• Tidak ada hasil yang ditemukan

Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA) dan zero waste.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA) dan zero waste."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

UJI COBA /DEMONSTRASI

FORMULASI PAKAN MURAH BERKUALITAS UNTUK TERNAK SAPI DI KABUPATEN SINJAI

Amirullah, dkk PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

Paradigma pembangunan peternakan pada era globalisasi adalah terwujudnya masyarakat yang sehat dan produktif serta kreatif melalui peternakan tangguh berbasis sumber daya lokal. Program aksi untuk mewujudkan swasembada daging sapi pada tahun 2010 antara lain dapat dilakukan melalui kebijakan teknis pegembangan agribisnis sapi pola integrasi tanaman ternak berskala besar dengan pendekatan berkelanjutan dengan biaya murah dan optimalisasi pemanfaatan limbah atau yang dikenal dengan istilah Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA) dan zero waste.

Limbah pertanian dan agroindustri pertanian memiliki potensi yang cukup besar sebagai sumber pakan ternak ruminansia. Limbah yang memiliki nilai nutrisi relatif tinggi digunakan sebagai pakan sumber energi atau protein, sedangkan limbah pertanian yang memiliki nilai nutrisi relatif rendah digolongkan sebagai pakan sumber serat.

Umumnya limbah pertanian termasuk limbah biologi, karena ditimbulkan sebagai sisa pengusahaan tumbuhan, salah atau benda biologi. Oleh karenanya, limbah pertanian merupakan sumber bahan organik, terutama karbon dalam bentuk karbohidrat. Selain itu, sering didapat bahan berguna lain dalam jumlah yang masih memadai, seperti protein, lemak, vitamin dan mineral serta serat.

Oleh karena itu teknologi tentang pengolahan limbah pertanian perlu diupayakan agar dapat membantu peternak dalam menyediakan pakan ternaknya sehingga usahanya dapat berkembang dengan baik.

Pengolahan limbah pertanian dalam bentuk complete feed akan dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan ternak karena complete feed merupakan pakan lengkap untuk ternak rumenansia yang memiliki kandungan zat-zat makanan disusun dan diformulasi secara lengkap dan seimbang sesuai

(2)

dengan kebutuhan ternak. Penting untuk diperhatikan dalam pembuatan complete feed adalah memperhatikan kandungan dari bahan yang akan digunakan serta memiliki nilai ekonomis. Dengan memperhatikan hal tersebut maka peternak dapat menekan biaya produksi berupa pakan dan akan memperoleh keuntungan yang maksimal.

Produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor lingkungan sampai 70% dan faktor genetik hanya sekitar 30%. Diantara faktor lingkungan tersebut, aspek pakan mempunyai pengaruh paling besar sekitar 60%. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun potensi genetik ternak tinggi, namun apabila pemberian pakan tidak memenuhi persyaratan kuantitas dan kualitas, maka produksi yang tinggi tidak akan tercapai. Disamping pengaruhnya yang besar terhadap produktivitas ternak, faktor pakan juga merupakan biaya produksi yang terbesar dalam usaha peternakan. Biaya pakan ini dapat mencapai 60-80% dari keseluruhan biaya produksi.

Perlu dipahami bersama bahwa ” tidak ada strategi dan komposisi pakan terhebat yang dapat diterapkan pada semua sistem usaha peternakan sapi potong yang tersebar di berbagai lokasi usaha. Yang terhebat adalah strategi untuk mengungkap dan mengolah bahan pakan potensial setempat menjadi produk ekonomis yang aman, sehat, utuh, halal dan berkualitas”.

Untuk itu diperlukan introduksi teknologi formulasi pakan murah berkualitas untuk ternak sapi. Upaya tersebut dapat ditempuh dengan meningkatkan keterampilan peternak-peternak menyusun formulasi pakan melalui pemanfaatan bahan baku lokal. Efektivitas dan efisiensi usaha tersebut sangat tergantung pada : ketersediaan bahan, kandungan nutrisi (zat gizi yang diperlukan ternak), harga, anti nutrisi/racun (aflatoxin), tekstur bahan (apakah perlu diolah sebelum digunakan).

Upaya untuk mempercepat penyebarluasan teknologi formulasi pakan murah untuk ternak sapi dengan cara mendekatkan, memperkenalkan dan memperagakannya ditingkat peternak melalui kegiatan demonstrasi plot.

Dengan demonstrasi plot peternak tidak saja melihat dan melakukannya akan

(3)

tetapi berdampak positif bertambahnya keyakinan dan kepercayaannya.

Akhirnya akan mendorong minat dan mampu menerapkannya.

Demplot merupakan tempat bagi peternak-peternak belajar sambil berbuat untuk menjadi tau dan mau menyelesaikan sendiri masalahnya secara lebih baik sehingga hasil usaha taninya lebih menguntungkan, sebab peternak dan keluarganya dapat belajar dari pengalaman yang mereka alami sendiri, selama peternak menjadi pelaku dalam kegiatan demplot. Agar peternak lebih mendalami dan memahami proses pembelajaran ini diperlukan berbagai media penyuluhan pertanian yang sesuai dengan daya pikir dan daya nalar peternak.

Di antaranya adalah dengan metode demonstrasi, dan cara demonstrasi adalah suatu bentuk metode penyuluhan pertanian yang melibatkan cara dan penyerapan teknologi baru dengan lebih sempurna. Demonstrasi bukan suatu percobaan atau pengujian, tetapi suatu pendidikan lewat suatu percontohan.

2. TUJUAN

Untuk memperkenalkan teknologi formulasi pakan murah berkualitas untuk

sapi dengan memanfaatkan limbah pertanian di Kabupaten Sinjai Untuk memperoleh umpan balik tentang kesesuaian teknis, ekonomi dan

sosial teknologi formulasi pakan murah berkualitas untuk sapi di Kabupaten Sinjai

3. PERKIRAAN KELUARAN

Peternak mengetahui dan mampu menyusun formulasi pakan murah berkualitas untuk sapi di Kabupaten Sinjai

Umpan balik tentang kesesuaian teknis, ekonomis, sosial dan budaya peternak dengan teknologi formulasi pakan murah berkualitas untuk ternak sapi di Kabupaten Sinjai

4. PERKIRAAN HASIL

Peternak-peternak pada 3 FMA beserta anggotanya memahami, menerima dan terampil menformulasi pakan murah berkualitas untuk sapi

(4)

Peternak-peternak berpartisipasi dalam proses pembelajaran sesuai dengan daya pikir dan daya nalarnya

Peternak dapat menggunakan metode dan media penyuluhan pertanian yang sesuai untuk melakukan transfer teknologi

5. PERKIRAAN MANFAAT DAN DAMPAK MANFAAT

Peternak-peternak mampu menformulasi dan memproduksi pakan murah berkualitas untuk ternak sapi di Kabupaten Sinjai

DAMPAK

Tersedianya pakan murah dan berkualitas untuk ternak sapi di Kabupaten Sinjai sebagai suatu peluang usaha bisnis

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Salfina, dkk (2004) bahwa pakan merupakan faktor yang sangat penting pada usaha penggemukan sapi, baik hijauan (pakan dasar), konsentrat maupun adiktif. Sejalan dengan hasil penelitian Gunawan, et al,. (1996), bahwa pemberian konsentrat dapat meningkatkan PBBH sapi bali , PO, dan Madura hingga mencapai 660, 750, dan 650 gr/ekor/hari.

Ransum untuk penggemukan sapi tidak cukup hanya dipenuhi dari pakan hijauan saja, melainkan perlu dukungan pakan konsentrat yang memadai.

Kebutuhan pakan konsentrat ini tergantung jenis sapi yang dipelihara, untuk sapi- sapi lokal yang memiliki kemampuan menghasilkan pertambahan bobot badan < 1 kg/hari, memerlukan pakan konsentrat yang lebih kecil. Lain halnya untuk sapi-sapi peranakan unggul yang memiliki kemampuan menghasilkan pertambahan bobot badan > 1 kg/hari, maka memerlukan pakan konsentrat yang lebih tinggi (Nuschati et al.,2007)

Soeparno (1998) dan Tillman et al. (1998) melaporkan bahwa faktor genetis dan asupan nutrisi sangat mempengaruhi terhadap kecepatan pertumbuhan ternak.

Sapi eks-impor yang memiliki kecepatan pertumbuhan tinggi (misal sapi peranakan

(5)

Simmental, Limousin, Frishian Holstein), tidak akan mampu memberikan PBBH sesuai kemampuan genetisnya apabila asupan nutrisi yang diberikan sama seperti penggemukan pada sapi lokal. Demikian sebaliknya untuk sapi lokal (misal sapi Peranakan Ongole/PO) yang secara genetis memiliki kecepatan pertumbuhan rendah sampai sedang, juga tidak akan mampu memberikan PBBH seperti sapi eks-impor walaupun diberikan asupan nutrisi lebih dari kebutuhannya (Tillman et al.,1998 dan Aryogi et al.,2005). Oleh karena itu dalam usaha sapi kereman perlu teknologi pemberian pakan sesuai kebutuhan (adequate), sehingga dapat menghindari terjadinya pemborosan biaya produksi pakan sekaligus dapat meningkatkan konversi pakan yang dideposisi dalam daging sapi (Prawirodigdo et al.,2004).

Pemberian pakan hijauan meskipun bisa diprediksi dengan rumusan yang ada, sebaiknya tidak terlalu dibatasi melainkan perlu dilebihkan dari yang semestinya dikonsumsi. Hal ini untuk memberikan keleluasaan pada ternak yang mengkonsumsi karena tingkat konsumsi ransum pada sapi kereman di Indonesia cukup beragam.

(Anggraeny et al., 2005; Wijono dan Mariyono, 2005 dan Nuschati et al., 2005).

Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat bergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur, kelembaban nisbi udara) serta bobot badannya. Maka, setiap ekor ternak yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda pula (Umiyasih, 2007).

Salah satu pengembangan teknologi formulasi pakan adalah teknologi pakan lengkap (complete feed) merupakan salah satu metoda/teknik pembuatan pakan yang digunakan untuk meningkatkan pemanfaatan limbah pertanian/ perkebunan dan limbah agroindustri melalui proses pengolahan dengan perlakuan fisik dan suplementasi untuk produksi pakan ternak ruminansia. Proses pengolahannya meliputi pemotongan untuk merubah ukuran partikel, pengeringan, penggilingan/

penghancuran, pencampuran antara bahan serat dan konsentrat yang berupa padatan maupun cairan, serta pengemasan. Pemanfaatan limbah pertanian/perkebunan yang tersedia secara lokal di masingmasing wilayah, ditambah dengan penggunaan limbah agroindustri, merupakan salah satu upaya dalam

(6)

mengembangkan produksi pakan dengan kualitas standar dan sekaligus murah.

Rekomendasi yang diberikan oleh Badan Penelitian Internasional (National Research Council) mengenai standardisasi kebutuhan ternak terhadap pakan dinyatakan dengan angka-angka kebutuhan nutrisi ternak ruminansia. Rekomendasi tersebut digunakan sebagai patokan untuk menentukan kebutuhan nutrisi ternak ruminansia, sejalan dengan pertumbuhan, perkembangan kondisi serta tingkat produksi yang dihasilkannya, konsumsi pakannya pun akan meningkat pula. Tinggi rendah konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal (kondisi ternak itu sendiri). Beberapa tentang bahan baku pakan :

Sumber serat adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan serat kasar (SK)

>18%, contohnya limbah pertanian, kulit biji polong-polongan dll.

Sumber energi adalah bahan-bahan yang memiliki kadar protein kurang dari 20%

dan serat kasar kurang dari 18% atau dinding selnya kurang dari 35%, contohnya biji-bijian, kacang-kacangan, buah-buahan, umbi-umbian dan limbah sisa penggilingan.

Sumber protein adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan protein kasar

>20% baik bahan yang berasal dari tumbuhtumbuhan seperti bungkil, bekatul maupun yang berasal dari hewan seperti silase ikan.

Sumber mineral adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan mineral yang cukup tinggi, misalnya garam dapur, kapur makan, tepung ikan, tepung kulit bekicot, tepung kulit kerang dan tepung kulit ikan.

Sumber vitamin adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan vitamin cukup tinggi, misalnya makanan berbutir dan umbiumbian.

Pakan tambahan adalah bahan-bahan tertentu yang ditambahkan kedalam ransum, seperti obat-obatan, anti biotika, hormon, air, dan zat pengharum.

Palatabilitas merupakan sifat performansi bahan-bahan pakan sebagai akibat dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan pakan yang dicerminkan oleh organoleptiknya seperti kenampakan, bau, rasa (hambar, asin, manis, pahit), tekstur dan temperaturnya. Hal inilah yang menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsinya (Umiyasih, 2007).

(7)

Secara umum, inovasi didefinisikan sebagai suatu ide, praktek atau obyek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu atau satu unit adopsi lain. Thompson dan Eveland (1967) mendefinisikan inovasi sama dengan teknologi, yaitu suatu desain yang digunakan untuk tindakan instrumental dalam rangka mengurangi ketidak teraturan suatu hubungan sebab akibat dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi, inovasi dapat dipandang sebagai suatu upaya untuk mencapai tujuan tertentu.

Fullan (1996) menerangkan bahwa tahun 1960-an adalah era dimana banyak inovasi-inovasi pendidikan kontemporer diadopsi, seperti matematika, kimia dan fisika baru, mesin belajar (teaching machine), pendidikan terbuka, pembelajaran individu, pengajaran secara team (team teaching) dan termasuk dalam hal ini adalah sistem belajar mandiri.

Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. Difusi dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga dapat diangap sebaai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Jelas disini bahwa istilah difusi tidak terlepas dari kata inovasi. Karena tujuan utama proses difusi adalah diadopsinya suatu inovasi oleh anggota sistem sosial tertentu. Anggota sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem.

Rogers (1983) mengemukakan lima karakteristik inovasi meliputi: 1) keunggulan relatif (relative advantage), 2) kompatibilitas (compatibility), 3) kerumitan (complexity), 4) kemampuan diuji cobakan (trialability) dan 5) kemampuan diamati (observability).

Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik/unggul dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi eknomi, prestise social, kenyamanan, kepuasan dan lain-lain.

Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.

Kompatibilitas adalah derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten

(8)

dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi.

Sebagai contoh, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai (compatible).

Kerumitan adalah derajat dimana inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit untuk dipahami dan digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan mudah dapat dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya.

Semakin mudah dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi.

Kemampuan untuk diuji cobakan adalah derajat dimana suatu inovasi dapat diuji-coba batas tertentu. Suatu inovasi yang dapat di uji-cobakan dalam seting sesungguhnya umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu menunjukan (mendemonstrasikan) keunggulannya.

Kemampuan untuk diamati adalah derajat dimana hasil suatu inovasi dapat terlihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil dari suatu inovasi, semakin besar kemungkinan orang atau sekelompok orang tersebut mengadopsi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar keunggulan relatif; kesesuaian (compatibility); kemampuan untuk diuji cobakan dan kemampuan untuk diamati serta semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat kemungkinan inovasi tersebut dapat diadopsi.

METODE PELAKSANAAN PROSEDUR

a. Bahan

Pakan yang digunakan adalah pakan hijauan dan bahan pakan lokal yang dapat digunakan sesuai dengan ketersediaan bahan yang ada di setiap wilayah, adapun bahan baku pakan yang digunakan untuk menformulasi pakan murah antara lain :

1. Sumber Serat Kasar ; kulit kacang tanah, tongkol jagung

(9)

2. Sumber Energi ; dedak.

3. Sumber Protein ; tepung ikan 4. Sumber Mineral ; pikuten b. Pendekatan

Kegiatan Demonstrasi Plot (Demplot) akan dilaksanakan dengan pendekatan partisipatif dalam menunjukkan teknologi formulasi pakan murah dan berkualitas untuk sapi melalui pendayagunaan limbah pertanian dan agroindustri untuk mendukung ketersediaan pakan yang kontinue.

c. Tahapan Pelaksanaan

 Persiapan

1) Penelusuran hasil-hasil penelitian teknologi pemanfaatan limbah pertanian dan agroindustri sebagai sumber pakan sapi yang potensial

2) Identifikasi sebaran teknologi formulasi pakan murah berkualitas untuk ternak sapi di Kabupaten Sinjai;

3) Identifikasi FMA yang membutuhkan teknologi formulasi pakan murah berkualitas di Kabupaten Sinjai;

4) Identifikasi dan inventarisasi potensi sumberdaya limbah pertanian dan agroindustri yang tersedia untuk formulasi pakan murah berkualitas di Kabupaten Sinjai;

 Pembentukan Tim Pelaksana

Pelaksana kegiatan adalah Tim yang terdiri dari Penyuluh , Peneliti dan Teknisi BPTP Sulawesi Selatan yang bidang keahliannya sesuai dengan teknologi yang di Uji Coba/didemonstrasikan, serta melibatkan penyuluh di tingkat kabupaten

 Penyediaan Bahan Diseminasi

Jenis media yang disediakan adalah Juknis pelaksanaan demplot dalam bentuk folder. yang memuat informasi tentang limbah pertanian dan agroindustri yang potensial sebagai bahan baku pakan murah berkualitas

 Koordinasi

Koordinasi dilakukan bersama dengan pengelolah P3TIP/FEATI, Dinas terkait, BPP dan Gapoktan untuk penyampaian kegiatan yang akan dilaksanakan,

(10)

data lokasi dan Gapoktan pengelolah FMA FEATI, jadwal tanam yang telah disepakati oleh kelompok serta pengadaan sarana produksi

 Penetapan Lokasi dan Peternak Pelaksana

Penetapan lokasi Uji Coba/Demonstrasi dilakukan bersama sama pengelolah FEATI Kabupaten dan Penyuluh lapangan dengan persyaratan bahwa. : 1) Lokasi kegiatan Uji Coba/demonstrasi adalah lokasi P3TIP/FEATI; 2) letaknya berada dipinggir jalan; 3) mudah dijangkau sehingga dapat dilihat oleh peternak sekitar; 4) bebas dari banjir, kekeringan; 5) tidak jauh dari jalan yang dilewati kendaraan roda 2 atau roda 4. Persyaratan peternak pelaksana/kooperator adalah : 1) ketua Gapoktan pengelola FMA FEATI atau anggota Gapoktan yang dominan mengusahakan komoditi yang didemonstrasikan dan membutuhkan teknologi tersebut; 2) Peternak kooperator sebaiknya inovatif; 2) mudah diajak kerjasama dalam pelaksanaan kegitan ; 3) dan dapat menggerakkan kelompok tani lainnya.

 Pelaksanaan 1) Waktu

Waktu pelaksanaan kegiatan pada bulan Januari 2011 sampai dengan Desember 2011.

2) Lokasi

Desa Lamatti Riaja Kec. Bulu Poddo Kab. Sinjai dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut adalah lokasi FEATI/P3TIP.

3) Peternak Pelaksana

H. JUmri (ketua kelompoktani Sicirinnae 2 tergabung dalam FMA Lamattti Jaya)

4) Sosialisasi/Apresiasi Awal kegiatan

Sosialisasi teknologi dilakukan mengawali kegiatan demonstrasi bertujuan untuk menyampaikan teknologi yang akan diintroduksi. Pertemuan ini dilakukan di lokasi kegiatan sebagai nara sumber yaitu Peneliti dan Penyuluh BPTP Sulawesi Selatan dihadiri oleh peternak pelaksana, peternak anggota Gapoktan/Gapoktan lain yang mengusahakan sapi, para penyuluh, petugas dari Instansi terkait dan Pemda. Pada pertemuan ini interaksi yang dilakukan melalui media cetak dan dialog antara nara

(11)

sumber dan peternak-peternak Kegiatan ini melibatkan 3 (tiga) kelompoktani sapi yang tergabung dalam FMA Lamatti Jaya

5) FGD (Focus Group Discussion)

Kegiatan ini bertujuan menggali informasi kemampuan/ penguasaan teknologi, kebiasaan peternak dalam mengelola usahataninya, produksi dan pendapatan yang diperoleh serta masalah yang dihadapi. Hasil pertemuan ini adalah kesepakatan dengan FMA tentang pilihan jenis bahan pakan dari limbah pertanian untuk diformulasi menjadi pakan murah berkualitas. Focus Group Discussion yang melibatkan peternak kooperator dan anggotanya. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh kesepakatan rakitan teknologi dengan peternak koopertaor.

6) Aplikasi Teknologi

 Memperkenalkan limbah-limbah pertanian yang dapat dijadikan sumber pakan murah berkualitas dan kandungan nutrisinya

 Menunjukkan cara formulasi pakan murah berkualitas

 Melibatkan peternak-peternak secara aktif dalam setiap aktivitas demonstrasi teknologi formulasi pakan murah berkualitas

 Setiap tahapan aplikasi teknologi, menghadirkan beberapa FMA untuk melihat secara langsung formulasi pakan murah berkualitas

 Formulasi pakan murah berkualitas untuk 100 kg adalah :

 Dedak padi 31,5 kg

 Tepung Kulit kacang 31,5 kg

 Tepung Tongkol jagung 31,5 kg

 Tepung ikan 5 kg

 Tepung mineral Pikuten 0,5 kg 7) Pengamatan

Data yang dikumpulkan adalah :

 Ketersediaan bahan pakan berupa limbah pertanian Jenis limbah pertanian

Jumlah limbah pertanian yang tersedia Waktu ketersediaannya

 Palatabilitas (tingkat kesukaan sapi)

(12)

 Nilai ekonomi jenis-jenis limbah pertanian yang dijadikan sumber pakan

 Karateristik peternak anggota FMA yang terlibat

 Alokasi waktu berdasarkan komponen aktivitas dalam demonstrasi teknologi formulasi pakan murah berkualitas (tingkat partisipasi peternak-peternak )

 Alokasi kemampuan penginderaan (telinga, mata, tangan) menyerap informasi teknologi dalam proses belajar melalui demonstrasi (tingkat partisipasi peternak-peternak)

 Respon, tanggapan dan komentar peternak-peternak terhadap teknologi yang didemonstrasikan melalui dialog, wawancara menggunakan daftar pertanyaan yang meliputi :

Tingkat pengetahuan, pemahaman, kemampuan teknis, dalam menerapkan teknologi yang didemonstrasikan

Masalah yang ada jika teknologi diterapkan

Kemungkinan untuk dilanjutkan musim berikutnya

 Data tingkat kepuasan peternak-peternak anggota kelompok terhadap teknologi yang di Uji Coba/Demonstrasi terkait dengan karakter teknologi introduksi, yang meliputi :

Kelebihan teknologi yang diintroduksi Kekurangan teknologi yang diintroduksi

 Data penggunaan Dana Non APBN/LOAN dalam pembiayaan kegiatan Demonstrasi

8) Analisa Data

Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis :

 Analisis statistik sederhana untuk melihat kelayakan teknis teknologi

 Kelayakan financial pakan murah berkualitas ditentukan berdasarkan imbangan antara tambahan penerimaan dengan tambahan biaya akibat penerapan teknologi introduksi atau Marginal benefit cost ratio (MBCR).

(13)

MBCR :

Penerimaan Kotor (B) – Penerimaan Kotor (P)

Total Biaya (B) – Total Biaya (P) Keterangan : B : Teknologi Baru ; P : Teknologi Peternak

 Analisis deskriptif untuk melihat tingkat partisipasi FMA terkait dengan alokasi waktu, alokasi kemampuan penginderaan, faktor internal dan faktor eksternal peternak

 Analisis deskriptif untuk melihat tingkat kepuasan peternak terkait preferensinya dan hasil karakterisasi teknologi yang didemonstrasikan

Analisis respon peternak-peternak dalam FMA untuk mengetahui kesesuaian teknis, ekonomi, sosial, dan budaya peternak dengan teknologi yang didemonstrasikan

Analisis porsi dana non APBN/LOAN :pembiayaan demonstrasi

 Temu Lapang

Kegiatan ini dilakukan pada setiap tahapan aplikasi teknologi dan menjelang akhir kegiatan, untuk lebih meningkatkan pemahaman peternak dan kemungkinan penerapannya lebih lanjut.

 Pelaporan dan Seminar Hasil

Kegiatan ini dilakukan menjelang akhir kegiatan. Setelah data primer terkumpul, diolah dan dianalisis, untuk penyusunan laporan dan selanjutnya dilakukan seminar untuk menampung saran dan perbaikan, sehingga laporan dianggap layak dan dapat dipahami oleh yang memerlukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Sumberdaya

Hasil analisis secara komprehensif sumberdaya alam untuk pelaksanaan kegiatan Ujicoba/DemonstrasiFormulasi Pakan Murah dan Berkualitas Untuk Ternak Sapi merupakan indikator dalam penentuan lokasi yaitu antara lain ; temperature, kelembaban, curah hujan dsb. Kecamatan Bulupoddo memiliki

(14)

temperature yang relative baik bagi pertumbuhan sapi potong terbukti dengan meningkatnya laju pertumbuhan yang diakibatkan oleh konsumsi pakan yang meningkat.

Curah hujan di wilayah ini juga cukup tinggi yaitu 800 mm/tahun sehingga berkorelasi tinggi dengan ketersediaan pakan hijauan. Selain itu pula karena tingginya curah hujan mengakibatkan temperature potensial bagi pertumbuhan sapi potong. Demikian juga dengan kondisi topografi lokasi akan mempengaruhi temperature, curah hujan, dan kelembababan lingkungan. Dalam hal ini kecamatan Bulupoddo sedikit berbukit sehingga bisa menghambat arah angin sehingga menjadi pertimbangan pembuatan kandang. Selain itu juga arah sinar matahari dapat masuk ke dalam kandang.

Melihat kondisi tersebut masa yang tepat untuk penggemukan sapi adalah mulai dilakukan pada bulan Desember sampai dengan bulan Juli, karena dapat menjamin kualitas maupun kuantitas pakan yang diberikan pada masa penggemukan sehingga akan memberikan pertumbuhan optimal serta mempercepat periode produksi. Hal ini akan menjadi lebih efisien baik dari tenaga ataupun biaya lain dibutuhkan dalam proses produksi.

Yasa, dkk (2006) menyatakan bahwa pertambahan bobot sapi pada bulan Maret sampai Juni laju pertumbuhannya mulai menurun dari bulan Juli sampai Agustus. Kondisi ini seiring dengan menurunnya ketersediaan pakan khususnya untuk hijauan serta kurang baiknya kondisi lingkungan dengan rendahnya curah hujan pada saat itu. Hal tersebut dapat dijadikan referensi untuk, penggemukan sebaiknya diawali pada bulan Desember selanjutnya dipasarkan pada bulan Mei- Juni tahun berikutnya. Namun demikian pengalaman menunjukkan bahwa penggemukan yang dilakukan mulai pada bulan Mei-Juli memberikan hasil yang tidak mengecewakan. Strategi lain yang dapat dilakukan berupa peningkatan 1) volume pemberian pakan konsentrat ditingkatkan, namun dengan perhitungan secara ekonomis terlebih dahulu; 2) memperbesar bobot badan awal sapi yang akan digemukkan, yakni paling tidak 300 kg supaya waktu pemeliharaan yang dibutuhkan untuk mencapai bobot potong menjadi lebih singkat (5 bulan); dan 3) meningkatkan sumber pakan hijauan bermutu melalui penananam

(15)

hijauan pakan bermutu tahan kering seperti lamtoro yang telah terbukti berproduksi sepanjang tahun.

Eksistensi kelembagaan pertanian di wilayah ini meliputi kelembagaan peternak yaitu kelompoktani dan Gapoktan, kelembagaan keuangan berupa BRI Unit, kelembagaan penyuluhan berupa Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dan berinteraksi baik dengan peternak di wilayahnya, kelembagaan pemasaran berupa pasar tradisional tingkat kecamatan yang beroperasi 3 kali seminggu. Di pasar ini juga sebagian besar peternak melakukan transaksi pembelian sarana produksi dan penjualan hasil produksi.

2. Karakteristik Peternak

Karakteristik peternak perlu menjadi pertimbagan dalam proses transfer teknologi karena kondisi internal ersebut berperan dalam berbagai proses yang dilalui seseorang dalam berinteraksi dengan hal-hal inovatif. Karakteristik secara internal digambarkan oleh umur, tingkat pendidikan formal, luas pemilikan lahan dan jumlah tanggungan keluarga serta pengalaman dalam berusaha ternak sapi secara berturut-turut akan dibahas dan disajikan dalam tabel-tabel berikut .

Umur Peternak

Kemampuan fisik seorang peternak dalam melaksanakan usahataninya sangat dipengaruhi oleh kemampuan fisik. Demikian juga dengan kinerja seseorang akan sejalan dengan pertambahan umur. Semakin tinggi umur seseorang, maka kemampuan bekerja akan meningkat sehingga produktivitasnya meningkat sampai mencapai batas umur tertentu. Secara detail akan diurai dan dibahas kemudian disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 1.

Distribusi Peternak Menurut Umur pada

Ujicoba/DemonstrasiFormulasi Pakan Murah dan Berkualitas Untuk Ternak Sapi di Kabupaten Sinjai , 2011.

No. Umur (thn) Jumlah Peternak

(org) Prosentase (%)

1. < 40 8 32

2. 40 – 45 11 44

(16)

3. 46 – 51 4 16

4. 52 – 57 2 8

Jumlah 25 100

Sumber : Hasil Olahan Data Primer

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar peternak berada pada usia 40 – 45 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada umumnya peternak berada pada usia produktif yaitu kisaran usia 17 – 65 tahun, sehingga secara fisik masih memiliki kemampuan yang cukup baik untuk melakukan aktivitas usahatani dan usaha ternaknya.

Termasuk di dalamnya menerapkan berbagai teknologi yang tersedia untuk meningkatkan kinerja usahanya. Namun demikian masih perlu bimbingan lebih lanjut untuk menerapkan suatu komponen teknologi, karena tingkat ketrampilan seseorang akan dapat dicapai dengan meningkatkan frekuensi aktivitas yang sama.

Tingkat Pendidikan Formal

Tingkat pendidikan formal merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kapasitas sumberdaya manusia. Namun peningkatan kapasitas seseorang dapat ditempuh dengan berbagai cara, antara lain dengan pendidikan formal, dimana makin tinggi tingkat pendidikan formal peternak akan semakin rasional pola pikir dan daya nalarnya, sehingga akan lebih cepat memahami fenomena yang ada, yang selanjutnya akan menanamkan pengertian, sikap dan mempengaruhi kemampuan peternak untuk bertindak lebih tanggap terhadap suatu inovasi teknologi. Untuk lebih meyakini bahwa tingkat pendidikan formal seseorang sangat mempengaruhi pembentukan opini, pembentukan sikap, akan diuraikan dalam tabel berikut.

Tabel 2.

Distribusi Peternak Menurut Pendidikan Formal pada Ujicoba/DemonstrasiFormulasi Pakan Murah dan Berkualitas

Untuk Ternak Sapi di Kabupaten Sinjai , 2011.

No. Tingkat

Pendidikan Jumlah Peternak

(org) Prosentase (%)

1. Tidak Tamat SD - -

(17)

2. Tamat SD 2 8

3. SMP 15 60

4. SMA 8 32

Jumlah 25 100

Sumber : Hasil Olahan Data Primer

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar peternak memiliki tingkat pendidikan yang relatif baik, karena mayoritas sudah pada tingkat pendidikan menengah sehingga memberikan gambaran kapasitas yang cukup optimal untuk melakukan interaksi dengan dunia luar.

Kapasitas tersebut salah satunya adalah kemampuan mengakses informasi dan teknologi relatif lebih baik. Meskipun dalam berkomunikasi masih sangat terpengaruh oleh kebudayaan setempat yang melekat kuat sehingga masih terdapat kendala dalam transfer teknologi.

Oleh karena itu dibutuhkan pendekatan dialogis untuk berinteraksi sehingga komunikasi dapat terjalin dengan baik yang pada akhirnya akan memudahkan upaya transfer teknologi ke depan. Kualitas interaksi yang baik akan menghasilkan komunikasi yang timbal balik, dalam arti akan terjadi umpan balik secara alami.

Pengalaman Berusahatani

Pengalaman merupakan ujung tombak dari suatu proses penemuan, dimana pengetahuan yang diperoleh seseorang dalam hal ini peternak-peternak akan menjadi referensi bagi pengembangan usahatani-ternaknya ke depan. Oleh sebab itu sangatlah penting menggambarkan pengalaman karena merupakan penggambaran tingkat ketrampilan teknis yang dimiliki, pemikiran rasional dan kemampuan untuk melakukan inovasi usahatani-ternaknya yang dapat memberikan nilai tambah. Hal tersebut akan diuraikan pada tabel berikut :

Tabel 3.

Distribusi Peternak Menurut Pengalaman Berusahatani pada Ujicoba/DemonstrasiFormulasi Pakan Murah dan Berkualitas

Untuk Ternak Sapi di Kabupaten Sinjai , 2011.

No. Pengalaman

Berusahatani (thn) Jumlah Peternak

(org) Prosentase (%)

(18)

1. < 5 tahun 3 12

2. 5 – 10 tahun 12 48

3. 11 – 20 tahun 5 20

4. > 20 tahun 5 20

Jumlah 25 100

Sumber : Hasil Olahan Data Primer

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar peternak-peternak memiliki pengalaman yang sudah cukup banyak yaitu 5 – 10 tahun, yang menjadi indikator bahwa banyak pengetahuan yang sudah dimiliki mereka dalam pemeliharaan sapi potong, sehingga dengan melakukan interaksi dan komunikasi yang baik akan lebih mudah berlansungnya proses transfer teknologi. Namun demikian teknologi formulasi pakan murah berkualitas yang menggunakan bahan lokal merupakan hal baru bagi mereka sehingga akan membawa dampak pada peningkatan mutu pemeliharaan sapi potong.

Kondisi usaha ternak sapi potong yang dikelola Peternak masih sangat tradisional, sehingga peluang untuk meningkatkan produksi dan pendapatran masih terbuka lebar yang didukung dengan ketersediaan sumberdaya pertanian yang memiliki potensi limbah yang cukup banyak.

Kepemilikan Sapi

Syarat utama penggemukan sapi adalah ternak sapi yang akan digemukkan, dan merupakan salah satu faktor produksi. Pada umumnya peternak memiliki 1 – 3 ekor per rumah tangga tani. Kepemilikan ini juga dipengaruhi oleh tingkat kemampuan mengelola usaha dan kepemilikan modal. Di samping itu juga pada umumnya peternak masih berusahatani di persawahan untuk menopang kebutuhan pangan keluarga.

Secara tradisional pengembangan sapi potong peternak hanya mengandalkan pakan hijauan, sehingga perlu pengembangan formulasi pakan yang murah dan berkualitas untuk mendukung program penggemukan sapi. Sapi sebagai aset usahatani peternak, namun demikian untuk lebih meningkatkan produktivitasnya perlu dikelola dengan

(19)

optimal dan bijaksana. Hal tersebut terkait dengan kelestarian sumberdaya.

Untuk lebih jelasnya diuraikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.

Distribusi Peternak Menurut Kepemilikan Ternak Ujicoba/DemonstrasiFormulasi Pakan Murah dan Berkualitas

Untuk Ternak Sapi di Kabupaten Sinjai , 2011.

No. Kepemilikan ternak

(ekor) Jumlah

Peternak (org) Prosentase (%)

1. 1 5 20

2. 2-3 12 48

3. > 3 8 32

Jumlah 25 100

Sumber : Hasil Olahan Data Primer

Berdasarkan data tersebut di atas menunjukkan bahwa tingkat kepemilikan yang masih relatif kecil ini berpotensi untuk dikembangkan dalam suatu kelompok untuk lebih mengefisienkan dan mengefektifkan penggunaan teknologi. Hal tersebut ditempuh agar dapat diperhitungkan tingkat kelayakan usaha penggemukan sapi di tingkat peternak. Dalam mengoptimalkan manfaat teknologi formulasi pakan murah dan berkualitas dapat diketahui juga nilai tambah dari investasi.

Kondisi Awal Peternak (Pengetahuan)

Proses bagaimana suatu inovasi disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem social, membutuhkan waktu yang relative cukup. Hal tersebut sejalan dengan pengertian difusi dari Rogers (1961), yaitu “as the process by which an innovation is communicated through certain channels over time among the members of a social system.” Lebih jauh dijelaskan bahwa difusi adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan yang berupa gagasan baru.

(20)

Lebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi dan argumen yang cukup signifikan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Keputusan inovasi tersebut dapat diperkuat oleh data awal yang diperoleh melalui identifikasi pengetahuan awal yang dimiliki peternak tentang teknologi yang akan di introduksi melalui kegiatan ujicoba/demonstrasi.

Pengetahuan awal peternak dalam kegiatan ini diuraikan secara jelas dalam tabel berikut :

Tabel 5.

Pengetahuan Awal Peternak Tentang Teknologi Introduksi pada Ujicoba/DemonstrasiFormulasi Pakan Murah dan Berkualitas

Untuk Ternak Sapi di Kabupaten Sinjai , 2011.

No. Uraian Pengetahuan

(N=25) Prosentase (%) Ya Tidak Ya Tidak 1. Informasi Teknologi

Limbah Pertanian Sebagai Bahan Baku Pakan

2 23 8 92

2. Potensi Bahan Baku yang

tersedia 1 24 4 96

3. Potensi Dedak Padi sebagai

bahan baku pakan 15 5 60 40

4. Potensi Limbah Kacang Tanah sebagai bahan baku pakan

- 25 - 100

5. Potensi Limbah Tongkol Jagung sebagai bahan baku pakan

- 25 - 100

6. Potensi Limbah ikan

sebagai bahan baku pakan 8 17 32 68 7. Potensi Keong Mas sebagai

bahan baku pakan - 25 - 100

Jumlah 26 144 104 596

Rata-rata 3,71 20,57 14,86 85,14

Sumber : Hasil Olahan Data Primer

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan peternak tentang potensi limbah pertanian sebagai bahan baku pakan maupun jenis-jenis limbah pertanian yang dapat dijadikan bahan baku pakan relatif kurang (85,14%). Meskipun potensi bahan baku pakan lokal yang dapat dimanfaatkan tersedia cukup banyak di lokasi. Hal tersebut merupakan

(21)

indikator bahwa teknologi yang akan didemonstrasikan memiliki peluang untuk dapat diterima dan diterapkan karena ketersediaan bahan demonstrasi cukup baik dari aspek kuantitas, kualitas dan kontinuitasnya terjamin.

Sumber energi, termasuk dalam golongan ini adalah semua bahan pakan ternak yang kandungan protein kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi serat kasar di bawah 18%. Berdasarkan jenisnya, bahan pakan sumber energi yang digunakan dalam kegiatan ini adalah : (a) kelompok hasil sampingan serealia (tongkol jagung dan kulit kacang tanah); dan (b) limbah penggilingan (dedak padi).

Sumber protein Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang mempunyai kandungan protein minimal 20% (berasal dari hewan/tanaman). Pada kegiatan ini sumber protein dalam formulasi pakan murah digunakan bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung tulang dan sebagainya).

Hampir semua bahan pakan ternak, baik yang berasal dari tanaman maupun hewan, mengandung beberapa vitamin dan mineral dengan konsentrasi sangat bervariasi tergantung pada tingkat pemanenan, umur, pengolahan, penyimpanan, jenis dan bagian-bagiannya (biji, daun dan batang). Disamping itu beberapa perlakuan seperti pemanasan, oksidasi dan penyimpanan terhadap bahan pakan akan mempengaruhi konsentrasi kandungan vitamin dan mineralnya.

Sumber vitamin dan mineral, yang digunakan dalam kegiatan ini diharapkan berasal dari keong mas yang akan digiling menjadi tepung, karena cukup tersedia. Namun karena setelah dicoba dijemur untuk kemudian digiling, isi keong mas ikut mencair sehingga tidak memungkinkan untuk diolah, selain itu pula kandungan gizinya sudah berkurang. Untuk itu digunakan bahan pengganti berupa mineral yang sudah tersedia di pasaran bebas yang dikemas khusus dalam rupa bahan olahan yang siap digunakan sebagai campuran pakan, misalnya pikuten.

C. Kinerja Teknis Teknologi Introduksi

Melalui teknologi yang diaplikasikan dalam kegiatan ini, menunjukkan bahwa antusias peternak dalam mempelajari kandungan gizi pakan,

(22)

pencampuran pakan sangat tinggi sehingga memberikan efek yang baik terhadap pertambahan bobot badan harian sapi yang digemukkan. Kinerja teknis teknologi yang akan diurai dan dibahas meliputi penimbangan sapi untuk mengetahui pertambahan bobot badan harian (PBBH). Dimana tingkat efektivitasnya ditunjukkan oleh besarnya tingkat kenaikan. Secara detailnya akan diuraikan dalam tabel berikut :.

Tabel 6.

Kinerja Teknis Teknologi pada

Ujicoba/DemonstrasiFormulasi Pakan Murah dan Berkualitas Untuk Ternak Sapi di Kabupaten Sinjai , 2011.

ID Sapi/

Periode Penimbangan

I II III IV V VI

A1-1 363 390 417 450 479 520

A1-2 351 377 404 432 462 510

A1-3 268 293 319 347 377 406

Sumber : Hasil Olahan Data Primer

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan bobot badan setiap kali penimbangan, namun demikian laju peningkatannya sangat bervariasi.

(23)

Grafik 1. Hasil Penimbangan Sapi yang Diberi Pakan Murah

Hasil kegiatan penggemukan sapi potong ini juga membrikan rata-rata pertambahan bobot badan harian sapi sebesar 1,7 kg/ekor/hari. Uraian data PBBH sapi yang digemukkan dituangkan dalam tabel berikut :

Tabel 7.

Data Pertambahan Bobot Badan Harian Sapi pada Ujicoba/DemonstrasiFormulasi Pakan Murah dan Berkualitas

Untuk Ternak Sapi di Kabupaten Sinjai , 2011.

ID Sapi/

Komponen pengukuran

BB AWAL

(kg) BB AKHIR

(kg) SELISIH

(kg) PBBH

(kg/hari)

A1-1 363 520 157 1,75

A1-2 351 510 159 1,76

A1-3 268 406 138 1,53

Jumlah 982 1.436 454 5,04

Rata-rata 327,3 478,6 151,3 1,68

Sumber : Analisis Data Primer

(24)

Grafik 2. PBBH Sapi yang Digemukkan

Pada tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa dalam penggemukan sapi sangat ditentukan oleh sistem atau pola yang dikembangkan. Dalam hal ini bahwa setiap pola atau model penggemukan sapi yang dikembangkan perlu perencanaan yang matang sehingga seluruh komponen yang berpengaruh dalam berlangsungnya penggemukan dapat dikendalikan dengan baik.

Pembelajaran penting dalam usaha penggmukan sapi adalah penerapan sistem manajemen yang baik yang disertai dengan kemampuan manajerial pengelola. Dalam penggemukan sapi semua komponen manajeman diterapkan, mulai dari perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, dan pengendalian/pengawasan mutlak harus dilakukan.

Teknologi yang akan di introduksi sebelumnya di sosialisasikan dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh peternak, penyuluh dan peneliti sebagi nara sumber. Dalam kegiatan ini dicapai kesepakatan tentang jenis dan macam yang akan diujicoba/demonstrasikan sesuai dengan kondisi spesifik lokasi dan kemampuan peternak secara teknis untuk menerapkan teknologi.

Apabila kita mengharapkan peternak akan mengadopsi teknologi tersebut, harus diyakini bahwa hal itu merupakan kebutuhan yang benar-benar diingikan oleh peternak. Suatu teknologi akan menjadi kebutuhan apabila dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi peternak. Sehingga dibutuhkan identifikasi masalah yang tepat; karena sesuatu yang kita anggap masalah,

(25)

belum tentu menjadi masalah pula bagi orang lain, kemudian jikapun permasalahan itu benar dirasakan oleh peternak, belum tentu penyelesaian yang ditawarkan melalui intervensi teknologi sesuai dengan kondisi peternak secara ekonomi, teknis, social dan budayanya.

Dari kegiatan sosialisasi yang telah dilakukan, dilanjutkan dengan kegiatan FGD untuk memperoleh rancangan dan desain teknologi yang disepakati dan siap untuk di demonstrasikan kepada peternak. Kesepakatan yang dicapai melalui hasil musyawarah dan diskusi tentang kandungan gizi bahan pakan, ketersediaan bahan pakan di lokasi dari aspek kuantitas, kualitas dan kontinuitasnya, dan teknis pengolahannya. Secara jelas akan diuraikan dalam tabel berikut :

Tabel 8.

Ketersediaan Bahan Baku Pakan Murah pada

Ujicoba/DemonstrasiFormulasi Pakan Murah dan Berkualitas Untuk Ternak Sapi di Kabupaten Sinjai , 2011.

No. Bahan Baku

Pakan Waktu

Ketersediaannya Palatabilitas Nilai Ekonomi (Rp/kg)

1. Dedak Sepanjang

waktu Suka 1.500

2. Kulit Kacang Tergantung

Musim Suka 500

3. Tongkol Jagung Sepanjang

Waktu Suka 500

4. Limbah Ikan Sepanjang

Waktu Suka 15.000

5. Pikuten Sepanjang

Waktu Suka 35.000

Sumber : Hasil Olahan Data Primer

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa ketersediaan bahan baku pakan yang dipilih untuk menformulasi pakan murah cukup banyak tersedia di lokasi, namun pemanfaatannya masih relatif rendah. Penelitian (Syamsu, 2006) menunjukkan hanya 37.88% peternak di Sulawesi Selatan yang menggunakan limbah pertanian sebagai pakan.

Beberapa faktor yang menyebabkan peternak tidak menggunakan limbah tanaman pangan sebagai pakan adalah Liana & Febrina (2011) : a) umumnya peternak membakar limbah tanaman pangan terutama jerami padi karena secepatnya akan dilakukan pengolahan tanah, b) limbah tanaman pangan

(26)

bersifat kamba sehingga menyulitkan peternak untuk mengangkut dalam jumlah banyak untuk diberikan kepada ternak, dan umumnya lahan pertanian jauh dari pemukiman peternak sehingga membutuhkan biaya dalam pengangkutan, c) tidak tersedianya tempat penyimpanan limbah tanaman pangan, dan peternak tidak bersedia menyimpan/menumpuk limbah di sekitar rumah/kolong rumah karena takut akan bahaya kebakaran, d) peternak menganggap bahwa ketersediaan hijauan di lahan pekarangan, kebun, sawah masih mencukupi sebagai pakan ternak.

Di sentra-sentra penghasil padi, banyak jerami yang dibuang atau dibakar begitu saja setelah bulir-bulir padi dipanen. Padahal jerami tersebut setelah dikeringkan dan disimpan dengan baik digudang dapat dimanfaatkan untuk bahan pakan ternak ruminansia andalan.

Jaminan ketersediaan limbah pertanian mengikuti pola musim tanam yang berlangsung, namun untuk antisipasi pada saat krang dapat dilakukan dengan penyimpanan, dimana sebelumnya perlu penjemuran untuk mengurangi kandungan kadar air sehingga memudahkan penggilingan pakan juga akan meningkatkan kualitas pakan yang dibuat.

Selanjutnya, setelah dicapai kesepakatan tentang jenis bahan baku yang digunakan maka dilakukan formulasi pakan dengan pengaturan sesuaio dengan karakteristik bahan baku tersebut dan kebutuhan sapi yang akan diberi pakan dengan mempertimbangkan pertambahan bobot badan sapi yang diinginkan.

Selanjutnya akan diuraikan secara jelas karakteristik teknologi yang diintroduksi berdasarkan komponen-komponen aktivitas yang menjadi bagian dari teknologi tersebut, dalam tabel berikut ini :

Tabel 9.

Karakteristik Teknologi Introduksi pada

Ujicoba/Demonstrasi Formulasi Pakan Murah dan Berkualitas Untuk Ternak Sapi di Kabupaten Sinjai , 2011.

No. Paket/Komponen

Teknologi Karakter Teknologi Introduksi

Kelebihan Kekurangan

1. Pengumpulan bahan

Baku pakan Bahan baku pakan berupa limbah pertanian banyak tersedia Memiliki kandungan gizi

yang baik

Membutuhkan tempat penyimpanan yang aman dan baik

(27)

2. Penggilingan Bahan

Baku pakan Teksrturnya lebih lembut Mudah dicerna oleh sapi Memudahkan

penyimpanan

Butuh peralatan khusus

Butuh biaya untuk penggilingan 3. Menformulasi Pakan

Murah Bahan baku pakan

memiliki kandungan gizi yang lengkap dan seimbang

Bahan baku pakan memiliki nilai ekonomi yang murah

Membutuhkan pengetahuan untuk menghitung

kesesuaiannya dengan kebutuhan ternak

4. Penimbangan Bahan

Baku Pakan Takaran yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan ternak

Kesulitan

penimbangan dalam jumlah banyak

5. Pencampuran Pakan

Murah Formulasi pakan yang

lengkap dan seimbang Kesulitan

pencampuran dalam jumlah banyak 6. Pengemasan Pakan

Murah Pakan lebih aman dan

bisa bertahan Butuh biaya tambahan untuk pengemasan Sumber : Hasil Olahan Data Primer

Berdasarkan uraian tabel di atas menunjukkan bahwa karakteristik teknologi yang dilakukan berdasarkan pada kelebihan dan kekurangan masing- masing komponen aktivitas. Untuk itu dibutuhkan strategi dalam memilih teknologi yang akan diterapkan, demikian juga dengan seorang peternak membutuhkan strategi dalam memilih teknologi yang tepat guna antara lain dengan melakukan karakterisasi terhadap teknologi tersebut.

Hasil karakterisasi teknologi menunjukkan bahwa suatu teknologi yang ditawarkan akan memberikan keuntungan yang relative lebih besar, dari nilai yang dihasilkan oleh teknologi lama, maka adopsi akan berjalan lebih cepat.

Untuk itu dapat dilakukan dengan cara; bandingkan kelebihan dan kekurangan teknologi introduksi dengan teknologi yang sudah ada, kemudian identifikasi teknologi dengan biaya rendah atau teknologi yang produksinya tinggi.

Gambaran ini menunjukkan bahwa indikator diterimanya suatu teknologi oleh peternak sebagai pengguna teknologi. Selain itu juga, suatu teknologi juga harus memiliki kompatibilitas yaitu mempunyai keterkaitan dengan sosial budaya, kepercayaan dan gagasan yang dikenalkan sebelumnya dan keperluan yang dirasakan oleh pengguna. Selain itu teknologi harus mudah untuk diamati, sehingga banyak adopter yang mampu menggunakannya dengan

(28)

meniru tata pelaksanaannya tanpa bertanya kepada para ahlinya. Dengan demikian akan terjadi proses difusi, sehingga jumlah adopter akan meningkat.

Selanjutnya akan dilihat dan dianalisis hasil pengumpulan data tentang tingkat kepuasan pengguna (petani) terhadap pelayanan diseminasi teknologi yang telah dilakukan BPTP Sulawesi Selatan melalui kegiatan ujicoba/demonstrasi teknologi formulasi pakan murah dan berkualitas untuk ternak sapi di Kabupaten Sinjai, yang secara rinci akan diuraikan dalam tabel berikut :

Tabel 10.

Tingkat Kepuasan Peternak pada Ujicoba/Demonstrasi Formulasi Pakan Murah dan Berkualitas Untuk Ternak Sapi

di Kabupaten Sinjai , 2011.

No. Uraian Tingkat Kepuasan (%) N= 25 Sangat Puas Puas Kurang Puas 1. Penyediaan Informasi

Teknologi yang dibutuhkan

50 30 20

2. Temu Lapang Teknik

Pelaksanaan ujicoba 80 20 -

3. Bimbingan Lapangan

pelaksanaan ujicoba 80 20 -

4. Nara sumber 80 20 -

Jumlah 290 90 20

Rata-rata 72,5 22,5 5

Sumber : Hasil Olahan Data Primer

Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pengguna terhadap pelayanan diseminasi yang dilakukan BPTP sangat baik dengan nilai 72,5%, sebagai indikator bahwa tingkat kepuasan yang sangat baik tersebut merupakan garansi bagi BPTP bahwa teknologi yang di introduksikan memiliki progress yang baik pula dalam tingkat difusi dan adopsi ke depan. Berdasarkan kepuasan yang dirasakan pengguna akan menggiring masuk ke tahapan pengambilan keputusan yang lebih baik.

(29)

Untuk melihat partisipasi peternak maka perlu direkam waktu yang tercurah pada aktivitas selama pelaksanaan ujicoba/demonstrasi teknologi.

Partisipasi peternak khususnya anggota poktan Sicirinnae 2 cukup tinggi, karena adanya ketertarikan terhadap teknologi yang diintroduksi, selain mudah dilakukan secara teknis, secara ekonomis efisien dan secara sosial budaya sesuai dengan kebiasaan peternak setempat. Secara jelas akan diuraikan dalam tabel berikut :

Tabel 11.

Partisipasi Peternak Berdasarkan Komponen Aktivitas pada Ujicoba/DemonstrasiFormulasi Pakan Murah dan Berkualitas

Untuk Ternak Sapi di Kabupaten Sinjai , 2011.

No. Uraian Partisipasi

(N=25) Prosentase (%) Ya Tidak Ya Tidak

1. Sosialisasi 25 - 100 -

2. FGD 25 - 50 50

3. Pengumpulan bahan baku

pakan 5 20 20 80

4. Penjemuran Bahan baku

pakan 2 23 8 92

5. Penggilingan Bahan Baku

Pakan 3 22 12 88

6. Formulasi Pakan Murah

berkualitas 5 20 20 80

7. Penimbangan Pakan 25 - 100 -

8. Pencampuran Pakan 25 - 100 -

9. Penimbangan sapi 25 - 100 -

10. Temu Lapang 25 - 100 -

Jumlah 165 85 610 390

Rata-rata 16,5 8,5 61,0 39,0

Sumber : Hasil Olahan Data Primer

Berdasarkan uraian dalam tabel di atas, menunjukkan bahwa tingkat partisipasi peternak secara keseluruhan cukup baik (61,0%) dan tingkat partisipasi tertinggi pada 6 (enam) komponen aktivitas, sementara yang terendah pada komponen aktivitas yaitu penjemuran (8,0%) karena penjemuran

(30)

kemudian disusul oleh aktivitas penggilingan (12,0%) karena masih menggunakan jasa penggilingan yang jaraknya cukup jauh dari lokasi, dan terkendala oleh transportasi. Hal ini juga menjadi masalah dalam penerapan teknologi pakan murah ini, karena terbatasnya jangkauan peternak terhadap mesin penggiling bahan baku pakan.

Selain partisipasi peternak berdasarkan komponen aktivitasnya, maka akan diamati pula partisipasi berdasarkan kemampuan penginderaannya dalam setiap tahapan pelaksanaan aktivitas secara lebih jelas akan diuraiakan dalam tabel berikut.

Tabel 12.

Partisipasi Berdasarkan Kemampuan Penginderaan Peternak pada Ujicoba/DemonstrasiFormulasi Pakan Murah dan Berkualitas

Untuk Ternak Sapi di Kabupaten Sinjai , 2011.

No. Uraian Partisipasi (N=25)

Melihat Mendengar Bicara Melakukan

1. Sosialisasi 25 25 5 -

2. Pengumpulan Bahan

Baku Pakan 5 25 - 5

3. Penjemuran Bahan

Baku Pakan 2 25 - 2

4. Penggilingan Bahan

Baku Pakan 3 25 7 3

5. Menformulasi Pakan

Murah 25 25 10 5

6. Penimbangan Bahan

Baku Pakan 25 25 8 4

7. Pencampuran Pakan

Murah 25 25 12 3

8. Pengemasan Pakan

Murah 25 25 8 5

Jumlah 135 200 45 27

Rata-rata 16,88 25 5,62 3,38

Sumber : Hasil Olahan Data Primer

Berdasarkan uraian dalam tabel di atas menunjukkan bahwa partisipasi peternak berdasarkan kemampuan penginderaan dalam setiap komponen aktivitas yang dilakukan menunjukkan partisipasi tertinggi hanya pada kemampuan mendengar (25) disusul dengan kemampuan melihat (16,88)

(31)

sementara kemampuan ikut memberikan pertanyaan hanya (5,62) dan ikut terlibat melakukan aktivitas relatif masih rendah (3,38). Namun harapan ke depan para peternak diharapkan dapat menerapkan informasi teknologi yang telah diperolehnya.

Selanjutnya akan diuraikan dalam tabel respon, tanggapan dan komentar peternak terhadap teknologi yang diuji cobakan yang meliputi pengetahuan, pemahaman, kemampuan teknis, masalah yang dihadapi dan peluang keberlanjutannya.

D. Kinerja Ekonomi Teknologi Introduksi

Kebutuhan pakan dalam formulasi pakan murah berkualitas ini tergantung jenis sapi yang dipelihara, untuk sapi-sapi lokal yang memiliki kemampuan menghasilkan pertambahan bobot badan < 1 kg/hari, memerlukan pakan konsentrat yang lebih kecil. Lain halnya untuk sapi-sapi peranakan unggul yang memiliki kemampuan menghasilkan pertambahan bobot badan > 1 kg/hari, maka memerlukan pakan konsentrat yang lebih tinggi. Kebutuhan pakan sapi yang digemukkan 6 kg/ekor/hari. Hasil yang diperoleh selama periode penggemukan 90 hari menunjukkan PBBH sapi 1,8 kg/ekor/hari.

Analisis finansial dalam formulasi pakan murah per 100 kg pakan yang akan diuraikan berikut ini terdiri dari beberapa input antara lain : (1) Biaya sarana produksi yang terdiri dari formulasi pakan komplit; (2) Biaya tenaga kerja. Untuk mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan dan pendapatan serta keuntungan yang diperoleh. Adapun biaya produksi yang dikeluarkan, penadapatan yang diperoleh dan keuntungan yang bisa diraup, secara rinci disajikan dalam tabel berikut ini

(32)

Tabel 13.

Analisis Usahatani pada Ujicoba/Demonstrasi Plot Teknologi Formulasi Pakan Murah di Kab. Sinjai , 2011

No. Uraian

Teknologi Introduksi Volume

(Kg) Harga Sat.

(Rp) Nilai (Rp) A. Biaya Produksi

1 Pakan Komplit 2.774.250

Dedak Padi 510.3 1.500 765.450

Tepung Kulit Kacang Tanah 510.3 500 255.150

Tepung Tongkol Jagung 510.3 500 255.150

Tepung Ikan 81 15.000 1.215.000

Mineral Pikuten 8.1 35.000 283.500

2 Biaya Tenaga Kerja

Tenaga Kerja (HOK) 15 25.000 375.000

3. Total Biaya Produksi (1 + 2) 3.149.250

Biaya Produksi Per kg 1 3.150

Estimasi Harga Jual 1 4.000

B. Penerimaan

1. Produksi Pakan 1.620 4.000 6.480.000

3. Total Penerimaan 6.480.000

C. Keuntungan (B-A) 3.330.750

Sumber : Hasil Olahan Data Primer, 2011

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan dalam formulasi pakan murah selama periode peggemukan 90 hari sebesar yaitu Rp.3.149.250,- sehingga untuk memproduksi pakan murah membutuhkan biaya sebesar Rp. 3.150/kg, sehingga dapat diestimasi harga jual sebesar Rp. 4.000/kg. Berdasarkan estimasi untuk penjualan pakan murah, maka penerimaan petani sebesar Rp. 6.480.000,-, .

(33)

Tabel 14.

Analisis Usahatani Penggemukan Sapi Tanpa Pakan Murah di Kab. Sinjai , 2011

No. Uraian

Teknologi Volume

(Kg) Harga Sat.

(Rp) Nilai (Rp) A. Biaya Produksi

1 Pakan Hijauan

Rumput Gajah 2.500 600 1.500.000

Jerami Padi 1.500 600 900.000

2 Biaya Tenaga Kerja

Tenaga Kerja (HOK) 15 25.000 375.000

3. Total Biaya Produksi (1 + 2) 2.775.500

B. Penerimaan 3.387.500

1. PBBH (ekor/hari) 0.25 50.000 12.500

2. Nilai 3 ekor sapi (3 x 0.25 x 90) 67.5 50.000 3.375.000

C. Keuntungan (B-A) 599.500

Sumber : Hasil Olahan Data Primer, 2011

Dari hasil MBCR yang diperoleh sebesar 8.27 menunjukkan bahwa dengan menerapkan teknologi formulasi pakan murah yang diintroduksi akan memberikan penambahan pendapatan sebesar Rp.8.27,- dengan penambahan biaya input sebesar Rp.1,-. Angka ini juga memberikan keyakinan kepada petani bahwa dengan teknologi ini akan memberikan peningkatan pendapatan dan keuntungan. Selanjutnya apabila suatu usaha penggemukan akan dikembangkan dalam skala yang lebih besar sangat layak dengan referensi MBCR tersebut.

MBCR : Penerimaan Kotor (B) – Penerimaan Kotor (P) Total Biaya (B) – Total Biaya (P)

MBCR : 6.480.000 – 3.387.500 3.149.250 – 2.775.500

MBCR : 3.092.500

(34)

373.750

MBCR : 8.27

E. Analisis Respon Petani

Analisis ini digunakan untuk mengetahui respon petani terhadap teknologi yang diujicobakan/demonstasikan dalam Penggemukan sapi. Gambaran respon petani menunjukkan sangat baik dan mengharapkan dilakukan di beberapa FMA lainnya khususnya di Kecamatan Bulupoddo. Secara detail tentang respon petani terhadap teknologi formulasi pakan murah akan dibahas dalam tabel berikut ini berdasarkan tahapan proses pengambilan keputusan inovasi : antara lain ; (1) tahap Munculnya Pengetahuan (Knowledge) ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami eksistensi dan keuntungan/manfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi; (2) tahap Persuasi (Persuasion) ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) membentuk sikap baik atau tidak baik; (3) tahap Keputusan (Decisions) muncul ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi atau penolakan sebuah inovasi; (4) tahapan Implementasi (Implementation), ketika sorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi; (5) tahapan Konfirmasi (Confirmation), ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya.

(35)

Tabel 15.

Respon Petani Terhadap Teknologi Formulasi Pakan Murah di Kab. Sinjai , 2011.

No.

Tahapan Proses Pengambilan

Keputusan

Komponen Teknologi (%) Bahan Baku

Pakan Penggilingan

Pakan Formulasi

Pakan Pencampuran pakan 1. Pembentukan

Pengetahuan 80 100 50 50

2. Persuasi 70 80 50 50

3. Keputusan 60 50 40 40

4. Implementasi 60 50 40 40

5. Konfirmasi 20 20 20 20

Sumber : Hasil Olahan Data Primer, 2011

Grafik 5. Respon Petani Thd Teknologi Formulasi Pakan

Dari tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa respon atau tanggapan petani terhadap teknologi formulasi pakan murah untuk ternak sapi. Keadaan ini menggambarkan faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi dalam demonstrasi teknologi adalah kemampuan untuk diuji cobakan suatu inovasi dapat diuji-coba batas tertentu. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu

(36)

inovasi sebaiknya harus mampu menunjukan (mendemonstrasikan) keunggulannya.

Tahapan-tahapan yang dilalui dalam proses pengambilan keputusan inovasi diawali dengan tahap pembentukan pengetahuan pada umumnya baik artinya respon awal melalui sosialisasi teknologi berupa pengetahuan tentang komponen-komponen yang diintroduksikan. Tahapan selanjutnya akan cenderung menurun seiring dengan proses mental yang dilalui petani. Tahapan implementasi yang dicapai dalam kegiatan ini berkisar antara 40 – 60%

kemudian menurun pada tahap konfirmasi.

Pada saat semua tahapan proses pengambilan keputusan telah dilalui maka dapat disimpulkan bahwa adopsi teknologi formulasi pakan murah baru pada sekitar 20% dari responden. Tindak lanjut yang cukup efektif yang lebih memungkinkan adalah memberikan informasi teknologi melalui media, sehingga pencarian petani sebagai pengguna tidak berhenti pada keterlibatannya sebagai partisipan dalam kegiatan demonstrasi plot.

Dari respon yang ditunjukkan, hasil analisis menunjukkan bahwa kemampuan secara teknis dapat petani raih apabila diikuti oleh kemauan keras untuk berubah dan komitmen tinggi dalam menerapkan aturan-aturan teknis suatu teknologi. Kedisiplinan tersebut perlu disepakati khusus dalam penggunaan ternak sapi yang sedang dalam proses penggemukan.

Komunikasi dan interaksi yang berlangsung sangat ditentukan oleh peran sumber teknologi untuk mempelajari dan berusaha melakukan penyesuaian karakteristik program dan kebutuhan petani dengan pelayanan jasa penelitian dan penyuluhan menjadi suatu keharusan dan dikembangkan sebagai suatu strategi pemberdayaan petani dan keluarganya pada masa yang akan datang.

Selain karena sifatnya yang dinamis, juga sebagai konsekuensi terhadap penyediaan jasa penelitian dan penyuluhan sebagai solusi. Seberapa besar peluang terjadinya konflik dan dinamika konflik yang terjadi dari interaksi dan komunikasi yang dilakukan secara cermat perlu dilakukan. Sehingga perlu dilakukani kajian khusus mengeksplorasi kebutuhan petani secara riel dan mendetail.

(37)

Hal lain yang menjadi sorotan petani dalam kaitannya introduksi teknologi dengan kesesuaian kebutuhan petani adalah materi penyuluhan, dimana penyesuaian yang dilakukan tidak terlepas dari kondisi internal dan eksternal sasaran. Penyesuaian materi penyuluhan dengan kebutuhan petani sangat penting karena perbedaan persepsi dan interpretasi simbol sangat menentukan kualitas interaksi dan komunikasi yang dilakukan yang dapat mengarah pada kerjasama atau konflik.

Setelah melihat respon dan posisi pengguna dalam proses pengambilan keputusan, analisis dapat dilanjutkan lagi untuk melihat peningkatan pengetahuan yang diperoleh pengguna (peternak) setelah seluruh rangkaian kegiatan berakhir. Menurut Kotler dalam Fandy (2000 : 90), Kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang telah ia dapatkan dibandingkan dengan harapannya. Berdasarkan itu pula maka dapat diyakini bahwa telah terjadi proses persepsi terhadap teknologi yang di introduksi melalui pengungkapan kinerja teknis dan ekonomi teknologi tersebut yang telah dilakukan, sebagai rangkaian pelayanan BPTP kepada penggunanya dalam hal ini peternak sapi pada umumnya dan khususnya di Kabupaten Sinjai. Pelayanan berhubungan erat dengan keputusan peternak.

Tingkat kualitas yang lebih tinggi akan menghasilkan keputusan yang lebih tinggi pula. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan dalam tabel berikut :

Tabel 16.

Peningkatan Pengetahuan Peternak Tentang Teknologi Introduksi pada Ujicoba/DemonstrasiFormulasi Pakan Murah dan Berkualitas

Untuk Ternak Sapi di Kabupaten Sinjai , 2011.

No. Uraian Pengetahuan

(N=25) Prosentase (%) Ya Tidak Ya Tidak 1. Informasi Teknologi

Limbah Pertanian Sebagai Bahan Baku Pakan

25 - 100 -

2. Potensi Bahan Baku yang

tersedia 15 10 60 40

3. Potensi Dedak Padi sebagai

bahan baku pakan 25 - 100 -

4. Potensi Limbah Kacang

Tanah sebagai bahan baku 25 - 100 -

Gambar

Grafik 1. Hasil Penimbangan Sapi yang Diberi Pakan Murah
Grafik 2. PBBH Sapi yang Digemukkan
Grafik 5. Respon Petani Thd  Teknologi Formulasi Pakan
Tabel  di  atas  menunjukkan  bahwa  terjadi  peningkatan  pengetahuan  peternak tentang beberapa komponen penting teknologi formulasi pakan murah,  berupa  pembelajaran  yang  diperoleh  secara  empiris  melalui  keterlibatan  dalam  berbagai  aktivitas

Referensi

Dokumen terkait

Analisa berat plasenta kedua kelompok pada penelitian kami tidak didapatkan perbedaan dapat disebabkan oleh karena Mus musculus diterminasi pada hari ke-16 yang identik

Dan sebaliknya jika angka atau nilai kekentalan atau viskositas pada sebuah zat cair kecil, maka benda akan melaju dengan kecepatan yang tinggi di dalam suatu fluida.. Dari

Pemerintah Nomor 86 Tahun 2019 tentang Keamanan Pangan, penyelenggaraan keamanan diadakan untuk memberi perlindungan pada rakyat dalam mengonsumsi pangan yang aman

Hal ini memotivasi para pemasok kimia tekstil untuk melakukan diferensiasi melalui inovasi produk kimia tekstil guna mendukung proses tekstil yang lebih singkat,

Dengan akan diterimanya kontraprestasi pada masa yang akan datang, maka jelas tergambar bahwa kredit dalam arti ekonomi adalah penundaan pembayaran dari prestasi

Berdasarkan kadar air dan tahap pengolahannya, Winarno dan Rahayu (1994) membagi mie yang terbuat dari gandum menjadi lima golongan, yaitu : (1) mie basah

Obat yang terikat dengan protein plasma berada dalam sirkulasi darah tidak akan berefek sedangkan yang bebes akan menembus membran biologis (Staf Pengajar FK UNSRI, 2004).. Faktor

Selain itu penerapan konsep arsitektur setempat dalam penggunaan tata ruang yang linear yang dipadu dengan teknologi modern cocok diterapkan pada Pasar Tradisional, agar