• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN DENGAN METODE DISRTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN POWER OTOT TUNGKAI PADA SISWA KELAS IV DAN V SDN SUMBERADI, KEC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN DENGAN METODE DISRTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN POWER OTOT TUNGKAI PADA SISWA KELAS IV DAN V SDN SUMBERADI, KEC"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PRACTICE

DAN

MASSED PRACTICE

TERHADAP KEMAMPUAN

POWER OTOT TUNGKAI PADA SISWA KELAS IV

DAN V SDN SUMBERADI, KEC. KEBUMEN

KAB. KEBUMEN TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

AGUNG WAHYU IKHTIANTORO

NIM: X4608502

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

PRACTICE

DAN

MASSED PRACTICE

TERHADAP KEMAMPUAN

POWER OTOT TUNGKAI PADA SISWA KELAS IV

DAN V SDN SUMBERADI, KEC. KEBUMEN

KAB. KEBUMEN TAHUN 2010

Oleh :

AGUNG WAHYU IKHTIANTORO

NIM: X4608502

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

iii

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim penguji Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Drs. H. Agus Margono, M. Kes

NIP

.

19580822 198403 1 002

Pembimbing II

(4)

commit to user

(5)

commit to user

v

Agung Wahyu Ikhtiantoro. PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN DENGAN

METODE

DISRTRIBUTED PRACTICE

DAN

MASSED PRACTICE

TERHADAP

KEMAMPUAN POWER OTOT TUNGKAI PADA SISWA KELAS IV DAN V

SDN SUMBERADI, KEC. KEBUMEN KAB. KEBUMEN TAHUN 2010. Skripsi.

Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret

Surakarta, Januari. 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1). Perbedaan pengaruh antara

latihan dengan metode

distributed practice

dan

massed practice

terhadap kemampuan

power otot tungkai pada siswa putra kelas IV dan V SDN Sumberadi Tahun 2010. (2).

Pengaruh yang lebih baik antara latihan dengan metode

distributed practice

dan

massed

practice

terhadap kemampuan power otot tungkai pada siswa putra kelas IV dan V

SDN Sumberadi Tahun 2010.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

Sedangkan rancangan yang digunakan yaitu

Pretest-Posttest Design.

Populasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV dan V di SD Negeri Sumberadi.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 30 orang. Teknik analisis data

menggunakan uji t.

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan : (1). Ada perbedaan

pengaruh pembelajaran

distributed practice

dan

massed practice

terhadap kemampuan

power otot tungkai pada siswa kelas IV dan V SD Negeri Sumberadi Kec Kebumen

Kab Kebumen tahun 2010, karena nilai t

hitung

yang diperoleh sebesar 1,790 , lebih

besar dari t

tabel

sebesar 1,699. (2). Pembelajaran

distributed practice

lebih baik daripada

massed practice

terhadap kemampuan power otot tungkai pada siswa kelas IV dan V

SD Negeri Sumberadi Kec Kebumen Kab Kebumen tahun 2010, karena rata-rata

peningkatan secara matematika yaitu persentasenya peningkatan pembelajaran

distributed practice

lebih baik daripada

massed practice

, yaitu

distributed practice

(6)

commit to user

vi

MOTTO

AGUNG WAHYU IKHTIANTORO

Agung Wahyu Ikhtiantoro

Dengan ilmu kehidupan menjadi mudah, dengan seni kehidupan menjadi indah dengan

agama hidup menjadi terarah.

(A.H. Mukti Ali)

Ilmu dapat membuat orang lebih bijaksana, mencegah berbuat aniaya dan membuat yang

tak tahu arah menjadi terarah.

(Al Imam Al Mawardi)

Sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan

( QS Al- Insyroh, 94: 6)

Janganlah ragu-ragu dalam berkorban untuk meraih cita-cita, karena cita-cita akan tercapai

membutuhkan banyak pengorbanan.

(7)

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan

Kepada

Bapak dan Ibu tercinta

Rekan-rekan PENJASKESREK KG 08 JPOK UNS

Almamater

(8)

commit to user

viii

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik. Banyak kendala dalam penyusunan skripsi ini, namun berkat

bantuan dari berbagai pihak akhirnya kendala tersebut dapat teratasi untuk itu atas segala

bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat :

1.

Prof. Dr. H. M Furqon Hidayatullah, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin menyusun

skripsi ini.

2.

Drs. H. Agus Margono, M. Kes. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

dan Sekaligus sebagai Pembimbing I atas segala perhatian dan bimbingannya.

3.

Drs. H. Sunardi, M. Kes. Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

dan Sekaligus sebagai Pembimbing II atas segala kesabaran dan bimbingannya.

4.

Kepala Sekolah SD Negeri Sumberadi Kebumen sebagai tempat penelitian.

5.

Siswa kelas IV dan V SD Negeri Sumberadi Kebumen sebagai sampel penelitian.

6.

Rekan JPOK ”08” Penjaskesrek

KG yang telah membantu pelaksanaan penelitian.

7.

Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga amal kebaikan tersebut mendapat imbalan dari Tuhan YME, harapan

penulis, semoga skripsi bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan Olahraga di SD

khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Surakarta, Januari 2011

(9)

commit to user

ix

Halaman

JUDUL ………..………...………...

PENGAJUAN ………..…..………

PERSETUJUAN ………..…..………

PENGESAHAN ………...……….

ABSTRAK………..………..………...

MOTTO ………..………..………

PERSEMBAHAN ………..……….………..

KATA PENGANTAR ………..……….………

DAFTAR ISI ……….…………..

DAFTAR TABEL………..

DAFTAR LAMPIRAN ………..……….………..

BAB I PENDAHULUAN... ...

A.

Latar Belakang Masalah ... ...

B.

Identifikasi Masalah... ...

C.

Pembatasan Masalah ... ...

D.

Perumusan Masalah ... ...

E.

Tujuan Penelitian ... ...

F.

Manfaat Penelitian ... ...

BAB II LANDASAN TEORI ... ...

A.

Tinjauan Pustaka ... ...

1.

Power Otot Tungkai………

...

2.

Latihan... ... ...

3.

Latihan pada Siswa Sekolah Dasar...

4.

Latihan Power Otot Tungkai dengan Metode

Distributed Practice

...

5.

Latihan Power Otot Tungkai dengan Metode

Massed Practice

...

B.

Kerangka Pemikiran ... ... ...

C.

Perumusan Hipotesis ... ... ...

(10)

commit to user

x

A.

Tempat dan Waktu Penelitian ... ... ...

B.

Metode Penelitian...

C.

Populasi dan Sampel ... ... ...

D.

Teknik Pengumpulan Data ... ... ...

E.

Teknik Analisis Data ... ... ...

BAB IV. HASIL PENELITIAN ……...………

...

A.

DeskripsiData ………

...

……….

...

B.

Uji Reliabilitas...

C.

PengujianPrasyaratAnalisis.…………

..

………

..

D.

Hasil Analisis Data

………

...

……

.

……….

..

E.

Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ....

..

………..

..

BAB V. SIMPULAN, IM

PLIKASI,SARAN ……….

A.

Simpulan ………

....

………..

B.

Implikasi ………

....

………..

C.

Saran ………

....

………

DAFTAR PUSTAKA ……….

LAMPIRAN-

LAMPIRAN ……….

29

29

30

30

31

35

35

36

37

38

42

44

44

44

45

46

(11)

commit to user

xi

Halaman

Tabel 1.

Deskripsi Data Hasil kemampuan Power Otot Tungkai………

Tabel 2. Ringkasan Uji Reliabilitas ...

Tabel 3. Range Kategori Reliabilitas

………

...

….………

..

Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data

………

...

Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data

...

...…

..

Tabel 6. Rangkuman Hasil

T-Test

kemampuan Power Otot Tungkai pada

Taraf Signifikasi

= 0,05...

Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir

Kelompok 1...

Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir

Kelompok 2...

Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir antara Kelompok 1 dan

Kelompok 2...

Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Peningkatan kemampuan Kelompok 1 dan

Kelompok 2...

35

36

36

37

38

38

39

40

40

(12)

commit to user

xii

Halaman

Lampiran 1. Petunjuk Pelaksannan Tes Power Otot Tungkai...

Lampiran 2. Program Latihan Power Otot Tungkai dengan

Massed Practice

...

Lampiran 3. Program Latihan Power Otot Tungkai dengan

Distributed Practice

...

Lampiran 4. Pengambilan Data Tes Awal...

Lampiran 5 Pengambilan Data Tes Akhir...

Lampiran 6 Pembagian Kelompok dengan Ordinal Pairing...

Lampiran 7 Uji Normalitas Data...

Lampiran 8 Uji Homogenitas ...

Lampiran 9 Uji Perbedaan ...

...

………...

...

Lampiran 10 Dokumentasi ...

………...

..

Lampiran 11 Perijinan Penelitian...

………...

..

48

49

51

54

55

56

57

59

61

69

(13)

commit to user

Agung Wahyu Ikhtiantoro.. EFFECT OF EXERCISE WITH DIFFERENT METHODS DISRTRIBUTED PRACTICE AND PRACTICE MASSED ABILITY TO POWER ON LEG MUSCLE CLASS IV AND V SDN SUMBERADI, KEC. KEBUMEN KAB. KEBUMEN YEAR 2010. Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. Eleven March Surakarta University, January. 2011.

The purpose of this study is to determine: (1). The difference between the

exercise effect by the method of distributed practice and massed practice on the

ability of leg muscle power in boys grade IV and V SDN Sumberadi Year 2010.

(2). Better effect between exercise by the method of distributed practice and

massed practice on the ability of leg muscle power in boys grade IV and V SDN

Sumberadi Year 2010.

The method used in this study is the experimental method. While the

design used in the pretest-posttest design. The population used in this study is the

fourth and fifth grade students at primary school Sumberadi. The sample used in

this study amounted to 30 people. Analysis using t test.

Based on the results of data analysis can be concluded: (1). There are

differences in the influence of distributed learning practices and massed practice

on the ability of leg muscle power in class IV and V Elementary School District

Kebumen Sumberadi Kebumen district in 2010, because tcount obtained at 1.790,

is greater than ttable amounted to 1.699. (2). Learning distributed practice is better

than massed practice on the ability of leg muscle power in class IV and V

Elementary School District Kebumen Sumberadi Kebumen district in 2010,

because the average increase in the percentage increase in learning mathematics

are distributed practice is better than massed practice, which is distributed massed

(14)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua yang telah ada

dan dilakukan oleh manusia sejak jaman purba sampai sekarang ini. Bahkan dapat

dikatakan sejak adanya manusia di muka bumi ini, atletik sudah ada dan dilakukan

oleh manusia. Hal tersebut dikarenakan setiap gerakan dalam atletik merupakan

perwujudan dari gerakan dasar dalam kehidupan manusia sehari-hari. Atletik

merupakan salah satu cabang olahraga yang diajarkan dan memiliki beberapa

nomor yang diperlombakan seperti jalan, lari, lompat dan lempar.

Gerakan-gerakan yang terdapat pada semua cabang olahraga, pada

intinya merupakan gerakan dasar yang berasal dari gerakan pada atletik. Oleh

karena itu, tidak berlebihan kiranya jika dikatakan bahwa atletik merupakan ibu

dari semua cabang olahraga. Atletik juga merupakan sarana pendidikan jasmani

bagi peserta didik dalam upaya meningkatkan daya tahan, kekuatan, kecepatan,

kelincahan dan lain sebagainya. Pembelajaran pendidikan jasmani, merupakan

salah satu bagian dari pendidikan dalam segala jenjang tingkatan pendidikan.

Selain untuk keseragaman materi pendidikan, juga merupakan salah satu metode

pencapaian sasaran pendidikan atau berusaha mencapai suatu taraf prestasi

tertentu. Dalam pelaksanaan pembelajaran lompat jauh selama ini masih di jumpai

penerapan pembelajaran dengan model atau pola lama, guru selalu mengajar

lompat jauh sesuai dengan tehnik dasar lompat jauh seperti : awalan, tolakan,

melayang dan mendarat sehingga metode pembelajarannya terkesan monoton.

Selama ini belum pernah diterapkan berbagai pembaharuan atau inovasi metode

pembelajaran yang digunakan oleh guru penjasorkes, sebagian besar guru

penjasorkes masih sering menggunakan model atau pola lama dalam memberikan

materi pelajaran khususnya lompat jauh.

Cabang olahraga lompat jauh, membutuhkan suatu awalan yang

dipengaruhi oleh kecepatandan tolakan (power tungkai) yang maksimal untuk

dapat menghasilkan jarak lompatan yang maksimal. Agar pembinaan dapat

(15)

commit to user

berpengaruh dan menentukan keberhasilan pembelajaran lompat jauh khususnya

dalam nomor lompat jauh tanpa awalan siswa SD yang akhir-akhir ini dilombakan

pada KIDS ATHLETICS. Faktor-faktor tersebut menurut Sajoto (1995: 7) antara

lain adalah sebagai berikut :” 1) Pengembangan Fisik, 2) Pengembangan Teknik,

3) Pengembangan Mental, 4) Kematangan Juara”. Salah satu unsur kondisi fisik

yang dapat berguna pada pembelajaran lompat jauh yaitu explosive power atau

daya ledak. Sedang latihan yang dapat meningkatkan explosive power (kekuatan

daya ledak) antara lain adalah : 1) Melompat memantul jauh ke depan atas

(bounds), 2) Loncat-loncat vertikal (hops), 3) Melompat (jump), 4) Lompat

berjingkat (leaps), 5) Langkah dekat (Skips).

Kemampuan teknik dasar power otot tungkai yang masih rendah tersebut

perlu dilakukan evaluasi dari semua faktor, baik guru, siswa, metode

pembelajaran, sarana prasarana dan lain sebagainya. Terbatasnya jam pelajaran

yang digunakan untuk tatap muka dan kurangnya sarana prasarana merupakan

kendala. Waktu yang tersedia hanya dimanfaatkan untuk mengajarkan teknik

dasar saja, itu pun tidak mencukupi. Jika tidak ada waktu tambahan di luar jam

pelajaran (latihan khusus), maka kemampuan teknik dasar power otot tungkai

tidak dapat meningkat.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran, seorang guru harus kreatif dalam

menyajikan materi pembelajaran dengan berbagai cara agar bahan pelajaran yang

disajikan dapat diterima dengan baik oleh siswa. Metode latihan merupakan suatu

cara yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan bagi atlet yang dilatih.

Tuntutan terhadap metode latihan yang efektif dan efisien didorong oleh

kenyataan-kenyataan atau gejala-gejala yang timbul dalam pelatihan. Banyaknya

macam-macam metode latihan, maka dalam pelaksanaan latihan harus mampu

menerapkan metode latihan yang baik dan tepat. Menurut Andi Suhendro (2004:

3.70) bahwa, “ Metode latihan yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan

keterampilan tehnik di antaranya dengan metode massed practice dan distributed

practice”.

Metode distributed practice merupakan metode latihan yang pada

(16)

commit to user

Sedangkan metode massed practice adalah pengaturan giliran latihan yang

dilakukan secara terus-menerus tanpa diselingi istirahat. Baik metode distributed

practice maupun massed practice memiliki karakteristik yang berbeda dan

masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan, sehingga belum diketahui

efektifitasnya terhadap peningkatan kemampuan power otot tungkai. Untuk

mengetahui dan menjawab permasalahan yang muncul, maka perlu dikaji dan

diteliti lebih mendalam melalui penelitian eksperimen pada SDN Sumberadi, kec.

Kebumen, Kab. Kebumen.

Sisi menarik untuk melakukan penelitian pada SDN Sumberadi, kec.

Kebumen, Kab. Kebumen dari hasil pembelajaran yang telah diikuti hasil belajar

yang dicapai kurang maksimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa permasalahan,

antara lain: (1) Kemampuan power otot tungkai yang masih rendah dan perlu

ditingkatkan, sehingga lompat jauh tanpa awalan yang dilakukan sering tidak

sesuai dengan harapan, misalnya, tolakan yang dilakukan siswa kurang

menghasilkan lompatan yang jauh, melayang dengan teknik yang kurang benar.

(2) Pelaksanaan pembelajaran yang kurang bersemangat. Misalnya waktu yang

tersedia tidak dimanfaatkan untuk melakukan pengulangan lompat secara

maksimal, siswa hanya melakukan pengulangan beberapa kali, kemudian berhenti

dan kelihatan lelah, pengaturan antara waktu latihan dan istirahat kurang

diperhatikan. Jika ambang rangsang telah dicapai dan waktu istirahat terlalu lama,

maka kondisi tersebut akan pulih kembali dan keterampilan akan lambat dicapai.

Permasalahan yang telah dikemukakan di atas yang melatar belakangi

judul penelitian, “Perbedaan Pengaruh Latihan Dengan Metode Disrtributed

Practice dan Massed Practice terhadap Kemampuan Power Otot Tungkai Pada

Siswa Kelas IV dan V SDN Sumberadi, kec. Kebumen, Kab. Kebumen Tahun

(17)

commit to user

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

masalah dalam penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Belum pernah diterapkan latihan dengan metode distributed practice dan

massed practice untuk meningkatkan kemampuan power otot tungkai.

2. Belum diketahui pengaruh latihan dengan metode distributed practice dan

massed practice terhadap kemampuan power otot tungkai pada siswa kelas IV

dan V SDN Sumberadi, kec. Kebumen, Kab. Kebumen Tahun 2010.

C. Pembatasan Masalah

Banyaknya masalah yang muncul dalam penelitian perlu dibatasi agar

tidak menyimpang tujuan penelitian. Pembatasan masalah dalam penelitian ini

sebagai berikut:

1. Pengaruh latihan dengan metode distributed practice dan massed practice

terhadap kemampuan power otot tungkai.

2. Kemampuan power otot tungkai pada siswa putra kelas IV dan V SDN

Sumberadi Tahun 2010.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas,

masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Adakah perbedaan pengaruh antara latihan dengan metode distributed practice

dan massed practice terhadap power otot tungkai pada siswa putra kelas IV

dan V SDN Sumberadi Tahun 2010?

2. Manakah pengaruh yang lebih baik antara latihan dengan metode distributed

practice dan massed practice terhadap kemampuan power otot tungkai pada

(18)

commit to user

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan diatas, penelitian ini

mempunyai tujuan untuk mengetahui:

1. Perbedaan pengaruh antara latihan dengan metode distributed practice dan

massed practice terhadap kemampuan power otot tungkai pada siswa putra

kelas IV dan V SDN Sumberadi Tahun 2010.

2. Pengaruh yang lebih baik antara latihan dengan metode distributed practice

dan massed practice terhadap kemampuan power otot tungkai pada siswa

putra kelas IV dan V SDN Sumberadi Tahun 2010.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat dijadikan sebagai alternatif pembina atau pelatih pada SDN Sumberadi

untuk menentukan dan memilih metode latihan yang tepat untuk

meningkatkan kemampuan power otot tungkai pada siswa kelas IV dan V.

2. Sebagai masukan bagi pembina atau pelatih dan siswa agar mengetahui

pentingnya pengulangan gerakan dengan frekuensi sebanyak-banyaknya untuk

(19)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Power Otot Tungkai

a. Pengertian Power Otot Tungkai

Power (daya ledak) atau eksplosif power biasanya mengacu pada

kemampuan seseorang dalam melakukan maksimal dan usaha yang

dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya. Menurut Harsono ( 1988

: 200 ) bahwa: “ Power adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kemampuan

otot maksimal, dalam waktu yang sangat cepat“. Kemudian menurut M. Sajoto

(1995 : 8) bahwa: “ Daya ledak otot ( maskulus power ) adalah kemampuan

seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum dengan usaha yang

dikerahkan dalam waktu yang sependek pendeknya“. Selanjutnya Suharno HP

(1993 : 59) mengemukakan bahwa, ” eksplosif power ialah kemampuan otot atlet

untuk mengatasi tahanan beban dengan kekuatan dan kecepatan maksimal dalam

satu gerak yang utuh “.

Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa power otot dipengaruhi oleh

kecepatan, kekuatan, keterampilan, serta koordinasi gerak. Disamping itu power

juga dipengaruhi oleh serabut otot yang dimiliki. Serabut otot tersebut merupakan

faktor bawaan. Jenis serabut otot yang dimiliki oleh atlet sejak lahir pada dasarnya

ada dua macam, yaitu: ”serabut otot cepat, dan serabut otot lambat”. Sudoso

Sumosardjuno (1994:15). Serabut otot cepat merupakan serabut otot putih,

sedangkan serabut otot lambat merupakan serabut otot merah.

Kekuatan dan kecepatan merupakan dua komponen kondisi fisik yang di

padukan secara bersama-sama, sehingga akan menghasilkan power yang

merupakan kemampuan dari otot atau sekelompok otot untuk mengatasi beban

tahanan dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan utuh dengan waktu yang

singkat. Pada prinsipnya power digunakan dalam suatu gerakan dengan

(20)

commit to user

Seperti yang dikemukakan M. Sajoto (1988:58) bahwa “Power atau

muscular power adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan

maksimal dengan usaha yang dikerahkan dalam waktu yang

sesingkat-singkatnya”. Menurut Andi Suhendro (2004 : 4.3) mendefinisikan power adalah “

Kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam menahan beban

tertentu dalam suatu aktivitas dengan waktu terbatas”. Sedangkan menurut

Mulyono B. (2007:57) mengemukakan bahwa “ Power adalah kemampuan untuk

mengerahkan kekuatan dengan maksimum dalam jangka waktu yang minim”.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa power otot

tungkai merupakan kemampuan dari otot atau sekelompok otot tungkai untuk

mengerahkan kekuatan secara maksimal dalam waktu relatif singkat.

Berdasar unsur terbentuknya power yaitu kekuatan dan kecepatan, maka

kedua komponen tersebut merupakan faktor yang dominan menentukan baik dan

tidaknya power. Oleh karena itu power yang dimiliki apabila kedua unsur tersebut

baik semua. Namun apabila hanya salah satu komponen saja yang baik, maka

power yang dimiliki kurang maksimal.

Berdasarkan definisi diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa daya

ledak pada dasarnya adalah kemampuan atlet untuk mengerahkan kekuatan

secara maksimal dalam waktu yang sependek – pendeknya. Dalam daya ledak

atau power terdapat dua unsur utama yaitu kekuatan otot dan kecepatan dalam

mengerahkan tenaga yang dimiliki tersebut secara maksimal. Dari hal tersebut

dapat dirumuskan bahwa otot tungkai merupakan kemampuan otot atau

sekelompok otot tungkai dalam mengatasi tahanan beban atau dengan kecepatan

tinggi dalam satu gerak yang utuh. Power otot tungkai adalah kemampuan otot

tungkai untuk melakukan kerja atau gerakan secara eksplosif yang dilakukan oleh

otot – otot tungkai. Tungkai pada manusia terdiri dari tungkai atas dan tungkai

bawah. Otot – otot penggerak utama dalam gerakan daya ledak otot tungkai

terdiri dari:

1). Otot – otot yang terletak pada tungkai atas (paha):

a). Otot paha bagian depan:

(21)

commit to user

(2). Otot sartoreus

(3). Otot quadriceps femoris:

(a). Otot tensor facia lata

(b). Otot vastus laterae

(c). Otot rektus femoris

(d). Otot vastus medialis

b). Otot tungkai atas bagian belakang:

(1). Hamstring muscle : otot pada lateral dan medial

(2). Otot gluteus maksimus

Kemampuan daya ledak otot tungkai seseorang dapat dilihat dari

kemampuannya melakukan gerakan secara eksplosif. Banyak cabang olahraga

yang memerlukan gerakan melompat, meloncat, berlari, menendang, dan

sebagainya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa daya ledak otot tungkai

merupakan unsur dasar bagi berbagai cabang olah raga, seperti lompat tinggi,

lompat jauh, lari cepat, dan sebagainya. Khusus dalam lompat jauh tanpa awalan,

daya ledak otot tungkai sangat penting dalam mendukung atlet saat melakukan

tolakan.

b. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Power

Power merupakan hasil perpaduan dari dua kemampuan yaitu kekuatan

dan kecepatan. Dalam upaya untuk meningkatkan power otot, pelatih perlu

memahami mengenai seluk beluk power otot. Hal yang sangat penting yang perlu

diketahui yaitu faktor – faktor yang mempengaruhi power otot. Untuk

menghasilkan power yang baik banyak faktor yang turut menentukan. Suharno

HP (1993:59-60) menjelaskan bahwa faktor – faktor penentu daya ledak sebagai

berikut:

1). Banyak sedikitnya macam fibril otot putih (phasic) dari atlet.

2). Kekuatan dan kecepatan otot atlet.

Ingat Rumus P = F x V

(22)

commit to user

3). Waktu rangsangan maksimal, misalnya waktu rangsangan hanya 15

detik, power akan lebih baik dibandingkan dengan waktu

rangsang selama 34 detik.

4). Koordinasi gerakan yang harmonis antara kekuatan dan kecepatan.

5). Tergantung banyak sedikitnya zat kimia dalam otot (ATP).

6). Penguasaan teknik garakan yang benar.

Kualitas power seseorang berbeda-beda, selain kekuatan dan

kecepatan hal yang membuat perbedaan adalah jenis kelamin, macam jenis fibril

otot, latihan dan lain sebagainya. Power yang dimiliki seseorang akan lebih

baik apabila dilatih secara sistematis dan kontinyu dengan metode yang tepat dan

baik. Tanpa dilatih secara sistematis dan kontinyu power yang dimiliki

tidak berperan dalam aktifitas olahraga. Menurut Suharno HP (1993: 60)

ciri-ciri untuk mengembangkan power yaitu: (1) melawan beban relatif ringan,

(2) gerakan latihan yang dinamis, (3) gerakan-gerakan merupakan satu gerak

yang singkat dan selaras. Seseorang yang memiliki power otot tungkai

yang baik maka gerakan-gerakan yang dilakukan lebih singkat, cepat dan

maksimal. Maka seorang pelompat khususnya pada atlet lompat jauh harus

bias melakukan dan menggunakan power otot tungkai yang dimiliki secara

maksimal.

Power dalam nomor lompat jauh tanpa awalan dapat diartikan

sebagai explosive power atau muscular power, explosive power atau muscular

power adalah”. Kemampuan seseorang mempergunakan kekuatan maksimum

yang dikerahkan dalam waktu yang sependek – pendeknya” . Sajoto (1995: 8).

Menurut Suharno HP (1993: 59) explosive power atau muscular power

adalah ” kemampuan otot atlet untuk mengatasi beban dengan kekuatan dan

kecepatan maksimal dalam satu gerak yang utuh”. Menurut Andi Suhendro

(23)

commit to user

atau sekelompok otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kecepatan dalam

suatu gerakan yang utuh”.

Menurut Suharno HP (1993: 60) adapun ciri latihan explosive power

atau muscular power adalah: (1) Melawan beban yang relatif ringan, (2) Gerak

latihan aktif, dinamis dan cepat, (3) Gerakan – gerakan merupakan satu gerak

yang singkat dan serasi, (4) Bentuk gerak dapat Cyclic atau acyclic, (5)

Intensitas kerja submaksimal atau maksimal.

Begitu juga pada nomor lompat jauh tanpa awalan explosive power atau

muscular power diperlukan sebagai faktor pendukung dalam mencapai prestasi

yang maksimal. Dengan ciri latihan melawan beban yang relatif ringan, cukup

dengan berat badan sendiri dan tidak perlu tambahan beban luar yang ringan

sekalipun maka dengan modifikasi latihan power otot tungkai dengan

menggunakan rintangan panjang dan rintangan bilah dapat berguna untuk

manambah explosive power atau muscular power otot tungkai.

Banyak dalam cabang olahraga kecepatan merupakan komponen fisik

yang esensial. Kecepatan menjadi faktor penentu di dalam cabang olahraga seperti

sprint, tinju beberapa cabang olahraga permainan dan lain sebagainya. Kecepatan

tidak hanya menggerakkan seluruh tubuh dengan cepat, tetapi dapat pula terbatas

pada menggerakkan anggota-anggota tubuh dalam waktu yang

sesingkat-singkatnya. Menurut Mulyono B (2007:58) ” Kecepatan adalah kemampuan untuk

melakukan suatu gerak dalam periode waktu yang singkat. Menurut Suharno HP

(1993:23) ” kecepatan adalah suatu kecepatan reaksi otot yang ditandai dengan

pertukaran antara kontraksi dan relaksasi yang menuju maksimal. Kecepatan

ditentukan frekuensi stimulus, kemauan, mobilitas syaraf, kecepatan kontraksi

otot, tingkat otomatis gerak dan power otot. Gerak kecepatan dilakukan dengan

melakukan perlawanan yang berbeda – beda, misalnya berat badan, berat besi,

hambatan air dan sebagainya. Di dalam latihan power otot tungkai perlawanan

yang dilakukan adalah memindahkan seluruh berat badan secepat mungkin dalam

waktu yang singkat dan menghasilkan lompatan yang semaksimal mungkin.

Menurut Suharno HP (1993 : 47) Kecepatan bergerak adalah “ kemampuan atlet

(24)

commit to user

permulaan dan gerak akhir ”. Kecepatan bergerak tergantung pada kekuatan, dan

daya ledak dari otot tungkai. Kecepatan bergerak harus disertai daya koordinasi,

kelincahan dan keseimbangan gerak seluruh tubuh yang berkaitan dengan gerakan

lompat jauh tanpa awalan. Menurut Suharno HP (1993 : 49) adapun ciri latihan

Kecepatan bergerak adalah: (1) Memiliki bentuk gerak Cyclic atau acyclic, (2)

Gerak latihan mengejar waktu yang paling pendek atau cepat, (3) Pengukuran

waktu mulai dari perangsangan (stimulus) dan jawaban (Respon), (4)

Menggunakan metode Interval running, interval training, metode pertandingan

(Competition Method), dan metode bermain kecepatan ( Speed Play).

Untuk memperoleh explosive power atau muscular power dan kecepatan

bergerak dalam melakukan lompat jauh tanpa awalan diperlukan gerak kaki yang

cepat dan kuat dengan koordinasi aktif, dinamis dan efektif. Semakin besar

explosive power atau muscular power otot tungkai , maka akan semakin

menghasilkan kecepatan bergerak yang maksimal.

2. Latihan

a. Pengertian Latihan

Menurut Sudjarwo (1995:14) “Latihan adalah suatu proses yang

sistematis secara berulang–ulang secara ajeg dengan selalu memberikan

peningkatan beban latihan”. Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996:145)

mengemukakan : ” Latihan adalah suatu proses yang sistematis dari berlatih yang

dilakukan secara berulang–ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban

latihan serta intensitas latihannya”.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa, latihan

secara sistematis maksudnya berencana, menurut jadwal, menurut pola dan sistem

tertentu, metodis, dari yang mudah ke yang lebih sukar, latihan teratur, dari yang

sederhana ke yang lebih rumit. Latihan berulang–ulang adalah setiap elemen

teknik harus diulang sesering mungkin, maksudnya adalah agar gerakan yang

semula sukar dilakukan menjadi semakin mudah dan otomatis pelaksanaannya

sehingga makin menghemat energi. Kian hari kian ditambah bebannya, segera

(25)

commit to user

tidak pernah ditambah prestasipun tidak akan meningkat. Latihan harus

direncanakan dengan baik, hal ini meliputi program latihan, sasaran yang hendak

dikembangkan yang pada akhirnya akan terjadi peningkatan prestasi yang baik.

Salah satu tujuan dari latihan adalah pencapaian prestasi yang sebaik

mungkin. Upaya mencapai prestasi olahraga banyak faktor yang

mempengaruhinya. Salah satu faktor yang memberikan sumbangan bagi

pencapaian prestasi dalam olahraga dan masalah pembinaan olahraga yang

kompleks ialah penerapan metode latihan yang ilmiah.

Metode latihan merupakan suatu cara yang digunakan oleh pelatih

dalam menyajikan materi latihan, agar tujuan latihan dapat tercapai. Berkaitan

dengan metode latihan. Metode latihan merupakan cara yang digunakan seorang

pembina atau pelatih berfungsi sebagai alat yang bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan atau keterampilan bagi atlet yang dilatih. Dalam hal ini seorang

pelatih harus menerapkan metode latihan yang efektif. Efektivitas latihan

merupakan jalan keberhasilan dalam proses pembiasaan atau sosialisasi siswa atau

atlet dan pengembangan sikap serta pengetahuan yang mendukung pencapaian

keterampilan yang lebih baik dalam kerangka program pembinaan.

b. Latihan Fisik untuk meningkatkan Power Otot Tungkai

Kondisi fisik yang baik merupakan faktor yang mendasar untuk

mengembangkan faktor lainnya, sehingga akan mendukung pencapaian

prestasi yang optimal. Hal senada dikemukakan Andi Suhendro (1999:4.1)

bahwa, “ Kondisi fisik merupakan salah satu syarat penting dalam

meningkatkan prestasi seorang atlet, dan bahkan sebagai keperluan yang sangat

mendasar untuk meraih prestasi olahraga”. Pentingnya peranan kondisi fisik

untuk mendukung pencapaian prestasi olahraga, maka harus dilatih dengan

baik dan benar.

Latihan fisik pada umumnya memberikan beban fisik pada

tubuh secara teratur, sistematik, berkesinambungan sedemikian rupa sehingga

dapat meningkatkan kemampuan didalam melakukan kerja. Latihan fisik yang

(26)

commit to user

program latihan akan meningkatkan kemampuan fisik secara nyata. Berkaitan

dengan latihan fisik Andi Suhendro (1999: 3.5) bahwa, “ Latihan fisik adalah

latihan yang ditujukan untuk mengembangkan dan meningkatkan kondisi

seseorang. Latihan ini mencakup semua komponen kondisi fisik antara lain

kekuatan otot, daya tahan kardiovaskuler, daya tahan otot, kelincahan, kecepatan,

power, stamina, kelentukan dan lain-lain”.

Latihan fisik merupakan salah satu bagian latihan olahraga secara

menyeluruh, yaitu untuk meningkatkan prestasi olahraga serta untuk

meningkatkan kesegaran jasmani. Dalam pelaksanaan latihan fisik dapat

ditekankan pada salah satu komponen kondisi fisik tertentu sesuai tujuannya. Hal

ini artinya, latihan fisik yang dilakukan harus bersifat spesifik sesuai dengan

karakteristik komponen fisik yang dibutuhkan untuk tujuan tertentu.

c. Prinsip-Prinsip Latihan

Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara berulang-ulang

dengan meningkatkan beban latihan secara periodik. Dalam pemberian beban

latihan harus memahami prinsip-prinsip latihan yang sesuai dengan tujuan latihan.

Berkaitan dengan prinsip-prinsip latihan dan prinsip dasar latihan Sudjarwo (1995

: 21-23 ) adalah sebagai berikut :

“Prinsip-prinsip latihan digunakan agar pemberian dosis latihan dapat dilaksanakan secara tepat dan tidak merusak atlit”. Agar tujuan latihan dapat dicapai secara optimal, hendaknya diterapkan prinsip-prinsip latihan yang baik dan tepat. Prinsip dasar latihan adalah sebagai berikut :

a) Prinsip individual, b) Prinsip beban berlebih (overload principle), c) Prinsip interval, d) Prinsip stress. (penekanan), e) Latihan sepanjang tahun, f) Prinsip makanan yang baik ( nutrition )

Adapun prinsip-prinsip latihan yang harus diperhatikan dalam latihan menurut

Bompa (1999: 28-44) meliputi: “(1) prinsip aktif dan bersungguh-sungguh dalam

berlatih, (2) prinsip perkembangan menyeluruh, (3) prinsip spesialisasi, (4) prinsip

individual, (5) prinsip latihan bervariasi, (6) prinsip modeling adalah proses

pelatihan”. Prinsip-prinsip latihan menurut Suharno HP.(1993 : 10-21) antara lain

(27)

commit to user

Kenaikan beban latihan secara teratur, c) Prinsip individual, d) Prinsip interval, e)

Prinsip stress. (penekanan), f) Prinsip spesialisasi ”.

Prinsip latihan merupakan dasar yang harus digunakan sebagai pedoman

dalam pelaksanaan latihan. Penerapan prinsip-prinsip latihan yang benar akan

lebih memperbesar kemungkinan dalam pencapaian tujuan yang diinginkan.

Disini peneliti melatih teknik sehingga faktor fisik pada prinsip latihan tidak

dilatih.

d. Komponen-Komponen Latihan

Setiap kegiatan olahraga yang dilakukan oleh atlet, akan mengarah

kepada sejumlah perubahan yang bersifat anatomis, fisiologis, biokimia dan

kejiwaan. Efisiensi dari suatu kegiatan merupakan akibat dari waktu yang dipakai,

jarak yang ditempuh, dan jumlah pengulangan (volume), beban dan kecepatannya,

intensitas, serta frekuensi penampilan (densitas). Apabila seorang pelatih

merencanakan suatu latihan yang dinamis. Maka harus mempertimbangkan semua

aspek yang menjadi komponen latihan tersebut diatas.

Semua komponen dibuat sedemikian dalam berbagai model yang sesuai

dengan karakteristik fungsional dan ciri kejiwaaan dari cabang olahraga yang

dipelajari. Sepanjang fase latihan, pelatih harus menentukan tujuan latihan secara

pasti, komponen mana yang menjadi tekanan latihan dalam mencapai tujuan

penampilannya yang telah direncanakan. Cabang olahraga yang banyak

membutuhkan keterampilan yang tinggi termasuk lompat jauh, maka

kompleksitas latihan merupakan hal yang sangat diutamakan. Untuk lebih

jelasnya, komponen-komponen latihan dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Volume Latihan

Sebagai komponen utama, volume adalah prasyarat yang sangat

penting untuk mendapatkan tehnik yang tinggi dalam pencapaian fisik yang lebih

baik. Menurut Andi Suhendro (1999: 3.17) bahwa, “volume latihan adalah ukuran

yang menunjukkan jumlah atau kuantitas derajat besarnya suatu rangsang yang

(28)

commit to user

ditempuh”. Sedangkan repetisi menurut Suharno HP (1993: 32) adalah “ ulangan

gerak berapa kali atlet harus melakukan gerak setiap giliran”.

2) Intensitas Latihan

Intensitas adalah fungsi dari kekuatan rangsangan syaraf yang

dilakukan dalam latihan, dan kekuatan rangsangan tergantung dari beban

kecepatan geraknya, variasi interval atau istirahat diantara tiap ulangannya.

Menurut Suharno HP (1993: 31) bahwa, “Intensitas adalah takaran yang

menunjukkan kadar atau tingkatan pengeluaran energi atlet dalam aktivitas

jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan”.

3) Densitas Latihan

Andi Suhendro (1999: 3.24) menyatakan, “ Density merupakan

ukuran yang menunjukkan derajat kepadatan suatu latihan yang dilakukan”.

Dengan demikian densitas berkaitan dengan suatu hubungan yang dinyatakan

dalam satuan waktu antara kerja dan istirahat. Densitas yang cukup akan

menjamin efisiensi latihan, sehingga menghindarkan atlet dari kelelahan yang

berlebihan.

4) Kompleksitas Latihan

Kompleksitas dikaitkan pada kerumitan bentuk latihan yang

dilaksanakan dalam latihan. Kompleksitas dari suatu keterampilan

membutuhkan koordinasi, dapat menjadi penyebab penting dalam menambah

intensitas latihan. Keterampilan tehnik yang rumit atau sulit, mungkin akan

menimbulkan permasalahan dan akhirnya akan menyebabkan tekanan

tambahan terhadap otot, khususnya selama tahap dimana koordinasi syaraf

otot berada dalam keadaan lemah. Suatu gambaran kelompok individual

terhadap keterampilan yang kompleks, dapat membedakan dengan mana yang

(29)

commit to user

e. Penyusunan Program Latihan

Program latihan merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

dipisahkan dalam pelatihan olahraga prestasi. Berkaitan dengan program latihan

Andi Suhendro (1999: 5.13) menyatakan, “ Program latihan merupakan suatu

petunjuk atau pedoman yang mengikat secara tertulis berisi cara-cara yang akan

ditempuh untuk mencapai tujuan dimasa mendatang yang telah ditetapkan”.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, program latihan merupakan

petunjuk atau pedoman dalam latihan yang disusun oleh pelatih dan harus

dilaksanakan oleh atlet. Program latihan yang dibuat secara teratur dan terprogram

dengan baik dalam jangka waktu yang tertentu akan membuat kemampuan

meningkat.

Unsur-unsur pendukung untuk pencapaian prestasi maksimal meliputi

unsur fisik, tehnik, taktik, dan mental akan dapat meningkat secara maksimal

dengan membutuhkan proses yang panjang. Dengan adanya program latihan yang

teratur dengan baik, maka latihan akan terarah, sehingga tujuan yang ditetapkan

akan dapat tercapai. Hai ini sesuai pendapat Sudjarwo (1993: 81) menyatakan, “

Suatu hal yang harus diperhatikan dalam menyusun program latihan adalah

menentukan terlebih dahulu tujuan latihan atau target yang hendak dicapai”.

Dalam pencapaian prestasi yang tinggi diperlukan usaha melalui latihan

yang dituangkan dalam rencana program latihan tertulis sebagai pedoman arah

kegiatan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Oleh karenanya, pelatih

dituntut untuk memiliki kemampuan membuat rencana program latihan yang

cermat dan tepat. Program latihan mempunyai manfaat yang penting terhadap

pelaksanaa dan tujuan latihan. Manfaat dari program latihan diantaranya sebagai

pedoman yang teroragnisir, terhindar dari faktor kebetulan, waktu yang digunakan

lebih efektif dan efisien, dapat terhindar dari hambatan-hambatan, arah dan tujuan

latihan menjadi lebih jelas serta sebagai control latihan yang telah dilaksanakan.

(30)

commit to user

3. Latihan Pada Siswa Sekolah Dasar

a. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Program latihan yang baik adalah program latihan yang sesuai

dengan kondisi pelakunya. Pemberian latihan yang baik harus memperhatikan

tingkat kemampuan dan perkembangan siswa. Pengajar, khususnya di Sekolah

Dasar perlu mengetahui karakteristik pertumbuhan dan perkembangan siswa SD.

Kemampuan fisik, psikomotor dan psikologis manusia berkembang sesuai dengan

tingkatan usia dan taraf pertumbuhan fisiknya. Manusia dari anak-anak hingga

dewasa mengalami berbagai perkembangan, antara lain yaitu perkembangan

fisiologis, psikologis, intelektual, sosial dan kemampuan gerak. Secara kronologis

sepanjang hidupnya manusia dapat dibedakan dalam lima tahapan kehidupan,

yaitu “(a) fase sebelum lahir (prenatal), (b) fase bayi (infant), (c) fase anak-anak

(childhood), (d) fase adolesensi (adolescene), dan (e) fase dewasa (adulthood)

(Sugiyanto, 1998: 7). Setiap fase kehidupan manusia memiliki

kecenderungan-kecenderungan karakteristik tertentu, termasuk di dalamnya yang berhubungan

dengan perkembangan fisiknya.

Pada umumnya siswa-siswa di SD, khususnya kelas IV dan V

usianya adalah antara 9 sampai 12 tahun. Dalam tahapan perkembangan usia 9

sampai 12 tersebut dapat diklasifikasikan pada taraf perkembangan pada fase

anak-anak yaitu anak besar. Hal ini seperti yang dikemukakan Sugiyanto

(1998:9) bahwa, fase anak besar yaitu “usia 6 sampai 10 atau 12 tahun”.

Kelompok usia 9 - 12 tahun tersebut termasuk dalam kelompok umur anak

besar. Anak usia tersebut memiliki kerakteristik perkembangan dan

pertumbuhan bersifat khusus, yang berbeda dengan kelompok usia lain. Pada

usia anak besar, anggota gerak atas dan anggota gerak bawahnya bertambah

dengan cepat. Keadaan tersebut berpengaruh pada perkembangan kemampuan

gerak yang dicapainya. Dengan cepatnya pertumbuhan anggota gerak atas

maupun bawah tersebut, maka perkembangan kemampuan gerak anak juga

(31)

commit to user

Perkembangan kemampuan gerak manusia berlangsung secara bertahap.

Secara kronologis, tahapan kehidupan tersebut adalah masa bayi, masa anak kecil,

masa anak besar, masa remaja, masa dewasa dan masa tua. Sejalan dengan

pertumbuhan fisik di mana anak semakin tinggi dan besar, maka kemampuan

gerak anak meningkat. Kemampuan koordinasi merupakan unsur dasar yang baik

dalam perkembangan keterampilan dan dalam belajar gerak. Kecepatan seseorang

dalam mempelajari suatu keterampilan gerak dipengaruhi oleh kemampuan

koordinasi yang dimiliki.

Perkembangan kemampuan gerak pada fase anak besar cukup pesat.

Perkembangan tersebut seiring dengan meningkatnya minat anak terhadap

aktivitas fisik. Minat anak terhadap aktivitas fisik dipengaruhi oleh kondisi

psikologis dan sosialnya. Mengenai sifat-sifat psikologis dan sosial yang

menonjol pada masa anak besar adalah sebagai berikut : Imajinatif serta

menyenangi suara dan gerak ritmik, menyenangi pengulangan aktivitas,

menyayangi aktivitas kompetitif, rasa ingin tahunya besar, selalu memikirkan

sesuatu yang dibutuhkan atau diinginkan, lebih menyenangi aktivitas kelompok

daripada aktivitas individual, meningkatkan minatnya untuk terlibat dalam

permainan yang diorganisasi, tetapi belum siap untuk mengerti peraturan

permainan yang rumit, cenderung membandingkan dirinya dengan

teman-temannya, dan mudah merasa ada kekurangan pada dirinya atau mengalami

kegagalan, mudah gembira karena pujian, dan mudah patah hati atau tidak senang

kalau dikritik, senang menirukan idolanya, selalu menginginkan persetujuan orang

dewasa tentang apa yang diperbuat.

Kemampuan koordinasi berkembang sejalan dengan pertumbuhan dan

kematangan anak. Menurut Sugiyanto ( 1998: 166) bahwa, “pada masa anak

besar, berbagai gerak dasar dan variasinya yang telah bisa dilakukan sebelumnya

akan mengalami peningkatan kualitas atau mengalami penyempurnaan”.

Peningkatan kualitas penguasaan sangat dipengaruhi oleh kesempatan untuk

melakukannya. Anak besar memerlukan aktivitas gerak yang beragam yang bisa

(32)

commit to user

Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa karakteristik siswa

SD kelas IV dan V adalah sebagai berikut :

a. Siswa SD kelas IV dan V berada pada fase perkembangan anak besar.

b. Ukuran dan proporsi bagian-bagian tubuh anak besar belum matang. Secara

proporsional kaki dan tangan tumbuh lebih cepat dibandingkan pertumbuhan

togok.

c. Minatnya terhadap kegiatan fisik makin meningkat, imajinasi, rasa ingin tahu

dan kegiatan sosial juga makin meningkat.

d. Menyukai aktivitas kelompok dan permainan.

e. Perkembangan kemampuan gerak pada fase anak besar cukup pesat.

Gerakannya dapat dilakukan dengan mekanika tubuh yang efisien, semakin

lancar dan terkontrol, pola atau bentuk gerakan makin bervariasi serta gerakan

semakin bertenaga.

b. Latihan Power Otot Tungkai Untuk Siswa Sekolah Dasar.

Teknik lompat memiliki kedudukan yang penting dalam latihan power

otot tungkai. Oleh karena itu, dalam latihan power otot tungkai harus diberikan

latihan teknik secara tepat dan intensif. Dalam melakukan latihan power otot

tungkai diperlukan strategi latihan yang sesuai. Dengan melalui latihan yang

sistematis, teratur dan kontinyu serta dengan strategi latihan yang sesuai, maka

penguasaan kemampuan power otot tungkai akan dapat tercapai.

Pengajar harus memberikan latihan dengan pendekatan yang baik agar

dapat mengantarkan siswanya kepada penguasaan kemampuan lompat jauh tanpa

awalan secara optimal. Latihan power otot tungkai pada siswa SD, perlu

disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Kondisi fisik siswa SD belum

matang sehingga program latihannya memerlukan berbagai penyesuaian agar

(33)

commit to user

4. Latihan Power Otot Tungkai dengan Metode Distributed Practice

a. Metode Distributed Practice

Metode distributed practice adalah prinsip pengaturan giliran praktik

keterampilan yang pada pelaksanaanya diselingi dengan waktu istirahat diantara

waktu latihan. Menurut Sugiyanto (1991:284) “distributed practice adalah

mempraktekkan gerakan dengan diselingi antara melakukan gerakan dan waktu

istirahat”. Menurut Andi Suhendro (2004:3.72) bahwa,” distributed practice

adalah prinsip pengaturan giliran dalam latihan dimana diadakan pengaturan

waktu latihan dengan waktu istirahat secara berselang-seling”.

Metode distributed practice pada prinsipnya merupakan pengaturan

giliran waktu latihan, yaitu dalam pelaksanaanya dilakukan secara

berselang-seling antar waktu latihan dan waktu istirahat. Waktu istirahat merupakan faktor

penting dan harus diperhitungkan dalam metode distributed practice. Andi

Suhendro (2004:3.72) menyatakan, “ penggunaan waktu istirahat secara memadai

bukan merupakan pemborosan waktu, tetapi merupakan bagian-bagian penting

didalam proses belajar gerak untuk memperoleh pemulihan yang cukup”.

Metode distributed practice merupakan metode latihan yang

mempertimbangkan waktu istirahat sama pentingnya dengan waktu untuk praktek

(latihan). Waktu untuk istirahat bukan merupakan pemborosan waktu, tetapi

merupakan bagian penting di dalam proses latihan keterampilan. Waktu istirahat

diantara waktu latihan bertujuan untuk recovery atau pemulihan. Dengan istirahat

yang cukup diantara waktu latihan memungkinkan kondisi atlet pulih dan lebih

siap untuk melakukan kerja atau latihan berikutnya.

b. Pelaksanaan Latihan Power Otot Tungkai dengan Metode Distributed

Practice

Metode latihan distributed practice merupakan pengaturan giliran

praktik ketrampilan yang dilakukan secara berselang-seling antara waktu latihan

dan waktu istirahat. Bertolak dari pengertian metode distributed practice tersebut,

(34)

commit to user

setelah melakukan gerakan lompat beberapa kali, untuk selanjutnya diberi

kesempatan untuk istirahat sesuai dengan program yang telah dijadwalkan.

Istirahat yang diberikan dapat digunakan untuk relaksasi atau pemulihan. Dengan

demikian kondisi atlet akan pulih, selain itu dapat mengenali atau mencermati

kesalahan pada saat melakukan latihan, sehingga pada kesempatan berikutnya

kesalahan tidak diulangi lagi.

c. Sistem Memori dalam Latihan Distributed Practice

Metode latihan distributed practice merupakan bentuk latihan yang

dilakukan secara berselang – seling. Ini artinya, setelah melakukan gerakan

diberikan waktu istirahat. Latihan yang dilakukan berselang - seling tersebut,

sehingga keterampilan yang dipelajari tersimpan dalam memori sangat singkat.

Pengulangan gerakan yang diberi waktu interval (istirahat), maka keterampilan

yang dipelajari akan lebih lama dikuasai.

Ditinjau dari proses informasi dan sistem memori, latihan power otot

tungkai dengan metode distributed practice termasuk sistem memori jangka

pendek atau short term memory. Short term memory merupakan suatu

pemprosesan informasi yang diterima dalam waktu singkat dan dapat hilang

dengan cepat pula karena lamanya waktu.

Bertolak dari pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan lompat

dengan metode distributed practice yaitu, siswa akan mengingat gerakan

lompat jauh tanpa awalan pada saat melakukan gerakan tersebut. Namun

setelah melakukan gerakan latihan power otot tungkai diberi waktu istirahat

atau diselingi oleh siswa lainnya. Pemberian waktu istirahat atau gerakan

dilakukan siswa lainnya tersebut akan berdampak penurunan keterampilan

yang dipelajari. Oleh karena itu, dalam pemberian waktu istirahat harus

diperhatikan sebaik mungkin, karena pemberian waktu istirahat yang terlalu

(35)

commit to user

d. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Power Otot Tungkai dengan Metode

Distributed Practice

Metode distributed practice merupakan bentuk latihan yang diselingi

dengan istirahat di antara waktu latihan. Berdasarkan hal tersebut, metode

distributed practice ini mempunyai beberapa keuntungan baik bagi pelatih

maupun atlet. Menurut Suharno HP. (1992:11) bahwa kegunaan prinsip interval

dalam latihan yaitu: “(1) menghindari terjadinya overtraining, (2) memberikan

kesempatan organisme atlet untuk beradaptasi terhadap beban latihan dan (3)

pemulihan tenaga kembali bagi atlet dalam proses latihan”.

Waktu istirahat sangat penting diantara waktu latihan. Waktu istirahat

memberi kesempatan untuk atlet mengadakan pemulihan diantara pengulangan

gerakan. Ditinjau dari pelaksanaan latihan power otot tungkai dengan metode

distributed practice dapat diidentifikasi kelebihannya antara lain:

1) Dapat meminimalkan kesalahan tehnik lompat, karena setiap kesalahan dapat

segera dibetulkan.

2) Kondisi fisik siswa akan terhindar dari kelelahan yang berlebihan

(overtraining)

3) Kondisi atlet akan lebih siap untuk melakukan session latihan berikutnya

dengan baik.

Latihan power otot tungkai dengan metode distributed practice juga

memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan latihan power otot tungkai dengan

metode distributed practice antara lain:

1) Dapat menimbulkan rasa bosan atau jenuh saat istirahat untuk menunggu

gilirannya.

2) Siswa yang aktif adalah atlet yang mendapat giliran, sedangkan yang lainnya

hanya menjadi penonton untuk menunggu giliran.

3) Seringnya waktu istirahat akan mengakibatkan penguasaan tehnik gerakan

menjadi agak berkurang karena gerakan yang sudah terbentuk akan berkurang

lagi dalam istirahat.

4) Latihan ini prioritasnya hanya untuk peningkatan keterampilan tehnik,

(36)

commit to user

5. Latihan Power Otot Tungkai dengan Metode Massed Practice

a. Metode Massed Practice

Untuk mencapai tingkat keterampilan suatu cabang olahraga, maka

dalam pelaksanaan latihan seorang atlet harus melakukan gerakan dengan

frekuensi sebanyak-banyaknya. Metode massed practice merupakan pengaturan

giliran latihan yang dilakukan secara terus-menerus tanpa diselingi istirahat.

Berkaitan dengan metode massed practice, Sugiyanto (1991 : 284) menyatakan,

massed practice adalah mempraktekkan gerakan keterampilan yang dilakukan

secara terus menerus tanpa diselingi istirahat”. Menurut Andi Suhendro

(2004:3.72) “massed practice adalah prinsip pengaturan giliran latihan dimana

atlet melakukan gerakan secara terus-menerus tanpa diselingi istirahat”.

Berdasarkan pengertian metode massed practice yang dikemukakan para

ahli tersebut mempunyai pengertian yang hampir sama, sehingga dapat

disimpulkan bahwa, metode massed practice merupakan prinsip pengaturan

giliran praktik latihan keterampilan yang pelaksanaannya dilakukan secara

terus-menerus tanpa istirahat.

b. Pelaksanaan Latihan Power Otot Tungkai dengan Metode Massed Practice

Prinsip dasar metode latihan massed practice yaitu melakukan latihan

atau pengulangan gerakan secara terus-menerus tanpa istirahat. Bertolak dari

pengertian metode latihan massed practice diatas, maka pelaksanaan latihan

power otot tungkai yaitu, siswa melakukan latihan power otot tungkai secara

terus-menerus sampai batas waktu atau jumlah pengulangan yang dijadwalkan

selesai tanpa diberi kesempatan istirahat. Dengan metode massed practice siswa

berusaha melakukan latihan power otot tungkai sebanyak-banyaknya. Seperti

dikemukakan Andi Suhendro (2004:3.72) bahwa, “ metode massed practice setiap

atlet akan diberi instruksi mempraktikkan secara terus-menerus selama waktu

latihan”. Dengan pengulangan gerakan yang sebanyak-banyaknya akan diperoleh

keterampilan yang lebih baik. Karena tanpa melakukan pengulangan gerakan

keterampilan yang dipelajari, maka suatu keterampilan tidak dapat dikuasai.

(37)

commit to user

mengotomatiskan peguasaan unsur gerak fisik, tehnik, taktik, dan keterampilan

yang benar atlet harus melakukan latihan berulang-ulang dengan frekuensi

sebanyak-banyaknya secara kontinyu”.

Mengulang-ulang gerakan yang dipelajari secara terus-menerus atau

sebanyak-banyaknya merupakan faktor yang sangat penting agar keterampilan

yang dipelajari dapat dikuasai dengan baik. Dengan mengulang-ulang secara

terus-menerus akan menguatkan respon.

c. Sistem Memori dalam Latihan Massed Practice

Latihan massed practice merupakan bentuk latihan yang dilakukan

secara terus-menerus tanpa diselingi waktu istirahat. Dalam hal ini siswa

melakukan latihan power otot tungkai secara terus-menerus sesuai dengan

program yang telah dijadwalkan. Dengan melakukan latihan power otot tungkai

secara berulang-ulang, maka menguatkan respon.

Ditinjau dari proses informasi dan sistem memori, latihan power otot

tungkai dengan metode massed practice termasuk sistem memori jangka panjang

atau long term memory.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan power otot tungkai yang

dilakukan secara terus-menerus, maka suatu keterampilan (lompat jauh tanpa

awalan) akan dikuasai dengan baik. Keterampilan yang dilakukan secara

terus-menerus akan tersimpan didalam memori, sehingga siswa akan memiliki konsep

gerakan power otot tungkai yang konsisten. Dalam waktu lain, keterampilan yang

dikuasai tidak akan mudah hilang. Jika tidak ditunjang dengan latihan lambat laun

(38)

commit to user

d. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Power Otot Tungkai dengan Metode

Massed Practice

Mengulang-ulang gerakan yang dipelajari secara terus-menerus tanpa

diselingi istirahat merupakan ciri utama dari metode massed practice. Latihan

yang dilakukan secara terus-menerus tanpa diselingi istirahat akan berpengaruh

terhadap kapasitas total paru-paru dan volume jantung.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, metode massed

practice pada prinsipnya dapat meningkatkan daya tahan secara keseluruhan.

Disamping itu juga, dengan latihan secara terus-menerus akan meningkatkan

kemampuan mengontrol gerakan pada waktu latihan dan akan merangsang

kemampuan otot yang dibutuhkan dalam cabang olahraga tertentu untuk mencapai

prestasi yang lebih baik. Seperti dikemukakan Yusuf Adisasmita dan Aip

Syarifuddin (1996:142) bahwa, “ metode terus-menerus meningkatkan self control

atlet pada waktu melakukan usaha-usaha atau latihan yang melelahkan, dan

kemampuannya untuk merangsang kelompok-kelompok otot yang memegang

peranan dalam pelaksanaan cabang olahraga”.

Berdasarkan pelaksanaan latihan power otot tungkai dengan metode

massed practice dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya.

Kelebihan latihan power otot tungkai dengan metode massed practice

antara lain:

1) Pengusaan terhadap pola gerakan tehnik power otot tungkai akan lebih

cepat tercapai, karena latihan secara terus-menerus akan dapat

membentuk pola gerakan lompat jauh tanpa awalan yang lebih cepat.

2) Dapat meningkatkan daya tahan fisik, sehingga akan mendukung

penampilannya dalam melakukan lompat jauh tanpa awalan.

Kelemahan latihan power otot tungkai dengan metode massed practice

antara lain:

1) Penguasaan tehnik power otot tungkai kurang dapat tercapai dengan baik,

sebab gerakan yang dilakukan secara terus-menerus akan menyebabkan

(39)

commit to user

2) Pengontrolan dan perbaikan tehnik gerakan sulit dilakukan karena tidak

ada waktu istirahat.

3) Akan sering terjadi kesalahan tehnik karena terlalu lelah.

4) Dapat menyebabkan kelelahan yang berlebihan (overtraining) dan dapat

menimbulkan cedera.

B. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan diatas dapat diajukan

kerangka pemikiran sebagai berikut:

1. Perbedaan Pengaruh Latihan Power Otot Tungkai dengan Metode

Distributed Practice dan Massed Practice

Metode latihan distributed practice merupakan bentuk keterampilan

yang diselingi dengan waktu istirahat diantara waktu latihan. Sedangkan metode

latihan massed practice merupakan bentuk latihan yang tidak diselingi waktu

istirahat pada saat latihan berlangsung. Metode latihan distributed practice

merupakan bentuk latihan yang mempertimbangkan waktu istirahat juga sama

pentingnya dengan waktu pengulangan gerakan, sedangkan metode massed

practice menitik beratkan pentingnya pengulangan gerakan dengan frekuensi

sebanyak-banyaknnya tanpa memperhitungkan waktu istirahat.

Berdasarkan karakteristik metode latihan distributed practice

menunjukkan bahwa, latihan power otot tungkai dengan metode distributed

practice memiliki kelebihan antara lain: penguasaan terhadap tehnik gerakan akan

lebih baik, perbaikan terhadap kesalahan tehnik dasar dapat dilakukan lebih dini,

akan terhindar dari kelelahan yang berlebihan, penampilan kondisinya akan selalu

stabil karena adanya istirahat yang cukup. Kelemahan latihan power otot tungkai

dengan metode distributed practice antara lain: seringnya waktu istirahat

mengakibatkan penguasaan tehnik menjadi agak berkurang. Hal ini disebabkan

(40)

commit to user

ini prioritasnya hanya untuk peningkatan penguasaan tehnik, sedangkan kondisi

fisiknya terabaikan, siswa akan bosan atau jenuh karena seringnya istirahat.

Sedangkan latihan power otot tungkai dengan metode massed practice

memiliki kelebihan antara lain: penguasaan terhadap gerakan lompat jauh tanpa

awalan akan lebih cepat tercapai, dapat meningkatkan keterampilan sekaligus

meningkatkan daya tahan fisik. Kelemahannya antara lain: penguasaan tehnik

lompat jauh tanpa awalan sulit dikuasai kondisi karena lelah, penampilan siswa

tidak stabil karena kondisi yang lelah, pengontrolan dan perbaikan terhadap tehnik

power otot tungkai sulit dilakukan karena tidak ada waktu istirahat.

Berdasarkan karakteristik, kelebihan dan kelemahan dari metode latihan

distributed practice dan massed practice tersebut sudah jelas bahwa, kedua bentuk

latihan ini mempunyai perbedaan yang mencolok. Perbedaan-perbedaan tersebut

tentunya akan menimbulkan pengaruh perbedaan terhadap peningkatan

kemampuan lompat jauh tanpa awalan. Dengan demikian diduga bahwa, metode

latihan distributed practice dan massed practice memiliki perbedaan pengaruh

terhadap kemampuan power otot tungkai.

2. Metode Latihan Distributed Practice Lebih Baik Pengaruhnya Terhadap

Peningkatan Kemampuan Power Otot Tungkai

Berdasarkan perbedaan antara metode latihan massed practice dan

distributed practice menunjukkan bahwa, metode latihan distributed practice

mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan power otot tungkai.

Hal ini karena, dalam belajar keterampilan waktu istirahat sangat penting

terhadap pemulihan kondisi siswa. Kondisi yang baik sangat penting terhadap

latihan berikutnya, sehingga memungkinkan untuk lebih baik menguasai

kemampuan power otot tungkai. Selain itu juga waktu istirahat yang diberikan

memungkinkan siswa melakukan perbaikan terhadap kesalahan tehnik yang

dilakukan dan akan terhindar dari kelelahan, sehingga penampilan kondisinya

selalu stabil karena istirahat yang cukup. Berdasarkan hal tersebut diduga bahwa,

metode latihan distributed practice memiliki pengaruh yang lebih baik terhadap

(41)

<

Gambar

Tabel  1. Deskripsi Data Hasil kemampuan Power Otot Tungkai………………………
Tabel   1. Deskripsi Data Kemampuan Power Otot Tungkai pada siswa kelas IV
Tabel 3. Range Kategori Reliabilitas
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data
+6

Referensi

Dokumen terkait

survey yang dilakukan pada tahun 2016 maka nilai KHL disetiap kabupatenf. yang ada di

Nantinya setelah dibuat Sistem Informasi Objek Wisata Pantai Berbasis Web di Kabupaten Garut tepatnya di Pantai Rancauaya penyampaian informasi aplikasi ini diharapkan

Misalnya kasus hukum meminta wakaf di jalan raya dan kasus penggusuran tanah wakaf untuk kepentingan publik, sama sekali tidak tercantum di dalam kitab fikih wakaf,

spillover dari negara Amerika dan Yunani terhadap pasar ekuitas negara maju dan berkembang pada second moment serta seberapa besar dampaknya dengan membandingkan kondisi

Pada penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati (2014) pada remaja putri di SMP Negeri 4 Batang yang menyatakan bahwa ada hubungan antara asupan vitamin C dengan kejadian

Hasil dari penelitian tersebut adalah variabel audit delay, reputasi auditor, dan pergantian manajemen berpengaruh signifikan terhadap voluntary auditor switching, sedangkan

Pemanfaatan tersebut juga tidak sesuai atau dapat dikatakan menyimpang dari harapan dan tujuan pembangunan rumah Majapahit seperti yang telah direncanakan, serta juga

b Pasar tradisional memberikan harga yang dapat dibeli oleh konsumen dengan pendapatan rendah.. c Pasar tradisional memberikan harga yang