• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PENGARUH ATRIBUT PRODUK DAN HARGA TERHADAP MINAT BELI TEH BOTOL SOSRO (Studi Kasus di UPN Veteran Surabaya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN PENGARUH ATRIBUT PRODUK DAN HARGA TERHADAP MINAT BELI TEH BOTOL SOSRO (Studi Kasus di UPN Veteran Surabaya)."

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Ter dahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat di pakai sebagai bahan masukan atau acuan dalam penyusunan ini adalah penelitian yang dilakukan oleh :

a. Marhayanie dan Eka Laniasti Sihite (2008), Jurnal Ekonomi yang berjudul “ Pengaruh Atribut Produk Terhadap sikap Konsumen Pada Green Product Cosmetics ” Dalam Penelitian ini rumusan masalah yang digunakan adalah : Apakah Atribut Produk berpengaruh terhadap sikap konsumen pada Green Product Cosmetics ? Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi berganda, menunjukkan bahwa atribut produk yang terdiri dari variabel merek, desain, kualitas, label dan kemasan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap sikap konsumen. Jika dilihat dari kontribusi parsial, bahwa variabel kualitas dan variabel kemasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap sikap konsumen pada Green Product Cosmetics, yaitu pada produk kosmetik Martha Tilaar, sedangkan variabel merek dan label berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap sikap konsumen, dan variabel desain berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap sikap konsumen.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(2)

b. J aka Sular ko (2002), Dalam kajiannya yang berjudul ” Pengaruh Atribut Toko Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Swalayan Sami Makmur Palur Karanganyar ” Dalam penelitian ini rumusan masalah yang digunakan adalah : 1. Bagaimana pengaruh kelengkapan barang, pelayanan, harga, lokasi toko, dan kualitas barang terhadap minat beli konsumen pada Swalayan Sami Makmur Palur Karanganyar ?

2. Variabel atribut toko mana yang paling dominan dalam mempengaruhi minat beli konsumen pada Swalayan Sami Makmur Palur Karanganyar? Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi berganda menunjukkan bahwa :

1) Adanya pengaruh positif dan signifikan dari kelengkapan barang, harga, lokasi toko, dan kualitas barang terhadap minat beli konsumen. Sedangkan variabel pelayanan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap minat beli konsumen

2) Variabel atribut toko yang paling dominan dalam mempengaruhi minat beli konsumen adalah lokasi toko. Sementara itu kualitas barang, kelengkapan barang, dan harga terbukti mempunyai pengaruh positif terhadap minat beli konsumen dan mempunyai hubungan yang signifikan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(3)

c. Tri Wahyuni Ariyastuti (2002), Dalam penelitiannya yang berjudul ” Analisis Pengaruh Atribut Produk Terhadap Presepsi Konsumen Pada Minat Beli Shampo Kao Feather ” Dalam penelitian ini analisis atribut merupakan variabel penelitian yaitu keunikan, merek, kualitas. Permasalahan dalam penelitian ini adalah sejauh mana atribut produk seperti keunikan, merek dan kualitas dapat mempengaruhi presepsi konsumen terhadap minat beli. Berdasarkan dari hasil penelitian terbukti bahwa semua variabel penelitian mempunyai pengaruh positif. Variabel penelitian keunikan, merek, kualitas mempunyai pengaruh terhadap presepsi konsumen, presepsi konsumen mempunyai pengaruh terhadap minat beli

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Pemasaran

Menurut Kotler (1997:6) pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan setrta inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain.

Menurut Lamb J r, et all diterjemahkan oleh Octaveria (2001:6) pemasaran adalah suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi dan distribusi sejumlah ide barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(4)

Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa konsep pemasaran bukan hanya sekedar menual dan mempromosikan barang dan jasa, tetapi merupakan proses yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan individu maupun kelompok melalui pertukaran serta merupakan kegiatan perusahaan dalam melalui alat pemasaran yaitu merancang konsep, menentukan harga, dan mendistribusikan barang.

2.8.1. Konsep Pemasaran

Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat tentunya membawa dampak pada situasi persaingan yang semakin ketat. Untuk mengatasi persaingan tersebut salah satunya dengan menggunakan konsep pemasaran, karena konsep pemasaran bertujuan untuk memberikan kepuasaan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen.

Menurut Kotler (1986:22) menyatakan bahwa konsep pemasaran merupakan kunci untuk mencapai tujuan organisasional yang terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran ( target markets ) dan pemberian kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan lebih efisien dari yang dilakukan para pesaing.

Dengan melihat definisi diatas dapat disimpulkan bahwa konsep pemasaran tersebut ada tiga unsur pokok, yaitu :

1. Orientasi Konsumen

Perusahaan yang benar-benar memperhatikan konsumen maka harus :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(5)

a. Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi

b. Menentukan kelompok pembeli yang akan dijadikan sasaran penjualan c. Menentukan produk dan program pemasarannya

d. Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai, dan menafsirkan keinginan, sikap serta tingkah laku mereka.

2. Penyusunan kegiatan secara intergral

Untuk memberikan kepuasan yang optimal, semua elemen-elemen harus dikoordinasikan dan di intregasikan, selain itu juga berusaha untuk menghindari adanya pertentangan di dalam maupun di luar perusahaan dengan pasar. Semua bagian yang ada dalam perusahaan harus menyadari bahwa setiap perilaku dan pola pikir mereka sangat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menciptakan dan mempertahankan pelanggan, jadi dapat dikatakan bahwa setiap orang dan setiap bagian dalam perusahaan harus mampu berkoordinasi untuk memberikan kepuasan kepada konsumen sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

3. Kepuasan Konsumen

Faktor yang menentukan apakah dalam jangka panjang perusahaan akan mendapatkan laba adalah tingkat kepuasan konsumen yang dapat terpenuhi. Laba merupakan pencerminan dari usaha perusahaan yang berhasil memberikan kesan kepada konsumen, dimana perusahaan dapat menyediakan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(6)

atau menjual barang atau jasa yang paling baik, yang sesuai dengan keinginan konsumen dan dengan harga yang layak.

Berdasarkan pengertian diatas, konsep pemasaran merupakan orientasi perusahaan yang menekankan bahwa tugas pokok perusahaan adalah menentukan kebutuhan dan keinginan pasar, selanjutnya memenuhi kebutuhan tersebut, sehingga tercapai tingkat kepuasan yang melebihi dari yang diberikan oleh para pesaing. 2.9. Perilaku Konsumen

Produsen menyadari bahwa perilaku konsumen memiliki kepentingan tersendiri bagi mereka, karena jika perusahaan dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen maka mereka akan loyal terhadap produk yang perusahaan tawarkan.

Pemahaman atas perilaku konsumen menjadi sangat penting bagi keberhasilan strategi pemasaran suatu perusahaan. Oleh karena itu perusahaan bukan hanya harus dapat memenuhi dan memuaskan kebutujan ekonomi saja, melainkan juga kebutuhan sosial dan motivasi lain yang diharapkan oleh konsumen.

2.3.1. Pengertian perilaku konsumen

Terdapat definisi yang dikemukakan untuk memberikan penjelasan mengenai perilaku konsumen. Menurut Nugroho J . Setiadi (2003:3) mengemukakan bahwa perilaku kosumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan mengahabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan tersebut.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(7)

Menurut Kotler (2005:201) menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah mempelajari cara individu, kelompok dan perusahaan memilih, membeli, memakai serta memanfaatkan barang atau jasa dalam rangka memuaskan hasrat mereka

Dari definis diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen merupakan suatu proses pengambilan keputusan seseorang untuk melakukan pembelian dan menggunakan barang atau jasa dengan melakukan tindakan yang langsung terlibat untuk memperoleh barang atau jasa yang diharapakan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka.

2.9.1. J enis-J enis Pembelian

Menurut Kotler (2005:201) membagi empat jenis perilaku pembelian konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan anatar merek, yaitu :

1. Perilaku Pembelian yang Kompleks

Dalam perliaku pembelian yang kompleks terdapat tiga tahap, yaitu : a. Pembeli mengembangkan keyakinannya mengenai produk tertentu b. Mengembangkan dan membangun sikap terhadap produk tersebut c. Membuat pilihan yang penuh pemikiran

Konsumen termasuk dalam perilaku pembelian yang kompleks ketika mereka sangat dilibatkan dalam pembelian dan sadar akan perbedaan signifikan di antara merek

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(8)

2. Perilaku Pembelian Yang Mengurangi Ketidakefisienan

Kadang-kadang konsumen sangat terlibat dalam pembelian tetapi melihat sedikit perbedaan di antara merek. Keterlibatan tinggi didasari oleh fakta bahwa pembelian mahal, jarang dan beresiko.

3. Perilaku Pembelian Karena Kebiasaan

Banyak produk yang dibeli dibawah kondisi keterlibatan konsumen rendah dan tidak ada perbedaan nyata diantara berbagai merek.

4. Perilaku Pembelian Mencari Keragaman

Beberapa situasi pembelian dikarakteristikkan oleh keterlibatan rendah, tetapi perbedaan merek yang sugnifikan. Konsumen banyak melakukan pertukaran merek , hal ini terjadi karena alasan variasi bukan karena ketidakpuasan

2.4. Produk

2.4.1. Pengertian Produk

Menur ut Tjiptono (1997:95) Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsipasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan.

Menurut Kotler (1997:274) Produk merupakan segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian , dibeli, dipergunakan atau dikonsumsi dan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(9)

Kotler dalam hal ini memberikan batasan produk adalah suatu yang dianggap memuaskan kebutuhan dan keinginan. produk dapat berupa suatu benda ( object ), rasa ( service ), kegiatan ( acting ), orang ( person ), tempat ( place ), organisasi dan gagasan dimana suatu prodak akan mempunyai nilai lebih dimata konsumen, jika memiliki keunggulan dibanding dengan produk lain yang sejenis.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pelanggan yang diciptakan oleh perusahaan untuk digunakan dan dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen baik bersifat berwujud maupun yang bersifat tidak berwujud

Menurut Sofyan Assauri, semua pembahasan, pengertian dan lingkup yang terkandung dari suatu produk di mulai dengan konsep produk tersebut. Dalam konsep produk perlu dipahami tentang wujud dari itu sendiri.

Wujud produk adalah ciri – ciri atau sifat- sifat produk yang dilihat oleh konsumen dan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Penekanan wujud fisik produk adalah termasuk fungsi dari produk tersebut disamping desain, warna, ukuran dan pengepakannya. Dari wujud produk fisik inilah konsumen atau pembeli dapat membedakan antara satu produk dengan produk yang lainnya 2.4.2. Klasifikasi Produk

Menur ut Kotler (2005:72) Dalam mengembangkan stategi pemasaran untuk produk dan jasa, pemasar mengembangkan beberapa klasifikasi produk berdasarkan ciri-cirinya, yaitu daya tahan, wjud dan penggunaan (konsumen atau industri)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(10)

Berdasarkan daya tahan dan wujud, kotler (2005:73) mengklasifikasikan produk kedalam dua kelompok utama, yaitu :

1. Barang yang tidak tahan lama

Adalah barang yang berwujud yang biasanya hanya di konsumsi sekali atau beberapa kali penggunaannya saja, seperti makanan dan minuman 2. Barang tahan lama

Adalah barang berwujud yang biasanya dipakai berkali-kali, seperti pakaian

Selain berdasarkan daya tahannya, kotler (2005:73) juga mengklasifikasikan barang berdasarkan siapa konsumennya dan untuk apa produk dikonsumsi. Berdasarkan kriterias ini, produk dapat dibedakan menjadi :

1. Barang Konsumsi

Merupakan produk yang dibeli bertujuan untuk dikonsumsi pribadi atau digunakan untuk pengguna akhir, seperti makanan, minuman 2. Barang Industri

Adalah barang yang dibeli oleh individu atau perusahaan untuk keperluan bisnis atau diproses lebih lanjut. Berdasarkan bagaimana mereka memasuki proses produksi dan harganya, barang industri dibagi kedalam beberapa kelompok, yaitu :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(11)

a. Bahan Baku dan Suku Cadang

Merupakan barang industri yang sepenuhnya masuk kedalam produk yang dibuat pabrik, termasuk bahan baku serta material dan suku cadang yang ikut dalam proses manufaktur

b. Barang Modal

Merupakan barang industri yang membentu produksi atau operasi pembeli dan memudahkan pengembangan atau pengelolaan produk akhir. Barang modal meliputi dua kelompok, yaitu instalsi dan peralatan.

c. Pasokan dan Layanan Bisnis

Merupakan barang dan jasa yang tidak tahan lama yang membantu pengembangan atau pengelolaan produk akhir

2.5. Atr ibut Produk

2.5.1. Pengertian Atribut Produk

Menur ut Tjiptono (1997:103) atribut produk merupakan unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Atribut produk meliputi merek, kemasan, jaminan (garansi), pelayanan dan sebagainya

Menur ut Kotler ( 1992:72 ) menyatakan bahwa atribut produk adalah suatu komponen yang merupakan sifat – sifat produk yang menjamin agar produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang diterapkan oleh pembeli.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(12)

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa atribut produk merupakan unsur-unsur produk yang mencerminkan pengembangan suatu produk untuk dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu atribut produk merupakan titik tolak penilaian konsumen tentang terpenuhi atau tidaknya kebutuhan dan keinginan konsumen yang diharapkan dari suatu produk sebenarnya, maka dapat di identifikasikan atribut yang menyertai produk.

Dengan adanya atribut yang melekat pada suatu produk yang digunakan konsumen untuk menilai dan mengukur kesesuaian karakteristik produk dengan kebutuhan dan keinginan. Bagi perusahaan dengan mengetahui atribut – atribut apa saja yang bisa mempengaruhi keputusan pembelian maka dapat ditentukan strategi untuk mengembangkan dan menyempurnakan produk agar lebih memuaskan konsumen.

Berikut ini adalah atribut yang harus ada dalam suatu produk, yaitu : 1. Merek (Brand)

Menur ut Tjiptono (2001:104) merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol atau lambang, warna, desain, gerak, atau kombinasi atribut produk lainnya yang diharapkan dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk pesaing.

Sedangkan Menurut Widyaningtyas Sistaningrum (2002:8) merek adalah nama, istilah, tanda, lambang atau gabungan semua unsur-unsur tersebut yang diharapkan mengidentifikasikan barang atau jasa dari

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(13)

seorang penjual atau sekelompok penjual dan diharapkan akan membedakan barang atau jasa dari produk-produk lain

Merek digunakan oleh perusahaan untuk beberapa tujuan, yaitu sebagai identitas yang bermanfaat dan membedakan produk perusahaan dengan produk pesaing, alat promosi, membina citra dan untuk mengendalikan pasar.

2. Kemasan (Package)

Kemasan adalah pembungkus luar produk yang berfungsi untuk melindungi produk, memudahkan konsumen dalam memakainya, menaikan citra produk atau bahkan sekaligus dapat dijadikan alat promosi ketika produk yang dilemparkan ke pasaran.

Menur ut Tjiptono (2001:106), tujuan menggunakan kemasan antara lain meliputi :

a. Sebagai pelindung isi (protection), misalnya dari kerusakan, kehilangan, berkurangnya kadar/isi dan sebagainya.

b. Memberikan kemudahan dalam penggunaan (operating), misalnya supaya tidak tumpah, ringan dan mudah dibawa

c. Bermanfaat dalam pemakain ulang (reusable), misalnya untuk di isi kembali (refill) atau untuk wadah lain

d. Memberikan daya tarik (promotion) yaitu aspek artistik, warna, bentuk maupun desain.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(14)

e. Sebagai identits produk (image produk), misalnya berkesan kokoh atau awet

f. Distribusi (Shipping), misalnya mudah disusun, dihitung dan ditangani g. Informasi (Labelling) yaitu menyangkut isi, pemakaian dan kualitas h. Sebagai cermin inovasi produk, berkaitan dengan kemajuan teknologi

dan daur ulang

Dengan menciptakan bentuk kemasan yang menarik disertai dengan slogan – slogan yang memiliki ciri khas masing – masing produk yang berguna untuk meyakinkan konsumen tentang keunggulan produk tersebut.

3. Kualitas (Quality)

Kualitas merupakan salah satu atribut produk yang paling penting di mata konsumen. Konsumen akan berusaha mencari produk yang paling berkualitas tinggi, karena menyangkut kepuasan konsumen. Oleh karena itu suatu perusahaan harus memperhatikan kualitas produk yang akan diluncurkan kepasaran.

Definis dari American Society for Quality Contr ol seperti yang dikutip Kotler dalam bukunya Manajmen Pemasaran (1997:49) mengemukakan bahwa kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat dari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau yang tersirat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(15)

4. Label Produk (Labelling)

Label merupakan bagian dari suatu produk yang menyampaikan informasi mengenai produk dan penjual. Menur ut Tjiptono (2007:107) secara garis besar terdapat tiga label, yaitu :

a. Brand Label

Yaitu merek yang diberikan pada produk atau dicantumkan pada kemasan

b. Descriptive Label

Yaitu label yang memberikan informasi obyektif mengenai penggunaan, konstruksi penggunaan, konstruksi/pembuatan, perawatan/perhatian serta karakteristik-karakteristik lainnya yang berhubungan dengan produk

c. Grade Label

Yaitu menidentifikasikan penilaian kualitas produk dengan suatu huruf, angka, atau kata

5. Desain Produk (Product Design)

Desain produk adalah salah satu aspek pembentuk citra produk. Dengan sebuah desain yang unik, lain dari yang lain, bisa merupakan satu–satunya ciri pembeda produk.

Menur ut Kotler (2005:347) Desain produk adalah salah satu aspek pembentuk citra produk. Dengan sebuah desain yang unik, lain dari yang lain, bisa merupakan satu – satunya ciri pembeda produk.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(16)

2.6. Harga

Harga yang merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang seringkali dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi konsumen dalam melakukan pembelian tidak bisa dikesampingkan oleh perusahaan.

Menur ut Basu Swasta (2001), harga merupakan sejumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya.

Harga seringkali digunakan sebagai indikator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau jasa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat harga tertentu, bila manfaat yang dirasakan konsumen meningkat, maka nilainya akan meningkat pula (Fandy Tjiptono, 2001).

Harga merupakan salah satu atribut penting yang dievaluasi oleh konsumen sehingga manajer perusahaan perlu benar-benar memahami peran tersebut dalam mempengaruhi sikap konsumen. Harga sebagai atribut dapat diartikan bahwa harga merupakan konsep keanekaragaman yang memiliki arti berbeda bagi tiap konsumen, tergantung karakteristik konsumen, situasi dan produk (J ohn C. Mowen dan Michael Minor , 2002). Dengan kata lain, pada tingkat harga tertentu yang telah dikeluarkan, konsumen dapat merasakan manfaat dari produk yang telah dibelinya. Dan konsumen akan merasa puas apabila manfaat yang mereka dapatkan sebanding atau bahkan lebih tinggi dari nominal uang yang mereka keluarkan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(17)

2.7. Minat Beli

Menur ut Ajzen (1998:103) menyatakan bahwa minat untuk membeli dari konsumen didefinisukan sebagai kecenderungan atau hasrat dari konsumen yang didasari oleh adanya obyek ataupun peristiwa sedangkan Menur ut Ismail Solihin (2004:92) menyatakan bahwa minat beli merupakan ketertarikan seorang konsumen terhadap suatu produk.

Beberapa yang perlu diperhatikan pada variabel minat beli adalah :

1. Minat dianggap sebagai perantara atau penangkap faktor-faktor motivasional yang mempunyai dampak terhadap suatu perilaku.

2. Minat menunjukkan seberapa seseorang untuk mencoba sesuatu atau kemauan seseorang untuk bertindak.

3. Minat juga menunjukkan seberapa banyak upaya yang direncanakan seseorang untuk dilakukan.

4. Minat adalah yang paling dekat hubungannya dengan perilaku selanjutnya. Minat beli produk merupakan tahapan dimana konsumen dalam hal ini memberikan penilaian terhadap variabel pelayanan yang diberikan oleh produk.

Indikator yang digunakan untuk mengukur minat beli adalah sebagai berikut : Augusty (2006 : 206)

a. Intensitas pencarian informasi, Informasi mengenai suatu produk

b. Keinginan segera membeli, keinginan untuk membeli atau memiliki produk c. Keinginan preferensial, produk tertentu inilah yang di inginkan dan bersedia

mengabaikan lainnya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(18)

2.8 Pengaruh Atr ibut Produk Terhadap Minat Beli

Setiap peusahaan berusaha untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen melalui produk yang ditawarkan, sedangkan konsumen mencari manfaat tertentu yang ada dalam suatu produk. Atribut dapat berupa merek, kemasan, jaminan, fisik, warna, label. Kebanyakan konsumen melihat atribut produk sebagai keseluruhan isi dari produk yang akan mereka beli.

Atribut adalah unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan untuk membeli suatu produk. Jadi atribut yang terdapat dalam suatu produk mengidentifikasikan siapa penjual atau pembuat barang atau jasa tersebut. Konsumen memandang atribut sebagai bagian penting dari suatu produk. Karena itu penjual berusaha keras untuk merancang, menciptakan kemudian merealisasikan sebuah atribut untuk produk.

Tahap dimana atribut mana yang akan dipilih untuk memenuhi kebutuhannya dapat dilihat dari manfaat, kemasan yang tidak mudah rusak, warna dan label. Dengan kata lain atribut produk mempunyai pengaruh yang besar bagi konsumen untuk meningkatkan mutu minat beli konsumen terhadap produk yang ditawarkan

Menur ut William J . Stanton, ( 1998:269 ) atribut – atribut yang melekat pada sebuah produk yang besar bagi konsumen untuk meningkatkan mutu minat beli, antara lain :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(19)

a. Merek ( Brand )

Merek adalah nama, istilah simbol atau desain khusus atau beberapa kombinasi unsur – unsur ini yang dirancang untuk mengidentifikasikan barang atau jasa yang ditawarkan penjual. Merek yang membedakan produk atau jasa sebuah perusahaan dari produk saingannya.

b. Kemasan

Kemasan adalah keseluruhan kegiatan merancang dan memproduksi bungkus atau kemasan suatu produk.

Ada tiga alasan mengapa kemasan diperlukan :

1. Kemasan memenuhi sasaran : keamanan ( safety ) dan kemanfaatan (utilitarian ).

2. Kemasan bisa melaksanakan program pemasaran perusahaan. Dengan melalui kemasan identifikasi produk menjadi lebih efektif dan dengan sendirinya mencegah pertukaran oleh produk pesaing.

3. Manajemen bisa mengemas produknya sedemikian rupa untuk meningkatkan memperoleh laba. Ada bentuk dan ciri kemasan yang sedemikian menariknya sehingga pelanggan bersedia membayar lebih mahal hanya untuk memperoleh kemasan istimewa ini.

c. Kualitas produk,

Kualitas produk adalah suatu kemampuan yang dimiliki produk untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan konsumen. Perhatian pada kualitas produk yang semakin meningkat, karena keluhan konsumen makin lama

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(20)

makin terpusat pada kualitas yang buruk pada produk, baik bahannya maupun pekerjaannya. Dalam pelaksanaanya faktor ini merupakan ciri pembentuk citra produk yang paling sulit dijabarkan.

d. Desain produk ( Product Design )

Desain produk adalah salah satu aspek pembentuk citra produk. Dengan sebuah desain yang unik, lain dari yang lain, bisa merupakan satu – satunya ciri pembeda produk.

Dengan didukung desain produk yang baik dapat meningkatkan pemasaran produk dalam berbagai hal, misalnya : mempermudah operasi pemasaran produk, meningkatkan nilai kualitas dan keawetan produk, dan menambah daya penampilan produk.

e. Label ( Labeling )

Label adalah bagian sebuah produk yang membawa informasi verbal tentang produk atau tentang penjualnya.

Dengan demikian berdasarkan teori tersebut diatas dapat menunjukkan bahwa atribut produk dapat mempengaruhi minat beli.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(21)

2.9 Pengaruh Harga terhadap Minat Beli

Harga dapat menunjukkan kualitas merek dari suatu produk, dimana konsumen mempunyai anggapan bahwa harga yang mahal biasanya mempunyai kualitas yang baik. Pada umumnya harga mempunyai pengaruh yang positif dengan kualitas, semakin tinggi harga maka semakin tinggi kualitas.

Konsumen mempunyai anggapan adanya hubungan yang positif antara harga dan kualitas suatu produk, maka mereka akan membandingkan antara produk yang satu dengan produk yang lainnya.

Tjiptono, (2001) mengatakan bahwa, harga memiliki dua peranan utama dalam mempengaruhi minat beli, yaitu:

1. Peranan alokasi dari harga

Fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan demikian, adanya harga dapat membantu para pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis barang dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki.

2. Peranan informasi dari harga

Fungsi harga dalam mendidik konsumen mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara obyektif. Presepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(22)

mencerminkan kualitas yang tinggi. Adapun setiap perusahaan memiliki kebijakan berbeda dalam menetapkan harga yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai oleh suatu perusahaan. Hal tersebut tidak lepas dari keputusan yang dibuat sebelumnya oleh perusahaan mengenai penempatan pasar. Pertama kali perusahaan harus menentukan terlebih dahulu apa yang ingin dicapai dari suatu produk tertentu. Bila perusahaan telah menjatuhkan pilihannya pada suatu pasar sasaran dengan penempatan pasar tertentu, maka strategi penempatan pasar tertentu, maka strategi bauran pemasarannya, termasuk harga, akan lebih cepat ditentukan ( Kotler, 1996).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(23)

2.10 Kerangka Konseptual

Atribut Produk

X1

Minat Beli

Y

Harga

X2

Kemasan

X1.1

Merek X1.2

Kualitas X1.3

Desain Produk X1.4

Label Produk X1.5

Harga dengan Manfaat X2.3 Harga dengan Kualitas X2.2 Keterjangkauan

Harga X2.1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(24)

2.11 Hipotesis

Dari permasalahan yang ada, dapat diambil suatu hipotesis sebagai berikut:

1. Diduga bahwa semakin baik atribut produk (X1) Teh Botol Sosro maka semakin tinggi pula minta beli (Y) konsumen dalam membeli produk Teh Botol Sosro di Kampus UPN Veteran Surabaya

2. Diduga bahwa semakin kompetitif harga (X2) Teh Botol Sosro maka semakin tinggi pula minat beli (Y) konsumen dalam membeli produk Teh Botol Sosro di Kampus UPN Veteran Surabaya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(25)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pernyataan tentang pengoperasiaan atau pendefinisian konsep penelitian termasuk penetapan cara dan satuan pengukuran variabelnya berdasarkan atas sifat-sifat atau hal-hal yang dapat diamati atau diobservasi. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Atribut Produk (X1) 2. Harga (X2)

3. Minat Beli (Y)

Adapun variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Atr ibut Produk (X1)

Konsumen memiliki sikap yang berbeda-beda dalam memandang atribut yang dianggap relevan dan penting. Mereka akan memberikan perhatian yang terbesar terhadap produk yang memberikan manfaat yang dicarinya

Menur ut Kotler ( 1992:72 ) Atribut produk adalah suatu komponen yang merupakan sifat – sifat produk yang menjamin agar produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang diterapkan oleh pembeli.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(26)

Didalam Variabel Atribut Produk terdapat indikator-indikator adalah sebagai berikut : William J . Stanton, ( 1998:269 )

a. Kemasan (X1.1)

Mengetahui bentuk kemasan Teh Botol Sosro b. Merek (X1.2)

Memilih merek minuman teh tertentu dan yang terkenal c. Kualitas (X1.3)

Rasa dan Aroma Teh Botol Sosro dapat dikenali daripada yang lain d. Desain Produk (X1.4)

Desain atau bentuk karakteristik Teh Botol Sosro yang mudah di ingat e. Label Produk (X1.5)

Simbol atau ciri dari merek Teh Botol Sosro 2. Harga (X2)

Menur ut Basu Swasta (2001), harga merupakan sejumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya.

Didalam variabel harga terdapat indikator-indikator adalah sebagai berikut : (William J . Stanton,1998)

a. Keterjangkauan Harga (X2.1)

Harga Teh Botol Sosro terjangkau untuk semua konsumen b. Kesesuaian Harga dengan Kualitas Produk (X2.2)

Harga Teh Botol Sosro sesuai dengan Kualitasnya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(27)

c. Kesesuaian Harga dengan Manfaat (X2.3)

Harga Teh Botol Sosro sesuai dengan manfaat yang di dapat konsumen

3. Minat Beli (Y)

Menur ut Ajzen (1998:103) menyatakan bahwa minat untuk membeli dari konsumen didefinisukan sebagai kecenderungan atau hasrat dari konsumen yang didasari oleh adanya obyek ataupun peristiwa

Didalam variabel minat beli terdapat indikator-indikator adalah sebagai berikut : Augusty (2006 : 206)

Y1 Itensitas Pencarian Informasi

Orang yang intensif mencari informasi mengenai suatu produk akan mengakubatkan tingginya minat beli produk yang dicari informasinya Y2 Keinginan segera membeli,

keinginan untuk segera membeli dan memiliki suatu produk akan mengakibatkan tingginya minat untuk membeli produk yang telah diinginkan sebelumnya.

Y3 Keinginan Preferensial, keinginan membeli dan memiliki satu produk rela mengabaikan produk yang lainnya walaupun sejenis.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(28)

3.1.1. Pengukur an Variabel

Pengukuran variabel dalam penelitian ini dengan menggunakan Skala Likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang tentang fenomena sosial [Sugiyono, 1999:86]

Melalui Skala Likert, maka varibel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, untuk selanjutnya dijadikan titik tolak untuk menyusun item-item yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Hasil atau jawaban dari setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat dijabarkan dengan kata-kata antara lain:

a. Sangat setuju [ SS ] diberi skor 5. b. Setuju [ S ] diberi skor 4.

c. Netral [ N ] diberi skor 3.

d. Tidak setuju [ TS ] diberi skor 2.

e. Sangat tidak setuju [ STS ] diberi skor 1.

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi merupakan himpunan individu atau kelompok yang memiliki ciri yang sama dan menjadi obyek atau sasaran dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang mengenal Teh Botol Sosro di Kampus UPN Veteran Surabaya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(29)

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi untuk dijadikan obyek penelitian . Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Non Probability sampling yaitu dengan teknik accidental sampling (pengambilan sampel secara kebetulan), yaitu sampel/responden yang dipilih berdasarkan responden secara kebetulan ditemui oleh peneliti.

Pedoman dalam menentukan jumlah sampel seperti yang ditulis oleh Augusty (2002:48) adalah sebagai berikut :

1. Ukuran sampel yang harus terpenuhi dalam model ini adalah 100 -200 sampel untuk teknik (Maximum Likelihood Estimation). 2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi pedomannya

adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi

Karena terdapat 11 indikator maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah (11 x 10 = 110) maka sampel yang digunakan adalah minimal sebesar 110 responden

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. J enis Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Data Primer, dimana peneliti memperoleh data secara langsung dari data responden melalui pengisian kuisioner yang dibagikan, kemudian data yang telah diperoleh dikumpulkan dan dioleh langsung oleh peneliti sendiri.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(30)

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang di ambil langsung dari jawaban responden mengenai variabel yang berkaitan dengan penelitian dan data yang diperoleh dari responden yang mengkonsumsi Teh Botol Sosro.

3.3.3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa cara sebagai berikut :

Kuisioner

Yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan (angket) kepada responden untuk memperoleh informasi langsung

3.3.4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Structural Equation Modelling [SEM]. Keunggulan SEM dalam penelitian manajemen adalah karena kemampuannya untuk menampilkan sebuah model komprehensif bersamaan dengan kemampuannya untuk mengkonfirmasi dimensi-dimensi dari sebuah konsep atau faktor serta kemampuannya untuk mengukur pengaruh hubungan yang secara teoritis ada. SEM biasanya dipandang sebagai kombinasi antara analisis faktor [Confirmatory Factor Analysis] dan analisis regresi.

Untuk lebih jelas mengenai bagaimana prosedur analisis SEM maka secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(31)

Gambar 3.1 : Gambar Pengukuran Model SEM

Keterangan simbol-simbol diatas adalah sebagai berikut :

: Faktor/ constrak laten variabelunobserved variable yaitu sebuah variable bentukan, yang dibentuk melalui indikator-indikator yang diamati dalam dunia nyata.

: Variabel terukur/ obseverd variable indicator variable yaitu variabel yang datanya harus dicari melalui observasi, misalnya melalui instrumen-instrumen survey.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(32)

Garis dengan anak panah satu arah [ ] = garis yang menunjukkan hubungan yang dihipotesiskan antara dua variabel dimana variabel yang dituju anak merupakan variabel dependen.

3.4.1. Asumsi Model ( Structural Equation Modelling ) 3.4.1.1.Uji Normalitas Sebar an dan Linieritas.

a. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat diuji dengan metode-metode statistik.

b. Menggunakan Critical ratio yang diperoleh dengan membagi koefisien sampel dengan standar errornya dan Skewnees value yang biasanya disajikan dalam statistic deskriptif dimana nilai statistic untuk menguji normalitas itu disebut sebagai Z-value. Pada tingkat signifikasi 1%, jika nilai Z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal

c. Normal Probability plot [ SPSS 10.1]

Linieritas dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan

memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linieritas.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(33)

3.4.1.2.Evaluasi atas Outlier

a. Mengamati nilai Z-score : ketentuannya diantara ± 3,0 non outlier b. Multivariate outler diuji dengan criteria jarak Mahalanobis pada

tingkat p <. Jarak diuji dengan chi-square [ x ] pada df sebesar jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : bila M ahalanobis > dari : nilai x adalah multivariate outler. Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi ( Hair , 1998 )

3.4.1.3.Deteksi Multicolinierity dan Singularity

Dengan mengamati Determinant matriks covarian. Dengan ketentuan apabila determinant sampel matriks mendekati angka 0 [ kecil ], maka terjadi multikolinieritas dan singularitas ( Tabachnick & Fidell,1998 )

3.4.1.4.Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang sebenarnya diukur. Sedangkan reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstrak yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstrak yang umum.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(34)

Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap laten variabel/ construct akan diuji dengan melihat loading faktor dari hubungan antara setiap observerd variabel dan laten variabel. Sedangkan reliabilitas diuji dengan construct reliability dan varience-extrected dihitung dengan rumus berikut

[ ∑ Standardize Loading ]2 Construct Reliability =

[ [∑ Standardize Loading ]2 + ∑εj ]

∑ [ Standardize Loading2 ] Variance Extraced =

[∑ [ Standardize Loading2 ] + ∑εj ]

Sementara εj dapat dihitung dengan formula εj = 1 - [Standardize Loading]. Secara umum, nilai construct reliability yang dapat diterima adalah ≥ 0,7 dan variance extracted ≥ 0,5 ( Hair et.al,1998 ). Standardize Loading dapat diperoleh dari output AMOS 4.01, dengan melihat nilai estimasi setiap butir sebagai indikator yang didapat dari hasil perhitungan komputer.

3.4.2. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Pengaruh langsung [ koefisien jalur ] diamati dari bobot regresi terstandar, dengan pengujian signifikan pembanding nilai CR/ Critical Ratio/ atau p [probability] yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar dari pada t table berarti signifikan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(35)

3.4.3. Evaluasi Model

Hair et.al., 1998 menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya, suatu model teotitis tidak diperkuat jika teori tersebut mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah model “good fit” atau “poor fit”. Jadi, “good fit” model yang diuji sangat penting dalam

penggunaan structural equation modelling.

Tabel 3.1. Goodness of Fit Indices GOODNESS OF

FIT INDEX KETERANGAN CUT-OFF VALUE

X2 - Chi-square

Menguji apakah covariance populasi yang destimasi sama dengan cova-riance sample [apakah model sesuai dengan data].

Diharapkan Kecil, 1 s.d 5. atau paling baik diantara 1 dan 2. Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariace

data dan matriks covariance yang diestimasi.

Minimum 0,1 atau 0,2, atau ≥ 0,05

RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada sample

besar. ≤ 0,08

GFI

Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matrtiks sample yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi [analog dengan R2 dalam regresi berganda].

≥ 0,90

AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF. ≥ 0,90 CMIND/DF Kesesuaian antara data dan model ≤ 2,00 TLI Pembandingan antara model yang diuji terhadap baseline

model. ≥ 0,95

CFI Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap

besarnya sample dan kerumitan model. ≥ 0,95 Sumber : Hair et.al., [1998]

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(36)

1. X² CHI SQUARE STATISTIK

Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likelihood ratio chi-square ini bersifat sangat ample ic terhadap besarnya ample yang

digunakan. Karenanya bila jumlah ample cukup besar (lebih dari 200), Sample ic chi-square ini harus didampingi oleh alat uji lain. Model yang diuji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil nilai X² semakin baik model itu. Karena tujuan analisis adalah mengembangkan dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data atau yang fit terhadap data, maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai X² yang kecil dan signifikan. X² bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yaitu terhadap sampel yang terlalu kecil maupun yang terlalu besar.

2. RMSEA-THE ROOT MEAN SQUARE ERROR Of

APPROXIMATION

RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan mengkompensasi chi-square statistik dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi alam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya degress of freedom.

3. GFI – GOODNES of FIT INDEKS

GFI adalah analog dari R dalam regresi berganda. Indeks kesesuaian ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kovarians sampel yang dijelaskan oleh kovarians matriks populasi yang terestimasi. GFI adalah sebuah ukuran non- statistika yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(37)

fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah “better fit”.

4. AGFI – ADJ UST GOODNES of FIT INDEX

AGFI = GFI/df Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai niali yang sama dengan atau lebih besar dari 0.90. GFI maupun AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians alam sebuah matriks kovarians sampel. Nilai sebesar 0,95 dapat diinterprestasikan sebagai tingkatan yang baik (good overall model fit) sedangkan besaran nilai antara 0,90-0,95 menunjukkan tingkatan cukup (adequate fit).

5. CMIN/DF

Sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model. Dalam hal ini CMNI/DF tidak lain adalah statistik chi-square, X² dibagi Dfnya sehingga disebut X² relatif. Nilai X² relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kurang dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data. Nilai X² relatif yang tinggi menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara matriks kovarians yang diobservasikan dan diestimasi.

6. TLI – TUCKER LEWIS INDEKS

TLI adalah sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah penerimaan ≥0,95 nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan a verry good fit.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(38)

7. CFI – COMPERATIF FIT INDEX

Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin mendekati 1, mendidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi ( a very good fit). Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0.95. Keunggulan dari indeks ini besarnya tidak dipengaruhi oleh ukuran ample karena itu sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan sebuah model. Indeks CFI adalah identik dengan Relatif Non certrality Indeks (RNI).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(39)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Deskr ipsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejar ah Singkat Perusahaan PT. Sinar Sosro

PT. Sosro bermula dari usaha keluarga Sosrodjojo yang menjual teh wangi pada tahun 1940 di Kabupaten Slawi, Propinsi Jawa Tengah. Setelah 25 tahun menjual teh wangi, keluarga Sosorodjojo mulai mengembangkan bisnis di Cakung. Kemudian pada tahun 1974, didirikan PT. Sinar Sosro yang bergerak di bidang minuman teh dalam botol.

PT. Sinar Sosro pernah beberapa kali berganti nama. Pada awal berdiri bernama PT. Toba Sosro Kencono, kemudian berganti nama menjadi PT. Reksobudi Adijaya pada tahun 1995. Pada tahun 2000 berubah lagi menjadi PT. Sinar Sosro yang memiliki visi untuk menjadi perusahaan beverage yang memimpin di pasar lokal dan internasional.

PT. Sinar Sosro memiliki filosofi yaitu niat baik terhadap konsumen dan lingkungan. Produk-produk yang dihasilkan PT. Sinar Sosro tidak menggunakan 3P (Pewarna, Pengawet dan Pemanis Buatan) sehingga aman dikonsumsi oleh semua usia tanpa efek samping. Selain itu, proses produksi yang tidak menimbulkan limbah yang dapat mencemari lingkungan karena telah diolah dengan baik, salah satu contoh adalah pengolahan ampas teh menjadi pupuk.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(40)

4.1.2. Lokasi PT. Sinar Sosro

Sosro memiliki beberapa pabrik yang tersebar di pulau Jawa, Bali dan Sumatra, yaitu :

1. Pabrik produk Teh Botol Sosro berada di Jakarta (Cakung), Padeglang-Jawa Barat, Cibitung-Padeglang-Jawa Barat, Unggaran-Padeglang-Jawa Tengah, Surabaya-Padeglang-Jawa Timur, Medan-Sumatra Utara

2. Pabrik peracikan teh wangi melati berada di Slawi-Jawa Tengah

4.1.3. Visi dan Misi

PT Sinar Sosro ada dan menjadi besar karena visi misi yang jelas, intuisi bisnis yang jelas, keuletan dan strategi marketing yang handal serta didukung dengan jalur distribusi yang luar biasa. Dimana yang menjadi visi dan misi PT. Sinar Sosro yaitu :

1. Visi

Menjadi prusahaan minuman yang dapat melepaskan rasa dahaga konsumen, kapan saja, dimana saja, serta memberikan nilai tambah kepada semua pihak yang terkait

2. Misi

a. Melahirkan merek dan produk minuman baru, baik yang berbasis teh, maupun non teh, dan menjadikan pemimpin pasar dalam kategori masing-masing

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(41)

b. Membangun dan memimpin jaringan distribusi

c. Membangun merek sosro sebagai merek teh yang alami, berkualitas dan unggul

d. Menciptakan dan memelihara komitmen terhadap pertumbuhan jangka panjang baik dalam volume penjualan maupun penciptaan pelanggan e. Memberikan kepuasan kepada pelanggan

f. Menyumbang devisa ke negara 4.1.4. Struktur Organisasi PT Sinar Sosro

Struktur organisasi PT. Sinar Sosro berbentuk gabungan lini dan fungsional dimana kebijakan dan wewenang diberikan oleh pimpinan kepada bawahan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Pimpinan setiap departemen dapat memberikan perintah kepada semua staf dan anggota yang ada sesuai dengan bidang kerjanya.

Pembagian pekerjaan pada PT. Sinar Sosro dibagi menurut fungsi yang telah ditetapkan. Setiap personil diberikan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan dasar kualifikasinya. Adapun tugas dan tanggung jawab serta wewenang di PT. Sinar Sosro adalah sebagai berikut:

1. General Manager, merupakan pimpinan tertinggi perusahaan. Bertanggung jawab kepada Direktur Operasi. Tugasnya sebagai berikut:

a. Menentukan garis kebijakan umum dari program kerja perusahaan. b. Bertanggung jawab ke dalam dan ke luar perusahaan.

c. Mengarahkan dan meneliti kegiatan perusahaan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(42)

d. Menyebarkan dan menerapkan kebijaksanaan serta mengawasi pelaksanaannya.

e. Melaksanakan kontrak kerja dengan pihak luar.

f. Mengkoordinir dan mengawasi tugas-tugas yang didelegasikan kepada manager dan menjalin hubungan kerja yang baik.

g. Bersama manager lain membuat rencana produksi per triwulan.

h. Menerapkan, menyebarkan kebijakan serta mengawasi pelaksanaannya. 2. Manager Produksi dan Maintenance (PM), bertanggung jawab kepada

General Manager. Tugasnya sebagai berikut:

a. Merencanakan dan mengatur jadwal produksi produk agar tidak terjadi kekurangan dan kelebihan persediaan.

b. Mengadakan pengendalian produksi agar produk sesuai dengan spesifikasi dan standar mutu yang ditentukan.

c. Membuat laporan produksi secara periodik untuk mengenai pamakaian bahan dan jumlah produksi.

d. Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan produksi untuk mengetahui kekurangan dan penyimpangan sehingga dapat dilakukan perbaikan. e. Mengatur kegiatan perawatan mesin.

3. Manager Personalia dan Umum, bertanggung jawab kepada General Manager dan atas segala hal yang berhubungan dengan kegiatan yang bersifat umum baik yang berhubungan ke luar maupun ke dalam perusahaan. Tugasnya sebagai berikut:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(43)

a. Membantu direktur dalam hal kegiatan administrasi.

b. Mengawasi penggunaan data, barang dan peralatan pada masing-masing departemen.

c. Merekrut dan melatih pegawai baru yang dibutuhkan perusahaan. d. Mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan tugas dari kepala-kepala

bagian.

e. Mengerjakan administrasi kepegawaian.

4. Kepala Bagian Pembelian, bertanggung jawab kepada Manager Produksi dan PM. Tugasnya adalah sebagai berikut:

a. Mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pembelian. b. Mengawasi kegiatan administrasi pembelian.

c. Melakukan pembelian barang yang diminta oleh departemen lain. 5. Manager Accounting dan Finance, bertanggung jawab kepada General

Manager. Tugasnya sebagai berikut:

a. Membuat laporan keuangan kepada atasan secara berkala tentang penggunaan uang.

b. Mengendalikan budget pendapatan dari belanja perusahaan sesuai dengan hasil yang diharapkan.

c. Bertanggung jawab atas penentuan biaya perusahaan seperti biaya administrasi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(44)

6. Kepala Divisi/Supervisor Untuk produk Teh Botol Sosro terdapat 3 orang supervisor yang bergantian menurut shift, bertanggung jawab kepada Manager Produksi dan Maintenance. Tugasnya adalah sebagai berikut: a. Memimpin dan mengendalikan kegiatan di bidang produksi.

b. Menyiapkan laporan yang dibutuhkan Manager Produksi mengenai data produksi, jumlah batch produksi, pemakaian bahan dan lain-lain. c. Bertanggung jawab penuh atas masalah yang timbul di kemudian hari

atas produk yang dihasilkan.

d. Menyusun jadwal dan rotasi kerja bagi karyawan produksi yang dipimpinnya.

7. Kepala Gudang, bertanggung jawab kepada Supervisor. Tugasnya adalah sebagai berikut:

a. Mengkoordinir dan mengawasi pengelolaan persediaan bahan baku. b. Membuat laporan penerimaan, persediaan dan pengeluaran bahan. c. Mengontrol persediaan bahan.

d. Memesan bahan bila telah habis.

8. Manager Quality Control, bertanggung jawab kepada General Manager. Tugasnya adalah sebagai berikut:

a. Mengkoordinir dan mengawasi pengendalian mutu produk.

b. Memberi saran-saran kepada kepala bagian produksi mengenai mutu produk dan keadaan mesin/peralatan yang digunakan dalam proses produksi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(45)

9. Kasir, bertanggung jawab kepada Supervisor Accounting dan Finance. Tugasnya adalah sebagai berikut:

a. Membayar gaji karyawan perusahaan setiap hari, baik waktu berjalan produksi maupun tidak.

b. Membantu atasan dalam hal penerimaan maupun pembayaran perusahaan yang berhubungan dengan keuangan.

c. Mencatat dan melaporkan uang masuk dan keluar kepada atasannya. 10.Keamanan, bertanggung jawab kepada Supervisor Personalia dan Umum.

Tugasnya adalah sebagai berikut:

a. Menjaga keamanan perusahaan setiap hari, baik waktu berjalan produksi maupun tidak.

b. Mengawasi dan mencatat tamu yang berkunjung ke perusahaan. 11.Analis, bertanggung jawab kepada manajer QC. Tugasnya adalah sebagai

berikut:

a. Melakukan pengukuran mutu produk baik sebelum diproses maupun setelah diproses.

b. Memberikan saran dan langkah berikutnya yang dilakukan atas pengukuran mutu.

4.2. Deskr ipsi Hasil Penelitian

4.2.1. Deskr ipsi Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner kepada 110 orang responden diperoleh gambaran responden berdasar usia adalah sebagai berikut :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(46)

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Sumber : Hasil penyebaran kuisioner

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah berusia antara 20 sampai 23 tahun yaitu sebanyak 45 orang atau sebanyak 40.91%, sedangkan responden berusia 18 sampai 20 tahun sebanyak 39 orang atau sebesar 35.45% dan sisanya sebanyak 26 orang atau sebesar 24% pada responden usia 23 sampai 25 tahun.

4.2.2. Deskr ipsi Responden Berdasar kan J enis Kelamin

Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner kepada 110 orang responden diperoleh gambaran responden berdasar jenis kelamin adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan J enis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase %

1 Laki-Laki 49 44.55%

2 Perempuan 61 55.45%

Total 110 100%

Sumber : Hasil penyebaran kuisioner

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 61 orang atau sebanyak 55.45%, sedangkan sisanya berjenis kelamin Laki-Laki sebanyak 49 orang atau sebesar 44.55%.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(47)

4.2.3. Deskr ipsi Responden Berdasar kan Uang Saku per Hari

Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner kepada 110 orang responden diperoleh gambaran responden berdasar uang saku adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Uang Saku per Hari

No Uang Saku/Hari Jumlah Prosentase (%)

1 ≤ Rp 20.000 32 29.09%

2 Rp 20.000-50.000 54 49.09%

3 ≥ Rp 50.000 24 21.82%

Total 110 100%

Sumber : Hasil penyebaran kuisioner

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar reponden dalam penelitian ini adalah responden yang memiliki uang saku Rp 20.000-50.000 per hari yaitu sebanyak 54 orang atau sebanyak 49.09%, sedangkan responden yang memiliki uang saku ≤ Rp 20.000 per hari sebanyak 32 orang atau sebanyak 29.09% dan sisanya sebanyak 24 orang atau sebanyak 21.82% responden yang memiliki uang saku ≥ Rp 50.000 per hari

4.2.4. Deskr ipsi Atribut Pr oduk

Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner yang dilakukan kepada para responden yang berjumlah 110 orang mengenai jawaban responden tentang variabel atribut produk adalah sebagai berikut :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(48)

Tabel 4.4 Hasil J awaban Responden Untuk Per tanyaan Variabel Atribut Pr oduk (X1)

No Pertanyaan Skor Jawaban Total mengingat bentuk atau karakteristik dari Teh Botol Sosro

0 0 24 66 20 110

Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner diketahui bahwa jawaban yang diberikan responden cukup bervariatif. Hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya responden yang memberikan jawaban dengan skor 1 sampai dengan skor 5, namun dari rata-rata prosentase tertinggi responden memberikan skor jawaban 4 yaitu sebesar 57 % . Responden merasa setuju bahwa kemasan, merek, kualitas, desain produk dan label produk merupakan faktor terpenting yang menjadi pertimbangan para konsumen dalam membeli Teh Botol Sosro.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(49)

4.2.5. Deskr ipsi Harga

Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner yang dilakukan kepada para responden yang berjumlah 110 orang mengenai jawaban responden tentang variabel harga adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5 Hasil J awaban Responden Untuk Pertanyaan Variabel Harga (X2) sesuai dengan kualitas yang diberikan

Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner diketahui bahwa jawaban yang diberikan responden cukup bervariatif. Hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya responden yang memberikan jawaban dengan skor 1 sampai dengan skor 5, namun dari rata-rata prosentase tertinggi responden memberikan skor 4 yaitu sebesar 41.82%. Responden merasa setuju dalam menanggapi harga Teh Botol Sosro dari segi harga yang terjangkau, harga yang sudah sesuai dengan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(50)

kualitas dan manfaat yang diberikan karena menjadi pertimbangan dalam membeli

4.2.6. Deskr ipsi Minat Beli

Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner yang dilakukan kepada para responden yang berjumlah 110 orang mengenai jawaban responden tentang variabel minat beli adalah sebagai berikut :

Tabel 4.6 Hasil J awaban Responden Untuk Pertanyaan Variabel Minat Beli (Y)

No Pertanyaan Skor Jawaban Total

1 2 3 4 5

1

Apakah anda melakukan intensitas dalam mencari informasi sebuah produk terlebih dahulu baik dalam melakukan pembelian Teh Botol Sosro berkeinginan untuk segera membeli produk tersebut membeli dan mengabaikan pilihan lain)

0 18 20 42 30 110

Pr osentase % 0 16.36 18.18 38.18 27.27 100 Rata-rata pr osentase % 6.06 15.76 30 31.82 16.67 Sumber : Data diolah

Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner diketahui bahwa jawaban yang diberikan responden cukup bervariatif. Hal tersebut ditunjukkan dengan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(51)

banyaknya responden yang memberikan jawaban dengan skor 1 sampai dengan skor 5, namun dari rata-rata prosentase tertinggi responden memberikan skor 4 yaitu sebesar 31.82%. Responden merasa setuju bahwa faktor terpenting dalam membeli suatu produk yang harus dilakukan adalah pencarian informasi, mengetahui produk tersebut dan produk tersebut dapat mewakili kebutuhan konsumen.

4.3. Analisis Data 4.3.1. Evaluasi Outlier

Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang

terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi atau mutivariat (Hair , 1998). Evaluasi terhadap outlier multivariate (antar variabel) perlu dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outliers pada tingkat univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Uji terhadap outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan jarak Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan χ² (chi kuadrat) pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji outlier tampak pada tabel berikut:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(52)

Tabel 4.7. Hasil Uji Outlier

Deteksi terhadap multivariat outliers dilakukan dengan menggunakan kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat p < 0,001. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan χ2 pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian. Bila kasus yang mempunyai Jarak Mahalanobis lebih besar dari nilai chi-square pada tingkat signifikansi 0,001 maka terjadi multivariate outliers. Nilai χ20.001 dengan jumlah variabel sebanyak 12 adalah

sebesar 31,264 Hasil analisis Mahalanobis diperoleh nilai 24,539 yang kurang dari χ2 tabel 31,264 tersebut. Dengan demikian, tidak terjadi multivariate outliers.

4.3.2. Evaluasi Reliabilitas

Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Cronbach’s Alpha ini digunakan untuk mengestimasi reliabiltas setiap skala (variabel atau observasi indikator). Sementara itu item to total correlation digunakan untuk memperbaiki

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(53)

ukuran-ukuran dan mengeliminasi butir-butir yang kehadirannya akan memperkecil koefisien Cronbach’s Alpha yang dihasilkan (Purwanto, 2002).

Tabel 4.8 Uji Realibilitas

Sumber : Data diolah

Proses eleminasi diperlakukan pada item to total correlation pada indikator yang nilainya < 0,5 [Purwanto,2003]. Terjadi eliminasi karena nilai item to total correlation indikator belum seluruhnya ≥ 0,5. Indikator yang tereliminasi tidak disertakan dalam perhitungan cronbach’s alpha. Perhitungan cronbach’s dilakukan setelah proses eliminasi.

Hasil pengujian reliabilitas konsistensi internal untuk setiap construct di atas menunjukkan kurang baik dimana koefisien Cronbach’s Alpha yang diperoleh belum seluruhnya memenuhi rules of thumb yang disyaratkan yaitu ≥ 0,7 [Hair et.al.,1998].

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(54)

4.3.3 Evaluasi Validitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur, karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent variable atau construct akan diuji dengan melihat loading factor dari hubungan

antara setiap observed variable dan latent variable. Tabel 4.9 Uji Validitas

Berdasarkan hasil confirmatory factor analysis terlihat bahwa factor loadings masing masing butir pertanyaan yang membentuk setiap construct belum seluruhnya ≥ 0,5, sehingga butir-butir instrumentasi setiap konstruk tersebut dapat dikatakan validitasnya kurang baik.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(55)

4.3.4. Evaluasi Construct Reliability dan Variance Extracted

Selain melakukan pengujian konsistensi internal Cronbach’s Alpha, perlu juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance extracted. Kedua pengujian tersebut masih dalam koridor uji konsistensi internal yang akan memberikan peneliti kepercayaan diri yang lebih besar bahwa indikator-indikator individual mengukur suatu pengukuran yang sama (Purwanto, 2002). Dan variance extracted direkomendasikan pada tingkat 0,50.

Tabel 4.10 Uji Construct Reliability dan Variance Extracted Const r u ct Reliabilit y & Var iance Ex t r at ed

Hasil pengujian reliabilitas instrumen dengan construct reliability dan variance extracted menunjukkan instrumen kurang reliabel, yang ditunjukkan dengan nilai construct reliability belum seluruhnya ≥ 0,7. Meskipun demikian angka tersebut bukanlah sebuah ukuran “mati” artinya bila penelitian yang dilakukan bersifat exploratory, maka nilai di bawah 0,70 pun masih dapat diterima

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(56)

sepanjang disertai alasan–alasan empirik yang terlihat dalam proses eksplorasi. Dan variance extracted direkomendasikan pada tingkat 0,50.

4.3.5. Evaluasi Nor malitas

Uji normalitas sebaran dilakukan dengan Skewness Value dari data yang digunakan yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut z-value. Bila nilai-z lebih besar dari nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01 (1%) yaitu sebesar ± 2,58. Hasilnya diperoleh nilai c.r. multivariat diantara ± 2,58 dan itu berarti asumsi normalitas terpenuhi dan data layak untuk digunakan dalam estimasi selanjutnya. Hasil analisis tampak pada tabel berikut:

Tabel 4.11 Uji Normalitas

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(57)

Hasil uji menunjukkan bahwa nilai c.r. mutivariate berada di antara ± 2,58 itu berarti asumsi normalitas terpenuhi. Fenomena ini tidak menjadi masalah serius seperti dikatakan oleh Bentler & Chou [1987] bahwa jika teknik estimasi dalam model SEM menggunakan maximum likelihood estimation [MLE] walau ditribusi datanya tidak normal masih dapat menghasilkan good estimate, sehingga data layak untuk digunakan dalam estimasi selanjutnya.

4.4. Structural Equation Modelling

4.4.1. Evaluasi Model One – Step Appr oach to SEM

Dalam model SEM, model pengukuran dan model struktural parameter-parameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan terbesar disebabkan oleh terjadinya interaksi antara measurement model dan structural model yang diestimasi secara bersama-sama (one-step approach to SEM). One-step approach to SEM digunakan apabila model diyakini bahwa dilandasi teori yang kuat serta

validitas dan reliabilitas data sangat baik. (Hair.et.al, 1998). Hasil estimasi dan fit model one-step approach to SEM dengan menggunakan program aplikasi AMOS 4.01 terlihat pada gambar dan tabel Goodness of Fit dibawah ini.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(58)

Gambar 4. 1

Sumber : Data diolah

Tabel 4.12.

Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One- Step Approach – Base Model

Sumber : Data diolah

Dari hasil evaluasi terhadap model one step base model ternyata dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, belum seluruhnya menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model belum sesuai dengan data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori belum sepenuhnya didukung oleh fakta. Berdasarkan uji Reliability Consistency Internal terdapat indikator tereliminasi sebagaimana terdapat di bawah ini.

Ev aluasi Kr it er ia Goodness of Fit I ndices Kinerja Petugas Layanan, Pengetahuan Produ, & Reputasi

Model Specification : One Step Approach - Base Model

1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Gambar

Gambar 3.1 :  Gambar Pengukuran Model SEM
Tabel 3.1. Goodness of Fit Indices
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Uang Saku per Hari
+7

Referensi

Dokumen terkait

The coefficient value of EPC &lt; 1, shows a lack of protection to producers or cacao farmers, and means that the government, even though giving subsidy policy to input

Kesimpulan penelitian ini adalah pola sebaran permukiman menunjukan pola acak pada tahun 1998 dan mengelompok pada tahun 2006 dan 2019, kondisi kelayakan lahannya

Portal ini ditinjau pada arah melintang dan memanjang. 2) Beban orang atau pekerja. Semua beban mati atau hidup untuk merencanakan portal akan disederhanakan

Unit Layanan Pengadaan (ULP) Barang / Jasa Dit Resnarkoba Polda Bali akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan Pascakualifikasi Pengadaan Peralatan / Kelengkapan Bekal Kantor

Administrasi : tidak ada surat penawaran, Jaminan penawaran, metode pelaksanaan dan surat dukungan dari bank. Evaluasi teknis dilakukan terhadap peserta yang memenuhi

RAYA MUNCAR, DSN.SRONO RT.01/RW.02 DESA KEBAMAN SRONO KAB.. 47 BAGOREJO

A fi eld survey was carried out in Selo to ask questions to biogas users (N=21) and non- users (N=5) on their energy and fertilizer consumption, as well as emissions reductions

Dilarang memperbanyak dokumen ini, tanpa ijin Pusat Pengendali Dokumen Direktorat Jenderal Bina Marga dan/atau rencana keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sesuai dengan