• Tidak ada hasil yang ditemukan

ZProposal PTK PLPG KLS 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ZProposal PTK PLPG KLS 2"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

(PTK)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 1 BANGSRI TAHUN 2013

Disusun oleh : ETYK YUNARNI

KECAMATAN GEYER

KABUPATEN GROBOGAN

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berfikir, sehingga matematika sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya pelajaran matematika harus sudah diberikan sejak dini kepada anak yaitu sejak anak duduk di bangku Sekolah Dasar bahkan Taman Kanak-kanak. Namun jika dilihat perkembangan dunia pendidikan Sekolah Dasar pada saat ini belumlah menggembirakan, terlebih pelajaran matematika yang masih menjadi momok bagi siswa.

Dalam pandangan siswa SD secara umum, mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang susah untuk dimengerti. Indikasi yang paling mudah ditemukan adalah hasil belajar siswa yang cenderung kurang memuaskan. Terutama pada perolehan nilai yang rata-rata dibawah mata pelajaran lain. Hal tersebut dirasakan oleh guru, orang tua dan oleh siswa itu sendiri.

Berdasarkan pengalaman peneliti sebagai guru kelas II SD Negeri 1 Bangsri, proses kegiatan belajar mengajar terutama matematika belum menggunakan pendekatan pembelajaran yang menarik. Minat siswa untuk belajar matematika sangat kurang yang dapat ditunjukkan dari persentase siswa yang mempunyai nilai diatas KKM hanya 45,5% dari 33 siswa dengan nilai rata-rata kelas hanya 56. Siswa terpancang oleh penjelasan dan sejumlah tugas yang diberikan guru. Akibatnya kemampuan pemahaman konsep pada mata pelajaran matematika rendah. Pendekatan dan media dalam pembelajaran sangat penting disebabkan karena cara berfikir siswa SD yang masih konkret. Dengan pendekatan dan media pembelajaran yang menarik, siswa dapat langsung berhadapan dengan masalah yang nyata, lalu dengan menggunakan kemampuan dan ketrampilannya, siswa mengolah informasi dan menemukan pemecahannya.

(3)

pemecahannya. Dengan masalah ini dikhawatirkan akan mengakibatkan siswa tersebut kurang memahami permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan matematika.

Guru yang bertugas merangsang dan membina perkembangan intelektual dan membina pertumbuhan sikap-sikap dan nilai-nilai dalam diri anak mempunyai wewenang untuk menentukan cara atau metode yang dianggap tepat dan efektif untuk dapat menjadi solusi bagi permasalahan di atas. Guru dapat menerapkan metode pembelajaran kooperatif dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Ada sangat banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai penggunaan metode pembelajaran cooperative learning. Pada umumnya, hasil-hasil penelitian tersebut mendukung penggunaan metode pembelajaran cooperative learning yang merupakan salah satu bagian dari Kurikulum KTSP (Johnson & Johnson:1989 dalam Anita Lie:2006). Salah satu tipe yang dapat digunakan dalam pembelajaran kooperatif yaitu tipe STAD (Student Teams Achievment Division).

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas II SD Negeri 1 Bangsri semester 1 tahun pelajaran 2013/2014”?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas II Sd Negeri 1 Bangsri semester 1 tahun pelajaran 2013/2014.

4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain: 1) Manfaat Teoritis

(4)

b. Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya. 2) Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Siswa merasa tertarik dan mudah memahami materi pelajaran matematika dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

b. Bagi Guru

Menemukan dan menjadi pengalaman dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas II.

c. Bagi Sekolah

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Kajian Teori

A. Hakikat model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD a. Model Pembelajaran Kooperatif

Falsafah yang mendasari model pembelajaran gotong-royong atau cooperative learning adalah falsafah homo homini socius. Berlawanan dengan teori Darwin, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kerjasama merupakan faktor yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerjasama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi atau sekolah.

Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran menerapkan pembelajaran kooperatif secara ekstensif atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep-konsep ini dengan temannya (Slavin,1995). Didalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil, saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja sama dengan teman yang berbeda latar belakangnya.

Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama di dalam kelompoknya. Menurut Linda L (dalam Pradnyo Wijayanti: 2002) keterampilan kooperatif dibedakan 3 tingkatan, yaitu:

1) Keterampilan kooperatif tingkat awal. 2) Keterampilan kooperatif tingkat menengah. 3) Keterampilan kooperatif tingkat mahir.

(6)

mencapai hasil maksimal, lima unsur pembelajaran kooperatif harus metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan sebuah pendekatan yang baik untuk guru yang baru memulai menerapkan pembelajaran kooperatif dalam kelas.

Menurut Slavin (dalam Richard Arends: 1997) menyatakan pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu pengajaran, belajar kelompok, kuis, skor perkembangan, dan penghargaan kelompok. 1) Pengajaran

Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan pengajaran yang mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing di keseluruhan pelajaran. 2) Belajar Kelompok

Menurut Robert Slavin (1994), kelompok terdiri dari 4 - 5 siswa yang bervariasi dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, dan etnis. Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok. Pada saat pertama kali menggunakan pembelajaran kooperatif, guru perlu mengamati kegiatan pembelajaran secara seksama. Guru juga perlu memberi bantuan dengan cara memperjelas perintah, mereview konsep, atau menjawab pertanyaan.

(7)

Setelah 1 sampai 2 periode pengajaran dan 1 sampai 2 periode latihan tim, siswa mengikuti kuis secara individu. Kuis dikerjakan oleh siswa secara mandiri. Hal ini menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok.

4) Skor Perkembangan

Setelah diberikan kuis, hasil kuis itu di skor dan tiap individu diberi skor perkembangan. Ide yang melatarbelakangi skor perkembangan ini adalah memberikan prestasi yang harus dicapai siswa jika ia bekerja keras dan mencapai hasil belajar yang lebih baik dari yang sebelumnya. Siapapun dapat memberi kontribusi skor maksimum dalam sistem skor ini, tetapi tidak siapapun bisa kecuali mereka yang bekerja dengan baik. Masing-masing siswa diberi skor dasar yang berasal dari rata-rata skor yang lalu pada kuis yang serupa. Siswa lalu mendapat poin untuk timnya berdasar pada kenaikan skor kuis mereka dari skor dasarnya.

5) Penghargaan Kelompok

Tim mungkin mendapat sertifikat atau penghargaan lain jika rata-rata skor melebihi kriteria tertentu.

6) Penilaian dan Evaluasi

Untuk STAD versi Slavin, guru merminta siswa menjawab kuis tentang bahan pembelajaran. Dalam banyak hal, butir-butir tes pada kuis ini harus merupakan suatu jenis tes obyektif paper-and-pencil , sehingga butir-butir itu dapat diskor di kelas atau segera setelah tes itu diberikan.

c. Penerapan model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Menurut Robert Slavin (1994:12), Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut.:

(8)

b. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu sehingga akan diperoleh nilai awal kemampuan siswa.

c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4–5 anggota, dimana anggota kelompok mempunyai kemampuan akademik yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari budaya atau suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.

d. Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang telah diberikan, mendiskusikannya secara bersama-sama, saling membantu antar anggota lain, serta membahas jawaban tugas yang diberikan guru. Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa setiap kelompok dapat menguasai konsep dan materi. Bahan tugas untuk kelompok dipersiapkan oleh guru agar kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai.

e. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu.

f. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

g. Guru memberi penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari nilai awal ke nilai kuis berikutnya

B. Hakikat Hasil Belajar Matematika a. Hasil Belajar

Poerwodarminto (1991:768) menarik kesimpulan hasil belajar adalah prestasi yang dicapai (dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran. Jadi hasil belajar adalah prestasi yang telah dicapai oleh karena itu semua individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu belajar menginginkan hasil yang sebaik mungkin.

(9)

guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.

b. Belajar Matematika

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dan lingkungannya (Arsyad, 2002:1).

Menurut Herman Hudoyo, belajar adalah suatu proses untuk mendapatkan pengetahuan/pengalaman sehingga mampu mengubah tingkah laku manusia dan tingkah laku tersebut sukar berubah dengan modifikasi yang sama. Sumber lain mengatakan, belajar adalah usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu tersebut dalam interaksi dengan lingkungannya (Suhito, 1986:5).

Belajar matematika pada hakikatnya adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh konsep-konsep dan struktur-struktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang diajarkan dari individu lain atau dari lingkungan. c. Hasil Belajar Matematika

Bintoro. T. (2010 : 15) menyimpulkan hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

Hasil belajar matematika merupakan suatu perubahan yang dicapai oleh proses usaha yang dilakukan seseorang dalam interaksinya antara pengalaman dengan lingkungannya berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar Ilmu matematika yang telah ditetapkan.

2. Kerangka Berpikir

(10)

belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu adanya peserta dalam kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan adanya tujuan yang harus dicapai.

Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari suku atau agama yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-masing individu.

Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta mengembangkan keterampilan sosial. Secara garis besar pembelajaran kooperatif sangat mempengaruhi terhadap peningkatan hasil belajar siswa terutama pada pelajaran matematika siswa kelas II SD Negeri 1 Bangsri, dari pemikiran diatas dapat digambarkan kerangka berpikir sebagai berikut:

(11)

3. Hipotesis Tindakan

(12)

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Setting Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di kelas II SD Negeri 1 Bangsri yang beralamat di Desa Bangsri Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan.

Penelitian ini akan dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Jangka waktu penelitian ini 4 bulan yaitu bulan September sampai dengan bulan Desember 2013. Rincian penelitian antara lain : persiapan, koordinasi, pelaksanaan, penyusunan laporan, seminar, penyempurnaan laporan.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II SD Negeri 1 Bangsri yang berjumlah 26 siswa dengan 15 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.

3. Data dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran matematika meliputi kegiatan guru dalam pelaksanaan pembejaran dan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Hasil pengamatan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran kooperatif Tipe STAD.

b. Hasil pengamatan kinerja guru dalam pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.

c. Hasil tes tertulis siswa kelas II pada akhir setiap siklus.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

(13)

Dalam menggunakan teknik observasi cara yang paling efektif adalah melengkapi dengan dengan format atau blangko pengamat sebagai instrument. Ada dua jenis lembar obesrvasi dalam penelitian ini, antara lain :

a) Lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan guru pada mata pelajaran matematika. b) Lembar obeservasi kinerja guru dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD

pada siswa kelas II. b. Tes Tertulis

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa soal tentang pelajaran matematika. Bertujuan untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa kelas II SD Negeri 1 Bangsri setelah diadakan tindakan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD

5. Validitas Data

Soal tes yang telah dibuat diujicobakan sebelum dipergunakan sebagai pengumpul data. Uji coba ini untuk melihat validitas dan reliabilitas instrumen. Sebutir item dapat dikatakan telah memiliki validitas yang tinggi atau dapat dikatakan valid, jika skor-skor pada butir item yang bersangkutan memiliki kesesuaian atau kesejajaran arah dengan skor totalnya, atau dengan bahasa statistik: Ada korelasi positif yang signifikan antara skor item dengan skor totalnya.

(14)

6. Teknik Analisis Data

Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan deskriptif komparatif untuk data kuantitatif. Data yang diperoleh akan analisis dalam bentuk-bentuk kata atau penjelasan yaitu data deskriptif kualitatif dan dalam bentuk angka yaitu data kuantitatif. Data deskriptif kualitatif diperoleh dari hasil observasi terhadap pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan oleh guru terhadap siswa (kegiatan guru dan siswa), sedangkan untuk keperluan data kuantitatif diperoleh dari hasil tes siswa, dihitung; persentase dan jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas belajar.

7. Indikator Kinerja

Indikator keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pemahaman materi pembelajaran matematika sehingga ketuntasan belajar dan hasil belajar siswa kelas II SD Negeri 1 Bangsri dapat meningkat.

Sebagai tolok ukur keberhasilan pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat dilihat dari: Meningkatnya hasil belajar siswa pada pelajaran matematika dengan ketuntasan klasikal 80% dari jumlah siswa dengan nilai rata-rata kelas 70.

8. Prosedur Penelitian

Sebelum mengadakan penelitian, maka diadakan identifikasi masalah yang berhubungan dengan materi pembagian bilangan. Setelah itu, peneliti menyusun perangkat pembelajaran kooperatif tipe STAD disesuaikan dengan KTSP dengan memanfaatkan media gambar. Penelitian ini dirancang dalam dua siklus. Setiap siklus ada empat tahapan yaitu Perencanaan (Planning), Pelaksanaan (Acting), Observasi (Observing), dan Refleksi (Reflecting) terhadap pelaksanaan.

Siklus 1

(15)

a. Menyusun rencana pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan materi perkalian.

b. Menyiapkan lembar observasi kinerja guru dan aktivitas belajar siswa untuk mengamati kegiatan situasi dan kondisi selama proses belajar mengajar berlangsung dan menyiapkan soal evaluasi.

2) Pelaksanaan

Pelaksanaan siklus 1 dilakukan selama dua kali pertemuan antara lain : a. Kegiatan Pendahuluan

(2)Guru memandu siswa untuk membuat kelompok dan mengatur tempat duduk.

(3)Guru memberikan tugas kelompok berupa soal-soal.

(4)Guru meminta siswa dalam kelompok berdiskusi untuk menyelesaikan tugas kelompok.

(5)Guru berkeliling membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas kelompok.

(1)Guru memberikan penguatan terhadap materi yang dibahas. (2)Guru memberikan evaluasi sebagai kuis.

(3)Menutup pelajaran dengan memotivasi siswa agar lebih giat belajar sebagai tindak lanjut

3) Observasi

(16)

pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan peneliti dan aktivitas belajar siswa pada setiap pertemuan.

4) Refleksi

Refleksi merupakan analisis hasil observasi dan hasil tes akhir siklus 1. Refleksi pada siklus 1 dilaksanakan segera setelah tahap implementasi/ tindakan dan observasi selesai. Semua data yang diperoleh akan dipaparkan baik data hasil evaluasi siswa maupun hasil observasi pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa. Hasil refleksi juga digunakan sebagai dasar untuk perbaikan dan merencanakan tindakan pada siklus 2.

Siklus 2

1) Perencanaan

a. Menyusun rencana pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan materi pembagian bilangan sesuai dengan hasil refleksi siklus 1.

b. Menyiapkan lembar observasi kinerja guru dan aktivitas belajar siswa untuk mengamati kegiatan situasi dan kondisi selama proses belajar mengajar berlangsung dan menyiapkan soal evaluasi.

2) Pelaksanaan

Pelaksanaan siklus 2 dilakukan selama dua kali pertemuan antara lain : a. Kegiatan Pendahuluan

(1)Melakukan Apersepsi

(2)Menyampaikan tujuan pembelajaran cakupan materi dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.

b. Kegiatan Inti

(1)Guru menjelaskan materi.

(2)Guru memandu siswa untuk membuat kelompok dan mengatur tempat duduk.

(3)Guru memberikan tugas kelompok berupa soal-soal.

(4)Guru meminta siswa dalam kelompok berdiskusi untuk menyelesaikan tugas kelompok.

(17)

(6)Ketua kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusi kerja kelompok.

(7)Tanggapan, pertanyaan dan masukan dari kelompok lain terhadap hasil diskusi kelompok yang presentasi.

c. Kegiatan Penutup

(1)Guru memberikan penguatan terhadap materi yang dibahas. (2)Guru memberikan evaluasi sebagai kuis.

(3)Menutup pelajaran dengan memotivasi siswa agar lebih giat belajar sebagai tindak lanjut

3) Observasi

Observasi pada setiap siklus 2 diamati satu orang observer. Observasi pada penelitian ini dilakukan terhadap kegiatan mengajar guru dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan peneliti dan aktivitas belajar siswa pada setiap pertemuan.

4) Refleksi

(18)

JADWAL PENELITIAN

N

o Kegiatan

Bulan

Juli Agustus Sept Oktb Nove Des

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

- Persiapan bahan dan alat V

- Identifikasi informasi

- Survay awal ke lokasi V

(19)

Arikunto Suharsimi. 1997. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Bintoro. T. 2010. Layanan Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Operasi Hitung Pecahan Siswa Kelas V SD Negeri 1

Krangganharjo Semester 2 Tahun Pelajaran 2009/2010. Salatiga: UKSW.

FKIP

http : // www.tutor.com.my/lada/tourism/edu-kontekstual.htm.

Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo

(20)

Arends, Richard. 1997. Classroom Instruction and Management. Washington: McGrow-Hill

Arikunto Suharsimi. 1997. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Arikunto.S. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Asikin, Mohammad. Model – Model Pembelajaran Matematika

Bintoro. T. 2010. Layanan Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Operasi Hitung Pecahan Siswa Kelas V SD Negeri 1 Krangganharjo Semester 2 Tahun Pelajaran 2009/2010. Salatiga: UKSW. FKIP

Hudoyo Herman. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang : Universitas Negeri Malang

Kasma, Rusminah. 1998. Kemampuan Siswa SLTP Medan dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika. http: // www.suara merdeka.com/harian/16 Februari/2004/kota.htm.

http : // www.tutor.com.my/lada/tourism/edu-kontekstual.htm.

Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo

Manoy Trieneke Janet. 2002. JURNAL Matematika atau Pembelajarannya : Portofolio dalam Pembelajaran Matematika . Prosding Konferensi Nasional Matematika XI, Universitas Negeri Malang, 464 – 466

Nursa, Suwendy. 2001. Gemar Matematika lewat Sakamoto. http : // www.suara merdeka.com/harian/14 Agustus/2001/kota.htm

Parmin Joula Ekaningsih. 1998. Agar Anak Pintar Matematika. Jakarta : Puspa Swara

Riyanto, Yatim. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan Suatu Tinjauan Dasar. Surabaya : SIC 34

Syah Muhibin. 2001. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Logos Wacana Ilmu

Gambar

Gambar. Bagan Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS IV. SD NEGERI 130/V BRAM ITAM KIRI TANJUNG

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap solidaritas kerja Siswa Pada Mata.

Tindakan kelas yang direncanakan dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif STAD dengan 4 tahap utama yaitu: penyajian materi oleh guru, siswa

Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar materi besaran dan satuan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas VII A SMP Daar el-Salam..

Kegiatan selanjutnya merupakan kegiatan inti yang menggunakan prinsip-prinsip model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang terdiri dari menyajikan materi, kerja kelompok,

1) Siswa kurang memahami makna pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pada saat awal pertemuan siswa sudah dijelaskan bagaimana konsep pembelajaran kooperatif tipe

Tindakan kelas yang direncanakan dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif STAD dengan 4 tahap utama yaitu: penyajian materi oleh guru, siswa

1) Siswa kurang memahami makna pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pada saat awal pertemuan siswa sudah dijelaskan bagaimana konsep pembelajaran kooperatif tipe STAD