• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sindrom Depresif pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUP Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sindrom Depresif pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUP Haji Adam Malik Medan"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Septian Malau Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/TanggalLahir : Balimbingan, 22 September 1994 Warga Negara : Indonesia

Status : Belum Menikah

Agama : Kristen

Alamat :Jl.Bunga Mawar XXI, no.14 Koserna Pasar 5 Padang Bulan, Medan Baru

Nomor Handphone : 085277951779

Alamat Email : malauseptian@yahoo.co.id Riwayat Pendidikan :

1. SD Swasta F. Tandean Tebing Tinggi (2000-2006)

(2)

3. Peserta Pelatihan Balut Bidai TBM FK USU 2012

4. Peserta Pelatihan Basic Life Support TBM FK USU 2012 5. Peserta Symposium SRF (Scripta Research Festival) 2015 Riwayat Organisasi :

1. Anggota Divisi Dana Usaha SCORA PEMA FK USU 2013-2014 2. Anggota Seksi Peralatan dan Tempat Panitia Paskah 2014

3. Koordinator Seksi Peralatan dan Tempat Panitia Natal 2014 4. Wakil Ketua Panitia Baksos KMK FK USU 2015

(3)

Saya yang bernama Septian Malau, mahasiswa program S1 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara akan melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran sindrom depresif pada penderita diabetes melitus tipe 2. Setelah itu, hasil skor yang didapat dari responden akan dianalisis. Bila telah didapatkan hasil, maka dapat diupayakan usaha yang lebih optimal sehubungan dengan hasil yang telah didapat.

Untuk memperoleh keterangan di atas, suatu alat penelitian yang disebut kuesioner akan digunakan. Kuesioner yang diberikan terdiri dari 9 pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian. Identitas responden akan dirahasiakan dan data penelitian hanya digunakan untuk keperluan penelitian serta tidak akan dipublikasi dalam bentuk apapun.

Partisipasi responden dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan maupun tekanan dari siapapun. Seandainya Saudara/i menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka tidak akan terdapat sanksi apapun. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan Bapak/Ibu yang terpilih menjadi sukarelawan pada penelitian ini, dapat mengisi lembar persetujuan ikut dalam penelitian yang telah dipersiapkan.

Medan, ____________2015 Hormat Saya,

(4)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti secara terperinci dan jelas tentang penelitian “Gambaran Sindrom Depresif pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan”, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia diikutkan dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan,_______________2015 Yang membuat pernyataan

(5)

- Berilah tanda CENTANG

(√)

pada jawaban yang sesuai dengan yang Bapak/Ibu/Saudara/I. rasakan saat ini.

- Satu jawaban untuk 1(satu) soal danSEMUA soal harus diisi. A. Data Demografi

1. Jenis kelamin :

Laki-laki Perempuan

3. Status Pernikahan: Menikah

Tidak menikah/ Cerai

4. Pekerjaan :

Ibu Rumah Tangga Guru Wiraswasta PNS Pensiunan

5. Lama MenderitaPenyakit

< 5 Tahun ≥ 5 Tahun

(6)

1. Kurang tertrik atau bergairah dalam melakukan apapun

Tidak pernah.

Beberapa hari.

Lebih dari separuh waktu yang dimaksud.

Hampir setiap hari.

2. Merasa murung, muram, atau putus asa

Tidak pernah.

Beberapa hari.

Lebih dari separuh waktu yang dimaksud.

Hampir setiap hari.

3. Sulit tidur atau mudah terbangun, atau lebih banyak tidur

Tidak pernah.

Beberapa hari.

Lebih dari separuh waktu yang dimaksud.

Hampir setiap hari.

4. Merasa lelah atau kurang bertenaga

Tidak pernah.

Beberapa hari.

Lebih dari separuh waktu .

Hampir setiap hari.

5. Kurang nafsu makan atau terlalu banyak makan

Tidak pernah.

Beberapa hari.

Lebih dari separuh waktu.

(7)

Lebih dari separuh waktu yang dimaksud.

Hampir setiap hari.

7. Sulit berkonsentrasi pada sesuatu, misalnya membaca koran atau

menonton televisi

Tidak pernah.

Beberapa hari.

Lebih dari separuh waktu yang dimaksud .

Hampir setiap hari .

8. Bergerak atau berbicara sangat lambat sehingga orang lain

memperhatikannya atau sebaliknya merasa resah atau gelisah

sehingga anda lebih sering bergerak dari biasanya

Tidak pernah.

Beberapa hari.

Lebih dari separuh waktu yang dimaksud.

Hampir setiap hari .

9. Merasa lebih baik mati atau ingin melukai diri sendiri dengan cara

apapun

Tidak pernah

Beberapa hari.

Lebih dari separuh waktu yang dimaksud.

Hampir setiap hari

(8)

K.S 58 Laki - laki Wiraswasta Menikah <5 2 Tidak Depresi 56-65

M 35 Perempuan Wiraswasta Menikah <5 2 Tidak Depresi 26-35

R 55 Laki - laki PNS Menikah ≥5 4 Tidak Depresi 46-55

R.D 56 Laki - laki PNS Menikah <5 0 Tidak Depresi 56-65

A 66 Perempuan Ibu Rumah tangga Menikah <5 2 Tidak Depresi >65

S.S 74 Laki - laki Pensiunan Menikah <5 1 Tidak Depresi >65

F.P 52 Laki - laki Wiraswasta Menikah <5 3 Tidak Depresi 46-55

P 73 Laki - laki Pensiunan Menikah ≥5 2 Tidak Depresi >65

MA 62 Perempuan Guru Menikah ≥5 3 Tidak Depresi 56-65

M.S 44 Perempuan Ibu Rumah tangga Menikah <5 1 Tidak Depresi 36-45

D 60 Laki - laki Pensiunan Menikah <5 1 Tidak Depresi 56-65

T.S 51 Laki - laki PNS Menikah ≥5 1 Tidak Depresi 46-55

R.G 77 Perempuan Ibu Rumah tangga Menikah ≥5 1 Tidak Depresi >65

T 59 Laki - laki PNS Menikah <5 2 Tidak Depresi 56-65

B.T 75 Laki - laki Pensiunan Menikah ≥5 4 Tidak Depresi >65

S.S 78 Perempuan Ibu Rumah tangga Menikah <5 2 Tidak Depresi >65

I.K 70 Perempuan Pensiunan Menikah ≥5 1 Tidak Depresi >65

F.L 66 Perempuan Pensiunan Menikah ≥5 2 Tidak Depresi >65

H.M 73 Laki - laki Pensiunan Menikah ≥5 3 Tidak Depresi >65

P 61 Laki - laki Pensiunan Menikah <5 1 Tidak Depresi 56-65

R.S 70 Perempuan Wiraswasta Menikah ≥5 3 Tidak Depresi >65

(9)

A.S 66 Perempuan Ibu Rumah tangga Menikah ≥5 6 Depresi Ringan >65

SW 65 Laki - laki Wiraswasta Menikah ≥5 9 Depresi Ringan 56-65

W.G 54 Perempuan Ibu Rumah tangga Menikah ≥5 5 Depresi Ringan 46-55

Z 60 Perempuan Pensiunan Menikah ≥5 5 Depresi Ringan 56-65

S.T 73 Laki - laki Pensiunan Menikah ≥5 8 Depresi Ringan >65

N.A 53 Perempuan Ibu Rumah tangga Menikah <5 9 Depresi Ringan 46-55

S.H 68 Laki - laki Pensiunan Menikah ≥5 5 Depresi Ringan >65

N 55 Perempuan Ibu Rumah tangga Menikah ≥5 5 Depresi Ringan 46-55

MS 63 Perempuan Ibu Rumah tangga Menikah <5 5 Depresi Ringan 56-65

T 50 Laki - laki PNS Menikah ≥5 5 Depresi Ringan 46-55

F.N 65 Laki - laki Pensiunan Menikah ≥5 6 Depresi Ringan 56-65

K.S 62 Perempuan Ibu Rumah tangga Menikah ≥5 10 Depresi Sedang 56-65

S 51 Perempuan Ibu Rumah tangga Menikah <5 12 Depresi Sedang 46-55

N 58 Perempuan Ibu Rumah tangga Menikah ≥5 12 Depresi Sedang 56-65

S.R 54 Perempuan Ibu Rumah tangga Menikah ≥5 11 Depresi Sedang 46-55

(10)

Percent

Valid

26-35 1 2,3 2,3 2,3

36-45 2 4,5 4,5 6,8

46-55 10 22,7 22,7 29,5

56-65 16 36,4 36,4 65,9

>65 15 34,1 34,1 100,0

Total 44 100,0 100,0

JenisKelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Laki - laki 20 45,5 45,5 45,5

Perempuan 24 54,5 54,5 100,0

Total 44 100,0 100,0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ibu Rumah tangga 17 38,6 38,6 38,6

Wiraswasta 6 13,6 13,6 52,3

Guru 1 2,3 2,3 54,5

PNS 6 13,6 13,6 68,2

Pensiunan 14 31,8 31,8 100,0

(11)

Valid Menikah 44 100,0 100,0 100,0

LamaMenderitaDM

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

<5 18 40,9 40,9 40,9

≥5 26 59,1 59,1 100,0

Total 44 100,0 100,0

TingkatDepresi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak Depresi 28 63,6 63,6 63,6

Depresi Ringan 11 25,0 25,0 88,6

Depresi Sedang 4 9,1 9,1 97,7

Depresi Sedang-Berat 1 2,3 2,3 100,0

(12)

Berat

JenisKelami

n

Laki - laki

Count 14 5 0 1 20

% within

TingkatDepresi

50,0% 45,5% 0,0% 100,0% 45,5%

% of Total 31,8% 11,4% 0,0% 2,3% 45,5%

Perempua

n

Count 14 6 4 0 24

% within

TingkatDepresi

50,0% 54,5% 100,0% 0,0% 54,5%

% of Total 31,8% 13,6% 9,1% 0,0% 54,5%

Total

Count 28 11 4 1 44

% within

TingkatDepresi

100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

(13)
(14)
(15)
(16)

Daftar Pustaka

American Diabetic Association, 2010. Classification of diabetes. Available from : http://care.diabetesjournals.org/content/35/Supplement_1/S64.full.pdf+html Andreoulakis E., Hyphantis T., Kandylis D., dan Lacovides A. 2012. Depression

in Diabetes Melitus: a comprehensive review. Available from:http//ww.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3738724/pdf/hippokratia-16-205.pdf [Accesed : 17 April 2015]

Batubara, J.R.L., Tridjaja, B.AAP., Pulungan A.B. 2010. Buku Ajar Endokrinologi Anak. Edisi 1. Jakarta. Badan Penerbit IDAI.

Daily, E. 2009. Membandingkan Kadar Protein C Teraktivasi pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Normoalbuminuria dan Mikroalbuminuria.Tesis.Program Pendidikan Profesi Dokter Spesialis I Bagian Patologi Klinik FK UNAND/RS.M. Djamil.Padang.

Dahlan,M.S. 2013. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian kedokteran dan Kesehatan. Edisi 3. Jakarta: SalembaMedika.

Fatimah, N.2014. Perbedaan antara Obesitas dan Non Obesitas terhadap Kejadian Depresi pada Ibu Rumah Tangga di Daerah Kelurahan Cililitan.Skripsi. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Firdaus, A. 2013. Hubungan Lama Menderita Diabetes Melitus Tipe 2 terhadap Tingkat Depresi pada Pasien Poli Penyakit Dalam RSD Dr. Soebandi. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Jember. Jember.

Fitriyani, 2012. Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Citangkil dan Puskesmas Kecamatan Pulo MerakKota Cilegon. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Sarjana Reguler Kesehatan Masyrakat. Depok.

(17)

Kaplan H.I. dan Sadock B.J.1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta: Widya Medika.

Katona C., Cooper C., dan Robetson M. 2012. At Glance Psikiatri Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga

Kementrian Kesehatan Republik Indonesi.2009.Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang. Available from:http//www.depkes.go.id/web/assets/images/imgSmallDownloadPDF.p mg [Accesed: 28 Mei 2015]

Knapen et al., 2009. Exercise For The Treatment of Depression. The Open Complementary Medicine Journal, 1: 78-83

Kroenke, K, Spitzer, R.L., 2001. Patient Health Questionnaire-9. Available from:http://www.phqscreeners.com/pdfs/02_PHQ9/PHQ9_Indonesian%20f or%20Indonesia.pdf [Accesed: 15 Mei 2015]

Kuntjoro, S. 2002.Psikologi Perkembangan Menopause. Available from: www.e-psikologi.com

Larastiti A.P.2014. Hubungan Tingkat Depresi dengan Perilaku Masturbasi pada Mahasiswa Fakultas Tahun Pertama. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang.

National Institute of Mental Health. 2011. Depression. Available from:

http//www.nimh.nih.gov/health/publications/depression/depression-booklet_34625.pdf v

Ndraha S.2014. Diabetes Melitus Tipe 2 dan Tatalaksana Terkini. Available from:http://cme.medicanus.co/file.php/1/LEADING_ARTICLE_Diabetes_ Melitus_Tipe_2_dan_tata_laksana_terkini.pdf [Accesed: 05 Mei 2015] Nevid,J.S., Rathus,S.S. dan Greene,N. 2003. Psikologi Abnormal. Ed.5.Jilid 1. PT

Gelora Aksara Pratama.

(18)

Palizgir M., Bakhtiari M., dan Esteghamati A.2013. Association of Depression and Anxiety With Diabetes Melitus Type 2 Concerning Some Sociological

Factors.Availablefrom:http//www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/article/PMC39181

86/pdf/ircmj-15-644.pdf [Accesed: 28 Maret 2015]

PERKENI. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM Tipe 2 di Indonesia.

Price, S dan Wilson, L., 2014. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta. EGC

Putri, N.K.P dan Isfandiari, M.A. 2013. Hubungan Empat Pilar Pengendalian DM Tipe 2 dengan Rerata Kadar Gula Darah.Jurnal Berkala Epidemiologi 1 (2) : 234-243

Ramanda R. 2014. Gambaran Tingkat Depresi Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Purnama Pontianak Tahun 2013. Sikripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura. Pontianak.

Sadock, J.B., dan Sadock, A.V. 2004. Kaplan dan Sadock’s Concise Textbook of Clinical Psychiatry.2nd ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins. Terjemahan Profitasari dan Nisa,T.M. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Safitri D. 2013. Hubungan Tingkat Depresi Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Rumah Sakit Islam Surakarta. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhamadiyah Surakarta. Surakarta.

Shabab, A. 2006. Diagnosis dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus. Available from: http://dokter-alwi.com/diabetes.html [Accesed : 15 Mei 2015]

Suyono, S. 2010. Diabetes Melitus di Indonesia. Dalam A. W.Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. S. K, & S. Setiati, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V (hal. 1857-1859). Jakarta: InternaPublishing.

Trilistya S. 2006. Tingkat Depresi Korban Tanah Longsor Di Banjanegara. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang.

(19)

World Health Organization, 2012. Diabetes Melitus. Available from:http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en/index.html [ Accesed: 22 April 2015]

(20)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penilitian ini adalah:

3.2. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat ukur Cara

(21)
(22)
(23)

e.Lamanya menderita penyakit

Berapa lama subjek menderita penyakit diabetes melitus tipe 2

Pengisian identitas kuesioner

Pengisian kuesioner

Tahun : < 5 tahun ≥ 5 tahun

(24)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif dengan studi cross sectional yang bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai sindrom depresif pada penderita diabetes melitus di RSUP Haji Adam Malik.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus s/d Oktober 2015.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita DM tipe 2 di Instalasi rawat jalan di RSUP Haji Adam Malik.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah penderita DM tipe 2 yang dirawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam Divisi Endokrinologi RSUP Haji Adam Malik yang memenuhi kriteria inklusi yang diperoleh dari anamnesis dan bersedia ikut dalam penilitian ini yang dinyatakan secara tertulis dalam inform consent. Sampel diambil secara consecutive sampling sampai jumlah sampel

terpenuhi.

Sampel penilitian ini dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

1. Kriteria inklusi

a) Pasien yang didiagnosa menderita diabetes melitus tipe 2 b) Pasien yang berumur ≥ 26 tahun

(25)

2. Kriteria eksklusi

a) Memiliki gangguan psikiatrik sebelumnya b) Pasien mengkonsumsi obat antidepresan.

Adapun besar sampel dalam penilitian ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Dahlan, 2013):

n = Besar sampel

Zα = Tingkat kemaknaan, α ditetapkan (1,96)

P = Proporsi depresi yang ditetapkan dari penelitian sebelumnya (0,13) (Habtewold, 2015)

Q = 1-P : 1-0,13 =0,87

d = Tingkat ketepatan absolut yang diinginkan, ditetapkan (0,1)

n = 43,44 n = 44

Dari perhitungan dengan rumus diatas, saya tetapkan sampelnya sebesar 44 pasien.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapat dengan metode pemberian kuesioner pada penderita diabetes melitus tipe 2. Data sekunder didapat dari rekam medis yang ada di RSUP Haji Adam Malik.

Langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah :

(26)

1. Peneliti mencatat penderita diabetes melitus tipe 2 yang didapat melalui diagnosa oleh dokter spesialis penyakit dalam di Poliklinik Penyakit Dalam Divisi Endokrinologi RSUP Haji Adam Malik Medan.

2. Peneliti melakukan wawancara langsung dengan calon responden serta meminta persetujuan untuk mengikuti penelitian ini dengan memberi kuesioner yang akan diisi oleh responden dan menjelaskan tujuan dan manfaat dari penelitian ini dilakukan.

3. Setelah responden setuju, peneliti akan memberikan kuesioner kepada responden.

4. Setelah responden selesai mengisi kuesioner yang didampingi oleh peneliti, kemudian peneliti mengumpulkan dan memeriksa kelengkapan dari kuesioner yang telah diisi.

5. Penegakan depresi berdasarkan dari perhitungan kuisioner.

6. Pengambilan sampel dilakukan selama 2 minggu, dikarenakan dalam 2 minggu sampel yang diperlukan yaitu sebanyak 44 orang sudah terpenuhi.

4.5 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dimasukkan ke dalam komputer dan analisis data analitik diperoleh dengan menggunakan program komputer yaitu Statistical Package for Social Science (SPSS) dan data-data tersebut di analisis secara

(27)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di jalan Bunga Lau No.17, Kec. Medan Tungtungan, Medan, Sumatera Utara, Indonesia. RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit pendidikan dan rumah sakit rujukan tipe A untuk wilayah Sumatera Utara.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

(28)

5.1.2.1 Karekteristik Sampel Penelitian

Tabel 5.1. Karakteristik Umur, Jenis Kelamin, Status Pekerjaan, Status Pernikahan, dan Lama Menderita Penyakit

Karakteristik

Responden Jumlah %

Umur 25 – 35 1 2,3

36 – 45 2 4,5

46 – 55 10 22,7

56 – 65 16 36,4

> 65 15 34,1

Jenis Kelamin Laki – Laki 20 45,5

Perempuan 24 54,5

Status Pekerjaan Ibu Rumah Tangga 17 38,6

Wiraswasta 6 13,6

Guru 1 2,3

PNS 6 13,6

Pensiunan 14 31,8

Status Pernikahan Menikah 44 100

Lama Menderita Penyakit < 5 18 40,9

≥ 5 26 59,1

(29)

5.1.3 Hasil Analisis Data

5.1.3.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Depresi Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Depresi

Kriteria Depresi Frekuensi Persentase

n %

Tidak Depresi 28 63,6

Depresi Ringan 11 25

Depresi Sedang 4 9,1

Depresi Sedang-Berat 1 2,3

Total 44 100

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa sindrom depresif ringan paling banyak yaitu 11 orang (25%).

5.1.3.2 Distribusi Frekuensi Sindrom Depresif Berdasarkan Umur Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Sindrom Depresif Berdasarkan Umur

(30)

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa responden dengan umur 56-65 tahun lebih banyak menderita depresi dibandingkan kelompok umur lainnya, dengan sindrom depresif ringan 4 orang (9,1%), sindrom depresif sedang 2 orang (4,5%), dan sindrom depresif sedang-berat 1 orang (2,3%).

5.1.3.3 Distribusi Frekuensi Sindrom Depresif Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Sindrom Depresif Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Sindrom Depresif

Total Tidak

Depresi

Depresi Ringan

Depresi Sedang

Depresi Sedang-Berat

n % n % n % n % n %

Laki-Laki 14 31,8 5 11,4 0 0 1 2,3 20 45,6 Perempuan 14 31,8 6 13,6 4 9,1 0 0 24 54,5

Total 28 63,6 11 25 4 9,1 1 2,3 44 100

(31)

5.1.3.4 Distribusi Frekuensi Sindrom Depresif Berdasarkan Status Pekerjaan Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Sindrom Depresif Berdasarkan Status Pekerjaan

Status

(32)

5.1.3.5 Distribusi Frekuensi Sindrom Depresif Berdasarkan Status Pernikahan

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Sindrom Depresif Berdasarkan Status Pernikahan

Status

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa responden yang menikah mengalami depresi ringan 11 orang (25%), depresi sedang 4 orang (9,1%), dan depresi sedang-berat 1 orang (2,3%).

5.1.3.6 Distribusi Frekuensi Sindrom Depresif Berdasarkan Lama Menderita Penyakit

(33)

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa responden dengan lama menderita penyakit ≥ 5 tahun lebih banyak menderita depresif, dengan sindrom depresif ringan 9 orang (20,5%), depresi sedang 3 orang (6,8%), dan depresi sedang berat 1 orang (2,3%).

5.2 Pembahasan

Dari tabel 5.2 dapat kita lihat bahwa sindrom depresif ringan paling banyak pada penderita diabetes melitus tipe 2. Secara keseluruhan dapat kita lihat bahwa dari 44 penderita diabetes melitus tipe 2 yang mengalami sindrom depresif berjumlah 16 orang. Sementara Palizgir et al yang meneliti depresif pada penderita diabetes melitus tipe 2 mendapat hasil dari 184 penderita diabetes melitus tipe 2, 130 menderita gangguan depresi. Habtewold et al (2013) melaporkan bahwa dari 264 penderita diabetes melitus tipe 2 didapati depresi ringan sebanyak 75 orang, depresi sedang 32 orang, sedang-berat 7 orang, dan depresi berat 4 orang. Perbedaan yang dijumpai dari hasil penelitian ini dengan penelitian Palizgir et al (2013) dikarenakan oleh penggunaan kuisioner yang berbeda dimana penelitian ini menggunakan kuisioner PHQ-9, sedangkan Palizgir et al (2013) menggunakan Beck Depression Inventory (BDI). Sedangkan pada

penelitian Habtewold et al (2013) menggunakan kuisioner yang sama dengan penelitian ini yaitu Patient Health Questionnare-9 (PHQ-9), sehingga hasil yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan penelitian ini.

(34)

proses penuaan juga menyebabkan terjadinya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan ini cenderung berpotensi menimbulkan masalah secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada usia lanjut (Kuntjoro, 2002). Depresi pada usia lanjut dapat disebabkan oleh banyak persoalan hidup yang dialami lansia seperti kemiskinan, usia, stres yang berkepanjangan, penyakit fisik yang tidak sembuh atau penyakit kronik seperti diabetes melitus, perceraian dan kematian pasangan.

Berdasarkan jenis kelamin, didapatkan bahwa penderita diabetes melitus tipe 2 yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak menderita depresi dibandingkan penderita diabetes melitus tipe 2 yang berjenis kelamin laki-laki. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramanda (2014) yang mengatakan bahwa perempuan lebih berisiko menderita depresi dibandingkan laki-laki. Hal ini dipengaruhi oleh adanya pengaruh psikologis dan biologis. Secara biologis meliputi perubahan menstruasi, menjelang menopause, dan saat menopause pada perempuan memegang peranan penting untuk terajdinya depresi (Ramanda, 2014). Adanya perbedaan hormon antara perempuan dan laik-laki juga berperan penting dalam terjadinya depresi. Estrogen dan progesteron telah terbukti mempengaruhi neurotransmitter, neuroendokrin, dan sistem sirkadian sehingga terjadi gangguan suasana perasaan. Fakta bahwa perempuan sering mengalami gangguan suasana perasaan yang berhubungan dengan siklus menstruasi mereka, seperti gangguan premenstruasi dysphoric (Yanuarhida, 2010). Dari segi psikologis kaum perempuan memiliki kecenderungan lebih rentan menderita depresi, karena selain akibat penyakit kronis yang dideritanya, perempuan mempunyai peran sosial yang sering dikaitkan dengan sifat lebih pasif, ketergantungan, dan lebih sering menunjukkan ekspresi emosional dalam menanggapi masalah, sementara laki-laki lebih dituntut untuk mandiri dan asertif dalam menghadapi masalah (Maulana et al, 2012).

(35)

juga mengatakan bahwa penderita diabetes melitus tipe 2 yang bekerja sebagai ibu rumah tangga memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita depresi. Hal ini terjadi dikarenakan rendahnya aktivitas fisik dan kegiatan yang mereka lakukan dan timbulnya rasa kesepian yang dirasakan setelah anggota keluarga lain menjalani aktivitas diluar (Maulana et al, 2012). Menurut Knapen et al (2009), aktivitas fisik dan kegiatan sehari-hari telah terbukti sebagai terapi yang baik untuk mengelola stres dan depresi.

Berdasarkan status pernikahan, pada penelitian ini semua responden berstatus menikah. Sehingga dari seluruh sampel yang didapatkan mengalami depresi, telah menikah. Menurut Palizgir et al (2013), dikatakan bahwa tidak ada perbedaan secara signifikan antara orang yang menikah dengan yang tidak menikah untuk terjadinya depresi. Wanita yang belum menikah angka tingkat depresinya lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang telah menikah, akan tetapi hal ini berlaku kebalikan pada laki-laki (Ramanda, 2014). Orang yang menikah memiliki tanggungan hidup yang lebih besar dibandingkan dengan yang tidak menikah, misalnya tuntutan untuk mencari nafkah untuk keluarga dan kebutuhan akan tempat tinggal (Trilistya, 2006). Pernikahan juga merupakan salah satu jenis stresor terjadinya depresi apabila dalam pernikahan tersebut gagal membina hubungan yang harmonis yang menyebabkan terjadinya perceraian, selain itu terjadinya kematian pada pasangan juga dapat memicu terjadinya depresi (Nevid et al, 2013).

(36)
(37)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6. 1 Kesimpulan

1. Sindrom Depresif pada penderita diabetes melitus tipe 2 di RSUP Haji Adam Malik yang mengalami depresi sebanyak 16 orang (36,4%) dengan pembagian sindrom depresif ringan 11 orang, sindrom depresif sedang 4 orang, dan sindrom depresif sedang-berat sebanyak 1 orang.

2. Penderita depresi terbanyak pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUP Haji Adam Malik Medan yang paling tinggi adalah depresi ringan.

3. Penderita diabetes melitus tipe 2 yang berumur 56-65 tahun lebih banyak menderita depresi.

4. Penderita diabetes melitus tipe 2 yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak menderita depresi.

5. Penderita diabetes melitus tipe 2 yang bekerja sebagai ibu rumah tangga lebih banyak menderita depresi.

6. Penderita diabetes melitus tipe 2 yang berstatus sudah menikah yang mengalami depresi sebanyak 16 orang.

7. Penderita diabetes melitus tipe 2 yang lama menderita penyakit ≥ 5 tahun lebih banyak menderita depresi.

6.2 Saran

1. Melihat tingginya angka sindrom depresif pada penderita diabetes melitus tipe 2 di RSUP Haji Adam Malik Medan, maka diperlukan perawatan yang lebih baik tidak hanya untuk penyakit diabetes, tetapi untuk sindrom depresifnya, agar kualitas hidup dari pasien semakin meningkat.

(38)

3. Diharapkan penderita diabetes melitus untuk rajin berolahraga, dan penderita diabetes melitus yang mengalami depresi lebih sering untuk melakukan aktifitas diluar rumah.

4. Diharapkan pada penderita diabetes melitus yang mengalami depresi selalu berpikir positif dan melakukan hal-hal yang menyenangkan hati dan pikiran. 5. Diharapkan dilakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai hubungan dari masing-masing variabel pada penderita diabetes mellitus terhadap terjadinya depresi.

(39)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Depresi

2.1.1 Definisi

Depresi adalah satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyerta termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya serta bunuh diri (Kaplan dan Sadock, 1998).

World Health Organization (WHO) tahun 2012 mendefinisikan depresi

adalah kelainan mental yang ditunjukkan dengan adanya perasaan tertekan, kehilangan minat, penurunan energi, penyesalan, keinginan tidur dan selera makan yang terganggu, dan penurunan konsentrasi.

2.1.2 Etiologi 1. Faktor Biologi

Banyak penelitian melaporkan abnormalitas metabolit amin biogenik, seperti 5-hidroksiindolasetatacid (5-HIAA), homovaniltacid (HVA), dan 3-metoksi-4-hidroksifenilglikol (MHPG) di dalam darah, urine, dan cairan

serebrospinalis pasien dengan gangguan mood. Dari amin biogenik, norepinefrin dan seritonin merupakan neurotransmiter yang paling terkait didalam patofisiologi depresi (Sadock dan Sadock, 2014).

Selain norepinefrin dan serotonin sebagai etiologi penyebab terjadinya depresi, dopamin juga pernah diteorikan memiliki peran dalam penyebab terjadinya depresi. Data yang mendukung bahwa aktivitas dopamin berkurang pada depresi. Penemuan subtipe baru reseptor dopamin serta meningkatnya pemahaman mengenai regulasi prasinaps dan pascasinaps pada fungsi dopamin lebih lanjut telah memperkaya riset mengenai hubungan antara dopamin dan depresi. Dua teori terkini mengenai dopamin dan depresi adalah bahwa jaras dopamin mesolimbik mungkin mengalami disfungsi pada depresi dan bahwa reseptor dopamin D1 mungkin hipoaktif pada depresi (Sadock dan Sadock, 2014).

(40)

didepan area motorik. Peneliti menemukan bukti dari aktivitas metabolisme yang lebih rendah dan ukuran korteks prafrontal yang lebih kecil pada orang yang menderita depresi bila dibandingkan dengan kelompok yang sehat. Korteks prafrontal terlibat dalam pengaturan neurotransmiter yang dipercaya terlibat dalam gangguan mood, termasuk serotonin dan norepinefrin, sehingga tidak mengejutkan bila bukti menunjukkan ketidakteraturan pada bagian otak ini (Nevid et al, 2003).

2. Faktor Genetik

Suatu bidang pengetahuan yang semakin berkembang mengimplikasikan faktor-faktor genetik pada gangguan mood. Kita mengetahui bahawa gangguan mood, termasuk depresif mayor dan terutama gangguan bipolar, cenderung

menurun dalam keluarga. Namun penelitian membuktikan, semakin dekat hubungan genetik yang dibagikan seseorang dengan orang lain yang menderita suatu gejala depresi, semakin besar pula kecenderungan bahwa orang tersebut juga akan mengalami hal sama (Sadock dan Sadock, 2014).

Namun, genetik bukanlah satu-satunya determinan dari depresi melainkan faktor-faktor lingkungan juga berperan penting, misalnya pemaparan terhadap peristiwa hidup yang penuh tekanan, tampaknya memainkan peranan tidak sama pentingnya dengan genetik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kombinasi antara faktor lingkungan dan genetik memiliki peranan yang sama dalam terjadinya depresi (Nevid et al,2003).

3. Faktor Psikososial

Beberapa faktor psikososial yang terkait menyebabkan terjadinya depresi meliputi peristiwa hidup dan stres lingkungan, kepribadian, psikodinamik, dan ketidakberdayaan yang dipelajari (Sadock dan Sadock, 2014).

4. Kelainan Tidur

(41)

(waktu antara jatuh tidur dan periode REM pertama), peningkatan lama periode REM pertama, serta tidur delta abnormal (Sadock dan Sadock, 2014).

2.1.3 Gejala Klinis

Menurut NIMH ( National Institute of Mental Health), gejala klinis dari depersi adalah :

a. Perasaan sedih, khawatir atau “empty” yang menetap. b. Merasa tidak ada harapan atau pun pesimis.

c. Adanya penyesalan, merasa tidak berguna, atau perasaan seperti tidak ada yang menolong.

d. Mudah marah dan gelisah.

e. Kehilangan minat dalam beberapa aktivitas atau pun hobi yang menyenangkan, termasuk seks.

f. Mudah lelah dan kehilangan energi.

g. Susah berkonsentrasi, mengingat secara detail, dan membuat keputusan. h. Insomnia, early-morning wakefullness, atau tidur yang berlebihan. i. Banyak makan, atau kehilangan selera makan.

j. Adanya keinginan untuk bunuh diri.

k. Nyeri atau sakit, sakit kepala, kram, atau masalah pencernaan yang tidak bisa diatasi.

2.1.4 Patient Health Questionnaire-9 (PHQ-9)

Kuesioner PHQ-9 merupakan kuesioner yang paling sering dipakai untuk keperluan baik riset atau diagnosis lain. PHQ-9 memiliki pertanyaan yang lebih sedikit dibanding kuesioner lain tentang depresi, dan fokus kepada gejala depresi dalam DSM-IV. Kuesioner PHQ-9 sebelumya telah divalidasi dalam dua studi besar yang melibatkan 3.000 pasien di 8 tempat pelayanan primer dan 7.000 pasien di klinik obsetri ginekologi (Fatimah, 2014).

Kuesioner ini telah dibuat untuk melihat mood pasien diatas 2 minggu yang lalu. Pertanyaan yang ditanyakan adalah: Selama 2 minggu terakhir, seberapa sering terganggu oleh masalah-masalah berikut (Kroenke dan Spitzer, 2001).

(42)

2. Merasa murung, muram, atau putus asa.

3. Sulit tidur atau mudah terbangun, atau terlalu banyak tidur. 4. Merasa lelah atau kurang bertenaga.

5. Kurang nafsu makan atau terlalu banyak makan.

6. Kurang percaya diri – atau merasa bahwa Anda adalah orang yang gagal atau telah mengecewakan diri sendiri atau keluarga.

7. Sulit berkonsentrasi pada sesuatu, misalnya membaca koran atau menonton televisi.

8. Bergerak atau berbicara sangat lambat sehingga orang lain memperhatikannya. Atau sebaliknya, merasa resah atau gelisah sehingga Anda lebih sering bergerak dari biasanya.

9. Merasa lebih baik mati atau ingin melukai diri sendiri dengan cara apapun. Penilain yang dibuat untuk jawaban yaitu:

a. Tidak sama sekali :nilai 0

b. Beberapa hari :nilai 1

c. Lebih dari separuh waktu yang dimaksud :nilai 2

d. Hampir setiap hari :nilai 3

Tabel 2.1 Skor PHQ-9

Skor Interpretasi

0-4 Tidak depresi

5-9 Depresi ringan

10-14 Depresi sedang

15-19 Depresi sedang-berat

(43)

2.2 Diabetes Melitus 2.2.1 Defenisi

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (PERKENI, 2011).

2.2.2 Klasifikasi Etilogi Diabetes Melitus

Klasifikasi DM menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, dibagi dalam 4 jenis, yaitu :

1. Diabetes melitus tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Melitus/ IDDM DM Tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena sebab autoimun. Pada DM Tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi insulin dapat ditentukan dengan level protein c-peptide yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali. Manifestasi klinis pertama dari penyakit ini adalah ketoasidosis (Ndraha, 2014).

2. Diabetes Melitus Tipe 2 atau Insulin Non-dependent Diabetes Melitus/ NIDDM

(44)

3. Diabetes Melitus Tipe Lain

DM tipe ini terjadi karena etiologi lain, misalnya pada defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit metabolik endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan kelainan genetik lain. Penyebab terjadinya DM tipe lain dapat dilihat pada tabel 2.2 (Ndraha, 2014).

4. Diabetes Melitus Gestasional

(45)

Tabel 2.2: Klasifikasi DM menurut ADA 2010

Sumber:Ndrah S.2014. Diabetes Melitus Tipe 2 dan Tatalaksana Terkini. Availablefrom:http://cme.medicanus.co/file.php/1/LEADING_ARTICLE_Diabet es_Melitus_Tipe_2_dan_tata_laksana_terkini.pdf

2.2.3 Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 2

Tiga organ tubuh berperan penting dalam mengatur konsentrasi glukosa darah yaitu: (1) sel beta pankreas yang mengeluarkan insulin untuk menurunkan glukosa darah, (2) hati melepaskan glukosa, dan (3) otot meningkatkan asupan glukosa. Dalam keadaan normal insulin senantiasa bekerja mempertahankan konsentrasi glukosa plasma agar selalu dalam batas normal pada saat puasa maupun sesudah puasa (Daily, 2009).

(46)

Apabila keadaan diatas tidak ditangani dengan baik, pada perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel beta pankreas. Kerusakan sel-sel beta pankreas yang terjadi secara progresif seringkali akan mengakibatkan defisiensi insulin, sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 memang umunya ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin (Fitriyani, 2012).

2.2.4 Gejala Klinis

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penderita diabetes melitus. Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti dibawah ini :

A. Keluhan klasik DM berupa: sekresi urin berlebihan (poliuria), sering merasa haus (polidipsia), polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya (Price dan Wilson,2014).

B. Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita (PERKENI, 2011).

2.2.5 Diagnosis

Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh (wholeblood), vena, ataupun angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer (PERKENI, 2011).

Menurut PERKENI diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara:

1. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200 mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. 2. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dLdengan adanya keluhan

(47)

3. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). Meskipun TTGO dengan beban 75g glukosa lebih sensitif dan spesifik dibandingkan dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun pemeriksaan ini memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan karena membutuhkan persiapan khusus.

Langkah-langkah diagnostik DM dan gangguan toleansi glukosa dapat dilihat pada gambar 1.1. Kriteria diagnosis DM untuk dewasa tidak hamil dapat dilihat pada tabel-2.3. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, bergantung pada hasil yang diperoleh, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT) (PERKENI, 2011).

1. TGT: Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO didapatkan glukosa plasma 2 jam setelah beban antara 140-199 mg/dL (7,8-11,0 mmol/L).

(48)

Tabel 2.3 : Kriteria diagnosis DM

Sumber: Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI, 2011)

Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994):

 Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa.

 Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan.

 Diperiksa kadar glukosa darah puasa.

 Diberikan glukosa 75g (orang dewasa), atau 1,75g /kgBB (anak-anak), dilarutkan dalam air 250mL dan diminum dalam waktu 5 menit.

 Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah minum larutan glukosa selesai.

 Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa.

(49)

2.2.6 Hubungan Depresi dengan Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes melitus merupakan penyakit menahun dan kronik. Depresi semakin banyak terjadi pada kondisi pasien yang mengalami kondisi kronik menahun seperti stroke, diabetes, kanker, serta gangguan nyeri kronik (Nurhayati, 2013).

Hal ini juga terjadi pada penderita DM tipe 2 dimana DM dapat menimbulkan perubahan psikologis antara lain perubahan konsep diri dan depresi. Stres psikologis dapat timbul pada saat seseorang menerima diagnosa DM. Mereka beranggapan bahwa penyakit DM ini akan banyak menimbulkan permasalahan seperti pengendalian diet serta terapi yang lama dan kompleks, biaya pengobatan mahal, komplikasi penyakit serta banyak kekhawatiran lain yang dapat menimbulkan potensi munculnya depresi (Firdaus, 2013)

Gangguan psikologis seperti dapat timbul melalui 2 macam mekanisme yang masing-masing dapat berdiri sendiri ataupun kombinasi dari keluarga. Mekanisme pertama adalah adanya keterbatasan atau pembatasan-pembatasan yang berkaitan dengan diabetes menyebabkan secara langsung timbulnya gejala cemas, depresi, dan percaya diri yang rendah. Mekanisme kedua adalah akibat beban dalam penanganan diabetes melitus ditambah dengan fungsi keluarga yang tidak menentu, dimana perawatan tidak memadai serta adanya konflik-konflik keluarga (Batubara et al , 2010)

(50)

Gambar 2.1 Langkah-langkah Diagnostik DM dan Gangguan Toleransi Glukosa Sumber: Ndrah S.2014. Diabetes Melitus Tipe 2 dan Tatalaksana Terkini.

(51)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyerta termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya serta bunuh diri (Kaplan & Sadock, 1998).

Depresi merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup serius. World Health Organization (WHO) menyatakan depresi berada pada urutan

keempat penyakit di dunia. Risiko selama masa hidup terkena penyakit depresi berkisar antara 10-20%, dengan angka kejadian hampir dua kali lipat pada wanita. Onset pertama biasanya terjadi pada dekade ketiga (lebih muda pada gangguan bipolar), dengan prevalensi titik lebih tinggi pada usia menengah dan tua. Depresi lebih sering ditemukan pada daerah perkotaan dibandingkan pedesaan dan terutama terjadi pada wanita dari sosio-ekonomi yang rendah (Katona et al, 2008). Berdasarkan data yang dihimpun CDC pada tahun 2007-2010, prevalensi depresi paling tinggi diderita oleh kelompok usia 40-59 tahun, yakni sebesar 9,45%. Angka tertinggi kedua diperoleh oleh kelompok usia 18-39 tahun, yakni sebesar 8%, disusul dengan kelompok usia 12-17 tahun sebesar 6,3% (Larastiti, 2014).

(52)

kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8% (KemenKes, 2015).

Dari berbagai penelitian epidemiologis di Indonesia didapatkan prevalensi DM sebesar 1,5% - 2,3 % pada penduduk usia lebih dari 15 tahun, bahkan pada suatu penelitian epidemiologis di Manado didapatkan prevalensi DM 6,1%. Berdasarkan pola pertumbuhan penduduk, diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk berusia diatas 20 tahun dan asumsi prevalensi DM sebesar 4% akan didapatkan 7 juta pasien DM (Shabab, 2006).

Penyakit Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan kepada 4 jenis menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) yaitu diabetes melitus tipe 1,diabetes melitus melitus tipe 2, diabetes tipe lain dan diabetes gestational. Secara umum, hampir 80 % prevalensi diabetes melitus adalah DM tipe 2. Ini berarti gaya hidup (life style) yang tidak sehat menjadi pemicu utama meningkatnya prevalensi DM. Bila dicermati, penduduk dengan obesitas mempunyai risiko terkena DM lebih besar dari penduduk yang tidak obesitas (KemenKes, 2015).

Faktor risiko munculnya depresi pada penderita diabetes melitus adalah termasuk umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi yang rendah, status pernikahan, lamanya menderita diabetes melitus dan terdapatnya komplikasi pada penderita (Andreoulakis et al., 2012).

(53)

penelitian tentang sindrom depresif pada penderita DM tipe 2 di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik tahun 2015.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran sindrom depresif pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umun

Untuk mengetahui gambaran sindrom depresif pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUP Haji Adam Malik.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.Untuk mengetahui sindrom depresif pada penderita diabetes melitus tipe 2 berdasarkan kelompok umur

2.Untuk mengetahui sindrom depresif pada penderita dibetes melitus tipe 2 berdasarkan jenis kelamin

3.Untuk mengetahui sindrom depresif pada penderita diabetes melitus tipe 2 berdasarkan pekerjaan

4.Untuk mengetahui sindrom depresif pada penderita diabetes melitus tipe 2 berdasarkan status pernikahan

5.Untuk mengetahui sindrom depresif pada penderita dibetes melitus tipe 2 berdasarkan lama menderita penyakit diabetes melitusnya

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang terdapatnya sindrom depresif pada penderita diabetes melitus tipe 2 di RSUP Haji Adam Malik.

2. Pasien penderita diabetes melitus yang memiliki sindrom deprsif mendapat perawatan yang lebih baik dan adekuat tidak hanya untuk penyakit diabetes melitus tipe 2 nya, tapi juga untuk pengobatan sindrom depresifnya.

2. Bagi Pasien

(54)

3. Bagi Institusi Pendidikan

(55)

ABSTRAK

Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan suatu penyakit metabolik kronis yang banyak dijumpai pada saat ini. Seseorang yang didiagnosa diabetes melitus tipe 2 dapat menjadi sebuah stressor yang memicu munculnya suatu kelainan jiwa. Gangguan yang pailing sering muncul akibat dari seseorang didiagnosa diabetes melitus tipe 2 yaitu depresi.

Penelitian ini merupakan penelitian deksriptif dengan studi cross sectional untuk menilai bagaimana gambaran sindrom depresi pada penderita DM tipe 2 di RSUP Haji Adam Malik Medan. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai Oktober 2015. Sampel penelitian yang memenuhi kriteria dan bersedia mengikuti penelitian ini serta telah menandatangani surat persetujuan penelitian akan diwawancarai berdasarkan Patient Health Questionnaire-9 (PHQ-9) untuk sindrom depresifnya.

Dari 44 sampel penelitian ini diperoleh hasil bahwa responden yang mengalami sindrom depresif ringan sebanyak 11 orang (25%), sindrom depresif sedang sebanyak 4 orang (9,1%), dan sindrom depresif sedang-berat 1 orang (2,3%). Karakteristik responden yang terbanyak pada depresi ringan adalah sebagai berikut : umur 56-65 tahun, perempuan, ibu rumah tangga, menikah, dan dengan lama menderita penyakit ≥ 5 tahun.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sindrom depresif terbanyak pada penderita DM tipe 2 di RSUP Haji Adam Malik Medan adalah sindrom depresif ringan dan diharapkan penanganan penderita DM tipe 2 yang mengalami depresif dapat ditangani secara adekuat.

(56)

ABSTRACT

Diabetes mellitus type 2 is a chronic metabolic disease that found quite a lot these days. A person diagnosed with type 2 diabetes mellitus can be a stressor that triggers a mental disorder. Mental disorder is common with who diagnosed with type 2 diabetes mellitus is depression.

This research’s design was descriptive with cross sectional study to

evaluate how the depression syndromes in patients with type 2 diabetes mellitus in Haji Adam Malik Hospital. The study was carried out August to October 2015. The qualified and consested subject will be interviewed with Patient Health Questionnaire-9 (PHQ-9) for determining the level of depression.

A total of 44 samples of this study showed that respondents who experienced a mild depressive syndrome are 11 people (25%), moderate depressive syndromes are 4 people (9.1%), and moderate to severe depressive syndrome is 1 people (2.3%). The most Characteristics of respondents with mild depression are: age 56-65 years old, female, occupation housewife, married, and

with a long disease ≥ 5 years.

From the result of this study can be concluded that the most depressive syndrome in patients with type 2 diabetes mellitus in Haji Adam Malik Hospital Medan is mild depressive syndrome and the expected treatment of patients type 2 diabetes mellitus with depressive can be treated adequately.

(57)

Oleh :

Septian Malau

120100356

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(58)

KARYA TULIS ILMIAH

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh :

Septian Malau

120100356

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(59)
(60)

ABSTRAK

Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan suatu penyakit metabolik kronis yang banyak dijumpai pada saat ini. Seseorang yang didiagnosa diabetes melitus tipe 2 dapat menjadi sebuah stressor yang memicu munculnya suatu kelainan jiwa. Gangguan yang pailing sering muncul akibat dari seseorang didiagnosa diabetes melitus tipe 2 yaitu depresi.

Penelitian ini merupakan penelitian deksriptif dengan studi cross sectional untuk menilai bagaimana gambaran sindrom depresi pada penderita DM tipe 2 di RSUP Haji Adam Malik Medan. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai Oktober 2015. Sampel penelitian yang memenuhi kriteria dan bersedia mengikuti penelitian ini serta telah menandatangani surat persetujuan penelitian akan diwawancarai berdasarkan Patient Health Questionnaire-9 (PHQ-9) untuk sindrom depresifnya.

Dari 44 sampel penelitian ini diperoleh hasil bahwa responden yang mengalami sindrom depresif ringan sebanyak 11 orang (25%), sindrom depresif sedang sebanyak 4 orang (9,1%), dan sindrom depresif sedang-berat 1 orang (2,3%). Karakteristik responden yang terbanyak pada depresi ringan adalah sebagai berikut : umur 56-65 tahun, perempuan, ibu rumah tangga, menikah, dan dengan lama menderita penyakit ≥ 5 tahun.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sindrom depresif terbanyak pada penderita DM tipe 2 di RSUP Haji Adam Malik Medan adalah sindrom depresif ringan dan diharapkan penanganan penderita DM tipe 2 yang mengalami depresif dapat ditangani secara adekuat.

(61)

ABSTRACT

Diabetes mellitus type 2 is a chronic metabolic disease that found quite a lot these days. A person diagnosed with type 2 diabetes mellitus can be a stressor that triggers a mental disorder. Mental disorder is common with who diagnosed with type 2 diabetes mellitus is depression.

This research’s design was descriptive with cross sectional study to

evaluate how the depression syndromes in patients with type 2 diabetes mellitus in Haji Adam Malik Hospital. The study was carried out August to October 2015. The qualified and consested subject will be interviewed with Patient Health Questionnaire-9 (PHQ-9) for determining the level of depression.

A total of 44 samples of this study showed that respondents who experienced a mild depressive syndrome are 11 people (25%), moderate depressive syndromes are 4 people (9.1%), and moderate to severe depressive syndrome is 1 people (2.3%). The most Characteristics of respondents with mild depression are: age 56-65 years old, female, occupation housewife, married, and

with a long disease ≥ 5 years.

From the result of this study can be concluded that the most depressive syndrome in patients with type 2 diabetes mellitus in Haji Adam Malik Hospital Medan is mild depressive syndrome and the expected treatment of patients type 2 diabetes mellitus with depressive can be treated adequately.

(62)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil karya tulis ilmiah dengan judul Sindrom Depresif pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUP Haji Adam Malik Medan, yang merupakan salah satu syarat kelulusan pendidikan sarjana kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan hasil karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan masukan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Mustafa M. Amin, M.Ked. K.J., M.Sc., Sp.K.J.(K) selaku dosen pembimbing penulis atas kesabaran, waktu, dan masukan-masukan yang diberikan kepada penulis dalammenyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini.

3. Prof. dr. Bidasari Lubis, Sp.A(K), dr. Maya Savira, M.Kes, dr. Tengku Ibnu Alferally Sp.PA selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam penyempurnaan karya tulis ilmiah ini.

4. Departemen Diklit dan Instalasi Rawat Jalan RSUP Haji Adam Malik Medan yang telah memberikan izin penelitian dirumah sakit tersebut. 5. Poliklinik Rawat Jalan Penyakit Dalam di RSUP Haji Adam Malik

Medan yang telah memberikan ijin kepada penulis dalam mengambil data sehingga karya tulis ini dapat disusun dengan baik.

(63)

7. Ayah (J. Malau), dan Ibu (S.Sinaga), serta saudara kandung penulis (Erylando Malau, Henra W. Malau, dan Elly M. Siahaan) yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis baik moril maupun materil serta motivasi yang paling besar sehingga penulis mampu menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini.

8. Staff Medical Education Unit Fakultas Kedokteran USU, terimah kasih atas bantuannya dalam masalah administrasi untuk melaksanakan penyusunan karya tulis ilmiah ini.

9. Sahabat seperjuangan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ( Caterine A. Manurung, Daniel Tambunan, Daman G. Manik, Yolanda Sinaga, Ester Sinaga, Herlita Purba, Desti Sinaga, Betsi Y. Nadeak, Elisabet Pardede, Nancy M.Nadeak) yang selalu mendukung dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

10. Kelompok kecil yotam (dr. Evraim Hutagalung, Benny Hasibuan, Orlando Sinaga, Rizky Ivan D.) yang telah memberikan doa dan semangat kepada penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. 11. Kepada semuah pihak yang telah banyak membantu dalam

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis mengucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa penyusunan hasil karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan berbagai kritik dan saran dari pembaca sebagai sarana evaluasi kedepannya.

Medan, 06 Desember 2015

(64)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 . Latar Belakang ... 1

1.2 . Rumusan Masalah ... 3

1.3 . Tujuan Penelitian ... 3

1.2.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Depresi ... 5

2.1.1. Definisi ... 5

2.1.2. Etiologi ... 5

2.1.3. Gejala Klinis... 7

2.1.4. Patient Health Questionnare-9 (PHQ-9) ... 7

2.2. Diabetes Melitus... 9

2.2.1. Definisi ... 9

(65)

2.2.3. Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 2 ... 11

2.2.4. Gejala Klinis... 12

2.2.5. Diagnosis... ... 12

2.2.5. Hubungan Depresi dengan DM Tipe 2 ... 15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .. 17

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 17

3.2. Definisi Operasional... 17

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 21

4.1. Jenis Penelitian ... 21

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 21

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 22

4.5. Pengolahan dan Analisa Data... 23

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 24

5.1. Hasil Penelitian ... 24

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 24

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 24

5.1.2.1. Karakteristik Sampel Penelitian ... 25

5.1.3. Hasil Analisis Data ... 26

5.1.3.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Depresi ... 26

5.1.3.2. Distribusi Frekuensi Sindrom Depresif Berdasarkan Umur ... 26

5.1.3.3. Distribusi Frekuensi Sindrom Depresif Berdasarkan Jenis Kelamin ... 27

(66)

5.1.3.5. Distribusi Frekuensi Sindrom Depresif Berdasarkan

Status Pernikahan ... 29

5.1.3.6. Distribusi Frekuensi Sindrom Depresif Berdasarkan Lama Menderita Penyakit ... 29

5.2. Pembahasan ... 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

6.1. Kesimpulan ... 34

6.2. Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 36

(67)

DAFTAR TABEL

Judul Halaman

Tabel 2.1 Skor PHQ-9 ... 9 Tabel 2.2 Klasifikasi DM Menurut ADA 2010 ... 11 Tabel 2.3 Kriteria Diagnostik ... 14 Tabel 5.1 Karakteristik Umur, Jenis Kelamin, Status Pekerjaan,

Status Pernikahan, dan Lama Menderita Penyakit ... 23 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Depresi ... 24 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Sindrom Depresif Berdasarkan

Umur ... 25 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Sindrom Depresif Berdasarkan

Jenis Kelamin ... 25 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Sindrom Depresif Berdasarkan

Status Pekerjaan ... 26 Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Sindrom Depresif Berdasarkan

Status Pernikahan ... 27 Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Sindrom Depresif Berdasarkan

(68)

DAFTAR GAMBAR

Judul Halaman

Gambar 2.1 Langkah-langkah diagnostik DM dan gangguan

(69)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan

Lampiran 3 Pernyataan Persetujuan Setelah Penjelasan

Lampiran 4 Lembar Kuisioner

Lampiran 5 Surat Persetujuan Komisi Etik

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian RSUP H.Adam Malik

Lampiran 8 Data Induk Responden

Gambar

Tabel 5.1. Karakteristik Umur, Jenis Kelamin, Status Pekerjaan, Status
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Depresi
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Sindrom Depresif Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Sindrom Depresif Berdasarkan Status Pekerjaan
+6

Referensi

Dokumen terkait

berdasarkan rasa ingin tahu secara kritis tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah,. sekolah, dan

Achmad Kemal Harzif, SpOG

Pada tahap ini dirumuskan upaya penyelesaian atau penanganan terhadap masalah utama yang teridentifikasi. Rumusan lebih difokuskan kepada memilih

PENGGUNAAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI MEDIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS RENDAH

l developing a transparent view of a market system and of the functions (core transactions, rules and supporting functions) and players within it (Figure 1

Penulisan ini membahas tentang penggunaan Router sebagai alat yang igunakan untuk menghubungkan dan mengatur komunikasi antar jaringan dalam satu kesatuan jaringan yang berskala

Penulisan ilmiah ini membahas mengenai pembuatan aplikasi multimedia mengenai pembuatan dokumentasi yang sifatnya pribadi mengenai salah satu musisi anak negeri yaitu Iwan

Aplikasi ini menggunakan elemen-elemen multimedia yaitu gambar, teks, suara, dan animasi kedalam suatu bentuk aplikasi yang diharapkan mudah digunakan oleh siapa saja dan