• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi siswa sekolah menengah atas terhadap perilaku bullying di sekolah : studi kasus di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi siswa sekolah menengah atas terhadap perilaku bullying di sekolah : studi kasus di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2 Yogyakarta."

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS TERHADAP

PERILAKU

BULLYING

DI SEKOLAH

Studi Kasus di SMA Kolese De Britto dan Stella Duce 2 Yogyakarta

Benny Yuniarto Universitas Sanata Dharma

2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan persepsi siswa di SMA Kolese De Britto dan siswa di SMA Stella Duce 2 terhadap perilaku bullying di sekolah.

Penelitian ini merupakan penelitian explanatory research. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling. Subjek dari penelitian ini adalah siswa – siswi dari SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2. Sampel Penelitian dari SMA Kolese De Britto sebanyak 81 dari 701 siswa dan di SMA Stella Duce 2 sebanyak 87 dari 394 siswa. Teknik pengambilan yang digunakan adalah kuesioner.

Analisis data pada penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dan

independent sample t-test. Secara deskriptif diperoleh hasil penelitian bahwa sebanyak 56,10% siswa di SMA Kolese De Britto mempersepsikan perilaku

bullying yang terjadi di sekolah, baik dalam bentuk fisik, verbal, dan psikologis, termasuk peristiwa yang serius. Sedangkan di SMA Stella Duce 2, sebanyak 47,13% siswa mempersepsikan perilaku bullying yang terjadi di sekolah, baik dalam bentuk fisik, verbal, dan psikologis, termasuk peristiwa yang serius. Hasil uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap perilaku bullying di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2. (thit = 0,134 dengan Asymp.Sig = 0,894).

(2)

ABSTRACT

SENIOR HIGH SCHOOL STUDENT’S PERCEPTION ON

BULLYING BEHAVIOR IN SCHOOL

A Case Study at “Kolese De Britto” Senior High School and “Stella Duce 2” Senior High School of Yogyakarta

Benny Yuniarto Sanata Dharma University

2007

The aim of this research was to know whether or not there was a difference in student perception at “Kolese De Britto” Senior High School and student perception in “Stella Duce 2” Senior High School on bullying behavior in school. The research was an explanatory research. The research samples were taken by the use of purposive sampling technique. The subject of this research was students of “Kolese De Britto” Senior High School and “Stella Duce 2” Senior High School. The samples taken in Kolese De Britto Senior High School were 81 from 701 students meanwhile in “Stella Duce 2” Senior High School were 87 from 394 students. The data collecting techniques used were questionare.

The data analysis of the research used were descriptive statistic and independent sample t-test. Based on the descriptive analysis, the result showed that 56,10% students in “Kolese De Britto” Senior High School have perception that bullying behavior (physical, verbal, and psychological bullying) in school, were considered as a serious problem. Whereas in “Stella Duce 2” Senior High School 47,13% students have perception that bullying behavior (physical, verbal, and psychological bullying) in school, were considered as a serious problem. The result of t-test showed that there’s no significant difference between student’s perception on bullying behavior in “Kolese De Britto” Senior High School and “Stella Duce 2” Senior High School (t-test = 0,134 with Asymp. Sig = 0,894).

(3)

PERSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS TERHADAP

PERILAKU

BULLYING

DI SEKOLAH

(Studi Kasus di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2 Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh : Benny Yuniarto NIM : 031334035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007

(4)
(5)
(6)

To Be Man and Women for Others…

To Be Man and Women for Our Familly…

Finally, To Be Man and Woman for Our Self…

(7)

Kupersembahkan Karya Kecilku Ini Untuk :

™

Bapakku yang selalu ingin yang terbaik untuk anak-anaknya

™

Ibuku yang selalu setia dan sabar

™

Kakakku yang sangat menyanyangi keluarganya

™

Mia yang selalu mendukung dan mengingatkanku dengan sabar

(8)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 22 November 2007

Benny Yuniarto

(9)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan yang Mahakasih yang selalu memberikan

rencana-Nya yang terindah tepat pada waktunya. Ia telah memberikan berkat dan

semangat tiada henti hingga skripsi ini selesai dengan baik. Ia begitu besar dan

begitu indah dengan segala kasih dan cinta-Nya.

Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjan Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini tidak dapat berjalan

dengan baik apabila hanya dikerjakan oleh peneliti seorang diri. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta. Selamat bekerja pa, sukses selalu…

3. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi

dan Dosen Pembimbing Akademik Angkatan 2003 T.A 2007/2008 yang

sudah sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. “Thanks”

4. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. selaku Dosen Penguji atas

segala kritikan serta masukan untuk skripsi ini. Makasih ya bu Tuhan

Memberkati…

(10)

5. Ibu E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A selaku Dosen Penguji yang selalu menjadi

“rekan” bagi mahasiswa-mahasiswi khususnya angkatan 2003. “We’ll never

forget you”

6. Pa Heri, Bu Rita, Bu Lina yang pernah menjadi dosen pembimbing

akademik angkatan 2003. “Thanks”

7. Semua Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan

semangat dan inspirasi dalam hidup…

8. Mba Aris, Mba Titin, dan Pa Wawiek yang selalu siap sedia membantu dan

selalu melayani dengan senyuman. “Keep it”

9. Ibu Siwi (Stella Duce 2) dan Pa Arin (Kolese De Britto), dan semua

siswa-siswi yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini …

10. Mas Agus, Gabby PBI “03” dan semua komponen Laboratorium Pengajaran

Mikro FKIP USD…

11. Mas Anto, Mba Agnes di Dekanat FKIP dan seluruh tenaga administrasi

yang telah banyak memberikan pelajaran dan pengalaman dalam melayani

dan membantu sesama…

12. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan yang terbaik buat anaknya…

13. Kakaku yang selalu ingin terbaik...

14. Bude Lili buat subsidinya, ditunggu bantuan selanjutnya, he…

15. Bonny, Donny(alm), Simon(alm), Bella(almrh) dan Gabby dengan segala

kelucuannya dari dulu sampai sekarang yang tidak pernah berubah

16. Mia…”^ o^”. “Thanks for give all the best for me

(11)

17. Om dan Tante St.Soebantijo serta Mba Nike dan Ian yang selalu

mengingatkan untuk menyelesaikan skripsi ini.

18. Simbok, yang selalu mengingatkan untuk makan. Simon, Jerry, Patso, Jager,

yang selalu menghibur dan memberikan inspirasi

19. Romo Hiro (PAK’03), Romo Fredi (PE’03) buat segala bimbingannya baik

secara fisik dan spriritual…”wish you all the best

20. Teman-temanku di Pendidikan Akuntansi angkatan 2003 kelas A, Yayik dan

Amel (thanks udah ngebantuin penelitiannya y), Aci, Deni, Heni, Veni

(nama kita jangan ketuker lagi ya), Ari ndut, Ari item, Agus gudel, Koko

(selamat berjuang kawanku, jangan main mulu ya), “guys we made it…”

21. Panitia Kujungan Perusahaan “Surabaya-Bali” 2005, Panitia Olimpiade 2006

dan 2007, dan segenap Tim Tutorial PAK…Semangat ya...

22. Tim PPL SMK YPKK 1 Sleman periode Jan-Jul 2007 (Rino, Istadi, Yulius,

Luci, Ari, Dwi dan Dewi), tetap semangat ya…

23. Teman-temanku seperjuangan dikontrakan (Danang, Wahyu, Shokamp,

Bimo, Ryan) Ayo semangat…Jangan kelamaan di Yogya ya…

24. Anak-anak Strada’97 yang ada di Jogja…(Gpnk, Kumis, Udhay, Bejo,

Sudung, Bibir, Otonk, dll)

25. Semua pihak yang tidak dapat saya sebut satu per satu, saya hanya bisa

mengucapkan banyak terima kasih. Hanya Tuhan yang bisa membalas

kebaikan kalian.

(12)

Akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan

dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu peneliti dengan senang hati akan

menerima segala kritik dan saran yang berkaitan dengan penelitian ini.

Yogyakarta, 12 Desemberr 2007

Penulis

(13)

ABSTRAK

PERSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS TERHADAP

PERILAKU

BULLYING

DI SEKOLAH

Studi Kasus di SMA Kolese De Britto dan Stella Duce 2 Yogyakarta

Benny Yuniarto Universitas Sanata Dharma

2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan persepsi siswa di SMA Kolese De Britto dan siswa di SMA Stella Duce 2 terhadap perilaku bullying di sekolah.

Penelitian ini merupakan penelitian explanatory research. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling. Subjek dari penelitian ini adalah siswa – siswi dari SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2. Sampel Penelitian dari SMA Kolese De Britto sebanyak 81 dari 701 siswa dan di SMA Stella Duce 2 sebanyak 87 dari 394 siswa. Teknik pengambilan yang digunakan adalah kuesioner.

Analisis data pada penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dan

independent sample t-test. Secara deskriptif diperoleh hasil penelitian bahwa sebanyak 56,10% siswa di SMA Kolese De Britto mempersepsikan perilaku

bullying yang terjadi di sekolah, baik dalam bentuk fisik, verbal, dan psikologis, termasuk peristiwa yang serius. Sedangkan di SMA Stella Duce 2, sebanyak 47,13% siswa mempersepsikan perilaku bullying yang terjadi di sekolah, baik dalam bentuk fisik, verbal, dan psikologis, termasuk peristiwa yang serius. Hasil uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap perilaku bullying di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2. (thit = 0,134 dengan Asymp.Sig = 0,894).

(14)

ABSTRACT

SENIOR HIGH SCHOOL STUDENT’S PERCEPTION ON

BULLYING BEHAVIOR IN SCHOOL

A Case Study at “Kolese De Britto” Senior High School and “Stella Duce 2” Senior High School of Yogyakarta

Benny Yuniarto Sanata Dharma University

2007

The aim of this research was to know whether or not there was a difference in student perception at “Kolese De Britto” Senior High School and student perception in “Stella Duce 2” Senior High School on bullying behavior in school. The research was an explanatory research. The research samples were taken by the use of purposive sampling technique. The subject of this research was students of “Kolese De Britto” Senior High School and “Stella Duce 2” Senior High School. The samples taken in Kolese De Britto Senior High School were 81 from 701 students meanwhile in “Stella Duce 2” Senior High School were 87 from 394 students. The data collecting techniques used were questionare.

The data analysis of the research used were descriptive statistic and independent sample t-test. Based on the descriptive analysis, the result showed that 56,10% students in “Kolese De Britto” Senior High School have perception that bullying behavior (physical, verbal, and psychological bullying) in school, were considered as a serious problem. Whereas in “Stella Duce 2” Senior High School 47,13% students have perception that bullying behavior (physical, verbal, and psychological bullying) in school, were considered as a serious problem. The result of t-test showed that there’s no significant difference between student’s perception on bullying behavior in “Kolese De Britto” Senior High School and “Stella Duce 2” Senior High School (t-test = 0,134 with Asymp. Sig = 0,894).

(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……….... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………. iii

MOTTO ……….………. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ………. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………. vi

KATA PENGANTAR ………. vii

ABSTRAK ……….. xi

ABSTRACT ………... xii

DAFTAR ISI ……… xiii

DAFTAR TABEL ……… xvi

DAFTAR GRAFIK………... xvii

DAFTAR LAMPIRAN .………... xviii

BAB I PENDAHULUAN .……… 1

A. Latar Belakang Masalah …………..……….. 1

B. Rumusan Masalah ……...………... 6

C. Tujuan Penelitian ……….……….. 6

D. Manfaat Penelitian ……….………. 6

1. Secara Teoritik ...…...….………. 6

2. Secara Praktis……...………. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .……… 8

A. Persepsi……… ………... 8

1. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Persepsi ……… 9

2. Ciri-Ciri dan Proses Terjadinya Persepsi ………...…... 11

3. Aspek-Aspek yang Membentuk Persepsi……… 12

B. Masa Remaja………. ………..………. 13

1. Ciri-Ciri Masa Remaja...………... 14

2. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja………... 15

(16)

C. Perilaku Bullying di Sekolah………..……… 17

1. Bentuk-Bentuk Perilaku Bullying di Sekolah……….. 19

2. Dampak Perilaku Bullying di Sekolah………. 20

3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Bullying………….. 20

D. Persepsi Siswa Terhadap Perilaku Bullying di Sekolah………….…… 22

E. Hipotesis……… 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ….……… 26

A. Jenis Penelitian ……….. 26

B. Tempat dan Waktu Penelitian…...………. 26

1. Tempat Penelitian… ……… 26

2. Waktu Penelitian……….. 26

C. Subjek dan Objek Penelitian………….………. 27

1. Subjek Penelitian…..………. ….. 27

2. Objek Penelitian………. ……….. 27

D. Populasi dan Sampel………... 27

1. Populasi Penelitian……… 27

2. Sampel Penelitian……….. 27

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran.……….. 28

F. Metode Pengumpulan Data……… 30

G. Pengujian Instrumen Penelitian.……….……… 31

1. Pengujian Valilditas………. 31

2. Pengujian Reliabilitas……….. 32

3. Seleksi Item………. 33

H. Teknik Analisis Data….. ………... 34

1. Statistik Deskriptif……… 34

2. Uji Prasyarat Analisis……… 34

a) Uji Normalitas…....………. 34

b) Uji Homogenitas………….………..……….. 35

3. Pengujian Hipotesis……….. 35

BAB IV HASIL ANALISIS DANAPEMBAHASAN ………. 37

A. Orientasi Kancah ……… 37

(17)

B. Persiapan Penelitian ………... 37

1. Persiapan Kusioner ……….. 37

2. Perijinan ………... 38

3. Jadwal Penelitian ………. 38

C. Pelaksanaan Penelitian ………... 39

1. Try Out Penelitian ……… 39

2. Pelaksanaan Penelitian ………. 40

a. Penelitian di SMA Stella Duce 2……… 40

b. Penelitian di SMA Kolese De Britto………. 41

D. Hasil Penelitian ……….. 42

1. Deskripsi Variabel Penelitian ……….. 42

2. Uji Prasyarat Analisis……… 44

c) Uji Normalitas…....………. 44

d) Uji Homogenitas………….………..……….. 45

3. Uji Hipotesis ………... 45

E. Pembahasan ………... 46

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN……….. 55

A. Kesimpulan ………... 55

B. Saran ……….. 55

C. Keterbatasan Penelitian……….. 56

DAFTAR PUSTAKA ………... 57

SUMBER GAMBAR ……… 60

LAMPIRAN ………. 61

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Blue Print……… ……….. 29

Tabel 3.2. Distribusi Butir-Butir Skala Persepsi terhadap Perilaku Bullying... 29 Tabel 3.3. Skor Item untuk Skala Persepsi Siswa terhadap Perilaku Bullying.. 30 Tabel 3.4. Validitas……….. ………. 32 Tabel 3.5. Reliabilitas………..………... 33 Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian……….………. 39 Tabel 4.2. Persepsi Siswa Terhadap Perilaku Bullying

di SMA Kolese De Britto ……… 42 Tabel 4.3. Persepsi Siswa Terhadap Perilaku Bullying

di SMA Stella Duce 2…... ……….. 43 Tabel 4.4. Uji Normalitas Data di SMA Kolese De Britto……….. ………… 44 Tabel 4.5. Uji Normalitas Data di SMA Stella Duce 2…..……….. ………… 44 Tabel 4.6. Hasil Uji Beda………...……….. ………… 46 Tabel 4.7. Uji Beda Tiga Bentuk Perilaku Bullying……...……….. ………… 50 Tabel 4.8 Nilai Mean dan Standar Deviasi Skenario………... 51 Tabel 4.9. Uji Beda Skenario..………...………..…………. 53

(19)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1. Perbandingan Nilai Mean Skor Total di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2 ………...……… 47 Grafik 4.2. Perbandingan Nilai Mean Tiga Bentuk Perilaku Bullyingl di

SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2 ….……….. 49

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian………...………. 61

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian……… ………... 64

Lampiran 3. Data dan Hasil Analisis Data Try Out………... 67

Lampiran 4. Data dan Hasil Analisis Data Penelitian…. ……… 75

Lampiran 5. Surat Keterangan Penelitian……….. ………….. 98

(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setelah sekolah usai, Jared bersembunyi di dalam sekolah selama satu jam sambil berharap Tom tidak sedang mencari dirinya. Mungkin ini akan menjadi hari pertamanya bisa pulang ke rumah tanpa ada rasa takut dipukul dan diajak berkelahi. Jared perlahan-lahan melangkah keluar dari persembunyiannya, ia mengambil tasnya dengan cepat lalu berlari keluar sekolah. Jared terus berlari dan berlari menjauhi sekolah. Hingga di tengah jalan ia merasa sakit perut, namun ia masih tetap percaya bahwa ia akan sampai di rumah dengan selamat. Lalu secara tiba-tiba, Tom muncul di perempatan jalan dengan wajah yang sangat kesal dan siap mengajaknya untuk berkelahi (Milsom & Gallo, 2006:12)

Kenyamanan dan keamanan bagi seluruh anggota sekolah, khususnya

siswa dan siswi sekolah, baik di dalam maupun di sekitar sekolah sangat

diperlukan untuk menciptakan kondisi sekolah yang menunjang untuk

kegiatan belajar mengajar. Tindakan kekerasan di sekolah atau yang lebih

populer disebut bullying, memiliki dampak negatif yang besar bagi

kelancaran maupun kesuksesan kegiatan belajar mengajar. Bullying di

negara-negara maju seperti Amerika Serikat sudah menjadi keprihatinan

tersendiri (Bauman & Del Rio, 2004:1). Bahkan di Australia ada dua

pemerintahan negara bagian, Queensland dan Victoria, sudah

mencanangkan program melawan perilaku bullying di sekolah

(www.bullyresearch.com).

Sementara itu di Indonesia, kasus yang terjadi di Institut Pemerintahan

Dalam Negeri (IPDN) yang menyebabkan seorang praja meninggal akibat

(22)

2

dari penyiksaan yang dilakukan senior-seniornya (Samhadi, 2007) hingga

kasus gantung diri yang dilakukan oleh Fifi Kusrini, gadis 13 tahun siswi

SMP 10 Bantar Gebang Bekasi yang berawal dari korban sering diejek

sebagai anak tukang bubur oleh teman-teman sekolahnya (www.kpai.go.id).

Kasus Linda Utami, 15 tahun siswi kelas dua SLTPN 12 Jakarta, yang juga

gantung diri karena tidak tahan diejek teman-temannya karena pernah tidak

naik kelas (Samhadi, 2007) sampai kasus yang menimpa siswa Pangudi

Luhur Jakarta yang juga mengalami kekerasan yang dilakukan oleh kakak

kelasnya (www.kompas.com), memperlihatkan bahwa sebenarnya perilaku

bullying terjadi pada semua tingkatan pendidikan di Indonesia mulai dari

yang dasar hingga Perguruan Tinggi (Samhadi, 2007). Bahkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Semai Jiwa Amini pada tiga SMA

di Semarang dan Jakarta menunjukkan bahwa 18,3% guru menganggap

penggencetan, olok-olok antar teman merupakan hal yang biasa dalam

kehidupan remaja. Sekitar 27,5% guru beranggapan bahwa sesekali siswa

mengalami penindasan dari senior terhadap yunior tidak akan berdampak

buruk pada kondisi psikologis siswa tersebut. Sebanyak 10% guru

berpendapat bahwa hukuman fisik merupakan cara menegur yang paling

efektif. Oleh karena itu, 10% guru juga melakukan kekerasan dengan cara

menghukum siswa yang melakukan kesalahan dengan hukuman fisik

(Elisabeth, 2006). Hal ini tentu saja sangat mengejutkan karena tampaknya

baik guru maupun siswa-siswi di sekolah belum memiliki kesadaran akan

(23)

Olweus (www.wikipedia.com) seorang pemerhati masalah bullying

yang berasal dari Norwegia mengatakan bahwa bullying adalah perilaku

negatif yang dilakukan oleh seseorang ataupun lebih yang dilakukan kepada

individu lain atau kelompoknya dimana perilaku ini dilakukan secara

berulang-ulang. Perilaku negatif tersebut dapat berupa tindakan verbal,

tindakan fisik, dan juga secara psikologis. Beberapa peneliti mengartikan

bullying sebagai perilaku yang dilakukan oleh orang yang lebih besar dan

lebih kuat, dengan cara mengintimidasi orang lain melalui perbuatan yang

negatif secara berulang-ulang (Pellegrini & Bartini, 2000:2). Selain itu ada

juga yang mengatakan bahwa bullying menggambarkan kekerasan fisik,

verbal, dan psikologis oleh seseorang atau kelompok yang terjadi di sekolah

maupun antar sekolah dimana di dalamnya termasuk pengucilan dari

kelompok, intimidasi, pengrusakan, dan kekerasan (www.kidhelp.com).

Bullying telah dikenal sebagai masalah sosial yang terjadi di kalangan

anak-anak sekolah (Krahe, 2005:198). Di Indonesia, penelitian Tim Fakultas

Psikologi UI, menunjukkan bahwa bullying banyak terjadi di kalangan SMA

(Elisabeth, 2006). Fenomena ini terjadi karena siswa dan siswi di SMA

sedang berada pada masa perkembangan remaja, yaitu masa transisi antara

masa anak menjadi dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif,

dan sosio emosional (Santrock, 2003:26). Pada masa transisi ini, remaja

memiliki potensi untuk melakukan perilaku bullying. Bullying yang

dilakukan oleh remaja adalah salah satu cara mereka untuk mencari identitas

(24)

4

yang menganggap bahwa teman sebaya merupakan aspek terpenting dalam

kehidupan mereka sehingga mereka berusaha untuk diterima dalam sebuah

pergaulan bersama teman sebayanya (Santrock, 2003:219).

Perilaku bullying menjadi sangat serius karena memiliki dampak yang

besar bagi perkembangan manusia yang mengalaminya. Berbagai penelitian

menunjukan adanya korelasi antara bullying dengan naiknya tingkat depresi,

agresi, penurunan nilai akademis hingga tindakan bunuh diri (Samhadi,

2007). Korban bullying juga mengalami kesepian dalam hidupnya, memiliki

kesulitan untuk menyelesaikan masalah sosial, kesulitan untuk mengontrol

emosinya (www.ncjrs.gov) dan penghargaan yang rendah terhadap dirinya

sendiri (Rogers, 1995:179). Akibat-akibat ini sebaiknya dihindarkan dengan

cara meminimalkan terjadinya perilaku bullying. Untuk meminimalkan

terjadinya perilaku bullying diperlukan pemahaman yang mendalam tentang

perilaku bullying itu sendiri.

Menurut Smith dan Thompson (Rogers, 1995:178) suatu tindakan

bukan dikategorikan sebagai perilaku bullying jika dua siswa atau kelompok

mempunyai kekuatan yang sama atau seimbang. Hal tersebut ditegaskan

lagi oleh Diena (www.kpai.go.id) dalam workshop nasional bertema

“Intervensi Efektif untuk Mengurangi Bullying di Sekolah-Sekolah” yang

memaparkan bahwa bullying itu bukan tentang apa yang ‘saya’ lakukan

kepada orang lain, melainkan apa persepsi si korban terhadap sikap ‘saya’.

Bullying terjadi ketika apapun yang dilakukan seseorang membuat orang

(25)

terhadap perilaku bullying memiliki peran yang penting dalam

mengkategorikan tindakan tersebut termasuk bullying atau tidak. Penelitian

yang dilakukan oleh Morita (Taki, 2001:1) di negara Jepang, ditemukan

bahwa bullying yang terjadi di Jepang memiliki perbedaan dengan yang

ditemukan di Norwegia. Bullying yang terjadi di Jepang biasanya terjadi di

dalam kelas, sedangkan di Norwegia bullying terjadi di lingkungan sekolah

(Taki, 2001:1). Bullying di Jepang lebih dikenal dengan nama Ijime dimana

perilaku ini bisa terjadi kapan saja namun tetap di kalangan siswa-siswi

sekolah (Taki, 2001:2). Hal ini juga memperlihatkan bahwa terdapat

perbedaan persepsi terhadap perilaku bullying di setiap negara.

Bullying merupakan stimulus dari luar diri siswa dimana hal ini sangat

berkaitan dengan persepsi siswa itu sendiri. Persepsi merupakan suatu

proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses

diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera (Walgito, 2002:71).

Bullying sebagai stimulus akan diorganisasikan dan diinterpretasikan oleh

siswa sehingga siswa menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera

olehnya. Dalam mempersepsi suatu stimulus, hasil persepsi tiap orang

mungkin akan berbeda. Menurut Davidoff dan Rogers, hal ini dapat terjadi

karena persepsi itu bersifat individual (Walgito, 2002:72). Ketika persepsi

siswa terhadap perilaku bullying berbeda dengan siswa yang lain, maka

perilaku bullying yang terjadi di sekolah juga bisa berbeda-beda. Selain itu,

apabila siswa tidak menyadari bahwa perilakunya merupakan perilaku

(26)

6

terhambat. Kesadaran siswa terhadap terjadinya perilaku bullying dan akibat

yang ditimbulkan dari perilaku tersebut menjadi salah satu kunci untuk

mengurangi korban bullying di masa mendatang.

Fenomena-fenomena inilah yang membuat peneliti sangat tertarik

untuk melakukan sebuah penelitian tentang bagaimana persepsi siswa

terhadap perilaku bullying di sekolah khususnya di Sekolah Menengah Atas

yang ada di Yogyakarta.

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

permasalahan yang dapat dirumuskan adalah apakah persepsi siswa

terhadap perilaku bullying di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce

2 berbeda.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi siswa

terhadap perilaku bullying di sekolah.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritik

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan

(27)

sekolah khususnya yang terjadi di kalangan siswa-siswi Sekolah

Menengah Atas.

2. Secara Praktis

a. Bagi Siswa

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa

untuk mengetahui perilaku bullying yang terjadi di lingkungan

sekolahnya dan dampak yang diakibatkan sehingga mereka

dapat mengurangi terjadinya perilaku bullying.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru memahami

perilaku bullying yang terjadi di antara siswa sehingga dapat

(28)

BAB II KAJIAN TEORI

Pada bagian ini diuraikan kajian teori dari variabel serta hipotesis dalam

penelitian ini. Pembahasan tentang variabel penelitian meliputi persepsi, masa

remaja, dan perilaku bullying di sekolah.

A. Persepsi

Kebanyakan orang menganggap sangatlah mudah untuk melakukan

perbuatan melihat, mendengar, membau, merasakan, dan menyentuh.

Namun informasi atau stimulus yang datang dari organ-organ indera kiranya

perlu diorganisasikan dan diinterpretasikan terlebih dahulu sebelum dapat

dimengerti oleh pikiran manusia (Malcom & Steve, 1988:83). Persepsi

merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu

proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera yang

kemudian oleh individu diorganisasikan dan diinterpretasikan, sehingga

individu menyadari, mengerti tentang apa yang diindera (Walgito, 1992:69).

Irwanto, dkk (1988:55) berpendapat bahwa persepsi adalah proses

diterimanya rangsang seperti objek, kualitas, hubungan antar gejala maupun

peristiwa sampai rangsang itu disadari dan dimengerti. Persepsi biasanya

dimengerti sebagai bagaimana informasi yang berasal dari organ yang

terstimulasi diproses, termasuk bagaimana informasi tersebut diseleksi,

ditata, dan ditafsirkan (Matsumoto, 2004:59-60). Menurut Mahmud

(1989:41), persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada di dalam

(29)

otak. Menurut Chaplin (2005:358), persepsi adalah proses mengetahui atau

mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera.

Berdasarkan teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi

adalah proses penerimaan, pengorganisasian, serta penafsiran stimulus yang

dapat berupa objek dan kejadian objektif dengan bantuan alat indera.

1. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Persepsi

Menurut Walgito (1992:70), ada beberapa faktor yang berperan

dalam persepsi yaitu sebagai berikut.

a. Objek yang dipersepsi

Suatu objek dapat menimbulkan stimulus yang diterima oleh

alat indera. Stimulus dapat datang dari luar maupun dari dalam

diri individu yang bersangkutan. Namun sebagian besar stimulus

datang dari luar individu.

b. Alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf

Alat indera digunakan sebagai alat untuk menerima stimulus. Di

samping itu harus ada syaraf sensoris yan berfungsi untuk

meneruskan stimulus. Stimulus tersebut lalu diterima oleh pusat

susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.

c. Perhatian

Perhatian diperlukan untuk membentuk atau menyadari persepsi

yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam

(30)

10

Irwanto, dkk (1978:70) mengatakan bahwa persepsi lebih

bersifat psikologis daripada proses penginderaan saja. Ada beberapa

faktor yang mempengaruhi persepsi, antara lain sebagai berikut.

a. Perhatian yang selektif

Dalam kehidupan, individu akan banyak sekali menerima

rangsang atau stimulus dari lingkungannya. Tidak semua

rangsang itu diterima sebagai sesuatu hal yang penting. Individu

akan memusatkan perhatian pada rangsang-rangsang yang

menarik bagi dirinya saja.

b. Ciri-ciri rangsang

Jika kita melihat suatu objek yang lebih besar dan memiliki

keunikan, maka rangsang yang ada pada objek tersebut tentu

saja berbeda dari rangsang yang lain. Jadi sesuatu hal yang

menarik yang terdapat dalam suatu rangsang, dapat

mempengaruhi persepsi terhadap rangsang tersebut.

c. Nilai-nilai dan kebutuhan hidup

Setiap individu tentu saja memiliki pandangan yang berbeda

satu sama lain. Pandangan yang berbeda tentang nilai maupun

kebutuhan hidup akan menyebabkan perbedaaan penafsiran

tentang rangsang yang diterima oleh setiap individu.

d. Pengalaman terdahulu

Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi

(31)

pengalaman tersebut, tentu saja setiap individu memiliki suatu

perbedaan mengenai rangsang yang diterimanya.

Persepsi secara umum diperlakukan sebagai satu variabel campur

tangan, bergantung pada faktor-faktor perangsang, cara belajar,

perangkat, keadaan jiwa atau suasana hati, dan faktor motivasional

(Chaplin, 2005:358). Apa yang kita persepsi pada suatu waktu tertentu

akan tergantung bukan saja pada stimulusnya sendiri, tetapi juga pada

latar belakang beradanya stimulus, seperti pengalaman-pengalaman

sensoris kita yang terdahulu, perasaan kita pada waktu itu,

prasangka-prasangka, keinginan-keinginan, sikap dan tujuan kita (Mahmud,

1989:42).

2. Ciri-Ciri dan Proses Terjadinya Persepsi

a. Ciri-Ciri Persepsi

Menurut Irwanto, dkk (1988:56), ciri-ciri umum persepsi

adalah:

1) rangsang-rangsang yang diterima harus sesuai dengan sifat

sensoris dasar dari masing-masing indera;

2) dunia persepsi mempunyai sifat ruang seperti atas bawah,

tinggi rendah;

3) dunia persepsi mempunyai dimensi waktu;

4) objek dan gejala dalam dunia persepsi mempunyai struktur

(32)

12

5) dunia persepsi adalah dunia yang penuh arti. Kita

cenderung mempersepsikan sesuatu yang kita anggap

memiliki makna bagi diri kita.

b. Proses Terjadinya Persepsi

Menurut Walgito (1992:70), proses persepsi diawali saat

suatu objek menimbulkan stimulus, lalu stimulus tersebut

mengenai alat indera yang berfungsi sebagai reseptor. Lalu

stimulus itu diteruskan oleh syaraf sensoris menuju otak. Terjadi

proses di otak yang berfungsi sebagai pusat kesadaran sehingga

individu menyadari apa yang dilihat, dirasa ataupun diraba.

Proses terjadinya diawali dengan penerimaan suatu

rangsang atau stimulus dari lingkungan sekitar yang bisa berupa

energi, suara, cahaya, dan getaran (Santrock, 2001:170). Lalu

stimulus tersebut sampai ke otak untuk diolah dan

diinterpretasikan yang akan menjadi persepsi terhadap stimulus

ataupun rangsang tersebut.

3. Aspek-Aspek yang Membentuk Persepsi

Irwanto, dkk (1988:55) menegaskan bahwa persepsi sebagai

proses penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima sehingga

menumbuhkan pengertian terhadap lingkungan, dengan demikian

persepsi adalah penafsiran terhadap pengalaman. Hal ini menunjukan

bahwa dalam persepsi terdapat aktivitas kognitif yang pada akhirnya

(33)

Melalui persepsi individu dapat menjadi sadar, dapat mengerti

keadaan lingkungan sekitar dan juga dapat mengerti keadaan diri

individu yang bersangkutan. Oleh karena itu perasaan, pengalaman,

kemampuan berpikir, kerangka acuan dan aspek-aspek lain yang ada

dalam diri individu akan ikut berperan. Jadi dalam persepsi sekalipun

stimulus yang diterima sama tetapi karena pengalaman, kerangka

acuan, kemampuan berpikirnya tidak sama ada kemungkinan hasil

persepsi antara individu satu dengan yang lain juga tidak sama

(Walgito, 1994:53).

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa proses persepsi

terbentuk karena adanya 2 aspek, yaitu sebagai berikut.

1. Aspek kognitif yang berupa kemampuan berpikir, kerangka

acuan dan pengalaman.

2. Aspek afektif yang berupa perasaan dan penilaian.

B. Masa Remaja

Siswa yang berada di Sekolah Menengah Atas berusia rata-rata

berusia 19 tahun. Menurut beberapa ahli, pada saat individu berusia

15-19 tahun, mereka memasuki masa remaja. Remaja menurut WHO

(Sarwono, 2005:9) adalah suatu masa ketika:

a. individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan

tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan

(34)

14

b. individu mengalami perkembangan psikologis dan pola indentifikasi

dari kanak-kanak menjadi dewasa;

c. terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh

kepada keadaan yang relatif mandiri;

Dalam kebanyakan budaya, remaja dimulai pada usia 10-13 tahun dan

berakhir kira-kira usia 18-22 tahun (Santrock, 2003:26). Remaja sendiri

diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa

dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio emosional.

Menurut Piaget (Hurlock, 1980:206), secara psikologis masa remaja adalah

usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana

anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua

melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam

masalah hak. Erikson seorang ahli psikologi mengatakan, masa remaja

merupakan suatu tahapan perkembangan yang kelima, yaitu identitas versus

kekacauan identitas dimana pada saat ini individu dihadapkan pada

pertanyaan siapa mereka, mereka itu sebenarnya apa, dan kemana mereka

menuju dalam hidupnya (Santrock, 2003:46).

Jadi dapat disimpulkan bahwa masa remaja adalah suatu tahap

perkembangan dimana individu mengalami perkembangan psikologis dan

pola identifikasi dari anak-anak menjadi orang dewasa yang mencakup

(35)

1. Ciri-Ciri Masa Remaja

Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama

rentang kehidupan, secara umum masa remaja memiliki ciri-ciri

(Hurlock, 1980:207) sebagai berikut:

a. perkembangan fisik yang cepat;

b. terjadinya periode peralihan sehingga terdapat keraguan dan

ketidakjelasan peran yang harus dilakukan;

c. kesulitan untuk menyelesaikan masalah-masalah pribadi;

d. adanya krisis identitas;

e. emosi yang mudah meninggi;

f. adanya perubahan minat, lalu disertai perubahan nilai-nilai.

2. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja

Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja menurut

Havighurst (Hurlock , 1980:10), yaitu:

a. mencapai hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya

baik pria dan wanita;

b. mencapai peran sosial pria dan wanita;

c. menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara

efektif;

d. mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung

jawab;

e. mencapai kemandirian emosional dari orang-orang tua dan

(36)

16

f. mempersiapkan karir ekonomi;

g. mempersiapkan perkawinan dan keluarga;

h. memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan

untuk berperilaku mengembangkan ideologi.

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi penguasaan

tugas-tugas perkembangan seperti dikemukakan Hurlock (1980:11).

Faktor-faktor yang menghalangi penguasaan tugas-tugas perkembangan

adalah :

a. tingkat perkembangan yang mundur;

b. tidak ada kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas

perkembangan atau tidak ada bimbingan untuk dapat

menguasainya;

c. tidak ada motivasi;

d. kesehatan yang buruk;

e. cacat tubuh;

f. tingkat kesehatan yang rendah.

Selain itu ada juga faktor-faktor yang membantu penguasaan

tugas perkembangan (Hurlock , 1980:11) adalah :

a. tingkat perkembangan yang normal atau yang diakselerasikan;

b. kesempatan-kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas dalam

perkembangan dan bimbingan untuk menguasainya;

c. motivasi;

(37)

e. tingkat kecerdasan yang tinggi;

f. kreativitas.

Dapat disimpulkan bahwa tugas-tugas perkembangan pada masa

remaja di antaranya mencapai peran sosial sebagai pria maupun

wanita, agar tercipta suatu hubungan baru yang lebih matang dalam

mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab untuk

mempersiapkan tahap kehidupan selanjutnya.

C. Perilaku Bullying di Sekolah

Bullying telah dikenal sebagai masalah sosial yang terjadi di kalangan

anak-anak sekolah (Krahe, 2005: 198). Bullying dalam Kamus

Inggris-Indonesia (Echols & Sadili, 1996:87) adalah kegiatan menggertak yang

dilakukan oleh seseorang untuk mengganggu orang yang lemah. Olweus

(www.wikipedia.com) seorang peneliti dan pemerhati masalah bullying dari

Norwegia mengatakan bahwa:

Bullying as when a person is exposed, repeatedely and over time, to negative action on the part of one or more other persons. The negative action is when a person intentionally inflicts injury or discomfort upon another person, through physical contact, through words or in other ways.

Bullying adalah perilaku negatif yang dilakukan kepada seseorang oleh satu

atau sekelompok orang secara berulang-ulang. Perilaku negatif tersebut

terjadi pada saat seseorang merasa terluka dan tidak nyaman karena orang

(38)

18

Sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh Olweus, Smith dan

Thompson (Rogers, 1995:179) memaparkan pengertian yang lebih spesifik

tentang perilaku bullying, yaitu:

a student is being bullied, or picked on, when another student, or a group of student, say nasty or unpleasant things to him or her. It is also bullying when a student is hit, kicked, threatened, locked inside a room, sent nasty notes, when no-one ever talks to them and thing like that. These things can happen frequently and it is difficult for the student being bullied to defend himself or herself. It also bullying when a student is teased repeatedely in a nasty ways.

Bullying terjadi saat seseorang atau sekelompok orang melakukan tindakan

yang tidak menyenangkan terhadap orang lain. Hal tersebut dilakukan baik

secara fisik seperti memukul, menendang, mengancam dengan kata-kata dan

melakukan pengucilan terhadap seseorang yang dilakukan berulang kali,

hingga membuat orang tersebut tidak berdaya untuk melakukan perlawanan.

Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (www.popsy.wordpress.com)

bullying di sekolah sebagai perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang

oleh seorang/sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap

siswa/siswi lain yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut.

Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan oleh orang yang lebih besar

dan lebih kuat, dengan cara mengintimidasi orang lain melalui perbuatan

yang negatif secara berulang-ulang (Pellegrini & Bartini, 2000:2; Ma,

2001: 2).

Mcmahon dan Estes (Mash, & Wolf , 1999:185) mengatakan bahwa

bullying adalah termasuk conduct problems dan perilaku antisosial

(39)

tejadi pelanggaran terhadap harapan orang tua, norma sosial, dan hak

personal dan properti yang dimiliki oleh orang lain.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bullying adalah suatu

tindakan agresi oleh seorang/kelompok yang berupa penggunaan kekuasaan

atau kekuatan untuk menyakiti seorang/kelompok lain, dilakukan secara

berulang-ulang, sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tidak

berdaya, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

1. Bentuk-Bentuk Perilaku Bullying di Sekolah

Menurut Diena (Samhadi, 2007), bullying di lingkungan sekolah

bisa terjadi dalam bentuk tidakan fisik seperti menampar, memukul,

menendang, meludah. Bisa berupa tindakan verbal seperti ejekan,

hinaan, fitnah, mengancam, membuat komentar berbau rasis, dan bisa

secara psikologis seperti mengucilkan, mempermalukan di depan

umum, meneror dan sebagainya.

Berdasarkan berbagai definisi tentang bullying, Berikut

dibedakan tiga kategori dari perilaku bullying (www.wikipedia.com;

Bauman & Rio, 2006:1-2) yaitu :

a. bullying secara fisik;

Termasuk meninju, mencekik, menjambak rambut, memukul,

menggigit, dan menggelitiki dengan keterlaluan.

b. bullying secara verbal;

Termasuk perbuatan seperti nama panggilan yang menyakitkan,

(40)

20

c. bullying secara psikologis;

Termasuk menolak, memeras, memfitnah, membuat gosip

mendaftarhitamkan, memanipulasi teman, mengisolasi,

membuang, dan menekan teman sebaya.

2. Dampak Perilaku Bullying di Sekolah

Berbagai penelitian menunjukan adanya korelasi antara bullying

dengan naiknya tingkat depresi, agresi, penurunan nilai akademis

hingga tindakan bunuh diri (Samhadi, 2007; www.wikipedia.com).

Korban bullying juga mengalami kesepian dalam hidupnya, memiliki

kesulitan untuk menyelesaikan masalah sosial, kesulitan untuk

mengontrol emosinya (www.ncjrs.gov). Penelitian yang dilakukan

Riauskina (www.popsy.wordpress.com), ketika korban mengalami

bullying maka akan timbul banyak emosi negatif seperti marah, kesal,

dendam, tertekan, sedih, malu, terancam, namun tidak berdaya untuk

menghadapinya. Dampak jangka panjang dari emosi-emosi negatif

tersebut (Rogers, 1995, 179) akan memunculkan perasaan rendah diri

bahwa dirinya tidak berharga.

3. Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Bullying

Bullying adalah termasuk perilaku agresi sebagai bagian dari

conduct behavior problems pada anak. Oleh karena itu ada beberapa

(41)

a. Frustasi dan Kemarahan

Frustasi adalah gangguan atau kegagalan dalam mencapai

tujuan (Sears, et all,2004:6). Dalam perspektif frustrasi-agresi,

Dollar, dkk (Berkowitz, 1995:44) menyebutkan bahwa frustrasi

dapat menimbulkan perilaku agresi. Apabila frustasi meningkat

maka akan cenderung membuat seseorang semakin marah dan

kemarahan itu merupakan salah satu faktor penting yang

menyebabkan munculnya perilaku agresi (Sears, et all,2004:6).

Jadi seseorang bisa melakukan tindakan bullying karena

dipicu oleh kemarahan dan rasa frustasi kepada seseorang yang

tidak disukainya.

b. Proses Belajar Masa Lalu

Sears, dkk (2004:11) mengungkapkan bahwa mekanisme

utama yang menentukan perilaku agresi manusia adalah proses

belajar masa lampau. Misalnya, ketika masih bayi, seorang anak

akan menunjukan perasaan agresinya yaitu dengan cara

menangis keras-keras, memukul-mukulkan tangannya. Hal itu

terjadi karena seorang bayi belum menyadari kehadiran orang

lain, sehingga perasaan agresinya belum diarahkan pada diri

seseorang. Berbeda ketika seseorang sudah memasuki masa

dewasa, individu akan semakin mampu untuk mengendalikan

(42)

22

c. Penguatan

Proses munculnya perilaku agresi ditunjang pula dengan

adanya proses penguatan / reinforcement (Sears, et all,

2004:12). Penguatan atau peneguhan yang diberikan pada

perilaku seseorang dan mendapatkan ganjaran yang

menyenangkan, maka akan menimbulkan kecenderungan akan

mengulangi perilaku yang sama. Jadi jikalau perilaku agresi

dikuatkan oleh seseorang, maka akan ada kecenderungan

perilaku tersebut diulangi kembali, karena mendapat keyakinan

bahwa tindakan yang dilakukannya adalah tindakan biasa saja.

d. Modeling

Adanya contoh-contoh yang diberikan oleh orang lain atau

modeling kepada seseorang, juga bisa mempengaruhi

kencenderungan agresi dari seseorang tersebut (Sears, et all,

2004:13). Seseorang dapat melakukan tindakan bullying karena

ia meniru atau melihat orang lain melakukan hal yang sama,

sehingga ia tertarik untuk melakukannya juga.

e. Perasaan Negatif dan Kejadian Tidak Menyenangkan

Berkowitz (Sears, et all, 2004:13) mengungkapkan bahwa

semua perasaan negatif dan tidak enak adalah dorongan dasar

bagi perilaku agresi. Pengaruh rasa tersinggung atau ancaman

terhadap harga diri seseorang mengakibatkan munculnya

(43)

D. Persepsi Siswa Terhadap Perilaku Bullying di Sekolah

Walgito (1992:69) mengemukakan bahwa persepsi merupakan suatu

proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya

stimulus oleh individu melalui alat indera yang kemudian oleh individu

diorganisasikan dan diinterpretasikan, sehingga individu menyadari,

mengerti tentang apa yang diindera olehnya. Interpretasi seseorang tentang

stimulus yang ia terima akan sangat berpengaruh pada perilakunya. Setiap

individu memiliki perbedaan persepsi terhadap suatu stimulus tertentu.

Perbedaan persepsi itu timbul karena adanya perbedaan pada pengalaman,

kerangka acuan, kemampuan berpikir setiap individu (Walgito, 2004 : 53).

Ketika individu berada pada rentang usia 15 – 19 tahun, mereka

berada pada masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa

yang sering disebut dengan masa remaja. Individu tersebut mengalami masa

transisi yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio emosional.

Pada masa transisi ini, remaja memiliki potensi untuk melakukan perilaku

bullying. Perilaku bullying menurut Smith dan Thompson (Rogers,

1995,179) terjadi saat seseorang atau sekelompok orang melakukan

tindakan yang tidak menyenangkan terhadap orang lain. Hal tersebut

dilakukan baik secara fisik seperti memukul, menendang, mengancam

dengan kata-kata dan melakukan pengucilan terhadap seseorang yang

dilakukan berulang kali, hingga membuat orang tersebut menjadi tidak

(44)

24

Bullying yang dilakukan oleh siswa di sekolah adalah salah satu cara

mereka untuk mencari identitas diri serta mencapai peran sosial di antara

teman sebayanya. Menurut Santrock (2003: 219) banyak remaja yang

menganggap bahwa teman sebaya merupakan aspek terpenting dalam

kehidupan mereka sehingga mereka berusaha untuk diterima dalam sebuah

pergaulan bersama teman sebayanya.

Bullying merupakan stimulus dari luar diri siswa dimana hal ini sangat

berkaitan dengan persepsi siswa itu sendiri. Bullying dibedakan menjadi tiga

kategori yaitu bullying secara fisik, bullying secara verbal, bullying secara

psikologis. Menurut Diena (www.kpai.go.id), bullying itu bukan tentang apa

yang ‘saya’ lakukan kepada orang lain, melainkan apa persepsi si korban

terhadap sikap ‘saya’ (Samhadi, 2007). Bullying terjadi ketika apapun yang

dilakukan seseorang membuat orang lain merasa kecil, takut dan tertindas.

Oleh karena itu persepsi seseorang terhadap perilaku bullying memiliki

peran yang penting dalam mengkategorikan tindakan tersebut termasuk

bullying atau tidak.

Ketika persepsi siswa terhadap perilaku bullying berbeda dengan

siswa yang lain, maka perilaku bullying yang terjadi di sekolah juga bisa

berbeda-beda. Orang Jepang menganggap bullying yang terjadi di negaranya

berbeda dengan yang terjadi Norwegia. Bullying dalam masyarakat

Indonesia sebenarnya bukan menjadi sesuatu hal yang baru, namun

(45)

karena belum diketahui bahaya dan dampaknya bagi perkembangan

individu, khususnya siswa, dalam proses belajar di sekolah.

Di samping itu, untuk lebih jelasnya mengenai persepsi terhadap

perilaku bullying dapat dilihat pada skema di bawah ini.

MASA REMAJA

PERSEPSI

¾ Aspek Kognitif

¾ Aspek Afektif

Perilaku Bullying

Bullying secara Verbal

Bullying secara Fisik

Bullying secara Psikologis

- masa peralihan

- kesulitan menyelesaikan masalah pribadi - krisis identitas

- emosi tinggi - perubahan minat - perubahan nilai-nilai - masa transisi

E. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

H0 : Persepsi siswa terhadap perilaku bullying di SMA Kolese De Britto dan

SMA Stella Duce 2 identik.

H1 : Persepsi siswa terhadap perilaku bullying di SMA Kolese De Britto dan

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bagian ini diuraikan metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini. Pembahasan tentang metodologi penelitian meliputi jenis

penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, populasi dan

sampel penelitian, variabel penelitian dan pengukuran, metode pengumpulan data

dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian yang

dilakukan untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek

yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya

(Sugiyono, 2005:21). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode explanatory research. Penelitian ini bermaksud untuk

mendeskripsikan bagaimana persepsi siswa terhadap perlaku bullying yang

terjadi di sekolah.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella

Duce 2 Yogyakarta.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus s.d September 2007.

(47)

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa dan siswi SMA Kolese De Britto

dan SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah persepsi siswa tehadap perilaku bullying

di sekolah.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa dan siswi SMA Kolese

De Britto dan SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

2. Sampel Penelitian

a. Teknik Penarikan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive

sampling, yaitu pemilihan sampel penelitian berdasarkan

ciri-ciri spesifik yang dimiliki (Nasution, 2004).

b. Sampel Penelitian

Sampel dari penelitian ini adalah siswa dan siswi dari SMA

Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2 kelas XI yang

berjumlah 169 siswa. Alasan pemilihan sampel adalah subjek

(48)

28

15 – 19 tahun dan berada pada masa peralihan dari masa

kanak-kanak menuju masa dewasa.

E. Varibel Penelitian dan Pengukuran

Persepsi siswa terhadap perilaku bullying merupakan sebuah proses

dimana siswa mengorganisasi dan menginterpretasi stimulus-stimulus dari

perilaku bullying. Adapun indikator perilaku bullying yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1. bullying secara fisik,

termasuk meninju, mencekik, menjambak rambut, memukul,

menggigit, dan menggelitiki dengan keterlaluan.

2. bullying secara verbal,

termasuk perbuatan seperti nama panggilan yang menyakitkan,

mengusik, dan.menghina.

3. bullying secara psikologis,

termasuk menolak, memeras, memfitnah, membuat gosip

mendaftarhitamkan, memanipulasi teman, mengisolasi, membuang,

dan menekan teman sebaya.

Ketiga indikator tersebut akan dijabarkan dengan gambar dan disertai

dengan suatu skenario dengan tujuan supaya siswa dapat mengorganisasi

dan menginterpretasi perilaku bullying yang disajikan dalam gambar dan

skenario tersebut. Skala yang digunakan dinamakan skala persepsi siswa

(49)

Hasil dari pengukuran diharapkan dapat menunjukkan bagaimana

persepsi siswa terhadap perilaku bullying di sekolah. Berikut dapat dilihat

blue print distribusi butir skala persepsi siswa terhadap perilaku bullying

pada tabel 1 dan tabel 2.

Tabel 3.1

Blue Print

No. Komponen Bobot

1. Bullying secara fisik 33,3 % (4 pertanyaan)

2. Bullying secara verbal 33,3 % (4 pertanyaan)

3. Bullying secara psikologis 33,3% (4 pertanyaan)

JUMLAH : 100 %

(12 pertanyaan)

Tabel 3.2

Distribusi Butir-Butir Skala Persepsi terhadap Perilaku Bullying

(sebelum diuji kesahihannya)

No. Komponen Skenario No. Item Jumlah

Item

1. Bullying secara fisik

Skenario B Skenario C Skenario H Skenario I

2 3 8 9

4

2. Bullying secara verbal

Skenario D Skenario E Skenario F Skenario J 4 5 6 10 4

3. Bullying secara psikologis

Skenario A Skenario G Skenario K Skenario L 1 7 11 12 4

(50)

30

F. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data

mengenai persepsi siswa terhadap perilaku bullying. Kuesioner akan

disajikan dalam bentuk gambar dan disertai dengan skenario yang

menggambarkan perilaku bullying yang terjadi baik fisik, verbal maupun

psikologis. Untuk setiap indikator akan disajikan empat gambar dan

skenario sehingga jumlah gambar dan skenario yang disajikan berjumlah 12.

Setiap gambar dan skenario yang disajikan akan diakhiri dengan satu

pertanyaan yang mengarah pada bagaimana persepsi siswa ketika ia berada

pada situasi yang digambarkan dalam skenario.

Alternatif jawaban untuk setiap pertanyaan menggunakan metode

summated ratings atau model Likert. Skala ini memiliki empat alternatif

jawaban. Skala ini juga tidak memakai alternatif jawaban di tengah untuk

menghindari subjek memberikan jawaban netral atau tidak bisa menentukan

adanya pilihan dan adanya central tendency effect, terutama bagi respon

ragu-ragu dalam menentukan jawaban. Alternatif jawaban yang digunakan

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.3

Skor item untuk skala persepsi siswa terhadap perilaku bullying

Jawaban Skor

Sangat Serius 4

Serius 3

Tidak Serius 2

(51)

G. Pengujian Instrumen Penelitian

1. Pengujian Validitas

Validitas adalah tingkat kemampuan instrumen penelitian untuk

mengungkapkan data sesuai dengan yang hendak diungkapkannya. Uji

validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam

suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Daftar

pertanyaan ini pada umumnya mendukung suatu kelompok variabel

tertentu. Rumus dari uji validitas adalah dengan menggunakan teknik

Product Moment Co-Efficient Of Correlation dari Pearson (Hadi,

2000: 289). Rumusnya:

(

)

{

Χ −

Χ

}

∑ ∑

{

Υ −

( )

Υ

}

Υ Χ − ΧΥ = 2 2 2 2 n n n rxy Keterangan:

rxy = koefisien korelasi Product moment, uji satu arah

dengan taraf signifikasi (α) = 5%

n = jumlah sampel

X = jumlah nilai (skor) pertanyaan responden

Y = total nilai (skor) pernyataan responden

ΣY2 = jumlah skor kuadrat variabel y

ΣX2 = jumlah skor kuadrat variabel x

Jika r hitung > r table maka pengukuran tersebut valid. Hasil dari

(52)

32

Tabel 3.4 Validitas

r hitung skenario A 0.553 skenario B 0.528 skenario C 0.625 skenario D 0.547 skenario E 0.655 skenario F 0.718 skenario G 0.610 skenario H 0.659 skenario I 0.611 skenario J 0.585 skenario K 0.632 skenario L 0.545

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa hasil r hitung dari setiap

skenario > 0, 235 (r tabel df=48 alpha=0,05). Hal ini berarti semua

item dalam kuesioner penelitian ini valid.

2. Pengujian Reliabilitas

Setelah dilakukan uji validitas dan didapat kesimpulan bahwa

pengukuran tersebut valid, maka langkah selanjutnya adalah

mengukur reliabilitasnya. Reliabilitas adalah tingkat kestabilan dari

alat pengukur terhadap suatu gejala atau kejadian. Dalam pengukuran

reliabilitas (Anwar, 1997:78) ini menggunakan rumus Alpha dari

Cronbach : ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − = ) 1 ( 11 k k r ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡

2

2 1 t b σ σ Keterangan: 11

r = reliabilitas instrument

(53)

2

b

σ = jumlah varians butir

2

t

σ = varians total

Menurut Nunnally (Ghozali, 2005:42) jika koefisien α> 0,6

maka kuesioner yang akan digunakan sebagai alat pengukur dalam

penelitian telah memenuhi syarat reabilitas. Hasil perhitungan

reliabilitas dapat dilihat pada table berikut ini.

Tabel 3.5 Reliabilitas 0,844 Alpha Cronbach 11 r

Skenario A 0,439 Skenario B 0,433 Skenario C 0,545 Skenario D 0,444 Skenario E 0,552 Skenario F 0,624 Skenario G 0,513 Skenario H 0,578 Skenario I 0,523 Skenario J 0,487 Skenario K 0,535 Skenario L 0,427

Hasil perhitungan menunjukkan koefisien α > 0,6, yaitu sebesar

0,844 yang menurut kriteria Nunnally (Ghozali, 2005:42) bisa

dikatakan reliabel.

3. Seleksi Item

Berdasarkan pengujian validitas dan reliabilitas di atas maka

tidak ada item yang digugurkan, sehingga 12 item tersebut akan

(54)

34

H. Teknik Analisis Data

1. Statistik Deskriptif

Dimaksudkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan

persepsi siswa tehadap perilaku bullying di sekolah. Statistik

deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah mean, median

dan standar deviasi (SD).

2. Uji Prasyarat Analisis

a) Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk

mengetahui apakah data yang terjaring berdistribusi normal atau

tidak. Apabila data yang terjaring berdistribusi normal maka

analisis untuk menguji hipotesis dapat dilakukan. Asumsi

mengenai normalitas perlu dicek keberadaannya agar

langkah-langkah selanjutnya dapat dipertanggungjawabkan. Selanjutnya

uji normalitas ini menggunakan rumus Tes Satu Sampel

Kolmogorov – Smirnov (Sugiyono, 2005:69). Adapun

persamaan rumusnya sebagai berikut :

D = Maksimum [ Fo(x) – Sn(x) ]

Keterangan :

D = Deviasi atau penyimpangan

Fo(x) = Distribusi frekuensi kumulatif teoritis

(55)

Apabila probabilitas (p) yang diperoleh melalui

perhitungan lebih kecil dari taraf signifikansi 5% dikatakan

signifikan, artinya ada beda antara distribusi data yang dianalisis

dengan distribusi teoritis sehingga sebaran data variabel adalah

tidak normal pada taraf signifikansi 5%. Apabila probabilitas (p)

yang diperoleh melalui perhitungan lebih besar dari taraf

signifikansi 5% dikatakan tidak signifikan, artinya tidak ada

beda antara distribusi data yang dianalisis dengan distribusi

teoritis sehingga sebaran data variabel adalah normal.

b) Uji Homogenitas

Uji homogenitas menggunakan Levin’s test dengan SPSS

for windows untuk menguji homogenitas kedua varian. Jika

probabilitas > 0.05, maka H0 tidak dapat ditolak atau memiliki

varians yang sama (Ghozali, 2005:58).

3. Pengujian Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

H0 : Persepsi siswa terhadap perilaku bullying di SMA Kolese De

Britto dan SMA Stella Duce 2 identik.

H1 : Persepsi siswa terhadap perilaku bullying di SMA Kolese De

Britto dan SMA Stella Duce 2 tidak identik.

Pengujian hipotesis menggunakan independent sample t test

dengan SPSS for windows untuk membandingkan nilai rata-rata dua

(56)

36

0.05, maka H0 ditolak atau terdapat perbedaan yang signifikan diantara

(57)

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Orientasi Kancah

Penelitian ini dilakukan di SMA Stella Duce 2 dan SMA Kolese De Britto

Yogyakarata. Subjek penelitian adalah siswa dan siswa kelas XI dari

masing-masing sekolah. Alasan pemilihannya adalah karena karakteristik subjek

penelitian sesuai dengan karakteristik subjek yang ingin diteliti. Adapun

karakteristik subjek yang dipilih adalah:

1. memenuhi karakteristik masa remaja yaitu memiliki rentang usia 15 – 19

tahun dan berada pada masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

masa dewasa;

2. siswa-siswi kelas XI dianggap telah lebih baik mengenal lingkungan

sekolahnya.

B. Persiapan Penelitian

1. Persiapan Kuesioner

Peneliti mengumpulkan gambar-gambar yang memperlihatkan

perilaku bullying dari internet melalui situs pencarian gambar

www.google.com dan www.yahoo.co.id. Setelah memperoleh beberapa

gambar, kemudian peneliti membuat skenario yang menceritakan kisah

yang terjadi di dalam gambar. Skenario tersebut disusun sesuai dengan

(58)

38

tiga indikator perilaku bullying, yaitu secara fisik, verbal dan psikologis.

Di akhir skenario, terdapat sebuah pertanyaan yang mengarah pada

bagaimana persepsi siswa ketika ia berada pada situasi yang ada pada

gambar dan yang diceritakan dalam skenario.

2. Perijinan

Peneliti mengajukan permohonan ijin penelitian dengan membawa

surat ijin penelitian yang telah ditanda tangani oleh Ketua Jurusan kepada

Kepala SMA Kolese De Britto dan Kepala SMA Stella Duce 2 dengan

melampirkan proposal penelitian yang telah disetujui oleh pembimbing.

Setelah menyampaikan surat ijin penelitian, pihak sekolah meminta

waktu untuk mempelajari penelitian yang akan dilakukan. Sekolah

membutuhkan waktu kurang lebih 3 hari. Setelah itu peneliti kemudian

bertemu dengan pihak yang berwenang untuk menyampaikan secara lisan

maksud dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.

Setelah pihak sekolah menyetujui, peneliti kemudian dipersilahkan untuk

membuat jadwal serta melaksanakan penelitian kepada guru pendamping

yang ditunjuk oleh pihak sekolah. Secara keseluruhan peneliti tidak

menemukan kesulitan dan hambatan yang berarti dalam proses perijinan

yang telah dilakukan.

3. Jadwal Penelitian

Jadwal dari penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada tabel di

(59)

Tabel 4.1

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No. Pelaksanaan Tempat Jenis

Penelitian

Jumlah Subjek

1. Rabu, 5-09-2007 SMA Pangudi Luhur Sedayu

Try out 23 orang

2. Jumat, 7 -09- 2007 SMA Santa Maria

Try out 27 orang

3. Senin, 17 -09- 2007 11.30 – 12.50

SMA Stella Duce 2

Penelitian 50 orang

4. Kamis,20- 09- 2007 12.10 – 12.50

SMA Stella Duce 2

Penelitian 37 orang

5. Sabtu, 22 -09-2007 07.45-10.15

SMA Kolese De Britto

Penelitian 82 orang

C. Pelaksanaan Penelitian

1. Try out Penelitian

Peneliti melaksanakan try out dengan maksud untuk menguji

validitas dan reliabilitas dari kuesioner yang telah dibuat. Try out

dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 5 September 2007 di SMA Pangudi

Luhur Sedayu dan 7 September 2007 di SMA Santa Maria Yogyakarta.

Peneliti menyebarkan 30 kuesioner di SMA Pangudi Luhur Sedayu. Dari

30 kuesioner yang disebarkan, kuesioner yang kembali dan terisi

sebanyak 23 kuesioner. Peneliti kemudian melaksanakan try out di SMA

Santa Maria Yogyakarta. Tujuan dari try out ini selain untuk menguji

(60)

40

kira-kira dibutuhkan untuk mengisi kuesioner. Subjek penelitian

berjumlah 27 orang dengan waktu pengisian kurang lebih 15 menit.

Ketika subjek sudah selesai mengerjakan, peneliti meminta mereka

untuk memeriksa kembali pekerjaannya apakah ada yang terlewati atau

tidak. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada subjek penelitian yang

sudah bersedia untuk membantu try out dan memberikan

kenang-kenangan kepada mereka sebagai tanda terima kasih.

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Penelitian di SMA Stella Duce 2

Penelitian dilaksanakan pada hari Senin tanggal 17 September

2007 pukul 11.30-12.50 di kelas XI IPS 2 dan XI Bahasa dan hari

Kamis tanggal 20 September 2007 pukul 12.10-12.50 di kelas XI

IPS 1. Subjek penelitian seluruhnya berjumlah 87 orang. Untuk

pelaksanaan penelitian, peneliti mendapatkan kesempatan untuk

masuk ke dalam kelas untuk membagikan kuesioner. Hal pertama

yang dilakukan oleh peneliti adalah memperkenalkan diri serta

menyampaikan maksud dan tujuan dari pelaksanaan penelitian ini.

Kemudian peneliti membagikan kuesioner dan meminta subjek

penelitian untuk mengisi data yang ada. Peneliti membebaskan

subjek penelitian untuk tidak menuliskan nama mereka. Ketika

subjek penelitian telah selesai menuliskan data yang diperlukan,

(61)

sesuai dengan petunjuk yang telah tersedia. Ada beberapa

pertanyaan yang muncul yaitu mengenai cara mengisi apakah harus

disilang atau dicentang, untuk hal tersebut akhirnya peneliti

me

Gambar

Grafik 4.2. Perbandingan Nilai Mean Tiga Bentuk Perilaku Bullyingl di
Tabel 3.1 Blue Print
Skor item untuk skala persepsi siswa Tabel 3.3 bullying
Tabel 3.4 Validitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Tabel 6.29, dapat diketahui bahwa pegawai trans Jogja tersebut telah menganggap bahwa semua kegiatan operasional yang tercantum dalam persyaratan teknik telah

1) Dari segi mata pencaharian, nelayan adalah masyarakat yang segala aktivitasnya berkaitan dengan lingkungan laut dan pesisir, atau mereka yang menjadikan perikanan

Upaya-upaya partai Australia untuk mendukung tingkat partisipasi politik perempuan sebenarnya cukup baik, beberapa partai telah memberlakukan pemberian kuota dalam pemilihan untuk

Berdasarkan hasil surve yang telah saya lakukan kepada Ny.Eni Puji sejak kehamilan umur 37 minggu 1 hari, maka saya tertarik melakukan asuhan kebidanan berkelanjutan

Menyetujui untuk membagikan dan mengeluarkan saham bonus yang berasal dari Agio Sahamdengan ketentuan setiap pemegang 4 (empat) saham lama dengan nilai nominal Rp 1.000,- akan

Berhubung dengan meningkatnya harga sejak tahun 1950 maka tarip-tarip pos (porto dan bea) untuk dalam negeri, mulai tanggal 1 Pebruari 1951 diubah dengan keluarnya

Kelebihan modal ventura adalah sumber dana bagi perusahaan baru, adanya penyertaan manajemen, kepedulian yang tinggi dari perusahaan modal ventura, dengan adanya

Padahal poster itu sendiri mewakili apa isi dari acara tersebut, apa yg di tampilkan dalam acara tersebut dapat di ilustrasikan melalui media promosi yaitu ‘media