• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Pustaka 1.Media Pembelajaran a

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Tinjauan Pustaka 1.Media Pembelajaran a"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1.Media Pembelajaran a. Pengertian Media

Media berasal dari kata medium (latin) yang berarti perantara atau pengantar. “Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepenerima pesan (Sadiman, 1986:6)”. Menurut Gagne (Sadiman, 1986:6) “media adalah berbagai jenis komponen dan lingkungan siswa yang dapat meransangnya untuk belajar”. Brigs (Sadiman, 1986:7) berpendapat bahwa “media adalah sejenis alat fisik yang menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar”. Heinich (Supriadie, 1996:67) mengemukakan “media secara harfiah berarti perantara (between) yakni perantara sumber pesan dengan penerima pesan”. Ankowo dan Koasih (2007:72)

“media adalah alat atau sarana komunikasi seperti Koran, majalah, radio, televise, film, poster dan spanduk. Sedangkan media pendidikan adalah alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengajaran atau pembelajaran”. Menurut NEA (National Education Association) (Sadiman, 1986:6) “Media adalah bentuk-bentuk

(2)

komunikasi baik yang teretak maupun audio visual serta peralatannya”.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa media adalah satu alat yang digunakan sebagai perantara dalam proses penyampaian pesan oleh guru terhadap penerima pesan oleh siswa guna untuk mengefektifkan proses pembelajaran.

Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar atau dibaca. Media merupakan bagian dari komponen metodologi pembelajaran yang berfungsi sebagai sumber dan membantu metode pembelajaran yang sedang dilakukan (Sudjana, 1991:2).

Apapun batasan yang diberikan terdapat persamaan pernyataan yeng menyatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke panerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sehingga proses pembelajaran terjadi.

Menurut Heinz Kock (1984:125-126) menyebutkan bahwa : Dengan alat peraga hasil pelajaran dapat dikonkritkan.

Dalam kegiatan belajar mengajar tanpa alat peraga murid terpaksa percaya pada kata-kata guru, namun demikian pendidikan semacam itu tidak optimal dalam menghasilkan siswa yang memiliki semangat yang menyelidiki. Siswa yang sudah percaya pada kata-kata

(3)

guru tidak akan bertanya lagi, sedangkan tujuan pendidikan yang utama dalam sain adalah siswa yang harus mengembangkan pikiran yang teliti dan kritis.

Kelebihan mengajar dengan menggunakan alat peraga antara lain dapat mengkonkritkan mata pelajaran.

Pengajaran secara lisan saja memerlukan tingkat abstraksi siswa yang tinggi sekali. Dengan alat peraga dapat mempermudah proses belajar mengajar karena dapat berfungsi sebagai jembatan antara teori dan praktek, serta dapat memotivasi siswa dan menarik perhatian seluruh siswa dalam kelas.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dapat membantu guru dalam mengkongkritkan materi pelajaran serta dapat menghubungkan antara teori dan praktek sehingga dapat mengakibatkan adanya motivasi siswa dalam proses pembelajaran.

b. Jenis Media

Rudy Bretz dalam Rumampuk (1998:87), mengklasifikasikan media menjadi delapan kelas yaitu :

(1) Media Audio-Visual gerak, contohnya TV, video tape, film, kaset program dan piringan hitam.

(2) Media Audio-Visual diam, contohnya film strip bersuara, slide bersuara, komik dengan suara.

(3) Media Audio semi gerak, contohnya media telewrite, morse dan media board.

(4) Media Visual gerak, contohnya film bisu.

(5) Media Visual diam, contoh microform, gambar dan grafis, film- strip.

(6) Media semi gerak, contohnya tekautograph.

(7) Media Audio, contohnya radio, telepon, audio tape dan audio disc, dan

(4)

(8) Media cetak, contohnya teletype dan paper tape.

Menurut Sudjana (2005:101) disebutkan bahwa media dalam proses belajar- mengajar dibedakan menjadi dua yaitu “1) media pengajaran dua dan tiga dimensi, contohnya bagan, grafik, poster, gambar mati, peta datar, peta timbul, globe dan papan tulis, 2) Media pengajaran yang diproyeksi, contohnya film dan slide dan film strip”.

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa jenis media pembelajaran terdiri atas tiga yakni media audio, visual, dan audio visual.

c. Media Video

1) Pengertian Media Video

Media video merupakan salah satu media yang sering digunakan dalam menyampaikan suatu proses atau peristiwa yang telah lama terjadi seperti peristiwa sejarah dan lain-lain. Media Video merupakan salah satu jenis media audio visual. Media audio visual adalah media yang mengandalkan indera pendengaran dan indera penglihatan. Di bawah ini adalah pengertian video menurut para ahli.

Menurut Arsyad (Rusman, 2011:218)

(5)

Video merupakan serangkaian gambar gerak yang disertai suara yang membentuk satu kesatuan yang dirangkai menjadi sebuah alur, dengan pesan-pesan di dalamnya untuk ketercapaian tujuan pembelajaran yang disimpan dengan proses penyimpanan media pita atau disk.

2) Format Video

Format Video Menurut Rusman (2011:219) adalah “pita video, kaset video, piringan video, compact disk, high definition television”.

Adapun penjelasan format videonya adalah sebagai berikut : (a)Format media video yang terpaket dalam bentuk gulungan pita

yang terbuka (open reel) atau yang tertutup dalam sebuah kaset. Pita yang digunakan memiliki lebar yang beranekaragam ukurannya, hanya saja yang banyak digunakan di institut pendidikan adalah tipe pita video yang memiliki lebar 1 inci.

(b)Format media video yang terpaket dalam bentuk kaset yang berisi pita-pita video. Bentuk format kaset video ini dibedakan atas pita yang digunakannya. Paling sedikit ada tiga jenis pita yang digunakannya, yaitu ukuran lebar tiga per empat inci, setengah inci, dan delapan millimeter.

(c) Jenis format media video yang memanfaatkan pancaran cahaya optik seperti tipe laser. Format video ini lebih mirip dengan jenis gramophone (piringan hitam), hanya saja berwarna keperakan

(6)

dan berkilauan. Standar untuk media video ini mampu menangkap gambar video yang bergerak ataupun 54.00 frame dari gambar diam dalam waktu 30 menit langsung merekam.

(d)Dulu CD tidak digunakan untuk merekam, tetapi sekarang CD dapat langsung digunakan untuk merekam atau cara merekam handycamp khusus yang dapat langsung merekam

menggunakan CD. Untuk menampilkan gambar bergerak pada CD ikut ke dalam informasi verbal dan gambar diam yang dikontrol melalui program komputer.

(e)Produksi video yang menggunakan HDTV lebih tinggi dibandingkan yang lainnya, karena mutu gambar video yang ditentukan oleh banyaknya bentuk yang diproyeksikan ke atas permukaan tabung pada HDTV sangat baik.

3) Kelebihan Media Video

Menurut Rusman (2011:220) berikut adalah beberapa kelebihan media video yaitu:

(a)Memberi pesan yang dapat diterima secara lebih merata oleh siswa

(b)Sangat bagus untuk menerangkan suatu proses (c) Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu

(d)Lebih realistis, dapat diulang dan dihentikan sesuai dengan kebutuhan

(e)Memberikan kesan yang mendalam yang dapat mempengaruhi siswa.

(7)

Menurut Pramono (Rusman, 2011:220) media memiliki banyak kelabihan, antara lain:

(a)Memaparkan keadaan real dari suatu proses, fenomena, atau kejadian.

(b)Sebagai bagian terintegrasi dengan media lain, seperti teks atau gambar, video dapat memperkaya pemaparan.

(c) Pengguna dapat melakukan replay pada bagian- bagian tertentu untuk melihat gambaran yang lebih fokus.

(d)Sangat cocok untuk mengajarkan materi dalam ranah prilaku

(e)Kombinasi video dan audio dapat lebih efektif dan lebih cepat menyampaikan pesan dibandingkan dengan media teks.

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa media video sangat memberikan manfaat dalam proses pembelajaran terutama dalam materi yang memaparkan tentang proses, selain itu media video juga dapat mengatasi ruang dan waktu, juga dapat memungkinkan pengguna media video untuk menghentikan video pada bagian-bagian tertentu.

Mengenai karakteristik media video yang akan digunakan pada penelitian ini berbeda dengan media lain, media video yang digunakan adalah media yang sudah jadi. Adapun karakteristik media video terletak pada penggunaan dan sumber, media video dapat digunakan kapan saja dan kontrol ada pada pengguna.

Secara umum media video mempunyai karakteristik yaitu

(8)

menampilkan gambar dan gerak serta suara secara bersamaan, mampu menampilkan benda yang sangat tidak mungkin ke dalam kelas karena terlalu besar (gunung), terlalu kecil (kuman), terlalu abstrak (bencana), terlalu rumit (proses produksi), terlalu jauh (kehidupan di kutub) dan lain sebagainya. Video juga mampu mempersingkat proses, misalnya proses penyemaian padi hingga panen, dan memungkinkan adanya rekayasa (animasi).

4) Kekurangan Media Video

Menurut Amin (2010) berikut ini adalah beberapa kekurangan media video, antara lain:

(a)Sebagaimana media audio-visual yang lain.

(b)Video juga terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang proses pengembangan materi tersebut.

(c) Pemanfaatan media ini juga terkesan memakan biaya tidak murah, terutama bagi guru, maaf dengan gaji pas-pasan di negeri ini.

(d)Penanyangannya juga terkait peralatan lainnya seperi videoplayer, layar bagi kelas besar beserta LCDnya, dan lain-lain.

Menurut Rusman (2011:221) video memiliki beberapa kelamahan, antara lain:

(a)Jangkauannya terbatas

(b)Sifat komunikasinya satu arah (c) Gambarnya relatif kecil

(d)Kadangkala terjadi distorsi gambar dan warna akibat kerusakan atau gangguan magnetic

(9)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa selain memiliki kelebihan media video juga memiliki kekurangan diantaranya adalah pembiyaannya sangat mahal dan membutuhkan kemampuan khusus untuk menggunakannya dan lain-lain.

d. Memilih dan Menentukan Media Pembelajaran

Kegiatan pemilihan media pembelajaran merupakan bagian yang tak terpisahkan dari seluruh proses penggunaan media pembelajaran. Sebab apabila salah dalam pemilihan media pembelajaran keberhasilan proses berikutnya akan ikut terpengaruh. Memilih media pembelajaran harus dikaitkan dengan tujuan intruksional, strategi pembelajaran yang akan diterapkan, dan sistem evaluasi yang akan digunakan.

e. Langkah-langkah penggunaan media pembelajaran

Media pembelajaran yang telah dipilih agar dapat digunakan secara efektif dan efisien perlu menempuh langkah-langkah secara sistematis.

Menurut Muh. Furqan (http://furqanwera.blogspot.com. diakses tanggal 28 februari 2015) “ada tiga langkah pokok yang dapat dilakukan yaitu : 1) persiapan, 2) pelaksanaan/penyajian, 3) tindak lanjut”.

Adapun penjelasan dari langkah-langkah pokok di atas yaitu sebagai berikut : 1) Persiapan maksudnya kegiatan dari seorang tenaga pengajar yang akan mengajar

dengan menggunakan media pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang dapat

(10)

dilakukan tenaga pengajar pada langkah persiapan diantaranya: a) membuat rencana pelaksanaan pembelajaran/perkuliahan sebagaimana bila akan mengajar seperti biasanya. Dalam rencana pelaksanaan pembelajaran/perkuliahan cantumkan media yang akan digunakan. b) mempelajari buku petunjuk atau bahan penyerta yang telah disediakan, c) menyiapkan dan mengatur peralatan yang akan digunakan agar dalam pelaksanaannya nanti tidak terburu-buru dan mencari-cari lagi serta peserta didik dapat melihat dan mendengar dengan baik.

2) Pelaksanaan/Penyajian yaitu tenaga pengajar pada saat melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran perlu mempertimbangkan seperti: (a) yakinkan bahwa semua media dan peralatan telah lengkap dan siap untuk digunakan. (b) jelaskan tujuan yang akan dicapai, (c) jelaskan lebih dahulu apa yang harus dilakukan oleh peserta didik selama proses pembelajaran, (d) hindari kejadian-kejadian yang sekiranya dapat mengganggu perhatian atau konsentrasi, dan ketenangan peserta didik.

3) Tindak lanjut yaitu kegiatan ini perlu dilakukan untuk memantapkan pemahaman peserta didik tentang materi yang dibahas dengan menggunakan media. Disamping itu kegiatan ini dimaksudkan untuk mengukur efektivitas pembelajaran yang telah dilakukannya. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan diantaranya diskusi, eksperimen, observasi, latihan dan tes.

2. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

(11)

a. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.

Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, beradaptasi dalam masyarakat, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia.

Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.

(12)

Menurut Badan Standar Pendidikan Nasional tahun 2006 (742), standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia yang diharapkan:

1) Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri.

2) Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar.

3) Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya.

4) Orang tua dan masyarakat dapat secara efektif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan dan kesastraan di sekolah.

5) Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia.

6) Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu dengan mengembangkan potensi peserta didik, pemusatan perhatian dan pemandirian siswa oleh guru, serta melibatkan peran orang tua, sekolah dan daerah dalam pengembangannya.

(13)

b. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Menurut Badan Standar Pendidikan Nasional tahun 2006 (743), mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan.

2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara.

3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial.

5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu dengan berkomunikasi secara efektif dan efisien juga pemahaman yang baik sebagai ungkapan rasa bangga dan penghargaan terhadap bahasa Indonesia serta untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan sosial.

c. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

(14)

Badan Standar Pendidikan Nasional tahun 2006 (743) menjelaskan bahwa “ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, menulis”. Selain itu badan standar nasional pendidikan juga mengemukakan standar kompetensi lulusan mata pelajaran Bahasa Indonesia SMA dengan program “1) mendengarkan, 2) berbicara, 3) membaca, 4) menulis, 5) kebahasaan”.

Adapun penjelasan dari standar kompetensi lulusan mata pelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :

1) Memahami wacana lisan dalam kegiatan pidato, ceramah/khotbah, wawancara, diskusi, dialog, penyampaian berita dan presentasi laporan.

2) Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, informasi, dan pengalaman dalam kegiatan presentasi hasil penelitian, laporan pembacaan buku, dan presentasi program, bercerita, wawancara, diskusi, seminar, debat, dan pidato tanpa teks.

3) Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami wacana tulis berbentuk esei, artikel, dan biografi.

4) Mengungkapkan pikiran dan informasi dalam wacana tulis berbentuk teks deskripsi, narasi, eksposisi, persuasi dan argumentasi, ringkasan/rangkuman, laporan, karya ilmiah, makalah, serta surat lamaran.

(15)

5) Memahami dan menggunakan berbagai komponen kebahasaan, baik fonologi, morfologi, maupun sintaksis dalam wacana lisan dan tulis.

1) Mendengarkan

a) Pengertian Mendengarkan

Menurut Nur, Burhan (http://burhan-nur.wordpress.com. diakses pada tanggal 28 Februari 2015) mendefenisikan pengertian mendengarkan adalah sebagai berikut :

Mendengarkan adalah suatu proses menangkap, memahami, dan mengingat dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang dikatakan oleh orang lain kepadanya. Dalam konsep tersebut terdapat tiga tahapan proses mendengarkan. (1) Tahap menangkap dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang dikatakan oleh orang lain kepadanya, (2) Tahap memahami dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang dikatakan oleh orang lain kepadanya, (3) Tahap mengingat dengan sebaik- baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang dikatakan oleh orang lain kepadanya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa mendengarkan adalah satu proses menangkap satu informasi atau pengetahuan yang dapat digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap satu bidang tertentu.

b) Tujuan mendengarkan

(16)

Tujuan orang melakukan mendengarkan bermacama-macam. Menurut Tarigan (1981:14) menjelaskan tujuan mendengarkan adalah “(1) memperoleh informasi yang ada hubungannya dengan profesi, (2) meningkatkan keefektifan berkomunikasi, (3) mengumpulkan data untuk membuat keputusan, (4) memberikan respon yang tepat”.

Selain itu Tarigan (1972:42) menjelaskan tujuan lain dari mendengarkan adalah sebagai berikut :

(1)Memperoleh pengetahuan secara langsung atau melalui radio/tv (2)Menikmati keindahan audio yang diperdengarkan atau dipagelarkan (3)Mengevaluasi hasil dengaran

(4)Mengapresiasi bahan dengaran agar dapat menikmati serta menghargainya.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari mendengarkan adalah untuk memperoleh informasi atau pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai bahan untuk mengevaluasi satu kajian pada bidang tertentu.

c) Jenis-jenis mendengarkan

Tarigan (1983:22) membagi jenis mendengarkan atas dasar proses mendengar yang diperoleh dari 2 jenis yaitu sebagai berikut :

(1)Mendengarkan ekstensif adalah proses mendengarkan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari seperti mendengarkan radio, televisi, percakapan, pengumuman, dan sebagainya.

(2)Mendengarkan intensif adalah proses mendengarkan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dengan konsentrasi yang tinggi untuk menangkap, memahami dan mengingat informasinya.

2) Menyimak

(17)

Menyimak menggunakan indra pendengaran, namun bukan berarti saat mendengar seseorang sudah dikatakan sedang menyimak. Sesungguhnya proses menyimak tidak sekadar mendengar, tetapi lebih dari itu, yaitu mendengar dengan memusatkan perhatian kepada objek yang disimak. Proses menyimak merupakan kegiatan mendengarkan yang disengaja dalam rangka mencapai maksud-maksud tertentu. Maksud-maksud tersebut misalnya, untuk tujuan belajar, mengapresiasi sebuah karya, mendapatkan informasi khusus, memecahkan masalah, atau untuk memahami aspek-aspek sebuah bahasa.

a) Pengertian menyimak

Tarigan (2008:28) mengemukakan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

Menyimak memiliki makna mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang dikatakan orang lain. Jelas faktor kesengajaan dalam kegiatan menyimak cukup besar, lebih besar daripada mendengarkan karena dalam kegiatan menyimak ada usaha memahami apa yang disimaknya sedangkan dalam kegiatan mendengarkan tingkatan pemahaman belum dilakukan.

(18)

Dalam kegiatan menyimak bunyi bahasa yang tertangkap oleh alat pendengar lalu diidentifikasi, dikelompokkan menjadi suku kata, frase, klausa, kalimat dan akhirnya menjadi wacana. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa menyimak merupakan suatu peristiwa penerimaan pesan, gagasan, pikiran, atau perasaan seseorang. Penerima pesan dapat memberi respon atau tanggapan terhadap pembicaraan itu, ini berarti telah terjadi peristiwa komunikasi berbahasa antar pembicara dan menyimak dengan hubungan dua arah.

b) Tujuan menyimak

Hunt (Tarigan 2008: 56-60) mengemukakan bahwa tujuan menyimak adalah:

1) Untuk memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran pembicara dan untuk belajar;

2) Untuk mengetahui dan memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru di kelas;

3) Untuk memperlancar terjadinya jalur komunikasi antara pembicara dan lawan bicara;

4) Untuk dapat membedakan bunyi bahasa dengan tepat;

5) Untuk dapat merumuskan dan menganalisis permasalahan yang dihadapi oleh penyimak;

6) Untuk meyakinkan diri terhadap kebenaran informasi atau masalah yang telah didengar.

Senada dengan itu, Tarigan (2008: 62) mengemukakan bahwa tujuan menyimak adalah:

1) menyimak untuk belajar, 2) menyimak untuk menikmati, 3) menyimak untuk mengevaluasi, 4) menyimak untuk mengapresiasi, 5) menyimak untuk mengkomunikasikan ide, 6) menyimak untuk

(19)

membedakan bunyi-bunyi, 7) menyimak untuk memecahkan masalah, dan 8) menyimak untuk meyakinkan.

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari menyimak adalah untuk mendapatkan informasi dari pembicara atau informan yang dijadikan sebagai bahan referensi untuk memecahkan suatu masalah.

c) Manfaat menyimak

Menurut Setiawan (Suci 2007:20-21), manfaat menyimak adalah sebagai berikut :

(a)Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang berharga bagi kemanusiaan sebab menyimak memiliki nilai informatif yaitu memberikan masukan-masukan tertentu yang menjadikan kita lebih berpengalaman.

(b)Meningkatkan intelektualitas serta memperdalam penghayatan keilmuan dan khasanah ilmu kita.

(c)Memperkaya kosakata kita, menambah perbendaharaan ungkapan yang tepat, bermutu, dan puitis. Orang yang banyak menyimak komunikasinya menjadi lebih lancar dan kata-kata yang digunakan menjadi lebih variatif.

(d)Memperluas wawasan, meningkatkan penghayatan hidup, serta membina sifat terbuka dan objektif.

(e)Meningkatkan kepekaan dan kepedulian sosial.

(f) Meningkatkan citra artistik jika yang kita simak itu merupakan bahan simakan yang isinya halus dan bahasanya indah. Banyak menyimak dapat menumbuh suburkan sikap apresiatif, sikap menghargai karya atau pendapat orang lain dalam kehidupan serta meningkatkan selera estetis kita.

(g)Menggugah kreatifitas dan semangat mencipta kita untuk menghasilkan ujaran-ujaran dan tulisan-tulisan yang berjati diri.

Jika banyak menyimak, kita akan mendapatkan ide-ide yang cemerlang dan segar serta pengalaman hidup yang berharga. Semua itu akan mendorong kita untuk giat berkarya dan kreatif.

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa manfaat menyimak adalah memberikan informasi terhadap penyimak baik berupa pekerjaan, masukan,

(20)

saran, pengetahuan maupun pengalaman hidup yang dapat meningkatkan kualitas pengetahuan yang dimiliki serta dapat memberikan semangat untuk berkreasi dalam berbagai bidang.

3. Hasil Belajar

Keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil. Asumsi dasar ialah proses pengajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Ada korelasi antara proses pengajaran dengan hasil yang dicapai. Makin besar usaha untuk menciptakan kondisi proses pengajaran, makin tinggi pula hasil atau produk dari pengajaran itu.

“Hasil belajar adalah akumulasi kegiatan belajar mengajar dalam bentuk pemberian ujian oleh guru sehingga akan diketahui hasil belajar dan mengajar yang dilakukan siswa dan guru” (Sumatmadja, 1997:122).

“Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar” (Anni Chatarina. 2004:4). “Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi wujud dari usaha seseorang setelah memperoleh pengalaman belajar / setelah ia mempelajari sesuatu” (Winkel, 1983:162)

Selanjutnya Gagne (Sumantri, 1998 : 16-17) mengemukakan lima macam kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar sehingga pada gilirannya membutuhkan sekian macam kondisi belajar untuk pencapaiannya. Kelima macam kemampuan hasil belajar tersebut adalah :

(a) Keterampilan intelektual, sejumlah pengetahuan mulai dari baca tulis hitung sampai kepada pemikiran yang rumit. Kemampuan

(21)

intelektual tergantung kepada kapasitas intelektual kecerdasan seseorang dan pada kesempatan belajar yang tersedia.

(b) Strategi Kognitif, mengatur cara belajar dan berfikir seseorang didalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah,

(c) Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta.

Kemampuan ini pada umumnya dikenal dan tidak jarang.

(d) Keterampilan motoric yang diperoleh di sekolah, antara lain keterampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka dan sebagainya.

(e) Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang dimiliki oleh seseorang, sebagaimana dapat disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku terhadap orang, barang atau kejadian.

Berdasarkan defenisi yang dikemukakan tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dicapai setelah proses belajar sebagai akibat dari perlakuan dalam kegiatan belajar. Penguasaan materi yang akan diajarkan bagi seorang pengajar belumlah cukup untuk menentukan hasil belajar siswa, tetapi juga pengajar dengan siswa yang diajar atau diantara siswa dengan siswa, sehingga terjadi dua kegiatan yang saling mempengaruhi yang dapat menentukan hasil belajar siswa.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti yang dikemukakan oleh Clark (Darsono, 2000 : 17) “bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan”.

Faktor kemampuan yang dimiliki oleh siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial

(22)

ekonomi, faktor fisik dan psikis. Faktor tersebut banyak menarik perhatian para ahli pendidikan untuk diteliti, seberapa jauh kontribusi atau sumbangan yang diberikan oleh faktor tersebut terhadap hasil belajar siswa.

Menurut Mulyasa (2006 : 210) bahwa hasil belajar siswa dapat dilihat dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang dengan indikator-indikator sebagai berikut :

(a) Sekurang-kurangnya 75% isi dan prinsip-prinsip pembelajaran dapat dipahami, diterima dan diterapkan oleh para siswa di kelas.

(b) Sekurang-kurangnya 75% peserta didik merasa mendapat kemudahan, senang, dan memiliki kemudahan yang tinggi.

(c) Para peserta didik berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran.

(d) Materi yang dikomunikasikan sesuai dengan kebutuhan pesera didik dan memandang hal ini sangat berguna bagi kehidupannya kelak sehingga muncul motivasi meningkatkan hasil belajar.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dapat dilihat dalam berbagai indikator penting seperti 75% materi pelajaran dapat dipahami, diterapkan, serta merasa senang terhadap penyajian materi dan dapat memudahkannya dalam penerapan kesehariannya dalam lingkungan sekolah maupun masyarakat sehingga dapat menimbulakan motivasi dalam peningkatan hasil belajarnya.

Daya tarik pembelajaran biasa diukur dengan mengamati kecenderungan siswa untuk tetap belajar. Daya tarik pembelajaran erat sekali kaitannya dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya mempengaruhi keduanya.

(23)

Itulah sebabnya pengukuran kecenderungan siswa untuk belajar dapat dikaitkan dengan proses pembelajaran itu sendiri atau dengan bidang studi.

Perubahan tingkah laku yang berkesinambungan sebagai hasil belajar dikatakan proses pembelajaran sepanjang hayat karena perubahan tingkah laku mengarah kepada hal yang lebih positif terus berubah dan berkembang sesuai dengan zaman yang dihadapi. Pada umumnya hasil belajar siswa dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, psikomotorik dan afektif. Secara eksplisit ketiga ranah ini tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain. Setiap mata pelajaran mengandung ketiga ranah tersebut, namun penekanannya selalu berbeda mata pelajaran praktik lebih menekankan pada ranah psikomotorik, sedangkan pada mata pelajaran yang menekankan pada pemahaman konsep lebih menekankan pada ranah kogntif. Namun, keduan ranah itu mengandung ranah afektif.

Ranah psikomotorik berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik.Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktifitas fisik, misalnya menulis, melompat dan membuat kerajinan.Sedangkan ranah kognitif sangat berhubungan dengan kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis dan kemampuan mengevaluasi. Adapun ranah afektif mencakup watak dan perilaku seperti sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral.

Menurut Rohani (1995:23) bahwa aspek kognitif terdiri atas 5 (lima) tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Lima tingkatan tersebut antara lain, yaitu :

(24)

(a) Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa mampu mengingat informasi yang telah diberikan.

(b) Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori pemahaman dapat dihubungkan dengan kemampuan menjelaskan informasi yang diterima.

(c) Tingkat penerapan (aplicatiori), penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah diterima.

(d) Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen- komponen suatu fakta.

(e) Tingkat sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam meningkatkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa aspek kognitif terdiri atas lima tingkatan yaitu: tingkat pengetahuan; tingkat pemahaman; tingkat penerapan; tingkat analisis; dan tingkat sintesis.

Belajar merupakan proses aktivitas yang memiliki keterukuran secara jelas.

Ukuran hasil belajar siswa dapat dilihat dari tercapai standar kompetensi dan kompetensi dasar siswa. Menurut Suprayekti (2004:23) bahwa “keberhasilan atau kegagalan dalam proses belajar mengajar merupakan sebuah ukuran atau proses pembelajaran”. Apabila merujuk pada ramusan operasional keberhasilan belajar, maka belajar dikatakan berhasil apabila diikuti ciri-ciri :

a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok.

b. Perilaku yang digariskan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar telah dicapai oleh siswa baik secara individual maupun kelompok.

(25)

c. Terjadinya proses pemahaman materi yang secara sekuensial mengantarkan materi pada tahap berikutnya.

Adanya pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis dan wajar, sebab hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang diniati dan disadarinya.Siswa harus merasakan adanya suatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi.Ia harus berusaha mengarahkan segala daya upaya untuk mencapainya.

Kalaupun demikian, hasil belajar yang dapat diraih masih juga bergantung dari lingkungan. Artinya, ada faktor-faktor yang berada diluar dirinya yang dapat menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satunya adalah lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah, ialah kualitas pengajaran. Yang dimaksud dengan kualitas pengajaran adalah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pengajaran. Oleh sebab itu “hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran” (Sudjana, 2005:40).

B. Kerangka Pikir

Hasil belajar siswa di sekolah merupakan salah satu tolak ukur dalam mengetahui kualitas pendidikan ataupun kualitas suatu pembelajaran. Dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia perlu didukung dengan penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan tuntutan kurikulum karena hal tersebut dapat memberikan

(26)

efek yang signifikan dalam pengoptimalan proses pembelajaran di sekolah.

Media memiliki peran yang sangat penting dalam pencapaian tujuan pembelajaran, dan salah satu media yang dapat digunakan adalah media video pembelajaran. Dimana dalam penggunaan media tersebut guru dapat menjelaskan materi pelajaran seperti gerakan, lingkungan, dan lain-lain yang berhubungan pada materi yang dibawakan pada saat itu. Oleh karena itu demi efektifnya penggunaan media video dalam pembelajaran guna peningkatan kualitas pembelajaran. Maka sangat diperlukan kemampuan guru dalam pemanfaatan media pembelajaran sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran serta dapat berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajarnya.

Kerangka pikir dalam penelitian ini yang akan digunakan adalah sebagai berikut :

Mata pelajaran Bahasa Indonesia Kelas X

(27)

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah Hi ada pengaruh penggunaan media video pembelajaran terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas X di SMA Tut Wuri Handayani dan Ho tidak ada pengaruh penggunaan media video pembelajaran terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas X di SMA Tut Wuri Handayani.

Menggunakan media video pembelajaran

Tidak menggunakan media video pembelajaran

Hasil belajar Hasil belajar

Referensi

Dokumen terkait

Dari pendapat-pendapat diatas dapat saya tarik kesimpulan bahwa, menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan ucapan-ucapan lisan dengan penuh perhatian, pemahaman,

79| Tarigan (2008:21) mengemukakan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang,

Menurut Tarigan (2008: 37), dilihat dari kemampuan membacanya, ada tiga jenis keterampilan membaca pemahaman, yaitu: (1) membaca literal, (2) membaca kritis, dan (3) membaca

Berdasarkan Pendapat para ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang diucapkan oleh si

Hal ini sesuai dengan pendapat Suhendar dalam Tarigan (2008 :27) mengatakan bahwa ―membaca pemahaman adalah membaca bahan bacaan dengan menangkap pokok-pokok pikiran

1) Memberikan kesempatan kepada nasabah untuk berbicara mengemukakan keinginan. 2) Mendengarkan dengan baik, selama nasabah berbicara dan menyimak dengan baik tanpa

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang lisan dengan penuh perhatian,

Aspek komunikasi ini, menurut didalamnya harus mengandung hal-hal sebagai berikut : petugas mendengarkan dengan penuh perhatian semua keluhan dari pasien, petugas