• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sosial Ekonomi Kejahaatan Berulang Di Propinsi Sumatera Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Sosial Ekonomi Kejahaatan Berulang Di Propinsi Sumatera Barat."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Sosial Ekonomi Kejahaatan Berulang Di Propinsi Sumatera Barat --- oleh Jufril Ismail

---The beginner of crime and also replication are intresting phenomenon to be learned. But to understand the beginner of of crime by methologies, is more complicated so the focus of studying replication crime is more interesting because we can get some reasons to explain the phenonomenon. Wether the crime phenomenon can be explained by the factor related to economic and social condition in west sumatera.

1. Pendahuluan

Beberapa ahli sependapat bahwa banyak faktor yang mempengaruhi seseorang berprilaku jahat dimana niat jahat seseorang bisa muncul oleh karena keadaan ekonomi yang mendesak diantara faktor-faktor lainnya. Faktor-faktor tersebut biasanya dikategorikan menjadi faktor yang berasal dari dalam diri sendiri, faktor keluarga maupun faktor lingkungan yang secara bersama membentuk pola tingkah laku dan kepribadian seseorang.

(2)

tuntunan kebutuhan hidup. Dalam keadaan demikian individu mampu mempengaruhi orang, lain atau lingkungannya untuk tindakan yang sama guna memenuhi tuntutan kebutuhan fisik dan keinginan lainnya, atau dengan kata lain salah satu penyebab timbulnya kejahatan dilakukan seseorang diduga berkaitan erat dengan tekanan ekonomi, hal ini diperkuat oleh Brener (1965) dalam bukunya Effect of the Economy on Criminal Behaviour and the Administration of Criminal Justice. Dalam buku tersebut Brener kesimpulan bahwa perubahan dan kedudukan sosial ekonomi, luasnya ketidak merataan dan ketidakstabilan ekonomi, sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan kejahatan di suatu wilayah. Seperti halnya dengan Propinsi Sumbar, dengan adanya krisis ekonomi yang juga merupakan akibat krisis ekonomi nasional, data selama lima tahun belakangan ini, jenis kejahatan, pencurian dengan pemberatan merupakan persoalan kejahatan yang memperlihatkan tendensi menarik. Kegiatan pencurian dengan pemberatan menempati urutan pertama dari jenis kejahatan yang dideteksi selama ini.

Dalam usaha pencegahan dan penanggulangan meluasnya tindak kejahatan tersebut di tengah-tengah masyarakat, maka diperlukan suatu analisis dan diagnosis terhadap faktor-faktor penyebab seseorang melakukan kejahatan, dan selanjutnya mengambil langkah-langkah kebijaksanaan yang menyangkut pencegahan dan penanggulangan tindak kejahatan itu yang nantinya merupakan penyu susunan perencanaan terutama hubungan ekonomi dan kejahatan

3. METODOLOGI

(3)

Teknik analisa yang digunakan dalam tulisan ini meliputi analisis deskriptif dan analisis induktif Analisis deskriptif digunakan dalam, melihat gambaran umum, sosial ekonomi dan kejahatan di Sumatera Barat serta perkembangannya. Di samping itu karakteristik pelaku kejahatan berulang dan karakteristik kejahatannya juga akan diuraikan melalui analisa deskriptif

Analisa induktif digunakan, untuk melihat sejauh mana masing-masing variabel yang diteliti memiliki signifikasi hubungan secara statistik melalui penghitungan dan pengujian statistik dengan uji kebebasan tabel kontingensi, penghitungan koefisien korelasi dan koefisien determinasi.

Tabel kontingensi adalah suatu tabel yang memuat frekuensi variabel variabel yang diamati yang terdiri dari r ban's dan c kolom. Total baris dan total kolom disebut frekuensi marginal. Dengan menggunakan frekuensi marginal dapat dihitung peluang (harapan) masing-masing sel dalam kolom dan baris. Frekuensi harapan diperoleh dengan menggandakan setiap peluang sel dengan jumlah total pengamatan. Formula umum dari frekuensi harapan adalah:

Frekuensi harapan = (total kolom) dikali (total baris) dibagi total Pengamatan

Dengan menggunakan prosedur uji Khi-kwadrat (X2)

ei ei Oi X

2

2 ( )

Dimana:

(4)

Dalam melakukan uji Chi-kuadrat pada penelitian ini, digunakan taraf kepercayaan sebesar 95 persen atau dengan kata lain peluang kesalahan untuk menolak Ho (daerah kritis/alpha) hanya sebesar 5 persen.

3.2. Karakteristik Kejahatan Berulang

Jenis kejahatan yang dilakukan. oleh pelaku tindak kejahatan berulang di Sumatera Barat umumnya adalah kejahatan yang berkaitan dengan harta benda seperti pencurian, perampokan, pemerasan, penipuan dan penggelapan. Dari seluruh jenis kejahatan tersebut pencurian menempati urutan terbanyak sebagaimana ditunjukkan basil penelitian dimana hampir 40 persen kejahatan yang dilakukan pelaku kejahatan berulang 2 kali adalah pencurian, bahkan untuk yang berulang lebih dari 2 kali persentase Nya mencapai hampir 55 persen.

Kemudian jenis kejahatan harta benda lainnya hanya berkisar I hingga 6 persen untuk yang berulang 2 kali dan 3 sampai 12 persen untuk yang berulang lebih dari 2 kali. Sedangkan jenis kejahatan-kejahatan lain yang tidak berhubungan dengan harta benda jumlahnya hanya 22 persen untuk berulang lebih dari 2 kali dan 43 persen untuk berulang 2 kali.

Tabel 5.8 : Jumlah dan persentase nara pidana berulang menurut jenis kejahatan dan frekuensi berulang

(5)

Lebih dari 2

Cukup besarnya jenis kejahatan yang menyangkut harta benda khususnya pencurian, patut menjadi alasan untuk menduga bahwa pelaku kejahatan. berulang menjalankan aksi kejahatan Nya sebagai sumber penghidupan nya atau paling tidak untuk menambah penghasilannya. Hal ini diperkuat data yang menunjukkan bahwa 77,4 persen pelaku kejahatan berulang lebih dari 2 kali mengaku melakukan tindak kejahatan karena alasan ekonomi. Bahkan untuk jenis kejahatan pencurian, perampokan dan pemerasan, seluruh napi yang diteliti mengaku karena alasan ekonomi.

Hubungan antara jenis kejahatan. yang dilakukan. oleh para pelaku dengan alasan yang mendasari perlakuan tindak kejahatan semakin memperkuat dugaan pada uraian sebelumnya. Dari Tabel 5.9 di bawah dapat dilihat bahwa pelaku tindak kejahatan yang berulang sampai dua kali untuk jenis kejahatan pencurian terbesar disebabkan oleh dorongan faktor ekonomi, yakni mencapai 52,4 persen. Kemudian, tindak kejahatan yang dipengaruhi lingkungan tempat tinggal atau pergaulan tercatat sebesar 42,9 persen.

(6)

alasan melakukan kejahatan

Jenis kejahatan Alasan melakukan kejahatan

Jumlah

Penggelapan I 100,0 0 0,0 0 010 1 100,0

Lainnya 17 73,9 3 13,0 3 13,0 23 100,0

Jumlah 19 35,8 19 35,8 15 28,3 53 100,0

Berulang lebih dari

pencurian 4 21,1 8 42,1 7 36,8 19 100,0

Perampokan 0 0,0 3 75,0 1 25,0 4 100,0

Pemerasan I 100,0 0 0,0 0 0,0 1 100,0

Penipuan 1 33,3 1 33,3 1 33,3 3 .100,0

Penggelapan 1 100,0 0 0,0 0 0,0 1 100,0

Lainnya 38 07,9 4 7,1 14 25,0 56 100,0

Jumlah 45 53,6 16 19,0 23 Z7,4 84 100,0

Sedangkan pelaku tindak kejahatan yang mengulang sampai lebih dari dua kali bahkan lebih buruk lagi. Seluruh tindak kejahatan pencurian didasari oleh desakan ekonomi pelaku. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa, tindak kejahatan pencurian yang mereka lakukan sudah merupakan profesi mereka.

(7)

Fenomena berulang nya melakukan tindak kejahatan bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan, karena secara fitrah sesungguhnya setiap manusia telah dibekali oleh sang pencipta kesempatan clan kebebasan untuk memilih dan menentukan apakah dalam memecahkan permasalahan akan menempuh cara-cara yang dibenarkan oleh norma hukum balk adat, agama maupun negara, atau sebaliknya dengan jalan kejahatan.

Jatuhnya pilihan pada alternatif jalan kejahatan tidak selalu mencerminkan kebetulan pikiran pelaku kejahatan. Pilihan tersebut diambil, dikarenakan oleh tersedianya kesempatan dan dapat juga pilihan tersebut cocok dengan profesionalisme Nya sebagai pelaku kejahatan.

Banyak faktor yang melatarbelakangi dan berpengaruh terhadap seseorang hingga melakukan tindak kejahatan, bahkan mengulangi Nya sampai beberapa kali. Dalam analisis ini, telah diteliti 13 variabel yang diduga. berpengaruh pada tindak kejahatan berulang di Sumatera Barat. Ketiga belas variabel tersebut dikelompokkan dalam tiga kelompok variabel sesuai dengan sifatnya yaitu (1) kelompok variabel karakteristik dan moral, (2) kelompok variabel ekonomi dan (3) kelompok variabel lingkungan tempat tinggal clan pergaulan.

(8)

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan variabel-variabel tersebut dengan tindak kejahatan berulang dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan uji kontingensi seperti telah dijelaskan sebelumnya.

Selanjutnya dari hasil uji tersebut, variabel-variabel yang memiliki signifikansi hubungan secara statistik akan analisis lebih lanjut tingkat korelasi dan tingkat determinasi Nya

Tabel 5. 10 : Hasil uji Kontingensi variabel-variabel alasan dengan frekuensi berulangnya melakukan kejahatan

Variabel-Variabel Alasan

Melakukan Kejahatan Berulang Khi- kwadratObservasi DerajatDebas

Daerah

13.530 2 5.991 Ho ditolak

Karakteristik individu dan moral

Umur 5.564 7 14.067 Ho diterima

Pendidikan 14.310 4 9.488 Ho ditolak

Kedudukan dalam rumah tangga 0,889 2 5.991 Ho diterima

Ketaatan ibadah 5,470 3 7.8 15 Ho diterima

Kebiasaan minum minuman keras 11.392 3 7.815 Ho ditolak Ekonomi

Sumber pendapatan 14.582 4 9.488 Ho ditolak

Rata-rata pendapatan 12.443 4 9.488 Ho. ditolak

Beban tanggungan 10.591 4 9.489 Ho ditolak

Kecukupan biaya hidup 1.726 3 7,815 Ho diterima Lingkungan tempat tinggal/

pergaulan

Teman pergaulan sehari-hari 9.064 2 5.991 Ho ditolak Kebiasaan menghabiskan waktu 4.952 3 7.815 Ho di terima Interaksi dengan tempat potensi

kejahatan

12,340 3 7.815 Ho ditolak

Keamanan lingkungan tempat

(9)

Dengan demikian, untuk karakteristik individu dan moral pelaku kejahatan ternyata pendidikan yang rendah dan kebiasaan meminum minuman keras merupakan dua faktor yang cukup signifikan dalam mendorong niat pelaku tindak kejahatan untuk mengulangi kejahatan nya. Hal ini ditunjukkan dengan basil nilai Khi Kuadrat observasi yang mencapai sebesar 14,3 10 untuk faktor pendidikan clan sebesar 11,392 untuk faktor kebiasaan minum minuman keras. Kedua mulai Khi kuadrat tersebut berada jauh lebih besar dari nilai Khi kuadrat tabel yang masing-masing hanya tercatat sebesar 9,488 (d.f = 4) untuk variabel pendidikan dan 7,815 (d.f--3) untuk variabel kebiasaan minum minuman keras.

Sedangkan untuk variabel ekonomi, ternyata dari 4 faktor yang diteliti hanya faktor kecukupan biaya hidup yang tidak signifikan untuk mempengaruhi pelaku tindak kejahatan di Sumatera Barat dalam mendorong pelaku untuk mengulangi kejahatannya. Sedangkan faktor lainnya seperti beban tanggungan, rata-rata pendapatan yang relatif masih rendah serta sumber pendapatan, seluruhnya cukup signifikan dalam mempengaruhi tindak kejahatan diulangi sampai dua kali. Hal ini juga ditunjukkan dengan nilai uji Khi kuadrat observasi yang lebih besar dari nilai Khi kuadrat yang tercantum pada tabel.

(10)

Selanjutnya pada Tabel 5.11 disajikan basil penghitungan koefisien korelasi

(r) dan koefisien determinasi (r2) dari seluruh variabel yang diduga berpengaruh

terhadap tindak kejahatan di Sumatera Barat. Hasil penghitungan koefisien korelasi d1harapkan akan dapat memperkuat hasil uji statistik sebelumnya. Sedangkan koefisien determinasi d1harapkan akan dapat memberikan gambaran tentang subangan (share) variabel yang berhubungan dengan variasi berulangya tindak kejahatan yang terjadi di Sumatera Barat.

Tabet 5.11 : Koefisien Korelasi clan Determinasi variabel yang berpengaruh pada frekuensi berulangnya melakukan tindak kejahatan

Pelaku Berulang Ketika

Variabel yang Berpengaruh Pertama

2 Kali Lebih dari Melakukan 2 Kali Kejahatan KOEFISIEN KORELASI

Karakteristik Individu dan Moral

Pendidikan -0,63 -0,74 -0,61

Kebiasaan minum Minuman Keras 0,68 0,83 0,74 Ekonomi

Sumber Pendapatan 0,52 0,87 0,39

Rata-rata Pendapatan 0,62 0,90 0,38

Beban Tanggungan 0,69 0,80 0,26

Lingkungan Tempat Tinggal/ Pergaulan

Teman Pergaulan 0,81 0,62 0,81

Interaksi dengan tempat potensi

Kebiasaan minum Minuman Keras 46,2 69,2 54,8 Ekonomi

Sumber Pendapatan 27,3 76,0 15,5

Rata-rata Pendapatan 38,6 80,1 14,3

Beban Tanggungan 48,1 64,6 6,7

Lingkungan Tempat Tinggal/ pergaulan

Teman Pergaulan 65,0 38,3 66,1

Interaksi dengan tempat potensi

(11)

Sumber: Hasil Penelitian

Dari tabel 5. 11 tampak adanya pola hubungan yang spesifik masing-masing variabel yang berpengaruh dengan frekuensi berulang 2 kali, lebih dari dua kali dan ketika pertama melakukan kejahatan. Dari ke 7 variabel yang berpengaruh pada berulangnya melakukan kejahatan 2 kali, variabel teman pergaulan sehari-hari dan intensitas interaksi dengan tempat berpotensi kejahatan merupakan variabel yang memiliki nilai korelasi (hubungan) yang paling tinggal, sebesar 0,8. Adapun variabel lainnya memiliki nilai korelasi sedikit lebih rendah, berkisar 0,6 hingga. 0,7, kecuali sumber pendapatan yang korelasi Nya lebih rendah lagi, hanya 0,5.

Dapat disimpulkan bahwa untuk pelaku kejahatan berulang 2 kali, faktor lingkungan tempat tinggal dan pergaulan memiliki dominasi pengaruh paling besar dari faktor ekonomi dan karakteristik pribadi/moral. Hal ini tampak juga dari nilai determinasi (sharing) terhadap keragaman pelaku berulang 2 kali dari kedua variabel tersebut di atas nilainya cukup tinggi, masing-masing 65 dan 63 persen.

Berbeda dengan kejahatan berulang 2 kali, untuk kejahatan berulang lebih dari 2 kali faktor yang memiliki korelasi paling besar adalah faktor ekonomi yang meliputi sumber pendapatan, besarnya pendapatan dan banyaknya beban tanggungan hidup, masing-masingnya memiliki nilai korelasi sebesar 0,87, 0,89 dan 0,80. Selain itu dari faktor moral dalam hal ini adalah intensitas minum minuman keras juga memiliki nilai korelasi yang cukup tinggi, sebesar 0,83.

(12)

persen. Faktor lingkungan tempat tinggal dan pergaulan meskipun. memiliki hubungan, namun nilai korelasi Nya dan determinasi Nya tidak terlalu besar.

Fenomena yang tampak dari uraian di atas adalah adanya perbedaan dominasi variabel yang berpengaruh terhadap frekuensi berulangnya melakukan kejahatan antara 2 kali dengan lebih dan'2 kali. Faktor lingkungan tempat tinggal dan pergaulan yang meliputi teman pergaulan dan interaksi dengan tempat kejahatan tampaknya lebih dominan pengaruhnya pada pelaku berulang 2 kali di samping faktor ekonomi dan moral. Sedangkan pada pelaku berulang lebih dari 2 kali, faktor ekonomi yaitu kemapanan sumber pendapatan, tingkat pendapatan dan beban tanggungan hidup, plus faktor moral dalam hal ini adalah intensitas minum minuman keras, lebih dominan pengaruhnya. Adapun faktor lingkungan tempat tinggal pengaruhnya tidak terlalu besar.

Pergeseran faktor pengaruh tersebut akan tampak lebih jelas bila dilihat ketika pelaku berulang melakukan kejahatan yang pertama. Pada saat itu, faktor yang lebih dominan berpengaruh adalah lingkungan tempat tinggal dan pergaulan. Adapun faktor ekonomi pengaruhnya relatif sangat kecil.

3.3. Kualitas/Jenis Kejahatan

(13)
(14)

Tabel 3 : Hasil uji Kontingensi variabel-variabel alasan dengan jenis kejahatan

KEJAHATAN 34,319 10 18,307 Ho ditolak

Karakteristik Individu dan Moral

Umur 54,377 35 49,853 Ho ditolak

Pendidikan 26,986 20 31,410 Ho

diterima Kedudukan dalam rumah tangga 10,299 10 18,307 Ho

diterima

Ketaatan ibadah 26,349 15 24,996 Ho ditolak

Kebiasaan minum minuman keras 19,603 10 18,307 Ho ditolak Ekonomi

Sumber pendapatan 31,635 15 24,996 Ho ditolak Rata-rata pendapatan 36,628 20 31,410 Ho ditolak

Beban tanggungan 39,932 20 31,410 Ho ditolak

Kecukupan biaya hidup 16,912 15 24,996 Ho

diterima Lingkungan Tempat Tinggal/

Pergaulan

Teman pergaulan sehari-hati 19,164 10 18,307 Ho ditolak Kebiasaan menghabiskan waktu 20,048 12 21,026 Ho

diterima Interaksi dengan tempat potensi

kejahatan 23,194 12 21,026 Ho ditolak

Keamanan lingkungan tempat

tinggal 5,125 10 18,307 Hoditerima

Sumber : Hasil Penelitian

a. Berulang 2 Kali

(15)

5) besarnya pendapatan, (6) beban tanggungan, (7) teman pergaulan sehari-hari, dan (8) intensitas interaksi dengan tempat berpotensi kejahatan.

Tabel 4: Koefisien korelasi dan determinasi variabel yang berpengaruh pada jenis kejahatan berulang 2 kali

ian Perampokan Pemerasan Penipuan Penggelap an

Lain-nya

KOEFISIEN KORELASI

Karakteristik Individu dan Moral

Umur -0,596 -0,404 -0,666 0,196 0,082 0,369 -0,591 Ketaatan beragama 0,520 0,347 0,374 0,735 0,675 0,659 0,801 Kebiasaan minum minuman keras 0,718 0,666 0,800 0,417 0,391 0,852 0,753 Ekonomi

Sumber pendapatan 0,611 0,547 0,508 0,344 0,258 0,336 0,634 Rata-rata pendapatan 0,770 0,756 0,497 0,207 0,434 0,311 0,748 Beban tanggungan 0,842 0,866 0,307 0,466 0,507 0,271 0,894 Lingkungan Tempat tinggal/

Pergaulan

Teman pergaulan sehari-hari 0,756 0,810 0,700 0,327 0,397 0,824 0,773 Interaksi dengan tempat potensi

kejahatan 0,814 0,658 0,834 0,747 0,275 0,711 0,758 KOEFISIEN DETERMINASI (%)

Karakteristik Individu dan Moral

Umur 35,5 16,3 44,4 3,8 0,7 13,6 34,9

Ketaatan beragama 27,0 12,0 14,0 54,0 45,6 43,4 64,2 Kebiasaan minum minuman keras 51,6 44,4 64,0 17,4 15,3 72,6 56,7 Ekonomi

Sumber pendapatan 37,3 29,9 25,8 11,8 6,7 11,3 40,2 Rata-rata pendapatan 59,3 57,2 24,7 4,3 18,8 9,7 56,0 Beban tanggungan 70,9 75,0 9,4 21,7 25,7 7,3 79,9 Lingkungan Tempat Tinggal/

Pergaulan

Teman pergaulan sehari-hari 57,2 65,6 49,0 10,7 15,8 67,9 59,8 Interaksi dengan tempat potensi

kejahatan 66,3 43,3 69,6 55,8 7,6 50,6 57,5

(16)

Variabel ekonomi dan lingkungan pergaulan hampir semuanya memberikan korelasi yang cukup kuat pada jenis kejahatan pencurian yang memberikan cerminan tekanan ekonomi yang dibarengi dengan lingkungan pergaulan yang kurang baik mudah melahirkan kejahatan pencurian yang berulang 2 kali. Adapun faktor moral, khususnya ketaatan beribadah tampaknya tidak memberikan korelasi yang cukup besar pada jenis kejahatan ini.

Fenomena tersebut secara tidak langsung dapat mencerminkan bahwa ibadah yang dilakukan pelaku pencurian tidak memberikan dampak nilai positif. Kemungkinan ibadah yang dilakukan masih sebatas rutinitas ritual saja.

Untuk jenis kejahatan perampokan, 3 faktor yang cukup besar korelasinya adalah tingkat pendapatan, beban tanggungan dan interaksi dengan. tempat-tempat berpotensi kejahatan. Sharing variabel variabel tersebut mencapai 55 sampai 75 persen. Sedangkan jenis kejahatan lainnya. (pemerasan, penipuan, penggelapan dan lainya) faktor ekonomi bukan merupakan faktor yang dominan korelasinya, akan tetapi lebih besar berhubungan dengan faktor moral dan lingkungan tempat tinggal dan. pergaulan.

b. Berulang Lebih Dari 2 Kati

(17)

Tabel 5:Hasil uji Konfingensi variabel-variabel alasan dengan jenis kejahatan berulang lebih dari 2 kali

Variabel-Variabel Alasan Melakukan Kejahatan Berulang Lebihi Dari 2 kali

Khi kuadrat Observasi

Derajat

Bebas Daerah Kritis(khi- kuadrat tabel

alpha = 5%)

Kesimpulan Pengujian

ALASAN MELAKUKAN

KEJARATAN 27,033 8 15,507 Ho ditolak

Karakteristik Individu dan Moral

Umur 28,276 24 36,415 Ho diterima

Pendidikan 8,406 12 21,026 Ho diterima

Kedudukan dalam rumah tangga 6,566 4 9,488 Ho diterima

Ketaatan ibadah 13,108 8 15,507 Ho diterima

Kebiasaan minum minuman keras 13,143 12 21,026 Ho diterima Ekonomi

Sumber pendapatan 29,312 12 21,026 Ro ditolak

Rata-rata pendapatan 22,417 12 21,026 Ho ditolak

Beban tanggungan 36,040 16 26,296 Ho ditolak

Kecukupan biaya hidup 20,180 8 15,507 Ho ditolak Lingkungan Tempat Tinggal/

Pergaulan

Teman pergaulan sehari-hari 4,509 9 15,507 Ho diterima Kebiasaan menghabiskan waktu 25,084 12 21,026 Ho ditolak Interaksi dengan tempat potensi

kejahatan 22,838 8 15,507 Ho ditolak

Keamanan lingkungan tempat tinggal 1,761 4 9,488 Ho diterima

Seluruh variabel ekonomi tampaknya merupakan variabel yang cukup dominan korelasi Nya pada jenis kejahatan pencurian, perampokan dan pemerasan dengan nilai korelasi 0,7 sampai 0,8. Adapun variabel lingkungan tempat tinggal dan pergaulan tingkat hubungannya dengan jenis kejahatan tersebut di atas relatif cukup kecil. Variabel in] mempunyai hubungan yang cukup kuat besar dengan jenis kejahatan lainnya seperti perkosaan, pembunuhan dan sebagainya.

Tabel 6 : Koefisien korelasi dan determinasi variabel yang berpengaruh pada jenis Kejahatan yang bergulir lebih dari 2 kali

Variabel-variabel yang berpengaruh

Jenis Kejahatan Seluruh Pencu

(18)

Ekonomi

Sumber pendapatan 0,720 0,758 0,858 0,316 0,529 0,761 Rata-rata perkapita 0,836 0,632 0,775 0,447 0,135 0,735 Beban tanggungan ONM 0,853 0,707 0,728 0,293 0,812 Kecukupan biaya hidup 0,811 0,866 0,666 0,710 0,300 0,746 Lingkungan Tempat Tinggal

Pergaulan

Kebiasaan menghabiskan waktu 0,617 0,548 0,558 0,316 0,735 0,702 Interaksi dengan tempat potensi

kejahatan 0,712 0,381 0,691 0,272 0,224 0,540 KOEFISIEN DETERMWASI (%)

Ekonomi

Sumber pendapatan 51,8 57,5 73,6 10,0 28,0 57,9 Rata-rata pendapatan 69,8 39,9 60,0 20,0 1,8 54,0 Beban tanggungan 65,3 72,8 50,0 52,9 8,6 65,9 Kecukupan biaya hidup 65,8 75,0 44,4 50,4 9,0 55,7 Lingkungan Tempat Tinggal

Pergaulan

Kebiasaan menghabiskan waktu 38,1 30,0 31,1 10,0 54,0 58,1 interaksi dengan tempat potensi

kejahatan 50,7 14,5 47,7 7,4 5,0 29,2

(19)

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian terhadap 84 orang nara pidana, berulang baik 2 kali maupun lebih, setelah dilakukan analisis deskriptif dan analisis induktif dengan melakukan pengujian statistik uji kebebasan kontingensi menggunakan taraf kepercayaan Uji sebesar 95 persen terhadap 13 variabel yang diduga memiliki hubungan/pengaruh dengan kejahatan berulang, dapat disimpulkan sebagai berikut

1. Jenis Kejahatan yang terjadi di Sumatera Barat terdiri dari; pencurian, perampokan; pemerasan; penipuan; penggelapan dan lainnya, dimana tindak kejahatan pencurian merupakan jenis kejahatan yang terbanyak dilakukan, yakni 39,6 persen untuk yang mengulang tindak kejahatan dua kali dan 54,8 persen untuk tindak kejahatan berulang lebih dari dua kali. Jenis kejahatan yang paling sedikit terjadi adalah penggelapan, yakni banyak 1,9 persen dari seluruh tindak kejahatan yang terjadi di Sumatera Barat

(20)

frekuensi berulan6mya melakukan kejahatan, antara yang berulang 2 kali dengan lebih dari 2 kali. Untuk yang berulang 2 kali, variabel-variabel lingkungan tempat tinggal dan pergaulan lebih dominan hubungannya dibanding variabel ekonomi dan moral, dengan tingkat korelasi sebesar 0,8. Pola tersebut hampir mirip dengan keadaan ketika pelaku berulang melakukan tindak kejahatan pertama kalinya, bahkan dapat dikatakan. pada awalnya faktor ekonomi sangat kecil hubungannya dengan tindak kejahatan yang dilakukan. Berbeda dengan berulang 2 kali, pelaku berulang lebih dari 2 kali lebih besar berhubungan dengan faktor ekonomi dan faktor moral, dalam hal ini adalah intensitas minum minuman keras. Ini terlihat dari nilai korelasi faktor-faktor tersebut relatif sangat tinggi, sekitar 0,8 hingga 0,9. Sedangkan faktor lingkungan tempat tinggal korelasi Nya relatif sangat kecil.

(21)

berulang lebih dari 2 kali menjadikan aksi kejahatan Nya sebagai sumber penghasilan, atau setidak-tidaknya untuk menambah penghasilan guna mencukupi kebutuhan hidupnya.

5. Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dalam hal ini penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut :

1. Dalam rangka menanggulangi tindak kejahatan pencurian yang intensitas Nya paling menonjol di Sumatera Barat perlu dilakukan preventif yakni dengan cara meningkatkan keamanan lingkungan. Peningkatan keamanan lingkungan dapat dilakukan bersama-sama dengan masyarakat yakni dengan mengaktifkan kembali aktivitas Siskamling di setiap RT.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Adel stein. R.P, 1979. The More Cost of Crime; Price International and Organization, US New York University.

Amudi.P, 1975. Pengantar Statistik, Ghalia Indonesia, Jakarta

Bantarto, 1996. Agenda dan Penataan Keamanan di Asia Pasifik, CSIS, Jakarta BPS Sumatera Barat, 1996. Sumatera Barat Dalam Angka, BPS, Padang

.1997. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Tahun 1993-1996, BPS & Bappeda Padang.

.1998. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Tahun 1993-1997, BPS & Bappeda Padang.

Ditserse Polda Sumbar, 1997. Angka Kejahatan di Propinsi Sumatera Barat, Polda Sumbar, Padang

Esmara. H, 1986. Perencanaan dan Pembangunan di Indonesia, Gramedia, Jakarta Gray. C, 1977. Neighbor Crime and The Demand For Central City Housing, US

The Law Inforcement Assistant Administration. Gie Kwik, 1995. Analisis Ekonomi Politik Indonesia, Yogyakarta Mubyarto, 1989. Kesehatan dan Kemiskinan, Cendekia Edisi 11, Mei 1995. Ekonomi dan Keadilan Sosial, Aditya Media, Yogyakarta Nasir. M, 1988. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta

Ninik Widayanti, 1987. Kejahatan Dalam Masyarakat dan Pencegahannya, PT. Bina Aksara, Jakarta.

Said. R, 1988. Pengantar Ilmu Kependudukan, LP3ES, Jakarta

Simatupang, 1995. Aspek Hukum Dalam Bisnis, Rineka Putera, Jakarta

Sudjana, 1975. Statistik Untuk Ekonomi. dan Niaga, Jiliod 1, Tarsito, Bandung

(23)

Tjiptoharijanto, 1976. Pertumbuhan Ekonomi dan Pemerataan. Majalah Perencanaan Pembangunan, Jakarta.

(24)

Penulis dilahirkan pada tanggal 8 Juni 1948 di Selat Panjang sebagai sebagai anak pertanda dari ayah bernama H.Ismall Rajo Lelo dan lbu bernama Hj. Kamaniah Leb. Penulls menamatkan pendidikan Sekolah Dasar Muhammadiyah pada tahun 1962, SMP X Jakarta tahun 1965, SMAN I Jakarta tahun 1968. Kemudian, Penulis melanjutkan ke AKABRI bagian Kepolisian dan tamat pada tahun 1973. Pada tahun 1983 Penulis berhasil menyelesaikan S-1 pada Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTfK) Jakarta dan sejak tahun 1996 Penulis melanjutkan pendidikan di Pasca sarjana Unand Padang jurusan Perencanaan Pembangunan (PPn) yang dapat diselesaikan pada tahun 1999.

Pengalaman pekerjaan Penulis dimulai sejak tahun 1973, dan pada periode 19741977 diangkat menjadi Kasat Lantas Polres Subang (Jawa Barat), kemudian pada periode 1977-1978 ditugaskan ke Timor Timur untuk diangkat menjadi Kasat Lantas Polres Dilli. Selanjutnya pada periode 1978-1980 ditugaskan kembali untuk menjabat Kasat Lantas Polres Subang (Jawa Barat), kemudian pada Periode 1980-1981 diangkat menjadi Kabag Operasi pada Polres Purwakarta (Jawa Barat). Selama periode 19811983, Penulis menjalani pendidikan di PTIK Jakarta dan setelah lulus, pada periode 198-3) hingga 1991 diangkat menjadi Kabag Binnis Dinas Provost Polri di Markas Besar (Mabes Pol-ri). Pada periode 1992-1994 Penulis ditugaskan menjadi Kapolres Solok (Sumatera Barat), kemudian paada periode 1994-1996 dialih tugaskan untuk menjadi Kapolres Agam.

(25)

Gambar

Tabel 5.8 : Jumlah dan persentase nara pidana berulang menurut jenis kejahatandan frekuensi berulang
Tabel 5.9 :
Tabel 4: Koefisien korelasi dan determinasi variabel yang berpengaruh pada jeniskejahatan berulang 2 kali
tabelalpha = 5%)

Referensi

Dokumen terkait

dapat dilihat bahwa air perasan mesocarp jeruk purut dan air perasan epicarp buah jeruk purut memiliki perbedaan aktivitas daya hambat terhadap pertumbuhan jamur

Berdasarkan terori, jeruk purut juga mengandung berbagai senyawa yang sama dengan kulit jeruk lainnya yang kemungkinan juga memiliki efek larvasida yaitu seperti

Layanan anak yang telah tersedia di Perpustakaan Umum Kota Depok dapat dikatakan belum sepenuhnya memberikan layanan anak yang prima karena pada kenyataannya memiliki

Data hasil belajar aspek psikomotorik menunjukkan bahwa kelas kontrol (kelas dengan formasi teater) memiliki peningkatan nilai aspek psikomotorik peserta didik

Memahami pernyataan dan ingkarannya, menentukan nilai kebenaran pernyataan majemuk, serta mampu menggunakan prinsip logika matematika dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan

Pada penelitian ini terlebih dahulu akan dilakukan proses benefisiasi terhadap bijih logam emas yang dimaksudkan untuk mendapatkan prosentase rekoveri logam emas yang maksimal

Identifikasi risiko yang dianggap paling berdampak dan perbedaan risiko untuk setiap tahap pengembangan dapat diperoleh dengan menggunakan metode Delphi dan

Slogan-slogan tersebut tidak hanya berfungsi sebagai hiasan tetapi ajar- an yang harus diamalkan oleh para santri dan jamaah Pondok Pesantren Bi Ba’a Fadlrah. Berfungsi juga