ABSTRAK
Zakat Produktif merupakan perkembangan dari zakat, dimana pada saat ini
zakat produktif memiliki arti yang khusus, yaitu zakat yang diberikan tidak secara
cuma-cuma atau putus, dimana mustahiq yang diberikan zakat nantinya diharuskan untuk mengembalikan kembali dana zakat yang diberikan kepadanya dengan maksud dana
zakat tersebut akan digunakan untuk modal usaha, hal ini merupakan pertentangan dari
konsep zakat itu sendiri, tetapi melalui pendapat para Ulama, dikatakan bahwa dengan
sistem yang seperti itu para mustahiq akan terdidik untuk memiliki rasa tanggung jawab
dan belajar memanage pendapatannya untuk dapat menghidupi kebutuhannya.
Penulis berupaya melakukan penelitian terhadap pemasalahan di atas dengan
memakai metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
yuridis normatif, yang menekankan pada ilmu hukum, disamping juga menelaah
kaidah-kaidah hukum yang berlaku, secara spesifik pendekatan yang digunakan adalah
menelaah peraturan perundang-undangan yang bersangkutan dengan permasalahan
dan menganalisa objek penelitian dengan memaparkan situasi dan keadaan untuk
memperoleh gambaran permasalahan, disertai dengan data yang diperoleh di
lapangan, yang kemudian di analisis dan menghasilkan beberapa kesimpulan,
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa zakat produktif tidak diatur
secara tegas dalam Al-Quran dan Hadist, tetapi dalam Perundang-Undangan di
Indonesia mengatur mengenai zakat produktif. Sehingga dapat dikatakan bahwa zakat
produktif di Indonesia bisa dikatakan sah apabila dalam pendayagunaannya, mustahiq terlebih dahulu diberdayakan kebutuhan dasarnya, sesuai dengan Pasal 27 Ayat (2)