ABSTRAK
PERSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS TERHADAP
PERILAKU
BULLYING
DI SEKOLAH
Studi Kasus di SMA Kolese De Britto dan Stella Duce 2 Yogyakarta
Benny Yuniarto Universitas Sanata Dharma
2007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan persepsi siswa di SMA Kolese De Britto dan siswa di SMA Stella Duce 2 terhadap perilaku bullying di sekolah.
Penelitian ini merupakan penelitian explanatory research. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling. Subjek dari penelitian ini adalah siswa – siswi dari SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2. Sampel Penelitian dari SMA Kolese De Britto sebanyak 81 dari 701 siswa dan di SMA Stella Duce 2 sebanyak 87 dari 394 siswa. Teknik pengambilan yang digunakan adalah kuesioner.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dan
independent sample t-test. Secara deskriptif diperoleh hasil penelitian bahwa sebanyak 56,10% siswa di SMA Kolese De Britto mempersepsikan perilaku
bullying yang terjadi di sekolah, baik dalam bentuk fisik, verbal, dan psikologis, termasuk peristiwa yang serius. Sedangkan di SMA Stella Duce 2, sebanyak 47,13% siswa mempersepsikan perilaku bullying yang terjadi di sekolah, baik dalam bentuk fisik, verbal, dan psikologis, termasuk peristiwa yang serius. Hasil uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap perilaku bullying di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2. (thit = 0,134 dengan Asymp.Sig = 0,894).
ABSTRACT
SENIOR HIGH SCHOOL STUDENT’S PERCEPTION ON
BULLYING BEHAVIOR IN SCHOOL
A Case Study at “Kolese De Britto” Senior High School and “Stella Duce 2” Senior High School of Yogyakarta
Benny Yuniarto Sanata Dharma University
2007
The aim of this research was to know whether or not there was a difference in student perception at “Kolese De Britto” Senior High School and student perception in “Stella Duce 2” Senior High School on bullying behavior in school. The research was an explanatory research. The research samples were taken by the use of purposive sampling technique. The subject of this research was students of “Kolese De Britto” Senior High School and “Stella Duce 2” Senior High School. The samples taken in Kolese De Britto Senior High School were 81 from 701 students meanwhile in “Stella Duce 2” Senior High School were 87 from 394 students. The data collecting techniques used were questionare.
The data analysis of the research used were descriptive statistic and independent sample t-test. Based on the descriptive analysis, the result showed that 56,10% students in “Kolese De Britto” Senior High School have perception that bullying behavior (physical, verbal, and psychological bullying) in school, were considered as a serious problem. Whereas in “Stella Duce 2” Senior High School 47,13% students have perception that bullying behavior (physical, verbal, and psychological bullying) in school, were considered as a serious problem. The result of t-test showed that there’s no significant difference between student’s perception on bullying behavior in “Kolese De Britto” Senior High School and “Stella Duce 2” Senior High School (t-test = 0,134 with Asymp. Sig = 0,894).
PERSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS TERHADAP
PERILAKU
BULLYING
DI SEKOLAH
(Studi Kasus di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2 Yogyakarta)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh : Benny Yuniarto NIM : 031334035
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
To Be Man and Women for Others…
To Be Man and Women for Our Familly…
Finally, To Be Man and Woman for Our Self…
Kupersembahkan Karya Kecilku Ini Untuk :
Bapakku yang selalu ingin yang terbaik untuk anak-anaknya
Ibuku yang selalu setia dan sabar
Kakakku yang sangat menyanyangi keluarganya
Mia yang selalu mendukung dan mengingatkanku dengan sabar
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 22 November 2007
Benny Yuniarto
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan yang Mahakasih yang selalu memberikan
rencana-Nya yang terindah tepat pada waktunya. Ia telah memberikan berkat dan
semangat tiada henti hingga skripsi ini selesai dengan baik. Ia begitu besar dan
begitu indah dengan segala kasih dan cinta-Nya.
Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjan Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini tidak dapat berjalan
dengan baik apabila hanya dikerjakan oleh peneliti seorang diri. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Selamat bekerja pa, sukses selalu…
3. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi
dan Dosen Pembimbing Akademik Angkatan 2003 T.A 2007/2008 yang
sudah sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. “Thanks”
4. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. selaku Dosen Penguji atas
segala kritikan serta masukan untuk skripsi ini. Makasih ya bu Tuhan
Memberkati…
5. Ibu E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A selaku Dosen Penguji yang selalu menjadi
“rekan” bagi mahasiswa-mahasiswi khususnya angkatan 2003. “We’ll never
forget you”
6. Pa Heri, Bu Rita, Bu Lina yang pernah menjadi dosen pembimbing
akademik angkatan 2003. “Thanks”
7. Semua Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan
semangat dan inspirasi dalam hidup…
8. Mba Aris, Mba Titin, dan Pa Wawiek yang selalu siap sedia membantu dan
selalu melayani dengan senyuman. “Keep it”
9. Ibu Siwi (Stella Duce 2) dan Pa Arin (Kolese De Britto), dan semua
siswa-siswi yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini …
10. Mas Agus, Gabby PBI “03” dan semua komponen Laboratorium Pengajaran
Mikro FKIP USD…
11. Mas Anto, Mba Agnes di Dekanat FKIP dan seluruh tenaga administrasi
yang telah banyak memberikan pelajaran dan pengalaman dalam melayani
dan membantu sesama…
12. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan yang terbaik buat anaknya…
13. Kakaku yang selalu ingin terbaik...
14. Bude Lili buat subsidinya, ditunggu bantuan selanjutnya, he…
15. Bonny, Donny(alm), Simon(alm), Bella(almrh) dan Gabby dengan segala
kelucuannya dari dulu sampai sekarang yang tidak pernah berubah
16. Mia…”^ o^”. “Thanks for give all the best for me”
17. Om dan Tante St.Soebantijo serta Mba Nike dan Ian yang selalu
mengingatkan untuk menyelesaikan skripsi ini.
18. Simbok, yang selalu mengingatkan untuk makan. Simon, Jerry, Patso, Jager,
yang selalu menghibur dan memberikan inspirasi
19. Romo Hiro (PAK’03), Romo Fredi (PE’03) buat segala bimbingannya baik
secara fisik dan spriritual…”wish you all the best”
20. Teman-temanku di Pendidikan Akuntansi angkatan 2003 kelas A, Yayik dan
Amel (thanks udah ngebantuin penelitiannya y), Aci, Deni, Heni, Veni
(nama kita jangan ketuker lagi ya), Ari ndut, Ari item, Agus gudel, Koko
(selamat berjuang kawanku, jangan main mulu ya), “guys we made it…”
21. Panitia Kujungan Perusahaan “Surabaya-Bali” 2005, Panitia Olimpiade 2006
dan 2007, dan segenap Tim Tutorial PAK…Semangat ya...
22. Tim PPL SMK YPKK 1 Sleman periode Jan-Jul 2007 (Rino, Istadi, Yulius,
Luci, Ari, Dwi dan Dewi), tetap semangat ya…
23. Teman-temanku seperjuangan dikontrakan (Danang, Wahyu, Shokamp,
Bimo, Ryan) Ayo semangat…Jangan kelamaan di Yogya ya…
24. Anak-anak Strada’97 yang ada di Jogja…(Gpnk, Kumis, Udhay, Bejo,
Sudung, Bibir, Otonk, dll)
25. Semua pihak yang tidak dapat saya sebut satu per satu, saya hanya bisa
mengucapkan banyak terima kasih. Hanya Tuhan yang bisa membalas
kebaikan kalian.
Akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan
dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu peneliti dengan senang hati akan
menerima segala kritik dan saran yang berkaitan dengan penelitian ini.
Yogyakarta, 12 Desemberr 2007
Penulis
ABSTRAK
PERSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS TERHADAP
PERILAKU
BULLYING
DI SEKOLAH
Studi Kasus di SMA Kolese De Britto dan Stella Duce 2 Yogyakarta
Benny Yuniarto Universitas Sanata Dharma
2007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan persepsi siswa di SMA Kolese De Britto dan siswa di SMA Stella Duce 2 terhadap perilaku bullying di sekolah.
Penelitian ini merupakan penelitian explanatory research. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling. Subjek dari penelitian ini adalah siswa – siswi dari SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2. Sampel Penelitian dari SMA Kolese De Britto sebanyak 81 dari 701 siswa dan di SMA Stella Duce 2 sebanyak 87 dari 394 siswa. Teknik pengambilan yang digunakan adalah kuesioner.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dan
independent sample t-test. Secara deskriptif diperoleh hasil penelitian bahwa sebanyak 56,10% siswa di SMA Kolese De Britto mempersepsikan perilaku
bullying yang terjadi di sekolah, baik dalam bentuk fisik, verbal, dan psikologis, termasuk peristiwa yang serius. Sedangkan di SMA Stella Duce 2, sebanyak 47,13% siswa mempersepsikan perilaku bullying yang terjadi di sekolah, baik dalam bentuk fisik, verbal, dan psikologis, termasuk peristiwa yang serius. Hasil uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap perilaku bullying di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2. (thit = 0,134 dengan Asymp.Sig = 0,894).
ABSTRACT
SENIOR HIGH SCHOOL STUDENT’S PERCEPTION ON
BULLYING BEHAVIOR IN SCHOOL
A Case Study at “Kolese De Britto” Senior High School and “Stella Duce 2” Senior High School of Yogyakarta
Benny Yuniarto Sanata Dharma University
2007
The aim of this research was to know whether or not there was a difference in student perception at “Kolese De Britto” Senior High School and student perception in “Stella Duce 2” Senior High School on bullying behavior in school. The research was an explanatory research. The research samples were taken by the use of purposive sampling technique. The subject of this research was students of “Kolese De Britto” Senior High School and “Stella Duce 2” Senior High School. The samples taken in Kolese De Britto Senior High School were 81 from 701 students meanwhile in “Stella Duce 2” Senior High School were 87 from 394 students. The data collecting techniques used were questionare.
The data analysis of the research used were descriptive statistic and independent sample t-test. Based on the descriptive analysis, the result showed that 56,10% students in “Kolese De Britto” Senior High School have perception that bullying behavior (physical, verbal, and psychological bullying) in school, were considered as a serious problem. Whereas in “Stella Duce 2” Senior High School 47,13% students have perception that bullying behavior (physical, verbal, and psychological bullying) in school, were considered as a serious problem. The result of t-test showed that there’s no significant difference between student’s perception on bullying behavior in “Kolese De Britto” Senior High School and “Stella Duce 2” Senior High School (t-test = 0,134 with Asymp. Sig = 0,894).
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……….... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. ii
HALAMAN PENGESAHAN ………. iii
MOTTO ……….………. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ………. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………. vi
KATA PENGANTAR ………. vii
ABSTRAK ……….. xi
ABSTRACT ………... xii
DAFTAR ISI ……… xiii
DAFTAR TABEL ……… xvi
DAFTAR GRAFIK………... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .………... xviii
BAB I PENDAHULUAN .……… 1
A. Latar Belakang Masalah …………..……….. 1
B. Rumusan Masalah ……...………... 6
C. Tujuan Penelitian ……….……….. 6
D. Manfaat Penelitian ……….………. 6
1. Secara Teoritik ...…...….………. 6
2. Secara Praktis……...………. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .……… 8
A. Persepsi……… ………... 8
1. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Persepsi ……… 9
2. Ciri-Ciri dan Proses Terjadinya Persepsi ………...…... 11
3. Aspek-Aspek yang Membentuk Persepsi……… 12
B. Masa Remaja………. ………..………. 13
1. Ciri-Ciri Masa Remaja...………... 14
2. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja………... 15
C. Perilaku Bullying di Sekolah………..……… 17
1. Bentuk-Bentuk Perilaku Bullying di Sekolah……….. 19
2. Dampak Perilaku Bullying di Sekolah………. 20
3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Bullying………….. 20
D. Persepsi Siswa Terhadap Perilaku Bullying di Sekolah………….…… 22
E. Hipotesis……… 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ….……… 26
A. Jenis Penelitian ……….. 26
B. Tempat dan Waktu Penelitian…...………. 26
1. Tempat Penelitian… ……… 26
2. Waktu Penelitian……….. 26
C. Subjek dan Objek Penelitian………….………. 27
1. Subjek Penelitian…..………. ….. 27
2. Objek Penelitian………. ……….. 27
D. Populasi dan Sampel………... 27
1. Populasi Penelitian……… 27
2. Sampel Penelitian……….. 27
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran.……….. 28
F. Metode Pengumpulan Data……… 30
G. Pengujian Instrumen Penelitian.……….……… 31
1. Pengujian Valilditas………. 31
2. Pengujian Reliabilitas……….. 32
3. Seleksi Item………. 33
H. Teknik Analisis Data….. ………... 34
1. Statistik Deskriptif……… 34
2. Uji Prasyarat Analisis……… 34
a) Uji Normalitas…....………. 34
b) Uji Homogenitas………….………..……….. 35
3. Pengujian Hipotesis……….. 35
BAB IV HASIL ANALISIS DANAPEMBAHASAN ………. 37
A. Orientasi Kancah ……… 37
B. Persiapan Penelitian ………... 37
1. Persiapan Kusioner ……….. 37
2. Perijinan ………... 38
3. Jadwal Penelitian ………. 38
C. Pelaksanaan Penelitian ………... 39
1. Try Out Penelitian ……… 39
2. Pelaksanaan Penelitian ………. 40
a. Penelitian di SMA Stella Duce 2……… 40
b. Penelitian di SMA Kolese De Britto………. 41
D. Hasil Penelitian ……….. 42
1. Deskripsi Variabel Penelitian ……….. 42
2. Uji Prasyarat Analisis……… 44
c) Uji Normalitas…....………. 44
d) Uji Homogenitas………….………..……….. 45
3. Uji Hipotesis ………... 45
E. Pembahasan ………... 46
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN……….. 55
A. Kesimpulan ………... 55
B. Saran ……….. 55
C. Keterbatasan Penelitian……….. 56
DAFTAR PUSTAKA ………... 57
SUMBER GAMBAR ……… 60
LAMPIRAN ………. 61
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Blue Print……… ……….. 29
Tabel 3.2. Distribusi Butir-Butir Skala Persepsi terhadap Perilaku Bullying... 29 Tabel 3.3. Skor Item untuk Skala Persepsi Siswa terhadap Perilaku Bullying.. 30 Tabel 3.4. Validitas……….. ………. 32 Tabel 3.5. Reliabilitas………..………... 33 Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian……….………. 39 Tabel 4.2. Persepsi Siswa Terhadap Perilaku Bullying
di SMA Kolese De Britto ……… 42 Tabel 4.3. Persepsi Siswa Terhadap Perilaku Bullying
di SMA Stella Duce 2…... ……….. 43 Tabel 4.4. Uji Normalitas Data di SMA Kolese De Britto……….. ………… 44 Tabel 4.5. Uji Normalitas Data di SMA Stella Duce 2…..……….. ………… 44 Tabel 4.6. Hasil Uji Beda………...……….. ………… 46 Tabel 4.7. Uji Beda Tiga Bentuk Perilaku Bullying……...……….. ………… 50 Tabel 4.8 Nilai Mean dan Standar Deviasi Skenario………... 51 Tabel 4.9. Uji Beda Skenario..………...………..…………. 53
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1. Perbandingan Nilai Mean Skor Total di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2 ………...……… 47 Grafik 4.2. Perbandingan Nilai Mean Tiga Bentuk Perilaku Bullyingl di
SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2 ….……….. 49
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian………...………. 61
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian……… ………... 64
Lampiran 3. Data dan Hasil Analisis Data Try Out………... 67
Lampiran 4. Data dan Hasil Analisis Data Penelitian…. ……… 75
Lampiran 5. Surat Keterangan Penelitian……….. ………….. 98
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setelah sekolah usai, Jared bersembunyi di dalam sekolah selama satu jam sambil berharap Tom tidak sedang mencari dirinya. Mungkin ini akan menjadi hari pertamanya bisa pulang ke rumah tanpa ada rasa takut dipukul dan diajak berkelahi. Jared perlahan-lahan melangkah keluar dari persembunyiannya, ia mengambil tasnya dengan cepat lalu berlari keluar sekolah. Jared terus berlari dan berlari menjauhi sekolah. Hingga di tengah jalan ia merasa sakit perut, namun ia masih tetap percaya bahwa ia akan sampai di rumah dengan selamat. Lalu secara tiba-tiba, Tom muncul di perempatan jalan dengan wajah yang sangat kesal dan siap mengajaknya untuk berkelahi (Milsom & Gallo, 2006:12)
Kenyamanan dan keamanan bagi seluruh anggota sekolah, khususnya
siswa dan siswi sekolah, baik di dalam maupun di sekitar sekolah sangat
diperlukan untuk menciptakan kondisi sekolah yang menunjang untuk
kegiatan belajar mengajar. Tindakan kekerasan di sekolah atau yang lebih
populer disebut bullying, memiliki dampak negatif yang besar bagi
kelancaran maupun kesuksesan kegiatan belajar mengajar. Bullying di
negara-negara maju seperti Amerika Serikat sudah menjadi keprihatinan
tersendiri (Bauman & Del Rio, 2004:1). Bahkan di Australia ada dua
pemerintahan negara bagian, Queensland dan Victoria, sudah
mencanangkan program melawan perilaku bullying di sekolah
(www.bullyresearch.com).
Sementara itu di Indonesia, kasus yang terjadi di Institut Pemerintahan
Dalam Negeri (IPDN) yang menyebabkan seorang praja meninggal akibat
2
dari penyiksaan yang dilakukan senior-seniornya (Samhadi, 2007) hingga
kasus gantung diri yang dilakukan oleh Fifi Kusrini, gadis 13 tahun siswi
SMP 10 Bantar Gebang Bekasi yang berawal dari korban sering diejek
sebagai anak tukang bubur oleh teman-teman sekolahnya (www.kpai.go.id).
Kasus Linda Utami, 15 tahun siswi kelas dua SLTPN 12 Jakarta, yang juga
gantung diri karena tidak tahan diejek teman-temannya karena pernah tidak
naik kelas (Samhadi, 2007) sampai kasus yang menimpa siswa Pangudi
Luhur Jakarta yang juga mengalami kekerasan yang dilakukan oleh kakak
kelasnya (www.kompas.com), memperlihatkan bahwa sebenarnya perilaku
bullying terjadi pada semua tingkatan pendidikan di Indonesia mulai dari
yang dasar hingga Perguruan Tinggi (Samhadi, 2007). Bahkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Semai Jiwa Amini pada tiga SMA
di Semarang dan Jakarta menunjukkan bahwa 18,3% guru menganggap
penggencetan, olok-olok antar teman merupakan hal yang biasa dalam
kehidupan remaja. Sekitar 27,5% guru beranggapan bahwa sesekali siswa
mengalami penindasan dari senior terhadap yunior tidak akan berdampak
buruk pada kondisi psikologis siswa tersebut. Sebanyak 10% guru
berpendapat bahwa hukuman fisik merupakan cara menegur yang paling
efektif. Oleh karena itu, 10% guru juga melakukan kekerasan dengan cara
menghukum siswa yang melakukan kesalahan dengan hukuman fisik
(Elisabeth, 2006). Hal ini tentu saja sangat mengejutkan karena tampaknya
baik guru maupun siswa-siswi di sekolah belum memiliki kesadaran akan
Olweus (www.wikipedia.com) seorang pemerhati masalah bullying
yang berasal dari Norwegia mengatakan bahwa bullying adalah perilaku
negatif yang dilakukan oleh seseorang ataupun lebih yang dilakukan kepada
individu lain atau kelompoknya dimana perilaku ini dilakukan secara
berulang-ulang. Perilaku negatif tersebut dapat berupa tindakan verbal,
tindakan fisik, dan juga secara psikologis. Beberapa peneliti mengartikan
bullying sebagai perilaku yang dilakukan oleh orang yang lebih besar dan
lebih kuat, dengan cara mengintimidasi orang lain melalui perbuatan yang
negatif secara berulang-ulang (Pellegrini & Bartini, 2000:2). Selain itu ada
juga yang mengatakan bahwa bullying menggambarkan kekerasan fisik,
verbal, dan psikologis oleh seseorang atau kelompok yang terjadi di sekolah
maupun antar sekolah dimana di dalamnya termasuk pengucilan dari
kelompok, intimidasi, pengrusakan, dan kekerasan (www.kidhelp.com).
Bullying telah dikenal sebagai masalah sosial yang terjadi di kalangan
anak-anak sekolah (Krahe, 2005:198). Di Indonesia, penelitian Tim Fakultas
Psikologi UI, menunjukkan bahwa bullying banyak terjadi di kalangan SMA
(Elisabeth, 2006). Fenomena ini terjadi karena siswa dan siswi di SMA
sedang berada pada masa perkembangan remaja, yaitu masa transisi antara
masa anak menjadi dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif,
dan sosio emosional (Santrock, 2003:26). Pada masa transisi ini, remaja
memiliki potensi untuk melakukan perilaku bullying. Bullying yang
dilakukan oleh remaja adalah salah satu cara mereka untuk mencari identitas
4
yang menganggap bahwa teman sebaya merupakan aspek terpenting dalam
kehidupan mereka sehingga mereka berusaha untuk diterima dalam sebuah
pergaulan bersama teman sebayanya (Santrock, 2003:219).
Perilaku bullying menjadi sangat serius karena memiliki dampak yang
besar bagi perkembangan manusia yang mengalaminya. Berbagai penelitian
menunjukan adanya korelasi antara bullying dengan naiknya tingkat depresi,
agresi, penurunan nilai akademis hingga tindakan bunuh diri (Samhadi,
2007). Korban bullying juga mengalami kesepian dalam hidupnya, memiliki
kesulitan untuk menyelesaikan masalah sosial, kesulitan untuk mengontrol
emosinya (www.ncjrs.gov) dan penghargaan yang rendah terhadap dirinya
sendiri (Rogers, 1995:179). Akibat-akibat ini sebaiknya dihindarkan dengan
cara meminimalkan terjadinya perilaku bullying. Untuk meminimalkan
terjadinya perilaku bullying diperlukan pemahaman yang mendalam tentang
perilaku bullying itu sendiri.
Menurut Smith dan Thompson (Rogers, 1995:178) suatu tindakan
bukan dikategorikan sebagai perilaku bullying jika dua siswa atau kelompok
mempunyai kekuatan yang sama atau seimbang. Hal tersebut ditegaskan
lagi oleh Diena (www.kpai.go.id) dalam workshop nasional bertema
“Intervensi Efektif untuk Mengurangi Bullying di Sekolah-Sekolah” yang
memaparkan bahwa bullying itu bukan tentang apa yang ‘saya’ lakukan
kepada orang lain, melainkan apa persepsi si korban terhadap sikap ‘saya’.
Bullying terjadi ketika apapun yang dilakukan seseorang membuat orang
terhadap perilaku bullying memiliki peran yang penting dalam
mengkategorikan tindakan tersebut termasuk bullying atau tidak. Penelitian
yang dilakukan oleh Morita (Taki, 2001:1) di negara Jepang, ditemukan
bahwa bullying yang terjadi di Jepang memiliki perbedaan dengan yang
ditemukan di Norwegia. Bullying yang terjadi di Jepang biasanya terjadi di
dalam kelas, sedangkan di Norwegia bullying terjadi di lingkungan sekolah
(Taki, 2001:1). Bullying di Jepang lebih dikenal dengan nama Ijime dimana
perilaku ini bisa terjadi kapan saja namun tetap di kalangan siswa-siswi
sekolah (Taki, 2001:2). Hal ini juga memperlihatkan bahwa terdapat
perbedaan persepsi terhadap perilaku bullying di setiap negara.
Bullying merupakan stimulus dari luar diri siswa dimana hal ini sangat
berkaitan dengan persepsi siswa itu sendiri. Persepsi merupakan suatu
proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses
diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera (Walgito, 2002:71).
Bullying sebagai stimulus akan diorganisasikan dan diinterpretasikan oleh
siswa sehingga siswa menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera
olehnya. Dalam mempersepsi suatu stimulus, hasil persepsi tiap orang
mungkin akan berbeda. Menurut Davidoff dan Rogers, hal ini dapat terjadi
karena persepsi itu bersifat individual (Walgito, 2002:72). Ketika persepsi
siswa terhadap perilaku bullying berbeda dengan siswa yang lain, maka
perilaku bullying yang terjadi di sekolah juga bisa berbeda-beda. Selain itu,
apabila siswa tidak menyadari bahwa perilakunya merupakan perilaku
6
terhambat. Kesadaran siswa terhadap terjadinya perilaku bullying dan akibat
yang ditimbulkan dari perilaku tersebut menjadi salah satu kunci untuk
mengurangi korban bullying di masa mendatang.
Fenomena-fenomena inilah yang membuat peneliti sangat tertarik
untuk melakukan sebuah penelitian tentang bagaimana persepsi siswa
terhadap perilaku bullying di sekolah khususnya di Sekolah Menengah Atas
yang ada di Yogyakarta.
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
permasalahan yang dapat dirumuskan adalah apakah persepsi siswa
terhadap perilaku bullying di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce
2 berbeda.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi siswa
terhadap perilaku bullying di sekolah.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritik
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan
sekolah khususnya yang terjadi di kalangan siswa-siswi Sekolah
Menengah Atas.
2. Secara Praktis
a. Bagi Siswa
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa
untuk mengetahui perilaku bullying yang terjadi di lingkungan
sekolahnya dan dampak yang diakibatkan sehingga mereka
dapat mengurangi terjadinya perilaku bullying.
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru memahami
perilaku bullying yang terjadi di antara siswa sehingga dapat
BAB II KAJIAN TEORI
Pada bagian ini diuraikan kajian teori dari variabel serta hipotesis dalam
penelitian ini. Pembahasan tentang variabel penelitian meliputi persepsi, masa
remaja, dan perilaku bullying di sekolah.
A. Persepsi
Kebanyakan orang menganggap sangatlah mudah untuk melakukan
perbuatan melihat, mendengar, membau, merasakan, dan menyentuh.
Namun informasi atau stimulus yang datang dari organ-organ indera kiranya
perlu diorganisasikan dan diinterpretasikan terlebih dahulu sebelum dapat
dimengerti oleh pikiran manusia (Malcom & Steve, 1988:83). Persepsi
merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu
proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera yang
kemudian oleh individu diorganisasikan dan diinterpretasikan, sehingga
individu menyadari, mengerti tentang apa yang diindera (Walgito, 1992:69).
Irwanto, dkk (1988:55) berpendapat bahwa persepsi adalah proses
diterimanya rangsang seperti objek, kualitas, hubungan antar gejala maupun
peristiwa sampai rangsang itu disadari dan dimengerti. Persepsi biasanya
dimengerti sebagai bagaimana informasi yang berasal dari organ yang
terstimulasi diproses, termasuk bagaimana informasi tersebut diseleksi,
ditata, dan ditafsirkan (Matsumoto, 2004:59-60). Menurut Mahmud
(1989:41), persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada di dalam
otak. Menurut Chaplin (2005:358), persepsi adalah proses mengetahui atau
mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera.
Berdasarkan teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi
adalah proses penerimaan, pengorganisasian, serta penafsiran stimulus yang
dapat berupa objek dan kejadian objektif dengan bantuan alat indera.
1. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Persepsi
Menurut Walgito (1992:70), ada beberapa faktor yang berperan
dalam persepsi yaitu sebagai berikut.
a. Objek yang dipersepsi
Suatu objek dapat menimbulkan stimulus yang diterima oleh
alat indera. Stimulus dapat datang dari luar maupun dari dalam
diri individu yang bersangkutan. Namun sebagian besar stimulus
datang dari luar individu.
b. Alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf
Alat indera digunakan sebagai alat untuk menerima stimulus. Di
samping itu harus ada syaraf sensoris yan berfungsi untuk
meneruskan stimulus. Stimulus tersebut lalu diterima oleh pusat
susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.
c. Perhatian
Perhatian diperlukan untuk membentuk atau menyadari persepsi
yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam
10
Irwanto, dkk (1978:70) mengatakan bahwa persepsi lebih
bersifat psikologis daripada proses penginderaan saja. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi persepsi, antara lain sebagai berikut.
a. Perhatian yang selektif
Dalam kehidupan, individu akan banyak sekali menerima
rangsang atau stimulus dari lingkungannya. Tidak semua
rangsang itu diterima sebagai sesuatu hal yang penting. Individu
akan memusatkan perhatian pada rangsang-rangsang yang
menarik bagi dirinya saja.
b. Ciri-ciri rangsang
Jika kita melihat suatu objek yang lebih besar dan memiliki
keunikan, maka rangsang yang ada pada objek tersebut tentu
saja berbeda dari rangsang yang lain. Jadi sesuatu hal yang
menarik yang terdapat dalam suatu rangsang, dapat
mempengaruhi persepsi terhadap rangsang tersebut.
c. Nilai-nilai dan kebutuhan hidup
Setiap individu tentu saja memiliki pandangan yang berbeda
satu sama lain. Pandangan yang berbeda tentang nilai maupun
kebutuhan hidup akan menyebabkan perbedaaan penafsiran
tentang rangsang yang diterima oleh setiap individu.
d. Pengalaman terdahulu
Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi
pengalaman tersebut, tentu saja setiap individu memiliki suatu
perbedaan mengenai rangsang yang diterimanya.
Persepsi secara umum diperlakukan sebagai satu variabel campur
tangan, bergantung pada faktor-faktor perangsang, cara belajar,
perangkat, keadaan jiwa atau suasana hati, dan faktor motivasional
(Chaplin, 2005:358). Apa yang kita persepsi pada suatu waktu tertentu
akan tergantung bukan saja pada stimulusnya sendiri, tetapi juga pada
latar belakang beradanya stimulus, seperti pengalaman-pengalaman
sensoris kita yang terdahulu, perasaan kita pada waktu itu,
prasangka-prasangka, keinginan-keinginan, sikap dan tujuan kita (Mahmud,
1989:42).
2. Ciri-Ciri dan Proses Terjadinya Persepsi
a. Ciri-Ciri Persepsi
Menurut Irwanto, dkk (1988:56), ciri-ciri umum persepsi
adalah:
1) rangsang-rangsang yang diterima harus sesuai dengan sifat
sensoris dasar dari masing-masing indera;
2) dunia persepsi mempunyai sifat ruang seperti atas bawah,
tinggi rendah;
3) dunia persepsi mempunyai dimensi waktu;
4) objek dan gejala dalam dunia persepsi mempunyai struktur
12
5) dunia persepsi adalah dunia yang penuh arti. Kita
cenderung mempersepsikan sesuatu yang kita anggap
memiliki makna bagi diri kita.
b. Proses Terjadinya Persepsi
Menurut Walgito (1992:70), proses persepsi diawali saat
suatu objek menimbulkan stimulus, lalu stimulus tersebut
mengenai alat indera yang berfungsi sebagai reseptor. Lalu
stimulus itu diteruskan oleh syaraf sensoris menuju otak. Terjadi
proses di otak yang berfungsi sebagai pusat kesadaran sehingga
individu menyadari apa yang dilihat, dirasa ataupun diraba.
Proses terjadinya diawali dengan penerimaan suatu
rangsang atau stimulus dari lingkungan sekitar yang bisa berupa
energi, suara, cahaya, dan getaran (Santrock, 2001:170). Lalu
stimulus tersebut sampai ke otak untuk diolah dan
diinterpretasikan yang akan menjadi persepsi terhadap stimulus
ataupun rangsang tersebut.
3. Aspek-Aspek yang Membentuk Persepsi
Irwanto, dkk (1988:55) menegaskan bahwa persepsi sebagai
proses penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima sehingga
menumbuhkan pengertian terhadap lingkungan, dengan demikian
persepsi adalah penafsiran terhadap pengalaman. Hal ini menunjukan
bahwa dalam persepsi terdapat aktivitas kognitif yang pada akhirnya
Melalui persepsi individu dapat menjadi sadar, dapat mengerti
keadaan lingkungan sekitar dan juga dapat mengerti keadaan diri
individu yang bersangkutan. Oleh karena itu perasaan, pengalaman,
kemampuan berpikir, kerangka acuan dan aspek-aspek lain yang ada
dalam diri individu akan ikut berperan. Jadi dalam persepsi sekalipun
stimulus yang diterima sama tetapi karena pengalaman, kerangka
acuan, kemampuan berpikirnya tidak sama ada kemungkinan hasil
persepsi antara individu satu dengan yang lain juga tidak sama
(Walgito, 1994:53).
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa proses persepsi
terbentuk karena adanya 2 aspek, yaitu sebagai berikut.
1. Aspek kognitif yang berupa kemampuan berpikir, kerangka
acuan dan pengalaman.
2. Aspek afektif yang berupa perasaan dan penilaian.
B. Masa Remaja
Siswa yang berada di Sekolah Menengah Atas berusia rata-rata
berusia 19 tahun. Menurut beberapa ahli, pada saat individu berusia
15-19 tahun, mereka memasuki masa remaja. Remaja menurut WHO
(Sarwono, 2005:9) adalah suatu masa ketika:
a. individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan
tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan
14
b. individu mengalami perkembangan psikologis dan pola indentifikasi
dari kanak-kanak menjadi dewasa;
c. terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh
kepada keadaan yang relatif mandiri;
Dalam kebanyakan budaya, remaja dimulai pada usia 10-13 tahun dan
berakhir kira-kira usia 18-22 tahun (Santrock, 2003:26). Remaja sendiri
diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa
dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio emosional.
Menurut Piaget (Hurlock, 1980:206), secara psikologis masa remaja adalah
usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana
anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua
melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam
masalah hak. Erikson seorang ahli psikologi mengatakan, masa remaja
merupakan suatu tahapan perkembangan yang kelima, yaitu identitas versus
kekacauan identitas dimana pada saat ini individu dihadapkan pada
pertanyaan siapa mereka, mereka itu sebenarnya apa, dan kemana mereka
menuju dalam hidupnya (Santrock, 2003:46).
Jadi dapat disimpulkan bahwa masa remaja adalah suatu tahap
perkembangan dimana individu mengalami perkembangan psikologis dan
pola identifikasi dari anak-anak menjadi orang dewasa yang mencakup
1. Ciri-Ciri Masa Remaja
Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama
rentang kehidupan, secara umum masa remaja memiliki ciri-ciri
(Hurlock, 1980:207) sebagai berikut:
a. perkembangan fisik yang cepat;
b. terjadinya periode peralihan sehingga terdapat keraguan dan
ketidakjelasan peran yang harus dilakukan;
c. kesulitan untuk menyelesaikan masalah-masalah pribadi;
d. adanya krisis identitas;
e. emosi yang mudah meninggi;
f. adanya perubahan minat, lalu disertai perubahan nilai-nilai.
2. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja
Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja menurut
Havighurst (Hurlock , 1980:10), yaitu:
a. mencapai hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya
baik pria dan wanita;
b. mencapai peran sosial pria dan wanita;
c. menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara
efektif;
d. mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung
jawab;
e. mencapai kemandirian emosional dari orang-orang tua dan
16
f. mempersiapkan karir ekonomi;
g. mempersiapkan perkawinan dan keluarga;
h. memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan
untuk berperilaku mengembangkan ideologi.
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi penguasaan
tugas-tugas perkembangan seperti dikemukakan Hurlock (1980:11).
Faktor-faktor yang menghalangi penguasaan tugas-tugas perkembangan
adalah :
a. tingkat perkembangan yang mundur;
b. tidak ada kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas
perkembangan atau tidak ada bimbingan untuk dapat
menguasainya;
c. tidak ada motivasi;
d. kesehatan yang buruk;
e. cacat tubuh;
f. tingkat kesehatan yang rendah.
Selain itu ada juga faktor-faktor yang membantu penguasaan
tugas perkembangan (Hurlock , 1980:11) adalah :
a. tingkat perkembangan yang normal atau yang diakselerasikan;
b. kesempatan-kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas dalam
perkembangan dan bimbingan untuk menguasainya;
c. motivasi;
e. tingkat kecerdasan yang tinggi;
f. kreativitas.
Dapat disimpulkan bahwa tugas-tugas perkembangan pada masa
remaja di antaranya mencapai peran sosial sebagai pria maupun
wanita, agar tercipta suatu hubungan baru yang lebih matang dalam
mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab untuk
mempersiapkan tahap kehidupan selanjutnya.
C. Perilaku Bullying di Sekolah
Bullying telah dikenal sebagai masalah sosial yang terjadi di kalangan
anak-anak sekolah (Krahe, 2005: 198). Bullying dalam Kamus
Inggris-Indonesia (Echols & Sadili, 1996:87) adalah kegiatan menggertak yang
dilakukan oleh seseorang untuk mengganggu orang yang lemah. Olweus
(www.wikipedia.com) seorang peneliti dan pemerhati masalah bullying dari
Norwegia mengatakan bahwa:
Bullying as when a person is exposed, repeatedely and over time, to negative action on the part of one or more other persons. The negative action is when a person intentionally inflicts injury or discomfort upon another person, through physical contact, through words or in other ways.
Bullying adalah perilaku negatif yang dilakukan kepada seseorang oleh satu
atau sekelompok orang secara berulang-ulang. Perilaku negatif tersebut
terjadi pada saat seseorang merasa terluka dan tidak nyaman karena orang
18
Sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh Olweus, Smith dan
Thompson (Rogers, 1995:179) memaparkan pengertian yang lebih spesifik
tentang perilaku bullying, yaitu:
a student is being bullied, or picked on, when another student, or a group of student, say nasty or unpleasant things to him or her. It is also bullying when a student is hit, kicked, threatened, locked inside a room, sent nasty notes, when no-one ever talks to them and thing like that. These things can happen frequently and it is difficult for the student being bullied to defend himself or herself. It also bullying when a student is teased repeatedely in a nasty ways.
Bullying terjadi saat seseorang atau sekelompok orang melakukan tindakan
yang tidak menyenangkan terhadap orang lain. Hal tersebut dilakukan baik
secara fisik seperti memukul, menendang, mengancam dengan kata-kata dan
melakukan pengucilan terhadap seseorang yang dilakukan berulang kali,
hingga membuat orang tersebut tidak berdaya untuk melakukan perlawanan.
Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (www.popsy.wordpress.com)
bullying di sekolah sebagai perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang
oleh seorang/sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap
siswa/siswi lain yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut.
Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan oleh orang yang lebih besar
dan lebih kuat, dengan cara mengintimidasi orang lain melalui perbuatan
yang negatif secara berulang-ulang (Pellegrini & Bartini, 2000:2; Ma,
2001: 2).
Mcmahon dan Estes (Mash, & Wolf , 1999:185) mengatakan bahwa
bullying adalah termasuk conduct problems dan perilaku antisosial
tejadi pelanggaran terhadap harapan orang tua, norma sosial, dan hak
personal dan properti yang dimiliki oleh orang lain.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bullying adalah suatu
tindakan agresi oleh seorang/kelompok yang berupa penggunaan kekuasaan
atau kekuatan untuk menyakiti seorang/kelompok lain, dilakukan secara
berulang-ulang, sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tidak
berdaya, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
1. Bentuk-Bentuk Perilaku Bullying di Sekolah
Menurut Diena (Samhadi, 2007), bullying di lingkungan sekolah
bisa terjadi dalam bentuk tidakan fisik seperti menampar, memukul,
menendang, meludah. Bisa berupa tindakan verbal seperti ejekan,
hinaan, fitnah, mengancam, membuat komentar berbau rasis, dan bisa
secara psikologis seperti mengucilkan, mempermalukan di depan
umum, meneror dan sebagainya.
Berdasarkan berbagai definisi tentang bullying, Berikut
dibedakan tiga kategori dari perilaku bullying (www.wikipedia.com;
Bauman & Rio, 2006:1-2) yaitu :
a. bullying secara fisik;
Termasuk meninju, mencekik, menjambak rambut, memukul,
menggigit, dan menggelitiki dengan keterlaluan.
b. bullying secara verbal;
Termasuk perbuatan seperti nama panggilan yang menyakitkan,
20
c. bullying secara psikologis;
Termasuk menolak, memeras, memfitnah, membuat gosip
mendaftarhitamkan, memanipulasi teman, mengisolasi,
membuang, dan menekan teman sebaya.
2. Dampak Perilaku Bullying di Sekolah
Berbagai penelitian menunjukan adanya korelasi antara bullying
dengan naiknya tingkat depresi, agresi, penurunan nilai akademis
hingga tindakan bunuh diri (Samhadi, 2007; www.wikipedia.com).
Korban bullying juga mengalami kesepian dalam hidupnya, memiliki
kesulitan untuk menyelesaikan masalah sosial, kesulitan untuk
mengontrol emosinya (www.ncjrs.gov). Penelitian yang dilakukan
Riauskina (www.popsy.wordpress.com), ketika korban mengalami
bullying maka akan timbul banyak emosi negatif seperti marah, kesal,
dendam, tertekan, sedih, malu, terancam, namun tidak berdaya untuk
menghadapinya. Dampak jangka panjang dari emosi-emosi negatif
tersebut (Rogers, 1995, 179) akan memunculkan perasaan rendah diri
bahwa dirinya tidak berharga.
3. Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Bullying
Bullying adalah termasuk perilaku agresi sebagai bagian dari
conduct behavior problems pada anak. Oleh karena itu ada beberapa
a. Frustasi dan Kemarahan
Frustasi adalah gangguan atau kegagalan dalam mencapai
tujuan (Sears, et all,2004:6). Dalam perspektif frustrasi-agresi,
Dollar, dkk (Berkowitz, 1995:44) menyebutkan bahwa frustrasi
dapat menimbulkan perilaku agresi. Apabila frustasi meningkat
maka akan cenderung membuat seseorang semakin marah dan
kemarahan itu merupakan salah satu faktor penting yang
menyebabkan munculnya perilaku agresi (Sears, et all,2004:6).
Jadi seseorang bisa melakukan tindakan bullying karena
dipicu oleh kemarahan dan rasa frustasi kepada seseorang yang
tidak disukainya.
b. Proses Belajar Masa Lalu
Sears, dkk (2004:11) mengungkapkan bahwa mekanisme
utama yang menentukan perilaku agresi manusia adalah proses
belajar masa lampau. Misalnya, ketika masih bayi, seorang anak
akan menunjukan perasaan agresinya yaitu dengan cara
menangis keras-keras, memukul-mukulkan tangannya. Hal itu
terjadi karena seorang bayi belum menyadari kehadiran orang
lain, sehingga perasaan agresinya belum diarahkan pada diri
seseorang. Berbeda ketika seseorang sudah memasuki masa
dewasa, individu akan semakin mampu untuk mengendalikan
22
c. Penguatan
Proses munculnya perilaku agresi ditunjang pula dengan
adanya proses penguatan / reinforcement (Sears, et all,
2004:12). Penguatan atau peneguhan yang diberikan pada
perilaku seseorang dan mendapatkan ganjaran yang
menyenangkan, maka akan menimbulkan kecenderungan akan
mengulangi perilaku yang sama. Jadi jikalau perilaku agresi
dikuatkan oleh seseorang, maka akan ada kecenderungan
perilaku tersebut diulangi kembali, karena mendapat keyakinan
bahwa tindakan yang dilakukannya adalah tindakan biasa saja.
d. Modeling
Adanya contoh-contoh yang diberikan oleh orang lain atau
modeling kepada seseorang, juga bisa mempengaruhi
kencenderungan agresi dari seseorang tersebut (Sears, et all,
2004:13). Seseorang dapat melakukan tindakan bullying karena
ia meniru atau melihat orang lain melakukan hal yang sama,
sehingga ia tertarik untuk melakukannya juga.
e. Perasaan Negatif dan Kejadian Tidak Menyenangkan
Berkowitz (Sears, et all, 2004:13) mengungkapkan bahwa
semua perasaan negatif dan tidak enak adalah dorongan dasar
bagi perilaku agresi. Pengaruh rasa tersinggung atau ancaman
terhadap harga diri seseorang mengakibatkan munculnya
D. Persepsi Siswa Terhadap Perilaku Bullying di Sekolah
Walgito (1992:69) mengemukakan bahwa persepsi merupakan suatu
proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya
stimulus oleh individu melalui alat indera yang kemudian oleh individu
diorganisasikan dan diinterpretasikan, sehingga individu menyadari,
mengerti tentang apa yang diindera olehnya. Interpretasi seseorang tentang
stimulus yang ia terima akan sangat berpengaruh pada perilakunya. Setiap
individu memiliki perbedaan persepsi terhadap suatu stimulus tertentu.
Perbedaan persepsi itu timbul karena adanya perbedaan pada pengalaman,
kerangka acuan, kemampuan berpikir setiap individu (Walgito, 2004 : 53).
Ketika individu berada pada rentang usia 15 – 19 tahun, mereka
berada pada masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa
yang sering disebut dengan masa remaja. Individu tersebut mengalami masa
transisi yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio emosional.
Pada masa transisi ini, remaja memiliki potensi untuk melakukan perilaku
bullying. Perilaku bullying menurut Smith dan Thompson (Rogers,
1995,179) terjadi saat seseorang atau sekelompok orang melakukan
tindakan yang tidak menyenangkan terhadap orang lain. Hal tersebut
dilakukan baik secara fisik seperti memukul, menendang, mengancam
dengan kata-kata dan melakukan pengucilan terhadap seseorang yang
dilakukan berulang kali, hingga membuat orang tersebut menjadi tidak
24
Bullying yang dilakukan oleh siswa di sekolah adalah salah satu cara
mereka untuk mencari identitas diri serta mencapai peran sosial di antara
teman sebayanya. Menurut Santrock (2003: 219) banyak remaja yang
menganggap bahwa teman sebaya merupakan aspek terpenting dalam
kehidupan mereka sehingga mereka berusaha untuk diterima dalam sebuah
pergaulan bersama teman sebayanya.
Bullying merupakan stimulus dari luar diri siswa dimana hal ini sangat
berkaitan dengan persepsi siswa itu sendiri. Bullying dibedakan menjadi tiga
kategori yaitu bullying secara fisik, bullying secara verbal, bullying secara
psikologis. Menurut Diena (www.kpai.go.id), bullying itu bukan tentang apa
yang ‘saya’ lakukan kepada orang lain, melainkan apa persepsi si korban
terhadap sikap ‘saya’ (Samhadi, 2007). Bullying terjadi ketika apapun yang
dilakukan seseorang membuat orang lain merasa kecil, takut dan tertindas.
Oleh karena itu persepsi seseorang terhadap perilaku bullying memiliki
peran yang penting dalam mengkategorikan tindakan tersebut termasuk
bullying atau tidak.
Ketika persepsi siswa terhadap perilaku bullying berbeda dengan
siswa yang lain, maka perilaku bullying yang terjadi di sekolah juga bisa
berbeda-beda. Orang Jepang menganggap bullying yang terjadi di negaranya
berbeda dengan yang terjadi Norwegia. Bullying dalam masyarakat
Indonesia sebenarnya bukan menjadi sesuatu hal yang baru, namun
karena belum diketahui bahaya dan dampaknya bagi perkembangan
individu, khususnya siswa, dalam proses belajar di sekolah.
Di samping itu, untuk lebih jelasnya mengenai persepsi terhadap
perilaku bullying dapat dilihat pada skema di bawah ini.
MASA REMAJA
PERSEPSI
¾ Aspek Kognitif
¾ Aspek Afektif
Perilaku Bullying
• Bullying secara Verbal
• Bullying secara Fisik
• Bullying secara Psikologis
- masa peralihan
- kesulitan menyelesaikan masalah pribadi - krisis identitas
- emosi tinggi - perubahan minat - perubahan nilai-nilai - masa transisi
E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
H0 : Persepsi siswa terhadap perilaku bullying di SMA Kolese De Britto dan
SMA Stella Duce 2 identik.
H1 : Persepsi siswa terhadap perilaku bullying di SMA Kolese De Britto dan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bagian ini diuraikan metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini. Pembahasan tentang metodologi penelitian meliputi jenis
penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, populasi dan
sampel penelitian, variabel penelitian dan pengukuran, metode pengumpulan data
dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
dilakukan untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek
yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya
(Sugiyono, 2005:21). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode explanatory research. Penelitian ini bermaksud untuk
mendeskripsikan bagaimana persepsi siswa terhadap perlaku bullying yang
terjadi di sekolah.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella
Duce 2 Yogyakarta.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus s.d September 2007.
C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa dan siswi SMA Kolese De Britto
dan SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah persepsi siswa tehadap perilaku bullying
di sekolah.
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa dan siswi SMA Kolese
De Britto dan SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.
2. Sampel Penelitian
a. Teknik Penarikan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive
sampling, yaitu pemilihan sampel penelitian berdasarkan
ciri-ciri spesifik yang dimiliki (Nasution, 2004).
b. Sampel Penelitian
Sampel dari penelitian ini adalah siswa dan siswi dari SMA
Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2 kelas XI yang
berjumlah 169 siswa. Alasan pemilihan sampel adalah subjek
28
15 – 19 tahun dan berada pada masa peralihan dari masa
kanak-kanak menuju masa dewasa.
E. Varibel Penelitian dan Pengukuran
Persepsi siswa terhadap perilaku bullying merupakan sebuah proses
dimana siswa mengorganisasi dan menginterpretasi stimulus-stimulus dari
perilaku bullying. Adapun indikator perilaku bullying yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. bullying secara fisik,
termasuk meninju, mencekik, menjambak rambut, memukul,
menggigit, dan menggelitiki dengan keterlaluan.
2. bullying secara verbal,
termasuk perbuatan seperti nama panggilan yang menyakitkan,
mengusik, dan.menghina.
3. bullying secara psikologis,
termasuk menolak, memeras, memfitnah, membuat gosip
mendaftarhitamkan, memanipulasi teman, mengisolasi, membuang,
dan menekan teman sebaya.
Ketiga indikator tersebut akan dijabarkan dengan gambar dan disertai
dengan suatu skenario dengan tujuan supaya siswa dapat mengorganisasi
dan menginterpretasi perilaku bullying yang disajikan dalam gambar dan
skenario tersebut. Skala yang digunakan dinamakan skala persepsi siswa
Hasil dari pengukuran diharapkan dapat menunjukkan bagaimana
persepsi siswa terhadap perilaku bullying di sekolah. Berikut dapat dilihat
blue print distribusi butir skala persepsi siswa terhadap perilaku bullying
pada tabel 1 dan tabel 2.
Tabel 3.1
Blue Print
No. Komponen Bobot
1. Bullying secara fisik 33,3 % (4 pertanyaan)
2. Bullying secara verbal 33,3 % (4 pertanyaan)
3. Bullying secara psikologis 33,3% (4 pertanyaan)
JUMLAH : 100 %
(12 pertanyaan)
Tabel 3.2
Distribusi Butir-Butir Skala Persepsi terhadap Perilaku Bullying
(sebelum diuji kesahihannya)
No. Komponen Skenario No. Item Jumlah
Item
1. Bullying secara fisik
Skenario B Skenario C Skenario H Skenario I
2 3 8 9
4
2. Bullying secara verbal
Skenario D Skenario E Skenario F Skenario J 4 5 6 10 4
3. Bullying secara psikologis
Skenario A Skenario G Skenario K Skenario L 1 7 11 12 4
30
F. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data
mengenai persepsi siswa terhadap perilaku bullying. Kuesioner akan
disajikan dalam bentuk gambar dan disertai dengan skenario yang
menggambarkan perilaku bullying yang terjadi baik fisik, verbal maupun
psikologis. Untuk setiap indikator akan disajikan empat gambar dan
skenario sehingga jumlah gambar dan skenario yang disajikan berjumlah 12.
Setiap gambar dan skenario yang disajikan akan diakhiri dengan satu
pertanyaan yang mengarah pada bagaimana persepsi siswa ketika ia berada
pada situasi yang digambarkan dalam skenario.
Alternatif jawaban untuk setiap pertanyaan menggunakan metode
summated ratings atau model Likert. Skala ini memiliki empat alternatif
jawaban. Skala ini juga tidak memakai alternatif jawaban di tengah untuk
menghindari subjek memberikan jawaban netral atau tidak bisa menentukan
adanya pilihan dan adanya central tendency effect, terutama bagi respon
ragu-ragu dalam menentukan jawaban. Alternatif jawaban yang digunakan
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.3
Skor item untuk skala persepsi siswa terhadap perilaku bullying
Jawaban Skor
Sangat Serius 4
Serius 3
Tidak Serius 2
G. Pengujian Instrumen Penelitian
1. Pengujian Validitas
Validitas adalah tingkat kemampuan instrumen penelitian untuk
mengungkapkan data sesuai dengan yang hendak diungkapkannya. Uji
validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam
suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Daftar
pertanyaan ini pada umumnya mendukung suatu kelompok variabel
tertentu. Rumus dari uji validitas adalah dengan menggunakan teknik
Product Moment Co-Efficient Of Correlation dari Pearson (Hadi,
2000: 289). Rumusnya:
(
)
{
∑
Χ −∑
∑
Χ}
∑ ∑
{
∑
Υ −( )
∑
Υ}
Υ Χ − ΧΥ = 2 2 2 2 n n n rxy Keterangan:rxy = koefisien korelasi Product moment, uji satu arah
dengan taraf signifikasi (α) = 5%
n = jumlah sampel
X = jumlah nilai (skor) pertanyaan responden
Y = total nilai (skor) pernyataan responden
ΣY2 = jumlah skor kuadrat variabel y
ΣX2 = jumlah skor kuadrat variabel x
Jika r hitung > r table maka pengukuran tersebut valid. Hasil dari
32
Tabel 3.4 Validitas
r hitung skenario A 0.553 skenario B 0.528 skenario C 0.625 skenario D 0.547 skenario E 0.655 skenario F 0.718 skenario G 0.610 skenario H 0.659 skenario I 0.611 skenario J 0.585 skenario K 0.632 skenario L 0.545
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa hasil r hitung dari setiap
skenario > 0, 235 (r tabel df=48 alpha=0,05). Hal ini berarti semua
item dalam kuesioner penelitian ini valid.
2. Pengujian Reliabilitas
Setelah dilakukan uji validitas dan didapat kesimpulan bahwa
pengukuran tersebut valid, maka langkah selanjutnya adalah
mengukur reliabilitasnya. Reliabilitas adalah tingkat kestabilan dari
alat pengukur terhadap suatu gejala atau kejadian. Dalam pengukuran
reliabilitas (Anwar, 1997:78) ini menggunakan rumus Alpha dari
Cronbach : ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − = ) 1 ( 11 k k r ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡
−
∑
22 1 t b σ σ Keterangan: 11
r = reliabilitas instrument
∑
2b
σ = jumlah varians butir
2
t
σ = varians total
Menurut Nunnally (Ghozali, 2005:42) jika koefisien α> 0,6
maka kuesioner yang akan digunakan sebagai alat pengukur dalam
penelitian telah memenuhi syarat reabilitas. Hasil perhitungan
reliabilitas dapat dilihat pada table berikut ini.
Tabel 3.5 Reliabilitas 0,844 Alpha Cronbach 11 r
Skenario A 0,439 Skenario B 0,433 Skenario C 0,545 Skenario D 0,444 Skenario E 0,552 Skenario F 0,624 Skenario G 0,513 Skenario H 0,578 Skenario I 0,523 Skenario J 0,487 Skenario K 0,535 Skenario L 0,427
Hasil perhitungan menunjukkan koefisien α > 0,6, yaitu sebesar
0,844 yang menurut kriteria Nunnally (Ghozali, 2005:42) bisa
dikatakan reliabel.
3. Seleksi Item
Berdasarkan pengujian validitas dan reliabilitas di atas maka
tidak ada item yang digugurkan, sehingga 12 item tersebut akan
34
H. Teknik Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
Dimaksudkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
persepsi siswa tehadap perilaku bullying di sekolah. Statistik
deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah mean, median
dan standar deviasi (SD).
2. Uji Prasyarat Analisis
a) Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui apakah data yang terjaring berdistribusi normal atau
tidak. Apabila data yang terjaring berdistribusi normal maka
analisis untuk menguji hipotesis dapat dilakukan. Asumsi
mengenai normalitas perlu dicek keberadaannya agar
langkah-langkah selanjutnya dapat dipertanggungjawabkan. Selanjutnya
uji normalitas ini menggunakan rumus Tes Satu Sampel
Kolmogorov – Smirnov (Sugiyono, 2005:69). Adapun
persamaan rumusnya sebagai berikut :
D = Maksimum [ Fo(x) – Sn(x) ]
Keterangan :
D = Deviasi atau penyimpangan
Fo(x) = Distribusi frekuensi kumulatif teoritis
Apabila probabilitas (p) yang diperoleh melalui
perhitungan lebih kecil dari taraf signifikansi 5% dikatakan
signifikan, artinya ada beda antara distribusi data yang dianalisis
dengan distribusi teoritis sehingga sebaran data variabel adalah
tidak normal pada taraf signifikansi 5%. Apabila probabilitas (p)
yang diperoleh melalui perhitungan lebih besar dari taraf
signifikansi 5% dikatakan tidak signifikan, artinya tidak ada
beda antara distribusi data yang dianalisis dengan distribusi
teoritis sehingga sebaran data variabel adalah normal.
b) Uji Homogenitas
Uji homogenitas menggunakan Levin’s test dengan SPSS
for windows untuk menguji homogenitas kedua varian. Jika
probabilitas > 0.05, maka H0 tidak dapat ditolak atau memiliki
varians yang sama (Ghozali, 2005:58).
3. Pengujian Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
H0 : Persepsi siswa terhadap perilaku bullying di SMA Kolese De
Britto dan SMA Stella Duce 2 identik.
H1 : Persepsi siswa terhadap perilaku bullying di SMA Kolese De
Britto dan SMA Stella Duce 2 tidak identik.
Pengujian hipotesis menggunakan independent sample t test
dengan SPSS for windows untuk membandingkan nilai rata-rata dua
36
0.05, maka H0 ditolak atau terdapat perbedaan yang signifikan diantara
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Orientasi Kancah
Penelitian ini dilakukan di SMA Stella Duce 2 dan SMA Kolese De Britto
Yogyakarata. Subjek penelitian adalah siswa dan siswa kelas XI dari
masing-masing sekolah. Alasan pemilihannya adalah karena karakteristik subjek
penelitian sesuai dengan karakteristik subjek yang ingin diteliti. Adapun
karakteristik subjek yang dipilih adalah:
1. memenuhi karakteristik masa remaja yaitu memiliki rentang usia 15 – 19
tahun dan berada pada masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju
masa dewasa;
2. siswa-siswi kelas XI dianggap telah lebih baik mengenal lingkungan
sekolahnya.
B. Persiapan Penelitian
1. Persiapan Kuesioner
Peneliti mengumpulkan gambar-gambar yang memperlihatkan
perilaku bullying dari internet melalui situs pencarian gambar
www.google.com dan www.yahoo.co.id. Setelah memperoleh beberapa
gambar, kemudian peneliti membuat skenario yang menceritakan kisah
yang terjadi di dalam gambar. Skenario tersebut disusun sesuai dengan
38
tiga indikator perilaku bullying, yaitu secara fisik, verbal dan psikologis.
Di akhir skenario, terdapat sebuah pertanyaan yang mengarah pada
bagaimana persepsi siswa ketika ia berada pada situasi yang ada pada
gambar dan yang diceritakan dalam skenario.
2. Perijinan
Peneliti mengajukan permohonan ijin penelitian dengan membawa
surat ijin penelitian yang telah ditanda tangani oleh Ketua Jurusan kepada
Kepala SMA Kolese De Britto dan Kepala SMA Stella Duce 2 dengan
melampirkan proposal penelitian yang telah disetujui oleh pembimbing.
Setelah menyampaikan surat ijin penelitian, pihak sekolah meminta
waktu untuk mempelajari penelitian yang akan dilakukan. Sekolah
membutuhkan waktu kurang lebih 3 hari. Setelah itu peneliti kemudian
bertemu dengan pihak yang berwenang untuk menyampaikan secara lisan
maksud dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.
Setelah pihak sekolah menyetujui, peneliti kemudian dipersilahkan untuk
membuat jadwal serta melaksanakan penelitian kepada guru pendamping
yang ditunjuk oleh pihak sekolah. Secara keseluruhan peneliti tidak
menemukan kesulitan dan hambatan yang berarti dalam proses perijinan
yang telah dilakukan.
3. Jadwal Penelitian
Jadwal dari penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada tabel di
Tabel 4.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No. Pelaksanaan Tempat Jenis
Penelitian
Jumlah Subjek
1. Rabu, 5-09-2007 SMA Pangudi Luhur Sedayu
Try out 23 orang
2. Jumat, 7 -09- 2007 SMA Santa Maria
Try out 27 orang
3. Senin, 17 -09- 2007 11.30 – 12.50
SMA Stella Duce 2
Penelitian 50 orang
4. Kamis,20- 09- 2007 12.10 – 12.50
SMA Stella Duce 2
Penelitian 37 orang
5. Sabtu, 22 -09-2007 07.45-10.15
SMA Kolese De Britto
Penelitian 82 orang
C. Pelaksanaan Penelitian
1. Try out Penelitian
Peneliti melaksanakan try out dengan maksud untuk menguji
validitas dan reliabilitas dari kuesioner yang telah dibuat. Try out
dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 5 September 2007 di SMA Pangudi
Luhur Sedayu dan 7 September 2007 di SMA Santa Maria Yogyakarta.
Peneliti menyebarkan 30 kuesioner di SMA Pangudi Luhur Sedayu. Dari
30 kuesioner yang disebarkan, kuesioner yang kembali dan terisi
sebanyak 23 kuesioner. Peneliti kemudian melaksanakan try out di SMA
Santa Maria Yogyakarta. Tujuan dari try out ini selain untuk menguji
40
kira-kira dibutuhkan untuk mengisi kuesioner. Subjek penelitian
berjumlah 27 orang dengan waktu pengisian kurang lebih 15 menit.
Ketika subjek sudah selesai mengerjakan, peneliti meminta mereka
untuk memeriksa kembali pekerjaannya apakah ada yang terlewati atau
tidak. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada subjek penelitian yang
sudah bersedia untuk membantu try out dan memberikan
kenang-kenangan kepada mereka sebagai tanda terima kasih.
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Penelitian di SMA Stella Duce 2
Penelitian dilaksanakan pada hari Senin tanggal 17 September
2007 pukul 11.30-12.50 di kelas XI IPS 2 dan XI Bahasa dan hari
Kamis tanggal 20 September 2007 pukul 12.10-12.50 di kelas XI
IPS 1. Subjek penelitian seluruhnya berjumlah 87 orang. Untuk
pelaksanaan penelitian, peneliti mendapatkan kesempatan untuk
masuk ke dalam kelas untuk membagikan kuesioner. Hal pertama
yang dilakukan oleh peneliti adalah memperkenalkan diri serta
menyampaikan maksud dan tujuan dari pelaksanaan penelitian ini.
Kemudian peneliti membagikan kuesioner dan meminta subjek
penelitian untuk mengisi data yang ada. Peneliti membebaskan
subjek penelitian untuk tidak menuliskan nama mereka. Ketika
subjek penelitian telah selesai menuliskan data yang diperlukan,
sesuai dengan petunjuk yang telah tersedia. Ada beberapa
pertanyaan yang muncul yaitu mengenai cara mengisi apakah harus
disilang atau dicentang, untuk hal tersebut akhirnya peneliti
me