commit to user
membuat terkesima dengan beragam atraksi warisan budaya Jawa kuno yang
dimiliki. Di Solo wisatawan yang datang dapat melihat keraton, mengunjungi
pasar tadisional, berbelanja batik dan kerajinan yang berkualitas, melihat atraksi
tarian solo yang penuh keagungan, wayang kulit, kuliner yang lezat, dan tentunya
berkomunikasi langsung dengan masyarakatnya yang ramah. Kota Solo atau
disebut juga Surakarta adalah kota kuno yang dibangun Paku Buwana II. Riwayat
kota ini tidak bisa lepas dari sejarah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat
yang merupakan penerus Kerajaan Mataram Islam.
Solo dikenal sebagai salah satu pusat dan inti dari kebudayaan Jawa karena
secara tradisional merupakan salah satu pusat politik dan pengembangan tradisi
Jawa. Kemakmuran wilayah ini sejak abad ke-19 telah mendorong
berkembangnya berbagai literatur berbahasa Jawa, tarian, makanan, pakaian,
arsitektur, dan beragam hasil budaya indah lainnya. Bila disandingkan dengan
Yogyakarta maka tampak seolah adanya “emulasi” dan “kontes” kultural antara
Surakarta dan Yogyakarta. Tidaklah mengherankan kemudian melahirkan apa
yang dikenal sebagai "gaya Surakarta" dan "gaya Yogyakarta" baik itu dalam
busana, tarian, wayang, pengolahan batik, gamelan, dan bentuk budaya lainnya.
Masyarakat Solo pandai memelihara budaya lokalnya. Oleh karena itu, tidaklah
commit to user
mengherankan bila bahasa Jawa dari Solo digunakan sebagai standar bahasa Jawa
nasional. Tarian daerah Bedhaya dan Srimpi masih dilestarikan di Keraton Solo.
Batik terkenal yang berasal dari Solo yaitu Batik Keris dan Batik Danarhadi.
Penduduk Solo memang bangga dengan batik, bahkan label kota Solo selain 'Solo,
The Spirit of Java' juga dikenal julukan “The City of Batik”. Biasanya wisatawan
yang berlibur ke Jogja juga akan singgah di Solo, atau sebaliknya.
(http://www.indonesia.travel/id/destination/456/solo-surakarta, diakses pada
tanggal 15 April 2013).
Bagi wisatawan, berwisata bukan hanya mengunjungi tempat-tempat yang
indah seperti halnya pantai, pegunungan, wisata belanja, wisata budaya, maupun
wisata kuliner. Namun, banyak dari masyarakat Indonesia yang melakukan wisata
ke suatu tempat karena ada kegiatan atau event yang menarik atau unik yang
jarang ditemui ditempat asal wisatawan yang berkunjung ke suatu objek wisata.
Tari masih sangat terpelihara di kota Solo. Terpeliharanya seni tari di kota Solo
dapat dilihat dari banyaknya kegiatan atau acara kota Solo yang mempertunjukkan
seni tari sebagai hiburan. Sejarah tari sendiripun tak lepas dari kota Solo sebagai
lahirnya kesenian seni tari. Tari yang sering disebut juga ”beksa”, kata “beksa”
berarti “ambeg” dan “esa”, kata tersebut mempunyai maksud dan pengertian
bahwa orang yang akan menari haruslah benar-benar menuju satu tujuan, yaitu
menyatu jiwanya dengan pengungkapan wujud gerak yang luluh. Seni tari adalah
ungkapan yang disalurkan / diekspresikan melalui gerak-gerak organ tubuh yang
ritmis, indah mengandung kesusilaan dan selaras dengan gending sebagai
iringannya. Seni tari yang merupakan bagian budaya bangsa sebenarnya sudah
commit to user
berkembang. Bahkan tari tidak dapat dilepaskan dengan kepentingan upacara adat
sebagai sarana persembahan.
Tari mengalami kejayaan yang berangkat dari kerajaan Kediri, Singosari,
Majapahit khususnya pada pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Surakarta
merupakan pusat seni tari. Sumber utamanya terdapat di Keraton Surakarta dan di
Pura Mangkunegaran. Dari kedua tempat inilah kemudian meluas ke daerah
Surakarta seluruhnya dan akhirnya meluas lagi hingga meliputi daerah Jawa
Tengah, terus sampai jauh di luar Jawa Tengah. Seni tari yang berpusat di Kraton
Surakarta itu sudah ada sejak berdirinya Kraton Surakarta dan telah mempunyai
ahli-ahli yang dapat dipertanggungjawabkan. Tokoh-tokoh tersebut umumnya
masih keluarga Sri Susuhunan atau kerabat kraton yang berkedudukan. Seni tari
yang berpusat di Kraton Surakarta itu kemudian terkenal dengan Tari Gaya
Surakarta. (http://lesprivattari.wordpress.com/, diakses pada tanggal 5 Maret
2013).
Selain kesenian tradisional, masyarakat kota Solo sering juga mengadakan
festival dan perayaan berbasis kebudayaan yang hampir dilaksanakan setiap tahun
sekali. Festival atau perayaan tersebut menjadi salah satu daya tarik atau magnet
agar para wisatawan berkunjung ke Kota Surakarta. Beberapa perayaan atau
festival pelaksanaannya berdasarkan penanggalan tahun Jawa seperti Kirab
Pusaka 1 Suro, Sekaten, Grebeg Sudira, Mahesa Lawung, dan ada juga perayaan
atau event yang sengaja diadakan untuk memperingati suatu hari tertentu, salah
satunya adalah Solo Menari yang dilakukan selama 24 jam. Solo menari ini
commit to user
Kota Solo karena Kota Solo merupakan pusat seni tari di Indonesia dan khususnya
pulau Jawa.
Salah satu event dikota Solo yang menarik adalah Solo Menari, kegiatan
ini diselenggarakan untuk memperingati hari Tari sedunia yang jatuh setiap
tanggal 29 April. Kegiatan ini diikuti oleh beribu penari yang berasal dari
berbagai daerah di Indonesia bahkan ada yang berasal dari Italy, malaysia, dan
Singapura. Kegiatan menari 24 jam di sepanjang jalan utama Kota Solo ini bukan
hanya menyedot perhatian masyarakat kota Solo saja tetapi wisatawan domestik
maupun mancanegara untuk datang ke Solo. Daya tarik wisata minat khusus
festival/ perayaan yang disertai dengan kebudayaan itulah yang menjadi daya tarik
para wisatawan baik yang berasal dari Kota Solo maupun dari luar Kota Solo.
Banyak dari wisatawan yang datang ke festival/ perayaan solo Menari dengan
motif dan tujuan yang berbeda, selain itu wisatawan yang berkunjung ke festival/
perayaan solo Menari mempunyai profil yang berbeda pula.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas dan untuk lebih
mengetahui potensi yang dimiliki festival/perayaan Solo Menari dan profil
wisatawan yang ada, maka diangkatlah hal ini sebagai bahan tugas akhir dengan
judul “Potensi dan Profil Wisatawan Solo Menari 2013”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas maka masalah pokok yang akan di
teliti adalah:
commit to user
2. Bagaimana prosesi Solo Menari tahun 2013 ?
3. Bagaimana potensi dan profil wisatawan event Solo Menari 2013 ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui mengapa event Solo Menari 2013 diselenggarakan.
2. Untuk mengetahui bagaimana prosesi Solo Menari pada tahun 2013.
3. Untuk mengetahui potensi dan profil wisatawan event Solo Menari 2013.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memberikan informasiprofil wisatawan yang berkunjung ke event
Solo Menari, dan memberikan informasi yang berguna dalam mengambil
kebijakan kepariwisataan yang ada di kota Solo.
2. Diharapkan karya ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca,
dan dapat menjadi referensi buku-buku tugas akhir di labtour DII UPW
FSSR-UNS.
3. Menjadi syarat kelulusan dari D3 Usaha Perjalanan Wisata, Fakultas
Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
E. Kajian Pustaka
Pengembangan pariwisata Indonesia menggunakan konsepsi pariwisata
budaya yang dirumuskan dalam Undang-Undang Pariwisata Nomor 09 Tahun
commit to user
memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong
pembangunan daerah, memperbesar pendapatan nasional dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat serta memupuk rasa cinta
tanah air, memperkaya kebudayaan nasional, dan memantapkan pembinaannya
dalam rangka memperkukuh jati diri bangsa dan mempererat persahabatan antar
bangsa”.
Pariwisata budaya sebagai suatu kebijaksanaan pengembangan
kepariwisataan di Indonesia menekankan pada penampilan unsur-unsur budaya
sebagai aset utama untuk menarik wisatawan berkunjung ke obyek wisata
Indonesia. Hal ini tidak berarti bahwa aspek-aspek lainnya akan ditinggalkan
seperti keindahan alam, pantai dan pemandangan, flora dan fauna termasuk
kehidupan bawah laut , olah raga, serta jenis hiburan lainnya.
Unsur-unsur budaya memiliki manfaat yang amat penting antara lain :
untuk mempromosikan kepariwisataan secara umum baik dalam maupun luar
negeri, produk seni budaya akan menyiapkan lapangan kerja dan meningkatkan
penghasilan masyarakat, penampilan seni dan budaya selain menarik perhatian
wisatawan juga meningkatkan pemberdayaan seni dan budaya, penampilan seni
dan budaya dapat meningkatkan pemeliharaan dan manajemen museum, galeri
dan monumen- monumen seni budaya lainnya, dana yang dihasilkan dengan
penjualan produk seni dan budaya bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan
sentuhan dengan seni dan budaya lain meningkatkan harkat, kehormatan dan
pemahaman tentang arti kemanusiaan.
Menurut buku karangan I Ketut Suwena dan I Gst Widyatmaja yang
commit to user
pengertian pariwisata secara etimologi berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri
atas dua kata yaitu pari dan wisata. Pari berarti “banyak” atau “traveling”,
sedangkan wisata berarti “pergi” atau “bepergian”. Atas dasar itu, maka kata
pariwisata seharusnya diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan bekali-kali
atau berputar-putar, dari suatu tempat ke tempat lain, yang dalam bahasa inggris
disebut dengan kata “tour”, sedangkan untuk pengertian jamak kata
“kepariwisataan” dapat digunakan kata “tourisme” atau “tourism”.
Definisi pariwisata belum ada suatu kejelasan dan kesepakatan dari pakar,
berikut beberapa penjelasan dari sudut pandang masing-masing pakar :
1. Herman V. Schulalard (1910), kepariwisataan merupakan sejumlah
kegiatan, terutama yang ada kaitannya dengan masuknya, adanya
pendiaman dan bergeraknya orang-orang asing keluar masuk suatu kota,
daerah atau Negara.
2. E. Guyer Freuler, Pariwisata dalam arti modern merupakan fenomena dari
jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan
pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan kecintaan yang
disebabkan oleh pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat.
3. Salah Wahab, pariwisata itu merupakan suatu aktivitas manusia yang
dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian di
antara oaran-orang dalam suatu Negara itu sendiri (di luar negeri),
meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain (daerah tertentu), suatu
Negara atau benua untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang
beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya dimana ia
commit to user
4. Menurut UU No. 10/2009 tentang kepariwisataan, yang dimaksud dengan
pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha,
pemerintah, dan pemerintah daerah.
Dari beberapa pendapat tersebut apa yang menjadi ciri dari perjalanan
pariwisata itu adalah sama atau dapat disamakan (walau cara mengemukakannya
agak berbeda-beda), yaitu dalam pengertian kepariwisataan terdapat beberapa
faktor penting yaitu :
a. Perjalanan itu dilakukan sementara waktu.
b. Perjalanan itu dilakukan dari suatu tempat ketempat lain.
c. Perjalanan itu harus selalu dikaitkan dengan pertamasyaan atau
rekreasi.
d. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di
tempat yang dikunjunginya dan semata-mata sebagai konsumen di
tempat tersebut.
Orang melakukan perjalanan untuk memperoleh berbagai tujuan dan
memuaskan bermacam-macam keinginan. Di samping itu, untuk keperluan
perencanaan dan pengembangan kepariwisataan itu sendiri, perlu pula dibedakan
antara pariwisata dengan jenis pariwisata lainnya, sehingga jenis dan macam
pariwisata yang dikembangkan akan dapat berwujud seperti yang diharapkan dari
kepariwisataan itu.
Wisatawan memang sangat beragam, tua-muda, kaya-miskin,
asing-domestik, berpengalaman maupun tidak, semua ingin berwisata dengan keinginan
commit to user
dibedakan berdasarkan karakteristik perjalanannya (trip descriptor) dan
karakteristik wisatawannya (tourist descriptor).
a. Trip Descriptor, Wisatawan dibagi ke dalam kelompok-kelompok
berdasarkan jenis perjalanan yang dilakukannya. Secara umum jenis
perjalanan dibedakan menjadi : perjalanan rekreasi, mengunjungi
teman/keluarga (VFR = visiting friends and relatives), perjalanan bisnis
dan kelompok perjalanan lainnya (Seaton & Bennet, 1996). Smith (1995)
menambahkan jenis perjalanan untuk kesehatan dan keagamaan di luar
kelompok lainnya. Lebih lanjut jenis-jenis perjalanan ini juga dapat
dibedakan lagi berdasarkan lama perjalanan, jarak yang ditempuh, waktu
melakukan perjalanan tersebut, jenis akomodasi atau transportasi yang
digunakan dalam perjalanan, pengorganisasian perjalanan, besar
pengeluaran dan lain-lain.
b. Tourist Descriptor, memfokuskan pada wisatawannya, biasanya
digambarkan dengan “who wants what, why, when, where and how
much?”.
Untuk menjelaskan hal-hal tersebut digunakan beberapa karakteristik
diantaranya adalah sebgai berikut :
1. Karakteristik Sosio-Demografis
Karakteristik sosio-demografis menjawab pertanyaan “who wants
what”. Pembagian berdasarkan karakteristik ini paling sering
dilakukan untuk kepentingan analisa pariwisata, perencanaan, dan
pemasaran, karena sangat jelas definisinya dan relative mudah
sosio-commit to user
demografis diantaranya adalah jenis kelamin, umur, status
perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, kelas sosial, ukuran
keluiarga atau jumlah anggota keluarga dan lain-lain yang
dielaborasi dari karakteristik tersebut.
2. Karakteristik Geografis
Karakteristik Geografis membagi wisatawan berdasrakan lokasi
tempat tinggalnya, biasanya dibedakan menjadi desa-kota, provinsi,
maupun Negara asalnya. Pembagian ini lebih lanjut dapat pula
dikelompokkan berdasarkan ukuran (size) kota tempat tinggal (kota
kecil, menengah, besar/metropolitan), kepadatan penduduk di kota
tersebut dan lain-lain.
3. Karakteristik psikografis
Karakteristik ini membagi wisatawan ke dalam
kelompok-kelompok berdasarkan kelas sosial, life-style dan karakteristik
personal. Wisatawan wisatawan dalam kelompok demografis yang
sama mungkin memiliki profil psikografis yang sangat berbeda.
Beragamnya karakteristik dan latar belakang wisatawan
menyebabkan beragamnya keinginan dan kebutuhan mereka akan
suatu produk wisata.(catatan kuliah semester 5, “analisis profi
wisatawan”)
Pengelompokkan-pengelompokkan wisatawan dapat memberi informasi
mengenai alasan setiap kelompok mengunjungi objek wisata yang berbeda, berapa
besar ukuran kelompok tersebut, pola pengeluaran setiap kelompok,
commit to user
terhadap perubahan harga produk wisata, serta respon kelompok terhadap
berbagai bentuk iklan produk wisata. Lebih lanjut, pengetahuan mengenai
wisatawan sangat diperlukan dalam merencanakan produk wisata yang sesuai
dengan keinginan kelompok pasar tertentu, temask merencanakan strategi
pemasaran yang tepat bagi kelompok pasar tersebut. (Ketut Suwena, 2000 :43).
Happy Marpaung dalam bukunya yang berjudul Pengetahuan
Kepariwisataan tahun terbit 2000 yang isinya menyebutkan bahwa Profil
wisatawan merupakan karakteristik spesifik dari jenis-jenis wisatawan yang
berbeda yang berhubungan erat dengan kebiasaan, permintaan dan kebutuhan
mereka dalam melakukan perjalanan. Berdasarkan karakteristiknya, beberapa
profil wisatawan dikategorikan sebagai berikut : kebangsaan, umur, jenis kelamin
dan status, kelompok sosio ekonomi, konvensi dan konferensi.
a. Kebangsaan
Kebangsaan merupakan kategori penting karena setiap bangsa mempunyai
karakteristik wisatawan yang berbeda-beda dari cara pola berpikir, bertingkah
laku, kepercayaan, kebudayaan, life style, dan kesukan terhadap atraksi wisata
yang mereka inginkan.
b. Umur, jenis kelamin dan status
Umur, jenis kelamin dan status termasuk dalam kategori karakteristik
sosio-demografis wisatawan.Hal ini sangat berpengaruh terhadapa wisatawan
pada saat melakukan perjalanan wisata. Karakteristik tersebut dapat di bagi
sebagai berikut :
commit to user
Wisatawan remaja sangat umum di Indonesia dewasa ini.remaja biasanya
melakukan perjalanan sendiri, mengatur perjalanannya sendiri dan menetap
dalam jangka waktu yang cukup panjang, menggunakan hari libur.
Permintaaan akan fasilitas dan pelayanan sangat fleksibel dan sederhana
dan murah, minatnya berbeda-beda, ada yang tertarik pada kebudayaan,
rekreasi atau pemandangan alam, beberapa wisatawan remaja menetap dalam
jangka waktu yang lama untuk mempelajari kesenian, tarian dan musik lokal,
sering seenaknya dalam berpakaian dan bertingkah laku, permasalahan yang
sering kali timbul dari wisatawan remaja adalah pengaruh yang buruk dari
tingkah laku wisatawan remaja dari luar negeri.
2) Wisatawan Usia Lanjut
Harus memperhatikan kondisi fisik dalam perencanaan perjalanan wisata
dan tidak merencanakan perjalanan yang melelahkan, sering mengunjungi
tempat yang sama lebih dari satu kali untuk lebih memahami, menginginkan
fasilitas dan pelayanan yang nyaman. Harus mendapatkan pelayanan yang
baik, Lebih suka duduk di bangku depan bis, konsep mengenai usia sangat
sensitive, beberapa wisatawan usia lanjut tidak suka dianggap tua tetapi ada
juga yang tidak berkeberatan.
3) Jenis kelamin
Minat dan kebutuhan wisatawan pria hampir sama dengan wanita,
biasanya tidak mengharapkan fasilitas dan pelayanan kelas satu, tetapi lebih
membutuhkan kenyamanan pada saat berwisata, suka belanja barang-barang
yang mereka inginkan dan kadang-kadang berbelanja melampui batas.
commit to user
F. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Sekertariatan Solo Menari yeng
terletak di kampus ISI Surakarta tepatnya di Gedung Teater Besar lantai
basement, sepanjang jalan utama kota Solo yaitu Jl. Slamet Riyadi yaitu, Loji
Gandrung, Plaza Sriwedari, Solo Grand Mall, Solo Square, Solo Paragon, dan
kampus ISI yaitu, Teater Kapal ISI Solo, Teater Humardani ISI Solo, Taman
Eden ISI Solo, Pendapa ISI Solo, Gedung Teater Besar ISI Solo dan Parkir
Teater Kecil- Teater Besar.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data akan menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data, yaitu :
a. Wawancara
wawancara merupakan proses interaksi dan komunikasi antara
pengumpul redaksi data dengan koresponden. Wawancara dapat diartikan
sebagai cara mengumpulkan data dengan bertanya langsung kepada
responden, dan jawaban-jawaban di catat atau direkam dengan alat perekam.
(Endar sugiarto dan Kusmayadi, 2000, 83). Metode wawancara disebut juga
dengan interview dalam hal ini dijadikan sebagai cara pengumpulan data yang
dilakukan melalui percakapan antaran peneliti dengan subjek penelitian atau
informan. Peneliti menyusun terlebih dahulu pedoman wawancara yang berisi
garis-garis besar pertanyaan tentang permasalahan yang akan diteliti.
Pemilihan narasumber yang dianggap lebih tahu dan di percaya mengetahui
commit to user
dengan Tubagus Mulyadi, S.Kar., M.Hum, sebagai panitia Solo Menari 2013
yaitu sebagai Bendahara, dan Eko Supendi, S.Kar., M.Sn, sebagai panitia
Solo Menari 2013 yaitu sebagai ketua bidang pergelaran.
b. Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan jalan
mengamati, meneliti atau mengukur kejadian yang sedang berlangsung.
Dengan cara ini data yang diperoleh adalah data faktual dan aktual, dalam
artian data yang dikumpulkan diperoleh pada saat peristiwa berlangsung.
(Endar sugiarto dan Kusmayadi, 2000, 84).
c. Angket
Angket adalah cara mengumpulkan data dengan mengirimkan daftar
pertanyaan untuk diisi sendiri. Angket sendiri mengacu pada kumpulan dari
pertanyaan yang diajukan scara tertulis kepada koresponden dan jawaban
yang diperoleh juga dalam bentuk tertulis. Alat bantu dengan cara angket ini
adalah kuesioner. (Endar sugiarto dan Kusmayadi, 2000, 84).
d. Studi Pustaka
Studi Pustaka yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan bahan-bahan yang relevan meliputi literature, referensi
maupun buku-buku yang mendukung penelitian. Studi pustaka merupakan
data pendukung yang dapat digunakan sebagai bahan acuan pembahasan
permasalahan dalam penelitian baik segi instansi terkait maupun yang lain
melalui buku-buku untuk mendapatkan informasi secara menyeluruh.
commit to user
Bab I merupakan pendahuluan yang menjabarkan tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka,
metode penelitian, teknik analisis data serta sistematika penulisan.
Bab II menjabarkan tentang gambaran umum kota Solo , daya tarik wisata
yang dimiliki Kota Solo, serta penyelenggaraan event Solo Menari.
Bab III menjabarkan mengenai profil wisatawan, tujuan dan motif
wisatawan,serta potensi wisata dalam event Solo Menari 2013.
Bab IV menjabarkan mengenai kesimpulan dan saran dan semua