• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Tipe Technostress pada Siswa Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan d SMKN "X" Cimahi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Tipe Technostress pada Siswa Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan d SMKN "X" Cimahi."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Studi deskriptif mengenai Tipe Technostress pada siswa jurusan Teknik Komputer dan Jaringan di SMKN ‘X’ Cimahi”. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan derajat technostress dan tipe technostress yang dominan pada siswa jurusan

Teknik Komputer dan Jaringan di SMKN ‘X’ Cimahi.

Teori yang digunakan dalam penelitian merupakan Teori Technostress yang diciptakan oleh Larry D. Rosen, Ph.D dan Michelle M. Weil, Ph.D (1997). Teori technostress terdiri dari 6 tipe yaitu Learning Technostress, Boundary Technostress, Communication Technostress, Time Technostress, Family Technostress, dan Society Technostress.

Pemilihan populasi menggunakan Purposive Sampling dan populasi pada penelitian ini berjumlah sebanyak 136 orang siswa. Alat ukur yang digunakan merupakan hasil modifikasi dari teori Technostress oleh peneliti sebelumnya yaitu Gita Nur Rachmi (2014). Pengujian validitas alat ukur menggunakan rumus korelasi Pearson, sebanyak 40 dari 56 item diterima dengan validitas keseluruhan item berkisar 0,314-0,910 dan uji reliabilitas menggunakan rumus koefisien Alpha Cronbach dengan derajat tinggi sebesar 0,937.

Seluruh tipe technostress pada siswa jurusan Teknik Komputer dan Jaringan di SMKN

‘X’ Cimahi tergolong tinggi. Derajat keenam tipe Technostress dari tinggi ke rendah yaitu Communication Technostress, Family Technostress, Society Technostress, Boundary Technostress, Learning Technostress, dan Time Technostress.

(2)

ABSTRACT

This research titled Descriptive Study About the Type of Technostress on students majoring in Computer Engineering and Network in SMKN ‘X’ Cimahi. The purpose of this study was to describe the degree of technostress and type of technostress dominant in student majoring in Computer Engineering and Network in SMKN ‘X’ Cimahi.

The theory used in this study was Technostress theory invented by Larry D. Rosen's, Ph.D. and Michelle M. Weil, Ph.D. (1997). Technostress theory consists of six types, that is Learning Technostress, Boundary Technostress, Communication Technostress, Time Technostress, Family Technostress, and Society Technostress.

Population technique used was Purposive Sampling with the number of population 136 students. Measuring tool used was a modification of Technostress theory by previous researchers that Gita Nur Rachmi (2014). Validity test of this research using the formula correlation of Pearson, as many as 40 of 56 items received with validity figure is 0,319 – 0,690. Reliability test using Alpha Cronbach with a high degree of 0,937.

All the type of technostress on students majoring in Computer Engineering and Network in SMKN ‘X’ Cimahi was high. The sixth degree of technostress types from high to low, namely Communication Technostress, Family Technostress, Society Technostress, Boundary Technostress, Learning Technostress, and Time Technostress.

(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... ii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 11

1.3 Maksud dan Tujuan ... 11

1.3.1 Maksud Penelitian ... 11

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Kegunaan Penelitian ... 11

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 11

(4)

1.5 Kerangka Pemikiran ... 12

1.6 Asumsi ... 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stress ... 22

2.1.1 Definisi Stress ... 22

2.1.2 Sumber Stress ... 23

2.1.3 Stressor ... 24

2.1.4 Efek dan Kerugian yang diakibatkan oleh Stress ... 25

2.2 Technostress ... 26

2.2.1 Pengertian Technostress ... 26

2.2.2 Tipe-tipe dari Technostress ... 26

2.2.2.1 Learning Technostress ... 27

2.2.2.2 Boundary Technostress ... 29

2.2.2.3 Communication Technostress ... 32

2.2.2.4 Time Technostress ... 34

2.2.2.5 Family Technostress ... 36

2.2.2.6 Workplace Technostress ... 38

2.2.2.7 Society Technostress ... 39

2.3 Remaja ... 41

2.3.1 Pengertian Remaja ... 41

(5)

2.3.3 Karakteristik Remaja ... 43

2.4 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ... 44

2.4.1 Jurusan Teknik Komputer Jaringan ... 46

2.4.2 Program Keahlian TKJ ... 47

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 49

3.2 Bagan Rancangan Penelitian ... 49

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 50

3.3.1 Variabel Penelitian ... 50

3.3.2 Definisi Operasional Technostress ... 50

3.4 Alat Ukur ... 51

3.4.1 Alat Ukur Technostress ... 51

3.4.2 Kisi-kisi Alat Ukur Technostress ... 51

3.4.3 Kriteria Penilaian ... 53

3.4.4 Prosedur Pengisian ... 53

3.4.5 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 54

3.5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 54

3.5.1 Validitas Alat Ukur ... 54

3.5.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 56

3.6 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 56

(6)

3.6.2 Karakteristik Populasi ... 56

3.6.3 Teknik Penarikan Sampel ... 57

3.7 Teknis Analisis Data ... 57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden ... 58

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 58

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 59

4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Kelas ... 59

4.1.4 Data Penunjang ... 60

4.1.4.a Berdasarkan Lama Penggunaan ... 60

4.1.4.b Berdasarkan Jumlah Teknologi ... 60

4.1.4.c Berdasarkan Jenis Teknologi ... 61

4.1.4.d Berdasarkan Durasi Penggunaan Teknologi ... 61

4.1.4.e Berdasarkan Penggunaan Teknologi ... 62

4.2 Hasil Penelitian ... 63

4.2.1 Gambaran Tipe Technostress ... 63

4.3 Pembahasan ... 64

(7)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 75

5.2 Saran ... 76

5.2.1 Saran Teoritis ... 76

5.2.2 Saran Praktis ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79

DAFTAR RUJUKAN ... 81

(8)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran ... 20

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Bobot Item ... 52

Tabel 3.2 Kisi-kisi Alat Ukur ... 52

Tabel 3.3 Kriteria Penilaian ... 53

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 58

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 59

Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Kelas ... 59

Tabel 4.4 Data Penunjang Berdasarkan Lama Penggunaan ... 60

Tabel 4.5 Data Penunjang Berdasarkan Jumlah Teknologi ... 60

Tabel 4.6 Data Penunjang Berdasarkan Jenis Teknologi ... 61

Tabel 4.7 Data Penunjang Berdasarkan Durasi Penggunaan Teknologi ... 61

Tabel 4.8 Data Penunjang Berdasarkan Penggunaan Teknologi ... 62

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Formulir Pengesahan Pengambilan Data

Lampiran 2 : Kisi-Kisi Alat Ukur

Lampiran 3 : Informed Consent

Lampiran 4 : Alat Ukur Technostress

Lampiran 5 : Hasil Validitas & Reliabilitas

Lampiran 6 : Tabulasi Silang

Lampiran 7 : Data Mentah Data Penunjang dan Data Demografi

Lampiran 8 : Data Mentah Kuesioner

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemajuan teknologi saat ini tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat.

Berbagai informasi yang terjadi di berbagai belahan dunia kini telah dapat langsung kita

ketahui berkat kemajuan teknologi (globalisasi). Dalam gempuran percepatan teknologi yang

menyusup pada hampir semua lini kehidupan, memunculkan dampak-dampak signifikan

dalam kehidupan baik fisik maupun psikologis.

Seiring berkembangnya teknologi banyak perusahaan elektronik yang berlomba

untuk mengeluarkan bermacam ragam alat-alat elektronik yang dapat membantu dan

mempermudah kegiatan sehari-hari menjadi lebih praktis. Internet merupakan salah satu

teknologi yang berkembang pesat saat ini dan masyarakat banyak yang memanfaatkan

kemajuan teknologi ini. Internet digunakan masyarakat sebagai media untuk mengakses

informasi yang dibutuhkan dengan mudah dan cepat seperti informasi kesehatan, berita

terbaru bahkan mencari literatur, sebagai alat komunikasi, dan mungkin juga untuk mencari

hiburan.

Internet dapat mudah diakses melalui personal komputer, smartphone atau gadget

lainnya yang dilengkapi dengan spesifikasi untuk mengakses internet. Semakin murahnya

harga telepon genggam dan smartphone yang notabene memiliki kemampuan mengakses

internet menjadikan masyarakat lebih mudah untuk berselancar di internet. Menurut data

(12)

internet di Indonesia merupakan terbesar ke-4 di Asia. Sedangkan tanggal yang sama,

Internet World Stat mencatat pengguna internet di Indonesia merupakan terbanyak ke-8 dari

seluruh negara di dunia (Hendra, 2014).

Di tahun 1998 pengguna internet di Indonesia hanya berjumlah 0.5 juta orang. Terus

menerus tumbuh pesat hingga menyentuh angka 55 juta pengguna di tahun 2011 dan 63 juta

pengguna di tahun 2012 (APJII dalam Azik, 2016). Pada tahun 2012 tercatat jumlah

pengakses internet melalui media telepon genggam sebesar 62,58% persen. Angka ini

mengalami kenaikan dari 2011 sebesar 7,23%. Tentunya bukan angka yang sedikit jika kita

meninjau dari jumlah pengguna internet di Indonesia. Pengguna internet di Indonesia tidak

hanya banyak jumlahnya, namun juga dari berbagai kalangan dan umur (Hendra, 2014).

Asosiasi penyelenggaraan Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkapkan jumlah

pengguna internet di Indonesia mencapai 88 juta orang hingga akhir tahun 2014 Berdasarkan

populasi jumlah pengguna internet terbanyak adalah provinsi Jawa Barat sebanyak 16,4 juta,

diikuti oleh Jawa Timur 12,1 juta pengguna dan Jawa Tengah 10,7 juta pengguna (APJII,

2014).

Data yang dirilis Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dan

PusKakom UI pada tahun 2014 yang lalu yang menyatakan pengguna Internet di Indonesia

sudah mencapai 88,1 juta pengguna. Hal ini memiliki arti pengguna internet di Indonesia

sudah melampaui sepertiga penduduk total Indonesia yang menurut Badan Pusat Statistik

(BPS) berjumlah 252 juta jiwa (APJII dalam Bagus, 2015).

Di awal tahun 2015 We Are Social, sebuah agensi marketing sosial, mengeluarkan

sebuah laporan tahunan mengenai data jumlah pengguna website, mobile, dan media sosial

(13)

3

pengguna aktif internet, 72 juta pengguna aktif media sosial, 62 penggunanya mengakses

media sosial menggunakan perangkat mobile dan 308,2 juta pengguna handphone (We Are

Social dalam Ketut Krisna Wijaya, 2015).

Berdasarkan data yang diperoleh diatas menunjukkan bahwa penggunaan internet

semakin tahun semakin meningkat jumlah penggunanya. Hal ini disebabkan oleh

perkembangan teknologi internet yang memberikan kemudahan pada masyarakat sehingga

mampu membantu mempermudah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan. Namun teknologi

yang digunakan tidak selamanya memiliki kelebihan dan mampu beroperasi secara optimal,

teknologi yang terus berkembang juga memiliki kelemahan yang mungkin dapat

menimbulkan masalah-masalah pada teknologi tersebut. Masalah yang ditimbulkan teknologi

mungkin saja dapat menimbulkan stress kepada penggunanya jika pengguna tidak mampu

untuk mengatasi masalah tersebut.

Lazarus (1976) berpendapat bahwa stress dapat terjadi jika seseorang mengalami

tuntutan yang melampaui sumber data yang dimiliki untuk melakukan penyesuaian diri, hal

ini berarti bahwa kondisi stress terjadi bila terdapat kesenjangan atau ketidakseimbangan

antara tuntutan dan kemampuan. Lazarus dan Folkman (1984) mendefinisikan stress

psikologi sebagai hubungan spesifik antara individu dengan lingkungan yang dinilai individu,

sebagai tuntuan atau yang melebihi sumber daya dan membahayakan keberadaannya dan

kesejahteraannya. Pada dasarnya keadaan stress dihayati secara individual, walaupun secara

situasi atau stressor yang dihadapi sama, namun penghayatan stress berbeda-beda antara

individu yang satu dengan yang lain (Lazarus, 1984).

Terdapat beberapa efek yang dapat ditimbulkan dari stress menurut Cox (1947) yaitu

(14)

frustasi, shame dan guilt, suasana hati yang berubah-ubah, cepat marah dan bertempramen

buruk, low self-esteem, keterancaman dan ketegangan, kesepian dan kegugupan. Kedua

behavioural effect, termasuk sering tertimpa kecelakaan, penguatan obat-obatan, emosi

meledak-ledak, makan berlebihan, merokok, perilaku impulsif, perkataan yang terganggu,

tawa gugup, kegelisahan dan gemetar. Ketiga cognitive effect, contohnya tidak mampu

membuat keputusan dan berkonsentrasi, sering lupa, hipersensitif terhadap kritik, dan mental

block.

Keempat psysiological effect, berupa peningkatan glukosa dalam darah, peningkatan

denyut nadi dan tekanan darah, kekeringan pada mulut, berkeringat, dilatasi pupil, kesulitan

bernafas, merasa panas dan dingin berganti-ganti, kerongkongan terasa tersumbat, mati rasa

dan perasaan geli pada anggota tubuh. Kelima healthy effect, yaitu asma, amenorrhoea, sakit

di bagian dada dan punggung, penyakit jantung koroner, pusing dan pening, dyspepsia,

pingsan, sering buang air kecil, migrain dan sakit kepala, neurosa, insomnia, psikosis,

gangguan psikosomatis, diabetes mellitus, ruam pada kulit, bisul dan kelemahan serta

kehilangan ketertarikan seksual. Terakhir organizational effect, terdiri atas absenteeism,

kurangnya relsai industrial, produktivitas rendah, tingginya angka kecelakaan dan turnover,

buruknya iklim organisasi, anatagonisme pada saat bekerja, dan job dissastifaction.

Selain ketidakmampuan dalam mengatasi masalah yang timbul pada teknologi yang

mampu menimbulkan stress, pengaturan waktu pemakaian dalam menggunakan teknologi

juga berperan penting. Kebutuhan mendorong individu menggunakan teknologi secara intens

dan terus-menerus sehingga menyebabkan ketergantungan dan tidak mampu memisahkan

diri dengan teknologi yang digunakan. Penggunaan teknologi internet melalui laptop atau

(15)

5

berguna bagi penggunanya yaitu dapat membantu dalam menyelesaikan tugas dan

mempermudah untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Namun jika penggunaannya tidak

disertai sikap yang bijak maka akan menghasilkan dampak yang negatif, sehingga pengguna

akan merasa sulit untuk memisahkan diri dengan perangkat teknologi yang biasa

digunakannya dan seakan mereka merasa ketergantungan terhadap teknologi tersebut.

Dampak negatif atau stress yang dirasakan akibat dari penggunaan teknologi disebut

technostress. Technostress didefinisikan sebagai dampak negatif pada sikap, pikiran,

perilaku, atau fisiologi tubuh yang disebabkan baik secara langsung atau tidak langsung oleh

teknologi (Rosen and Weil, 1997). Technostress yang dialami langsung ketika berhubungan

dengan teknologi menimbulkan perasaan keterasingan, meningkatkan level stress, dan

perasaan ketergantungan. Technostress diakibatkan oleh penggunaan teknologi yang

berlebihan sehingga memforsir tenaga dan pikiran pengguna yang dapat berakibat buruk

pada kondisi fisik dan psikis pengguna.

Selain itu penyebab utama technostress meliputi pengalaman dengan teknologi,

kecemasan dalam menggunakan teknologi, informasi yang berlebihan, perubahan teknologi

yang cepat, dan penggunaan yang diforsir. Gejala utama dalam technostress yaitu kemarahan

yang timbul akibat penggunaan teknologi, perasaan lelah, dan kesulitan berkonsentrasi

(Okebaram, & Sunday Moses. 2013). Technostress juga dapat dikarenakan ketidakmampuan

saat menghadapi teknologi sehingga timbul perasaan terisolasi, cemas, dan ketakutan.

Terdapat 7 tipe dari technostress yaitu Learning technostress, Boundary technostress, Time

technostress, Family technostress, Communication technostress, Workplace technostress dan

Society technostress. Namun sejalan dengan kerelevanan dalam penelitian ini peneliti hanya

(16)

Tipe pertama adalah Learning Technostress merupakan stress yang dialami individu

terkait dengan kemampuannya saat mempelajari teknologi yang dimiliki. Tipe kedua yaitu

Boundary Technostress yang merupakan stress yang dialami oleh individu karena dirinya

tidak lagi memiliki batasan dengan teknologi yang dimiliki. Tipe ketiga yaitu

Communication Technostress merupakan stres yang muncul pada individu karena

komunikasi impersonal yang dialami dan diakibatkan oleh teknologi. Tipe keempat yaitu

Time Technostress merupakan stress yang dialami oleh seseorang karena individu merasa

kekurangan waktu dan tidak sabar pada orang lain, diri serta teknologi yang dimiliki. Tipe

kelima yaitu Family Technostress adalah stress yang dialami oleh individu karena kurangnya

kualitas interaksi dalam keluarga yang diakibatkan oleh teknologi. Tipe yang terakhir yaitu

Society Technostress merupakan stress yang dirasakan individu karena teknologi

memberikan dampak informasi yang berlebihan.

Menurut data terbaru, setidaknya 30 juta anak-anak dan remaja di Indonesia

merupakan pengguna internet, dan media digital saat ini menjadi pilihan utama saluran

komunikasi yang mereka gunakan. Mayoritas dari 30 juta anak yang disurvei telah

menggunakan media online selama lebih dari satu tahun, dan hampir setengah dari mereka

mengaku pertama kali belajar tentang internet dari teman. Studi ini mengungkapkan bahwa

69% responden menggunakan komputer untuk mengakses internet. Sekitar sepertiganya

yaitu 34% menggunakan laptop, dan sebagian kecil hanya 2% yang terhubung melalui video

game. Lebih dari setengah responden yaitu 52% menggunakan ponsel untuk mengakses

internet, namun kurang dari seperempat yaitu 21% untuk smartphone dan hanya 4% untuk

(17)

7

Data menarik lainnya adalah pengguna internet di Indonesia dengan jumlah sebesar

setengah dari total jumlah pengguna internet di Indonesia yang 80% di antaranya adalah

remaja berusia 15-19 tahun. Remaja adalah masa perkembangan transisi atau peralihan

antara masa anak-anak ke masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan

sosial emosional. Pada masa peralihan ini rentang usianya berkisar antara 12 sampai 22

tahun, pada proses tersebut terjadi pematangan fisik maupun psikologis (Santrock, 2014).

Masa remaja merupakan masa dimana individu senang mengeksplorasi dunia luar, maka dari

itu remaja senang untuk mencoba hal-hal baru dan mencari pengetahuan baru, salah satu

akses untuk ekplorasinya adalah mencari hal baru melalui internet. Ada tiga motivasi bagi

remaja untuk mengakses internet yaitu untuk mencari informasi, untuk terhubung dengan

teman lama dan baru dan untuk hiburan (Kominfo Pers, dalam Gatot, 2014). Pencarian

informasi yang dilakukan karena adanya tugas-tugas sekolah, sedangkan penggunaan media

sosial dan konten hiburan karena adanya kebutuhan pribadi.

Begitu pula siswa dan siswi SMKN ‘X’ Cimahi yang mengambil jurusan TKJ yang

sangat akrab dengan teknologi. TKJ adalah singkatan dari Teknik Komputer Jaringan, TKJ

merupakan sebuah kejurusan yang mempelajari tentang cara-cara merakit komputer dan

menginstalasi program komputer. Siswa dan siswinya diajarkan untuk tahu mengenai

bagaimana memperbaiki komputer, menginstalasi jaringan LAN, mengkonfigurasi internet

maupun yang lainnya (Rangga, 2011).

Dalam proses belajarnya di sekolah siswa dan siswi ini membutuhkan teknologi yaitu

seperangkat komputer dan jaringan internet yang digunakan untuk mengakses data yang

dibutuhkan untuk program atau mengkonfigurasikan internet. Selain menggunakan komputer

(18)

mengakses referensi tugasnya di internet. Smartphone juga digunakan untuk berhubungan

dengan teman-temannya misalnya melalui media sosial atau SMS saat berada di dalam

maupun di luar area sekolah. Dengan adanya teknologi yang semakin canggih maka siswa

lebih sering untuk berkomunikasi dengan teman-teman atau keluarganya melalui jejaring

sosialnya daripada bertemu bertatap muka secara langsung.

Terdapat efek samping yang tidak baik apabila remaja lebih sering banyak

berkomunikasi melalui alat teknologinya ketimbang tatap muka secara langsung, diantaranya

remaja lebih mementingkan diri sendiri, dan menjadi tidak sadar akan lingkungan di sekitar

mereka. Berkomunikasi melalui jejaring sosial tidak ada aturan ejaan dan tata bahasa yang

benar sehingga membuat remaja sulit membedakan antara berkomunikasi di situs jejaring

sosial dan dunia nyata (Jonathan, 2012).

Berdasarkan hasil dari survei awal yang dilakukan oleh peneliti kepada 6 orang siswa

dan siswi jurusan TKJ di SMKN ‘X’ Cimahi pada tanggal 13 Mei 2015, menyatakan bahwa

hampir setiap hari mereka selalu memakai komputer atau laptop pribadi, smartphone dan

internet baik di sekolah maupun di luar sekolah. Saat di sekolah setiap siswanya selalu

membawa laptop pribadinya untuk mempraktekan langsung mengenai materi yang diberikan

oleh gurunya. Dalam sehari siswa menggunakan laptopnya di kelas selama kurang lebih 5-6

jam perhari, bahkan bisa lebih dari itu karena terkadang ada tugas yang harus dikerjakan

siswa menggunakan laptopnya dirumah.

Dalam penggunaan smartphone biasanya siswa menggunakannya saat jam istirahat

atau saat pulang sekolah, terkadang siswa juga menggunakan smartphone saat sedang bosan

di kelas. Rata-rata dalam sehari siswa menggunakan smartphone selama kurang lebih 5-6

(19)

9

chatting, SMS atau telepon, streaming youtube, dan games. Penggunaan teknologi yang

tidak disertai dengan pengaturan waktu yang baik dapat menyebabkan siswa merasa

ketergantungan pada teknologi yang digunakan.

Di sekolah ini siswa sudah difasilitasi dengan teknologi salah satunya seperti

komputer dan internet, namun karena keterbatasan fasilitas dari pihak sekolah misalnya

koneksi internet yang lambat karena pemakaian yang melebihi batas dan jumlah komputer

yang tidak memadai atau komputer yang sudah tidak mumpuni spesifikasinya maka siswa

dibebaskan untuk menggunakan gadget yang dimilikinya secara wajar untuk keperluan

belajar. Seperti siswa yang diperbolehkan untuk menggunakan laptop pribadi atau

smartphone untuk tethering jika jaringan internet di sekolah kurang stabil. Dengan adanya

kebijakan seperti itu siswa dan siswi terkadang memakai teknologi pribadi secara berlebihan,

sehingga guru juga terkadang menegur siswanya jika pada saat kegiatan belajar berlangsung

siswa menggunakan smartphone secara berlebihan. Guru akan lebih mengizinkan siswanya

jika memang ada SMS atau telepon yang sangat penting dan siswa sudah meminta izin

terlebih dahulu.

Siswa-siswi mengatakan bahwa setiap hari mereka membutuhkan jaringan internet

baik untuk browsing tugas atau untuk masuk ke server yang dibutuhkan. Untuk

pengumpulan tugaspun sekolah sudah menyediakan server, sehingga tugas-tugas siswa

sudah otomatis berada di salah satu komputer yang dijadikan server tersebut. Smartphone

biasanya digunakan jika paket internetnya habis sehingga siswa menggunakan wi-fi yang

disediakan di sekolahnya. Selain untuk kebutuhan mengakses server internet juga dibutuhkan

siswa untuk mencari tugas, siswa lebih sering mencari referensi tugasnya dari internet

(20)

bermacam ragam akan membuat pikiran siswa terbagi pada beberapa hal, sehingga dapat

menyebabkan siswa kurang mampu berkonsentrasi dengan baik saat mengerjakan suatu hal

dalam waktu yang lama.

Siswa-siswi juga mengatakan bahwa setiap harinya mereka selalu menyempatkan diri

untuk mengecek smartphone-nya, biasanya mereka mengecek media sosialnya, e-mail, SMS

dan telepon. 5 dari 6 siswa mengatakan bahwa mereka selalu mengecek smartphone saat di

sekolah maupun di rumah, sedangkan 1 orang siswa mengatakan bahwa ia hanya

menggunakan smartphone di rumah karena jika di sekolah seringnya ia memakai laptop saja.

Saat komunikasi dengan teman-temannya siswa-siswi lebih sering berkomunikasi

melalui media sosialnya seperti line, whatsapp, atau BBM. Untuk mengumumkan informasi

mengenai tugas sekolah atau pengumuman penting kelas siswa-siswi lebih sering

mengumumkannya melalui grup yang ada di line atau BBM. Bahkan jika mereka ada tugas

kelompok terkadang mereka juga mengerjakannya via e-mail sehingga tidak mengharuskan

mereka untuk bertatap muka secara langsung dengan temannya. Siswa-siswi bertatap muka

langsung dengan teman-temannya hanya pada saat mereka berada di sekolah atau saat

bermain di luar sekolah. Penggunaan teknologi komunikasi elektronik yang tidak disertai

dengan sikap bijak mengurangi intensitas komunikasi dengan bertatap muka secara langsung,

hal ini dapat memicu kesalahpahaman dalam berkomunikasi karena dalam komunikasi

elektronik tidak mampu menggambarkan ekspresi pada pesan yang mereka kirimkan.

Berdasarkan paparan di atas, maka timbul pertanyaan tergolong pada tipe

technostress manakah siswa dan siswi jurusan TKJ di SMKN ‘X’ Cimahi. Mengacu pada

(21)

11

Deskriptif Mengenai Tipe Technostress pada Siswa jurusan (TKJ) Teknik Komputer dan

Jaringan di SMKN ‘X’ Kota Cimahi”.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui derajat technostress berdasarkan tipe technostress

pada Siswa jurusan TKJ di SMKN ‘X’ Cimahi.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai derajat

technostress pada Siswa-Siswi jurusan TKJ di SMKN ‘X’ Cimahi

1.3.2 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan derajat technostress

dan tipe technostress mana yang dominan pada Siswa-Siswi jurusan TKJ di SMKN ‘X’

Cimahi.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Manfaat penelitian ini khususnya ilmu Psikologi Pendidikan yaitu menambah wawasan dan

pengetahuan mengenai gambaran tipe technostress pada Siswa-Siswi jurusan TKJ di SMKN

‘X’ Cimahi.

(22)

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Manfaat penelitian ini secara praktis yakni memberikan gambaran mengenai derajat

technostress pada Siswa-Siswi jurusan TKJ di SMKN ‘X’ Cimahi.

2. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi guru dan siswa untuk

lebih memilah kegiatan mana yang perlu menggunakan teknologi dan kegiatan mana yang

tidak perlu menggunakan teknologi.

3. Melalui penelitian ini diharapkan siswa dan siswi jurusan TKJ di SMKN ‘X’ Cimahi mampu

menggunakan teknologi secara bijak dan efektif sehingga pemakaiannya tidak berlebihan.

1.5 Kerangka Pemikiran

Internet merupakan salah satu teknologi yang perkembangannya pesat, penggunaan

internet di Indonesia semakin tahun semakin meningkat jumlah penggunanya. Kehadiran

teknologi yang semakin canggih memberikan kegunaan bagi masyarakat untuk memudahkan

pekerjaan yang dilakukan, mempermudah dalam berkomunikasi, memudahkan dalam mencari

informasi yang dibutuhkan, dan juga dapat digunakan sebagai sarana hiburan. Manfaat tersebut

dirasakan juga oleh siswa dan siswi jurusan TKJ (Teknik Komputer dan Jaringan) di SMKN ‘X’

Cimahi dalam menunjang kegiatan akademis di sekolah. Teknologi yang biasa digunakan saat

proses belajar di sekolah berlangsung adalah komputer atau laptop dan internet. Di sekolah

tersebut siswa dan siswi diajarkan mengenai bagaimana mengkonfigurasi internet pada komputer,

menginstalasi jaringan lokal (LAN), mendesain kebutuhan server, dan kompetensi lainnya.

Sehingga setiap harinya siswa dan siswi membutuhkan teknologi dalam proses belajarnya setiap

(23)

13

Teknologi memang memiliki peran penting dalam kegiatan sehari-hari namun ada

kalanya teknologi yang digunakan oleh siswa mengalami masalah dan tidak beroperasi secara

optimal. Masalah yang ditimbulkan oleh teknologi tersebut mungkin saja dapat menimbulkan

stress kepada siswa jika mereka tidak mampu untuk mengatasi masalah tersebut. Lazarus (1976)

berpendapat bahwa stress dapat terjadi jika seseorang mengalami tuntutan yang melampaui

sumber data yang dimiliki untuk melakukan penyesuaian diri, hal ini berarti bahwa kondisi stress

terjadi bila terdapat kesenjangan atau ketidakseimbangan antara tuntutan dan kemampuan.

Lazarus dan Folkman (1984) mendefinisikan stress psikologi sebagai hubungan

spesifik antara individu dengan lingkungan yang dinilai individu, sebagai tuntuan atau yang

melebihi sumber daya dan membahayakan keberadaannya dan kesejahteraannya. Lazarus dan

Folkman (1984) menyebutkan beberapa hal yang menjadi penyebab stress, yaitu frustasi, konflik,

tekanan dan ancaman.

Frustasi adalah stress yang terjadi bila individu mengalami hambatan atau kegagalan

dalam usahanya untuk mencapai tujuan. Konflik adalah stress yang terjadi jika individu

dihadapkan pada situasi dimana individu tersebut memilih salah satu dari dua atau lebih

kebutuhan atau tujuan yang berlawanan, dan terjadi pada saat yang bersamaan. Biasanya, bila

individu memilih salah satu alternatif akan menghasilkan frustasi bagi alternatif lainnya Tekanan

adalah stress yang terjadi apabila individu mendapat tekanan atau paksaan untuk mencapai hasil

tertentu atau melakukan sesuatu dengan cara tertentu. Sumber stress dapat berasal dari dalam diri

atau lingkungannya. Ancaman adalah stress yang terjadi bila individu mengantisipasi hal-hal

yang merugikan, atau tidak menyenangkan bagi dirinya, ataupun mengganggu kesejahteraan.

Faktor-faktor yang menjadi sumber munculnya stress disebut stressor. Pada dasarnya

(24)

sama, namun penghayatan stress berbeda-beda antara individu yang satu dengan yang lain

(Lazarus, 1984). Selain ketidakmampuan dalam mengatasi masalah yang timbul pada teknologi

yang mampu menimbulkan stress pengaturan waktu pemakaian teknologi juga berperan penting

terhadap munculnya stress. Penggunaan teknologi yang tidak disertai sikap yang bijak maka akan

menghasilkan dampak yang negatif, sehingga mampu menyebabkan siswa merasa sulit untuk

memisahkan diri dengan perangkat teknologi yang biasa digunakannya, seakan mereka merasa

ketergantungan terhadap teknologi tersebut dan merasa ada yang hilang jika tidak ada teknologi

tersebut.

Dampak negatif atau stress yang dialami oleh siswa berkaitan dengan penggunaan

teknologi tersebut disebut dengan technostress. Technostress didefinisikan sebagai dampak

negatif pada sikap, pikiran, perilaku, atau fisiologi tubuh yang disebabkan baik secara langsung

atau tidak langsung oleh teknologi (Rosen and Weil, 1997). Technostress yang dialami langsung

ketika berhubungan dengan teknologi menimbulkan perasaan keterasingan, meningkatkan level

stress, dan perasaan ketergantungan. Technostress diakibatkan oleh penggunaan teknologi yang

berlebihan sehingga memporsir tenaga dan pikiran pengguna yang dapat berakibat buruk pada

kondisi fisik dan psikis pengguna. Dibalik itu, Technostress juga dapat dikarenakan

ketidakmampuan saat menghadapi teknologi sehingga timbul perasaan terisolasi, cemas, dan

ketakutan.

Menurut Weil dan Rosen (1997) technostress memiliki 7 tipe. Akan tetapi sejalan dengan

kerelevanan teori dalam penelitian ini hanya digunakan 6 tipe dari 7 tipe yang tersedia,

dikarenakan satu tipe lainnya lebih sesuai bila diterapkan di dalam penelitian yang dilakukan di

(25)

15

Boundary technostress, Time technostress, Family technostress, Communication technostress,

dan Society technostress.

Learning technostress merupakan dampak negatif pada sikap, pikiran dan tingkah laku

yang dirasakan oleh siswa-siswi jurusan TKJ terkait dengan kemampuannya saat mempelajari

teknologi yang mereka gunakan. Siswa yang tergolong pada tipe Learning Technostress yang

tinggi cenderung memiliki perasaan dan sikap negatif ketika mempelajari suatu teknologi. Siswa

yang tergolong pada kategori ini akan merasa khawatir dan takut saat mempelajari suatu

perangkat teknologi karena adanya perasaan cemas akan merusaknya atau merasa bahwa

mempelajari suatu teknologi merupakan hal yang sulit. Jika siswa ini menemukan suatu

permasalahan pada perangkat teknologinya, mereka akan cenderung mencari orang yang lebih

kompeten untuk memperbaikinya seperti guru atau teman yang lebih berkompeten.

Siswa yang tergolong pada tipe Learning Technostress yang rendah maka mereka

cenderung memiliki perasaan yang positif saat mempelajari teknologi. Hal tersebut ditunjukkan

dengan antusiasme mereka saat mempelajari teknologi. Siswa pada kategori ini berusaha mencari

tahu dan memperdalam pengetahuan mereka mengenai teknologi yang sedang dipelajarinya.

Pengetahuan yang diperolehnya mereka gunakan untuk membantu memecahkan permasalahan

yang mereka temukan pada perangkat yang sedang dipelajarinya.

Boundary technostress merupakan dampak negatif pada sikap, pikiran dan tingkah laku

yang dialami oleh siswa pengguna teknologi karena dirinya tidak lagi memiliki batasan dengan

perangkat-perangkat yang mereka miliki. Teknologi yang ada memberikan segala fasilitas yang

dapat memudahkan siswa dalam menjalani aktivitas sehari-hari, baik dalam proses belajar

maupun kegiatan lainnya. Dimanapun mereka berada teknologi harus selalu berada di dekatnya,

(26)

harus selalu menggunakan laptop dan jaringan internet. Di samping laptop selalu ada smartphone

atau gadget lain yang dimilikinya, jika tidak ada mereka akan merasa ada sesuatu yang hilang

atau kurang lengkap jika tidak ada teknologi tersebut. Selain itu saat sedang mengerjakan tugas

siswa juga selalu mengecek notifikasi yang muncul pada smartphone-nya, mendengarkan lagu

atau bermain games saat waktu luang yang membuat mereka semakin melekatkan diri dengan

teknologi. Siswa seakan tidak mampu lagi memisahkan diri dari teknologi yang dimilikinya dan

keadaan ini disebut dengan technosis.

Siswa yang tergolong pada tipe Boundary Technostress yang tinggi akan kehilangan batas

antara diri dan teknologi yang dimiliki dan keadaan ini akan menyebabkan siswa maupun siswi

menjadi tidak mampu untuk berfungi dan mengembangkan diri mereka dengan baik karena selalu

mengandalkan perangkat yang berasal dari luar dirinya. Siswa yang tergolong pada tipe

Boundary Technostress yang rendah akan mampu mengetahui batasan antara teknologi dan

dirinya sendiri. Mereka mampu untuk mengontrol dirinya sendiri sehingga siswa tahu kapan ia

harus menggunakan teknologi dan kapan ia harus meninggalkan teknologi dalam kegiatan

sehari-harinya.

Communication technostress merupakan dampak negatif pada sikap, pikiran dan tingkah

laku yang muncul pada siswa pengguna teknologi karena komunikasi online yang mereka

lakukan. Komunikasi elektronik memberikan kemudahan bagi penggunanya karena kecepatan

dari penyampaian pesan. Akan tetapi, komunikasi bentuk ini tidak menyampaikan ekspresi

maupun gesture dari pesan yang ingin disampaikan sehingga menyebabkan seringkali

menyebabkan perbedaan persepsi atau kesalahpahaman. Komunikasi online yang biasa

(27)

17

Whatsapp, e-mail dan aplikasi chatting lainnya yang membuat mereka kehilangan kontak secara

langsung dengan teman-temannya.

Berkat kecanggihan teknologi siswa mampu untuk berkomunikasi dan menyampaikan

informasi mengenai tugas di sekolah melalui teknologi komunikasi elektronik. Selain itu untuk

mengerjakan tugas siswa tak jarang mengakses informasi mengenai tugas yang bersangkutan

melalui internet dan jika ada kerja kelompok siswa juga tidak perlu bertemu disatu tempat

melainkan mengerjakan via email. Hal ini menyebabkan berkurangnya intensitas waktu siswa

untuk bertemu dengan teman-temannya dan berkomunikasi secara langsung.

Siswa yang tergolong pada tipe Communication Technostress yang tinggi akan selalu

mengandalkan komunikasi dengan menggunakan komunikasi elektronik, siswa merasa malas

apabila berkomunikasi bertatap muka secara langsung namun akibatnya siswa tidak mendapatkan

jawaban yang memuaskan dan sering terjadi kesalahpahaman dari komunikasi elektronik.

Sedangkan siswa yang tergolong pada tipe Communication technostress yang rendah tidak akan

terlalu mengandalkan komunikasi elektronik karena siswa beranggapan bahwa komunikasi

bertatap muka secara langsung lebih baik dan penyampaian maupun penerimaan pesan akan lebih

jelas dan tidak akan mengalami kesalahpahaman.

Time technostress merupakan dampak negatif pada sikap, pikiran dan tingkah laku yang

dialami oleh siswa pengguna teknologi terkait dengan waktu yang dimiliki, karena kekurangan

waktu dan tidak sabar pada orang lain, diri serta teknologi yang dimiliki. Teknologi yang dimiliki

seperti laptop, smartphone, jaringan internet, printer dan teknologi lainnya memberikan segala

kemudahan dan kecepatan bagi penggunanya. Namun terkadang teknologi-teknologi tersebut

juga mengalami suatu masalah yang membuat penggunanya yaitu siswa dan siswi menjadi tidak

(28)

yang sering digunakan lama-lama akan menjadi lambat proses kerjanya, misalnya seperti laptop

yang digunakan dari pagi hari hingga sore hari jika terus menerus dipakai akan mengalami hang,

atau jaringan internet yang sering digunakan kuotanya akan berkurang dan koneksi internetnya

pun akan menjadi melamban. Hal tersebut membuat siswa dan siswi menjadi kesal terhadap

perangkat elektroniknya yang menyebabkannya menjadi tidak fokus dalam mengerjakan

tugasnya karena sudah terbiasa bergerak dengan cepat. Ketidaksabaran pada diri seringkali

ditunjukkan dengan keinginan untuk menyelesaikan segala aktivitasnya dengan cepat juga,

sedangkan ketidaksabaran pada orang lain umumnya ditunjukkan dengan ketidaknyamanan siswa

atau siswi ketika menunggu orang lain beraktivitas.

Siswa yang tergolong pada tipe Time technostress yang tinggi seringkali memaksakan

tubuh yang dimiliki untuk bekerja secara cepat juga sama halnya dengan teknologi yang dimiliki,

mereka lupa bahwa tubuh membutuhkan waktu untuk beristirahat. Oleh karena itu dalam

mengerjakan tugas siswa kurang optimal, ide yang dihasilkan kurang baik dan tidak sesuai

dengan harapan sedangkan waktu terus berjalan. Tanpa disadari siswa ataupun siswi telah

membuang-buang waktunya tanpa menghasilkan hasil yang baik dalam tugasnya. Sedangkan

siswa yang tergolong pada tipe Time technostress yang rendah tidak akan merasa seperti diburu

oleh waktu, ia juga mampu membagi waktu antara kapan ia harus mengerjakan tugasnya dan

kapan ia harus mengistirahatkan tubuhnya agar tugas yang dikerjakannya menghasilkan hasil

yang optimal.

Family technostress merupakan dampak negatif pada sikap, pikiran dan tingkah laku yang

dialami oleh siswa pengguna teknologi karena kurangnya kualitas interaksi dalam keluarga.

Teknologi yang berada di dalam rumah ada kecenderungan untuk membentuk techno-cocoon.

(29)

19

yang dimilikinya, anggota keluarga menjadi terisolasi satu sama lain dan lupa bagaimana cara

menciptakan komunikasi keluarga yang berkualitas.

Teknologi terlalu memanjakan penggunanya dengan memberikan kemudahan untuk

mengakses dunia maya yang membuat penggunanya lupa akan segalanya. Siswa dan siswi juga

terkadang tak sadar bahwa mereka sudah terperangkap dalam kenyamanan teknologi yang

membuat mereka terlalu asik mengakses dunia maya atau bermain games online dengan

gadgetnya. Oleh karena itu pada saat berkumpul dengan keluargapun mereka tetap asik dengan

gadgetnya masing-masing tanpa menghiraukan anggota keluarga di sekitarnya. Akhirnya kualitas

waktu kebersamaan keluarga semakin berkurang karena adanya teknologi.

Siswa yang tergolong pada tipe Family technostress yang tinggi akan sibuk dengan

teknologi yang dimiliki, terisolasi satu sama lain dan tidak saling berkomunikasi di dalam

keluarga yang disebut dengan techno-cocoon. Sedangkan siswa yang tergolong pada tipe Family

technostress yang rendah akan mampu membedakan diri dalam menggunakan teknologi saat

berada di rumah dan sadar bahwa di rumah adalah waktunya berkumpul dan berbincang dengan

anggota keluarga lainnya.

Society Technostress merupakan dampak negatif pada sikap, pikiran dan tingkah laku yang

dirasakan oleh siswa pengguna teknologi terkait dengan cepatnya perkembangan teknologi.

Internet memudahkan siswa untuk mengakses informasi yang dibutuhkannya baik untuk

keperluan akademis baik non-akademis. Siswa dan siswi seringkali mencari referensi tugas dari

internet karena mudah dan cepat dibandingkan dengan mencari di buku secara manual. Namun

siswa lupa bahwa informasi yang ia dapatkan banyak dan seringkali berbeda-beda sehingga

(30)

Siswa yang tergolong pada tipe Society technostress yang tinggi akan bergantung dengan

teknologi untuk menyelesaikan tugas yang dimiliki, sehingga saat terjadi masalah dengan alat

teknologinya siswa akan merasa bingung, kesal dan tidak tahu harus mencari informasi dari

mana. Sedangkan siswa yang tergolong pada tipe Society technostress yang rendah tidak

menjadikan teknologi yang ada menjadi alat utama untuk membantunya dalam mengerjakan

tugas, tidak akan merasa bingung apabila alat teknologi yang dimiliki memiliki masalah, siswa

akan mencari alternatif lain dengan mencari dari buku.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat bagan kerangka pemikiran mengenai Tipe

Technostress pada siswa jurusan Teknik Komputer dan Jaringan di SMKN “X” Cimahi, sebagai

berikut :

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran Siswa jurusan

TKJ di SMKN ‘X’ Cimahi Technostress Learning Technostress Boundary Technostress Communication Technostress Time Technostress Family Technostress Society Technostress Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Stress

Sumber stress : (Lazarus, 1984) 1. Frustasi 2. Konflik

3. Tekanan

(31)

21

1.6 Asumsi Penelitian

1. Derajat Technostress pada Siswa dan Siswi jurusan TKJ SMKN ‘X’ Cimahi ditentukan oleh

tipe technostress yaitu Learning technostress, Boundary Technostress, Time Technostress,

Communication Technostress, Family Technostress dan Society Technostress.

2. Semakin sering Siswa dan Siswi jurusan TKJ SMKN ‘X’ Cimahi merasakan dampak negatif

yang tergolong ke dalam keenam tipe technostress, maka semakin tinggi derajat

technostress.

3. Penggunaan teknologi yang intens dapat menimbulkan stress pada siswa jurusan TKJ di

(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai tipe technostress pada siswa dan siswi

jurusan TKJ (Teknik Komputer dan Jaringan) di SMKN ‘X’ Cimahi, dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Seluruh tipe technostress yakni Learning Technostress, Boundary Technostress,

Communication Technostress, Time Technostress, Family Technostress, dan Society

Technostress berada pada kategori tinggi.

2. Tipe technostress yang paling tinggi diantara keenam tipe tersebut adalah Communication

Technostress yang artinya bahwa sebagian besar siswa dan siswi merasakan adanya efek

samping yang dirasakan akibat dari penggunaan teknologi yang berkaitan dengan

komunikasi.

3. Urutan tipe technostress dari tinggi ke rendah pada siswa dan siswi jurusan TKJ di

SMKN ‘X’ Cimahi antara lain Communication Technostress, Family Technostress,

Society Technostress, Boundary Technostress, Learning Technostress, dan Time

Technostress

4. Terdapat keterkaitan antara tipe Boundary Technostress dengan durasi penggunaan

teknologi.

5. Terdapat keterkaitan antara tipe Communication Technostress dengan jenis teknologi

yaitu pemakaian smartphone dan penggunaan teknologi yang berkaitan dengan

(33)

76

6. Terdapat keterkaitan antara tipe Time Technostress dengan jumlah teknologi yang

digunakan

7. Terdapat keterkaitan antara tipe Family technostress dengan durasi penggunaan

teknologi.

8. Terdapat keterkaitan antara tipe Society Technostress dengan penggunaan teknologi yang

berkaitan dengan informasi.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh, beberapa saran teoritis yang diharapkan

dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan :

1. Peneliti menemukan fakta bahwa adanya keterkaitan antara tipe Boundary

Technostress dengan durasi penggunaan teknologi, Tipe Communication Technostress

dengan jenis teknologi yaitu pemakaian smartphone dan penggunaan teknologi yang

berkaitan dengan komunikasi, Time Technostress dengan jumlah teknologi yang

digunakan, Family technostress dengan durasi penggunaan teknologi dan Society

Technostress dengan penggunaan teknologi yang berkaitan dengan informasi.

Sehingga bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian korelasi

terkait dengan temuan tersebut.

2. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini pun dapat dijadikan masukan apabila

(34)

menggunakan teknologi dalam proses belajarnya dengan siswa yang tidak intens

menggunakan teknologi dalam proses belajarnya.

5.2.2 Saran Praktis

Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh melalui penelitian, diajukan beberapa

saran praktis yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang

berkepentingan :

1. Bagi guru SMKN ‘X’ Cimahi jurusan TKJ untuk dapat mengarahkan siswa dan

siswinya agar lebih menggunakan teknologi sesuai dengan kegunaannya serta

mengatur pemakaian teknologi pada siswa sehingga mereka mampu mengatur

waktu dalam menggunakan teknologi sesuai dengan kebutuhan agar terhindar dari

ketergantungan pada teknologi.

2. Bagi siswa dan siswi diharapkan untuk menggunakan teknologi sesuai dengan

kegunaannya dan diharapkan untuk mampu mengatur waktu dalam penggunaan

teknologi agar penggunaan teknologi terasa lebih efektif dan terhindar dari

ketergantungan pada teknologi. Hal tersebut dapat dilakukan oleh siswa dengan

membuat perancangan pribadi dalam mengatur jadwal pemakaian teknologi

sehingga pemakaian teknologi dapat terkendali. Khususnya siswa diharapkan

bijak dalam menggunakan teknologi komunikasi elektronik sehingga siswa dapat

secara intens bertemu dan berkomunikasi secara langsung dengan

teman-temannya untuk mengurangi kesalahpahaman dalam berkomunikasi.

3. Untuk para orangtua diharapkan untuk memberikan teknologi pada siswa maupun

(35)

78

teknologi dari segi durasi penggunaan teknologi agar terhindar dari pemakaian

teknologi yang berlebihan yang dapat menyebabkan ketergantungan. Selain itu

agar intensitas komunikasi antar anggota keluarga dapat berjalan dengan baik

(36)

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Sidang Sarjana pada Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha

Oleh : RIANA RATIH N

1130214

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(37)
(38)
(39)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT atas ridho-Nya sehingga penelitian

ini dapat terselesaikan. Penelitian ini disusun dalam rangka menempuh sidang sarjana di Fakultas

Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung. Adapun judul dari penelitian ini adalah “Studi

Deskriptif Mengenai Tipe Technostress Pada Siswa Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan di

SMKN ‘X’ Cimahi”.

Selama proses penyusunan penelitian ini, peneliti mendapatkan bantuan dan dukungan

dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan rasa terima

kasih kepada:

1. Dr. Irene P. Edwina, M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen

Maranatha.

2. Dr. Irene Tarakanita, M.Si., Psikolog, selaku dosen pembimbing utama yang selalu

meluangkan waktunya untuk memberikan dukungan serta arahan kepada peneliti agar

usulan penelitian ini dapat terselesaikan dengan sebaik mungkin.

3. Cakrangadinata, M.Psi., Psikolog, selaku dosen pembimbing pendamping yang selalu

meluangkan waktunya untuk memberikan dukungan serta arahan kepada peneliti agar

(40)

4. Staff tata usaha Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, selaku sumber bantuan

dalam mengurus administrasi surat menyurat peneliti untuk melakukan penelitian di

SMKN “X” Cimahi.

5. Guru-guru, siswa-siswi dan staff tata usaha di SMKN “X” Cimahi, selaku sumber

informasi kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

6. Mama, kakak-kakakku tercinta (Iin, Rini dan Rizki) serta keluarga besar yang selalu

memberikan semangat, doa, dukungan, kritik dan masukan kepada peneliti dalam

menyelesaikan skripsi.

7. Adhitya Pradipta, terimakasih atas bantuan, dukungan dan semangat yang selalu diberikan

kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

8. Teman seperjuangan Nidya, Alina, Sheila, Elsa, Nuansa, teman-teman “yoo eden yoo”,

teman-teman “Josayjo”, teman-teman mahasiswa Psikologi angkatan 2011. Semua pihak

yang telah membantu penyusunan penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Dalam penyusunan penelitian ini, peneliti menyadari masih banyak terdapat kekurangan

dan keterbatasan, baik dari segi isi maupun dari segi penyajiannya. Oleh karena itu, kritik dan

saran yang membangun sangat peneliti harapkan untuk perbaikan penelitian ini. Akhir kata

peneliti berharap agar penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak lain yang

membutuhkan. Terima kasih.

Bandung, Juni 2016

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Cox, Tom. 1978. Stress. London: The Macmillan Press LTD.

Brod, Craig. 1984. Technostress: The Human Cost of the Computer Revolution. Reading, Mass: Addison Weslety.

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing : Design, Analysis, and Use. United States : Alyn & Bacon.

Gulo, W.2003. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Grasindo

Lazarus. S. R. & Folkman. S., 1984. Stress, Appraisal, and Coping, Springer. New York : Publishing Company. Inc.

Okebaram, & Sunday Moses. 2013. Minimizing The Effects of Technostress in Todays Organization. International Journal of Emerging Technology and Advanced Engineering Volume 3, Issue 11.

Santrock, J. W. 2007. Adolesence, 11st Edition, New York : Mc. GrawHill Companies Inc.

Santrock, J. W. 2014. Adolesence, 15th Edition, New York : Mc. GrawHill Companies Inc.

Selye, H. (1956). The Stress of Life. New York : McGraw Hill.

Selye, Hans (1980). Selye’s Guide to Stress Research. New York : Van Nostrand Rainhold

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Indonesia : Alfabeta.

(42)
(43)

DAFTAR RUJUKAN

APJII. (2014). Profil Pengguna Internet di Indonesia tahun 2014

(http://www.slideshare.net/internetsehat/profil-pengguna-internet-indonesia-2014-riset-oleh-apjii-dan-puskakom-ui diakses 8 Juni 2016)

Azik. (2016). Grafik Pengguna Internet Indonesia (http://guteksi.blogspot.co.id/p/jumlah-pengguna-internet-indonesia.html diakses 8 Juni 2016)

Bagus. (2015). Populasi pengguna Internet Indonesia hampir mencapai angka 90 juta.

(http://www.goodnewsfromindonesia.org/2015/04/30/populasi-pengguna-internet-indonesia-hampir-mencapai-angka-90-juta/ di akses 9 mei 2015)

Ditta. (2015). Pengertian SMK (http://ayoraihsemua.blogspot.co.id/2015/08/pengertian-smk.html di akses 11 Mei 2015)

Fakultas Psikologi. (2015). Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. Bandung: Universitas Kristen Maranatha.

Gatot. (2014). Siaran Pers Tentang Riset Kominfo dan UNICEF Mengenai Perilaku Anak dan Remaja Dalam Menggunakan Internet (http://kominfo.go.id/index.php di akses 3 mei 2015)

Hendra. (2014). Fenomena Internet Pada Anak-Anak dan Remaja

(http://hendra.room318online.com/fenomena-internet-pada-anak-anak-dan-remaja/ di akses 3 mei 2015)

Chrysta, Iva Asih Era. (2014). Studi Deskriptif Mengenai Derajat Technostress pada Mahasiswa Universitas ‘X’ Bandung yang Menggunakan Smartphone. Skripsi. Bandung: Universitas Kristen Maranatha.

Jonathan. (2012). Dampak Positif dan Negatif Jejaring Sosial bagi Remaja

(44)

Ketut. (2015). Berapa jumlah pengguna website, mobile, dan media sosial di Indonesia? (http://id.techinasia.com/laporan-pengguna-website-mobile-media-sosial-indonesia/ di akses 9 mei 2015)

Rangga. (2011). SMKN 1 Cimahi – Catatan Putih Abu Sekolahku (http://mrangga-smkn1cimahi.blogspot.com/2011/04/teknik-komputer-jaringan.html di akses 8 April 2015)

Rachmi, Gita Nur. (2014). Studi Deskriptif Mengenai Tipe Technostress pada Siswa dan Siswi

SMPN ‘X’ di Bandung. Skripsi. Bandung: Universitas Kristen Maranatha.

Riasnugrahani, Missiliana. (2011). Pembentukan Techno-Family System Sebagai Upaya mengatasi Family Technostress. In: Psychology Village 2: Harmotion, 4 April 2011, Universitas Pelita Harapan.

Referensi

Dokumen terkait

Profil Cokong-cokong pada

Dari hasil penelitian ini dalam bab VI, penulis menyimpulkan beberapa macam dari kesalahan tata bahasa yang telah dibuat oleh siswa kelas XI IIS di SMA 1 Bae Kudus tahun

Peningkatan penyelesaian perkara di peradilan Tata Usaha Negara Pontianak, direalisasikan dengan program Peningkatan Manajemen Peradilan Tata Usaha Negara Pontianak , Indikator

Melalui pertunjukan muhibah kesenian yang sering dilakukan oleh pemerintah Su- matera Barat ke Malaysia tepatnya Negeri Sembilan, dampak pertunjukan Tari Piring telah

sering g adala# tulang&t adala# tulang&tulang pan!ang. Pada ulang pan!ang. Pada anak&a anak&anak" nak" sarkom sarkoma a e$ing merupakan tumor 

Namun rotasi kerja tersebut, memunculkan banyak keluhan karyawan yang berhubungan dengan kondisi kerja baru, antara lain menyesuaikan diri dengan orang baru dan

Setelah dilakukannya perhitungan dan percobaan dari data pertanyaan tentang gejala – gejala karies gigi yang telah didapat dari narsumber dan disusun sedemikian

Pada Kasus 1 dengan kondisi lingkungan yang cukup stabil yaitu pada pagi hari dengan suhu lingkungan 25.2 o C dan tidak ada kecepatan angin menunjukkan bahwa