• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM SAMSAT (UP3AD KOTA SURAKARTA) Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Tengah, dibentuklah Unit Pelayanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM SAMSAT (UP3AD KOTA SURAKARTA) Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Tengah, dibentuklah Unit Pelayanan"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

23 BAB III PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM SAMSAT (UP3AD KOTA SURAKARTA) 1. Sejarah UP3AD Kota Surakarta

Secara kronologis, pembentukan Lembaga UP3AD Kota Surakarta melalui berbagai tahapan dalam rangka untuk melaksanakan sebagian tugas teknis operasional atau kegiatan teknis penunjang pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Tengah, dibentuklah Unit Pelayanan Pendapatan Daerah yang tersebar di 37 (tiga puluh tujuh) Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, termasuk Kota Surakarta (berdasarkan pasal 72 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 7 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2006).

Dalam perkembangannya, pada tahun 2008 kelembagaan Unit Pelayanan Pendapatan Daerah pada Dinas Pendapatan DaerahProvinsi Jawa Tengah berganti menjadi Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah (UP3AD). Dasar pelaksanaan pergantiannya adalah Pasal 84 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Tengah dan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 40 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Jawa Tengah.

(2)

24

Susunan Organisasi Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah (UP3AD) terdiri dari:

a. Kepala Unit.

b. Subbagian Tata Usaha.

c. Seksi Pajak dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

d. Seksi Pendapatan Lain-lain.

e. Seksi Pembukuan dan Pelaporan.

f. Seksi Penagihan dan Pemberdayaan Aset Daerah.

g. Kelompok Jabatan Fungsional.

Khusus untuk Kepala Unit Pelayanan Pendapatan dan PemberdayaanAset Daerah (UP3AD) Kota Surakarta, berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 120 Tahun 2008 tentang Pembentukan Pengelola Asrama Haji Donohudan Provinsi Jawa Tengah, mendapat tugas tambahan sebagai Kepala Pengelola Asrama Haji Donohudan, yang membawahi:

a. Urusan Tata Usaha.

b. Urusan Sarana dan Prasarana.

c. Urusan Pelayanan dan Promosi 2. Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas Pokok:

Melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional atau kegiatan teknis penunjang dinas di bidang pelayanan pendapatan dan pemberdayaan aset daerah.

(3)

Fungsi:

a. Penyusunan rencana teknis operasional pelayanan pajak dan bea balik nama kendaraan bermotor, pendapatan lain-lain, pembukuan, pelaporan, penagihandanpemberdayaanasetdaerah.

b. Pelaksanaan kebijakan teknis operasional pelayanan pajak dan bea balik nama kendaraan bermotor, pendapatan lain-lain, pembukuan, pelaporan, penagihan dan pemberdayaan aset daerah.

c. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang pelayanan pendapatan dan pemberdayaan aset daerah.

d. Pengelolaan ketatausahaan.

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Berikut struktur organisasi menurut Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 40 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Jawa Tengah.

(4)

Gambar 3.1

Struktur organisasi Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Jawa Tengah

UP3AD dipimpin kepala unit dan dibantu kepala subbagian tata usaha, kepala seksi Pajak Kendaraan Bermotor, kepala seksi pendapatan lain- lain, kepala seksi pembukuan dan pelaporan serta kepala seksi penagihan dan pemberdayaan aset. Secara fungsional UP3AD Kota Surakarta juga sebagai koordinator UP3AD se-wilayah Kota Surakarta, maka UP3AD Kota Surakarta sebagai UP3AD koordinator juga dilengkapi sekretaris koordinator.

Setiap bagian atau unit, mempunyai tugas masing-masing sebagai berikut

SUBBAGIAN TATA USAHA

SEKSI PAJAK & BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR

SEKSI PENDAPATAN

LAIN-LAIN

SEKSI PEMBUKUAN &

PELAPORAN

SEKSI PENAGIHAN

&

PEMBERDAYAAN ASET DAERAH KEPALA UNIT

(5)

a. Kepala UP3AD

1) Menyusun rencana teknis operasional pengelolaan dan pelayanan pendapatan daerah.

2) Mengkaji, menganalisis teknis operasional pengelolaan dan pelayanan pendapatan daerah.

3) Melaksanakan kebijakan teknis dinas pendapatan daerah.

4) Melakukan pelayanan penunjang penyelenggaraan tugas dinas.

5) Melakukan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.

6) Melakukan pengawasan melekat terhadap pelaksanaan tugas staf.

7) Membina, membimbing, dan memberikan arahan terhadap staf.

8) Melaksanakan pemungutan Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan penerimaan lain-lain.

9) Melaksanakan koordinasi pungutan pendapatan daerah dan pendapatan lainnya.

10) Membuat laporan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas berupa laporan bulanan, Triwulan, dan Tahunan.

b. Kasir Pengeluaran

1) Melaksanakan arahan teknis administrasi keuangan dari Ka.UP3AD sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2) Mempersiapkan kelengkapan persyaratan pengurusan gaji, insentif, dan uang makan pegawai.

3) Melaksanakan administrasi penerimaan, penyimpanan dan pembayaran sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(6)

4) Mengajukan, mendistribusikan dan melaporkan biaya penyelenggaraan lelang.

5) Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan atasannya.

6) Mengambil dan membagi uang gaji, insentif dan uang makan serta biaya operasional.

7) Memungut PPN, PPh, dan rekanan yang menerima pembayaran dari UP3AD Kota Surakarta dan menyetorkan ke Kantor Pajak/Bank yang ditunjuk.

8) Menerima potongan gaji dan atau insentif atas kewajiban pegawai dan menyetorkan kepada yang berhak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

9) Membuat Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) penggunaan dana bendaharawan rutin, insentif maupun operasional dinas.

10) Membuat laporan realisasi pembayaran uang gaji, insentif dan dan uang makan serta biaya operasional kepada Dipenda Jateng.

c. Bendahara Penerimaan Non PKB/BBN KB

1) Menerima membukukan penerimaan uang Retribusi dan Pendapatan Lain-Lain (PLL) menyetorkan ke kas daerah lewat Bank Jateng setiap hari.

2) Membuka dan menyimpan tembusan tanda bukti pembayaran Air Bawah Tanah (ABT.03) dan Sumbangan Pihak Ketiga (SP3) dealer serta pajak air permukaan.

(7)

3) Membuat laporan 10 harian perjenis pungutan Retribusi dan Pendapatan Lain-Lain (PLL), Air Bawah Tanah (ABT) dan Air Permukaan (AP).

4) Membuat laporan bulanan fungsional non PKB/BBNKB.

5) Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan atasannya.

d. SUB Bagian Tata Usaha

1) Melakukan koordinasi dengan kasi di UP3AD Surakarta.

2) Membagi tugas, membimbing, membina, dan memberi arahan kepada staf sub bagian TU.

3) Menyusun rencana dan melaksanakan urusan administrasi kepegawaian, keuangan, dokumentasi, informasi dan perpustakaan, perlengkapan, rumah tangga, surat menyurat, dan pelaporan.

4) Mengatur kebersihan, keindahan, dan keamanan.

5) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.

6) Mempelajari memahami dan melaksanakan peraturan perundang- undangan dan ketentuan yang berkaitan dengan sub bagian tata usaha.

7) Menindaklanjuti disposisi Ka UP3AD.

8) Mengusulkan kenaikan pangkat dan kenaikan gaji berkala.

(8)

9) Membuat laporan bulanan, Triwulan dan Tahunan bidang ke Tata Usahaan.

10) Membuat daftar kepegawaian.

11) Memberikan saran dan pertimbangan kepada Ka UP3AD yang berkaitan dengan tugas subbagianTata Usaha.

12) Mengkoordinasi Surat Keterangan Untuk Mendapat Tunjangan Keluarga (SKUM PTK).

e. Seksi PLL

1) Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berkaitan dengan tugas seksi Pendapatan lain-lain.

2) Menyusun rencana kegiatan administrasi dan operasional seksi pendapatan lain-lain.

3) Menindaklanjuti disposisi oleh kepala UP3AD.

4) Mengadakan koordinasi dengan instansi terkait yang berada dikota.

5) Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.

6) Menyelenggarakan administrasi dan pelaporan atas pendataan dan penerimaan pendapatan lain-lain.

7) Menyelenggarakan administrasi dan pelaporan pendapatan lain- lain yang pungutannya dilakukan oleh dinas-dinas.

(9)

8) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait, Ka.Sub Bag T.U dan para kepala seksi dilingkungan Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah Surakarta.

9) Memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala UP3AD yang berkaitan dengan tugas-tugas seksi Pendaatan Lain-lain.

10) Melaporkan pelaksanaan tugas kepada kepala UP3AD.

f. Seksi PKB

1) Membina, membimbing dan memberikan tugas serta arahan kepada staf seksi pajak kendaraan bermotor dalam pelaksanaan tugas.

2) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait, Ka. Sub Bag T.U dan para kepala seksi di lingkungan Dipenda Provinsi Jawa Tengah.

3) Mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan staf seksi PKB.

4) Melaporkan pelaksanaan tugas kepada kepala UP3AD.

5) Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.

6) Menyiapkan bahan untuk menyelenggarakan pengelolaan administrasi dan pelaksanaan pemungutan, pemungutan doleansi pungutan tunggakan yang bayarnya bisa dinego tapi bukan pajak kendaraan , monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan pemungutan PKB/BBNKB.

(10)

7) Menyusun rencana kegiatan tahunan, meliputi target penerimaan dan estimasi KBM baru serta pengelolaan administrasi dan pelaksanaan pemungutan, pengelolaan doleansi, monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan pemungutan PKB/BBNKB.

8) Menindaklanjuti disposisi oleh kepala UP3AD.

9) Melaksanakan waskat terhadap staf seksi pajak kendaraan bermotor sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

10) Memberikan saran dan pertimbangan kepadakepala UP3AD yang berkaitan dengan tugas-tugas seksi pajak kendaraan bermotor.

g. Seksi Pembukuan dan Pelaporan

1) Menyelenggarakan administrasi penetapan, penerimaan serta tunggakan pajak, dan pendapatan lain-lain.

2) Menyampaikan laporan online semua penerimaan pajak dan pendapatan lain-lain.

3) Menyiapkan dan menyampaikan laporan 10 harian, bulanan maupun tahunan atau sewaktu-waktu diperlukan atas penetapan, penerimaan serta tunggakan pajak daerah dan pendapatan lain- lain.

4) Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.

(11)

5) Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berkaitan dengan tugas seksi pembukuan pelaporan.

6) Melaksanakan dan menyelenggarakan administrasi dan pembukuan hasil kegiatan pemungutan pajak daerah dan pendapatan lain-lain.

7) Mengadministrasi Blokir Kendaraan Bermotor.

8) Menindaklanjuti disposisi oleh Kepala UP3AD.

h. Seksi PAD

1) Menyusun rencana kegiatan Seksi Penagihan.

2) Menyiapkan surat teguran untuk disampaikan kepada wajib pajak/Retribusi daerah yang tidak mengindahkan surat peringatan yang telah disampaikan.

3) Menginventarisasi dan menyelenggarakan administrasi hubungannya aset Provinsi Jawa Tengah yang berada di Kabupaten.

4) Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan.

5) Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berkaitan dengan tugas seksi Penagihan dan Pemberdayaan Aset.

6) Memonitor pelaksanaan pengiriman surat peringatan kepada wajib pajak yang bekerja sama dengan PT. Pos Indonesia.

(12)

7) Melakukan koordinasi dengan investasi terkait, Ka. Sub Bag.

T.U dan para kepala seksi di lingkungan Unit Pelayanan Penadapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah.

8) Menindaklanjuti disposisi oleh UP3AD.

B. Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Kota Surakarta Pungutan Pajak Kendaraan Bermotor PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan (BBN KB) diserahkan kepada Pemerintah Daerah Tingkat I, maka pajak Kendaraan Bermotor menjadi salah satu Pajak Daerah.

Pelimpahan wewenang tersebut diatur dan dilandasi oleh peraturan dan Undang-undang seperti:

1. PP No.3 tahun 1957, tentang pelimpahan wewenang Pajak Pusat kepada Pemerintah Daerah Tingkat II.

2. UU No.11/Darurat/Tahun 1957, tentang Peraturan Umum Pajak Daerah.

3. UU No.12/Darurat/Tahun 1957, tentang Peraturan Umum Retribusi Daerah.

Tujuan dari pelimpahan wewenang ini adalah daerah diberi kesempatan mengelola Pajak Daerah dan memudahkan pemungutan Pajak Daerah.

Setelah berjalan beberapa tahun terjadi ketidakseragaman antara Peraturan Daerah yang diterbitkan oleh masing-masing Daerah Tingkat II, yang mengakibatkan besarnya penetapan Pajak Kendaraan Bermotor tidak sama.

Selain itu timbul hambatan-hambatan yang disebabkan oleh sulitnya pengurusan pajak kendaraan bermotor yang mengakibatkan banyak waktu, tenaga, dan biaya yang terbuang.

(13)

Dari adanya kendala di atas, Pemerintah pada tanggal 28 Desember 1976 menerbitkan Surat Keputusan bersama Menhankam/Pangah, Menkeu dan Mendagri No.Kep/13/XII/1976, Kep1169/MKIV/76, No.311 Tahun 1976 tentang penyederhanaan Pajak Kendaraan Bermotor yang berkaitan dengan pelayanan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ) dalam s uatu kantor bernama SAMSAT. Dengan diterbitkan Surat Keputusan bersama ini diharapkan dapat menciptakan keseragaman kepengurusan STNK di seluruh wilayah Indonesia.

Tujuan dan penyatuan ini adalah mempermudah pengurusan Pajak Kendaran Bermotor serta meningkatkan pelayanan kepada para pemilik kendaraan bermotor. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah. Keuntungan terbentuknya SAMSAT adalah sebagai berikut:

1. Adanya kerjasama instansi-instansi yang tergabung dalam pelaksanaan SAMSAT (POLRI, DISPENDA, dan Jasa raharja).

2. Adanya sistem pengurusan STNK, PKB, BBNKB dan SWDKLLJ yang seragam.

3. Pengenaan Pajak dan SWDKLLJ disesuaikan dengan masa berlakunya STNK, terhitung sejak tanggal pendaftaran dan setiap tahun wajib melaksanakan pengesahan STNK.

4. Penerbitan STNK/TNKB dapat dibayar sekaligus di satu tempat.

(14)

5. Pelayanan dilakukan secara , wajib pajak dilayani langsung tatap muka dengan petugas pelayanan.

6. Berlakunya azas first in first out (FIFO), wajib pajak yang datang pertama dilayani lebih dulu.

Tahun 1976-1978 terus dirintis usaha identifikasi dan ekstensifikasi sampai timbulnya Sistem Administrasi Manunggal di bawah Satu Atap (SAMSAT). Seperti diketahui, sejak pungutan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) diserahkan kepada Pemerintah Daerah Tingkat I/Provinsi, maka untuk pelaksanaannya berpedoman pada PP Daerah Tingkat I.

Peraturan Daerah yang diterbitkan oleh masing-masing Provinsi tidak seragam, sehingga mengakibatkan besarnya pendapatan PKB maupun BBNKB kendaraan bermotor mengalami hambatan karena pemilik harus datang ke Kantor Dipenda, untuk membayar Jasa Raharja, untuk mengurus STNK dan BPKB harus datang ke Kantor Polisi. Hal ini mengakibatkan banyak waktu, tenaga dan biaya yang terbuang. Dengan adanya hal-hal tersebut, maka pada tanggal 28 Desember 1976 diterbitkan Surat Keputusan Bersama Menhankam/Pangah, Menkeu No.Kep/13/XII/1976, Kep 1169/MKIV/76, Nomor 311 Tahun 1976 tentang penyederhanaan Pajak Kendaraan Bermotor yang berkaitan dengan pelayanan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), Bea BalikNama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ) dalam suatu kantor bernama

(15)

SAMSAT, serta menciptakan adanya keseragaman yang bertujuan untuk:

a. Peningkatan pelayanan kepada para pemilik kendaraan bermotor.

b. Peningkatan pendapatan Negara dan Daerah.

c. Menerbitkan data kendaraan/data kamtibmas.

Tanggal 2 Desember 1977 adalah awal berdirinya Samsat di Jawa Tengahdan di saat itu operasional Kantor Samsat hanya ada 1(satu) Kantor samsat di tiap Karisidenan (Jawa Tengah 6 eks Karesidenan) sehingga pada waktu itu banyak masyarakat wajib pajak kendaraan bermotor yang melakukan pengurusan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK)pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor/Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (PKB/BBNKB) dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ) sempat menginap guna mendapatkan pelayanan atas pengurusan surat-surat kendaraannya.

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 16 Tahun 2003,tentang pembentukan, kedudukan, tugas pokok, fungsi dan susunan organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendapatan Daerah Unit Pelayanan Pendapatan Pemberdayaan Aset Daerah (UP3AD) adalah cabang Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah UP3AD merupakan unsur pelaksana operasional dinas yang dipimpin oleh seorang kepala unit yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas. Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Darah yang secara resmi digunakan sejak 1 Juli 2009 berlokasi di Jalan

(16)

Prof.Dr.Soeharso No.17 Jajar Surakarta, dengan luas lahan 4.820 m2 yang terdiri dari, halaman parkir seluas 850 m2(terdiri dari tempat parkir khusus pegawai dan tempat parkir tamu/wajib pajak). Bangunan seluas 2.274 m2 (selain bangunan induk juga dilengkapi dengan bangunan untuk pelayanan cek fisik kendaraan bermotor, fotocopy, musholla, kantin dan smooking area untuk wajib pajak).

Pelayanan kepada masyarakat adalah salah satu upaya untuk mewujudkan perlindungan dan kepastian hukum sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

Sebagai salah satu Lembaga Pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat, Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah (UP3AD) Kota Surakarta beserta unit pelayanan Sistem Administrasi Manunggal di bawah Satu Atap (SAMSAT) berusaha memberikan jaminan dan kepastian penyelenggaraan pelayanan publik di Kota Surakarta yang transparan dan akuntabel serta efektif dan efisien.

(17)

C. Analisis dan Pembahasan

Peneliti menganalisis rumusan masalah menggunakan metode campuran. Metode campuran (mixed method) adalah pendekatan penelitian yang mengkombinasikan atau mengasosiasikan bentuk kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan data yang berasal dari kuesioner. Adapun pendekatan kualitatif menggunakan data yang berasal dari hasil wawancara.

1. Pendekatan Kuantitatif

Untuk menganalisis data kuantitatif, peneliti menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan dengan cara melihat hasil dari tabulasi tanggapan responden atas item-item pertanyaan yang diajukan.

Data tersebut diperoleh dari hasil penyebaran seratus lembar kuesioner dengan jumlah item pertanyaan dua puluh pertanyaan, dari seratus lembar kuesioner kembali tujuh puluh dua lembar. Kuesioner menggunakan 4 skala Likert, dimana

Satu = Sangat tidak setuju STS Dua = Tidak setuju TS

Tiga = Setuju S

Empat = Sangat Setuju SS

Apabila rata-rata skor tanggapan responden mendekati nilai 4, maka dapat dikatakan pernyataan tersebut menunjukkan hal yang paling mempengaruhi terjadinya tunggakan pajak kendaraan bermotor. Data mengenai tanggapan responden dapat dilihat pada tabel berikut

(18)

40 Tabel 3.1 Tanggapan Responden RespondenS1S2S3S4S5S6S7S8S9S10S11S12S13S14S15S16S17S18 1334343334333343333 2343333443343333332 3334333332443333424 4434433334444333433 5323433233334343232 6334433334433334432 7333233233332333322 8333333333333333333 9323343332332343221 10334244323343443423 11323234233434444422 12333334323444433332 13434334332333444332 14234434424434444432 15234433434444444432 16334332234333443322 17434333333333433333 18333333334444434421 19333433344444434421 20433433434424343322 21433423344443444442 22334334334444434443 23334334333433343332 24333333333333333343 25344343341433134341 26433423344443444343

(19)

27333423344433333333 28333322333333333232 29333343333334334332 30333333333334444332 31433233434343333332 32333333333333333322 33232133224444344311 34332213331332233333 35323233232323223323 36231113411231334331 37333343434343443333 38333323333333333333 39334333333344444443 40222111224333333222 41433333333333333333 42233322222333233332 43333333333433433333 44334334334433333332 45444444343444443433 46444333434444344341 47333434244444344432 48333343342333333333 49333333333444444432 50323343332332343221 51333334344444444332 52234321234321234321 53433423344443444444 54333223333333233232 55433423344443444343 56333433334434133412

(20)

57333223334344434132 58332123334333344321 59332123334333344321 60344344443444444444 61333333333334444233 62334323432233433332 63333333333333333332 64343334343433443343 65222232332333333233 66333233432333323333 67323333434434343343 68324433243342134332 69333333332333333333 70333333333334334231 71333333334323343311 72333433334434343333 Total220213229213206221217223230245237233232247246223206163 Responden727272727272727272727272727272727272 Rata-rata3.062.963.182.962.863.073.013.103.193.403.293.243.223.433.423.102.862.26 SumberData dari hasil kuesioner

(21)

43

Dari hasil tabulasi menunjukkan ada tiga faktor utama yang mempengaruhi tunggakan pajak kendaraan bermotor, yaitu

a. Pelayanan Pajak

Dari hasil analisis tanggapan responden, pelayanan secara umum dapat dibagi menjadi dua yaitu pelayanan dari sarana dan prasarana serta pelayanan dari petugas pajak. Fasilitas pelayanan publik yang lengkap dibutuhkan saat pelaksanaan membayar pajak, agar proses pembayaran maksimal. Kinerja petugas pajak yang baik sangat diperlukan dalam kegiatan membayar pajak, apabila ada wajib pajak yang kurang mengerti bagaimana cara membayar pajak, petugas dapat menjelaskan. Kemudahan dalam membayar pajak memotivasi wajib pajak untuk membayar pajak. Detail faktor mengenai pelayanan pajak dapat dilihat pada tabel 3.1 di atas yang mana skor rata-rata pada nomor sembilan sebesar 3,19, nomor sepuluh 3,40, nomor sebelas 3,29, nomor dua belas 3,24, nomor tiga belas 3,22, nomor empat belas 3,43, dan nomor lima belas 3,42. Hasil tanggapan dari kuesioner menunjukkan bahwa pelayanan pajak merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi tunggakan pajak, hal tersebut dapat dilihat dari total skor yang paling tinggi dibandingkan dengan faktor yang lain.

b. Paham akan peraturan perpajakan

Untuk memberikan pemahaman kepada wajib pajak kendaraan bermotor, dengan memberikan bimbingan dan pembinaan serta

(22)

pengetahuan dasar kepada wajib pajak kendaraan bermotor tentang pajak kendaraan bermotor. Hal itu dapat mendorong wajib pajak untuk melaksanakan kewajibannya untuk membayar pajak kendaraan bermotor. Semakin wajib pajak memahami peraturan perpajakan, maka jumlah tunggakan pajak akan semakin kecil. Detail faktor pemahaman wajib pajak dapat dilihat pada tabel 3.1 hasil rata-rata kuesioner di nomor satu sebesar 3,06, nomor tiga 3,18 , nomor empat 2,96, nomor lima 2,86 , nomor enam 3,07, nomor tujuh 3,01, nomor delapan 3,10, dan nomor enam belas 3,10.

c. Sanksi pajak

Bagi wajib pajak sanksi yang dikenakan dapat memberikan efek jera terhadap wajib pajak yang menunggak, maka diperlukan sanksi yang tegas maka akan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Detail faktor sanksi pajak dapat dilihat pada tabel 3.1 di atas dengan hasil rata-rata kuesioner di nomor dua sebesar 2,96, nomor tujuh belas 2,86, nomor delapan belas 2,26, dan nomor sembilan belas 1,88.

2. Pendekatan Kualitatif

Setelah melakukan pendekatan kuantitatif penulis melakukan pendekatan kualitatif dengan cara melakukan wawancara kepada wajib pajak yang pernah mengalami tunggakan pajak kendaraan bermotor, yang mempengaruhi faktor-faktor terjadinya tunggakan pajak. Wawancara dilakukan untuk mengkontruksi hasil dari pendekatan kuantitatif serta

(23)

dapat menambah informasi yang belum terakomodir dalam pendekatan kuantitatif. Hasil wawancara yang diperoleh memberikan informasi bahwa faktor-faktor yang menjelaskan tunggakan pajak sebagai berikut a. Faktor Ekonomi

Kendala yang dialami wajib pajak pada saat pembayaran pajak, dipengaruhi oleh kebutuhan lainnya. Di sini wajib pajak lebih mementingkan kebutuhan lainnya daripada membayar pajak. Ketika waktunya membayar pajak wajib pajak belum memiliki uang, karena sudah habis untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Wajib pajak lebih memilih menunggu pemutihan yaitu program pemerintah memberi keringanan kepada wajib pajak kendaraan bermotor yang menunggak, meskipun belum membayar pajak 5 tahun lebih hanya perlu membayar pajak setahun.

b. Faktor Kesibukan

Pada saat wajib pajak seharusnya membayar pajak sedang memiliki urusan di luar kota dan pihak yang di rumah tidak mengerti cara membayar pajak.

c. Faktor Data

Kelengkapan data saat membayar diperlukan saat membayar pajak, apabila tidak lengkap dapat menghambat proses pembayaran pajak.

Dalam hal ini data dari wajib pajak penting untuk petugas pajak digunakan mendata wajib pajak yang sudah atau belum membayar pajak, ada tunggakan atau tidak dalam membayar pajak.

(24)

d. Faktor Manusiawi/Lupa

Pada hakikatnya manusia akan membayar pajak, tapi yang namanya manusia itu terkadang lupa karena yang dipikirkan tidak hanya membayar pajak.

D. TEMUAN

Berdasarkan pembahasan mengenai Faktor-Faktor Terjadinya Tunggakan Pajak Ulang Kendaraan Bermotor Selama Satu Tahun di Kantor UP3AD dan SAMSAT kota Surakarta, penulis ingin mengungkapkan hal-hal yang ditemukan dalam pembahasan yang berupa kelebihan dan kekurangan di Kantor UP3AD dan SAMSAT Surakarta karena merupakan tempat magang penulis.

1. Kelebihan

a. Kantor UP3AD dan SAMSAT Surakarta setiap pagi mengadakan rapat bersama. Hal tersebut dilakukan untuk mengkoordinasi para pegawai pajak yang dapat mempengaruhi kualitas kinerja pegawai pajak.

b. Kantor UP3AD dan SAMSAT Surakarta memberlakukan sistem absen pegawai dengan upacara di pagi hari, dimana hal tersebut untuk kedisiplinan pegawai pajak, agar tidak terlambat masuk kerja sehingga dapat melayani wajib pajak dengan maksimal.

c. Adanya prosedur/tata cara pembayaran pajak kendaraan bermotor.

d. Kantor UP3AD dan SAMSAT Surakarta menyediakan pelayanan online, sehingga diharapkan lebih mudah dan menghemat waktu.

(25)

e. Adanya door to door (program petugas pajak diberi tugas untuk datang kerumah wajib pajak yang mengalami tunggakan pajak kendaraan bermotor) yang berperan sebagai pengawas terhadap pembayaran pajak dengan cara memberi teguran yang bersifat himbauan terhadap para wajib pajak yang menunggak pajak kendaraan bermotor.

2. Kelemahan

a. Kurangnya pengetahuan Wajib Pajak akan pentingnya pajak.

b. Kurangnya mengadakan sosialisasi tentang pentingnya pembayaran pajak karena uang yang dibayarkan untuk pembangunan bukan untuk kepentingan pribadi, hal ini dilakukan melalui kelurahan dan perangkat desa yang terjun ke masyarakat antara lain di tingkat RT dan RW.

c. Sistem pemerintah tentang program pemutihan membuat wajib pajak yang menunggak setahun atau lebih, memilih menunggu program pemutihan tersebut. Program pemutihan tidak meminimalkan tunggakan pajak, karena wajib pajak yang menunggak pajak daripada membayar pajak ditambah denda, lebih memilih program pemutihan dari pemerintah.

Referensi

Dokumen terkait

Konsentrasi terendah obat pada biakan padat yang ditunjukkan dengan tidak adanya pertumbuhan koloni mikroba adalah KBM dari obat terhadap bakteri uji

Berdasarkan swimlane process diagram, dapat disimpulkan usulan yang terlihat di mana beberapa aktivitas sudah dilakukan dengan bantuan aplikasi operasional yang

Pada bagian pembahasan penulis membahas yang pertama tentang sejarah perkembangan rahasia dagang yang mana pertama kali rahasia dagang muncul hingga perbedaan negara anglo saxon

Berdasarkan analisis data dengan menggunakan metode mean ( rata- rata ) dan standar deviasi maka didapatkan ranking tertinggi dari seluruh komponen biaya khususnya

Kapasitas Beban Lateral pada Tanah Kohesif; (a) untuk Pondasi Tiang Pendek, (b) untuk Pondasi Tiang Panjang. (Sumber :

Hasil yang diperoleh dari penetapan kadar betametason valerat pada produk ruahan krim betametason 0,1% menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi yaitu 107,56% pada No.

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akhir ini dengan judul

mampu mencapai total aktiva yang besar dapat diindikasikan bahwa perusahaan tersebut sudah dalam tahap kedewasaan, yaitu tahapan yang memperlihatkan bagaimana suatu