• Tidak ada hasil yang ditemukan

FORMULASI MASKER GEL PEEL-OFF EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb) SEBAGAI ANTIOKSIDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "FORMULASI MASKER GEL PEEL-OFF EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb) SEBAGAI ANTIOKSIDAN"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

FORMULASI MASKER GEL PEEL-OFF EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius

Roxb) SEBAGAI ANTIOKSIDAN

SKRIPSI

Oleh :

MOUDYTA KHAIRAT NIM : 1704073

PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA PADANG

2021

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

v Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul

“FORMULASI MASKER GEL PEEL-OFF EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb) SEBAGAI ANTIOKSIDAN”. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan sarjana strata satu pada Universitas Perintis Indonesia, Fakultas Farmasi. Dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari doa dan dorongan yang diberikan Ayahanda Moga Saragih, Ibunda Helmi Tati Nisman serta adik Royan Azima. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak apt. Yahdian Rasyadi, M.Farm dan Ibu apt. Hj. Diana Agustin, M.M., M.Si selaku dosen pembimbing, yang telah penuh perhatian dan kesabaran untuk dapat meluangkan waktu memberikan petunjuk, arahan dan nasehat dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.

2. Ibu Dr. apt. Eka Fitrianda, M.Farm selaku Dekan Universitas Perintis Indonesia

3. Bapak apt. Irwandi, M.Farm selaku pembimbing akademik yang telah banyak membantu dalam kelancaran studi akademik penulis

(7)

vi 4. Bapak dan Ibu dosen, seluruh civitas akademik Universitas Perintis Indonesia Padang beserta staf karyawan/karyawati, Analis labor yang telah banyak mencurahkan ilmu tak ternilai dalam membantu penulis menyelesaikan perkuliahan.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca lainnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis menerima dengan senang hati segala kritikan dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini.

Padang, 12 Agustus 2021

Hormat saya

Penulis

(8)

vii ABSTRAK

Daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb) mengandung senyawa alkoloid, tanin, polifenol dan flavonoid yang diketahui memiliki aktivitas antioksidan. Penelitian sebelumnya menujukkan bahwa ekstrak etanol daun pandan wangi memiliki aktifitas antioksidan lebih tinggi dibandingkan dengan vitamin E komersial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ekstrak daun pandan wangi dapat di formulasikan dalam bentuk sediaan masker gel pee-off dan mengetahui kemampuan masker gel peel-off ekstrak daun pandan wangi sebagai antioksidan. Terhadap sediaan dilakukan evaluasi organoleptis, homogenitas, pH, stabilitas, daya sebar, viskositas, waktu mengering, uji elastisitas, uji iritasi, aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode DPPH.

Hasil pengujian organoleptis semua sediaan tidak mengalami perubahan selama penyimpanan 6 minggu, sediaan homogen, stabil secara fisik, memiliki rata-rata pH 5,2, daya sebar baik, viskositas baik, tidak menimbulkan iritasi, waktu mengering sesuai dengan persyaratan 15-30 menit, dan daya elastisitas yang cukup baik. Hasil pengujian aktivitas antioksidan sediaan masing-masing formula diperoleh IC50 yaitu, F0 IC50= 122,28 µg/mL, F1 IC50= 65,393 µg/mL, F2 IC50=

32,4 µg/mL, F3 IC50= 28,23 µg/mL. Kesimpulan pada penelitian ini adalah bahwa ekstrak daun pandan wangi dapat diformulasi dalam bentuk sediaan masker gel peel off dan memiliki aktivitas sebagai antioksidan alami.

Kata kunci: Ekstrak daun pandan wangi, masker gel peel-off, antioksidan

(9)

viii ABSTRACT

Screwpine leaf (Pandanus amaryllifolius Roxb) It contains alchooid compounds, tannins, polyphenols and flavonoids that are known to have antioxidant activity. Previous research has shown that screwpine leaf ethanol extract has higher antioxidant activity compared to commercial vitamin E. The purpose of this study was to find out the Screwpine leaf can be formulated in the form of pee-off gel mask preparations and find out the ability of peel-off gel mask screwpine leaf extract as an antioxidant. Against the preparation is carried out evaluation of organoleptis, homogeneity, pH, stability, scatter power, viscosity, drying time, elasticity test, irritation test, antioxidant activity using the DPPH method. Organoleptic testing results of all preparations did not change during storage 6 weeks, homogeneous preparations, physically stable, had an average pH of 5.2, good scattering power, good viscosity, non-irritation, drying time according to the requirements of 15-30 minutes, and fairly good elasticity. The results of testing the antioxidant activity of each formula obtained by IC50, namely, F0 IC50 = 122.28 μg / mL, F1 IC50 = 65,393 μg / mL, F2 IC50 = 32.4 μg / mL, F3 IC50 = 28.23 μg / mL. The conclusion of this study is that screwpine leaf extract can be formulated in the form of gel peel off mask preparations and has activity as a natural antioxidant.

Key words: screwpine leaf extract, peel off gel mask, antioxidants

(10)

ix DAFTAR ISI

PERNYATAAN ORISINILITAS DAN PENYERAHAN HAK CIPTA ...i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSEMBAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ...vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ...xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Tinjauan Biologi ... 6

2.1.1. Klasifikasi Taksonomi Daun Pandan Wangi ... 6

2.1.2. Nama Daerah ... 7

2.1.3. Nama Asing ... 7

2.1.4. Morfologi Daun Pandan Wangi ... 7

2.1.5. Kandungan Kimia Daun Pandan Wangi ... 8

2.2. Tinjauan Farmakologi Daun Pandan Wangi ... 9

2.3. Tinjauan Farmasetik Daun Pandan Wangi ... 9

2.4. Ekstraksi………...10

2.4.1 Cara Dingin ... 10

2.4.2 Cara Panas... 11

2.5. Kulit ... 12

2.5.1 Anatomi Kulit ... 12

2.5.2 Fisiologi Kulit ... 14

2.6. Proses Penuaan Kulit ... 16

2.7. Radikal Bebas ... 17

2.8. Antioksidan ... 19

2.9. Metode Pengujian Antioksidan ... 20

2.10. Kosmetik ... 20

2.11. Masker ... 21

2.11.1 Penggolongan Masker ... 22

2.12. Masker Peel-offI ... 24

2.12.1 Formula Umum Masker Gel pee-off ... 25

2.13 Uji Iritasi ... 27

BAB III. METODE PENELITIAN ... 29

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 29

3.2. Sampel Penelitian ... 29

(11)

x

3.3. Alat dan Bahan ... 29

3.3.1. Alat ... 29

3.3.2. Bahan... 30

3.4. Metode Penelitian ... 30

3.4.1. Pengumpulan Sampel ... 30

3.4.2. Pengelolaan Sampel ... 30

3.4.3. Pembuatan Ekstraksi Daun Pandan Wangi ... 30

3.4.4. Karakteristik Ekstrak Daun Pandan Wangi ... 31

a. Pemeriksaan Organoleptis ... 31

b. Penentuan Rendemen Ekstrak ... 31

c. Pemeriksaan Susut Pengeringan ... 31

d. Pemeriksaan Kadar Abu ... 32

e. Pemeriksaan pH ekstrak ... 32

3.4.5. Uji Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Pandan Wangi ... 33

a. Alkoloid ... 33

b. Flavonoid ... 33

c. Fenolik ... 33

d. Uji Tanin ... 33

e. Uji Saponin ... 34

f. Uji Terpenoid dan Steroid ... 34

3.4.6. Formulasi Masker Gel Peel-Off Ekstrak Daun Pandan Wangi ... 35

3.4.7. Prosedur Pembuatan ... 35

3.4.8 Evaluasi Masker Peel Off. ... 36

a. Pemeriksaan Organoleptis ... 36

b. Pemeriksaan Homogenitas ... 36

c. Pemeriksaan pH ... 36

d. Pemeriksaan Stabilitas ... 36

e. Pemeriksaan Daya Menyebar ... 37

f. Pemeriksaan Uji Viscositas ... 37

g. Pemeriksaan Uji Elastisitas ... 37

h. Pemeriksaan Uji Waktu Mengering ... 38

3.4.9. Sukarelawan... 38

3.4.10. Uji Iritasi ... 39

3.3.11 Penentuan Aktivitas Antioksidan Masker Gel Peel-Off ... 39

a. Pembuatan Larutan Induk DPPH 35 µg/mL ... 39

b. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum ... 40

c. Pengukuran Aktivitas Antioksidan Masker Gel Peel-Off ... 40

3.4.9. Analisis Data ... 41

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1. Hasil ... 42

4.1.1 Identikasi Ekstrak ... 42

4.1.2 Pemeriksaan Ekstrak Buah Rotan ... 42

4.1.3 Hasil Pemeriksaan Bahan Tambahan ... 43

4.1.4 Hasil Evaluasi Sediaan Masker Peel Off ... 43

4.2 Pembahasan ... 43

(12)

xi

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

5.1. Kesimpulan ... 53

5.2. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54 LAMPIRAN

(13)

xii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Gambar Bahan Penelitian ... 67

2. Surat Identifikasi Daun Pandan Wangi ... 68

3. Skema Kerja PembuatanEkstrak Daun Pandan Wangi ... 69

4. Skema Kerja Evaluasi Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi ... 70

5. Skema Kerja Pembuatan Masker Gel Peel-Off ... 71

6. Skema Kerja Evaluasi Sediaan Masker Gel Peel-Off ... 72

7. Skema Kerja Pembuatan Larutan ... 73

8. Skema Kerja Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum DPPH 35 µg/mL………..74

9. Skema Kerja Uji Aktivitas Antioksidan Masker Peel Off ... 75

10. Hasil Evaluasi Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi ... 76

11. Hasil Evaluasi Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Lanjutan) ... 77

12. Hasil Evaluasi Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Lanjutan) ... 78

13. Hasil Evaluasi Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Lanjutan) ... 79

14. Hasil Evaluasi Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Lanjutan) ... 80

15. Gambar Sediaan Masker Gel Peel-off Ekstrak Etanol Daun Pandan wangi ... 81

16. Pemeriksaan Bahan Tamban ... 82

17. Pemeriksaan Bahan Tamban (Lanjutan) ... 83

18. Pemeriksaan Bahan Tamban (Lanjutan) ... 84

19. Hasil Evaluasi Sediaan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi ... 85

20. Hasil Evaluasi Sediaan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Lanjutan) ... 86

21. Hasil Evaluasi Sediaan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Lanjutan) ... 87

22. Hasil Evaluasi Sediaan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Lanjutan) ... 88

23. Hasil Evaluasi Sediaan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Lanjutan) ... 89

24. Hasil Evaluasi Sediaan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Lanjutan) ... 90

25. Hasil Evaluasi Sediaan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Lanjutan) ... 91

26. Hasil Evaluasi Sediaan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Lanjutan) ... 92

27. Hasil Evaluasi Sediaan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Lanjutan) ... 93

28. Hasil Evaluasi Sediaan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Lanjutan) ... 94

29. Hasil Evaluasi Sediaan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Lanjutan) ... 95

30. Hasil Evaluasi Sediaan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Lanjutan) ... 96

31. Hasil Evaluasi Sediaan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Lanjutan) ... 97

32. Hasil Evaluasi Sediaan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Lanjutan) ... 98

33. Hasil Evaluasi Sediaan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Lanjutan) ... 99

34. Hasil Evaluasi Sediaan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Lanjutan) ... 100

35. Hasil Evaluasi Sediaan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Lanjutan) ... 101

36. Hasil Evaluasi Sediaan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Lanjutan) ... 102

37. Hasil Evaluasi Sediaan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Lanjutan) ... 103

38. Hasil Evaluasi Sediaan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Lanjutan) ... 104

40. Hasil Pengukuran Panjang Gelombang Serapan Maksimum DPPH ... 105

(14)

xiii

41. Hasil Uji Antioksidan Sediaan Masker Gel Peel-Off ... 106

42. Hasil Uji Antioksidan Sediaan Masker Gel Peel-Off (Lanjutan) ... 107

43. Hasil Uji Antioksidan Sediaan Masker Gel Peel-Off (Lanjutan) ... 108

44. Hasil Uji Antioksidan Sediaan Masker Gel Peel-Off (Lanjutan) ... 109

45. Analisis Data ... 110

46. Analisis Data (Lanjutan) ... 111

47. Analisis Data (Lanjutan) ... 112

48. Analisis Data (Lanjutan) ... 113

49. Analisis Data (Lanjutan) ... 114

50. Analisis Data (Lanjutan) ... 115

51. Analisis Data (Lanjutan) ... 116

52. Analisis Data (Lanjutan) ... 117

53. Analisis Data (Lanjutan) ... 118

(15)

xiv DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Formulasi Masker Gel Peel-Off ... 35

2. Skala Pengujian Eritema dan Edema ... 39

3. Indeks Iritasi ... 39

4. Pemeriksaan Organoleptis Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi ... 76

5. Perhitungan Rendemen Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi ... 77

6. Perhitungan Susut Pengeringan Ekstrak EtanolDaun Pandan Wangi... 78

7. Perhitungan Kadar Abu Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi ... 79

8. Pemeriksaan pH Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi ... 80

9. Pemeriksaan Kandungan Kimia ... 80

10. Hasil Pemeriksaan Polivinyl Alkohol ... 82

11. Hasil Pemeriksaan HPMC ... 82

12. Hasil Pemeriksaan Propilenglikol ... 83

13. Hasil Pemeriksaan Metil Paraben ... 83

14. Hasil Pemeriksaan Propil Paraben ... 84

15. Hasil Evaluasi Organoleptis Sediaan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi ... 85

16. Hasil Evaluasi Homogenitas Sediaan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi ... 86

17. Hasil Evaluasi pH Sediaan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi ... 86

18. Hasil Evaluasi Stabilitas Sediaan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi ... 87

19. Pemeriksaan Diameter Uji Daya Sebar Sediaan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi ... 88

20. Pemeriksaan Luas Uji Daya Sebar Sediaan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi….. ... 89

21. Hasil Evaluasi Uji Viskositas Sediaan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi ... 90

22. Hasil Evaluasi Uji Kecepatan Mengering Sediaan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi ... 91

23. Hasil Evaluasi Uji Elastisitas Sediaan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi ... 92

24. Hasil Evaluasi Uji Iritasi Sediaan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi ... 93

25. Hasil Evaluasi Uji Iritasi Sediaan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi ... 94

26. Hasil Evaluasi Uji Iritasi Sediaan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi ... 95

27. Hasil Pengukuran Panjang Gelombang Serapan Maksimum DPPH ... 105

28. Hasil Uji Antioksidan Sediaan Masker Gel Peel-Off F0... 106

29. Hasil Uji Antioksidan Sediaan Masker Gel Peel-Off F1... 107

30. Hasil Uji Antioksidan Sediaan Masker Gel Peel-Off F2... 108

31. Hasil Uji Antioksidan Sediaan Masker Gel Peel-Off F3... 109

(16)

xv DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tumbuhan Daun Pandan Wangi (Pandanus Amaryllifolius Roxb) ... 6

2. Anatomi Kulit ... 14

3. Gambar Bahan Penelitian ... 67

4. Surat Identifikasi Daun Pandan Wangi ... 68

5. Skema Kerja PembuatanEkstrak Daun Pandan Wangi ... 69

6. Skema Kerja Evaluasi Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi ... 70

7. Skema Kerja Pembuatan Masker Gel Peel-Off ... 71

8. Skema Kerja Evaluasi Sediaan Masker Gel Peel-Off ... 72

9. Skema Kerja Pembuatan Larutan ... 73

10. Skema Kerja Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum DPPH 35 µg/mL ... 74

11. Skema Kerja Uji Aktivitas Antioksidan Masker Peel Off ... 75

12. Hasil Susut Pengeringan Ekstrak EtanolDaun Pandan Wangi ... 78

13. Hasil Kadar Abu Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi ... 79

14. Gambar Sediaan Masker Gel Peel-off Ekstrak Etanol Daun Pandan wangi ... 81

15. Pemeriksaan Daya Sebar Sediaan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi….. ... 90

16. Contoh Informed Consent ... 98

17. Contoh Informed Consent ... 99

18. Contoh Informed Consent ... 100

19. Contoh Informed Consent ... 101

20. Contoh Informed Consent ... 102

21. Contoh Surat Pernyataan ... 103

22. Klirens Etik Uji Iritasi ... 104

23. Kurva Panjang Gelombang Maksimum DPPH ... 105

24. Kurva Aktifitas Antioksidan Masker Gel Peel-Off ( F0) ... 106

25. Kurva Aktifitas Antioksidan Masker Gel Peel Off ( F1) ... 107

26. Kurva Aktifitas Antioksidan Masker Gel Peel-Off (F2) ... 108

27. Kurva Aktifitas Antioksidan Masker Gel Pee-Off ( F3) ... 109

(17)

1 BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh manusia, kulit akan selalu terpapar dengan lingkungan sekitar, mulai dari paparan radiasi UV, polusi, debu kelembapan udara, suhu. Bagian kulit yang sering terpapar ialah kulit wajah dimana kulit wajah merupakan salah satu bagian tubuh yang esensial dan rentan terhadap gangguan kesehatan (Widiawati 2014). Faktor lingkungan seperti paparan UV dapat mengakibatkan kulit menjadi rusak. Proses terjadinya kerusakan pada kulit ditandai dengan munculnya sisik, keriput, kering dan pecah-pecah. Kulit akan terlihat kusam dan berkerut sehingga kulit menjadi lebih cepat tua dan muncul flek-flek hitam (Maysuhara, 2009).

Penuaan pada kulit adalah suatu mekanisme biologis yang ditandai dengan adanya perubahan struktural maupun elastisitas kulit yang terjadi bersama dengan waktu sebagai bagian dari proses penuaan fisiologis (intrinsik) maupun yang dipicu oleh efek dari luar (ekstrinsik). Penuaan intrinsik merupakan penuaan kronologis yang terkait dengan semakin bertambahnya usia, berlangsung secara alamiah yang disebabkan oleh berbagai faktor dari dalam tubuh sendiri seperti genital, hormon, maupun rasial (Campa & Baron, 2018). Kulit yang menua secara intrinsik menunjukkan hilangnya sel, penipisan epidermis, penipisan dermal-epidermal junction (DEJ), dan munculnya garis halus serta kerutan (Campa & Baron, 2018).

Penuaan ekstrinsik terjadi akibat berbagai faktor lingkungan luar tubuh, seperti radiasi ultraviolet (UV), cahaya tampak dan radiasi infra merah dari sinar

(18)

2 matahari, polusi udara, asap tembakau, nutrisi, kelembapan udara, suhu, produk kosmetik, dan faktor lain yang dapat mempercepat proses penuaan kulit (Krutmann et al., 2017). Kulit yang menua secara ekstrinsik (photoagen) menunjukkan kerutan kasar dan dyspigmentation berbintik-bintik (Campa & Baron, 2018).

Diantara penyebab penuaan dini yang sering terjadi ialah diakibatkan oleh aktivitas berlebihan di bawah paparan radiasi UV sinar matahari, yang disebut sebagai photoaging. Sinar matahari mengandung UV sehingga akan mengakibatkan terbentuknya radikal bebas dari ROS (Radical Oxygen Species). ROS bersifat oksidan sehingga melalui proses oksidasi tersebut ROS mampu menurunkan enzim protein – tyrosine phosphatase. Penurunan enzim ini akan menyebabkan terjadinya peningkatan regulasi reseptor growth factor dan pada akhirnya akan mengaktivasi AP-1 yang merupakan nuclear transcription factor. Selain itu ROS yang diinduksikan UV B dapat meningkatkan produksi sitokin pro-inflamasi seperti tumor necrosis factor-α (TNF-α), interleukin-1β (IL-1β) dan interleukin-6 (IL-6) yang mana berhubungan langsung dengan aktivasi protein aktivator-1 (AP-1), the mitogen- activated protein kinases (MAPK) dan faktor nuclear- κB (NF- κB) jalur pensinyalan.

Efek ini pada akhirnya menyebabkan degradasi kolagen dan pembentukan photoaging (Zhi et al., 2020).

Pencegahan proses terjadinya penuaan dini pada kulit dapat dilakukan dengan penggunaan antioksidan yang terkandung dalam sediaan kosmetik. Dimana antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan atau menyumbangkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut dapat dihambat.

(19)

3 Produk-produk perawatan kulit yang termasuk dalam produk-produk antiaging biasanya mengandalkan antioksidan senagai melindungi kulit dari pengaruh radikal bebas. Antioksidan terdiri dari dua jenis, yaitu antioksidan alami dan antioksidan sintetik (Cahyadi, 2006). Antioksidan alami banyak terdapat pada sayur- sayuran, tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan (Winarsi, 2007), sedangkan yang termasuk dalam antioksidan sintetik yaitu butil hidroksitoluen (BHT), butil hidroksilanisol (BHA), propilgallat, dan etoksiquin (Cahyadi, 2006).

Antioksidan alami dapat diperoleh dari tumbuhan pandan wangi, dimana pada penelitian sebelumnya disebutkan bahwa pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb) merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki kandungan kimia alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, polifenol yang berfungsi sebagai zat antioksidan alami.

Polifenol merupakan senyawa turunan fenol yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan (Suryani et al., 2017). Selain itu, banyak penelitian telah menunjukkan bahwa flavonoid yang berasal dari tumbuhan alami dapat secara efektif mengurangi kejadian fotoaging kulit melalui aktivitas fotoprotektif, antioksidan, dan antiinflamasinya (Bosch et al., 2015; Lee et al., 2018). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suryani, et al (2017) menyatakan bahwa ekstrak etanol daun pandan wangi mengandung senyawa antioksidan yang memiliki nilai EC50 sebesar 4,51 mg/mL, sehingga ditinjau dari daya mereduksinya aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun pandan wangi lebih tinggi dibandingkan dengan vitamin E komersial dimana vitamin E komersial memiliki EC50 sebesar 11,76 mg/mL.

(20)

4 Antioksidan saat ini telah banyak beredar dalam bentuk sediaan gel, krim, serum dan tablet. Pemanfaatan efek antioksidan untuk perawatan kulit wajah akan lebih baik diformulasikan dalam bentuk topikal dibandingkan dengan oral karena zat aktif akan berinteraksi lebih lama dengan kulit wajah (Draelos & Thaman, 2006).

Salah satu bentuk sediaan kosmetik topikal yang beredar ialah masker wajah. Dimana masker wajah yang mempunyai keunggulan dapat dengan mudah dilepas atau diangkat seperti membran elastis ialah masker wajah peel-off (Rahmawanty et al.

2015). Masker wajah peel-off mampu meningkatkan hidrasi pada kulit, memperbaiki serta merawat kulit wajah dari masalah keriput, penuaan, jerawat selain itu dapat juga digunakan untuk mengecilkan pori, menyegarkan, membersihkan dan melembapkan kulit serta bermanfaat dalam merelaksasi otot-otot wajah (Vieira et al, 2009; Velasco, 2014; Grace et al., 2015).

Kualitas fisik dari masker wajah gel peel-off dipengaruhi oleh komposisi bahan-bahan yang digunakan. Sebagai pembentuk lapisan film masker wajah gel peel-off dapat digunakan polivinil alkohol (PVA) dengan rentang konsentrasi 11%, 12% dan 14 %. Agen peningkat viskositas yang dapat digunakan adalah hidroksipropil metilselulosa (HPMC) dengan rentang konsentrasi 1% (Berighs et al., 2013). Humektan yang digunakan adalah propilenglikol pada rentang konsentrasi 10 - 20 % (Rowe et al., 2009).

Berdasarkan dari latar belakang tersebut penulis tertarik membuat formulasi sediaan masker gel peel-off dari ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) sebagai antioksidan alami, dengan konsentrasi 0,5%; 1,0%; 1,5%.

Pengujian terhadap sediaan dilakukan meliputi uji organoleptis, uji homogenitas, uji

(21)

5 pH, uji stabilitas, uji daya sebar, uji viskositas, uji elastisitas, uji waktu mengering, uji iritasi, dan uji antioksidan dengan metode DPPH.

1.2 Perumusan masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu:

1. Apakah ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) dapat diformulasikan dalam sedian masker gel peel-off?

2. Apakah sediaan masker gel peel-off ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) mampu bekerja sebagai antioksidan?

1.3 Tujuan penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) dapat diformulasikan dalam sediaan masker gel peel-off.

2. Untuk mengetahui kemampuan masker gel peel-off ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) sebagai antioksidan.

1.4 Manfaat penelitian

1. Diharapkan penelitian ektrak daun pandan wangi ini mampu meningkatkan daya dan hasil guna dari ekstrak daun pandan wangi dimana ekstrak daun pandan wangi dapat diguanakan sebagai antioksidan alami.

2. Diharapkan penelitian ekstrak daun pandan wangi ini bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan di bidang farmasetik masker gel peel-off.

(22)

6 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Biologis

2.1.1 Klasifikasi Taksonomi Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb)

Klasifikasi tumbuhan daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb ) menurut Yuwono (2015) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super devisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Subkelas : Arecidae

Ordo : Pandanales

Famili : Pandanaceae Genus : Pandanus

Spesies : Pandanus amryllifolius Roxb

(Sumber : Yuwono, 2015)

Gambar 1. Tumbuhan daun Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb)

(23)

7 2.1.2 Nama Daerah

Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb) di berbagai daerah memiliki nama antara lain Pandan Rampe, Pandan Seungit, Pandan Room, Pandan Wangi (Jawa); Pondang, Ponda, Pondan, Pondago (Sulawesi); Kelamoni, Hao Moni, Keker Moni, Ormon Foni, Keker Moni, Ormon Foni, Pondak, Pondaki, Pudaka (Maluku);

Seuku Bangu, Seuku Musang, Pandan Jau, Pandan Berbau, Pandan Rempai, Pandan Wangi, Pandan Harum, Pandan Musang (Sumatera); Pandan Arrum (Bali); Bonak (Nusa Tenggara) (Hariana, 2013).

2.1.3 Nama Asing

Pandan wangi merupakan tumbuhan tropis dimana dilihat dari daerah penyebarannya, pandan wangi dikenal dengan aneka nama, seperti pandan rampeh (Melayu), hsun hmway (Burma), cay com nap, bai toey (Thailand), pandan mabango (Filipina), ban lan (Mandarin), dua thom (Vietnam),dan nioi tako no ki (Jepang).

Selain itu, di India dan sekitarnya tumbuhan ini juga memiliki aneka nama, di antaranya ramba (Tamil), biriyanikaitha (Malayalam), ambemohor pat (Marathi), rampe (Sinhala) (Sotyati, 2016).

2.1.4 Morfologi Daun Pandan Wangi

Tanaman daun pandan wangi merupakan tanaman perdu yang biasanya tumbuh sekitar 1-2 m. Pandan wangi mempunyai bau yang khas dan memiliki daun yang selalu hijau sepanjang tahun. Batang pandan wangi berbentuk bulat, biasanya ditemukan dalam bentuk tunggal maupun bercabang-cabang dan pandan wangi

(24)

8 mempunyai akar tunjang atau akar udara yang muncul pada pangkal batang. Helaian daun pandan wangi berbentuk pita, memanjang, tepi daun rata dan ujung daun meruncing. Daun berwarna hijau dan tersusun spiral, panjang 40-80 cm dan lebar 3-5 cm (Hidayat & Napitupulu, 2015). Tanaman pandan wangi memiliki buah dan bunga dimana buahnya menggantung, berbentuk seperti bola mempunyai diameter 4-7,5 cm, dan pada kulit buah terdapat rambut berwarna jingga (Dalimartha, 2000).

2.1.5 Kandungan Kimia Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb)

Kandungan kimia yang terdapat pada daun pandan wangi antara lain alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, polifenol yang berfungsi sebagai zat antioksidan alami.

Menurut penelitian Prameswari dan Widjanarko (2014), daun pandan terbukti memiliki aktivitas antioksidan. Kandungan alkaloida, flavonoida, steroida, terpenoida, dan saponin dalam ekstrak etil-asetat pada daun pandan mempunyai efek biologis menghambat pertumbuhan kanker, antimikroba, antioksidan, menurunkan kolesterol dan kadar gula darah, bersifat antibiotik dan menimbulkan efek meningkatkan kekebalan tubuh (Prameswari & Widjanarko, 2014).

Kandungan senyawa antioksidan di dalam daun pandan dapat diambil menggunakan metode ekstraksi dengan pelarut etanol. Etanol merupakan pelarut universal, dimana dalam penggunaannya etanol memiliki keuntungan dengan harganya tergolong murah, mudah didapat, dan relatif lebih aman penggunaannya untuk bahan pangan dibandingkan dengan pelarut organik lainnya (Margaretta et al., 2011).

(25)

9 2.2 Tinjauan Farmakologi

Daun pandan wangi sering digunakan sebagai bahan penyedap, pewangi, pemberi warna hijau sebagai komponen hiasan makanan, rangkaian bunga yang digunakan saat pesta perkawinan, dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku minyak wangi. Aroma khas yang dihasilkan oleh daun pandan wangi berasal dari kandungan senyawa aromatis 2- asetil-1-pirona. Selain itu, kandungan fruktosa dan glukosa yang dimiliki daun pandan wangi bersifat humektan sehingga dapat menarik air dari udara. Kandungan karbohidrat yang terdapat dalam daun pandan banyak digunakan atau dikonsumsi sebagai suplemen karbohidrat (Faras et al., 2014).

Daun pandan wangi dapat dijadikan sebagai obat antara lain : pengobatan lemah saraf, pengobatan rematik dan pegal linu, menghitamkan rambut, dan mengurangi rambut rontok, menghilangkan ketombe, penambah nafsu makan, dan mengatasi hipertensi (Hariana, 2013). Beberapa penelitian menyatakan daun pandan memiliki efek antioksidan. Ekstrak etanol daun pandan mempunyai aktivitas antioksidan walaupun masih lebih rendah dibanding BHT (Suryani & Tamaroh, 2014). Daun pandan mengandung polifenol, tanin, alkoloid, saponin, flavonoid (Sugati & Johnny, 1991). Beberapa senyawa tersebut diketahui memiliki aktivitas antioksidan dan hipoglikemik (Negri, 2005).

2.3 Tinjauan Farmasetik

Beberapa peneliti telah melakukan penelitian daun pandan wangi di bidang farmasetik seperti, formulasi sediaan hair tonic ekstrak daun pandan wangi sebagai antijamur (Adisty, 2020), formulasi dan uji efektivitas sediaan gel ekstrak etil asetat

(26)

10 daun pandan wangi dengan basis karbopol sebagai handsanitizer (Arzaq, 2018), pengembangan formulasi gel yang mengandung sistem transfersome ekstrak daun pandan (Ambarwati & Susilo, 2019).

2.4 Ekstraksi

Ekstraksi merupakan suatu proses penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Jenis senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang terkandung pada simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Dirjen POM, 2000).

Ekstrak merupakan sediaan kental hasil ekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai kemudian pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang ditetapkan (Departemen kesehatan Republik Indonesia, 1995).

Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibagi menjadi dua cara, yaitu cara panas dan cara dingin (Dirjen POM, 2000).

2.4.1 Cara dingin

Ekstraksi cara dingin merupakan metode ekstraksi sederhana yang menggunkan teknik perendaman. Metoda ini memiliki keuntungan dalam proses ekstraksi total yaitu memperkecil kemungkinan terjadinya kerusakan pada senyawa-senyawa yang tidak tahan panas (termolabil). Beberapa senyawa dapat terekstraksi dengan ekstraksi cara dingin namun ada beberapa senyawa lainnya yang memiliki keterbatasan kelarutan terhadap pelarut pada suhu ruangan.

(27)

11 A. Maserasi

Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan proses perendaman menggunakan pelarut dengan sesekali pengadukan pada temperatur kamar. Maserasi yang dilakukan dengan pengulangan dan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan terhadap maserat pertama dan seterusnya disebut remaserasi (Depkes RI, 2000).

B. Perkolasi

Perkolasi merupakan proses penyarian simplisia yang dilakukan dengan mengalirkan caitan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Dan pelarut yang digunakan selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Perkolasi memiliki beberapa tahap yaitu tahap pelembaman bahan, tahap perendaman antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan penampungan ekstrak) terus-menerus sampai diperoleh perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan (Depkes RI, 2000).

2.4.2 Cara Panas A. Refluks

Refluks merupakan proses penyarian simplisia dengan teknik destilasi menggunakan alat pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes RI, 2000).

B. Sokletasi

Sokletasi merupakan ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dnegan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu

(28)

12 dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes RI, 2000).

C. Digesti

Digesti merupakan metode ekstraksi dengan cara maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40 - 50°C (Depkes RI, 2000).

D. Infusa

Infusa merupakan teknik penarikan senyawa dengan metoda infudasi yang menggunakan pelarut air pada temperatur penangas air mendidih, temperatur terukur 90 - 98°C selama waktu tertentu (15 - 20 menit) (Depkes RI, 2000).

E. Dekok

Dekok merupakan infus yang waktunya lebih lama (lebih dari 30 menit) dan temperatur sampai titk didih air (Depkes RI, 2000)

2.5 Kulit

2.5.1 Anatomi Kulit

Kulit termasuk dalam bagian dari sistem integumen dimana sistem integumen merupakan sistem organ yang membedakan, memisahkan dan menginformasikan kita dari lingkungan sekitar. Kulit adalah organ tubuh terbesar dari sistem yang menutupi otot dan organ dasar. Kulit berfungsi sebagai pelindung terhadap suhu, cahaya, cedera, dan infeksi. Kulit juga menyimpan air, lemak, vitamin D, indera peraba ketika

(29)

13 rangsangan yang didapat berupa sentuhan panas, dingin, tekanan dan nyeri. Luas kulit orang pada manusia rata-rata ± 2 meter persegi, dengan berat 10 Kg jika dengan lemaknya atau 4 Kg jika tanpa lemak (Tranggono, 2007). Kulit terdiri dari tiga lapisan yang masing-masing terdiri dari berbagai jenis sel dan memiliki fungsi yang bermacam-macam. Ketiga lapisan kulit tersebut adalah epidermis, dermis, dan subkutan.

Epidermis merupakan bagian kulit paling luar yang paling menarik untuk diperhatikan dalam perawatan kulit, karena kosmetik dipakai pada lapisan ini.

Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Epidermis melekat erat pada dermis karena secara fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam epidermis. Epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit yaitu, lapisan tanduk (stratum corneum), lapisan bening (stratum lucidum) disebut juga lapisan barrier, lapisan berbutir (stratum granulosum), lapisan bertaju (stratum spinosum) disebut juga lapisan malphigi, lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale) (Tresna, 2010).

Lapisan kedua dari kulit ialah dermis, dermis tersusun atas pars papilare dan pars retikulare. Pars papilare terdiri atas pembuluh darah dan ujung serabut saraf sedangkan Pars retikulare, bagian yang menonjol ke arah lapisan subkutan, terdiri atas serabut-serabut penunjang kolagen, elastin, dan retikulin. Serabut kolagen tersusun atas fibroblast membentuk ikatan yang mengandung hidroksiprolin dan

(30)

14 hidroksisilin. Serabut elastin lebih elastis dan bergelombang sedangkan serabut retikulin menyerupai serabut kolagen muda (lentur).

Lapisan ketiga dari kulit ialah subkutan, dimana subkutan tersusun atas jaringan ikat longgar yang berisi sel-sel lemak. Pada lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan kelenjar getah bening (Tresna, 2010)

(Sumber : Tresna, 2010) Gambar 2. Anatomi kulit 2.5.2 Fisiologi Kulit

Kulit merupakan organ terbesar manusia, dengan area seluas ± 1,5-2 m2. Kulit memiliki berbagai fungsi utama, yaitu :

1. Pelindung (proteksi)

Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik atau mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, misalnya zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan (Tresna, 2010).

(31)

15 2. Penerima rangsang

Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang berhubungan dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan getaran. Kulit sebagai alat perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf sensasi (Tresna, 2010).

3. Pengatur panas (thermoregulasi)

Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan kontraksi pembuluh kapiler serta melalui respirasi yang keduanya dipengaruhi saraf otonom (Tresna, 2010).

4. Pengeluaran (ekskresi)

Kelenjar keringat yang terdapat pada lapisan kulit mengeluarkan zat-zat tertentu melalui pori-pori kulit seperti garam, yodium dan zat kimia lainnya.

Air yang dikeluarkan melalui kulit tidak saja disalurkan melalui keringat tetapi juga melalui penguapan air transepidermis (Tresna, 2010).

5. Penyimpanan

Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak (Tresna, 2010).

6. Penyerapan (absorbsi)

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan atau benda padat, tetapi kulit dapat menyerap cairan yang mudah menguap dan yang larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E, dan K, oksigen, karbondioksida. Penyerapan terjadi melalui celah antar sel atau melalui muara saluran kelenjar rambut dan masuk ke dalam saluran kelenjar palit, merembes melalui dinding pembuluh

(32)

16 darah ke dalam peredaran darah kemudian ke berbagai organ tubuh lainnya (Tresna, 2010).

2.6 Proses penuaan kulit

Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua) merupakan suatu proses dimana kemampuan jaringan dalam memperbaiki diri dan mempertahankan fungsinya. Proses menjadi tua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu tahap hidup manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Akan tetapi proses menua dapat menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh (Thakur et. al., 2008).

Penuaan kulit secara umum dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni penuaan ekstrinsik dan penuaan intrinsik. Merokok, konsumsi alkohol yang berlebihan, gizi buruk, dan paparan sinar matahari merupakan faktor eksternal yang menyebabkan penuaan ekstrinsik. Penuaan ekstrinsik dapat dikurangi dengan sediaan antiaging.

Paparan sinar matahari yang mengandung sinar ultraviolet (UV) merupakan faktor ekstrinsik yang paling utama sebagai penyebab dalam mempercepat proses penuaan kulit yaitu, sehingga penuaan kulit ekstrinsik sering disebut juga sebagai photoaging (Baumann & Saghari, 2009).

Proses yang terjadi pada penuaan kulit intrinsik memiliki tiga proses yang saling berkaitan, antara lain penurunan kemampuan proliferasi dari sel-sel kulit, penurunan sintesis matriks ekstraseluler kulit, serta peningkatan aktivitas enzim yang mendegradasi kolagen di lapisan dermis. Sel-sel kulit, antara lain keratinosit,

(33)

17 fibroblas serta melanosit mengalami penurunan jumlah populasi seiring dengan pertambahan usia (Knaggs, 2008).

Penurunan biosintesis dapat disebabkan oleh penurunan populasi sel fibroblas kolagen pada lapisan dermis. Dimana dengan melambatnya proliferasi sel fibroblas kulit dapat mempengaruhi produksi kolagen di lapisan dermis sehingga menyebabkan penuaan kulit dan memicu timbulnya kerutan (wrinkle). Selain itu diperparah dengan peningkatan aktivitas enzim matrix metalloproteinase (MMP) pada sel-sel fibroblas dimana dapat menyebabkan peningkatan degradasi kolagen di lapisan dermis.

Keseimbangan antara produksi radikal bebas, terutama reactive oxygen species (ROS), efektivitas sistem penangkal radikal bebas, dan perbaikan tubuh dapat meempengaruhi terjadinya penuaan kulit intrinsik (Knaggs, 2008).

2.7 Radikal Bebas

Radikal bebas merupakan molekul yang mengandung satu atau lebih elektron yang tidak memiliki pasangan pada orbital luarnya sehingga elektron tersebut membutukan donor agar stabil. Dimana elektron yang tidak berpasangan dapat menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif dalam mencari pasangan dengan cara menyerang dan mengikat elektron molekul lain yang ada di sekitarnya yang dapat merusak molekul sekitarnya (Winarsi, 2007).

Target utama radikal bebas apabila masuk kedalam tubuh ialah protein, asam lemak tak jenuh dan lipoprotein, serta unsur DNA termasuk karbohidrat. Dari ketiga molekul target tersebut, yang paling rentan terhadap radikal bebas adalah asam lemak tak jenuh sehingga menyebabkan dinding sel menjadi rapuh (Winarsi, 2007).

(34)

18 Dua sumber radikal bebas adalah endogen dan eksogen. Secara endogen, radikal bebas terbentuk dari sisa proses metabolisme (proses pembakaran) protein, karbohidrat, dan lemak pada mitokondria, proses peradangan, fagosit, xantin oksidase, peroksisom, maupun pada kondisi iskemia. Secara endogen, radikal bebas dapat timbul melalui beberapa mekanisme yaitu, oto-oksidasi, aktivitas oksidasi (misalnya : siklooksigenase, lipoksigenase, dehydrogenase dan peroksidase), sistem transport elektron (Sayuti & Yenrina, 2015). Secara eksogen, radikal bebas berasal dari radiasi ultraviolet, pestisida, anestetik, limbah industri, ozon, serta sinar ultraviolet (Sayuti & Yenrina, 2015).

Reactive Oxygen Species (ROS) adalah jenis oksigen yang diturunkan oleh radikal bebas. ROS terbentuk secara terus menerus, baik melalui proses metabolisme sel normal, enzim prooksidatif, oksidasi lipid, peradangan, kekurangan gizi, dan akibat respon terhadap pengaruh dari luar tubuh seperti polusi lingkungan, sinar UV, asap rokok (Winarsi, 2007; Sayuti & Yenrina, 2015 ).

Dapat diyakini bahwa dengan meningkatnya usia seseorang, pembentukan ROS juga semakin meningkat. Secara endogenus, hal ini berkaitan dengan laju metabolisme seiring dengan bertambahnya usia. Secara eksogenus, kemungkinan tubuh terpapar dengan polutan juga semakin tinggi seiring dengan bertambahnya usia.

Kedua faktor tersebut secara sinergis meningkatkan jumlah ROS pada tubuh (Winarsi, 2007).

2.8 Antioksidan

(35)

19 Antioksidan adalah senyawa-senyawa yang mampu menghilangkan, membersihkan, menahan pembentukan ataupun memadukan efek spesies oksigen reaktif (Lautan, 1997). Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut dapat dihambat (Winarti, 2010).

Berdasarkan mekanisme kerja dan sumbernya, antioksidan diklasifikasikan menjadi 3 golongan antara lain antioksidan primer, antioksidan sekunder dan antioksidan tersier. Mekanisme pertahanan antioksidan primer adalah menetralisir radikal bebas dengan mendonasikan satu elektronnya , contoh antioksidan tipe primer adalah vitamin E, vitamin C, flavonoid, asam urat dan bilirubin. Mekanisme pertahanan antioksidan sekunder ialah bekerja dengan mengikat logam, menyingkirkan berbagai logam transisi pemicu ROS dan menyingkirkan ROS, contoh antioksidan tipe sekunder adalah transferin, laktoferin, seruloplasmin, dan albumin.

Mekanisme pertahanan antioksidan tersier dilakukan untuk mencegah penumpukan biomolekul yang telah rusak agar tidak menimbulkan kerusakan lebih lanjut.

Misalnya kerusakan DNA akan diperbaiki oleh enzim metionin sulfaoksida reduktase, protein yang teroksidasi akan diproses oleh sistem enzim proteolitik dan lipid teroksidasi oleh lipase, peroksidase dan sebagainya (Ardhie, 2011).

Antioksidan juga dapat berperan dalam menekan proliferasi sel kanker, karena antioksidan berfungsi menutup jalur pembentukan sel ganas (blocking agent) (Marhkam, 1988). Selain itu antioksidan juga berperan sebagai agen antiaging yang

(36)

20 melindungi kulit dari proses pengrusakan oleh paparan sinar matahari dan radikal bebas, yang dapat menimbulkan keriput dan penuaan pada kulit (Gupta, 2011).

2.9 Metode Uji Antioksidan (DPPH)

Pengujian antioksidan dengan DPPH merupakan salah satu metode yang sederhana dengan menggunakan 1,1-diphenyl-2- picrylhydrazil (DPPH) sebagai senyawa pendeteksi. DPPH merupakan senyawa radikal bebas yang bersifat stabil sehingga dapat bereaksi dengan atom hidrogen yang berasal dari suatu antioksidan membentuk DPPH tereduksi (Molyneux 2004).

Aktivitas antioksidan suatu senyawa diukur dari kemampuannya dalam menangkap radikal bebas. Aktivitas tersebut dinyatakan sebagai konsentrasi inhibisi atau IC50. Inhibition Concentration 50 (IC50) merupakan nilai yang menunjukkan kemampuan penghambatan proses oksidasi sebesar 50% suatu konsentrasi sampel (ppm). Nilai IC50 yang semakin kecil menunjukkan semakin tingginya aktivitas antioksidan. Senyawa dikatakan memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 kurang dari 50 ppm, antioksidan kuat untuk IC50 bernilai 50-100 ppm, dan antioksidan lemah jika nilai IC50 151-200 ppm (Molyneux 2004). Keuntungan menggunakan metode DPPH yaitu mudah digunakan, mempunyai sensitivitas tinggi, dapat menganalisis sejumlah besar sampel dalam jangka waktu singkat dan tidak membutuhkan banyak reagen (Molyneux 2004).

(37)

21 2.10 Kosmetik

Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”.

Kosmetik sudah dikenal orang sejak zaman dahulu kala. Di Mesir, 3500 tahun Sebelum Masehi telah digunakan berbagai bahan alami baik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan maupun bahan alam lain misalnya tanah liat, lumpur, arang, batubara bahkan api, air, embun, pasir, atau sinar matahari (Tranggono, 2007).

Menurut Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor 19 Tahun 2015, pengertian kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi dan membran mukosa mulut, terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.

Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make-up, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan dan secara umum membantu seseorang lebih menikmati hidup (Tranggono, 2007).

2.11 Masker

Masker termasuk kosmetik depth cleansing yaitu kosmetik yang bekerja secara mendalam. Masker merupakan kosmetik yang efektif untuk proses pembersihan wajah dan lebih utama digunakan pada malam hari menjelang istirahat

(38)

22 dengan cara dioleskan. Masker akan lebih baik bila dilakukan secara teratur (Widiawati, 2014).

2.11.1 Penggolongan Masker Jenis-jenis masker adalah:

1. Masker bubuk

Masker bubuk merupakan bentuk masker yang paling awal dan popular.

Banyak produsen kosmetik, baik tradisional maupun modern, yang memproduksi jenis masker bubuk. Biasanya masker bubuk terbuat dari bahan- bahan yang dihaluskan dan diambil kadar airnya (Basuki, 2007).

2. Masker krim

Penggunaan masker krim sangat praktis dan mudah. Saat ini telah tersedia masker krim untuk aneka jenis kulit, yang dikemas dalam kemasan tube.

Salah satu keuntungan lain dari masker krim adalah dapat dipadukan beberapa jenis masker (Basuki, 2007). Adapun keuntungan dari tipe krim yaitu dapat digunakan pada semua bagian kulit dan cocok digunakan untuk kulit yang berkeriput. Sedangkan kekurangan dari tipe krim yaitu penggunaan kurang praktis, perlu dicuci dan penggunaan yang kurang tepat dapat menimbulkan masalah jerawat karena penimbunan minyak pada kulit (Lee, 2013).

3. Masker gel

Masker gel termasuk salah satu masker yang praktis karena setelah kering masker bisa langsung diangkat tanpa perlu dibilas. Masker gel biasa dikenal dengan sebutan masker peel-off dimana masker ini membentuk lapisan terang pada kulit (Basuki, 2007). Prinsip masker peel-off yaitu dengan

(39)

23 memanfaatkan filming agent yang melekat pada kulit sehingga saat masker kering akan terbentuk lapisan film tipis. Ketika dilepaskan, sel-sel kulit mati dan kotoran pada pori akan ikut terlepas bersama dengan lapisan film tersebut.

Bahan yang digunakan: polyvinyl pyrolidine (PVP), polyvinyl acetate (PVA) dan carboxy methyl cellulose (CMC) (Lee, 2013).

4. Masker mud pack

Kegunaan utama tipe ini adalah membersihkan dan melembabkan. Bahan yang digunakan adalah kaolin, bentonit, lumpur alami, serbuk kacang- kacangan, dan sebagainya. Adapun keuntungan tipe mud pack yaitu mengandung surfaktan dan air sehingga mampu melunakkan dan membersihkan sebum kulit yang telah mengeras. Sedangkan kelemahan tipe mud pack yaitu dapat terkontaminasi bakteri dan sulit untuk dibersihkan (Lee, 2013).

5. Masker kertas atau kain (sheet).

Masker kertas berbentuk lembaran menyerupai wajah dengan beberapa lubang di bagian mata, hidung, dan mulut. Masker jenis ini biasanya mengandung bahan-bahan alami yang dapat meluruhkan sel-sel kulit mati, membantu menyamarkan bercak atau noda hitam, mengecilkan pori-pori, memperhalus kerutan wajah (Basuki, 2007). Umumnya menggunakan bahan nonwoven yang diresapi dengan losion atau essence. Adapun keuntungan dari tipe sheet yaitu memberikan efek dingin, melembapkan, merevitalisasi dan nyaman digunakan serta pemakaiannya praktis (Lee, 2013).

(40)

24 2.12 Masker Peel-Off

Salah satu jenis masker wajah adalah masker gel peel-off. Masker wajah gel peel-off biasanya dalam bentuk gel atau pasta yang dioleskan ke kulit muka. Setelah berkontak selama 15 – 30 menit lapisan tersebut diangkat dari permukaan kulit dengan cara dikelupaskan (Slavtcheff, 2000). Masker gel peel-off mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan masker jenis lain, diantaranya penggunaan yang mudah serta mudah untuk dibersihkan. Selain itu, dapat juga diangkat atau dilepaskan seperti membran elastik (Harry, 2008).

Masker gel peel-off memiliki beberapa manfaat diantaranya mampu merilekskan otot-otot wajah, membersihkan, menyegarkan, melembapkan dan melembutkan kulit wajah (Vieira, 2009). Bahkan dengan pemakaian yang teratur, masker gel peel-off dapat mengurangi kerutan halus yang ada pada kulit wajah. Cara kerja masker gel peel-off ini berbeda dengan masker jenis lain. Ketika dilepaskan biasanya kotoran serta kulit ari yang telah mati akan ikut terangkat (Septiani et al., 2012).

(Sumber : Slavtcheef, 2000) Gambar 3. Masker Gel Peel-Off

(41)

25 2.12.1 Formula Umum Masker Gel Peel-off

a. Zat aktif

Zat aktif yang digunakan adalah simplisia yang telah diekstraksi.

b. Polivynyl alcohol (PVA)

Salah satu polimer yang digunakan sebagai basis dalam sediaan masker peel- off adalah polivinil alkohol (PVA). PVA dapat menghasilkan gel yang cepat mengering dan membentuk lapisan film yang transparan, kuat, plastis dan melekat baik pada kulit (Rekso & Sunarni, 2007). Polivinil alkohol umumnya dianggap sebagai bahan yang tidak beracun, PVA berupa serbuk berwarna putih hingga krem dan tidak berbau. Larut dalam air panas, sedikit larut dalam etanol 95% dan tidak larut dalam pelarut organik (Departemen kesehatan Republik Indonesia, 1995). Pada konsentrasi 12 - 15 % dapat dihasilkan gel yang dapat disebarkan dan secara fisiologis tak tersatukan yang digunakan khususnya sebagai preparat kosmetik (Septiani et al., 2012)

c. Hidroxy prophyl methyl cellulose (HPMC)

HPMC berupa serbuk granul berwarna putih atau putih-krem. Sangat sukar larut dalam eter, etanol atau aseton. Dapat mudah larut dalam air panas.

HPMC dapat membentuk gel yang jernih dan bersifat netral. Konsentrasi yang digunakan sebagai pembentuk gel ialah 1% (Berighs et al., 2013). Selain itu HPMC digunakan juga secara luas dalam kosmetik dan produk makanan.

Kegunaan HPMC diantaranya sebagai zat peningkat viskositas, zat

(42)

26 pendispersi, zat pengemulsi, penstabil emulsi, zat penstabil, zat pensuspensi, pengikat pada sediaan tablet dan zat pengental (Rowe et al., 2009).

d. Propilenglikol

Propilenglikol berupa cairan kental, jernih tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis dan memiliki rasa yang sedikit tajam menyerupai gliserin. Larut dalam aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin dan air, tidak larut dengan minyak mineral ringan atau fixed oil, tetapi akan melarutkan beberapa minyak esensial (Departemen kesehatan Republik Indonesia, 1995). Bertujuan untuk mencegah kehilangan air, propilenglikol digunakan dengan konsentrasi 10- 20%, konsentrasi propilenglikol yang biasa digunakan adalah 15 % (Rowe et al., 2009).

e. Metil paraben (nipagin)

Nipagin berupa serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar, diikuti rasa tebal. Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%), dalam 3 bagian aseton, mudah larut dalam eter dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih. Penggunaan nipagin atau metil paraben antara 0,02 - 0,3 % (Rowe et al., 2009).

f. Propil paraben (nipasol)

Pemerian dari nipasol yaitu serbuk kristal yang berwarna putih dan tidak berbau. Nipasol mempunyai rumus molekul C10H12O3 dengan berat molekul 180,20. Penggunaan nipasol pada sediaan topikal biasanya digunakan

(43)

27 konsentrasi antara 0,01%-0,6% (Rowe et al., 2009). Nipasol sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol (95%) P, dalam 3 bagian aseton P, dalam 140 bagian gliserol P dan dalam 40 bagian minyak lemak serta mudah larut dalam larutan alkali hidroksida. Nipasol digunakan sebagai zat tambahan dan sebagai pengawet. Untuk meningkatkan aktivitasnya sebagai pengawet dapat dikombinasikan dengan metil paraben (Rowe et al., 2009).

2.13 Uji Iritasi

Iritasi merupakan peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa eflorensi polimorfik (eritema edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Iritasi dapat terjadi akibat pemakaian kosmetik, terutama yang mengandung bahan bersifat asam, basa, dan abrasif, dan bahan kimia lainnya (Wasitaatmadja, 1997).

Iritasi primer merupakan jenis iritasi yang timbul di tempat kontak dengan irritant, dan biasanya muncul saat kontak pertama. Iritasi primer dapat diukur dengan uji tempel (patch test). Uji tempel (patch test) digunakan untuk memriksa kepekaan kulit terhadap suatu bahan dan untuk mendiagnosa penyakit kulit (allergic contact dermatitis). Uji tempel (patch test) dilakukan pada kulit punggung atau lengan bagian atas dalam (Wasitaatmadja, 1997).

Sejumlah kecil zat kimia yang akan dioleskan di belakang lengan bagian dalam, dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Reaksi kulit dapat diamati, dan

(44)

28 diberi angka sesuai dengan tingkat (1) eritema dan pembentukan kerak (eschar), (2) pembentukan edema (Lu,1995).

(45)

29 BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan mulai dari bulan Januari hingga Juni 2021 di Laboratorium Formulasi Farmasi Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS).

3.2 Sampel Penelitian

Bahan penelitian ini adalah daun pandan wangi yang di daerah Lubuk Buaya di perumahan Lubuk Gading 1, Kecamatan Koto Tangah, Padang, Sumatera barat.

3.3 Alat dan Bahan 3.3.1 Alat

Timbangan analitik (Presica®), bunsen, kertas perkamen, gelas ukur 100 mL, batang pengaduk, spatel, mortir dan stamfer, cawan penguap (Pyrex®), erlenmeyer (Iwaki®), pot salep, botol gel, sudip, plastik transparan, beker glass (Pyrex®), kaca diameter 20 x 20 (Pyrex®), krus porselen (Pyrex®), corong (Pyrex®), viskometer Brookfield, rotary evaporator (IKA® RV 10 basic), kertas saring, labu evaporasi IKA® RV 10 basic, pH meter (Hanna®), pinset, pipet tetes, pipet mikro (Thermo scientific®), spektrofotometer UV – Vis (Shimadzu 1800), jarum ose, tabung reaksi (Pyrex®), rak tabung reaksi, kertas saring, lampu spiritus, erlenmeyer (Pyrex), dan alat-alat yang biasa digunakan di Laboratorium Farmasetika dan Laboratorium Kimia Bahan Alam.

3.3.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb), Polivynil alkohol (PVA) (Merck),

(46)

30 Propilenglikol (Merck), Methyl paraben (PT Bratachem), Propyl paraben (PT Bratachem), DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil) (Sigma), air suling (CV Novalindo), Etanol 96% (CV Novalindo), masker peel-off pembanding vienna®

(Cakra Daya Makmur).

3.4 Metode penelitian 3.4.1 Pengumpulan Sampel

Daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) dipetik di daerah Padang, Sumatera Barat secara manual menggunakan pisau dengan kriteria daun berwarna hijau, berukuran sedang, dan bersih.

3.4.2 Pengelolaan Sampel

Daun pandan wangi yang terkumpul sebanyak 1 Kg ditimbang dan dilakukan sortasi basah, kemudian daun pandan wangi dicuci dengan air bersih yang mengalir, ditiriskan, kemudian dihancurkan dengan blender sampai terbentuk serbuk daun.

3.4.3 Pembuatan Ekstrak Daun Pandan Wangi

Serbuk daun pandan dimasukkan ke dalam wadah kemudian dicampur dengan pelarut etanol 96% sebanyak 10 L. Selanjutnya dimaserasi selama 3 hari. Filtrat yang diperoleh disaring menggunakan kertas Whatman no 41, kemudian filtrat yang dihasilkan dipekatkan dengan bantuan alat rotary evaporator pada 50 °C dalam kondisi vakum sampai pelarut yang terkondensasi tidak menetes (Suryani et al., 2017). Ekstrak daun pandan wangi kental yang diperoleh ditimbang dan dilakukan perhitungan rendemen, sebagai berikut:

(47)

31

%rendemen = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑡𝑟𝑎𝑘

bobot daun pandan wangi segar 𝑥 100%

3.4.4 Karekteristik Ekstrak Daun Pandan Wangi a. Pemeriksaan Organoleptik.

Pada pemeriksaan ini yang diamati meliputi bentuk, warna dan bau dari ektak daun pandan wangi (Depkes RI, 2000).

b. Penetapan Susut Pengeringan

Ekstrak ditimbang sebanyak 1 g dalam botol timbang dangkal tertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 1050C selama 30 menit dan telah ditera. Diratakan ekstrak dalam botol timbangan dengan menggoyangkan botol hingga membentuk lapisan setebal 5-10 mm, dimasukkan ke dalam pengering, dibuka tutupnya dan dibiarkan tutup botol timbangan dalam pengering. Dipanaskan ekstrak pada suhu 1050C selama 1 jam. Pada pengering dibuka, botol segera ditutup dan dibiarkan dalam desikator sampai suhunya mencapai suhu kamar sebelum ditimbang (Depkes RI, 2000).

% susut pengeringan= (𝐴−𝐶)− (𝐵−𝐶)

(A−C) 𝑥 100%

Keterangan : A = bobot ekstrak + botol timbangan sebelum dipanaskan (gram)

B = bobot ekstrak + botol timbangan setelah dipanaskan (gram) C = bobot botol timbangan kosong setelah dipanaskan (gram)

(48)

32 c. Kadar Abu

Ekstrak ditimbang 2 g, dimasukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, dirataka ektrak kemudian dipijarkan perlahan-lahan dengan menaikkan suhu secara bertahap hingga 6750C sampai arang habis, didinginkan, ditimbang. Dihitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes RI, 2000).

% kadar abu = (𝐵−𝐶)

(A−C) 𝑥 100%

Keterangan : A = bobot ekstrak + krus sebelum dipijar (gram) B = bobot ekstrak + krus setelah dipijar (gram) C = bobot krus kosong setelah dipijar (gram) d. Pemeriksaan pH Ekstrak

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Pengukuran pH dilakukan dengan cara, sebanyak 1 gram ekstrak kental daun pandan wangi diencerkan dengan aquadest hingga 10 mL dalam wadah yang cocok.

Elektroda dicelupkan ke dalam wadah tersebut, biarkan angka bergerak pada posisi konstan. Angka yang ditunjukkan pada pH meter merupakan nilai pH ekstrak (Departemen kesehatan Republik Indonesia, 2014).

3.4.5 Skrining Fitokimia

Identifikasi kimia dari daun pandan wangi yang dilakukan dengan uji kualitatif a. Alkaloid

Ditimbang 0,5 gram ekstrak, diencerkan dengan etanol 70%, kemudian ditambah beberapa tetes preaksi Mayer, positif mengandung alkaloid

(49)

33 ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna putih atau kuning (Nasyanka et al., 2020).

b. Flavonoid

Ditimbang 0,3 gram ekstrak, dikocok dengan 3 mL n-heksan berkali-kali sampai tidak berwarna, disaring dan diambil filtratnya. Filtrat ditambah dengan 0,5 mL asam klorida pekat (HCL pekar) dan dipanaskan dengan penangas air. Uji positif apabila terbentuk warna merah terang atau ungu (Nasyanka et al., 2020).

e. Fenolik

Ditimbang 0,3 gram ekstrak kemudian ditambahkan 10 mL akuades panas, diaduk dan biarkan sampai temperatur kamar, kemudian ditambahkan 3-4 tetes NaCl 10%, diaduk dan disaring, kemudian diberi beberapa tetes larutan FeCl3. Jika terbentuk endapan warna menjadi hijau biru menjadi kehitaman menunjukkan adanya senyawa polifenol (Nasyanka et al., 2020).

f. Tanin

Ditimbang 1 gram ekstrak, dicampur dengan 10 mL aquadest panas dan dipanaskan kurang lebih 1 jam. Larutan kemudian didinginkan dan disaring dengan kertas saring. Filtrat yang diperoleh dibagi menjadi 2 bagian. Filtrat pertama ditambahkan 5 mL larutan FeCl3 1%, jika terbentuk warna biru tua atau hijau kehitaman maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan tanin (Departemen kesehatan Republik Indonesia, 1995).

(50)

34 c. Saponin

Ditimbang 1 gram ekstrak, dilarutkan dalam 10 mL, dikocok selama beberapa menit. Uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya buih yang bertahan selama 60–120 detik dan saat penambahan 1 tetes HCl 2N buih tidak hilang (Nasyanka et al., 2020).

d. Terpenoid dan Steroid

Ditimbang 0,5 gram ektak , dilarutkan dalam 5 mL kloroform disaring dengan norit, hasil saringan di pipet 2-3 tetes dan dibiarkan mengering pada plat tetes, setelah kering di tambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat (pereaksi Lieberman-Bouchard) jika terbentuk warna merah berarti positif terpenoid dan jika terbentuk warna biru atau hijau berarti positif steroid (Harborne, 1987)

3.4.6 Formulasi Masker Gel Peel-off Ekstrak Daun Pandan Wangi

Tabel 1. Formulasi masker gel peel-off

No Bahan Formula (%)

F0 F1 F2 F3

1 Ekstrak daun pandan wangi 0 0,5 1,0 1,5

2 PVA 14 14 14 14

3 HPMC 1 1 1 1

4 Propilenglikol 10 10 10 10

5 Metil paraben 0,18 0,18 0,18 0,18

6 Propil paraben 0,02 0,02 0,02 0,02

7 Aquadestilata hingga 100 100 100 100

(51)

35 3.4.7 Prosedur Pembuatan Masker Gel Peel-Off Ekstrak Daun Pandan Wangi

Prosedur pembuatan sediaan masker gel peel-off yaitu dengan melarutkan ekstrak dalam etanol 70% sedikit demi sedikit sampai ekstrak larut sempurna. PVA dikembangkan dengan aquadest hangat (80oC) lima kalinya di atas cawan hingga mengembang sempurna (Fase 1). Selanjutnya HPMC dikembangkan dengan aquades, dengan pengadukan yang konstan hingga mengembang (Fase 2). Metil paraben dan propil paraben dilarutkan ke dalam propilenglikol (Fase 3). Kemudian dicampurkan Fase 2 dan Fase 3 secara berturut-turut ke dalam Fase 1, lalu diaduk homogen hingga terbentuk basis masker gel peel-off. Ekstrak yang telah dilarutkan dalam etanol 70%

ditambahkan basis masker gel peel-off sedikit demi sedikit, lalu diaduk hingga homogen, kemudian ditambahkan aquadest sampai 100 mL dan diaduk kembali hingga homogen.

3.4.8 Evaluasi Masker Gel Peel-Off Ekstrak Daun Pandan Wangi 1. Uji organoleptis

Pemeriksaan terhadap bentuk, bau dan warna dilakukan secara visual pada suhu kamar selama 6 minggu (Departemen kesehatan Republik Indonesia, 1995).

2. Uji Homogenitas

Masker gel peel off ditimbang sebanyak 0,1 gram sediaan dioleskan pada kaca transparan,diamati apakah terdapat bagian yang tidak tercampurkan dengan baik (Charter, 1997).

3. Uji pH

Referensi

Dokumen terkait

Padahal kita ketahui bahwa pembelajaran IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam dan kehidupan secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta- fakta,

Ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dapat diformulasikan ke dalam sediaan gel pasta gigi yang stabil dan memenuhi persyaratan meliputi uji

Sebagaimana yang kita ketahui lewat berbagai media pada kasus tawuran yang terjadi di Universitas Sumatera Utara (USU), di mana kedua fakultas, yaitu Fakultas Teknik dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Unsur intrinsik novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa meliputi: tema, alur, latar, tokoh, amanat; (2) nilai budaya dalam

Alat yang digunakan untuk m-ngui titik l-'ur suatu s-nya+a adalah t-rmo,an.Gntuk id-ntifikasi kualitatif titik l-'ur m-ru,akan t-ta,an fisika yang ,-nting t-rutama untuk suatu

Didukung dari penelitian terdahulu dengan judul penelitian yang serupa mengenai hubungan antara pelatihan, motivasi dan prestasi kerja karyawan, ditunjukan dari

Peningkatan kelarutan klopidogrel bisulfat pada hasil penggilingan basah campuran fisik ekimolar KLO-PIR sebanyak 1,995 kali lipat daripada KLO murni diduga akibat