GAMBARAN BERAT JENIS DAN GLUKOSA PADA URIN
PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUP H.
ADAM MALIK MEDAN
PERIODE SEPTEMBER
–
NOVEMBER 2014
OLEH:
GUNAWAN WIJAYA SETIAWAN
110100246
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAMBARAN BERAT JENIS DAN GLUKOSA PADA URIN
PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUP H.
ADAM MALIK MEDAN
PERIODE SEPTEMBER
–
NOVEMBER 2014
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
OLEH:
GUNAWAN WIJAYA SETIAWAN
110100246
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
ABSTRAK
Diabetes Mellitus tipe 2 adalah penyakit yang sering ditemukan di seluruh dunia. Perjalanan penyakit dari diabetes mellitus tipe 2 ini umumnya diawali dengan resistensi insulin dimana insulin tidak sensitif dalam metabolisme glukosa. Jika keadaan ini terus berlangsung maka glukosa didalam darah akan meningkat yang kemudian akan ditemukan glukosa didalam urin. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) bahwa terjadi peningkatan 1% kasus DM di Indonesia dari tahun 2007 ke tahun 2013.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis metode penelitian deskriptif dengan desain cross sectional study. Pengambilan dan pengumpulan data dimulai pada bulan September sampai dengan November 2014 di bagian poliklinik endokrinologi RSUP H.Adam Malik Medan. Cara pengambilan sampel yaitu dengan metode total sampling. Data yang diteliti berupa data primer (subjek penelitian).
Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi ada sebanyak 30 pasien. Dari 30 pasien DM tipe 2 diperoleh data bahwa kasus yang ditemukan lebih banyak terdapat pada kelompok usia 55-64 tahun (43,3%), pada jenis kelamin perempuan (60%), kelompok pekerjaan pegawai (63,3%), dan tingkat pendidikan D1-D3/PT (33,3%). Sedangkan pada 30 pasien yang diteliti berat jenis urinnya diperoleh semua hasilnya normal.
iii
ABSTRACT
Type 2 Diabetes mellitus is a disease that is often found around the world. Development of the disease is usually because of insulin resistance which become less sensitive in glucose metabolism. If this condition continues, the blood glucose will increase until it can be found in urine. According to data from Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) that the data increase of 1% of cases from 2007 to 2013.
This research was done by using the type of descriptive method Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis metode penelitian deskriptif dengan desain cross sectional study. Data collected from September to November 2014 at the endocrinology clinic of RUSP H. Adam Malik Medan. The sample was chosen by total sampling method. The data examined in the form of primary data (research subjects).
Subject who meet the inclusion and exclusion criteria are 30 patients. In the result of research from this 30 patients, the data showed that the cases were found to be more in 55-64 years age group(43,3%), the female gender(60%), employee(63,3%), and D1-D3/PT level of education (33,3%). As for the specific gravity of urine in all of these patients were normal.
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas
berkat, rahmat, dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
penelitian ini tepat pada waktunya. Proposal penelitian ini yang berjudul “Gambaran Berat Jenis dan Glukosa pada Urin Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan Periode September – November 2014”, disusun penulis dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana
Kedokteran program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
Dalam proses penyusunan proposal penelitian ini, penulis mendapatkan
kesulitan dan hambatan namun penulis memperoleh bimbingan, pengarahan, dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak
terima kasih kepada:
1. Dosen Pembimbing, dr. Muhammad Syahputra, M.Kes yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya di tengah kesibukan beliau
untuk memberikan arahan, dukungan, dan bimbingan kepada penulis
selama penyusunan proposal penelitian ini.
2. Dosen Penguji, dr. Masyitah, Sp.A dan dr. Zuhrial Zubir, Sp.PD KAI yang
telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya di tengah kesibukan
beliau untuk memberikan masukan dan arahan untuk perbaikan kepada
penulis dalam penyusunan proposal penelitian ini.
3. Semua staf pengajar Ilmu Kesehatan Kedokteran (IKK) Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberi
pengajaran, pengarahan, dan bimbingan kepada penulis dalam
v
4. Keluarga tercinta yang telah membesarkan, mengasihi, mendoakan, dan
senantiasa memberikan semangat kepada penulis sehingga proposal
penelitian ini dapat selesai.
5. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
angkatan 2011 yang selalu mendukung penulis selama penyusunan
proposal penelitian ini.
Usaha dan kerja keras telah dilakukan penulis selama proses penyusunan
proposal penelitian ini, namun penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini
masih memiliki kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, penulis
meminta maaf dan mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua
pihak agar penulis dapat memperbaiki kesalahan dan kekurangan proposal
penelitian ini.
Akhir kata, semoga proposal penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua dan dapat menjadi rujukan bagi penulisan proposal berikutnya di masa
yang akan datang.
Medan, 2 Juni 2014
vi
vii
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... . 26
5.1.2 Deskripsi Data Penelitian... 26
5.1.2.1 Deskripsi Pasien Berdasarkan Usia... 27
5.1.2.2 Deskripsi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin... 27
5.1.2.3 Deskripsi Pasien Berdasarkan Pekerjaan... 28
5.1.2.4 Deskripsi Pasien Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 28
5.1.2.5 Deskripsi Sampel Berdasarkan Kadar Glukosa Urin ... 29
viii
5.2 Pembahasan ... 30
5.2.1 Deskripsi Pasien Berdasarkan Usia ... 30
5.2.2 Deskripsi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin... 31
5.2.3 Deskripsi Pasien Berdasarkan Pekerjaan... 32
5.2.4 Deskripsi Pasien Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 32
5.2.5 Deskripsi Sampel Berdasarkan Kadar Glukosa Dan Berat Jenis ... 33
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 34
6.1 Kesimpulan ... 34
6.2 Saran ... 34
DAFTAR PUSTAKA ... 36
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Prevalensi Diabetes Mellitus ... 10
5.1 Deskripsi Pasien Berdasarkan Usia ... 27
5.2 Deskripsi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin ... 27
5.3 Deskripsi Pasien Berdasarkan Pekerjaan ... 28
5.4 Deskripsi Pasien Berdasarkan Tingkat
Pendidikan...
28
5.5 Deskripsi Sampel Berdasarkan Kadar Glukosa Urin ...
29
5.6 Deskripsi Sampel Berdasarkan Berat Jenis
Urin ...
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Anatomi Pankreas ... 4
Gambar 2.2 Asinus dan pulau Langerhans ... 5
Gambar 2.3 Reseptor Insulin ... 7
Gambar 2.4 Jumlah Sampel Penyakit Tidak Menular ... 8
Gambar 2.5 Urinometer ... 20
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 21
Gambar 5.1 Grafik Berat Jenis Urin Dengan Peningkatan
Kadar Glukosa Urin...
xi
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
SO42- : Sulfat
UCP : Uncoupling Protein
WHO : World Health Organization
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Lembar Penjelasan
Lampiran 3 Lembar Persetujuan
Lampiran 4 Surat Persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaan
Penelitian Bidang Kesehatan
Lampiran 5 Data Induk Penelitian
Lampiran 6 Output SPSS
Lampiran 7 Surat Pengantar Izin Penelitian dari USU ke RSUP. H. Adam
ABSTRAK
Akhir-akhir ini, minuman bero ksigen dipasarkan di seluruh dunia dengan klaim bahwa air minuman ini dapat meningkatkan kebugaran tubuh manusia dengan kandungan tujuh kali kadar oksigen lebih tinggi dari minuman air putih biasa. Penelitian yang dilakukan berkaitan manfaat minuman beroks igen terhadap tingkat kebugaran masih sangat sedikit.
Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan pengaruh minuman beroksigen dengan minuman air putih biasa terhadap tingkat kebugaran dan memberikan informasi kepada masyarakat tentang hasil dari penelitian ini.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan metode Rancangan Postes dengan kelompok kontrol . Sampel penelitian merupakan laki-laki yang berusia 18 sampai 20 tahun, mahasiswa stambuk 2012 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (n=34). Sampel dibagi kepada dua kelompok secara acak sederhana, kelompok yang meminum air beroksigen(n=17) dan kelompok yang meminum air putih biasa(n=17). Setelah itu, dilakukan latihan fisik, Harvard Step Test. Kemudian, dilakukan pengukuran Indeks Kebugaran Tubuh. Dikarenakan data tidak berdistribusi normal, hasil data dilakukan dengan menggunakan uji Mann -Whitney U.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna (p value 0,143) , yaitu berarti tidak terdapat perbedaan pengaruh minuman beroksigen dengan minuman air putih biasa terhadap tingkat kebugaran .
ABSTRACT
Lately, oxygenated drinks marketed worldwide claims that it imp roves physical fitness level; with oxygen content seven times higher than in plain water. Very less researches had been conducted relating to benefits of oxygenated drinks on physical fitness level.
The purpose of this study is to determine the differences in effects of oxygenated drinks with plain water on the fitness level and to provide sufficient information to the public about the results of this study.
This research is an experimental study with the method, Postest Only Control Group Design. The samples involved are men aged 18 to 20 years old, students batch 2012 in Medical Faculty of Sumatera Utara University, (n=38). Samples were divided in two groups by simple random sampling, drinking oxygenated water(n=17) and drinking plain water(n=17). Harvar d Step Test, a physical fitness test is done on samples and then the Physical Fitness Index was measured. Because the data is not normally distributed, a Mann-Whitney U test was done to show the results.
In the results, there was no significant differenc es (p value 0,143) which means there is no differences in effects of oxygenated drinks with plain water on the fitness level.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit sistemik yang
sampai sekarang menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia. Indonesia
sendiri menduduki peringkat ke 4 di dunia dengan angka penderita DM
terbanyak di dunia setelah India, China dan U.S.. Dan diperkirakan bahwa
Indonesia akan tetap menduduki peringkat ke 4 pada tahun 2030 mendatang
(Wild et al, 2004).
Penderita DM mengalami hiperglikemia kronik yang disebabkan oleh
adanya gangguan pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein oleh
karena gangguan sekresi insulin, atau kerja insulin, dan bisa bersamaan antara
sekresi dengan kerjanya (WHO, 1999).
Menurut American Diabetes Association/ADA(2010) DM yang paling
umum dijumpai ada 2 tipe yaitu DM tipe 1 (5-10% kasus), biasanya
disebabkan karena autoimun tubuh pasien sendiri dan DM tipe 2 (90-95%
kasus) yang biasa disebabkan karena adanya resistensi insulin. Kebanyakan
penderita DM tipe 2 mengalami obesitas dan dengan kadar glukosa darah yang
meningkat.
Menurut Silbernagl dan Lang (2000), kadar glukosa darah yang terlalu
banyak melebihi transport maksimum renal akan diekskresikan ke dalam urin
atau disebut dengan glukosuria.
Pada penderita yang mengalami glukosuria dengan kadar glukosa yang
tinggi, akan menyebabkan peningkatan berat jenis urin yang melebihi angka
2
yang diperiksa tersebut menjadi pekat. Berat jenis juga dapat dipengaruhi oleh
adanya protein dalam urin (Strasinger dan Lorenzo, 2008).
Menurut Redhead (1960), dalam 1991 partisipan yang diteliti terdapat
105 partisipan yang terdapat glukosuria. Dalam 105 partisipan yang
glukosuria terdapat 58 orang laki-laki dan 47 orang perempuan. Insidensi
glukosuria tertinggi juga terdapat pada kelompok umur 30-39.
Urin yang pekat akan memperberat kerja ginjal, sehingga dapat
menyebabkan peningkatan risiko gagal ginjal pada pasien DM. Oleh karena
itu, peneliti tertarik untuk melakukan tes sederhana sebagai screening awal
pasien DM tipe 2 dengan memeriksa berat jenis dan glukosa pada urin
penderita DM tipe 2.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, permasalahan yang diambil yaitu
bagaimana gambaran glukosa urin dan berat jenis urin pada penderita Diabetes
Mellitus tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan periode September -
November 2014?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk melihat gambaran berat jenis urin dengan kadar glukosa urin
pada penderita DM tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan periode
3
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat :
1. Bagi Peneliti
a. Menambah pengetahuan peneliti dalam pemeriksaan urin,
khususnya pada pemeriksaan berat jenis dan kadar glukosa urin.
b. Menambah pengetahuan peneliti tentang penyakit DM tipe 2.
2. Bagi Masyarakat
a. Menambah wawasan kepada masyarakat, khususnya penderita
DM beserta keluarga tentang pemeriksaan berat jenis dan glukosa
urin.
b. Menambah wawasan tentang komplikasi pada penyakit DM
sehingga pasien menjadi lebih waspada dan berhati-hati dalam
menjaga kesehatan.
3. Bagi Peneliti Lain
Dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan data pada penelitian
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Pankreas dalam Metabolisme Glukosa
Pankreas merupakan organ retroperitoneal yang terletak di bagian
posterior dari dinding lambung. Letaknya diantara duodenum dan limfa, di depan
aorta abdominalis dan arteri serta vena mesenterica superior (Gambar 2.1). Organ
ini konsistensinya padat, panjangnya ±11,5 cm, beratnya ±150 gram. Pankreas
terdiri bagian kepala/caput yang terletak di sebelah kanan, diikuti corpus ditengah,
dan cauda di sebelah kiri. Ada sebagian kecil dari pankreas yang berada di bagian
belakang Arteri Mesenterica Superior yang disebut dengan Processus Uncinatus
(Simbar, 2005).
Gambar 2.1 Anatomi Pankreas
5
Jaringan penyusun pankreas (Guyton dan Hall, 2006) terdiri dari :
Jaringan eksokrin, berupa sel sekretorik yang berbentuk seperti anggur yang disebut sebagai asinus/Pancreatic acini (Gambar2.2),
yang merupakan jaringan yang menghasilkan enzim pencernaan ke
dalam duodenum.
Jaringan endokrin yang terdiri dari pulau-pulau Langerhans/Islet of
Langerhans (Gambar2.2) yang tersebar di seluruh jaringan
pankreas, yang menghasilkan insulin dan glukagon ke dalam darah.
Gambar 2.2 Asinus dan pulau Langerhans
Sumber : Guyton & Hall, 2006
Pulau-pulau Langerhans tersebut terdiri dari beberapa sel (Mescher, 2010)
yaitu:
1. Sel α (sekitar 20%), menghasilkan hormon glukagon.
2. Sel ß (dengan jumlah paling banyak 70%), menghasilkan hormon
insulin.
6
Masuknya glukosa ke dalam sel otot dipengaruhi oleh 2 keadaan. Pertama,
ketika sel oto melakukan kerja yang lebih berat, sel otot akan lebih permeabel
terhadap glukosa. Kedua, ketika beberapa jam setelah makan, glukosa darah akan
meningkat dan pankreas akan mengeluarkan insulin yang banyak. Insulin yang
meningkat tersebut menyebabkan peningkatan transport glukosa ke dalam sel
(Guyton dan Hall, 2006).
Insulin dihasilkan didarah dalam dengan bentuk bebas dengan waktu paruh
plasma ±6 menit, bila tidak berikatan dengan reseptor pada sel target, maka akan
didegradasi oleh enzim insulinase yang dihasilkan terutama di hati dalam waktu
10-15 menit (Guyton dan Hall, 2006).
Reseptor insulin merupakan kombinasi dari empat subunit yang berikatan
dengan ikatan disulfida yaitu dua subunit-α yang berada di luar sel membran dan dua unit sel-ß yang menembus membran (Gambar 2.3). Insulin akan mengikat serta mengaktivasi reseptor α pada sel target, sehingga akan menyebabkan sel ß terfosforilasi. Sel ß akan mengaktifkan tyrosine kinase yang juga akan
menyebabkan terfosforilasinya enzim intrasel lain termasuk insulin-receptors
7
Gambar 2.3 Reseptor Insulin
Sumber : Guyton dan Hall, 2006.
Dalam tubuh kita terdapat mekanisme reabsorbsi glukosa oleh ginjal,
dalam batas ambang tertentu. Kadar glukosa normal dalam tubuh kira-kira 100mg
glukosa/100ml plasma dengan GFR/Glomerular Filtration Rate 125ml/menit.
Glukosa akan ditemukan diurin jika telah melewati ambang ginjal untuk
reabsorbsi glukosa yaitu 375 mg/menit dengan glukosa di plasma darah
300mg/100ml (Sherwood, 2011).
2.2 Diabetes Mellitus
2.2.1 Definisi
Diabetes Mellitus (DM) adalah kumpulan penyakit metabolik dengan
hiperglikemi yang bisa disebabkan oleh kekurangan insulin, kerja insulin yang
menurun, atau keduanya. Hiperglikemi yang berlanjut hingga kronik pada
penderita DM akan menyebabkan kerusakan , disfungsi, maupun kegagalan organ
lain, khususnya mata, ginjal, jantung, dan pembuluh darah (American Diabetes
8
2.2.2 Epidemiologi
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar / Riskesdas tahun 2013, seluruh
sampel yang didampat akan dikelompokkan menjadi penyakit menular dan
penyakit tidak menular. DM termasuk dalam kelompok yang tidak menular
dengan total sampel untuk penderita DM, hipertiroid, hipertensi, jantung koroner,
stoke, gagal ginjal kronis/GGK, batu ginjal dan penyakit sendi/rematik yang ≥15 tahun adalah berjumlah 722.329. Dengan perincian laki-laki 347.823 dan
perempuan 374.506 (Gambar2.4) (Riskesdas, 2013).
Gambar 2.4 Jumlah Sampel Penyakit Tidak Menular
9
Berdasarkan hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa kasus penderita
DM di Indonesia terjadi peningkatan dari 1,1% pada tahun 2007 menjadi 2,1%
pada tahun 2013. Pada hasil yang dicantumkan dalam Riskesdas, terdapat nilai
prevalensi pada para responden yang diberi pertanyaan secara terstruktur.
Responden ditanya apakah pernah didiagnosis oleh dokter, jika sudah pernah
terdiagnosa maka akan diberi tanda D (Diagnosa). Jika belum terdiagnosis akan
ditanya mengenai apakah sekarang sedang menderita gejala klinis penyakit
diabetes. Gejala klinis yang ditanya kepada responden adalah apakah dalam 1
bulan terakhir ini ada merasa sering lapar, sering haus dan sering buang air kecil
dalam jumlah banyak serta berat badan yang menurun, jika responden telah
memiliki gejala maka akan diberi tanda G (Gejala). Jadi hasil yang diperoleh
sebagai prevalensi penyakit adalah data yang diperoleh dari yang telah
terdiagnosis dan yang memiliki gejala (D/G). Di Sumatera Utara sendiri
didapatkan nilai D/G sebesar 2,3. Sedangkan untuk data Indonesia dapat dilihat
10
Tabel 2.1 Prevalensi Diabetes Mellitus
11
Pada tabel 2.1 didapati bahwa prevalensi DM pada wanita cenderung lebih
tinggi daripada pria, dan pada perkotaan dijumpai lebih banyak kasus DM
dibanding dengan pedesaan. Prevalensi DM juga cenderung lebih tinggi pada
kelompok dengan tingkat pendidikan tinggi dan kuintil indeks kepemilikan yang
tinggi.
2.2.3 Klasifikasi
Menurut American Diabetes Association / ADA (2013), DM
dikelompokkan menjadi :
1. Diabetes tipe 1 (kerusakan sel beta pankreas, umumnya kearah defisiensi
insulin absolut)
a) Immune mediated
b) Idiopatik
2. Diabetes tipe 2 (beragam dari predominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin yang relatif sampai dengan predominan gangguan
sekresi dengan resistensi insulin)
3. Tipe spesifik lain
a) Kelainan genetik dari fungsi sel beta
MODY3 (Kromosom 12, HNF-1α)
MODY1 (Kromosom 20, HNF-4α)
MODY2 (Kromosom 7, glukokinase)
Bentuk MODY yang sangat jarang (Kromosom 13, Faktor Promoter Insulin-1/IPF-1; MODY4)
Diabetes neonatus transien (umumnya pada ZAC/HYAMI pada
6q24)
Diabetes neonatus permanen ( umumnya pada gen KCNJ11)
DNA Mitochondria dan lain-lain.
b) Kelainan genetik dari fungsi insulin
Resistensi insulin tipe A
12
Lipoatropik Diabetes dan lain-lain.
c) Gangguan penyakit eksokrin pankreas
Pankreatitis
Trauma/pankreatektomi
Neoplasia
Kista fibrotik
Hemokromatosis
Fibrokalkulus pankreatopati dan lain-lain
d) Gangguan penyakit endokrin
e) Obat-obatan atau zat toksik
Vacor
γ-Interferon dan lain-lain.
f) Infeksi
Rubella kongenital
Sitomegalovirus dan lain-lain.
13
Sindroma Stiff-man
Antibodi reseptor anti-insulin dan lain-lain.
h) Sindroma genetik lain yang kadang disertai diabetes
Sindroma Down
Sindroma Prader-Willi dan lain-lain. 4. Diabetes Mellitus Gestasional
2.2.4 Komplikasi
Menurut Fowler (2008), komplikasi DM dibagi menjadi:
1. Komplikasi makrovaskuler yaitu aterosklerosis. Ateroskelerosis
merupakan inflamasi kronis dan kerusakan endotelial arteri. Pada
komplikasi ini juga akan meningkatkan risiko terjadinya gangguan
kardiovaskular, yaitu dengan tersumbatnya arteri koroner oleh plak
yang terlepas dari arteri tersebut.
2. Komplikasi mikrovaskuler, antara lain:
a. Retinopati Diabetikum
Retino Diabetikum ini disebabkan oleh peningkatan glukosa yang
menyebabkan masuknya molekul glukosa ke retina melalui jalur
14
reduktase. Enzim ini dicurigai sebagai penyebab komplikasi
diabetes.
b. Neuropati Diabetikum
Neuropati perifer pada diabetes memiliki beberapa bentuk,
termasuk didalamnya sensori, fokal/multifokal, dan neuropati
otonomik. Sebanyak 80% pasien diabetes menjalani amputasi
kaki akibat ulkus dan kerusakan yang disebabkan oleh hal ini.
2.3 Diabetes Mellitus Tipe 2
2.3.1 Faktor Risiko
Menurut Valliyot et al (2013), faktor risiko DM tipe 2 terdiri dari:
1. Genetik
Orang yang mempunyai riwayat keluarga yang menderita diabetes
akan memiliki risiko sebesar 3 kali dibanding dengan pasien yang tidak
memiliki riwayat dibetes dalam keluarga.
2. Hipertensi
Orang dengan hipertensi sistolik akan memiliki risiko 4,6 kali
untuk menjadi diabetes.
3. Usia
Pada penelitian ini disebutkan bahwa kelompok orang usia diatas
50 tahun keatas akan memiliki risiko 5 kali lebih besar menderita diabetes
dibanding dengan kelompok usia 20-30 tahun.
Orang yang memiliki usia yang tua akan mengalami peningkatan
tekanan darah sistolik secara progresif, yang disebabkan oleh penurunan
elastisitas pembuluh darah, fibrosis pembuluh darah dan penurunan
15
4. Rokok
Pada penelitian ini didapatkan bahwa orang yang merokok
meningkatkan risiko terkena diabetes.
5. Aktivitas Fisik
Orang yang kerja berat akan memiliki risiko 89% lebih kecil
dibanding orang yang kerja ringan. Tetapi pekerjaan yang dilakukan juga
harus didukung oleh aktivitas fisik yang dilakukan pada waktu luang.
Misalnya orang yang menggunakan waktu luang tersebut dengan pesta
makan dan dengan orang yang berolahraga.
Selain faktor diatas, menurut Baliunas et al (2009) , alkohol dapat menjadi
faktor protektif yang mencegah DM maupun faktor risiko yang meningkatkan
risiko DM, tergantung dari kadar yang dikonsumsi. Pada laki-laki, alkohol akan
menjadi faktor protektif pada kadar 22g/hari, dan akan menjadi faktor risiko
dengan kadar diatas 60g/hari. Sedangkan pada perempuan, alkohol akan menjadi
faktor protektif pada kadar 24g/hari, dan menjadi faktor risiko jika kadar diatas
50g/hari.
2.3.2 Patofisiologi
Menurut Kohei (2010), patofisiologi Diabetes Mellitus tipe 2 disebabkan
karena :
Resistensi insulin
Resistensi insulin ini sering dihubungkan dengan faktor genetik dan faktor
lingkungan(hiperglikemia, free fatty acids, dan lain-lain). Faktor genetik
didalamnya tidak hanya termasuk dalam gangguan reseptor insulin dan
insulin receptor substrate (IRS)-1 gene , tetapi juga disebabkan gangguan
gen lain misalnya ß3 reseptor adrenergik dan uncoupling protein (UCP).
Penurunan sekresi insulin
Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa terjadi penurunan respon tubuh
16
sekresi insulin ini umumnya progresif, jika tidak diobati akan meyebabkan
toksisitas glukosa dan toksisitas lemak. Dalam keadaan ini, sel ß pankreas
akan mengalami penurunan. Pada penderita akan ditemukan kadar glukosa
dalam plasma darah akan meningkat setelah makan dikarenakan oleh
resistensi insulin dan penurunan sekresi pada fase awal, sehingga dalam
waktu yang lama akan menyebabkan peningkatan kadar glukosa yang
permanen.
2.3.3 Diagnosis
Diagnosis menurut ADA(1997), diagnosis dengan pemeriksaan Fasting
Plasma Glucose/FPG ≥7,0 mmol/L (126mg/dL), sedangkan WHO(2006),
diagnosis dengan Oral Glucose Tolerance Test/OGTT 2 jam setelah makan dengan plasma glukosa ≥11,1 mmol/L (200mg/dL)( Olokoba et al, 2012).
2.4 Urinalisis
2.4.1 Pengertian Urin
Urin adalah suatu larutan yang terdiri dari urea dan komponen kimia
anorganik lain. Urin normalnya mengandung 95% air dan 5% pelarut, tetapi
kandungannya bisa dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi, aktivitas fisik,
metabolisme tubuh, fungsi endokrin dan bahkan posisi tubuh (Strasinger dan
Lorenzo, 2008).
Urea merupakan suatu zat sisa yang dihasilkan di hepar dari perombakan
protein dan asam amino. Hampir setengah dari urea akan dikeluarkan melalui urin
(Strasinger dan Lorenzo, 2008).
Adapun kandungan urin yang lain menurut Strasinger dan Lorenzo(2008),
yaitu:
Organik
a. Urea
17
c. Asam urat
d. Asam hipurat dan lain-lain
Anorganik
2.4.2 Macam-Macam Pengambilan Spesimen
Macam-macam pengambilan spesimen menurut Strasinger dan Lorenzo
(2008) dibagi menjadi:
1. Urin sewaktu
Merupakan spesimen urin yang paling umum dan paling mudah
didapat, karena dapat diperoleh kapan saja.
2. Urin Pagi
mengganggu pemeriksaan didalam spesimen urin sewaktu.
Pengambilan urin dilakukan pada saat bangun pagi dan dibawa ke
18
3. Fasting specimen
Pada pengambilan spesimen ini, pasien tidak diperbolehkan untuk
mengonsumsi makanan apapun saat dimulainya periode puasa.
Yang diharapkan dalam pemeriksaan ini adalah tidak ditemukan
adanya hasil metabolik yang merupakan hasil metabolisme
makanan.
4. Urin 2-Jam Postprandial
Urin 2-Jam Postprandial merupakan urin yang diperoleh pertama
kali 2 jam setelah pasien mengonsumsi makanan. Urin ini
digunakan untuk memeriksa glukosa, dan hasil dari pemeriksaan
dapat digunakan untuk mengamati efek terapi pasien diabetes
mellitus yang diberi terapi insulin.
5. Glukosa Toleransi Test(GTT)
Pada pengambilan spesimen ini, pasien harus melakukan puasa
terlebih dahulu, kemudian akan diberi glukosa secara oral.
Pemeriksaan kadar glukosa di urin dilakukan setelah ½ jam, 1 jam ,
2 jam, 3 jam, dan bahkan 4 jam, 5 jam, dan 6 jam.
6. Urin 24-jam
Urin ini digunakan untuk pemeriksaan konsentrasi substansi yang
akan berubah dalam variasi harian dan dengan aktivitas sehari-hari,
seperti: olahraga, makanan dan metabolime tubuh.
7. Urin Midstream
Urin midstream dilakukan untuk pemeriksaan kultur bakteri,
karena sedikit terkontaminasi oleh sel epitel. Pasien diinstruksikan
untuk tidak mengonsumsi antibiotik apapun sebelum pemeriksaan
19
8. Aspirasi Suprapubik
Pengambilan urin dengan cara menusukkan jarum suntik kebagian
suprapubik abdomen untuk memeriksa kultur bakteri.
9. Spesimen Prostatitis
Mirip dengan cara pengambilan urin midstream hanya saja
ditambah dengan pengambilan three-glass collection.
10.Spesimen Pediatrik
Pemeriksaan ini harus dilakukan dengan hati-hati, yaitu dengan
cara menggunakan kantong plastik yang hipoalergenik yang
disambungkan kealat kelamin anak.
11.Drug Specimen Collection
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa kandungan obat dalam
urin.
2.5 Berat Jenis Urin
Pemeriksaan berat jenis urin adalah pemeriksaan densitas / kekentalan
urin. Urin mengandung air sebagai pelarut dan zat lain sebagai terlarut, maka
tujuan pemeriksaan ini adalah untuk melihat ada seberapa banyak zat yang terlarut
dalam urin (Strasinger dan Lorenzo, 2008).
Menurut Gaw et al (2011), pemeriksaan berat jenis ini mencerminkan
konsentrasi zat terlarut dalam urin, semakin tinggi nilai berat jenis urin berarti urin
20
2.5.1 Metode Pengukuran
1. Urinometer
Pengukuran menggunakan urinometer dengan cara melihat berat
apung dari urin terhadap skala yang telah dikalibrasi (Gambar 2.5) .
Meskipun telah dikalibrasi, pemeriksaan dengan menggunakan urinometer
juga harus memperhatikan temperatur spesimen untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan yang sesuai.
2.Refraktometer
Seperti pemeriksaan urinometer, yaitu dengan menilai konsentrasi
zat terlarut dalam spesimen. Pemeriksaan ini menggunakan index refraktif.
Index refraktif merupakan perbandingan dari kecepatan cahaya di udara
dengan kecepatan cahaya dalam larutan.
Gambar 2.5 Urinometer
21
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
3.2 Definisi Operasional
1. Diabetes Mellitus tipe 2 adalah penyakit yang disebabkan karena kerja
insulin yang tidak adekuat, sehingga menimbulkan kadar glukosa darah
yang tinggi/ hiperglikemia(Sherwood, 2011).
2. Glukosa dalam urin adalah glukosa yang terkandung dalam urin yang
disebabkan kadar glukosa plasma yang tinggi melebihi ambang batas
ginjal(375mg/min) (Sherwood, 2011). Penderita Diabetes
Mellitus Tipe 2
22
a. Cara ukur : dengan mengambil urin sewaktu pada
pasien yang memiliki gejala polidipsi,
3. Berat jenis urin adalah konsentrasi zat yang terlarut dalam zat terlarut pada
urin, semakin tinggi zat terlarut maka hasil berat jenis menjadi lebih
tinggi. (Strasinger dan Lorenzo, 2008).
a. Cara ukur : dengan menggunakan spesimen yang sama
pada pemeriksaan glukosa urin
b. Alat ukur : Urinometer
c. Skala pengukuran : Ordinal
d. Hasil pengukuran :
Normal : 1003 – 1035
Tinggi : > 1035
4. Usia adalah lama hidup penderita diabetes mellitus tipe 2 berdasarkan
tahun kelahiran.
a. Cara ukur : dengan mengamati rekam medis
b. Alat ukur : Rekam medis
c. Skala pengukuran : Interval
d. Hasil pengukuran : Kelompok umur dalam tahun (15-24, 25
34,35-44, 45-54, 55-64, 65-74, 75+)
5. Jenis Kelamin adalah jenis kelamin dari pasien diabetes mellitus tipe 2
a. Cara ukur : dengan mengamati rekam medis
b. Alat ukur : Rekam medis
c. Skala pengukuran : Nominal
23
6. Pekerjaan adalah mata pencaharian atau profesi penderita diabetes
mellitus tipe 2
a. Cara ukur : dengan mengamati rekam medis
b. Alat ukur : Rekam medis
c. Skala pengukuran : Nominal
d. Hasil pengukuran : Tidak bekerja, Pegawai, Wiraswasta,
Petani/Nelayan/Buruh dan lainnya
7. Pendidikan adalah jenjang sekolah terakhir yang ditempuh pasien diabetes
mellitus tipe 2
a. Cara ukur : dengan mengamati rekam medis
b. Alat ukur : Rekam medis
c. Skala pengukuran : Ordinal
d. Hasil pengukuran : Tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD,
24
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan desain
cross sectional. Pengumpulan data dilakukan satu kali untuk mendapatkan
hasil penelitian tanpa adanya perlakuan terhadap sampel.
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dimulai dari bulan September sampai November 2014. Tempat
penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran USU.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita Diabetes Mellitus
yang baru didiagnosis selama periode September – November 2014 di Departemen Penyakit Dalam RSUP. Haji Adam Malik Medan.
4.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling, yaitu seluruh
25
4.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
a. Kriteria inklusi penelitian ini adalah seluruh pasien DM tipe 2 di
Departemen Penyakit Dalam RSUP Haji Adam Malik Medan.
b. Kriteria eksklusi adalah pasien yang telah mempunyai komplikasi
gagal ginjal.
4.4 Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer , yaitu
data yang didapat langsung dari subjek penelitian.
4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Semua data yang telah dikumpul akan diolah dan dianalisis dalam program
Statistic Package for Social Science(SPSS), yang selanjutnya akan disusun
26
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di bagian poliklinik endokrinologi Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang beralamat di Jalan Bunga Lau No.
17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya
Medan, Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 335/Menkes/SK/VII/1990, rumah sakit tersebut
digolongkan sebagai Rumah Sakit Kelas A di Medan.
RSUP Haji Adam Malik adalah Rumah Sakit Rujukan untuk wilayah
pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat,
dan Riau. Selain itu, rumah sakit ini juga ditetapkan sebagai Rumah Sakit
Pendidikan berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
502/Menkes/IX/1991.
5.1.2 Deskripsi Data Penelitian
Sampel dari penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 yang berjumlah 38
orang, namun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi berjumlah 30 orang.
Karakteristik yang diamati dari pasien adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan dan
27
5.1.2.1 Deskripsi Pasien Berdasarkan Usia
Berdasarkan hasil penelitian, didapat bahwa pasien DM tipe 2 terbanyak
pada pasien kelompok usia 55-64 tahun dengan 13 pasien (43,3%), kemudian
diikuti kelompok usia 65-74 tahun dengan 9 pasien (30%), kelompok usia 45-54
sebanyak 5 pasien (16,7%), kelompok usia 75+ sebanyak 2 pasien (6,7%) dan
yang paling sedikit pada kelompok usia 35-44 tahun dengan 1 pasien (3,3%).
Tabel 5.1 Deskripsi Pasien Berdasarkan Usia
Kelompok Usia Frekuensi Persentase (%)
35-44 1 3,3
5.1.2.2 Deskripsi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian, jumlah pasien DM tipe 2 terbanyak pada
jenis kelamin perempuan yaitu berjumlah 18 pasien (60%) dan pada laki-laki
berjumlah 12 pasien (40%).
Tabel 5.2 Deskripsi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase(%)
Laki-laki 12 40
Perempuan 18 60
28
5.1.2.3 Deskripsi Pasien Berdasarkan Pekerjaan
Distribusi pasien DM tipe 2 berdasarkan penelitian ditemukan bahwa
pasien DM terbanyak terdapat pada pasien yang tidak bekerja sebagai yaitu
berjumlah 19 pasien (63,3%), kemudian untuk pasien yang bekerja sebagai
pegawai sebanyak 6 pasien (20%) dan yang bekerja sebagai wiraswasta adalah
berjumlah 5 pasien (16,7%).
Tabel 5.3 Deskripsi Pasien Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi Persentase(%)
Tidak Bekerja 19 63,3
Wiraswasta 5 16,7
Pegawai 6 20,0
Total 30 100,0
5.1.2.4 Deskripsi Pasien Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian, pasien DM tipe 2 terbanyak pada tingkat
pendidikan D1-D3/PT dengan jumlah 10 pasien (33,3%), diikuti pasien yang
tamat SMA berjumlah 9 pasien (30%), tamat SMP berjumlah 7 pasien (23,3%),
tamat SD berjumlah 3 pasien dan yang paling sedikit pada pasien dengan tingkat
pendidikan tidak tamat SD sebanyak 1 pasien (3,3%).
Tabel 5.4 Deskripsi Pasien Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
29
5.1.2.5 Deskripsi Sampel Berdasarkan Kadar Glukosa Urin
Berdasarkan hasil penelitian, didapat bahwa pada hasil kadar glukosa urin
yang tinggi terdapat 21 pasien (70%) dan hasil yang normal berjumlah 9 pasien
(30%).
Tabel 5.5 Deskripsi Sampel Berdasarkan Kadar Glukosa Urin
Hasil Frekuensi Persen (%)
Normal 9 30.0
Tinggi 21 70.0
Total 30 100.0
5.1.2.6 Deskripsi Sampel Berdasarkan Berat Jenis Urin
Dalam 30 pasien DM tipe 2 yang diteliti berat jenis urinnya,didapatkan
bahwa berat jenis urin semua pasien (100%) dalam batas normal.
Tabel 5.6 Deskripsi Sampel Berdasarkan Berat Jenis Urin
Hasil Frekuensi Percent (%)
Normal 30 100.0
Tinggi 0 0
Total 30 100
Meskipun hasil yang didapat dari penelitian bahwa semua hasil berat jenis
urin dalam batas normal,, tetapi kita dapat melihat kecenderungan peningkatan
berat jenis urin yang dilihat dari peningkatan kadar glukosa urin yang dapat kita
30
Gambar 5.1.Grafik Berat jenis Urin dengan Peningkatan Kadar Glukosa Urin
5.2 Pembahasan
5.2.1 Deskripsi PasienBerdasarkan Usia
Berdasarkan hasil penelitian didapati bahwa penderita DM terbanyak
terdapat pada kelompok usia 55-64 tahun yaitu sebanyak 13 pasien (44%), diikuti
oleh kelompok usia 65-74 tahun sebanyak 9 pasien (30%), kelompok usia 45-54
sebanyak 5 pasien (17%), dan untuk kelompok usia diatas 75 tahun dan 35-44
terdapat masing-masing 2 pasien (6%) dan 1 pasien (3%).
Hasil penelitian berdasarkan kelompok umur didapati bahwa penderita
DM terbanyak terdapat pada kelompok usia 55-64 tahun. Ini didukung oleh
penelitian yang dilakukandi Palestina yang juga mendapatkan bahwa kasus DM
31
ada penelitian yang dilakukan di Ghana mendapatkan bahwa mayoritas pasien
DM adalah berusia 40-60 tahun (Danquah et al, 2012). Dan berdasarkan hasil
penelitian Azimi-Nezhad et al.(2008) bahwa penderita DM tipe 2 terbanyak
terdapat pada usia diatas 60.
Kejadian ini disebabkan karena semakin tinggi usia seseorang maka
sensitivitas insulin dalam menurunkan kadar glukosa dalam tubuh manusia itu
sendiri juga semakin menurun.
5.2.2 Deskripsi PasienBerdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa pasien DM tipe 2 yang terbanyak
adalah yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 18 pasien (60%)
sedangkan pada jenis kelamin laki-laki terdapat sebanyak 12 pasien (30%).
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Danquah et
al,(2012) bahwa sampel penelitian yang diteliti adalah pasien DM tipe 2 yang
mayoritasnya berjenis kelamin perempuan (75%). Dan bertentangan dengan
penelitian yang dilakukan Meisinger et al, (2002) yang mengatakan bahwa
insidensi DM tipe 2 untuk laki-laki lebih tinggi yaitu per tahun adalah 5.8 per
1000 orang, sedangkan untuk perempuan adalah 4.0 per 1000 orang per tahun, dan
bertentangan pula dengan penelitian yang dilakukan Choi et al, (2013), bahwa
tidak dijumpai adanya perbedaan spesifik antara kasus laki-laki dan perempuan.
Penelitian lain, yang dilakukan oleh Gale dan Gillespie, (2001) juga mendukung
bahwa laki-laki dan perempuan memiliki prevalensi yang sama terhadap penyakit
DM tipe 2 ini.
Ini kemungkinan disebabkan karena kebanyakan perempuan adalah ibu
rumah tangga dan tidak bekerja, jarang melakukan olahraga, sering menonton
televisi dan sering mengonsumsi makanan yang mengandung kadar glukosa
tinggi.
Kejadian ini juga dapat didukung bahwa perempuan memiliki waktu hidup
lebih lama dibanding laki-laki. Karena pekerjaan laki-laki lebih berbahaya,
sehingga menimbulkan bias bahwa kejadian pada perempuan lebih banyak (Gale
32
5.2.3 Deskripsi PasienBerdasarkan Pekerjaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien DM tipe 2 terbanyak adalah
pada kelompok tidak bekerja, yaitu sebanyak 19 pasien (63,3%), kemudian
disusul oleh kelompok yang pegawai yaitu 6 pasien (20%) dan pada kelompok
wiraswasta terdapat 5 pasien(16,7%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Murrad et al, (2014) yang mendapat bahwa kasus DM yang sering
ditemukan adalah pada orang yang tidak bekerja maupun ibu rumah tangga
(P<0.0001).
Ini mungkin disebabkan karena orang dengan pekerjaan pegawai lebih
sering duduk didepan komputer untuk melakukan pekerjaannya, kemudian dengan
seringnya mengonsumsi makanan yang mengandung kadar glukosa yang tinggi
dan juga jarang melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga.
5.2.4 Deskripsi PasienBerdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh pasien DM tipe 2 terbanyak pada
tingkat pendidikan D1-D3/PT yaitu 10 pasien (33.3%), kemudian diikuti oleh
tamat SMA sebanyak 9 pasien (30,3%), tamat SMP 7 pasien (23%), tamat SD 3
pasien (10%) dan yang tidak tamat SD sebanyak 1 pasien (3.3%). Ini tidak sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Murrad et al (2014) yang mengatakan bahwa
pada tingkat yang berpendidikan rendah akan cenderung menderita penyakit DM
tipe 2 (P = 0.05).
Ini mungkin disebabkan karena pasien dengan tingkat pendidikan yang
tinggi lebih peduli terhadap kontrol kesehatan mereka dibanding dengan yang
berpendidikan rendah, sehingga lebih banyak ditemukan pasien dengan tingkat
33
5.2.5 Deskripsi Sampel Berdasarkan Kadar Glukosa dan Berat Jenis
Dari hasil penelitian pada 30 pasien DM tipe 2 di RSUP H. Adam Malik
Medan periode September sampai November 2014, terdapat beberapa kasus
dimana pasien masih memiliki kadar glukosa urin yang melebihi batas normal
yaitu 21 pasien (70%) dibanding normal hanya 9 pasien (30%).
Pada kadar glukosa urin yang tinggi ini mungkin disebabkan karena pasien
tidak menjaga pola makan, makan obat tidak teratur, mengkonsumsi makanan
yang mengandung kadar gula yang tinggi, dan tidak menjaga pola hidup.
Sedangkan pada kadar glukosa urin yang normal bisa mungkin disebabkan karena
pasien yang teratur minum obat, jaga pola makan, dan menjaga pola hidup sehat.
Pada hasil penelitian didapatkan hasil berat jenis urin semua pasien DM
tipe 2 normal. Ini menandakan bahwa pasien DM tipe 2 yang diteliti mungkin
memiliki fungsi ginjal yang masih bekerja baik dalam memfiltrasi zat bermolekul
besar.
Pada hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat kecenderungan peningkatan
berat jenis urin yang berdasarkan peningkatan kadar glukosa urin. Ini sesuai
dengan teori dari Strasinger dan Lorenzo (2008) bahwa kadar glukosa akan
34
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Distribusi sampel berdasarkan kelompok usia dengan jumlah pasien
terbanyak terdapat pada kelompok usia55-64.
2. Jumlah pasien DM tipe 2 pada perempuan (60%) lebih banyak dijumpai
daripada laki-laki (40%).
3. Distribusi sampel berdasarkan pekerjaan dengan jumlah pasien terbanyak
terdapat pada yang tidak bekerja.
4. Distribusi pasien berdasarkan tingkat pendidikan lebih banyak dijumpai pada
tamat D1-D3/PT.
5. Kadar glukosa urin yang tinggi terdapat 21 orang (70%) lebih banyak
dibanding yang normal 9 orang(30%).
6. Berat jenis yang diperoleh dari seluruh pasien DM tipe 2 semuanya normal.
6.2 Saran
Dalam menyelesaikan penelitian ini, peneliti ingin menyampaikan
beberapa saran dengan harapan agar dapat memberi manfaat pada seluruh pihak
yang membantu penyelesaian penelitian ini. Saran tersebut adalah :
1. Disarankan kepada pelayanan medis dapat mengedukasi masyarakat tentang
penyakit DM tipe 2, komplikasi dan serta cara untuk mencegahnya, serta
menggalakkan kegiatan yang menurunkan risiko DM tipe 2, sehingga dapat
mengurangi pasien DM serta mengurangi berlanjutnya ketahap komplikasi.
2. Disarankan kepada masyarakat untuk lebih memahami mengenai penyakit
DM tipe 2 dan melakukan pencegahan.
3. Disarankan kepada peneliti untuk memperbanyak sampel sehingga dapat
menyajikan data yang lebih lengkap yang akan bermanfaat untuk
35
4. Penyimpanan sampel harus menggunakan tempat dan dengan prosedur yang
sesuai yang sesuai.
5. Sampel yang akan diperiksa sebaiknya pada hari yang sama dengan hari
36
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. 2011. Available at :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3006051/
American Diabetes Association. 2010. Diagnosis and Classification of Diabetes
Mellitus, DIABETES CARE 33(1): S62- S69.
American Diabetes Association. 2013. Diagnosis and Classification of Diabetes
Mellitus, DIABETES CARE 36(1): S67- S74.
Azimi-Nezhad M., M. Ghayour-Mobarhan, M.R. Parizadeh, M. Safarian, H.
Esmaeili, S.M. Parizadeh, G. Khodaee, J. Hosseini, Z. Abasalti, B.
Hassankhani dan G. Ferns. 2008. Prevalence of Type 2 Diabetes Mellitus
in Iran and Its Relationship With Gender, Urbanisation, Education,
Marital Status and Occupation. Singapore Med J 49(7) : 571-46.
Baliunas, D.O., B. J. Taylor, H. Irving, M. Roerecke, J. Patra, S. Mohapatra, dan J
Rehm. 2009. Alcohol as a Risk Factor for Type 2 Diabetes. Diabetes Care 32: 2123-2132.
Choi S.E., M.Liu, L.P. Palaniappan, E.J. Wang dan N.D. Wong. 2013. Gender adn
Ethnic Differences in the Prevalence of Type 2 Diabetes Among Asian
Subgroups in California. J Diabetes Complications 27(5) 429-35.
Danquah I., G. Bedu-Addo, K.Terpe., F.Micah, Y.A.Amoako, Y.A.Awuku, E.
Dietz, M.V.Giet., J.Spranger. dan F.P.Mockenhaupt. 2012. Diabetes
mellitus type 2 in urban Ghana: characteristics and associated factors.
BMC Public Health 2012 12: 210.
Fowler, M. J.. 2008. Microvascular and Macrovascular Complications of
Diabetes. Clinical Diabetes 26(2): 77- 82.
Gale E.A. dan K.M. Gillespie. 2011. Diabetes and Gender. Diabetologia
44(1):3-15.
Gaw, A., M.J. Murphy, R.A. Cowan, D.St.J. O’Reilly, M.J. Stewart, dan J. Shepherd. 2011. Clinical Biochemistry :An Illustrated Colour Text. 4th
37
Terjemahan A.A. Mahode dan J. Manurung. 2011. Biokimia Klinis : Teks
Bergambar. Edisi Empat. EGC. Jakarta.
Guyton, A.C. dan J.E.Hall. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th ed.
Elsevier Inc. Philadelphia. Pennsylvania.
KAKU, K. 2010. Pathophysiology of Type 2 Diabetes and Its Treatment Policy.
JMAJ 53(1): 41- 46.
Meisinger C., B. Thorand, A. Schneider, J. Stieber, A. Doring dan H. Lowel.
2002. Sex differences in risk factors for incident type 2 diabetes mellitus
: The MONICA Augsburg Cohort Study. Arch Intern Med 162(1) : 82-9.
Mescher, A. L.. 2010. JUNQUEIRA’S Basic Histology, 12th ed. McGraw-Hill Companies, Inc. USA.
Murrad M.A., S.S.Abdulmageed, R.Iftikhar, dan B.Khaled. 2014. Assessment of
the Common Risk Factors Associated with Type 2 Diabetes Mellitus in
Jeddah. International Journal of Endocrinology 2014.
Olokoba, A.B., O.A.Obateru, dan L.B.Olokoba. 2012. Type 2 Diabetes Mellitus:
A Review of Current Trends. Oman Med J 27(4): 269-273.
Putz, R. dan R. Pabst. 2007. Sobotta. 22th ed. Elsevier GmbH. Munich.
Redhead, I. H. 1960. Incidence of Glycosuria and Diabetes Mellitus in a General
Practice. British Medical Journal : 695-699.
Riset Kesehatan Dasar. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI.
Jakarta.
Sherwood, L. 2007. Human Physiology : from cells to systems 6th ed. Cengage
Learning Asia Pte Ltd, Singapore. Terjemahan Y. Nella. 2009. Fisiologi
Manusia. Edisi Enam. EGC. Jakarta.
Silbernagl, S. dan F. Lang. 1998. Taschenatlas der Pathophysiologie. Georg
Thieme Verlag, Stuttgart. Terjermahan G.R. Graham. 2000. Color Atlas
of Pathophysiology. Thieme New York. USA.
Sitepu, S. 2005. Anatomi. Edisi Empat. Anatomi FK USU. Medan.
Strasinger, S. K. And M. S. D. Lorenzo. 2008. URINALYSIS AND BODY
38
Sweileh W.M., H.M. Abu-Hadeed, S.W. Al-Jabi, dam S.H.Zyoud. 2014.
Prevalence of depression among people with type 2 diabetes mellitus: a
cross sectional study in Palestine. BMC Public Health 14:163.
Valliyot, B. , J. Sreedharan , J. Muttappallymyalil, S. B. Valliyot. 2013. RISK
FACTORS OF TYPE 2 DIABETES MELLITUS IN THE RURAL
POPULATION OF NORTH KERALA, INDIA: A CASE CONTROL
STUDY. Diabetologia Croatica 42(1): 33- 40.
Wild, S., G. Roglic, A.Green, R. Sicree, dan H.King. 2004. Global Prevalence of
Diabetes. DIABETES CARE 27: 1047-1053
World Health Organization (WHO). 1999. Definition, Diagnose and
Classification of Diabetes Mellitus and its Complications. Department of
LAMPIRAN 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Gunawan Wijaya Setiawan
Tempat/ TanggalLahir : Tanjung Balai/ 31 Mei 1993
Agama : Buddha
Alamat : Jl. Veteran No.19K
RiwayatPendidikan : 1. TK Sisingamangaraja, Tanjung Balai
2. SD Sisingamangaraja, Tanjung Balai
3. SMP Sisingamangaraja, Tanjung Balai
4. SMA Sutomo 1, Medan
RiwayatPelatihan : -
RiwayatOrganisasi : 1. Keluarga Mahasiswa Buddhis USU
LAMPIRAN 2
LEMBAR PENJELASAN
Dengan hormat,
Saya, Gunawan, adalah mahasiswa semester VI Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara angkatan 2011. Saat ini saya sedang mengadakan penelitian dengan judul “Gambaran Berat Jenis dan Glukosa pada Urin Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Agustus – November 2014”. Penelitian ini dilakukan sebagai syarat pendidikan di Fakultas Kedokteran USU.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran berat jenis urin dan
kadar glukosa urin yang ditinjau dari usia, jenis kelamin, pekerjaan dan
pendidikan. Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan Anda untuk
menjadi partisipan dalam penelitian ini. Selanjutnya, saya memohon kesediaan
Anda untuk menampung urin agar dapat diperiksa. Data-data yang diperoleh
hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian ini dan tidak akan
disalahgunakan untuk kepentingan lain.
Partisipasi Anda bersifat bebas dan tanpa ada paksaan. Anda berhak untuk
menolak untuk berpartisipasi dan tidak akan dikenakan sanksi apapun. Bila
terdapat hal yang kurang dimengerti, Anda dapat bertanya langsung kepada saya.
Atas perhatian dan kesediaan Anda menjadi partisipan dalam penelitian ini, saya
mengucapkan terima kasih.
Medan 2014
Peneliti,
LAMPIRAN 3
LEMBAR PERSETUJUAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama :
Alamat :
Jenis kelamin :
telah benar-benar paham atas penjelasan yang disampaikan oleh peneliti mengenai
penelitian ini yang berjudul “Gambaran Berat Jenis dan Glukosa pada Urin Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan Periode
Agustus – November 2014”. Oleh karena itu saya menyatakan BERSEDIA menjadi partisipan dalam penelitian ini.
Demikianlah, persetujuan ini saya sampaikan dengan sukarela dan tanpa
ada paksaan dari pihak manapun.
Medan, 2014
Peneliti Yang membuat pernyataan,
Lampiran 5 Data Induk
Nama Jenis Kelamin Kelompok Usia Tingkat Pendidikan Pekerjaan Berat Jenis Kadar Glukosa Urin
HA Laki - laki 65 - 74 Tamat D1-D3/PT Tidak Bekerja Normal Tinggi
US Laki - laki 55 - 64 Tamat D1-D3/PT Tidak Bekerja Normal Tinggi
RT Laki - laki 65 - 74 Tamat D1-D3/PT Pegawai Normal Tinggi
I Perempuan 45 - 54 Tamat SMA Tidak Bekerja Normal Tinggi
RB Perempuan 55 - 64 Tamat SMA Tidak Bekerja Normal Tinggi
AS Laki - laki 65 - 74 Tamat D1-D3/PT Tidak Bekerja Normal Tinggi
AS Perempuan 65 - 74 Tamat SMP Tidak Bekerja Normal Tinggi
MN Laki - laki 55 - 64 Tamat SMA Pegawai Normal Normal
Lampiran 6 Output SPSS
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Statistics
TingkatPendidikan
N Valid 30
Missing 0
TingkatPendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
b. Deskripsi Hasil Sampel
Statistics
KelompokBJ KelompokKG
N Valid 30 30
Missing 0 0
KelompokBJ
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Normal 30 100.0 100.0 100.0
KelompokKG
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Normal 9 30.0 30.0 30.0
Tinggi 21 70.0 70.0 100.0