• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TERPAAN REALITY SHOW “ SHE CAN TUPPERWARE” di TRANS7 DENGAN SIKAP PEREMPUAN DALAM MERAIH KESUKSESAN ( Studi Korelasional Hubungan Terpaan Reality Show “She Can Tupperware” di Trans7 Dengan Sikap Perempuan Dalam Meraih Kesuksesan di Surabaya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN TERPAAN REALITY SHOW “ SHE CAN TUPPERWARE” di TRANS7 DENGAN SIKAP PEREMPUAN DALAM MERAIH KESUKSESAN ( Studi Korelasional Hubungan Terpaan Reality Show “She Can Tupperware” di Trans7 Dengan Sikap Perempuan Dalam Meraih Kesuksesan di Surabaya)."

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TERPAAN REALITY SHOW “ SHE CAN TUPPERWARE” di TRANS7 DENGAN SIKAP PEREMPUAN DALAM MERAIH KESUKSESAN

( Studi Korelasional Hubungan Terpaan Reality Show “She Can Tupperware” di Trans7 Dengan Sikap Perempuan Dalam Meraih Kesuksesan di Surabaya)

SKRIPSI

Oleh :

MITA FEBRININGTYAS NPM. 0943010021

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

HUBUNGAN TERPAAN REALITY SHOW “ SHE CAN TUPPERWARE” di TRANS7 DENGAN SIKAP PEREMPUAN DALAM MERAIH KESUKSESAN

( Studi Korelasional Hubungan Terpaan Reality Show “She Can Tupperware” di Trans7 Dengan Sikap Perempuan Dalam Meraih Kesuksesan di Surabaya)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Ilmu Komunikasi

Oleh :

MITA FEBRININGTYAS NPM. 0943010021

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(3)

HUBUNGAN TERPAAN REALITY SHOW “ SHE CAN TUPPERWARE” di TRANS7 DENGAN SIKAP PEREMPUAN DALAM MERAIH KESUKSESAN

( Studi Korelasional Hubungan Terpaan Reality Show “She Can Tupperware” di Trans7 Dengan Sikap Perempuan Dalam Meraih Kesuksesan di Surabaya)

Disusun Oleh : MITA FEBRININGTYAS

NPM. 0943010021

Telah disetujui untuk mengikuti ujian / seminar skripsi

Menyetujui, Pembimbing Utama

Ir. H. DIDIEK TRANGGONO, M.Si NIP.19581225 199001 1001

Mengetahui WS DEKAN

(4)

HUBUNGAN TERPAAN REALITY SHOW “ SHE CAN TUPPERWARE” di TRANS7 DENGAN SIKAP PEREMPUAN DALAM MERAIH KESUKSESAN

( Studi Korelasional Hubungan Terpaan Reality Show “She Can Tupperware” di Trans7 Dengan SikapPerempuan Dalam MeraihKesuksesan di Surabaya)

Disusun Oleh : MITA FEBRININGTYAS

NPM. 0943010021

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal : 20 Juni 2013

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, berkah, dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Hubungan Terpaan Reality Show She Can Tupperware di Trans7 Dengan Sikap Perempuan Dalam Meraih Kesuksesan di Surabaya”. Hasil penyusunan skripsi ini tidaklah atas kemampuan penulis semata melainkan terwujud atas bantuan bapak Ir. H. Didik Tranggono, M.Si selaku dosen pembimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulis banyak mendapatkan arahan dan bimbingan serta bantuan dari segala pihak dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si. Selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si. Selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP “Veteran” Jawa Timur.

4. Ayah Matauri dan Ibu Parsianah yang sudah memberikan dukungan, pengorbanan baik secara moril atau materil, Terima kasih atas doanya.

(6)

6. Andreas Dewanto, yang setia menemani, menjadi motivator, dan selalu memberi dukungan.

7. “Ronggenk”, Tiara, Acied Upil, Odong Riska, Desi, Tyas Jebor, yang selalu membuat suasana menyenangkan dan senantiasa memberi komentar untuk perbaikan skripsi ini. Terima kasih Nggenk.

8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-satu. Terima kasih banyak.

Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan penulis guna memperbaiki kekurangan yang ada. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca umumnya.

Surabaya, Juni 2013

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

ABSTRAK ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 10

1.4.2 Manfaat Praktis ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

2.1 Penelitian Terdahulu ... 11

(8)

2.2.1 Televisi Sebagai Media Massa ... 14

2.2.2 Pemirsa Televisi Sebagai Khalayak Media Massa .... 15

2.2.3 Efek Media Massa ... 17

2.2.4 Media Exposure (Terpaan Media) ... 19

2.2.5 Sikap ... 20

2.2.6 Perempuan... 22

2.2.7 Kesuksesan ... 23

2.2.8 Reality Show She Can Tupperware... 25

2.2.9 Teori S-O-R ... 27

2.2.10 Kerangka Berpikir ... 28

2.2.11 Hipotesis ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 32

3.1.1 Terpaan Reality Show She Can Tupperware ... 32

3.1.2 Sikap Perempuan Dalam Meraih Kesuksesan ... 35

3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 40

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 44

3.4 Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

4.1 Gambaran Umum dan Objek Penelitian ... 48

(9)

4.2.1 Karakteristik Responden ... 50

4.2.2 Hasil Penyajian Variabel Penelitian ... 53

4.2.2.1 Terpaan Reality Show She Can Tupperware 53 4.2.2.2 Variabel Sikap Perempuan ... 55

4.3 Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 68

4.3.1 Analisis Data ... 68

4.3.2 Hasil Pengujian ... 70

4.3.3 Interpretasi ... 73

BAB V KESIMPULAN ... 75

5.1 Kesimpulan ... 75

5.2 Saran... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Tabel Penolong Koefesien Korelasi Rank Spearman ... 45

Tabel 3.2 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefesien Korelasi ... 46

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 50

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 51

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 52

Tabel 4.4 Frekuensi Terpaan Reality Show She Can Tupperware ... 53

Tabel 4.5 Durasi Terpaan Reality Show She Can Tupperware di Trans7 .... 54

Tabel 4.6 Terpaan Reality Show She Can Tupperware di Trans7... 55

Tabel 4.7 Banyak Kisah Perempuan Sukses Dengan Segala Usaha, Kegigihan dan Kerja Keras ... 56

Tabel 4.8 Perempuan Sukses Adalah Perempuan Yang Mampu Berperan Ganda (Bermanfaat Bagi Keluarga dan Orang Lain) ... 57

Tabel 4.9 Keuletan, Tanggung Jawab, Kegigihan Penting Dimiliki Perempuan Dalam Meraih Kesuksesan... 58

Tabel 4.10 Sikap Perempuan Dalam Meraih Kesuksesan Kategori Kognitif .. 59

Tabel 4.11 Kesukaan Menonton Reality Show “She Can Tupperware” karena Memotivasi Untuk Memiliki Sikap Guna Meraih Kesuksesan Dalam Kehidupan . ... 60

Tabel 4.12 Kesukaan Menonton Reality Show “She Can Tupperware” di Trans7 Karena Membuat Merasa Bahwa Setiap Orang Berhak Sukses. ... 61

(11)

Karena Merasa Bahwa Kesuksesan Tidak Selalu Dimulai Dari Hal Besar, Namun Dari Hal Kecil Yang Bermanfaat Besar... 61 Tabel 4.14 Sikap Perempuan Dalam Meraih Kesuksesan Kategori Afektif .... 62 Tabel 4.15 Keinginan Menjadi Perempuan Sukses Dengan Usaha dan Kerja Keras Setelah Menonton Reality Show “She Can Tupperware” ... 63 Tabel 4.16 Keinginan Memiliki Rasa Percaya Diri, Optimis, Kreatif, Mandiri, Dan Tekun Setelah Menonton Reality Show She Can Tupperware. 64 Tabel 4.17 Keyakinan Bahwa Setiap Perempuan Memiliki Kesempatan Untuk Sukses Yakni Berguna dan Bermanfaat Bagi Keluarga dan Sesama (Orang Lain) Setelah Menonton She Can Tupperware ... 65 Tabel 4.18 Sikap Perempuan Dalam Meraih Kesuksesan Kategori Konatif ... 66 Tabel 4.19 Jawaban Responden Berdasarkan kategori variabel Sikap

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Model Teori S-O-R ... 27 Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian Hubungan Reality Show She Can

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

(14)

ABSTRAKSI

MITA FEBRININGTYAS. HUBUNGAN TERPAAN REALITY SHOW “SHE CAN TUPPERWARE” di TRANS7 DENGAN SIKAP PEREMPUAN DALAM MERAIH KESUKSESAN (Studi Korelasional Hubungan Terpaan Reality Show “She Can Tupperware” di Trans7 Dengan Sikap Perempuan Dalam Meraih Kesuksesan di Surabaya).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan terpaan reality show She Can Tupperware di Trans7 dengan sikap perempuan dalam meraih kesuksesan.

Terpaan media akan memberikan sebuah respon bagi pemirsanya, seperti pada teori S-O-R yang mengasumsikan bahwa media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Data yang diperoleh menggunakan kuisioner dan penentuan sample menggunakan Cluster Random Sampling. Selanjutnya data diolah dengan menggunakan metode korelasi Rank Sparman. Signifikan hubungan terpaan reality show She Can Tupperware di Trans7 dengan sikap perempuan dalam meraih kesuksesan diperoleh setelah menghitungan akhir menggunakan uji t (signifikansi 0,05).

Dari data yang dianalisa bahwa secara statistik variabel terpaan reality show She Can Tupperware di Trans7 (X) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan sikap perempuan dalam meraih kesuksesan (Y), yang berarti tayangan reality show She Can Tupperware di Trans 7 tidak mempengaruhi adanya perubahan sikap perempuan dalam meraih kesuksesan. hal tersebut ditunjukkan dari nilai ttest 1,646 lebih kecil dari ttabel yakni 1,980.

Kata Kunci : Hubungan, Terpaan, She Can Tupperware, Sikap.

ABSTRACT

MITA FEBRININGTYAS. The Correlation exposure Of Reality Show She Can Tupperware On Trans7 With The Attitude Of Woman To Reach Successfull (The studies of correlation exposure of reality show She Can Tupperware on Trans7 by attitude of woman to reach the successful in Surabaya).

The purpose of this research is to know the correlation exposure of reality show She Can Tupperware on Trans7 with the attitude of woman to reach the successful.

The exposure communication media will give a respond for the viewer, such as the S-O-R theory which assumes that the mas media give a directly.

This research is use the quantitative method. The data that was obtained by using the correlation of Spearman Rank Method. The signification result of the correlation exposure of reality show She Can Tupperware on Trans7 with the inspiration attitude of woman to reach the succesful will be obtained after the final calculation by using t-test (index signification 0,05).

(15)
(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Masyarakat dalam kehidupannya membutuhkan informasi untuk memenuhi kebutuhan yang beragam. Informasi selalu berkembang seiring perubahan jaman. Dapat dikatakan masyarakat tidak hanya butuh melainkan masyarakat dituntut untuk mengetahui informasi – informasi yang selalu berkembang. Dalam penyampaian informasi tersebut tidak pernah lepas dengan suatu proses komunikasi. Komunikasi adalah transmisi pesan dari suatu sumber kepada penerima (Lasswell, 1948). Dalam proses komunikasi itu sendiri selalu membutuhkan suatu sarana atau media dalam menyampaikan informasinya. Ketika media yang digunakan adalah teknologi yang membawa pesan kepada sejumlah besar orang, seperti surat kabar membawa kata-kata yang tercetak, radio membawa suara musik dan berita, televisi dengan audio visualnya menghadirkan film, sinetron, berita, media tersebut biasanya disebut dengan media massa (Baran, 2012:5).

(17)

media massa merupakan gejala awal yang menandai kehidupan masyarakat modern saat ini. Hal ini dapat dilihat melalui meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat terhadap berbagai bentuk media massa, salah satunya adalah media elektronik yakni televisi.

Televisi terus mengalami kemajuan yang pesat seiring dengan perkembangan informasi yang terus menggeliat. Televisi sering dijuluki sebagai faktor penentu perubahan yang kehadirannya tidak bisa dibendung. Televisi sebagai media penyampai pesan hadir dengan sifat dan kelebihannya yang audio-visual atau cinematography (pandang dengar dan gambar bergerak), sehingga informasi yang disampaikan akan mudah dimengerti. Pengaruh televisi dalam sistem komunikasi tidak pernah lepas dari pengaruh terhadap aspek - aspek kehidupan pada umumnya. Televisi disini menimbulkan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang sudah terlanjur mengetahui dan merasakannya, baik pengaruh positif ataupun pengaruh negatif

(18)

Berkembangnya dunia pertelevisian memicu semakin banyak munculnya stasiun – stasiun televisi seperti TVRI, RCTI, SCTV, ANTV, MNCTV, Indosiar, Metro TV, Trans 7, Global TV, TV One, Trans (Kompas, 15/02/2013). Dengan segala macam program acaranya yang ditayangkan oleh stasiun televisi tesebut, hal ini membuktikan bahwa stasiun televisi semakin berlomba – lomba untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi. Televisi bisa menjadi candu dan karena kelebihannya kini telah menjadi kebutuhan primer masyarakat Indonesia (Badjuri, 2010: 2).

Tayangan acara televisi mulai dari yang bersifat informasi, pendidikan dan hiburan, memang sangat menarik pemirsanya karena dianggap mampu memberikan arahan dan masukan kepada pemirsa untuk bersikap dan berperilaku dalam kehidupannya sehari-hari. Namun keberhasilan sebuah tayangan televisi harus pula diimbangi oleh membaiknya daya nalar pemirsa dengan tingginya tingkat pemahaman dan pengetahuan mereka. Hingga pemirsanya dapat membedakan tayangan mana yang bermanfaat atau sebaliknya.

(19)

problema hidup, kehidupan sehari-hari seorang selebritis, kisah – kisah inpiratif, pencarian bakat, pencarian pasangan hidup, rekayasa jebakan, dll.

Banyak reality show di pertelevisian Indonesia umumnya hanya sebuah program acara yang sifatnya menghibur. Mulai dari tayangan-tayangan jail seperti “Supertrap” , Uji nyali dalam "Dunia Lain" atau "Dua Dunia" yang mempertemukan peserta reality show dengan makhluk halus, “Mencari Cinta” tayangan bertemakan pernyataan cinta seseorang kepada orang yang dicintai, “Mata Lelaki” dan“Sexophone” yang membahas seputar seks dan dunia malam, dan masih banyak yang lain (http://media.kompasiana.com). Dari berbagai tema yang ada pada reality show tersebut, pemirsa seolah hanya melongo saat menonton tayangan yang disuguhkan stasiun televisi tanpa ada pesan tertentu yang bisa disampaikan. Sebenarnya reality show yang bersifat edukatif juga banyak ditayangkan stasiun televisi, tetapi acara-acara tersebut bagi sebagian pemirsanya hanya sebuah acara yang membosankan, mengingat masyarakat Indonesia yang heterogen dan memiliki tingkat selera dan kesukaan yang berbeda pada program acara ditelevisi.

(20)

dalam dunia karir, politik, ekonomi, sukses dalam lingkungan disekitarnya, dll. Seakan membuat pemahaman baru dimana saat ini wanita tidak lagi terikat dengan ideologi partriarki, yakni sebuah paham membudaya yang selalu menganggap perempuan adalah makhluk lemah dan laki– laki sebagai penguasa.

Saat ini telah banyak wanita sukses dengan usaha, kerja keras, kegigihan, hingga mereka mampu mengubah hidup menjadi lebih bermakna dan bermanfaat. Seakan menunjukkan bahwa sebenarnya posisi dan kemampuan wanita sama dengan laki – laki. Menjadi wanita hebat tidak harus dimulai dengan hal besar, tetapi dengan hal kecil yang mampu mengubah kehidupan kita dan membantu orang lain. Dari hal kecil tersebut wanita diajarkan untuk menjadi orang – orang hebat yang kemampuannya mampu diperhitungkan atau disetarakan dengan laki – laki. Karena sebenarnya perempuan dan laki – laki itu memiliki kemampuan sama dan hanya dibedakan dari segi bilogisnya saja.

(21)

Badan Pusat Statistik kota Surabaya yang menyebutkan tahun 2011 jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin perempuan di Surabaya adalah 1.506.978 jiwa, dengan tingkat pendidikan beragam. Diantaranya lulusan SMA dan SMK berjumlah 29,38% dan lulusan perguruan tinggi sekitar 12,57%. Lebih mengalami peningkatan daripada tahun 2010 yang jumlah penduduk perempuan di kota Surabaya masih berjumlah 1.397.646 jiwa, dengan presentase tingkat pendidikan yang lebih rendah. Dari data tersebut bisa dilihat bahwa banyaknya penduduk berjenis kelamin perempuan dengan berkembangnya tingkat pendidikan, seharusnya peran perempuan dalam kemajuan pada segala bidang baik ekonomi, sosial, politik, budaya, juga semakin meningkat.

Berdasarkan uraikan diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah terpaan acara reality show “ She Can Tupperware” memiliki hubungan dengan sikap perempuan dalam meraih kesuksesan. Dipilihnya program acara She Can Tupperware karena dibanding dengan acara lain reality show ini menjadi salah satu acara yang hanya bertemakan perempuan, dari segi penyajiannya juga berbeda yakni perempuan yang menjadi narasumber pada setiap episodenya hadir dari beragam profesi dan lapisan sosial. Reality show bertemakan perempuan juga seolah menjadi warna baru dalam beragamnya program acara televisi di Indonesia.

(22)

adalah 30 menit. Diputarnya acara She Can Tupperware pada jam-jam tersebut sangat sesuai mengingat sasaran utama dari tayangan ini adalah perempuan dan sangatlah tepat bila dihadirkan pada hari dan jam tersebut karena pada saat itu banyak masyarakat sedang menikmati hari libur akhir pekan dan bisa menjadi tontonan pagi hari yang menginspirasi bagi para keluarga khususnya perempuan.

(23)

Adapun teori yang digunakan adalah teori S-O-R terdiri dari singkatan stimulus, Organism, Response. Teori ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses dari aksi dan reaksi. Artinya model ini nantinya berguna untuk memberikan gambaran tentang efek media yakni menjelaskan bagaimana terpaan acara reality show di televisi dapat menimbulkan perubahan sikap bagi pemirsanya.

Peneliti memilih lokasi di wilayah Surabaya karena merupakan kota dengan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan terbanyak berjumlah 1.506.978 jiwa, daripada kota - kota lain yang ada di provinsi Jawa Timur (BPS Prov Jatim 2011). Masyarakat perkotaan seperti Surabaya juga memiliki ciri–ciri yaitu terbuka dengan informasi, media massa, aktif, dan bersifat modern (Soekanto, 2012 :136). Responden dalam penelitian ini perempuan yang berdomisili di wilayah Surabaya dan berusia 19 tahun keatas. Hal ini dikarenakan individu dalam usia tersebut memiliki kematangan emosional dan sosial, kematangan kognitif dan kemampuan intektual maupun keterampilan, dan ditunjang dengan sikap dan pandangan yang lebih realistis terhadap lingkungan sosialnya sehingga dapat mengikuti perubahan jaman (Dariyo, 2004: 66). Selain itu pemirsa televisi Indonesia saat ini lebih didominasi kaum ibu, kaum wanita dan hal ini terbukti dengan program acara televisi yang paling sukses adalah acara yang disukai kaum wanita (Kuswandi, 2008: 145)

(24)

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan terpaan reality show She Can Tupperware di Trans7 dengan sikap perempuan dalam meraih kesuksesan di Surabaya ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis hubungan terpaan reality show She Can Tupperware di Trans7 dengan sikap perempuan dalam meraih kesuksesan di Surabaya.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis :

1.4.1. Manfaat Teoritis

• Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan untuk pengembangan ilmu komunikasi khususnya dalam bidang jurnalistik yaitu televisi yakni sebagai masukan bagi penelitian selanjutnya.

1.4.2. Manfaat Praktis

(25)
(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian kali ini akan disampaikan beberapa penelitian terdahulu yakni :

1. Puasini Apriliyantini dan Neni Octavis (2011), program studi ilmu komunikasi, Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi-Almamater Wartawan Surabaya. Penelitian berjudul “Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pemilihan Program Televisi”. Dalam penelitian ini berbicara bahwa tingkat pendidikan seseorang menentukan program acara yang dipilih, karena ditunjang juga dengan semakin berkembangnya industri pertelevisian Indonesia yang memunculkan beragam program acara dan salah satunya adalah RCTI. Selain itu acara televisi juga akan mempengaruhi sikap, pandangan, presepsi, dan rasa penasaran pada penonton.

Landasan teori yang digunakan adalah teori Perbedaan Individual yang mengasumsikan bahwa individu amat bervariasi dalam organisasi psikologisnya secara pribadi. Teori yang kedua adalah teori Uses And Gratifications Dalam teori ini terdapat dua konsep, yakni Gratifications

(27)

Penelitian ini terdapat dua variabel yakni tingkat pendidikan dan program acara. Pengambilan sampel menggunakan teknik Random Sampling. Berdasarkan perhitungan dan analisis Chi Kuadrat diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan seseorang dengan keputusan memilih acara di televisi.

2. Ropingan (2011), jurusan Ilmu Komunikasi, penelitian berjudul “Hubungan Pengeluaran Rumah Tangga Terhadap Tingkat Pembelian HP individu, Kepemilikan Nomor HP dan HP di Sulawesi Barat, NTB, dan Jawa Timur”. Penelitian ini berbicara tentang pemanfaatan teknologi informasi sebagai sarana komunikasi. Komunikasi menjadi kebutuhan yang sangat penting dan sangat mempengaruhi kemajuan teknologi informasi dan kebutuhan masyarakat secara umum. kepemilikan teknologi informasi ini sekarang dimulai dari pedagang asongan, tukang becak, pegawai kantor, mahasiswa, pelajar. Singkatnya kelas bawah sampai kelas atas membutuhkan teknologi informasi yakni HP yang tentu hal ini akan mempengaruhi pengeluaran rumah tangga.

(28)

pengeluaran pembelian pulsa rendah. Jadi terdapat hubungan antara pengeluaran rumah tangga terhadap tingkat pembelian handphone individu, kepemilikan nomor handphone.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada penelitian sekarang yang dilakukan memiliki perbedaan dan persamaan dengan penelitian terdahulu. Perbedaan terletak pada penggunaan teori, sampel, dan analisis karena memang penelitian terdahulu dengan yang sekarang menggunakan objek berbeda. Penelitian terdahulu lebih pada teori Uses and Gratification, teori perbedaan individu, teori kebutuhan Maslow, teori komunikasi. Kemudian analisis data yang digunakan pada penelitian terdahulu menggunakan analisis Chi Kuadrat.

Pada penelitian sekarang yang meneliti hubungan terpaan reality show She Can Tupperware dengan sikap inspiratif perempuan dalam meraih kesuksesan di Surabaya yakni menjelaskan bagaimana terpaan tayangan pada media televisi dapat mempengaruhi sikap inspiratif yang dalam penelitian ini objeknya perempuan. Persamaan terletak pada media yang digunakan yakni televisi dan teknik pengambilan populasi dan sampel sama-sama menggunakan clutser random sampling. Sebenarnya analisis data yang digunakan antara Chi Kuadrat, Rank Spearman, Product Moment itu sama-sama menganalisis tentang hubungan antara variabel satu dengan yang lain. Hanya saja dalam penelitian sekarang peneliti lebih tertarik menggunakan metode analisis Rank Spearman.

(29)

2.2.1. Televisi Sebagai Media Massa

Televisi merupakan media massa yang megalami perkembangan paling fenomenal di dunia. Meski lahir belakangan dibanding media massa cetak dan radio, namun akhirnya media televisilah yang paling banyak diakses oleh masyarakat. Televisi sebagai media penyampai pesan hadir dengan sifat dan kelebihannya yang audio-visual atau cinematography (pandang dengar dan gambar bergerak), sehingga penyampaian isi pesan seolah-olah langsung antara komunikator dan komunikan. Dari semua media komunikasi yang ada televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia baik dalam bidang politik, ekomoni, sosial, dan budaya (Badjuri, 2010: 6).

Dengan banyak kelebihannya menyebabkan televisi mempunyai kapasitas lebih sebagai media komunikasi massa. Diantara fungsi televisi (informasi, pendidikan dan hiburan) juga harus bisa sesuai dengan peran media massa sebagai agent of change / pelopor perubahan, yakni :

a. Sebagai Institusi pencerahan masyarakat, yaitu perannya sebagai media edukasi. Media massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas, terbuka pikirannya, dan menjadi masyarakat yang maju. b. Menjadi media informasi, yakni media yang setiap saat memberikan

(30)

c. Media massa sebagai media hiburan. Sebagai agent of change, media massa juga menjadi institusi budaya yakni institusi yang setiap saat menjadi corong kebudayaan, katalisator perkembangan budaya. (Bungin, 2011:85)

Media televisi bukan hanya menjadi media hiburan saja, tetapi juga diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan pemirsanya. Televisi sebagai jendela besar dunia karena realitas sosial yang ditayangkannya dan mengingat pada dasarnya manusia memiliki keingintahuan yang besar terhadap sesuatu diluar dirinya. Untuk itu media televisi menjawabnya dengan model suara gambar bergerak yang mampu menyentuh aspek psikologis manusia dimanapun (Kuswandi, 2008: 16).

2.2.2. Pemirsa Televisi Sebagai Khalayak Media Massa

(31)

dengan mereka yang selalu menjadikan media massa sebagai referensi dalam hidupnya (Nurudin, 2009: 105).

Menurut Hiebert dan kawan-kawan, audience dalam komunikasi massa mempunyai lima karakteristik yaitu:

a. Audience cenderung berisi individu-individu yang condong untuk berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial diantara mereka.

b. Audience cenderung besar. Besar disini berarti tersebar ke berbagai wilayah jangkauan sasaran komunikasi massa. Meskipun begitu, ukuran luas ini sifatnya bisa jadi relatif sebab ada media tertentu yang khalayaknya mencapai ribuan bahkan jutaan. Baik ribuan atau jutaan tetap disebut dengan audience atau khalayak meskipun jumlahnya berbeda.

c. Bersifat heterogen. Mereka berasal dari berbagai lapisan dan kategori sosial.beberapa media tertentu memiliki sasaran, tetapi heterogenitasnya juga tetap ada.

d. Cenderung anonim yakni tidak mengenal satu sama lain. Tidak mungkin audience mengenal semua khalayak televisi yang berjumlah jutaan.

e. Audience secara fisik dipisahkan oleh komunikator. Dipisahkan yang dimaksud adalah mencakup ruang dan waktu.

(32)

2.2.3. Efek Media Massa

Dalam sebuah proses komunikasi, pesan dalam media massa dapat menerpa seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Steven M. Chaffee dalam Ardianto, (2007 : 50-58), efek media massa dilihat dari dua pendekatan yaitu efek dari media massa yang berkaitan dengan pesan ataupun media itu sendiri dan jenis perubahan yang terjadi pada khalayak.

a. Efek bagai benda fisik

(33)

pada media tertentu. Tumbuhnya perasaan senang atau percaya pada media massa tertentu mungkin erat kaitannya dengan pengalaman individu bersama media massa tersebut boleh jadi faktor isi pesan mula-mula amat berpengaruh, tetapi kemudian jenis media itu yang diperhatikan, apa pun yang disiarkannya.

b. Efek Pesan. 1) Efek Kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya infomatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. 2) Efek Afekti dimana kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya. 3) Efek Behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Menurut teori Bandura, orang cenderung meniru perilaku yang diamatinya. Stimulus menjadi teladan untuk perilakunya

(34)

2.2.4. Media exposure (Terpaan Media)

Terpaan media berusaha mencari data khalayak tentang penggunaan media baik jenis media, frekuensi penggunaan maupun durasi penggunaan (longevity). Penggunaan jenis media meliputi media audiovisual, media audio, media cetak. Terpaan (exposure) merupakan dampak media massa yang akan timbul secra kuat dan cepat apabila sebagian besar khalayak memang telah terekspos oleh media massa (Rakhmat, 2004: 221)

Frekuensi adalah berapa kali anggota audiens sasaran terpaparkan oleh media tertentu selama periode waktu yang relevan. Berhubungan dengan penggunaan media tentang berapa kali seseorang menggunakan media dalam satu minggu, berapa seminggu seserang menggunakan dalam satu bulan, serta berapa kali sebulan seseorang menggunakan media dalam satu tahun.

Durasi berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam penayangan acara. Durasi penggunaan media menghitung berapa lama khalayak bergabung dengan suatu media (berapa jam sehari), atau berapa lama (menit) pemirsa mengikuti suatu program (Ardianto, Komala, dan Karlinah, 2007: 168). Semakin lama audiens diterpa oleh media massa, maka akan memberikan dampak kepada perubahan sikap dan perilaku.

(35)

Sikap manusia bukan sesuatu yang melekat sejak lahir, tetapi diperoleh dari sebuah proses pembelajaran yang sejalan dengan perkembangan hidupnya. Proses yang dimaksudkan adalah dimana individu memperoleh informasi, tingkah laku atau sikap baru dari orang lain. Sikap adalah suatu proses penilaian yang dilakukan pada suatu objek. Sikap merupakan proses evaluasi yang bersifat internal atau subyektif yang berlangsung dalam diri seseorang dan tidak dapat diamati secara langsung. Sikap dapat diketahui melalui pengetahuan, keyakinan, perasaan, dan kecenderungan tingkah laku seseorang terhadap objek sikap. Kedalaman sikap seseorang terhadap suatu objek dapat diukur melalui pengetahuannya, perasaanya, dan bagaimana dia memberlakukan objek tersebut. (Sarwono, 2009: 83)

Sikap adalah konsep yang dibentuk oleh tiga komponen, yaitu :

a) Kognitif. Komponen ini berisi semua pemikiran serta ide – ide yang berkenaan dengan objek sikap. Isi pemikiran seseorang meliputi hal – hal yang diketahuinya sekitar objek sikap, dapat berupa tanggapan atau keyakinan, kesan, atribusi, dan penilaian tentang objek sikap.

b) Afektif. Komponen afektif dari sikap meliputi perasaan atau emosi seseorang terhadap objek sikap. Adanya komponen afeksi dari sikap dapat diketahui melalui perasaan suka atau tidak suka, senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Isi perasaan atau emosi pada penilaian seseorang terhadap objek sikap inilah yang mewarnai sikap menjadi suatu dorongan atau kekuatan (daya).

(36)

dapat berupa tindakan atau perbuatan yang dapat diamati dan dapat berupa intensi atau niat untuk melakukan perbuatan. Jika orang mengenali dan memiliki pengetahuan yang luas tentang objek sikap yang disertai perasaan positif mengenai kognisinya, maka ia cenderung mendekati (approach) objek sikap tersebut.

Sikap disimpulkan dari cara individu mempelajari objek sikap, bertingkah laku, dan mempengaruhi perilaku. Suatu sikap yang mengarah pada objek psikologis atau kategori yang menentukan bagaimana individu mengkategorisasikan target objek dimana sikap diarahkan dan kemudian memberikan suatu alasan untuk berperilaku mengarah pada objek itu dengan cara-cara tertentu. Pada dasarnya sikap bukan merupakan suatu pembawaan, melainkan pada hasil interaksi antara individu dengan lingkungan sehingga sikat bersifat dinamis.

(37)

2.2.6. Perempuan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) perempuan lebih didefinisikan menurut jenis kelamin (seks) atau biologisnya, yakni manusia yang memiliki organ tubuh untuk keperluan reproduksi seperti vagina, indung telur, menstruasi, dan air susu. Alat – alat tersebut melekat secara biologis yang bersifat permanen dan tidak dapat dipertukarkan dan itu semua pemberian Tuhan yang kemudian disebut sebagai kodrat.

Perempuan biasa dikaji lebih dalam melalui pendekatan gender, namun pada umumnya masyarakat memahami konsep gender sama dengan pengertian jenis kelamin (seks). Jenis kelamin adalah penafsiran atau pembagian dua jenis kelamin yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu yakni perempuan dan laki-laki. Jika perempuan menurut jenis kelamin adalah manusia yang memiliki alat reproduksi, berbeda dengan perempuan menurut konsep gender. Perempuan menurut pendekatan gender berarti suatu sifat yang melekat pada diri seorang perempuan yang dikonstruksikan sosial dan kultural oleh masyarakat. sifat tersebut antara lain lemah lembut, cantik, emosional atau ke ibuan. Perempuan dengan organ tubuh yang dimilikinya dikonstruksikan oleh budaya untuk memiliki sifat yang halus, sabar, penyayang, lemah lembut dan sejenisnya. Sifat inilah yang sering disebut dengan istilah feminim (Ridwan, 2006 :18).

(38)

dengan pembawaan sifat feminimnya seolah berbeda dengan laki-laki dengan sifat maskulinnya (perkasa, kuat, rasional). Padahal ciri dari sifat – sifat tersebut merupakan hal yang dapat dipertukarkan antara kaum laki – laki dan perempuan. Artinya, ada laki – laki yang emosional, lemah lembut, keibuan, sementara juga ada perempuan yang kuat, rasional, dan perkasa.(Ridwan, 2006 :5)

2.2.7. Kesuksesan

Kesuksesan berasal dari kata sukses yang berarti sesuatu yang diraih dalam suatu tahapan tertentu bukanlah tujuan akhir, melainkan merupakan awal dari suatu keberhasilan. Keberhasilan awal merupakan dasar dan sebagai modal awal yang dapat dijadikan untuk mengapai tahapan sukses yang lebih besar. Apa yang telah dicapai sebelumnya harus dipertahankan jika ingin berhasil dalam tahapan yang lebih besar. Seseorang dalam menempuh suatu kesuksesan baik keberhasilan atau cita-cita tertentu, maka untuk mewujudkannya memerlukan waktu dan proses. Keberhasilan atau kegagalan dalam menjalankan proses sangat ditentukan oleh kegigihan, semangat, motivasi. Waktu yang diperlukan untuk menempuh suatu tahapan kesuksesan tergantung dari besar kecilnya keinginan dan cita-cita yang ingin dicapai.

(39)

Kesuksesan dalam kehidupan perempuan adalah ketika dirinya mampu menciptakan sebuah keseimbangan dalam hidupnya. Sukses yang seimbang yakni mereka mampu berperan dalam lingkungan publik layaknya laki-laki dan pada lingkungan domestiknya yakni sebagai peran ibu dan istri untuk anak dan suaminya. Sukses juga bukan selalu berkaitan dengan hal yang besar dan sering dikaitkan dengan materi seperti pada umumnya, namun kesuksesan seseorang ketika dirinya mampu melakukan hal yang bertujuan dan bermanfaat bagi hidupnya dan orang lain. Kesuksesan dibidang apa saja pada prinsipnya sama, misalnya sukses dalam menempuh tahapan pendidikan, sukses dalam menangani suatu permasalahan perusahaan/bisnis, sukses dalam karir jabatan tertentu pada perusahaan atau pada salah satu instansi pemerintah, sukses membangun bisnis/usaha baik usaha kecil/besar. Kesemuanya memerlukan proses yang waktunya bisa panjang atau bisa pendek tergantung dari besar kecilnya keinginan yang ingin dicapai. (Sally, 2009: 3)

2.2.8. Reality Show She Can Tupperware

(40)

Tupperware She Can adalah salah satu program di TRANS 7 yang disponsori oleh produk Tupperware. Ditayangkan setiap hari Sabtu pukul 08.30-09.00 wib, reality show ini mempunyai konsep membahas tentang perempuan hebat yang mempunyai prestasi yang membanggakan. “She Can Tupperware” dalam setiap episodenya selalu menghadirkan beragam cerita kehidupan wanita Indonesia. Bercerita profil wanita dari berbagai profesi dan latar kehidupan yang berbeda-beda yang tidak hanya mampu sukses dalam dunia pekerjaan (dokter, pengacara, dosen, direktur), tapi juga sukses dalam hal-hal yang mampu mengubah sekitarnya menjadi lebih baik. Salah satunya dengan menjadi aktifis lingkungan, membangun usaha, mempemberdaya orang -orang cacat dengan membekali mereka dengan keterampilan, membangun sekolah anak dan taman baca, dll. Semua hal tersebut bisa didapat dengan usaha, kerja keras, kegigihan, hingga mereka mampu mengubah hidup menjadi lebih bermakna dan bermanfaat.

2.2.9. Teori S-O-R

Teori SOR sebagai singkatan dari stimulus-organism-response ini semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi teori komunikasi tidak mengherankan karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi.

(41)

memperkirakan keseuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur – unsur dalam model ini adalah :

a) Pesan (Stimulus, S), yaitu pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan.

b) Komunikan (Organism, O), merupakan keadaan komunikan disaat menerima pesan. Pesan yang disampaikan komunikator diterima sebagai informasi, dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan komunikator. Perhatian disini diartikan bahwa komunikan akan memperhatikan setiap pesan yang disampaikan komunikator. Selanjutnya komunikan akan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap pesan yang disampaikan oleh komunikator.

c) Efek (Respon, R), adalah dampak dari komunikasi. Efek dari komunikasi adalah perubahan sikap yakni sikap kognitif, afektif, dan konatif.

Mar’at dalam Hovlan et, al (1998), dalam bukunya “Sikap manusia, Perubahan serta Pengukurannya” menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu perhatian, pengertian, penerimaan.

Teori S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut :

(42)

Gambar 2.1

Model Teori S-O-R (Effendy, 2003: 325)

Teori ini menjadi landasan pada penelitian ini karena terdapat kesesuaian unsur-unsur dari teori tersebut dengan topik yang dinagkat yaitu hubungan terpaan reality show She Can Tupperware dengan sikap inspiratif perempuan di Ssurabaya. Kesesuaian tersebut diantaranya :

1. Stimulus berupa terpaan tayangan reality show She Can Tupperware di Trans7.

2. Organisme berupa komunikan yaitu perempuan yang menonton tayangan She Can Tupperware dan memperhatikan, mengerti, kemudian menerima terpaan tayangan tersebut.

3. Respon berupa perubahan sikap perempuan dalam meraih kesuksesan setelah menonton tayangan She Can Tupperware

2.2.10. Kerangka Berpikir

(43)

Sebagai pemenuhan kebutuhan masyarakat tersebut media televisi berlomba-lomba untuk menghadirkan program acara yang menarik untuk pemirsanya. Semakin banyak stasiun televisi, maka semakin beragam pula program acara, salah satunya adalah acara reality show. Dengan berbagai tema yang digunakan mulai dari acara jebakan, seputar kehidupan selebritis, hantu dan mistis, pencarian jodoh, dll. Pemirsa seakan diberi sebuah suguhan tayangan yang hanya menghibur saja. Padahal banyak juga reality show yang tidak hanya menghibur tetapi juga memiliki unsur pendidikan dan nilai positif didalamnya, tetapi hanya terkesan membosankan. Hal tersebut karena masyarakat indonesia yang heterogen sehingga menjadikan sebuah perbedaan disetiap individu, baik dari perbedaan pengetahuan, nilai, selera, hobi, kesukaan, dalam memilih program acara di televisi.

“She Can Tupperware” adalah tayangan reality show seputar perempuan. bagaimana tokoh perempuan sebagai narasumber ditampilkan dengan sebuah kisah nyata hidupnya, usaha keras, kegigihan, pengetahuan, kreatifitas yang tinggi yang mampu menstimulus pemirsanya khususnya perempuan lain untuk bisa sukses dalam banyak hal baik pekerjaan, lingkungan dan keluarga.

(44)

perempuan hanya boleh dibedakan menurut jenis kelaminnya saja, tidak untuk sifat, kemampuan dan kelebihan yang dimilikinya.

Berkembangnya media televisi dan sebagai media yang paling digemari masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan informasi, dengan beragam program acara yang mendidik dan menginspirasi diharapkan mampu mengubah pola pikir dan sikap masyarakat. Seperti acara She Can Tupperware yang nantinya diharapkan mampu menstimulus masyarakat khususnya perempuan dalam meraih kesuksesan.

(45)

Gambar 2.2

Bagan Kerangka Berpikir Penelitian Tentang Hubungan Reality Show She Can Tupperware dengan Sikap Inspirastif Perempuan di Surabaya

2.2.11. Hipotesis

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode survey, adapun penelitian ini bermaksud untuk memberikan gambaran dan menjelaskan tentang hubungan terpaan reality show She Can Tupperware dengan sikap perempuan meraih kesuksesan di Surabaya. Definisi operasional dan pengukuran variabel adalah segala sesuatu yang akan dijadikan objek pengamatan dalam penelitian yang akan diamati. Variabel-variabel dalam penelitian ini dioperasionalkan sebagai berikut :

3.1.1. Terpaan Tayangan Reality Show She Can Tupperware di Trans7

Variabel bebas atau Variabel X adalah terpaan tayangan reality show She Can Tupperware di Trans7, yang dioperasionalkan sebagai jumlah waktu yang dihabiskan untuk menonton tayangan reality show She Can Tupperware di Trans7. Terpaan adalah dampak media massa yang akan timbul secara kuat dan cepat, apabila sebagian besar khalayak telah terexpose oleh media massa dalam penelian ini media televisi.

(47)

1. Durasi yakni berapa lama responden menonton tayangan She Can Tupperware di Trans7. Dalam kuisioner peneliti akan mengajukan pertanyaan tertutup. Durasi operasionalnya adalah berapa lama responden menonton tayangan She Can Tupperware dalam sekali menonton. Durasi dihitung dengan rata-rata waktu yang digunakan dalam satuan menit.

Untuk memudahkan pengukuran peneliti mengkategorikan penggunaan durasi dalam 3 kategori. Pembagian kategori berdasarkan pada durasi 1-30 menit dalam sekali menonton tayangan She Can Tupperware.

Langkah pertama dengan mencari lebar interval (I), sebagai berikut :

Interval Class =30− 1

3 = 9,6 10

Jadi kategorinya dibedakan menjadi : a. 1 – 10 menit/penayangan diberi skor 1 b. 11 – 20 menit/penayangan diberi skor 2 c. 21 – 30 menit/penayangan diberi skor 3

2. Frekuensi adalah seberapa sering responden menonton tayangan reality show She Can Tupperware di Trans7. Peneliti menggunakan kuisioner dengan pertanyaan tertutup. Frekuensi operasionalnya adalah frekuensi responden menonton tayangan She Can Tupperware di Trans7 dalam penayangan selama tiga bulan terakhir. Frekuensi dikategorikan menjadi 3 dengan pengukuran lebar interval juga. Pengukuran indikator frekuensi :

(48)

Frekuensi minimal penayangan reality show She Can Tupperware adalah 1 kali Frekuensi maksimal penayangan reality show She Can Tupperware adalah 12 kali

Interval Class =12− 1

3 = 3,67 4

Jadi Kategorinya :

a. 1 – 4 kali diberi skor 1 b. 5 – 8 kali diberi skor 2 c. 9 – 12 kali diberi skor 3

Skala pengukuran hubungan terpaan reality Show She Can Tupperware di Trans7 menggunakan skala ordinal yang diurutkan berdasarkan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Masing- masing alternatif jawaban ini telah diberi skor untuk menyamakan pengukuran terpaan reality show She Can Tupperware di Trans7 yang terdiri dari indikator frekuensi dan durasi dengan menggunakan rumus :

Interval class =( − )

Jumlah pertanyaan dalam variabel X yakni terpaan reality show She Can Tupperware terdiri dari 2 item pertanyaan.

- Skor jawaban tertinggi = 3 x 2 = 6 - Skor jawaban terendah = 1 x 2 = 2

=6 − 2

(49)

Sehingga batasan skor untuk terpaan reality show She Can Tupperware adalah sebagai berikut :

a. 1 – 2 termasuk kategori rendah, artinya terpaan tayangan She Can Tupperware rendah

b. 3 – 4 termasuk kategori sedang, artinya terpaan tayangan She Can Tupperware sedang

c. 5 – 6 termasuk kategori tinggi, artinya terpaan tayangan She Can Tupperware tinggi

3.1.2. Sikap Perempuan Dalam Meraih Kesuksesan di Surabaya

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap perempuan dalam meraih kesuksesan. Sikap perempuan dalam meraih kesuksesan pada penelitian ini didefinisikan sebagai sesuatu yang memberikan motivasi, keuletan, kegigihan dan inovasi dalam tindakan untuk mengubah kehidupan yang lebih baik yakni dalam meraih sebuah kesuksesan (Sally, 2009: 3), khususnya bagi perempuan di kota Surabaya setelah menonton tayangan reality show “ She Can Tupperware” di Trans7. Dalam penelitian ini sikap perempuan dalam meraih kesuksesan dikategorikan sebagai berikut :

(50)

termasuk bagaimana usaha, kerja keras, keuletan, kegigihan, yang penting dimiliki perempuan dalam meraih kesuksesan.

b. Komponen Afektif menunujukkan perasaan perempuan terhadap tayangan reality show She Can Tupperware yaitu apakah mereka menyukai atau tidak menyukai, tertarik atau tidak tertarik dengan tayangan She Can Tupperware di Trans7. Meliputi apakah responden menyukai atau tidak segmen acara dalam reality show She Can Tupperware.

c. Komponen konatif menunjukkan perilaku, adakah keinginan perempuan untuk melakukan tindakan dalam meraih kesuksesan seperti kisah kesuksesan perempuan yang ditayangkan She Can Tupperware. Adakah keinginan perempuan memiliki sikap untuk meraih kesuksesan yakni kreatif, optimis, percaya diri, mandiri, tekun, memiliki inovasi yang tinggi serta bermanfaat bagi keluarga dan sesama (orang lain).

Skala pengukuran sikap perempuan dalam meraih kesuksesan ini menggunakan skala ordinal yang diurutkan berdasarkan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Masing – masing alternatif jawab telah diberi skor. Untuk menyamakan pengukuran sikap perempuan dalam meraih kesuksesan dengan indikator kognitif, afektif, dan konatif dengan menggunakan rumus :

a. Setuju diberi skor 3 b. Ragu – Ragu diberi skor 2 c. Tidak Setuju diberi skor 1

(51)

Interval class =( − )

A. Dalam variabel ini, komponen kognitif terdapat 3 item pertanyaan : - Skor jawaban tertinggi = 3 x 3 = 9

- Skor jawaban terendah = 1 x 3 = 3

=9 − 3

3 = 2

Batasan skor komponen kognitif untuk sikap perempuan dalam meraih kesuksesan adalah sebagai berikut :

a. 3 – 5 termasuk kategori rendah, artinya tingkat pengetahuan perempuan pada kisah sukses termasuk bagaimana usaha, kerja keras, keuletan, kegigihan, yang penting dimiliki sebagai sikap perempuan dalam meraih kesuksesan adalah rendah.

b. 6 – 7 termasuk kategori sedang, artinya tingkat pengetahuan perempuan pada kisah sukses termasuk bagaimana usaha, kerja keras, keuletan, kegigihan, yang penting dimiliki sebagai sikap perempuan dalam meraih kesuksesan adalah sedang.

c. 8 – 9 termasuk kategori tinggi, artinya tingkat pengetahuan perempuan pada kisah sukses termasuk bagaimana usaha, kerja keras, keuletan, kegigihan, yang penting dimiliki sebagai sikap perempuan dalam meraih kesuksesan adalah tinggi.

B. Dalam variabel ini, komponen afektif terdapat 3 item pertanyaan : - Skor jawaban tertinggi = 3 x 3 = 9

(52)

=9 − 3

3 = 2

Batasan skor komponen afektif untuk sikap perempuan dalam meraih kesuksesan adalah sebagai berikut :

a. 3 – 5 termasuk kategori rendah, artinya perasaan suka dan tertarik responden seputar kisah sukses perempuan yang ada pada tayangan reality show She Can Tupperware adalah rendah.

b. 6 – 7 termasuk kategori sedang, artinya perasaan suka dan tertarik responden seputar kisah sukses perempuan yang ada pada tayangan reality show She Can Tupperware adalah sedang.

c. 8 – 9 termasuk kategori tinggi, artinya perasaan suka dan tertarik responden seputar kisah sukses perempuan yang ada pada tayangan reality show She Can Tupperware adalah tinggi.

C. Dalam variabel ini, komponen konatif terdapat 3 item pertanyaan : - Skor jawaban tertinggi = 3 x 3 = 9

- Skor jawaban terendah = 1 x 3 = 3

=9 − 3

3 = 2

(53)

a. 3 – 5 termasuk kategori rendah, artinya perilaku, keinginan perempuan untuk memiliki sikap dalam meraih kesuksesan yakni keuletan, optimis, percaya diri, mandiri, tekun, memiliki inovasi yang tinggi serta bermanfaat bagi keluarga dan sesama (orang lain) adalah rendah.

b. 6 – 7 termasuk kategori sedang, artinya perilaku, keinginan perempuan untuk memiliki sikap dalam meraih kesuksesan yakni keuletan, optimis, percaya diri, mandiri, tekun, memiliki inovasi yang tinggi serta bermanfaat bagi keluarga dan sesama (orang lain) adalah sedang.

c. 8 – 9 termasuk kategori tinggi, artinya perilaku, keinginan perempuan untuk memiliki sikap dalam meraih kesuksesan yakni keuletan, optimis, percaya diri, mandiri, tekun, memiliki inovasi yang tinggi serta bermanfaat bagi keluarga dan sesama (orang lain) adalah tinggi.

Dari penjelasan diatas dalam variabel ini, jika dijumlahkan terdapat 9 item pertanyaan. Sehingga bisa dihitung :

- Skor terendah = 1 x 9 = 9 - Skor tertinggi = 3 x 9 = 27

=27− 9

3 = 6

Batasan skor untuk sikap perempuan dalam meraih kesuksesan adalah:

(54)

b. 15 – 20 termasuk kategori Sedang, artinya perubahan sikap perempuan dalam meraih kesuksesan adalah sedang.

c. 21 – 27 termasuk kategori Tinggi, artinya perubahan sikap perempuan dalam meraih kesuksesan adalah tinggi.

3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel

Populasi adalah keseluruhan dalam objek penelitian, yang dalam penelitian ini adalah perempuan yang berdomisili di Surabaya dan berusia 19 tahun keatas. Pada usia tersebut individu memiliki kematangan emosional dan sosial, kematangan kognitif dan kemampuan intektual maupun keterampilan, dan ditunjang dengan sikap dan pandangan yang lebih realistis terhadap lingkungan sosialnya sehingga dapat mengikuti perubahan zaman (Dariyo, 2004: 66), dimana hal ini sesuai dengan target audience reality show “She Can Tupperware” di Trans7. Populasi penduduk perempuan di Surabaya yang berusia 19 tahun keatas adalah 966.422 jiwa (BPS, 2011)

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan area (clutser) sampling (sampling menurut daerah) yang sering disebut Cluster Random Sampling. Penggunaan metode ini karena mempunyai keistimewaan yakni memudahkan dalam penarikan sampel pada suatu populasi yang letaknya tersebar secara geografis. Metode ini dilakukan dalam beberapa tahap yakni :

(55)

2. Dilakukan pemilihan kecamatan, yakni untuk wilayah Surabaya timur (Kecamatan Rungkut dan Gunung Anyar) dan Wilayah Surabaya Selatan (Kecamatan Gayungan dan Jambangan).

3. Kemudian dipilih dari satu kecamatan dipilih dua kelurahan a. Kecamatan Rungkut

1) Kelurahan Penjaringan Sari 8988 orang

2) Kelurahan Wonorejo 4538 orang

b. Kecamatan Gunung Anyar

1) Kelurahan Gunung Anyar 9302 orang 2) Kelurahan Rungkut Menanggal 7557 orang c. Kecamatan Gayungan

1) Kelurahan Dukuh Menanggal 1634 orang

2) Kelurahan Ketintang 4900 orang

d. Kecamatan Jambangan

1) Kelurahan Jambangan 2010 orang

2) Kelurahan Karah 7885 orang

+ 46.814 orang

Jumlah Sampel diambil dengan menggunakan rumus Yamane (Rakhmad, 2001: 82) :

Ket : n = Sampel

n =

(56)

d = Derajat Presisi (0,1) N = Populasi

Dalam penelitian ini derajat presisi yang digunakan diantara ± 10% dengan tingkat kepercayaan 90%.

Jadi didapatkan jumlah sampel yang diambil sebanyak 100 perempuan. Selanjutnya dialokasikan secara proposional yang ditentukan melalui rumus :

n1 = 1 ×

Ket:

n1 = Jumlah penduduk disuatu kelurahan N1 = Ukuran stratum ke-1

N = Jumlah seluruh penduduk

n = Jumlah sampel minimum yang telah ditetapkan

(57)

n1 = 1 × 1 = 9302

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

(58)

seara tertulis kepada sejumlah responden untuk mendapat jawaban, tanggapan, dan respon tertulisnya.

b. Data sekunder. Data yang diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi Jawa Timur, Kecamatan dan kelurahan setempat, buku literatur, artikel atau koran, internet yang digunakan untuk mendukung penelitian ini.

3.4. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode statistik. Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Untuk menguji hubungan antara kedua variabel peneliti menggunakan koefesien Rank Spearman, karena data dalam penelitian ini berbentuk data ordinal yaitu berjengjang atau bertingkat antara satu dengan yang lainnya tidak sama. Rumus Rank Spearman dapat dijelaskan sebagai berikut :

ρ = 1 − 6 ∑

( − 1)

Ket : −

n : Jumlah sampel :

Untuk mempermudah menghitung data variabel X dan Y dalam rumus Rank Spearman diperlukan tabel penolong :

(59)

Tabel Penolong Koefesien Korelasi Rank Spearman

Ada atau tidaknya korelasi ditanyakan dalam rangka indeks. Betapapun kecilnya indek korelasi, jika bukan 0,0000 dapat diartikan bahwa antara kedua variabel yang dikorelasikan terdapat, terdapat adanya korelasi. Interpretasi tinggi – rendahnya korelasi dapat diketahui juga dari besar kecilnya angka dalam indeks korelasi. Makin besar angka dalam indeks korelasi, makin tinggilah korelasi kedua variabel yang dikorelasikan.

Untuk memperjelas pembuktian hipotesis, maka akan digunakan analisis t test dengan taraf signifikan 5% yang menggunakan rumus sebagai berikut :

= √ − 2

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefesien Korelasi

(60)

Interval Koefesien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 0,100 Sangat Kuat

Sumber : Sugiyono (2011: 184)

Dengan hipotesis statistiknya dapat dikemukakan sebagai berikut :

Ho : Tidak terdapat hubungan antara terpaan reality show She Can Tupperware dengan sikap perempuan dalam meraih kesuksesan di Surabaya.

H1 : Terdapat hubungan antara terpaan reality show She Can Tupperware dengan sikap perempuan dalam meraih kesuksesan di Surabaya.

Dengan ketentuan sebagai berikut :

o Bila t test < t tabel, maka Ho diterima dan H1 ditolak. Artinya tidak terdapat

hubungan antara variabel X (terpaan reality show She Can Tupperware) dengan variabel Y (sikap perempuan dalam meraih kesuksesan di Surabaya).

o Tetapi sebaliknya, bila t test > t tabel, maka H1 diterima dan Ho ditolak.

(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

TRANS7 dengan komitmen menyajikan tayangan berupa informasi dan hiburan, menghiasi layar kaca di ruang keluarga pemirsa Indonesia. Berawal dari kerjasama strategis antara Para Group dan Kelompok Kompas Gramedia (KKG) pada tanggal 4 Agustus 2006, TRANS7 lahir sebagai sebuah stasiun swasta yang menyajikan tayangan yang mengutamakan kecerdasan, ketajaman, kehangatan penuh hiburan serta kepribadian yang aktif.

(62)

Salah satu program acara yang memberi warna baru, reality show bertemakan perempuaan yakni “ She Can Tupperware”. Reality Show ini merupakan acara seputar kisah menarik perempuan di seluruh Indonesia. Bagaimana kisah sukses mereka yang melalui suatu usah keras, keyakinan, ketekunan hingga bisa mengubah kehidupan menjadi lebih baik untuk keluarga, orang lain, dan lingkungan sekitar. Keunikan dari program ini adalah perempuan yang dihadirkan sebagai narasumber terdiri dari berbagai lapisan sosial mulai dari pedagang kecil, pendiri taman bacaan, guru, dokter. Acara ini juga berusaha memberikan gambaran kepada pemirsanya bahwa setiap kesuksesan yang didapat seseorang tentu melalui sebuah proses panjang dalam hidupnya.

4.2. Penyajian Data

Pada bagian ini disajikan data hasil penyebaran kuisioner yang telah dibagikan kepada 100 perempuan di Surabaya, dimana kota Surabaya diambil beberapa wilayah menurut ketentuan penarikan sampling yakni menggunakan cluster random sampling. Diperoleh karakteristik responden dengan perincian sebagai berikut :

(63)

Dalam penelitian ini, peneliti akan memaparkan tentang karakteristik responden yakni para penduduk Surabaya khususnya perempuan yang berusia 19 tahun keatas.

Adapun data tentang karakteristik yang disajikan peneliti antara lain berdasarkan usia, pendidikan, dan pekerjaan yang dapat diuraikan berikut ini :

Tabel 4.1

(64)

sampai 42 dan 43 – 55 tahun mungkin lebih menyukai acara yang sifatnya hanya menghibur dipagi hari seperti acara musik, dll.

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan No Pendidikan Jumlah Presentase (%)

1 SD 1 1

(65)

Sumber: Kuisioner

Berdasarkan tabel 4.3 tersebut responden terbanyak yang menonton reality show She Can Tupperware di Trans7 adalah yang berprofesi sebagai PNS yakni sebanyak 25 orang atau 25%, diikuti dengan karyawan swasta dan ibu rumah tangga sebanyak 21 orang atau 21%. Hal ini terjadi dikarenakan memang profesi PNS pada hari sabtu libur sehingga bisa menonton acara reality show She Can Tupperware. Sedangkan karyawan swasta dan mahasiswa mungkin menonton tayangan ini sebagai tayangan yang menambah informasi dan edukasi tentang kisah suksesan perempuan bahkan untuk mencari hiburan. Selanjutnya profesi ibu rumah tangga 19 orang atau 19% dan wiraswasta sebanyak 14 orang atau 14%.

4.2.2. Hasil Penyajian Variabel Penelitian

Berikut akan diuraikan hasil penyajian variabel penelitian yang merupakan jawaban responden berdasarkan kuisioner yang telah disebar dilapangan.

4.2.2.1 Terpaan Reality Show She Can Tupperware di Trans7 Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan No Pekerjaan Jumlah Presentase (%)

1 Karyawan Swasta 21 21

2 Wiraswasta 14 19

3 Mahasiswi 21 14

4 PNS 25 25

5 Ibu Rumah Tangga 19 21

(66)

Dari hasil penyebaran kuisioner tentang terpaan reality show She Can Tupperware di Trans7 dibentuk oleh indikator frekuensi dan durasi, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.4

Frekuensi Terpaan Reality Show She Can Tupperware di Trans7 Dalam 3 Bulan

Dalam tabel 4.4 Sebagian besar responden dalam penelitian ini menjawab 1 sampai 4 kali dalam tiga bulan menonton tayangan She Can Tupperware, yaitu dalam bulan Februari – April berjumlah 46 orang atau 46%. Melihat hasil yang diperoleh diasumsikan bahwa sebagian besar perempuan di Surabaya masih meluangkan waktunya untuk menonton tayangan She Can Tupperware meskipun masih dalam frekuensi rendah. Hal ini dianggap karena jam tayangnya dipagi hari adalah waktu untuk mempersiapkan kegiatan mereka pada hari itu.

Sedangkan indikator durasi yang dihabiskan dalam setiap kali menonton tayangan She Can Tupperware di trans7 adalah diperoleh sebagai berikut :

Tabel 4.5

Durasi Terpaan Reality Show She Can Tupperware di Trans7

No Kategori Jumlah Presentase (%)

1 1 - 10 menit 32 32

2 11 - 20 menit 46 46

(67)

Total 100 100 Sumber: Kuisioner Sub I No.2

Jawaban responden berdasarkan durasi atau lamanya mereka menonton tayangan She Can Tupperware, sebanyak 46 orang atau 46% responden menonton selama 11 – 20 menit. Sedangkan sebanyak 32 orang atau 32% responden menonton selama 1 – 10 menit dan sisanya 22 orang atau 22% responden menonton selama 21 sampai 30 menit. Untuk durasi menonton ini paling banyak yang dipilih oleh responden adalah selama 11 – 20 menit karena menurutnya waktu itu sudah termasuk terpotong iklan.

Berdasarkan tabel 4.4 dan tabel 4.5 diatas maka rekapitulasi jawaban responden untuk variabel terpaan reality show She Can Tupperware di Trans7 (frekuensi dan durasi) adalah sebagai berikut :

Tabel 4.6

Terpaan Reality Show She Can Tupperware di Trans7 No Kategori Jumlah Presentase (%)

1 Tinggi 22 22

2 Sedang 61 61

3 Rendah 17 17

Total 100 100

(68)

Dari tabel diatas dapat diketahui secara keseluruhan responden yang diterpa tayangan reality show She Can Tupperware (X) termasuk dalam kategori tinggi yakni dengan jumlah 22 orang atau 22%, selanjutnya sebanyak 61 orang atau 61% ada pada kategori sedang dan 17 orang atau 17% ada dalam kategori rendah. Ada pada kategori rendah karena mereka menganggap acara tersebut tidak menarik sehingga mereka menonton dengan frekuensi dan durasi yang pendek. Sebaliknya sebesar 22 responden menganggap acara itu menarik sehingga mereka menonton dengan frekuensi dan durasi yang tinggi sehingga terkena terpaan tayangan She Can Tupperware dalam kategori tinggi. Sedangkan yang paling banyak adalah 61% masuk dalam kategori sedang karena variasi acara televisi yang semakin banyak, hingga responden bebas memilih acara yang mereka suka, responden tidak hanya tertuju pada acara She Can Tupperware saja, tapi acara-acara lain yang disukainya.

4.2.2.2 Variabel Sikap Perempuan Dalam Meraih Kesuksesan

Berikut ini penjabaran dari jawaban yang diberikan oleh responden terhadap beberapa pertanyaan yang diajukan yang digolongkan menjadi tiga kategori yakni Kognitif, Afektif, dan Konatif. Dapat dijabarkan sebagai berikut :

A. Sikap Perempuan Dalam Meraih Kesuksesan Kategori Kognitif

Pada kategori kognitif dalam variabel sikap perempuan dalam meraih kesuksesan akan di jelaskan sebagai berikut :

(69)

Berdasarkan jawaban kuisioner yang disebarkan pada 100 responden maka dapat diperoleh mengenai pernyataan “saya dapat mengetahui bahwa banyak kisah perempuan sukses dengan segala usaha, kegigihan, dan kerja keras”, dirinci sebagai berikut :

Tabel 4.7

Banyak Kisah Perempuan Sukses Dengan Segala Usaha, Kegigihan, dan Kerja Keras.

Tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa dapat diketahui sebanyak 88 orang atau 88% responden menjawab setuju yang artinya menurut responden mereka mengetahui banyak kisah perempuan sukses baik sukses untuk diri sendiri, keluarga dan bagi orang lain. Sisanya kategori ragu – ragu dan tidak setuju ada 6 orang atau 6%, ragu – ragu yang berati bahwa responden tidak cukup mengetahui tentang kisah sukses perempuan, dan sisanya responden sama sekali tidak mengetahui bahwa saat ini telah banyak kisah perempuan sukses dengan usaha, kerja keras dan kegigihan.

2. Perempuan Sukses Adalah Perempuan Yang Mampu Berperan Ganda (Bermanfaat Bagi Keluarga dan Orang Lain)

Tabel 4.8

Perempuan perempuan sukses adalah perempuan yang mampu berperan ganda (bermanfaat bagi keluarga dan orang lain)

No Kategori Jawaban F Presentase %

(70)

2 Ragu – Ragu 24 24

3 Tidak Setuju 5 5

Jumlah 100 100

Sumber: kuisioner Sub II.A No 2

Sebanyak 71 orang atau 71% responden menunjukkan setuju yang berarti responden memang mengetahui bahwa perempuan memiliki peran ganda dalam hidupnya yang tidak dimiliki oleh laki - laki yakni berperan dalam keluarga (domestik) menjadi seorang ibu untuk anak dan istri untuk suami, dan juga berperan dalam pekerjaan lain (publik). 24 orang atau 24% responden menjawab ragu – ragu yang berarti memang mereka tidak yakin dengan peran ganda yang dimiliki perempuan, dan 5 orang atau 5% responden memilih tidak setuju karena anggapan mereka perempuan lebih cocok dirumah saja fokus terhadap keluarga.

3. Keuletan, Tanggung Jawab, Kegigihan Penting Dimiliki Perempuan Dalam Meraih Kesuksesan

Tabel 4.9

Keuletan, Tanggung Jawab, Kegigihan Penting Dimiliki Perempuan Dalam Meraih Kesuksesan

Sumber: Kuisioner Sub II.A No. 3

(71)

dalam pencapaian kesuksesan dalam hidupnya, dimana hal ini adalah sesuatu yang positif. Sebanyak 21 orang atau 21% menjawab ragu-ragu yang berarti responden merasa kurang yakin bahwa sikap tersebut penting dimiliki perempuan saja, laki – laki pun sebenarnya juga perlu memilikinya. Sebanyak 8 orang atau 8% responden menjawab tidak setuju yang artinya tidak hanya keuletan, tanggung jawab dan kegigihan saja yang dibutuhkan seseorang dalam meraih kesuksesan.

Berdasarkan Tabel di atas maka hasil jawaban responden untuk variabel sikap perempuan dalam meraih kesuksesan kategori kognitif adalah sebagai berikut :

Tabel 4.10

Sikap Perempuan Dalam Meraih Kesuksesan Kategori Kognitif No Kategori Jawaban Jumlah Presentase %

1 Tinggi 77 77

2 Sedang 18 18

3 Rendah 5 5

Jumlah 100 100

Sumber : Lampiran 3

(72)

memiliki sikap dalam meraih kesuksesan pada reality show She Can Tupperware di Trans7 adalah sedang dan sisanya 5 orang atau 5% tergolong rendah.

B. Sikap Perempuan Dalam Meraih Kesuksesan Kategori Afektif

Pada kategori kognitif dalam variabel sikap perempuan akan dibedakan menjadi tiga pertanyaan sebagai berikut :

1. Kesukaan Pada Reality Show She Can Tupperware Karena Memotivasi Untuk Memiliki Sikap Guna Meraih Kesuksesan Dalam Kehidupan .

Tabel 4.11

Kesukaan Pada Reality Show She Can Tupperware karena memotivasi untuk memiliki sikap guna meraih kesuksesan dalam kehidupan

No Kategori Jawaban F Presentase %

1 Setuju 59 59

2 Ragu – Ragu 27 27

3 Tidak Setuju 14 14

Jumlah 100 100

Sumber : Kuisioner Sub II.B No.1

(73)

responden menjawab tidak setuju karena memang mereka tidak menyukai acara reality show tentang perempuan sehingga mereka tidak termotivasi.

2. Kesukaan Menonton Reality Show “She Can Tupperware” di Trans7 Karena Membuat Merasa Bahwa Setiap Orang Berhak Sukses

Tabel 4.12

Kesukaan Menonton Reality Show “She Can Tupperware” di Trans7 Karena Membuat Merasa Bahwa Setiap Orang Berhak Sukses

No Kategori Jawaban F Presentase %

1 Setuju 62 62

2 Ragu - Ragu 33 33

3 Tidak Setuju 5 5

Jumlah 100 100

Sumber: Kuisioner Sub II.B No.2

Gambar

Tabel Penolong Koefesien Korelasi Rank Spearman
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.2
Tabel 4.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen

Banyak sistem informasi strategis yang dengan mudah dapat ditiru perusahaan lain sehingga keunggulan strategis tidak selalu dapat dipertahankan.Dalam hal

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga Laporan Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi rekan-rekan Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro

Metode observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. 9 Manfaatnya akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, akan dapat diperoleh

[r]

Selain tujuan ada juga manfaat yang diperoleh dengan mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) antara lain sebagai berikut (a) menumbuhkan rasa cinta kepada kebudayaan

Apabila jumlah zat besi yang masuk pada tubuh orang dengan berat badan 60 kg melebihi nilai tersebut maka logam Fe akan bersifat toksik di dalam tubuh.. Berdasarkan hasil

[r]