• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN ”KASUS SUAP KETUA SKK MIGAS RUDI RUBIANDINI” (Study Analisis Framing Pemberitaan Kasus Suap Ketua SKK Migas Rudi Rubiandini Di Surat Kabar Jawapos dan Surya Periode 15 – 18 Agustus 2013).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN ”KASUS SUAP KETUA SKK MIGAS RUDI RUBIANDINI” (Study Analisis Framing Pemberitaan Kasus Suap Ketua SKK Migas Rudi Rubiandini Di Surat Kabar Jawapos dan Surya Periode 15 – 18 Agustus 2013)."

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

Rubiandini Di Surat Kabar J awapos dan Sur ya Periode 15 – 18 Agustus 2013)

SKRIPSI

Oleh :

DESTIYANDA GITA RIZKIANA PUTRI NPM. 0943010014

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

NPM : 0943010014 Pr ogram Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Telah diuji dan dipertahankan dihadapan pada tanggal: 17 Juli 2014 Menyetujui,

Pembimbing Tim Penguji

1.Ketua

Dr s.Saifuddin Zuhr i, M.Si J uwito, S.Sos, MSi

NPT. 370069400351 NPT. 367049500361

2.Sekr etaris

Dr s.Saifuddin Zuhr i, M.Si NPT. 370069400351 3.Anggota

Dr s. Kusnarto, M.Si

NIP.19580801 198402 1001

Mengetahui, DEKAN

(3)

karunia-Nya kepada peneliti sehingga skripsi dengan judul “ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN “KASUS SUAP KETUA SKK MIGAS RUDI RUBIANDINI” dapat terselesaikan dengan baik.

Peneliti mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memberikan petunjuk, koreksi, dan saran yang bersifat membangun pola pikir, daya kritis, dan memperluas ilmu pengetahuan serta wawasan untuk peneliti. Dan peneliti juga menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril, spiritual, maupun materiil. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra.Ec.Hj.Suparwati,M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UPN “Veteran” Jatim.

2. Bapak Juwito,S.Sos,M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si, dosen pembimbing yang senantiasa memberikan waktu pada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

(4)

secara moril maupun materil.

6. Seluruh pihak yang telah mensupport peneliti yang tidak bisa peneliti sebutkan satu–satu.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini banyak terdapat kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhirnya, dengan segala keterbatasan yang peneliti miliki semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan peneliti khususnya.

Surabaya, 21 Juli 2014

(5)

Halaman Per setujuan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

1.4.1 Secara Teoritis ... 11

1.4.2 Secara Praktis ... 12

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ... 13

2.1 Penelitian Terdahulu ... 13

2.2 Landasan Teori ... 14

2.2.1 Media Massa ... 14

2.2.2 Komunikasi Massa ... 14

2.2.3 Surat Kabar Sebagai Media Massa ... 21

2.2.4 Pengertian Surat Kabar ... 22

2.2.5 Berita Sebagai Hasil Kontruksi Realitas ... 24

2.2.6 Berita Sebagai Ideologi Media ... 25

2.2.7 Teori Ekonomi Politik Media ... 26

2.2.8 Paradigma Konstitusi Struktionis ... 29

2.2.9 Berita Korupsi Sebagai Paradigma ... 33

2.2.10 Analisis Framing ... 35

2.2.11 Model-Model Framing ... 38

2.2.12 Proses Framing Pan dan Kosicki ... 40

(6)

3.1.1 Pemberitaan kasus suap ketua SKK Migas Rudi

Rubiandini ... 51

3.2 Metode Penelitian ... 51

3.3 Subjek dan Objek Penelitian ... 52

3.4 Unit Analisis ... 53

3.5 Korpus dan Populasi ... 53

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 54

3.7 Teknik Analisis Data ... 55

3.8 Langkah-langkah Analisis Framing Pan dan Kosicki ... 55

BAB IV HASIL PEMBAHASAN ... 57

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 57

4.1.1 Sejarah Perkembangan Jawa Pos ... 57

4.1.2 Sejarah Surya ... 64

4.2 Hasil dan Pembahasan ... 69

4.2.1.1 Berita 1 Jawa Pos, Judul : Suap Kepala SKK Migas Rekor Baru ... 70

4.2.1.2 Berita 2 Jawa Pos, Judul : KPK Usut Keterilbatan Jero Wacik ... 75

4.2.1.3 Berita 3 Jawa Pos, Judul : KPK Segra Periksa Menteri ESDM ... 80

4.2.1.4 Berita 4 Jawa Pos, Judul : KPK Geledah Lagi Kantor SKK Migas ... 84

4.2.1.5 Berita 5 Surya : Judul : Bos Migas Bikin Reko Suap Di KPK ... 88

4.2.1.6 Berita 6 Surya, Judul : KPK Sita Lagi Rp. 5.2 Miliar ... 93

(7)

5.1 Kesimpulan ... 108 5.2 Saran ... 108

(8)

Tabel 5 Frame Berita 2 Jawa Pos “KPK Usut Keterlibatan Jero Wacik” .... 78 Tabel 6 Frame Berita 3 Jawa Pos “KPK Segera Periksa Menteri ESDM” .. 82 Tabel 7 Frame Berita 4 Jawa Pos “KPK Geledah Lagi Kantor SKK

Migas” ... 86 Tabel 8 Frame Berita 5 Surya “Bos Migas Bikin Rekor Suap di KPK” ... 91 Tabel 9 Frame Berita 6 Surya “KPK Menemukan Bukti Baru Terkait SKK

Migas” ... 94 Tabel 10 Frame Berita 7 Surya “KPK Pertanyakan Uang Dolar di ESDM” . 98 Tabel 11 Frame Berita 8 Surya “KPK Curhat Rudi Palsu” ... 102 Tabel 12 Hasil Frame Jawa Pos dan Surya Berita Kasus Suap SKK Migas

(9)

skk migas rudi rubiandini di surat kabar jawapos dan surya periode 15 – 18 agustus 2013)

Koran dalam bentuk media cetak merupakan bentuk media massa yang menjadi bagian dari masyarakat. Koran berfungsi sebagai media informasi dan sarana edukasi bagi masyarakat. Informasi yang dihasilkan bisa dipergunakan sebagai sarana untuk pengambilan keputusan,sarana pengawas atas tindakan korupsi dan hal buruk lainnya yang mungkin terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana framing pemberitaan yang dilakukan oleh media cetak koran Jawapos dan Surya menyampaikan peristiwa kasus suap SKK Migas dan untuk mendapatkan gambaran sejauh mana pengaruh ideologi media terhadap upaya untuk media mendekati pemberitaan yang objektif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua media memiliki frame yang berbeda dalam menyajikan berita tentang kasus suap ketua skk migas rudi rubiandini. Framing yang dilakukan Jawapos lebih menunjukkan adanya keberpihakan pemberitaan dalam berita yang disajikan sedangkan framing yang dilakukan oleh Surya lebih adil dan berimbang.

Kata Kunci : Framing, media Cetak Koran Jawapos dan Surya, peristiwa Suap SKK Migas Rudi Rubiandini

ABSTRACT

DESTIYANDA GITA R.P "Coverage Framing Gas Bribery Case SKK Chairman Rudi Rubiandini" (Study of Framing Analysis reporting bribery chairman SKK oil rudi Rubiandini in newspapers and solar Jawapos period 15-18 August 2013)) Newspapers in the form of print media is a form of mass media that are part of the community. Newspapers serves as a medium of information and means of education for the community. The resulting information can be used as a tool for decision making, supervisory means for corruption and other bad things that might happen. This study aims to determine how news framing is done by the print media and newspapers Jawapos Solar convey events SKK Oil and bribery to get an idea of the extent of the influence of the ideology of the media to attempt to approach the news media that objective. This study used a qualitative approach to the study of framing analysis models Zhongdang Pan and Gerald M.Kosicki. The results showed that the two media have different frames in presenting the news of the bribery case rudi Rubiandini chairman SKK oil. Framing is done Jawapos more likely neutral and while the framing is done by Surya is more fair and balanced.

(10)

1.1. Latar Belakang Masalah

Didalam masyarakat modern manapun, media memainkan peran penting untuk perkembangan politik masyarakatnya.Pers sering disebut-sebut sebagai pilar demokrasi. Kebebasan berekspresi dan menyampaikan informasi merupakan dasar penting untuk sistem demokratis dan telah dikukuhkan dalam semua dokumen hak asasi manusia yang dikeluarkan setelah perang dunia kedua (Sobur,2009:32).

Media sebagai sebuah sistem komunikasi manusia telah kian penting di Dunia, dengan meminjam istilah dari C. Wright Milis yang mengatakan pengalaman primer telah digantikan oleh komunikasi sekunder, seperti : media cetak, radio, televisi, elektronik dan film media telah memainkan peran penting dalam merombak tatanan sosial menjadi masyarakat serba bisa (Rivers, 2003 : 323). Oleh sebab itu, komunikasi massa dapat diartikan dalam dua cara yaitu: komunikasi oleh media dan komunikasi oleh massa.

(11)

Kebebasan demokrasi merupakan cerminan perwujudan era reformasi.Saat ini masyarakat berhak mendapatkan, mengetahui konflik atau permasalahan yang terjadi didalam negerinya melalui informasi. Informasi-informasi yang diperlukan berupa pemberitaan di media massa. Ketika kebebasan pers marak belakangan ini sejak era informasi, banyak media cetak lebih mengutamakan berita yang cenderung berbau sensasional.Masalah obyektifitas pemberitaan pun menjadi perdebatan klasik dalam studi media.Jurnalistik obyektif adalah mustahil.Semua karya jurnalistik pada dasarnya subyektif, mulai dari pencarian berita, peliputan, penulisan sampai penyuntingan berita. Nilai – nilai subyektif wartawan ikut mempengaruhi proses kerja jurnalistik.

Salah satu media massa yang dibingkaikan adalah surat kabar, karena surat kabar memiliki sebuah ideologi dan ciri khas yang dibawa dalam setiap pemberitaannya sesuai dengan karakter dari surat kabar tersebut. Surat kabar sebagai salah satu alat untuk menyampaikan berita, penilaian atau gambaran umum tentang banyak hal, serta mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik, antara lain karena media juga dapat berkembang menjadi kelompok penekan atau suatu ide atau gagasan, dan bahkan suatu kepentingan atau citra yang ia representasikan untuk diletakkan dalam konteks kehidupan yang lebih empiris (Sobur, 2009 :31).

(12)

lainberdasarkan standart para pengelolanya. Khalayak “Dipilihkan” oleh media tentang apa-apa yang layak diketahui dan mendapat perhatian. Disini, pentingnya peran media massa sebagai realitas simbolik yang dianggap mempresentasikan realitas objektif sosial dan berpengaruh pada realitas subjektif yang ada pada pelaku interaksi sosial (Subiakto, 2000 : 11-12).

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan kajian analisis framing sebagai metode penelitian untuk melihat perbedaan media dalam mengungkap peristiwa (realitas). Metode analisis teks yang berada dalam kategori penelitian konstruksionis. Paradigma ini memandang realitas kehidupan sosial bukan realitas yang natural, tetapi hasil dari konstruksi.Karena dalam perspektif komunikasi, analisi framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta.Analisis mencermati strategi seleksi, penonjolan dan pertautan fakta kedalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat untuk mengiring interpretasi khalayak sesuai dengan perspektifnya.Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya ditonjolkan dan yang akan dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita tersebut (Sobur, 2009 : 162).

(13)

Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki ada dua konsepsi dari pembingkaian yang saling berkaitan yaitu, pertama dalam konsepsi Psikologi. Pembingkaian dalam konsepsi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi pada dirinya sendiri. Pembingkaian berkaitan dengan struktur dan proses kognitif, Bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi dan ditunjukkan dalam skema tertentu. Pembingkaian di sini dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks khusus dan menempatkan elemen tertentu dari isu dengan penempatan lebih menonjol dalam kognisi seseorang.

Elemen – elemen yang diseleksi dari suatu isu / peristiwa tersebut menjadi lebih penting dalam mempengaruhi pertimbangan dalam membuat keputusan tentang realitas, Dan yang kedua adalah konsepsi sosiologis. Kalau pandangan psikologis lebih melihat pada proses pencernaan dan pemaknaan suatu isu dalam diri individu / internal, dalam konsep sosiologis bagaimana individu secara kognitif menafsirkan suatu peristiwa dalam cara pandang tertentu, maka pandangan sosiologis lebih melihat pada bagaimana kontruksi sosial atas realitas.

(14)

idiom, grafik, gambar, yang juga dipakai guna memberi penekanan pada arti tertentu (Sobur, 2009 :175-176).

Korupsi dipandang sebagai kejahatan luar biasa, maka ke depan korupsi harus dipandang sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.Dampak yang ditimbulkan korupsi sangat besar terhadap masyarakat.Di tengah masih ada masyarakat busung lapar dan jutaan penduduk miskin, masih ada orang yang tega melakukan korupsi miliaran rupiah uang Negara.Selain itu korupsi merupakan menifestasi dari rohani yang sakit. Kanker korupsi selalu menggerogoti tubuh negara yang lambat laun akan mengakibatkan negara kehilangan marwah dan kemampuannya melindungi warga negara.Hal ini bisa dilihat dari pemberitaan mengenai seperti halnya topik pemberitaan yang saat ini sedang panas tentang Penangkapan Ketua SKK Migas Rubi Rubiandini. Hal seperti ini untuk sekarang sudah menjadi konsumsi publik, bukan lagi hal yang harus ditutupi melainkan harus dipublikasikan kemasyarakat akan kebenaran yang harus diketahui oleh masyarakat Indonesia saat ini.

(15)

untuk merapikan industri ini tetapi ada angin kecil seperti ini. Saya ini sedang membenahi tata kelola migas, tentu banyak yang merasa terganggu dengan apa yang saya lakukan. Yang jelas saya ini tidak pernah korupsi, tidak ikut mengurusi proyek-proyek. Tekanan muncul dari mana-mana, lihat sendiri kalau di DPR seperti apa ke saya, begitu ungkapnya. (href="/news/rudi-rubiandini-saya-ditembak-dari-samping")

Beredarnya testimoni Ketua SKK Migas Rudi Rubiandini soal kasus suap yang menyeretnya memunculkan banyak spekulasi soal pihak-pihak lain yang terlibat khususnya dari kader partai politik tertentu. Selain itu banyak isu yang berkembang seputar penangkapan Rudi Rubiandini oleh KPK, misalnya soal dana suap yang diterima oleh Rudi diduga akan digunakan untuk keperluan biaya konvensi Partai Demokrat. Kondisi dan fakta ini menunjukkan bahwa publik harus bisa memahami bahwa terkadang isu-isu yang beredar haruslah dicermati, karena tidak menutup kemungkinan ada pihak yang sengaja memperkeruh situasi untuk menggiring KPK bekerja atas dasar pesanan atau tekanan politik.

( http://www.inilah.com/rss/feed/nasional )

Berbagai isu kini menyelimuti kehidupan Rudi. Tak hanya sangkaan korupsi, Rudi juga digelayuti isu negatif yang memperburuk citra dirinya, jalinan hubungan khusus dengan bawahannya. Maka balutan isu uang, kuasa dan cinta (harta, tahta dan wanita) terhadap Rudi menjadi tak terelakkan lagi.

(16)

saja. Maukah Rudi berbicara jujur menyingkapkan keterlibatan pihak lain itu demi keadilan dan kebenaran?

(http://nasional.inilah.com/read/detail/2019834/menunggu-kejujuran-rudi-rubiandini"

Isu semakin berkembang dengan adanya pengaitan korupsi dengan beberapa pihak tertentu. sebagaimana dilansir isu yang kemudian mencuat kehadiran Sutan Bhatoegana dengan meminta thr kepada rudi rubiandini. Karena sutan sendiri terkait dengan SKK migas yang taklain merupakan mitrakerja dari ketua komisi VII. Namun pemberitaan yang kurang mendetail oleh media membuat isu isu ini semakin rancu akan kebenaran dan hanya menjadikan Rudi sebagai saksi. Pemberitaan ini pun masih samar di beritakan. Karena proses yang begitu tertutup oleh KPKmenyebabkan banyak prasangka atas pemberitaan rudi rubiandini.

(17)

merupakan menteri BUMN, Kasus Suap Ketua SKK Migas yang melibatkan Rudi Rubiandini masih dilingkungan Instansi yang Pak Dahlan Iskan pimpin. Dengan posisinya sebagai koran terbesar dan catatan sejarahnya yang panjang, Jawa Pos juga dikenal sebagai koran yang memiliki gaya penulisan yang penuh kehati-hatian, bahkan cenderung konservatif. Namun demikian juga terkesan lebih “diredam“ berita mengenai Rudi Rubiandini terkait dengan Menteri BUMN. Beberapa di antaranya mengenai jargon serta update berita yang kurang mendetail di setiap pemberitaan. Isu ini juga di kaitkan dengan permasalahan sebenarnya.

Sedangkan Koran Surya, merupakan harian pagi di bawah managemen Tribun (Kompas Gramedia) yang merupakan competitor dari Jawa Pos, yang terbit dari Surabaya untuk kawasan Jawa Timur ini hadir dengan wajah baru. Unsur baru itu begitu terasa dari penampakan logo baru yang terkesan lebih dinamis dan elegan. Sepertinya koran ini ingin menyasar ke segmen lebih elite atau kelas menengah, meninggalkan konotasi koran kriminal sebagaimana logo lamanya yang memang dulu berwarna merah, dalam penyajiannya Surya cenderung lebih atraktif, jelas dan tuntas sehingga mudah untuk memahaminya. Selain itu Surya memiliki unsur grafis yang informatif (berupa gambar, foto, tabel) serta eksploitasi cetakan warna yang lebih menarik.

(18)

16Agustus 2013), KPK Segera Periksa Menteri ESDM (edisi, 17 Agustus 2013), KPK GeledahLagi Kantor SKK Migas (edisi, 18Agustus 2013)”.

Kemudian pada surat kabar Surya terdapat judul pemberitaan “Bos Migas Bikin Rekor Suap di KPK (edisi, 15Agustus 2013), KPK Sita Lagi Rp 5,2 Miliar, (edisi, 16Agustus 2013), KPK Pertanyakan Uang Dolar di ESDM (edisi, 17 Agustus 2013), KPK : Curhat Rudi Palsu (edisi, 18 Agustus 2013) “. Dengan adanya perbedaan judul pemberitaan pada kedua media tersebut terlihat jelas bagaimana perbedaan kedua media tersebut membangun konstruksi isu tentang Kasus Suap Ketua SKK Migas Rudi Rubiandini.

Melalui penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana kedua surat kabar tersebut, Jawa Pos dan Surya mem-frame berita tentang Penangkapan Ketua SKK Migas Rubi Rubiandini. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui bagaimana kemampuan kedua media tersebut dalam membangun sebuah realitas, karena dengan menggunakan analisis framing akan jelas terlihat bahwa masing-masing media Jawa Pos dan Surya mempunyai penangkapan tersendiri tentang apa berita yang perlu ditonjolkan dan dijadikan fokus dan mana yang harus disembunyikan atau dihilangkan. Begitu pula dengan cara bagaimana sebuah isu dituturkan dan ditayangkan, pasti setiap media memiliki angle, cara dan gaya masing-masing yang saling berbeda, meskipun perbedaan itu tidak selalu signifikan (Malik, 2001 : 69).

(19)

kontroversi diatas maka sangatlah menarik bagi media massa untuk memberitakannya sebagai berita yang layak dikonsumsi masyarakat. Karena kasus ini banyak merugikan negara, dengan berkembangnya siapa-siapa yang terlibat didalamnya dan jumlah dana yang terbukti diselewengkan semakin berkembang pula. Pemeberitaan ini akan menambah fakta-fakta kemana dan siapa saja yang terlibat didalamnya.

(20)

untuk membantu dirinya mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga dapat dipahami oleh pembaca.

Karena alasan itulah maka dalam penelitian ini, peneliti mengunakan perangkat framing milik Pan dan Kosicki, untuk mengetahui konstruksi berita tentang Kasus Suap Ketua SKK Migas Rudi Rubiandini.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

”Bagaimana Jawa Pos dan Surya dalam membingkai pemberitaan tentang Kasus Suap Ketua SKK Migas Rudi Rubiandini”.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah : untuk mengetahui konstruksi isu yang dibangun antara surat kabar Jawa Pos dan Surya terhadap pemberitaan Kasus Suap Ketua SKK Migas Rudi Rubiandini.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Secara Teoritis

(21)

1.4.2. Secara Pr aktis

(22)

2.1. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang terkait dengan membingkai berita dalam media cetak sebagai berikut :

1. Herman dan Nurdiansa (2010) dengan judul “Analisis Framing Pemberitaan Konflik Israel - Palestina dalam Harian Kompas dan Radar Sulteng”. Hasil kesimpulan adalah Kompas cenderung memberikan dalih moral bahwa apa yang dilakukan oleh Israel adalah sesuatu yang memang terpaksa dilakukan karena pihak Palestina yang memulai konflik. Sebaliknya, Radar Sulteng memfokuskan pada kesalahan-kesalahan Israel yang dianggap sebagai penyebab awal dari semua masalah ini dan menjadikan Palestina sebagai korbannya, sehingga posisi Israel selalu dijelek- jelekkan

(23)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Media Massa

Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara, 2002). Media massa adalah faktor lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik, pelaziman operan atau proses imitasi (belajar sosial). Dua fungsi dari media massa adalah media massa memenuhi kebutuhan akan fantasi dan informasi (Rakhmat, 2009).

Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas (Nurudin, 2007). Media massa memberikan informasi tentang perubahan, bagaimana hal itu bekerja dan hasil yang dicapai atau yang akan dicapai. Fungsi utama media massa adalah untuk memberikan informasi pada kepentingan yang menyebarluas dan mengiklankan produk. Ciri khas dari media massa yaitu tidak ditujukan pada kontak perseorangan, mudah didapatkan, isi merupakan hal umum dan merupakan komunikasi satu arah.

2.2.2. Komunikasi Massa

(24)

dahulu. Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner dalam Rakhmat, (2009 : 188) adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi lain, yaitu Gerbner.

Menurut Gerbner dalam Rakhmat, (2009 : 188) komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. edangkan menurut Rakhmat (2009:189) komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

Komunikasi massa memiliki beberapa karakteristik yang dikemukakan oleh para ahli seperti menurut Wright dalam Ardianto, (2007: 4) komunikasi dapat dibedakan dari corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama yaitu: 1. Diarahkan kepada khalayak yang relatif besar, heterogen dan anonim

2. Pesan disampaikan secara terbuka

3. Pesan diterima secara serentak pada waktu yang sama dan bersifat sekilas (khusus untuk media elektronik)

4. Komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks yang melibatkan biaya besar.

(25)

1. Fungsi Informasi

Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingannya.

2. Fungsi Pendidikan

Media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik seperti melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada pemirsa, pendengar atau pembaca.

3. Fungsi Memengaruhi

Media massa dapat memengaruhi khalayaknya baik yang bersifat pengetahuan (cognitive), perasaan (affective), maupun tingkah laku (conative).

Pendapat lain dikemukakan oleh Dominick dalam Ardianto, (2007:14 - 17) yaitu fungsi komunikasi terdiri dari :

1. Surveillance (Pengawasan)

Fungsi ini menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian-kejadian dalam lingkungan maupun yang dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari.

2. Interpretation (Penasiran)

(26)

3. Linkage (Pertalian)

Fungsi ini bertujuan dimana media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

4. Transmission of values (Penyebaran nilai-nilai)

Fungsi ini artinya bahwa media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar, dan dibaca. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang mereka harapkan.

5. Entertainment (Hiburan)

Fungsi ini bertujuan untuk mengurangi ketegangan pikiran halayak, karena dengan membaca berita-berita ringan atau melihat tayangan hiburan di televisi dapat membuat pikiran khalayak segar kembali.

Menurut Ardianto, (2007:14 - 17) unsur-unsur penting lainnya dalam komunikasi adalah dengan adanya : sumber, pesan, media, penerima, efek dan umpan balik.

1. Sumber

Adalah pembuat atau pengirim informasi.Dalam komunikasi antar manusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga.Sumber biasa disebut juga komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender atau decoder.

2. Pesan

(27)

3. Media.

Media yang dimaksud di sini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima.

4. Penerima.

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber.Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih.Penerima biasa disebut komunikan atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau receiver. 5. Efek

Efek atau pengaruh adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa tergantung dari pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang.

6. Umpan Balik.

Adalah suatu bentuk tanggapan balik dari penerima setelah memperoleh pesan yang diterima.

Dalam ilmu komunikasi juga dikenal beberapa macam tipe komunikasi.Joseph A. DeVito seorang professor komunikasi di City University of New York dalam bukunya Communicology membagi komunikasi atas empat macam yaitu : komunikasi intrapribadi, komunikasi antarpribadi, komunikasi publik dan komunikasi massa.

1. Komunikasi Intrapribadi (Intrapersonal Communication)

(28)

2. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)

Merupakan proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, seperti yang dinyatakan oleh Pace (1979) bahwa “Interpersonal communication is communication involving two or more people in a face to face setting”

3. Komunikasi Publik (Public Communication)

Sesuai namanya, komunikasi publik menunjukkan suatu proses komunikasi di mana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besar.

4. Komunikasi Massa (Mass Communication)

Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung di mana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat yang bersifat mekanis separti radio, televisi, surat kabar dan film.

Seperti telah dijelaskan bahwa pihak yang mengirim pesan kepada khalayak disebut komunikator. Sebagai pelaku dalam proses komunikasi, komunikator memegang peranan yang sangat penting terutama dalam mengendalikan jalannya komunikasi. Untuk mencapai komunikasi yang efektif, seorang komunikator selain dituntut untuk mengenal dirinya terlebih dahulu, maka ia juga harus memiliki kepercayaan (credibility), daya tarik (attractiveness) dan kekuatan (power).

(29)

komunikator dengan khalayaknya misalkan dalam hal bahasa, pendidikan, agama, usia dan jenis kelamin. Dalam berkomunikasi juga terdapat tujuan yang ingin dicapai, yaitu untuk menciptakan kesesuaian, kesamaan, dan pemahaman yang sama tentang informasi, ide, pemikiran dan sikap terhadap orang, pihak atau kelompok tertentu.

Untuk mencapai komunikasi yang efektif perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi. Adapun faktor-faktornya adalah sebagai berikut: (Effendy, 2005)

1. Komunikasi Harus Tepat Waktu dan Tepat Sasaran

Ketepatan waktu dalam menyampaikan komunikasi harus betul-betul diperhatikan, sebab apabila penyampaian komunikasi tersebut terlambat maka kemungkinan apa yang disampaikan tersebut tidak ada manfaatnya lagi. 2. Komunikasi Harus Lengkap

Selain komunikasi yang disampaikan harus mudah dimengerti oleh penerima komunikasi, maka komunikasi tersebut harus lengkap sehingga tidak menimbulkan keraguan bagi penerima komunikasi.Hal itu perlu ditekankan, sebab meskipun komunikasi mudah dimengerti tetapi apabila komunikasi tersebut kurang lengkap, maka hal itu menimbulkan keraguan bagi penerima komunikasi, sehingga pelaksanaan tidak sesuai denganapa yang diinginkan. 3. Komunikasi Perlu Memperhatikan Situasi dan Kondisi

(30)

diperhatikan. Apabila solusi dan kondisi dirasakan kurang tepat , bilamana komunikasi yang akan disampaikan tersebut dapat ditunda maka sebaiknya penyampaian komunikasi tersebut ditangguhkan.

4. Komunikasi Perlu Menghindarkan Kata-kata Yang Tidak Enak

Agar komunikasi yang disampaikan mudah dimengerti dan diindahkan maka perlu dihindarkan kata-kata yang kurang baik. Dengan kata-kata yang kurang enak ini dimaksudkan adalah kata-kata yang dapat menyinggung perasaan penerima informasi, meskipun dalam kamus hal itu tidak salah dn cukup jelas. 5. Adanya Persuasi Dalam Komunikasi

Seringkali manajer harus merubah sikap, tingkah laku dan perbuatan dari orang-orangnya sesuai dengan yang diinginkan, untuk itu dalam pelaksanaan komunikasi harus disertai dengan persuasi.

2.2.3. Sur at Kabar Sebagai Media Massa

Media ada untuk mempermudah hal tersebut.Betapa sebuah media berperan penting di dalam sebuah. Dalam hal ini sebuah surat kabar, intensitas penerbitan surat kabar, intensitas penerbitan surat kabar bisa muncul lewat ribuan eksemplar setiap harinya, bahkan ada beberapa surat kabar yang terbit dua kali di setiap harinya, pagi dan sore hari. Itu hanya sebagian kecil keberadaan sebuah media yang ada, tinggal bagaimana masyarakat memilih surat kabar yang akan dibaca sesuai kebutuhan.

(31)

yang diproduksi secara massal atau tidak sedikit, itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas”. Dan menurut Dominick dalam Setiawati (2013) “Komunikasi massa adalah suatu proses dimana suatu organisasi yang kompleks dengan bantuan satu atau lebih mesin memproduksi dan mengirimkan pesan kepada khalayak yang besar, heterogen, dan tersebar”.

2.2.4. Pengertian Sur at Kabar

Surat Kabar adalah “Media komunikasi massa yang memuat serba serbi pemberitaan, meliputi bidang politik, ekomomi, sosial budaya, maupun pertahanan dan keamanan. Fungsinya sebagai penyebar informasi pendidikan, menghibur, mengawasi atau mengatur massa” (Gunadi, 1998:83.) Jenis surat kabar umum biasanya diterbitkan setiap hari, kecuali pada hari-hari libur. Surat kabar sore juga umum di beberapa negara. Selain itu, juga terdapat surat kabar mingguan (Weekly Newspaper) yang biasanya lebih kecil dan kurang prestisius dibandingkan dengan surat kabar harian (Daily Newspaper) dan isinya biasanya lebih bersifat umum dan hiburan, adapun susunan tim dalam sebuah sedaksi surat kabar adalah sebagai berikut:

1. Penanggung jawab surat kabar:

Yaitu pimpinan dari lembaga penerbit surat kabar. 2. Pemimpin Redaksi:

(32)

3. Tim Redaksi:

Adalah merupakan beberapa orang (2-3 orang atau lebih) yang bertugas menseleksi, mengolah dan menyunting tulisan yang masuk agar cocok untuk dimuat surat kabarnya (dari segi topik dan panjang tulisan). Tim redaksi juga menjadi reporter yang mencari bahan tulisan dan narasumber untuk ditulis sesuai kebutuhan materi sebuah edisi surat kabar. Serta melakukan pemotretan dan mengumpulkan/menyusunnya menjadi stok foto yang sewaktu-waktu siap digunakan.

4. Tim Reporter:

Adalah wartawan lapangan yang bekerja untuk mencari berita di lapangan, mewawancarai seseorang, dan membuat tulisan hasil lapangan/wawancara tersebut. Hasil laporannya kemudian diolah (diedit) tim redaksi menjadi tulisan yang siap dimuat. Selain itu, reporter juga melakukan pemotretan yang diperlukan.

5. Lay-outer/type setter:

Adalah orang yang bertugas melakukan tataletak (lay-out) naskah, gambar, dan bagian-bagian lain di dalam surat kabar dan tata aksara (setting) yaitu pemilihan jenis dan ukuran huruf yang sesuai dengan kebutuhan (jelas dan artistik).

6. Ilustrator:

(33)

7. Kontributor tulisan:

Adalah seseorang yang punya kepandaian menulis tetapi tidak masuk ke dalam struktur organisasi media. Beberapa orang seperti ini dapat diperoleh dari jenis keahlian (kompetensi) tertentu, misal: Guru (menulis tentang isu pendidikan), petani maju (menulis tentang inovasi pertanian), petugas Puskesmas (menulis tentang isu-isu kesehatan masyarakat), staf pemerintahan (menulis tentang isu-isu otonomi daerah), dan sebagainya. Juga terdapat perorangan yang memang merupakan pemerhati dan bersedia menuliskan hasil pengamatan/pemikirannya.

Membaca surat kabar adalah merupakan bagian penting dalam gaya hidup masyarakat yang intelek, khususnya di daerah perkotaan yang haus akan informasi dan berita terkini. Membaca surat kabar pula adalah salah satu sarana pembelajaran masyarakat luas agar kritis dalam menanggapi suatu fenomena berita yang terjadi di masyarakat yang sedang berkembang. Dalam hal ini sebagai sebuah media yang bisa menjangkau masyarakat secara luas.

2.2.5. Berita Sebagai Hasil Kontruksi Realitas

Peristiwa – peristiwa yang dijadikan berita oleh media massa tentunya melalui proses pnyeleksian terlebih dahulu, hanya peritiwa yang layak untuk dijadikan berita akan diangkat oleh media massa kemudian ditampilkan kepada khalayak (Eriyanto. 2009 : 26).

(34)

penekanan pada aspek tertentu atau dapat juga berita tersebut ada bagian yang dihilangkan, luput atau bahkan disembunyikan dalam pemberitaan (Eriyanto, 2009:3).

Berita merupakan hasil kontruksi sosial dimana selalu melibatkan pandangan, ideology dan nilai – nilai dari wartawan ataupun dari institusi media, tempat dimana wartawan tersebut bekerja.Bagaimana realitas tersebut dijadikan berita sangat tergantung pada bagaimana fakta itu dipahami dan dimaknai.

2.2.6. Berita Sebagai Ideologi Media

Konsep ideology dalam sebuah institusi media massa ikut berpengaruh dalam menentukan arah atau isi pemberitaan yang akan disampaikan kepada pembaca. Hal ini disebabkan karena teks, percakapan dan lainnya adalah bentuk praktik ideology atau pencerminan dari ideology tertentu. (Eriyanto, 2009 : 13).Dalam pembuatan berita selalu melibatkan pandangan dan ideology wartawan atau bahwan media yang bersankutan. Ideologi ini menentukan aspek fakta dipilih dan membuang apa yang ingin dibuang. Dapat dikatakan media bukanlah sarana yang netral dalam menampilkan kekuatan dan kelompok dalam masyarakat secara apa adanya tetapi kelompok dan ideology yang dominan dalam media itulah yang ditampilkan dalam berita- beritanya (Eriyanto, 2009 : 90).

(35)

Konsep ideology bisa membantu menjelaskan mengapa wartawan memilih fakta tertentu untuk ditonjolkan dari pada fakta yang lain, walaupun hal itu merugikan pihak lain, menempatkan sumber beruta yang satu lebih menonjol dari pada sumber yang lain, ataupun secara nyata atau tidak melakukan pemihakan kepada pihak tertentu.Artinya, ideologi wartawan dan media yang bersangkutanlah yang secara strategis menghasilkan berita – berita seperti itu. Disini dapat dikatakan media merupakan inti instrument ideology yang tidak dipandang sebagai zona nertal dimana berbagai kelompok dan kepentingan ditampung, tetapi media lebih sebagai subyek yang mengkontruksi realitas atas penafsiran wartawan atau media sendiri untuk disebat kepada khalayak ( Eriyanto, 2009 : 92 ).

2.2.7. Teori Ekonomi Politik Media

(36)

kendala ruang dan waktu, melalui strategi integrasi vertikal dan horisontal. Secara umum, percepatan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti penemuan internet yang memicu terjadinya globalisasi, yang kemudian mengarahkan tercapainya era konvergensi media massa; secara tak langsung menuntut kemampuan ganda dari para pekerja media. Di mana dalam konteks itu, para pekerja media termasuk di dalamnya para wartawan “dieksploitasi” untuk semakin memperkaya para pemilik media massa. Terbukti kesejahteraan wartawan di Indonesia masih cukup rendah.

Media massa memang menjadi alat propaganda sekaligus menjadi alat penggerak sosial (massa) yang sangat efektif untuk melakukan berbagai perubahan sosial. Makanya para politisi dan pejabat negara memiliki kepentingan dengan media massa, dan memanfaatkan keberadaannya untuk kepentingan mereka juga. Sudah sewajarnya juga para aktivisi mahasiswa sebagai kaum intelektual harus memberdayakan keberadaan media massa dan jaringan media sosial untuk melakukan konterhegemoni terhadap berbagai ideologi, kebijakan dan wacana yang merugikan siapapun.

(37)

Indonesia. Semakin maraknya para pemilik media massa (konglomerat media) yang terjun menjadi politisi, entah dengan mendirikan partai politik baru maupun bergabung dengan partai politik lama merupakan strategi “ekonomi-politik” yang kini menjadi tren dalam industri media. Para pemilik media massa itu memiliki kepentingan untuk mengincar berbagai posisi dalam kursi kekuasaan eksekutif; misalkan dengan menjadi presiden, wakil presiden maupun menteri. Pemilu 2014 merupakan pertarungan besar-besaran antara para politisi yang merangkap sebagai pengusaha media massa seperti Aburizal Bakrie, Harry Tanoesoedibjo, Surya Dharma Paloh dan Dahlan Iskan, bahkan Chairul Tanjung. Tidak menutup kemungkinan, para pemilik media massa yang lainnya juga memiliki kepentingan politik dan ekonomi yang sama; terkait dengan pucuk kepemimpinan nasional; karena mereka sangat menentukan berbagai kebijakan pembangunan poleksosbudhankamnas yang akan digulirkan di masa depan.

Liputan komprehensif yang meliputi liputan mendalam (indepth reporting), liputan investigatif (investigative reporting) dan liputan interpretatif

(38)

2.2.8. Paradigma Konstitusi Struktionis

Menurut Assiddiqie (2001) perubahan konstitusi dipengaruhi oleh seberapa besar badan yang diberikan otoritas melakukan perubahan memahami tuntutan perubahan dan seberapa jauh kemauan anggota badan itu melakukan perubahan. Perubahan konstitusi tidak hanya bergantung pada norma perubahan, tetapi lebih ditentukan oleh kelompok elite politik yang memengang suara mayoritas di lembaga yang mempunyai kewenangan melakukan perubahan konstitusi. Lembaga yang mempunyai kewenangan melakukan perubahan harus berhasil membaca arah perubahan yang dikendaki oleh masyarakat yang diatur secara kenegaraan.

Perubahan konstitusi harus didasarkan pada paradigma perubahan agar perubahan terarah sesuai dengan kebutuhan yang berkembang di masyarakat.Paradigma ini digali dari kelemahan sistem bangunan konstitusi lama, dan dengan argumentasi diciptakan landasan agar dapat menghasilkan sistem yang menjamin stabilitas pemerintahan dan memajukan kesejahteraan rakyat.

(39)

Setiap konstitusi tertulis lazimnya selalu memuat adanya klausul perubahan di dalam naskahnya, sebab betapapun selalu disadari akan ketidaksempurnaan hasil pekerjaan manusia membuat dan menyusun UUD. selain itu, konstitusi sebagai acuan utama dalam pengaturan kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan suatu kontrak sosial yang merefleksikan hubungan-hubunganan kepentingan dari seluruh komponen bangsa dan sifatnya sangat dinamis. Dengan demikian, konstitusi memerlukan peremajaan secara periodik karena dinamika lingkungan global akan secara langsung atau tidak langsung menimbulkan pergeseran aspirasi masyarakat.

Pada awal era reformasi, muncul berbagai tuntutan reformasi yang didesakkan oleh berbagai komponen bangsa, termasuk mahasiswa dan pemuda. Tuntutan itu antara lain sebagai berikut:

1. Amandemen UUD 1945;

2. Penghapusan doktrin dwifungsi ABRI;

3. Penegakan supremasi hukum, penghormatan hak asasi manusia, serta pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN)

4. Desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat dan daerah (otonomi daerah);

5. Mewujudkan kebebasan pers;

6. Mewujudkan kehidupan demokrasi. (Assiddiqie, 2001)

(40)

pemberdayaan rakyat, dan penghormatan HAM. selain itu, didalamnya terdapat pasal-pasal yang menimbulkan multitafsir dan membuka peluang bagi penyelenggaraan negara yang otoriter, sentralistik, tertutup, dan KKN yang menimbulkan kemerosotan kehidupan nasional di berbagai bidang kehidupan.

Menurut Assiddiqie (2001) adapun tujuan perubahan UUD NRI 1945 adalah untuk:

1. Menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara dalam mencapai tujuan nasional yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan memperkokoh negara Kesatuan Repebulik Indonesia yang berdasarkan Pancasila;

2. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan kedudukan rakyat serta memperluas partisispasi rakyat agar sesuai dengan perkembangan paham demokrasi;

3. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan hak asasi manusia agar sesuai dengan perkembangan paham hak asasi manusia dan peradaban umat manusia yang sekaligus merupakan syarat bagi suatu negara hukum dicita-citakan oleh UUD 1945;

(41)

5. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan konstitusional dan kewajiban negara mewujudkan kesejahteraan sosial, mencerdasakan kehidupan bangsa, menegakkan etika, moral dan solidaritas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan dalam perjuangan mewujudkan negara sejahtera;

6. Melengkapi aturan dasar yang sangat penting dalam penyelenggaraan negara bagi eksistensi negara dan perjuangan negara mewujudkan demokrasi, seperti pengaturan wilayah negara dan pemilihan umum;

7. Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan bernegara dan berbangsa sesuai dengan perkembangan aspirasi, kebutuhan, serta kepentingan bangsa dan negara Indonesia dewasa ini sekaligus mengakomodasi kecenderungan untuk kurun waktu yang akan datang.

Menurut Assiddiqie (2001) secara konseptual dan strategis, ada empat pilar reformasi yang semestinya menjadi acuan dalam pembaharuan politik, ekonomi, sosial, dan lain-lain, termasuk pembaharuan di bidang hukum.Pertama, mewujudkan kembali pelaksanaan demokrasi dalam segala peri kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Dalam demokrasi, rakyat adalah sumber dan sekaligus yang bertanggung jawab mengatur dan mengurus diri mereka sendiri.setiap kekuasaan harus selalu bersumber dan tunduk pada kehendak dan kemauan rakyat.Kedua, mewujudkan kembali pelaksanaan prinsip negara yang berdasarkan atas hukum.

(42)

orang.Ketiga, pemberdayaan rakyat dibidang politik, ekonomi, sosial dan lain-lain sehingga terwujud kehidupan masyarakat yang mampu menjalankan tanggung jawab dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Keempat, meweujudkan kesejahteraan umum dan sebesar-besarnya kemakmuran atas dasar keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

2.2.9. Berita Korupsi Sebagai Paradigma

Paradigma aparat penegak hukum terhadap pemberantasan korupsi sudah harus diubah. Jika selama ini korupsi dipandang sebagai kejahatan luar biasa, maka ke depan korupsi harus dipandang sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan. Perlunya pergeseran paradigma penanganan perkara korupsi disampaikan sejumlah narasumber dalam seminar ‘Pengarusutamaan Korupsi Sebagai Pelanggaran Hak Asasi Manusia’ di Yogyakarta, Selasa (15/5). Guru Besar Ilmu Hukum Universitas Andalas Padang, Saldi Isra mengatakan pergeseran paradigma dibutuhkan karena melihat gejala dan dampak yang ditimbulkan korupsi.

Meskipun aparat penegak hukum terus mengejar para pelaku, kata Saldi, perbuatan korupsi terus jalan.Dampaknya sangat besar terhadap masyarakat.Di tengah masih ada masyarakat busung lapar dan jutaan penduduk miskin, masih ada orang yang tega melakukan korupsi miliaran rupiah uang negara.

(43)

negara kehilangan marwah dan kemampuannya melindungi warga negara. “Konotasinya, korupsi politik dan ekonomi merupakan korupsi kemanusiaan, karena merampas hak-hak dasar sosial-ekonomi rakyat,” tandas Artidjo, di acara yang sama.

Wakil Ketua KPK, Busyro Muqoddas ikut mendukung perubahan paradigma tersebut. Ia menyarankan agar ada penambahan pasal sehingga tuntutan terhadap terdakwa korupsi menjadi maksimal. Termasuk memasukkan pasal pelanggaran Undang-Undang Hak Asasi Manusia. Secara bertahap KPK akan melakukan perubahan. Indikasinya adalah mulai menerapkan pasal-pasal pencucian uang. Ke depan, paradigma korupsi sebagai kejahatan kemanusiaan akan diimplementasikan. “Akan ada akumulasi sejumlah pasal,” jelasnya.

Gagasan ini bukan tanpa hambatan.Salah satunya datang dari perundang-undangan.Selama ini, teks peraturan dan doktrin menyebut korupsi sebagai extraordinary crime.Prof. Saldi Isra berharap para penyusun Undang-Undang

perlu menyusun politik hukum baru yang menempatkan korupsi sebagai crime against humanity.“Ini ius constituendum,” ujarnya. Komisioner Komisi Yudisial,

Suparman Marzuki, berpendapat usaha membangun arus utama korupsi sebagai pelanggaran hak asasi manusia harus dilakukan melalui dua pendekatan sekaligus. Pertama, membangun pemahaman dan kesadaran tentang korupsi.Kedua,

(44)

Yudisial selama ini hakim-hakim Indonesia sangat mengesankan sebagai pekerja hukum mekanis. (http://www.hukumonline.com)

2.2.10.Analisis Fr aming

Analisis framing digunakan untuk menganalisa bagaimana media massa mengemas peristiwa, media massa “merekontruksi ulang” realita, peristiwa, suasana, keadaan, tentang orang, benda, bahkan pendapat-pendapat berkaitan dengan peristiwa tersebut. Redaksional media massa; wartawan, editor, redaktur, redaktur pelaksana, pimpinan redaksi yang mencari, meliput peristiwa, penulisan ulang-pengabungan-pengabungan sebagai proses editing, dan menyeleksi berita-berita mana yang layak dimuat dalam surat kabar. Kriteria berita-berita berisi 5W + 1 H (apa, siapa, dimana, kapan, mengapa dan bagaimana), baik untuk laporan/berita langsung (hard news) maupun soft news atau feature.

(45)

Siregar (1999) dalam Bharata (2004:171) mengemukakan bahwa : Redaksional media akan berusaha subyektifitas tentang yang apa yang menarik dan penting menurutnya akan menarik dan penting menurut pembaca. Nilai berita ini apabila dijabarkan lebih lanjut adalah significane (penting), timeliness (waktu; pen :news is new), magnitude (besar,pen:serius), proximity (kedekatan),

prominence (ketenaran) dan human interest.

Apakah berita itu obyektif. Pendapat Everette E Denis dari kubu positifis mengemukakan bahwa obyektifitas berita dapat diukur dengan memisahkan antara fakta dan opini, menghindari pandangan emosiaonal dalam melihat peristiwa, memperhatikan prinsip keseimbangan dan keadilan, dan melihat pristiwa dari dua sisi (cover both side). Sedangkan John C Merril obyektifitas dalam jurnalistik merupakan hal yang tidak mungkin. Proses kerja jurnalistik mulai dari pencarian berita, peliputan, editing, kemudian juga seleksi berita merupakan kerja yang subyektif, disarikan dari Bharata (2004:169).

Entman dalam Bharata (2004:181) mengemukakan : ide perihal framing pertama kali dilontarkan oleh Baterson pada tahun 1995. Frame pada awalnya dimaknai sebagai struktur konseptual yang mengorganisasi pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta menyediakan kategori-kategori standard untuk mengapresiasikan realitas. Framing pada dasarnya merupakan pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berfikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan

(46)

dilakukan dengan penempatan berita di halaman utama, penulisan kata atau kalimat tertentu pada gambar pendukung, pemakaian grafis yang kontras sehingga memiliki peluang untuk diingat dalam peta mental pembaca. Selanjutnya framing berkaitan dengan pengunaan kata, kalimat dalam berita, simbol, konsepsi, ide, pengambaran dsb, sehingga frame berita dapat dilihat dari makna dibalik kata, kalimat, simbol, ide dsb yang memberikan gambaran tertentu dan makna tertentu dari teks media tersebut.

Suatu realitas yang sama yang dikemas oleh wartawan yang berbeda akan menghasilkan berita yang berbeda, karena perbedaan sudut pandang dan penekanan dari aspek-aspek yang berbeda. Dengan demikian ada realitas yang sebenarnyadan realitas-realitas yang merupakan bentukan media yang nota bene merupakan kontruksi-pemaknaan pemahaman wartawan beserta dewan redaksional atas realitas yang sebenarnya.

Analisis framing dipakai untuk mengetahui bagaimana realitas dibingkai oleh media.Dengan demikian realitas sosial dipahami, dimaknai dan dikontruksi dengan bentukan dan makna tertentu. Elemen tersebut menandakan bagaimana peristiwa dan akan ditampilkan. Inilah sesungguhnya sebuah realitas, bagaimana media membangun, menyuguhkan, mempertahankan dan memproduksi suati peristiwa kepada pembacanya ( Eriyanto, 2009 : 5 )

(47)

bagian tertentu saja yang lebih bermakna, lebih diperhatikan, dianggap penting dan lebih mengena dalam pikiran khalayak (Kriyantono, 2006 : 252).

Selain itu framing merupakan salah satu alternatif model analisis yang dapat mengungkapkan semua perbedaan media dalam mengungkap sebuah fakta. Selain itu dengan melalui analisis framing akan dapat diketahui siapa mengendalikan siapa, siapa lawan siapa, mana kawan mana lawan, mana patron mana klien, siapa diuntungkan siapa dirugikan, siapa menindas siapa tertindas, dan seterusnya (Eriyanto, 2009 : 6).

2.2.11.Model-Model Framing

Dalam analisis framing tidak lepas dari tokoh-tokohnya antara lain, Murray Edelman, Robert N. Entman, William Gamson, serta Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki (Eriyanto. 2009:288).

Murray Edelman menjelaskan tentang realitas atau tentang dunia tergantung pada bagaimana kita membingkai dan mengkonstruksi/menafsirkan realitas.Edelman mensejajarkan framing sebagai kategorisasi pemakaian perspektif tertentu dengan pemakaian kata-kata yang tertentu pula yang menandakan bagaimana fakta atau realitas dipahami. Salah satu gagasan utama dari Edelman ialah dapat mengarahkan pandangan khalayak akan suatu isu dan membentuk pengertian mereka akan suatu isu. Elemen penting dalam melihat suatu peristiwa ialah bagaimana orang membuat kategorisasi atas suatu peristiwa melalui kategorisasi hendak ke mana sebuah peristiwa diarahkan dan dijelaskan.

(48)

lebih pada bagaimana teks komunikasi ditampilkan dan bagian mana yang dianggap penting atau ditonjolkan oleh pembuat teks.Entman melihat framing dalam dua dimensi besar, yaitu seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek- aspek tertentu dari realitas atau isu. Dalam prakteknya framing dijalankan oleh media dengan menseleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain. Serta menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan berbagai stategi wacana, misalnya isu ditempatkan pada headline depan, pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, dan pemakaian label tertentu dan lain sebagainya.

Kemudian William A. Gamson melakukan pendekatan konstruksionis yang

melihat representasi media—berita dan artikel, terdiri atas package interaktif yang mengandung makna tertentu. Di dalam package ini terdapat dua struktur, yaitu core frame dan condesnsing symbols. Struktur pertama merupakan pusat organisasi elemen-elemen ide yang membantu komunikator untuk menunjukkan substansi isu yang tengah dibicarakan.Sedangkan struktur yang kedua mengandung dua substruktur, yaitu framing devices dan reasoning devices.Frame merupakan inti sebuah unit besar wacana publik yang disebut package. Framing analysis yang dikembangkan Gamson dan Modigliani memahami wacana media sebagai satu gugusan perspektif interpretasi (interpretatitif package) saat mengkonstruksi dan memberi makna suatu isu.

(49)

yang mempertautkan elemen-elemen semantik narasi berita dalam suatu koherensi global.Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita—kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu—ke dalam teks secara keseluruhan.Frame berhubungan dengan makna.Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks.

2.2.12.Pr oses Framing Pan dan Kosicki

Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsepsi dari dari framing yang saling berkaitan yaitu (1) konsepsi psikologi yakni menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi pada dirinya yang berkaitan dengan struktur kognitif dalam mengolah informasi dan ditunjukan dalam skema tertentu. Framing dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang unik/khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam kognisi seseorang, (2) konsepsi sosiologis lebih melihat pada bagaimana konstruksi sosial pada realitas. Frame disini berfungsi melihat membuat suatu realitas menjadi teridentifikasi, dipahami, dan dapat dimengerti karena sudah dilabeli dengan label tertentu

(50)

proses produksi yang selalu melibatkan (standar kerja, profesi jurnalistik, dan standar profesional dari wartawan).

Wartawan memakai secara strategis kata, kalimat, lead, hubungan antarkalimat, foto, grafik, dan perangkat lainnya untuk membantu dirinya mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga dapat dipahami oleh pembaca.Perangkat wacana itu dapat dijadikan alat bagi peneliti untuk memahami bagaimana media mengemas peristiwa.

Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide. Frame adalah suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita (seperti kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu) ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna yang berdasarkan perangkat tanda dimunculkan dalam teks sehingga seseorang dapat memaknai suatu peristiwa.( Eriyanto,2009 : 252 – 254 ).

2.2.13.Perangkat Framing Pan dan Kosicki

Analisis framing yang akan dipergunakan dalam penelitian ini memaknai model yang diperkenalkan oleh Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Melalui tulisan mereka “ Framing Analysis : An Approach to News Discourse “, Pan dan Kosicki ( 1993 ) mengoperasionalkan empat dimensi structural teks berita sebagai perangkat framing : Sintaksis, Scrip, Tematik dan Retoris.

(51)

1. Sintaksis

Struktur sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa- pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa – kedalam bentuk susunan kisah berita. Dengan demikian, struktur sintaksis bisa diamati dari bagan berita ( Headline yang dipilih, lead yang dipakai, latar informasi yang dijadikan sandaran, sumber yang dikutip dan sebagainya ). Bentuk sintaksis yang paling popular adalah struktur Piramida Terbalik, dimana bagian yang diatas lebih penting dibandingkan bagian yang dibawahnya.

a. Headline

Headline merupakan aspek sintaksis dari beritadengan tingkat kemenonjolan

yang tinggi menunjkkan kecenderungan berita. Pembaca cenderung lebih mengingat headline yand dipakai daripada bagian berita. Headline mempunyai framing yang kuat (Eriyanto,2009 : 257).

Posisi judul dianggap penting karena sekilas kalau pembaca dahulu.Judul berita (headline) pada dasarnya mempunyai tiga fungsi, yaitu mengiklankan cerita atau berita, meringkaskan atau mengintisarikan cerita dan memperbagus halaman. Dalam judul berita tidak diizinkan mencantum sesuatu yang bersifat pendapat atau opini (Sobur, 2009 : 76 – 77).

b. Lead

(52)

Menekankan News Feature Of Story dengan menempatkan pada posisi awal, dan (3) Memberikan identifikasi tentang orang, tempat dan kejadian yang dibutuhkan bagi pemahaman cepat berita itu (Sobur, 2009 : 77 ).

c. Latar Informasi

Ketika menulis beritas biasanya dikemukakanlatar belakang atas dperistiwa yang ditulis.Latar yang dipilih menetukan kea rah mana pandangan khalayak hendak dibawa. Ini merupakan cerminan idelogis, dimana komunikator dapat menyajikan latar belakang dapat juga tidak, bergantung pada kepentingan mereka (Sobur, 2009 : 79 ). Latar umumnya ditampilkan di awal sebelum pendapat wartawan yang sebenarnya muncul dengan maksud mempengaruhi dan member kesan bahwa pendapat wartawan sangat beralasan.Karena itu latar membantu menyelidiki bagaimana seseorang member pemaknaan atas suatu peristiwa. (Eriyanto, 2009 : 258 ).

d. Kutipan Sumber

Pengutipan sumber berita dalam penulisan berita dimaksudkan untuk membangun objektifitas – prinsip keseimbangan dan tidak memihak ( Eriyanto, 2009 : 259 ). Ini juga merupakan bagian berita yang menekankan bahwa apa yang ditulis oleh wartawan bukan pendapat wartawan semata, melainkan pendapat dari orang yang mempunya otoritas tertentu.

2. Skr ip

(53)

sejalan dengan kaidah – kaidah jurnalistik yaitu bentuk 5W + 1H. Penerapan penulisan beritas yang disusun sebagai suaru cerita dengan strategi cara bercerita tertentu, dilakukan institusi media, dalam hal ini oleh wartawan tidak lain untuk menarik perhatian pembaca. Segi cara bercerita dan unur kelengkapan berita dapat menjadi penanda framing yang penting dan ingin ditampilkan. Skrip merupakan salah satu strategi wartawan dalam mengkontruksi berita dan skrip member tekanan mana yang didahulukan dan magian mana yang kemudian sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi penting. Bentuk umum dari struktur skrip adalah pola 5W + 1 H – what,who,where,when,why,how.

What : Peristiwa apa yang sedang terjadi? Who : Siapa yang terlibat dalam peristwa itu? When : Kapan peristiwa itu terjadi?

Where : Dimana peristiwa itu terjadi? Why : Mengapa peristiwa itu terjadi?

How : Bagaimana terjadinya peristiwa itu terjadi? 3. Tematik

Struktur tematik berhubungan dengan ara wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat, atau hubungan antar kalimat yang membentuk secara keseluruhan. Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu diwujudkan ke dalam bentuk yang lebih kecil. Ada beberapa elemen yang dapat diamati dari perangkat tematik ini, antara lain :

(54)

Elemen detail berhubungan dengan control informasi yang ditampilkan seseorang ( komunikator ). Komunikator akan menampilkan secara berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik. Sebaliknya, dia akan menampilkan informasi dalam jumlah sediti ( bahkan kalau tidak perlu disampaikan ) kalau hal ini merugikan kedudukannya. Detail berhubungan dengan apakah sisi informasi tertentu diuraikan secara panjang atau tidak. (Sobur. 2009 : 79 ).

b. Maksud Kalimat, Hubungan

Elemen maksud kalimat melihat apakah teks itu disampaikan secara eksplisit ataukah tidak, apakah fakta disajikan secara telanjang ataukah tidak. Umumnya, informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas, seblaiknya informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implicit dan tersembunyi. Tujuan akhirnya adalah kepada public hanya disajikan informasi yang menguntungkan komunikator (Sobur, 2009 : 79 ).

c. Nominalisasi Kalimat

Dengan melakukan nominalisasi, dapat member sugerti kepada khalayak adanya generalisasi. Hal ini berhubungan dengan pertanyaan apakah komunikator memandang objek sebagai sesuatu yang tunggal berdiri sendiri ataukah sebagai suatu kelompok (Sobur, 2009 : 81).

d. Koherensi

(55)

dihubungkan dengan menggunakan koherensi.Sehingga fakta yang idak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya Pertama, koherensi sebab akibat. Proposisi atau kalimat satu dipandang akibat atau sebab dari proposisi lain. Proposisi sebab akibat umumnya ditandai dengan kata hubung “ sebab “ atau “ karena “. Kedua, koherensi penjelas. Proposisi atau kalimat satu dilihat sebagai penjelas proposisi atau kalimat lain. Koherensi penjelas ditandai dengan pemakaian kata hubung “ dan” atau “ lalu”. Ketiga, koherensi pembeda. Proposisi atau kalimat satu dipandang kebalikan atau lawan dari proposisi atau kalimat lain. Koherensi pembeda ditandai dengan kata hubung “dibandingkan” atau “ sedangkan” (Eriyanto, 2009 : 263).

e. Bentuk Kalimat

Berhubungan dengan cara berfikit logis, yaitu prinsip kausalitas. Logika kusalitas kalah diterjemahkan kedalam bahasa menjadi susunan objek (Menerangkan ) dan predikat ( Yang Diterangkan ). Bentuk kalimat ini bukan hanya persoalan teknis kebenaran tata bhasa, tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat. Dalam kalimat yang berstruktur aktif, seseorang menjadi objek dari pernyataanya (Sobur,2009 : 81 ).

f. Kata Ganti

(56)

menimbulkan rasa yang kurang enak. Perngulangan hanya diperkenlakan kalau kata itu dipentingkan atau mendapat penekanan (Sobur,2009 : 82 ). 4. Retoris

Struktur retoris berhubungan dengan cara wartawan menekankan arti tertentu. Dengan kata lain, struktur retoris melihat pemakaian pilihan kata, idiom, grafik, gambar, yang juga dipakai guna member penekanan pada arti tertentu. Ada beberapa elemen struktur retoris, Antara lain :

a. Leksikon

Pemilihan dan pemakaian kata – kata tertentu untuk menandai atau menggambarkan peristiwa.Pilihan kata – kata yang dipakai tidak semata – mata hanya karena kebetulan, tetapi secara ideologis menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta dan realitas. Pemakaian kata – kata tersebut sering kali diiringi dengan penggunaan label – label tertentu (Eriyanto, 2009 : 264 ).

b. Grafis

Dalam teks berita, grafis biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf cetak tebal, huruf miring, huruf besar, pemakaian garis bawah, pemberian warna, foto, pemakaian caption, raster, grafik, gambar, table atau efek lain untuk mendukung arti suatu pesan (Eriyanto, 2009 : 266).

c. Metafora

(57)

ornament atau bumbu dari suatu teks.Tetapi, pemakaian metafora tertentu boleh jadi menjadi petunjuk utama untuk mengerti suatu teks.Metafora tertentu dipakai oleh komunikator secara strategis sebagai landasan berfikir.Alasan pembenar atas pendapat atau gagasan tertentu kepada public. (Sobur, 2009 : 84 ).

d. Pengandaian

Merupakan slogan-slogan yang harus dikerjakan.Exemplar mengaitkan bingkai dengan contoh, teori atau pengalaman masa silam.(Sobur, 2009 : 84).

2.3. Kerangka Berpikir

Pekerjaan media pada dasarnya adalah yang berhubungan dengan pembentukan realitas.Realitas bukanlah sesuatu yang tersedia, yang kemudian ditampilkan wartawan dalam pesan – pesannya lewat berita. Berita merupakan hasil dari kontruksi dan realitas dari sebuah proses manajemen ternyata tidak selalu menghasilkan makna yang sama seperti yang diharapkan wartawan dalam diri khalayak pembacanya.

(58)

tersebut baik Jawa Pos dan Surya mencapai Readership yang cukup banyak, jika dipandang dari segi variatif dan kontruksi realitas nya.

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebuah analisis framing yang mana dipakai untuk mengetahui realitas yang dibingkai oleh media.Dengan demikian realitas sosial dipahami, dimaknai dan di kontruksi (dirangka bangun) dengan bentukan dan makna tertentu, sehingga elemen tersebut menandakan sebuah peristiwa berlangsung.Dari latar belakang tersebut maka paradigm, konsep dan teori yang digunakan peneliti adalah paradigm Konstruktivisme.

(59)

Berita Kasus Suap Ketua SKK Migas Rudi Rubiandini

Media Cetak Jawa Pos dan Surya

Perangkat framing Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki :

1. Sinataksis 2. Skrip 3. Tematik 4. Retoris

Kontruksi Berita Oleh Wartawan mengenai Kasus Suap Ketua SKK Migas Rudi

Rubiandini menurut metode Pan dan Kosicki

(60)

3.1. Definisi Operasional

3.1.1. Pemberitaan Kasus Suap Ketua SKK Migas Rudi Rubiandini

Dalam penelitian ini, peneliti menjelaskan sedikit tentang Kasus Suap Ketua SKK Migas Rudi Rubiandini, yang menimbulkan Pro dan Kontra dari berbagai pihak dan masyarakat. Pemberitaan yang beragam dari berbagai media menjadi topic hangat seperti pada bulan Agustus 2013, Jawa Pos menyajikan pemberitaan yang berisi Kasus Suap Ketua SKK Migas Rudi Rubiandini sampai KPK mengeledah kantor SKK Migas. Berbeda berita Kasus Suap Ketua SKK Migas Rudi Rubiandini di Surya terlihat berbeda dan lebih condong membahas penangkapan Ketua SKK Migas Rudi Rubiandini. Pembingkaian berita Kasus Suap Ketua SKK Migas Rudi Rubiandini akan dianalisis bedasarkan model Pan dan Kosicki. Penelitian ini akan menjabarkan bagaimana institusi media dalam membingkai atau mengkontruksi berita – berita mengenai Kasus Suap Ketua SKK Migas Rudi Rubiandini.

3.2. Metode Penelitian

(61)

tepat, atau bahkan disembunyikan dalam pemberitaan semua elemen tersebut tidak hanya bagian dari teknisi jurnalistik, tetapi menandakan bagaimana peristiwa dimaknai dan ditampilkan ( Eriyanto, 2009 : 3 ).

Pada dasarnya analisis framing terdapat instrument metodologis atau perangkat framing yang dipakai untuk mengkontruksi sebuah wacana berita dengan melakukan penonjolan – penonjolan tertentu, metode analisis framing sengat tepat digunakan untuk menangkap kecenderungan sikap dan perspektif media dalam pemberitannya.

Pada penelitian ini yang akan dijelaskan adalah bagaimana cara media membingkai atau mengkontrusi berita – berita mengenai Kasus Suap Ketua SKK Migas Rudi Rubiandini, penulisan berita ini meliputi bagaimana cara wartawan dalam menyusun fakta, mengisahkan fakta, menuliskan fakta dan menekankan fakta.

3.3. Subjek dan Objek Penelitian

(62)

3.4. Unit Analisis

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah keseluruhan tanda – tanda berupa tulisan terdiri atas kata – kata yang membentuk kalimat yang menjadi latar belakang dalam pemberitaan Kasus Suap Ketua SKK Migas Rudi Rubiandini di media cetak Jawa Pos dan Surya.

Analisis teks media dengan melihat hubungan antar kalimat, penulisan kalimat, penulisan narasumber, penulisan latar, penggunaan foto, penggunaan gaya bahasa untuk mengunkapkan pemaknaan terhadap perspektif yang digunakan oleh media cetak Jawa Pos dan Surya dalam melihat suatu peristiwa, yaitu tentang Kasus Suap Ketua SKK Migas Rudi Rubiandini.

3.5. Korpus dan Populasi

Kasus Kasus Suap Ketua SKK Migas Rudi Rubiandini telah menjadi fenomena yang membuat cara pandang dua media cetak Jawa Pos dan Surya menjadi berbeda terlihat pada bulan Agustus 2013 yang dimuat Jawa Pos dari 4 Berita tentang Kasus Suap Ketua SKK Migas Rudi Rubiandini, 2 berita diantaranya mengenai kasus suap ketua SKK Migas dan 2 mengenai keterlibatan menteri ESDM dalam kasus SKK Migas. Sedangkan dari Surya yang dimuat dari 4 berita tentang Rudi Rubiandini, 3 berita tentang Kasus Suap Ketua SKK Migas Rudi Rubiandini dan 1 berita tentang curhat dai Rudi Rubiandini.

(63)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Tabel 4 Frame berita 1 Jawa Pos
Tabel 6 Frame berita 3 Jawa Pos
Tabel 7 Frame berita 4 Jawa Pos
+3

Referensi

Dokumen terkait

akan dilihat dari komponen being, terutama yang berhubungan dengan kondisi pasien saat menderita penyakit kanker Ieber rahim yaitu mulai munculnya

Berdasarkan analisis tingkat kepentingan dan kinerja atau Importance and Performance Analysis (IPA) digunakan untuk mengetahui strategi membangun persepsi konsumen

Balai Besar Veteriner Denpasar (BBV Denpasar) telah melakukan pengembangan metoda indirect FAT Rabies dengan menggunakan antibodi monoklonal yang berasal dari

Pada Tugas Akhir ini dibuat suatu program untuk mengklasifikasi jenis tumor pada kelenjar tiroid secara otomatis dengan menggunakan software Matlab R2009a

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. © Yusi

Hasil penelitian ini memberikan informasi dan juga sebagai bahan pertimbangan kepada perusahaan dalam menentukan prioritas pelayanan pemeliharaan dan perbaikan CME

Oleh sebab itu pada transmisi jarak yang jauh, data yang akan dikirim diubah dari bentuk paralel menjadi serial sehingga data tersebut dapat dikirimkan dengan hanya melalui