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Didalam Undang-Undang Dasar juga pada Bab XIII tentang Pendidikan dan Kebudayaan Pasal 31 tercantum :

(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.

(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undang-Undang.

(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.

(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.

Perwujudan keseriusan pemerintah dalam mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional juga nampak dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional (SNP) yang berisikan delapan standar yaitu :

(5)

3. Standar Kelulusan

4. Standar tenaga kependidikan 5. Standar sarana prasarana 6. Standar pengelolaan 7. Standar pembiayaan

8. Standar penilaian pendidikan.

Berdasarkan Kepmenpan No.B/243/M.Pan/I/2007, tanggal 31 januari 2007 tentang revitalisasi PPPG menjadi PPPPTK dan BPG menjadi LPMP berdasarkan Kepmen 7/o/2007 dan juga Kepmen 044/o/2004 dimana LPMP merupakan lembaga pusat yang berada di daerah yaitu provinsi yang berfungsi sebagai unit pelaksana teknis pusat didaerah serta berdasarkan Permendiknas No. 8 tahun 2007 disebutkan tugas pokok LPMP adalah melaksanakan penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah di provinsi berdasarkan standar nasional pendidikan, melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan.

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) sendiri berdasarkan Permendiknas No. 31 tahun 2005 tentang Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Pusat Pengembangan Penataran Guru, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan, dan Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, pada pasal 1 disebutkan bahwa Pembinaan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional ditentukan PPPPTK dan LPMP berada di bawah Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga kependidikan atau Dirjen PMPTK. LPMP dengan demikian merupakan bagian dari Dirjen PMPTK.

(6)

Dalam perkembangan perjalanan bangsa ini, banyak sekolah telah dibangun baik itu Taman Kanak-kanak/RA, Sekolah Dasar/MI, Sekolah Menengah Pertama/MTs, Sekolah Menengah Atas/MA, Sekolah Kejuruan bahkan juga sekolah-sekolah yang sifatnya non formal. Terlihat jelas keseriusan pemerintah terhadap dunia pendidikan Indonesia mengingat pendidikan adalah faktor signifikan yang menunjang martabat bangsa. Untuk menjalankan dengan maksimal tugas tersebut Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) memiliki visi dan misi yang jelas dan terarah. Visi LPMP adalah menjadi lembaga penjaminan mutu (quality assurance) pendidikan dasar, menengah, dan non formal yang berstandar nasional dan berwawasan global. Dalam rangka merealisasi visi tersebut, LPMP memiliki 5 (lima) misi, yaitu:

1. Melakukan pemetaan dan pengkajian kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan dasar dan menengah.

2. Memfasilitasi peningkatan mutu pendidik dan tenaga pendidikan pada satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan standar pendidikan nasional.

3. Memfasilitasi peningkatan manajemen dan kinerja satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan standar pendidikan nasional.

4. Mengembangkan sistem informasi mutu pendidikan dasar dan menengah. 5. Membangun kerjasama dengan instansi terkait dalam rangka

pengembangan mutu pendidikan di provinsi.

Disamping itu Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Maluku memiliki tugas dan fungsi dengan mengacu pada tiga kebijakan pokok Depdiknas yaitu :

1. Pemerataan dan perluasan akses pendidikan. 2. Peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing.

3. Penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik menuju insan Indonesia cerdas dan kompetitif.

(7)

Seperti dikatakan di atas Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) merupakan suatu lembaga penjaminan mutu atau quality assurance. Menurut Edward Deming (1986:507), ”quality assurance is the process of veryfing or determining

whether products or services meet or exceed customer expectations.” Quality yang

dalam bahasa Indonesia disebut kualitas atau mutu akhir-akhir ini telah menjadi sesuatu hal yang sangat diperhatikan. Menurut seorang pakar kualitas yaitu Joseph Juran, kualitas adalah kesesuaian untuk penggunaan (fitness for use). Hal ini mengandung arti bahwa suatu produk maupun jasa harus sesuai dengan apa yang diperlukan oleh pemakainya.

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan perlu memperhatikan pendapat tersebut dalam rangka perbaikan dan penjaminan mutu lembaga pendidikan di waktu yang akan datang. Jika dicermati dari pendapat-pendapat diatas maka ada beberapa aspek kualitas, yaitu:

1. Kualitas meliputi baik produk maupun jasa.

2. Kualitas membutuhkan manusia, adanya proses, dan lingkungan. 3. Kualitas merupakan keadaan yang dinamis.

4. Kualitas mencakup upaya memenuhi atau bahkan melebihi harapan pemakai jasa. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas dapat dikatakan quality assurance atau penjaminan mutu adalah seluruh kegiatan yang direncanakan dan diimplementasikan secara sistematis, menyeluruh, dan berkelanjutan untuk pemenuhan akan jasa/produk yang berkualitas.

Quality assurance atau penjaminan mutu memiliki empat komponen standar

yaitu:

1. Penetapan standar 2. Pemenuhan standar 3. Pengukuran standar 4. Pengembangan standar.

Quality assurance atau penjaminan mutu juga memiliki tiga hierarki standar

(8)

1. Standar Penilaian Minimal (SPM) 2. Standar Nasional Pendidikan (SNP), dan

3. Standar Nasional Pendidikan (SNP) Plus, yang berbasis internasional dan keunggulan daerah.

Kegiatan penjaminan mutu dimaksudkan agar jasa yang diberikan dapat memberikan manfaat baik internal maupun eksternal. Menurut Yorke dalam Dorothea W. Ariani (2002:139) tujuan penjaminan mutu ada empat, yaitu:

1. Membantu perbaikan dan peningkatan secara terus-menerus dan berkesinambungan melalui praktek yang terbaik dan mau mengadakan inovasi.

2. Mempermudah mendapatkan bantuan baik pinjaman uang, fasilitas atau bantuan lain dari lembaga yang kuat dan dapat dipercaya.

3. Menyediakan informasi pada masyarakat sesuai sasaran dan waktu secara konsisten, dan bila mungkin, membandingkan standar yang telah dicapai dengan standar pesaing.

4. Menjamin tidak akan adanya hal-hal yang tidak dikehendaki. 5. Memuaskan pihak terkait.

Dengan demikian selain bermanfaat secara internal dan ekstenal, tujuan penjaminan mutu juga agar dapat memuaskan berbagai yang terkait didalamnya dan tercapainya sasaran masing-masing.

Seluruh pegawai Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) sebagai unit pelaksana teknis pemerintah pusat yang berada didaerah atau ditiap provinsi mulai dari pucuk pimpinan sampai pada pegawai pada golongan yang masih dibawah haruslah sangat menyadari pentingnya pendidikan dan pemahaman akan quality assurance atau penjaminan mutu serta berkewajiban mendukung dan menunjang pemerintah dalam hal tersebut. Beranjak dari sini sangat terasa otoritas, peranan sekaligus kewajiban LPMP ditiap provinsi, oleh karena itu sumber daya manusia yang berkualitas sangatlah dibutuhkan.

(9)

pendidikan ke depan. Untuk menunjang kinerja lembaga para pegawai juga diberi kesempatan mengikuti Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) baik dipusat maupun yang bersifat internal training. Namun demikian terdapat beberapa gejala empiris setelah kediklatan seperti : pegawai kurang termotivasi bekerja; pegawai kurang maksimal dalam mengimplementasi hasil diklat; pegawai jarang mendiseminasikan hasil diklat kepada rekan sejawat; sering pegawai mengikuti diklat tetapi kurang sesuai dengan latar belakang pendidikan dan job descriptionnya; pegawai masih kurang disiplin.

Menilik kenyataan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang akan berfokus pada: (1) Bagaimana gambaran efektifitas pendidikan dan pelatihan (Diklat) di LPMP Provinsi Maluku? (2) Bagaimana gambaran motivasi berprestasi pegawai di LPMP Provinsi Maluku? (3) Bagaimana gambaran pemahaman penjaminan mutu pegawai di LPMP Provinsi Maluku? (4) Bagaimana gambaran hubungan efektifitas pendidikan dan pelatihan (Diklat) terhadap pemahaman penjaminan mutu pegawai di LPMP Provinsi Maluku? (5) Bagaimana gambaran hubungan motivasi berprestasi terhadap pemahaman penjaminan mutu pegawai di LPMP Provinsi Maluku?

B. Identifikasi Masalah

Untuk penelitian ini diidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan pemahaman penjaminan mutu atau QA para pegawai, yaitu:

1. Mengikuti pendidikan dan pelatihan (Diklat) Quality Assurance atau Penjaminan Mutu baik tersurat maupun yang tersirat

2. Mengikuti pendidikan dan pelatihan (Diklat) internal 3. Mengikuti pendidikan dan pelatihan (Diklat) eksternal 4. Motivasi kerja

(10)

Dari identifikasi faktor-faktor di atas yang dapat meningkatkan pemahaman penjaminan mutu, maka penulis memfokuskan penelitian ini pada efektifitas pendidikan dan pelatihan (Diklat) dan motivasi berprestasi.

C. Pembatasan Masalah.

Untuk mengetahui efektifitas Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) dan motivasi berprestasi terhadap peningkatan pemahaman penjaminan mutu pegawai LPMP Provinsi Maluku perlu ada indikator-indikator yang tepat. Dalam penelitian ini masalah akan dibatasi tentang efektifitas pendidikan dan pelatihan (Diklat) dan motivasi berprestasi terhadap peningkatan pemahaman penjaminan mutu pegawai di LPMP Provinsi Maluku.

D. Perumusan Masalah.

Berdasarkan masalah di atas penulis merumuskan masalah yang bersifat umum yaitu ”Bagaimana efektifitas Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) dan motivasi berprestasi terhadap peningkatan pemahaman Penjaminan Mutu pegawai LPMP di Provinsi Maluku?” dan dengan maksud agar penelitian ini lebih mendalam dan detail atau terfokus, maka penulis merumuskan beberapa masalah secara terperinci atau spesifik:

1. Bagaimana gambaran efektifitas pendidikan dan pelatihan (Diklat) di LPMP Provinsi Maluku?

2. Bagaimana gambaran motivasi berprestasi pegawai di LPMP Provinsi Maluku? 3. Bagaimana gambaran pemahaman penjaminan mutu pegawai di LPMP Provinsi

Maluku?

4. Bagaimana gambaran hubungan efektifitas pendidikan dan pelatihan (Diklat) terhadap pemahaman penjaminan mutu pegawai di LPMP Provinsi Maluku? 5. Bagaimana gambaran hubungan motivasi berprestasi terhadap pemahaman

(11)

E. Tujuan Penelitian.

Tujuan Umum.

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi tentang efektifitas Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) dan motivasi berprestasi terhadap peningkatan pemahaman Penjaminan Mutu pegawai LPMP Provinsi Maluku.

Tujuan Khusus.

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui efektifitas pendidikan dan pelatihan (Diklat) di LPMP Provinsi Maluku.

2. Mengetahui motivasi berprestasi pegawai di LPMP Provinsi Maluku.

3. Mengetahui pemahaman Penjaminan Mutu pegawai LPMP Provinsi Maluku. 4. Mengetahui hubungan efektifitas pendidikan dan pelatihan (Diklat) terhadap

pemahaman penjaminan mutu pegawai di LPMP Provinsi Maluku?

5. Mengetahui hubungan motivasi berprestasi terhadap pemahaman penjaminan mutu pegawai di LPMP Provinsi Maluku?

F. Manfaat Penelitian.

Penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi bagi berbagai pihak antara lain:

1. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Maluku.

(12)

2. Para pegawai LPMP khususnya LPMP Provinsi Maluku.

Dapat lebih memahami quality assurance atau penjaminan mutu, mengembangkan potensi dan ketrampilan dirinya setelah mengikuti Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) dan terdorong bekerjasama dengan rekan sejawat.

3. Peneliti.

Sebagai salah satu syarat penyelesaian studi untuk mendapatkan gelar magister.

G. Asumsi

Peningkatan pemahaman penjaminan mutu ditentukan oleh berbagai faktor. Keikutsertaan dalam Diklat yang efektif dan motivasi berprestasi merupakan faktor yang menentukan peningkatan pemahaman penjaminan mutu.

Beranjak dari pemikiran tersebut, maka asumsi penelitian ini adalah:

1. Efektifitas pendidikan dan pelatihan (Diklat) berdampak positif bagi pegawai di LPMP Provinsi Maluku.

2. Motivasi berprestasi berdampak positif bagi pegawai di LPMP Provinsi Maluku setelah mengikuti Diklat.

3. Pemahaman Penjaminan Mutu pegawai meningkat setelah mengikuti Diklat. 4. Adanya hubungan yang positif antara efektifitas pendidikan dan pelatihan (Diklat)

terhadap pemahaman penjaminan mutu pegawai di LPMP Provinsi Maluku. 5. Adanya hubungan yang positif antara motivasi berprestasi terhadap pemahaman

penjaminan mutu pegawai di LPMP Provinsi Maluku.

H. Hipotesis

(13)

terhadap peningkatan pemahaman penjaminan mutu pegawai LPMP di Provinsi Maluku.

I. Definisi Operasional.

Sebagaimana judul dari penelitian ini yaitu ” Efektifitas Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) dan Motivasi Berprestasi Terhadap Peningkatan Pemahaman Penjaminan Mutu Pegawai di LPMP Provinsi Maluku” maka untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran dari judul penelitian ini sehingga tercapai adanya kesamaan pandangan antara penulis dan pembaca, maka penulis mendefinisikannya sebagai berikut:

• Efektifitas

Dalam memaknai efektifitas setiap orang dapat memberi arti yang berbeda sesuai sudut pandang dan kepentingan masing-masing. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1992 : 79), definisi efektifitas adalah ”sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan.”

Efektifitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkatan keberhasilan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan telebih dahulu. (Komaruddin,1994:294).

(14)

• Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)

Menurut Edwin B. Flippo, 1961:226 ”training is the act of increasing the

knowledge and skill of employees for doing a particular job.”

Makna pendidikan dan pelatihan menurut Handoko (1992:194) ialah menjadikannya sebagai upaya untuk memperbaiki pelaksanaan pekerjaan.

• Motivasi berprestasi

Menurut Hasibuan (2000:184) motivasi adalah pemberian daya penggerak yang manciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, efektif, dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan.

Motivasi berprestasi adalah suatu dorongan dari dalam diri pegawai untuk melakukan tugas pekerjaan dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat menunjukkan prestasi kerja.

• Pemahaman penjaminan mutu

Pemahaman berasal dari kata paham. Menurut Kamus bahasa Indonesia paham berarti menjadi benar. Menurut Poerwadarminta, seseorang dikatakan paham terhadap suatu hal, apabila orang tersebut mengerti benar dan mampu menjelaskannya. Selain itu pemahaman dapatlah diartikan sebagai pengertian yang mendalam tentang sesuatu masalah dan mampu menafsirkan arti yang tersirat dari apa yang dipahami tersebut.

(15)

mengungkapkan dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti atau dapat memberikan interpretasi dan juga mampu mengaplikasikannya.

• LPMP

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) merupakan suatu institusi atau lembaga yang dipercayakan oleh pemerintah pusat untuk mengontrol pelaksanaan pendidikan di provinsi.

• Provinsi Maluku

Provinsi Maluku adalah salah satu provinsi dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang terletak di bagian timur Indonesia.

K. Lokasi penelitian dan sumber data.

(16)

50 BAB III.

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan dan menganalisa efektifitas Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) dan motivasi berprestasi terhadap peningkatan pemahaman Penjaminan Mutu pegawai LPMP Provinsi Maluku. Sejalan dengan maksud penelitian ini maka pendekatan kuantitatiflah yang dipergunakan.

Pada bagian ini dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian antara lain: rancangan penelitian, populasi, sampel, lokasi penelitian, sumber data, alat pengumpul data, prosedur pengumpulan data, dan analisis data.

B. Rancangan penelitian.

[image:16.595.113.524.283.626.2]

Dalam penelitian ini digunakan rancangan penelitian deskriptif kuantitatif karena penulis ingin mendiskripsikan secara objektif efektifitas Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) terhadap peningkatan pemahaman Penjaminan Mutu pegawai di LPMP Provinsi Maluku. Rancangan tersebut adalah:

Gambar 3.1 Rancangan penelitian.

C. Populasi.

Objek yang akan diteliti dalam penelitian disebut populasi. Menurut Riduwan (2003:3) ”Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penilaian.”

Kebijakan Depdiknas menyelengga

rakan Diklat

Kebijakan kepala LPMP

mengirim pegawai

Proses pendidikan dan pelatihan

(Diklat)

Penjaminan mutu / quality

(17)

Yang diteliti dalam penelitian ini adalah Efektifitas Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) dan motivasi berprestasi terhadap peningkatan pemahaman penjaminan mutu pegawai LPMP Provinsi Maluku, dan yang merupakan populasi adalah para pegawai yang mengikuti Diklat penjaminan mutu baik secara tersurat maupun tersirat.

D. Sampel

Penelitian ini menggunakan metode sampling. Dalam menentukan sampel haruslah diupayakan memperoleh sampel yang representatif sesuai dengan masalah yang diteliti, tujuan penelitian, dan metode yang digunakan.

Pengambilan sampel berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu Efektifitas Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) dan motivasi berprestasi terhadap Peningkatan Pemahaman Penjaminan Mutu Pegawai LPMP Provinsi Maluku. Dalam penelitian ini simple random sampling dipilih karena populasi yang diambil bersifat homogen, sebagaimana dikatakan Sugiyono (2009:59) bahwa ”Simple Random Sampling dikatakan simpel (sederhana) karena cara pengambilan sampel dari semua populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi.” Selain itu ada pendapat Suharsimi Arikunto (1998:107) yang menyatakankan bahwa ”apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar, dapat diambil antara 10% - 15 % atau 20% - 25% atau lebih.”

Jumlah anggota populasi dalam penelitian ini adalah 120 orang pegawai yang telah mengikuti Diklat penjaminan mutu baik secara tersurat maupun tersirat dan dengan memperhatikan pada pendapat-pendapat yang disebutkan tadi, maka jumlah sampel yang diambil dapat dirumuskan sebagai berikut:

S = 15% +

100 1000

1000 −

n

(18)

Keterangan :

S = Jumlah sampel yang diambil n = Jumlah anggota populasi

S = 15% +

100 1000

120 1000

− −

. (50% - 15%)

= 15% + 900 880

. (35%)

= 15% + 0,97.(35%)

= 15% + 33,95%

= 48,95%

Jadi jumlah sampel sebesar 120 x 48,95% = 58,74 = 59 responden

E. Instrumen Penelitian.

Instrumen adalah merupakan alat bantu yang digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan data, supaya kegiatan yang dilakukan menjadi sistematis. Didalam suatu penelitian data yang valid sangat diperlukan karena menggambarkan apa yang sebenarnya, reliable atau data itu dapat dipercaya kebenarannya, dan objektif yang berarti sesuai dengan kenyataan. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang akan diteliti. Angket atau questionnaire adalah merupakan serangkaian daftar pertanyaan yang diberikan dengan maksud mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk penulis. Respon didapat dari responden dan responden adalah orang atau objek yang menjadi sampel dalam suatu penelitian.

(19)

tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden guna mendapatkan laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui.”

Dalam penelitian ini angket atau questionnaire yang disusun menggunakan pengukuran Skala Likert. Penggunaan Skala Likert dimaksudkan untuk mengukur baik sikap, pendapat atau persepsi seseorang maupun kelompok mengenai suatu keadaan. Variabel yang akan diukur dalam Skala likert diberi nama Aspek atau komponen, Aspek atau komponen tersebut kemudian diurai menjadi sub variabel yang kemudian akan diurai menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Indikator-indikator yang terukur inilah yang menjadi dasar pembuatan butir atau item instrumen. Model item instrumen adalah berupa pertanyaan atau pernyataan yang diberikan kepada responden. Dalam penelitian ini jawaban angket akan dikaitkan dengan bentuk dukungan sikap maupun pendapat, seperti dituliskan pada tabel dibawah ini. Setiap jawaban pada angket dihubungkan dalam penelitian ini dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap. Pada variabel X, setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan seperti tabel dibawah ini:

[image:19.595.106.519.262.636.2]

Tabel 3.1

Kriteria Penskoran Alternatif jawaban Variabel dan berdasarkan Skala

Likert.

Alternatif jawaban Bobot

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Netral 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

(20)
[image:20.595.101.519.183.585.2]

Tabel 3.2

Kriteria Penskoran Alternatif jawaban Variabel Y berdasarkan Skala Likert.

Alternatif jawaban Bobot

Sangat setuju/paham/menguasai/mampu 5

Setuju/paham/menguasai/mampu 4

Netral 3

Tidak setuju/paham/menguasai/mampu 2 Sangat tidak

setuju/paham/menguasai/mampu

1

F. Teknik Pengumpulan data.

Pengumpulan data dimaksudkan untuk mendapatkan informasi-informasi mengenai masalah yang diteliti langsung dari lokasi penelitian. Data yang didapat pada penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner tertutup dan studi dokumentasi. Angket atau kuesioner pertanyaan tertutup diberikan langsung kepada responden yang telah mengikuti Diklat quality assurance atau penjaminan mutu baik tersurat maupun tersirat, setelah diisi secara lengkap angket tersebut diambil kembali oleh penulis untuk diberi skor dan kemudian akan diolah menjadi data penelitian.

G. Teknik Analisa Data.

Adapun data yang telah terkumpul tidak akan bermakna apabila data tersebut hanya disajikan dalam bentuk data mentah. Oleh karena itu pengolahan dan analisa data merupakan suatu hal esensial yang sangat penting dalam penelitian untuk memperoleh kesimpulan tentang masalah yang sedang diteliti. Pengolahan dan analisis data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian, terutama bila diinginkan generalisasi, pengujian hipotesis atau kesimpulan tentang berbagai masalah yang diteliti.”

(21)

Seluruh data yang telah didapat dari responden diperiksa terlebih dulu untuk melihat kelayakan data tersebut untuk diolah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Pembobotan Nilai.

Tujuan pembobotan nilai adalah untuk mengklasifikasikan setiap jawaban pada setiap item variabel penelitian dengan menggunakan skala penilaian yang ditentukan.

3. Menghitung skor rata-rata setiap variabel.

Perhitungan skor rata-rata ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan umum jawaban responden terhadap variabel penelitian.

Rumus yang digunakan adalah: X = n

Χ

Keterangan :

X = Nilai rata-rata yang dicari

X = Jumlah skor gabungan (frekuensi jawaban kali bobot untuk setiap alterrnatif)

n = Jumlah responden

4. Mengubah skor mentah menjadi skor baku.

untuk mengubah skor mentah menjadi skor baku rumus yang digunakan adalah:

Ti = 50 + 10

(

)

SD

X

i− Χ

Keterangan:

Ti = Skor baku

X1 = Data skor dari masing-masing responden X = Rata-rata

SD = Simpangan baku (Standar Deviasi)

(22)

Rentang (R), adalah skor tertinggi dikurangi dengan skor terendah Banyaknya kelas interval (BK), dengan rumus:

BK = 1 + 3,3 log n

Panjang kelas interval (Ki), yakni rentang dibagi banyak kelas

Ki =

bk R

Rata-rata ( X ) dengan menggunakan rumus:

X =

Χ

fi i fi

Keterangan:

X = Rata-rata yang dicari

fx = Jumlah frekuensi

f = Frekuensi

Simpangan baku (S) atau Standar Deviasi (SD) dengan rumus:

S = n

Xi

2

Keterangan:

S = Simpangan baku yang dicari

X1 = Simpangan atau selisih individual antara data yang ke i dengan

rata-rata hitung

n = Banyaknya data

5. Uji Normalitas Distribusi Data

(23)

perhitungan yang bertujuan untuk mengolah skor mentah menjadi skor baku dengan menggunakan rumus:

Ti = 50-10

(

)

S X i

Χ

Keterangan:

Ti = Skor baku yang dicari

Xi = Data skor dari masing-masing responden S = Simpangan Baku

Tahapan yang dilakukan berdasarkan rumus di atas adalah:

a. Menentukan rentang (R) yaitu skor tertinggi dikurangi skor terendah, rumus menurut Sudjana (1996:91)

R = (STT – STR)

b. Menentukan banyaknya data kelas (bk) interval dengan menggunakan rumus menurut Sudjana (1996:47).

Bk = 1 + 3,3 Log n

c. Menentukan panjang kelas interval yaitu rentang dibagi banyak kelas, rumus menurut Sudjana (1996:47)

P =

Bk R

d. Mencari rata-rata ( X ) dengan rumus menurut Sudjana (1996:67)

X =

Χ
(24)

e. Mencari simpangan baku dengan rumus menurut Sudjana (1996:95)

S2 =

(

)

(

)

(

)

2 2 1 − Χ − Χ

n n i fi i fi n

Setelah itu maka selanjutnya menghitung uji normalitas distribusi untuk mengetahui dan menentukan apakah pengolahan data menggunakan analisis parametrik atau non parametrik, dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat (X2 ). Rumus tersebut menurut Sudjana (1996:237) sebagai berikut:

X2 =

(

)

Ei

Ei

Oi− 2

Keterangan:

X2 = Chi Kuadrat yang dicari Oi = Frekuensi hasil penelitian Ei = Frekuensi yang diharapkan

Prosedur yang ditempuh selanjutnya dalam uji normalitas distribusi data yaitu: a. Untuk membuat distribusi frekuensi

b. Untuk mencari batas bawah skor kiri interval dan batas atas skor kanan interval yaitu dengan rumus:

Z = S X i− Χ Keterangan:

X = Rata-rata distribusi X = Batas kelas distribusi S = Simpangan baku

(25)

d. untuk mencari luas tiap interval dengan cara mencari selisih luas O – Z kelas interval yang berdekatan untuk tanda Z yang sejenis dan menjumlahkan luas O – Z yang berlawanan.

e. untuk mencari luas Ei (frekuensi yang diharapkan) diperoleh dengan cara mengalihkan luas interval dengan n.

f. untuk mencari Oi (frekuensi hasil penelitian) diperoleh dengan cara melihat jumlah tiap kelas interval (Fi) pada tabel distribusi frekuensi.

g. untuk mencari Chi Kuadrat dengan cara menjumlahkan hasil perhitungan

h. untuk membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel yang terdapat dalam tabel dengan dk = k-3

6. Menguji Hipotesis Penelitian. 1. Koefisien Korelasi.

Untuk mencari derajat hubungan antara variabel X dengan variabel Y, digunakan analisis korelasi dengan rumus-rumus sebagai berikut:

a. Mencari koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y dengan menggunakan koefisien Korelasi Product Moment sebagai berikut:

r =

( )( )

( )

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

− Χ

− Χ

Χ − Χ

Y Y

n n

Y Y

n

(26)
[image:26.595.107.520.184.581.2]

Tabel 3.3

Tolok Ukur Koefisien Korelasi Product Moment

Nilai Koefisien Kriteria

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Tinggi

0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

c. Uji Signifikansi

Uji signifikansi dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan yang ditemukan tersebut berlaku untuk seluruh populasi.

Uji signifikansi menggunakan rumus :

t =

2

2

r i

n r

− −

Harga thitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga ttabel, dengan dk = n-2

dan pada tingkat signifikansi tertentu. Jika thitung > ttabel maka terdapat hubungan

yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y, dan sebaliknya.

2. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi digunakan dengan maksud untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel X terhadap variabel Y. Untuk iti dilakukan pengujian dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(27)

3. Analisis Koefisien Regresi

Analisis regresi dilakukan untuk memprediksi seberapa jauh nilai variabel dependen/variabel X bila nilai variabel independen/variabel Y diubah.

Rumus yang digunakan adalah:

Y = a + bX

Keterangan:

Y = Harga variabel Y yang diramalkan a = Harga garis regresi, yaitu apabila X=0

b = Koefisien regresi, yaitu besarnya perubahan yang terjadi pada Y, jika satu unit berubah pada X

X = Harga pada variabel X

Untuk mencari harga a dan b menggunakan rumus:

∑ ∑ ∑

x, y, xy,

x2,

y2,

n

a = Y –bX atau a =

( )

( )

( )

( )

( )

2

( )

2

2

− − x x n xy x x y

b = r

Sx Sy

atau b =

(

) ( )( )

( )

2

( )

2

− − x x n y x xy n

Jadi harga b merupakan fungsi dari koefisien korelasi. Jika angka koefisien korelasi tinggi, maka harga b juga tinggi, dan sebaliknya harga b akan rendah jika angka korelasi juga rendah.

(28)
(29)

90 BAB V.

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan dalam penelitian ini maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada variabel Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) yang terdiri atas 4 (empat) sub variabel, yaitu materi memiliki skor rata-rata sebesar 3,29 berkategori baik, implementasi memiliki skor rata-rata sebesar 3,70 berkategori baik, diseminasi memiliki skor rata-rata sebesar 3,66 berkategori baik, dan efektifitas Diklat memiliki skor rata-rata sebesar 4,05 berkategori sangat baik.

Skor terendah variabel pendidikan dan pelatihan adalah 2,84, skor tertinggi adalah 4,55, skor rata-rata sebesar 3,67 dan standar deviasi sebesar 5,55.

Hasil perhitungan persentasi untuk variabel penelitian pendidikan dan pelatihan (Diklat) yang memilih sangat setuju sebesar 25,70%, yang memilih setuju sebesar 42,34%, yang memilih netral sebesar 17,29%, yang memilih tidak setuju sebesar 6,59, dan yang memilih sangat tidak setuju sebesar 8,06%.

Hasil uji normalitas distribusi data pendidikan dan pelatihan (Diklat) memperoleh

< , yaitu 43,8919 < 251,10 maka data tersebut berdistribusi normal.

Dari analisis regresi bahwa hasil perhitungan regresi Y atas yang ditaksir dengan persamaan Y = 9,10 + 0,47 , diperoleh bahwa koefisien arah variable Y atas adalah signifikan pada tingkat kepercayaan 95%, karena F hitung lebih besar dari F table yaitu didapat F hitung = 120,71 > Ftabel 0,95 (1;56) = 4,02. Untuk hubungan antara Y dengan adalah linier karena = 0,04 < = 2,47.

(30)

2. Pada variabel motivasi berprestasi yang terdiri dari tiga sub variabel, yaitu motif memiliki skor rata-rata sebesar 3,61, berkategori baik, dorongan memiliki skor rata-rata sebesar 3,47 berkategori baik, dan harapan memiliki skor rata-rata sebesar 3,57; berkategori baik.

Skor terendah variabel motivasi berprestasi adalah 3,10, skor tertinggi sebesar 4,01, skor rata-rata sebesar 3,55 dan standar deviasi sebesar 6,08.

Hasil perhitungan persentasi untuk variabel motivasi berprestasi ( ) yang memilih sangat setuju sebesar 20,19%, yang memilih setuju sebesar 35,96%, yang memilih netral sebesar 27,83%, yang memilih tidak setuju sebesar 8,37%, dan yang memilih sangat tidak setuju sebesar 6,65%.

Hasil uji normalitas distribusi data motivasi berprestasi memperoleh <

, yaitu 212,3998 < 251,10 maka data tersebut berdistribusi normal.

Dari analisis regresi bahwa hasil perhitungan Y atas yang ditaksir oleh persamaan Y = 37,43+1,31 X2 , diperoleh bahwa koefisien arah variable Y atas adalah kurang signifikan pada tingkat kepercayaan 95%, karena F hitung lebih kecil dari F table yaitu didapat F hitung = 0,20 < Ftabel 0,95 (1;56) = 4,02. Untuk bentuk hubungan antara Y dengan X2 adalah linier karena = 1,44 < = 2,42.

Hasil analisis korelasi variabel motivasi berprestasi dengan pemahaman penjaminan mutu diperoleh sebesar 0,192 maka dapat dikatakan bahwa koefisien korelasinya Sangat Rendah.

3. Pada variabel Y pemahaman Penjaminan Mutu yang terdiri atas tiga sub variabel yaitu Pengetahuan memiliki skor rata-rata sebesar 3,87 berkategori baik, kemampuan memiliki skor rata-rata sebesar 3,00 berkategori sedang, dan penampilan/sikap memiliki skor rata-rata sebesar 4,32 berkategori sangat baik.

(31)

Hasil perhitungan persentasi untuk variabel pemahaman penjaminan mutu (Y) yang memilih sangat setuju, paham, menguasai, mampu sebesar 25,86%, yang memilih setuju, paham, menguasai, mampu sebesar 39,29%, yang memilih netral sebesar 20,05%, yang memilih tidak setuju, paham, menguasai, mampu sebesar 8,16%, dan yang memilih sangat tidak setuju, paham, menguasai, mampu sebesar 6,62%.

Hasil uji normalitas distribusi data variabel pemahaman penjaminan mutu memperoleh < , yaitu 25,774 < 251,10, dengan demikian variabel

pemahaman penjaminan mutu menunjukkan berdistribusi normal.

B. Implikasi

Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa efektifitas pendidikan dan pelatihan (Diklat) dan motivasi berprestasi dapat ditingkatkan melalui kerjasama diantara semua pegawai LPMP Propinsi Maluku. Atas dasar temuan tersebut maka dikemukakan sejumlah implikasi yang terkait dengan upaya keterlibatan semua pihak institusi untuk mengikuti diklat, mengimplementasi, dan mendiseminasi hasil diklat, antara lain:

1. Pendidikan dan pelatihan (Diklat) yang diikuti oleh pegawai telah diketahui keefektifannya oleh kepala LPMP, kepala sub bagian umum, dan kepala-kepala seksi.

2. Pegawai yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan (Diklat) telah mengetahui kekurangan dan kelebihan kesesuaian Diklat terhadap diri sendiri.

3. Secara umum pegawai LPMP Provinsi Maluku telah mengetahui tingkat pemahaman mereka tentang penjaminan mutu.

(32)

C. Rekomendasi.

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang tersebut diatas, maka rekomendasi yang diberikan sebagai berikut :

1. Perlunya kepala LPMP, kepala sub bagian umum, dan kepala-kepala seksi mempertimbangkan latar belakang pendidikan pegawai bila ditugaskan mengikuti pendidikan dan pelatihan (Diklat), terlihat dari hasil telaah indikator materi Diklat kurang sesuai dengan latar belakang pendidikan pegawai, kurangnya kemampuan menyusun program pemahaman quality assurance untuk kalangan eksternal, kurangnya kemampuan melaksanakan program pemahaman

quality assurance untuk kalangan eksternal, dan kurangnya kemampuan membuat

format eavaluasi program pemahaman quality assurance.

2. Perlunya kepala LPMP, kepala sub bagian umum, dan kepala-kepala seksi memperhatikan prestasi kerja pegawai sehingga lebih meningkatkan motivasi untuk berprestasi, terlihat dari hasil telaah indikator kurangnya saya dipromosikan oleh pimpinan untuk memegang/menjabat suatu posisi dan kenaikan pangkat jika saya dapat bekerja dengan baik.

3. Perlunya pegawai termotivasi dan disiplin dalam mengikuti pendidikan dan pelatihan (Diklat) sekalipun tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. 4. Pegawai yang ditugaskan mengikuti pendidikan dan pelatihan (Diklat) sebaiknya

mengimplementasikan hasilnya di kantor dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.

5. Pegawai yang ditugaskan mengikuti pendidikan dan pelatihan (Diklat) diharapkan dapat mendiseminasikan hasilnya setelah kembali ke kantor kepada pegawai lainnya yang belum mengikuti Diklat.

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Arep, Ishak dan Tanjung Hendri. 2004. Manajemen Motivasi. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Arifin, Rois, dkk. 2003. Perilaku Organisasi. Malang: Bayu Media.

Ariani, Dorothea.2000. Manajemen Kualitas: Pendekatan Sisi Kualitatif. Jakarta : Depdiknas.

Arikunto, Suharsimi.1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

Birzea, Cecchini.2005. Tool for Quality Assurance of Education for Democratic Citizenship in School. France : UNESCO

Bloom, Benjamin. 1956. Taxonomy of Educational Objectives, the Classification of Educational Goals. New York : David McKay Company, Inc.

Bloom, B.S and Krathwohl. 1956. Taxonomy of Educational Objectives. New York : Longman Green and co.

Brooks, Ian. 2003. Organizational Behavior : Individual, Groups, and Organization. London : Prentice Hall.

Creswell, John W. 2008. Educational Research. Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Third Edition, Pearson Merrill Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey Columbus, Ohio. Deming, W.Edward. 1986. Out of the Crisis. Massachussets : Massaschusetts

Institute of Technology.

Department of Education and Early Childhood Development.2006. Accountability and Improvement Framework for Victorian Government School. Melbourne : School Workforce Reform and School Improvement Division. Flippo, Edwin B, 1961. Principles of Personnel Management. New York :

McGraw – Hill Book Company. New York

Gaspersz, V, 2005. ISO 9001:2000 and Continual Quality Improvement. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Gibson, Ivanisevich Donnely. 1997. Organisation. Jakarta : Binapura Aksara

Handoko, Hani. 1992. Manajemen Personalia dan Sumber Daya manusia. Yogyakarta : BPFE

Harianja, Marihot T E. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Grasindo

Hasibuan, Malayu H. 2000. Manajemen : Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta : PT. Toko Gunung Agung

Ilyas, E, 2004. Pemahaman Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000. Bandung : TEDC

Indrawijaya, Adam I. 1989. Perilaku organisasi. Bandung : Sinar Baru.

(34)

Komaruddin. 1994. Manajemen Kantor Teori dan Praktek. Bandung : Trigendakarya.

Makmun, Abin Syamsudin. 2004. Kebutuhan Penelitian di Bidang Ilmu Pendidikan. Makalah Seminar PPD HEDS Dirjen Dikti Depdiknas. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Mangkunegara, Anwar. 2007. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung : PT. Refika Aditama.

Mangkunegara, AAA Prabu. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya

Mangkunegara, Anwar. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya

Mathis, Robert L dan John, H Jackson. 2000. Human Resource Management. New York : South – Western College Publishing

Mulyasa, 2003. Menjadi Kepala Sekolah Professional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Notoatmodjo, soekidjo. 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : Rineka Cipta

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan, Dikdasmen, Diknas, Jakarta.

Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 1994 jo PP No.100 tahun 2000 tentang Diklat Jabatan Pegawai Negeri Sipil

Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1979 dan Surat Edaran No. 02/SE/80 tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil

Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.

Poerwadarminta. 1992. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Perpustakaan nasional Riduwan. 2003. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung :

Alfabeta

Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Rivai,Veithzal dan Basri, Moh.Ahmad Fawzi, 2005. Performance Appraisal; Sistem yang Tepat Untuk Menilai Kinerja Karyawan dan Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Robbins, Stephen. 2003. Perilaku Organisasi. Terjemahan Hadyana Pujaatmaka dan Benjamin Molan. Jakarta : PT. Prenhallindo.

Sallis, Edward. 1993. Total Quality Management. London : Phyladelphy.

Siagian, Sondang. 2002. Meningkatkan Produktifitas Kerja. Jakarta Rineka Cipta. Siagian, sondang. 2003. Manajemen Strategik. Jakarta : Bumi Aksara

Simamora, Henry. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : STIE-YKPN

(35)

Steer, R. M. 1985. Organizational Effectiveness a Behavior View. Alih Bahasa Magdalena Jamin. Jakarta : Erlangga

Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Sugiana, Syahu. Kamus Manajemen (Mutu). Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RD. Bandung :

CV. Alfabeta.

Sumantri, suryana. 2001. Perilaku Organisasi. Bandung : UNPAD

Thoha, Miftah. 2003. Perilaku Organisasi;Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Wahjosumidjo. 1994. Kepimpinan dan Motivasi. Jakarta : Ghalia Indonesia

Wahyudi dan Akdon, 2005. Manajemen Konflik Dalam Organisasi ; Pedoman Praktis Bagi Pemimpin Efektif. Bandung : Alfabeta.

Winardi. 2000. Asas-asas Manajemen. Bandung : Mandar Maju

Gambar

Gambar 3.1 Rancangan penelitian.
Kriteria Penskoran Alternatif jawaban Variabel Tabel 3.1 �� dan ��  berdasarkan Skala
Tabel 3.2
Tabel 3.3

Referensi

Dokumen terkait

ekonomi Amerika Serikat pada akhir tahun 2007 yang lalu mendorong spekulasi bahwa Amerika Serikat berada di ambang resesi, terutama dampak krisis kredit yang.. telah meluas

Adalah makna yang naik atau membaik, yakni bentuk perubahan makna yang cakupan makna sekarang di rasakan lebih baik,lebih halus,lebih tinggi nilainya dari

PENGARUH LATIHAN POWER OTOT TUNGKAI (LEG EXTENTION) DAN KORDINASI MATA-KAKI (WALL BALL PASS) TERHADAP KECEPATAN DAN KETEPATAN SHOOTING ATLET SEPAK BOLA BELITUN.. Universitas

PPK masing-masing satker melakukan pengisian capaian output dalam aplikasi SAS dengan berpedoman kepada Manual Modul Capaian Output yang disertakan satu paket dengan

AGUS BUDI SANTOSO S,Pd SUYONO MELAI RAHMAWATI. DIREKTUR

Leng dkk melaporkan bahwa transplantasi eksosom sel punca mesenkimal melalui miRNA mampu meningkatkan keberhasilan terapi pada pasien pneumonia akibat corona virus

Konstitusionalitas Bersyarat ( conditionally constitutional ) dalam putusan MK adalah putusan yang menyatakan bahwa suatu ketentuan UU tidak bertentangan dengan konstitusi dengan

[r]