• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji aktivitas analgesik ekstrak metanol biji alpukat (persea americana mill.) pada mencit betina terinduksi asam asetat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji aktivitas analgesik ekstrak metanol biji alpukat (persea americana mill.) pada mencit betina terinduksi asam asetat."

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

UJI AKTIVITAS ANALGESIK

EKSTRAK METANOL BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill.) PADA MENCIT BETINA TERINDUKSI ASAM ASETAT

ABSTRAK

Nyeri merupakan perasaan sensoris yang tidak menyenangkan yang bisa dihilangkan dengan analgesik. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas analgesik ekstrak metanol biji alpukat, persen proteksi, dan perubahan persen proteksi ekstrak metanol biji alpukat. Sebanyak 25 ekor mencit berumur 2-3 bulan dan berat badan 20-30 gram dibagi secara acak menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif CMC Na, kelompok kontrol positif asetosal dosis 91 mg/kgBB, dan kelompok perlakuan ekstrak metanol biji alpukat dengan 3 peringkat dosis yaitu 0,83; 1,67; dan 3,33 g/kgBB. CMC Na, asetosal, dan ekstrak metanol biji alpukat diberikan secara per oral, 10 menit kemudian diberikan asam asetat 1% secara intraperitoneal dengan dosis 50 mg/kgBB. Pengamatan dilakukan dengan mengamati geliat setiap 5 menit selama 1 jam. Hasil geliat, persen proteksi, dan perubahan persen proteksi dianalisis dengan uji Shapiro-Wilk, dilanjutkan uji One Way ANOVA dan uji post hoc Bonferroni dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak metanol biji alpukat memiliki kemampuan untuk menurunkan geliat pada dosis 0,83; 1,67; dan 3,33 g/kgBB dengan persen proteksi secara berturut-turut 37,6 ± 2,0; 73,2 ± 1,4; dan 68,2 ± 0,9 serta perubahan persen proteksi berurutan adalah -48,7 ± 2,8; 0,0 ± 2,0; dan -6,3 ± 1,2.

(2)

ABSTRACT

Pain is defined as an unpleasant sensory and emotional experience associated with tissue damage which can be cured with analgesic. This research is purely experimental which is aimed to know analgesic activity of methanol extract of avocado seeds, to know protection percentage, and changing of protection percentage in acetic acid induced female mice. Twenty-five Swiss strain mice aged 2-3 months and 20-30 grams were divided into five groups, namely the negative control group CMC-Na, positive control group acetosal 91 mg/kg, and the groups of methanol extracts of avocado seeds with 3 doses ranked namely 3.33; 1.67; and 3.33 g/kgBW. Observations were made by observing the writhing every 5 minutes for 1 hour. The result of writhing, protection percentage, and the changing of protection percentage were analyzed with the Shapiro-Wilk test, followed by One Way ANOVA test and Bonferroni post hoc test with 95% significancy level. The results showed that the methanol extract of avocado seed has the ability to lowering the writhing at dose 0.83; 1.67; and 3.33 g/kgBW with protection percentage respectively 37.6 ± 2.0; 73.2 ± 1.4; and 68.2 ± 0.9, and the changing of protection percentage respectively -48.7 ± 2.8; 0.0 ± 2,0; and -6.3 ± 1.2.

(3)
(4)

i

UJI AKTIVITAS ANALGESIK

EKSTRAK METANOL BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill.) PADA MENCIT BETINA TERINDUKSI ASAM ASETAT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh:

Ni Kadek Pramita Anggara Dewi NIM : 138114110

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)

i

UJI AKTIVITAS ANALGESIK

EKSTRAK METANOL BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill.) PADA MENCIT BETINA TERINDUKSI ASAM ASETAT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh:

Ni Kadek Pramita Anggara Dewi NIM : 138114110

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(7)
(8)
(9)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Cogito ergo sum, aku berpikir maka aku ada -Rene Descrates

Kupersembahkan karya ini untuk:

Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai sumber kehidupanku,

Ibu dan Bapak serta Kakakku yang senantiasa mendoakan, mendukung, dan

mengasihiku,

Sahabat dan teman-temanku,

(10)

v

PRAKATA

Puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa penulis panjatkan atas

segala perlindungan, penyertaan, dan berkat yang telah diberikanNya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Aktivitas Analgesik Ekstrak Metanol Biji Alpukat (Persea americana Mill.) pada Mencit Betina yang

Terinduksi Asam Asetat” dengan baik sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai

pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis

hendak mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt., selaku dosen pembimbing atas

kesabaran untuk membimbing, mendukung, dan memotivasi penulis dalam

penyusunan proposal skripsi, penelitian, hingga penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc. dan Bapak Christianus Heru

Setiawan, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan

ide, saran, dan masukan yang membangun untuk penelitian ini.

4. Ibu Dita Maria Virginia, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing akademik

penulis yang telah memberikan pendampingan, pengarahan, dan dukungan

kepada penulis selama ini.

5. Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt., selaku Kepala Laboratorium Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan izin dalam

penggunaan fasilitas laboratorium untuk kepentingan skripsi ini.

6. Bapak Heru, Bapak Parjiman, dan Bapak Wagiran, selaku Laboran

Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma atas bantuan dan

(11)

vi

7. Keluarga tercinta, bapak, ibu, dan Kak Agus yang selalu mendoakan,

mendukung, dan memberikan semangat serta kasih sayang.

8. Sahabat seperjuangan, Fransisca Puspa Jelita, Caecilia Desi Kristanti, dan

Skolastika Venita Tianri, terima kasih atas kerjasama, dukungan, saran, dan

bantuannya selama penelitian hingga penyusunan skripsi ini.

9. Teman-teman terkasih, Bella, Clara, Kak Le, Kak Trisna, dan Kak Boni

terima kasih atas semangat dan dukungannya.

10. Teman-teman FKK B 2013, FSM C 2013, atas kebersamaan dan

dukungannya.

Penulis menyadari bahwa dalam naskah skripsi ini masih banyak

kekurangan, oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap agar skripsi ini

dapat bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan farmasi.

Yogyakarta, 3 Oktober 2016

(12)
(13)
(14)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PRAKATA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

PENDAHULUAN ... 1

METODE PENELITIAN ... 2

Bahan... 2

Alat ... 2

Metode... 2

Determinasi dan Pengumpulan Biji Alpukat ... 2

Penetapan Kadar Air Serbuk Biji Alpukat... 3

Pembuatan Ekstrak dan Pembuatan Larutan Ekstrak Metanol Biji Alpukat ... 3

Uji Penetapan Selang Waktu Pemberian Asam Asetat 1% ... 3

Uji Aktivitas Analgesik Ekstrak Metanol Biji Alpukat ... 3

Analisis Statistika ... 4

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 4

(15)

x

Penetapan Kadar Air pada Serbuk Biji Alpukat ... 5

Pembuatan Ekstrak dan Pembuatan Larutan Ekstrak Metanol Biji Alpukat ... 5

Penetapan Selang Waktu Pemberian Asam Asetat 1% ... 5

Uji Aktivitas Analgesik Ekstrak Metanol Biji Alpukat ... 7

Kelompok Kontrol Negatif ... 9

Kelompok Kontrol Positif... 9

Kelompok Perlakuan Ekstrak Metanol Biji Alpukat dosis 0,83 g/kgBB ... 9

Kelompok Perlakuan Ekstrak Metanol Biji Alpukat dosis 1,67 g/kgBB ... 10

Kelompok Perlakuan Ekstrak Metanol Biji Alpukat dosis 3,33 g/kgBB ... 11

Perbandingan antarkelompok Perlakuan Ekstrak Metanol Biji Alpukat Dosis 0,83; 1,67; dan 3,33 g/kgBB ... 12

KESIMPULAN ... 13

DAFTAR PUSTAKA ... 13

LAMPIRAN ... 16

BIOGRAFI PENULIS ... 47

(16)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel I. Rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit pada penentuan selang waktu

pemberian asam asetat dan Hasil Uji Post Hoc Mann-Whitney ... 6

Tabel II. Hasil rata-rata kumulatif geliat, rata-rata persen proteksi, dan rata-rata

perubahan persen proteksi... 8

Tabel III. Hasil uji Post Hoc Bonferroni untuk kumulatif geliat, persen proteksi,

(17)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Biji Alpukat. ... 20

Gambar 2. Ekstrak Metanol Biji Alpukat ... 20

Gambar 3. Injeksi Intraperitoneal ... 21

Gambar 4. Injeksi Peroral ... 21

(18)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pengesahan Medical and Health Research Ethics

Committee (MHREC). ... 17

Lampiran 2. Surat Pengesahan Determinasi Biji Alpukat (Persea americana Mill) ... 18

Lampiran 3.Surat Legalitas Penggunaan SPSS ... 19

Lampiran 4. Biji Alpukat dan Ekstrak Metanol Biji Alpukat ... 20

Lampiran 5. Injeksi Intraperitoneal dan Peroral ... 21

Lampiran 6. Proses Pengamatan Uji Analgesik Ekstrak Metanol Biji Alpukat . 22 Lampiran 7. Perhitungan Dosis ... 23

Lampiran 8. Analisis Statistika Penetapan Selang Waktu Pemberian Asam Asetat ... 25

Lampiran 9. Analisis Statistika Geliat Mencit ... 30

Lampiran 10. Analisis Statistika Persen Proteksi ... 35

(19)

xiv

ABSTRAK

Nyeri merupakan perasaan sensoris yang tidak menyenangkan yang bisa dihilangkan dengan analgesik. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas analgesik ekstrak metanol biji alpukat, persen proteksi, dan perubahan persen proteksi ekstrak metanol biji alpukat. Sebanyak 25 ekor mencit berumur 2-3 bulan dan berat badan 20-30 gram dibagi secara acak menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif CMC Na, kelompok kontrol positif asetosal dosis 91 mg/kgBB, dan kelompok perlakuan ekstrak metanol biji alpukat dengan 3 peringkat dosis yaitu 0,83; 1,67; dan 3,33 g/kgBB. CMC Na, asetosal, dan ekstrak metanol biji alpukat diberikan secara per oral, 10 menit kemudian diberikan asam asetat 1% secara intraperitoneal dengan dosis 50 mg/kgBB. Pengamatan dilakukan dengan mengamati geliat setiap 5 menit selama 1 jam. Hasil geliat, persen proteksi, dan perubahan persen proteksi dianalisis dengan uji Shapiro-Wilk, dilanjutkan uji One Way ANOVA dan uji post hoc Bonferroni dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak metanol biji alpukat memiliki kemampuan untuk menurunkan geliat pada dosis 0,83; 1,67; dan 3,33 g/kgBB dengan persen proteksi secara berturut-turut 37,6 ± 2,0; 73,2 ± 1,4; dan 68,2 ± 0,9 serta perubahan persen proteksi berurutan adalah -48,7 ± 2,8; 0,0 ± 2,0; dan -6,3 ± 1,2.

(20)

xv

ABSTRACT

Pain is defined as an unpleasant sensory and emotional experience associated with tissue damage which can be cured with analgesic. This research is purely experimental which is aimed to know analgesic activity of methanol extract of avocado seeds, to know protection percentage, and changing of protection percentage in acetic acid induced female mice. Twenty-five Swiss strain mice aged 2-3 months and 20-30 grams were divided into five groups, namely the negative control group CMC-Na, positive control group acetosal 91 mg/kg, and the groups of methanol extracts of avocado seeds with 3 doses ranked namely 3.33; 1.67; and 3.33 g/kgBW. Observations were made by observing the writhing every 5 minutes for 1 hour. The result of writhing, protection percentage, and the changing of protection percentage were analyzed with the Shapiro-Wilk test, followed by One Way ANOVA test and Bonferroni post hoc test with 95% significancy level. The results showed that the methanol extract of avocado seed has the ability to lowering the writhing at dose 0.83; 1.67; and 3.33 g/kgBW with protection percentage respectively 37.6 ± 2.0; 73.2 ± 1.4; and 68.2 ± 0.9, and the changing of protection percentage respectively -48.7 ± 2.8; 0.0 ± 2,0; and -6.3 ± 1.2.

(21)

1

PENDAHULUAN

The International Association for the Study of Pain (2011) mendefinisikan nyeri sebagai rasa sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat

rusaknya jaringan. Nyeri timbul dari stimulasi yang disebabkan oleh mediator-mediator

inflamasi, seperti histamin, serotonin, asetilkolin, bradikinin, dan prostaglandin yang dapat

mengaktivasi saraf untuk penghantaran stimulus nyeri (DiPiro dkk., 2008).

Mediator-mediator inflamasi dihasilkan ketika terjadi kerusakan pada jaringan yang disebabkan oleh

radikal bebas (Sanchez dkk., 2015).

Rasa nyeri dapat dihilangkan dengan mengkonsumsi analgesik. Asetosal

merupakan analgesik sintetis dengan mekanisme yaitu menghambat enzim cyclooxygenase

yang bertanggung jawab mengubah asam arakidonat menjadi prostaglandin, sehingga

sintesis prostaglandin menjadi terhambat (Ritu dkk., 2012).

Selama ini biji alpukat belum dimanfaatkan dan hanya terbuang begitu saja padahal

biji alpukat mengandung zat kimia yang bermanfaat untuk tubuh, salah satunya dapat

dimanfaatkan sebagai analgesik. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Josephine dan

Ngozi (2013) serta Kyakulaga dkk. (2012) secara berturut-turut dapat disimpulkan bahwa

ekstrak air biji alpukat serta ekstrak etanol biji alpukat memiliki aktivitas analgesik.

Berdasarkan penelitian Gomez dkk. (2014) menyebutkan bahwa senyawa polifenol seperti

flavonoid paling banyak terkandung pada ekstrak etanol biji alpukat dibandingkan

kandungan polifenol pada ekstrak etanol daun serta buah alpukat. Kandungan senyawa

flavonoid di dalam ekstrak etanol biji alpukat dilaporkan berperan dalam menimbulkan

efek analgesik karena dapat menghambat produksi prostaglandin yang dapat mengaktivasi

saraf untuk penghantaran stimulus nyeri (Kyakulaga dkk., 2012).

Flavonoid yang terkandung pada tumbuhan memiliki aktivitas sebagai antioksidan.

Aktivitas antioksidan dari senyawa flavonoid dapat mencegah kerusakan jaringan akibat

radikal bebas (Prochazkova dkk., 2011). Penangkapan radikal bebas mampu menghambat

pembentukan mediator inflamasi seperti histamin, bradikinin, asetilkolin, leukotriene, dan

prostaglandin. Terhambatnya pembentukan mediator inflamasi tersebut menyebabkan

aktivasi reseptor nyeri tidak terjadi sehingga tidak terjadi stimulasi nyeri (DiPiro dkk.,

2008).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas analgesik ekstrak metanol biji

(22)

2

menggunakan pelarut metanol dalam proses ekstraksi karena metanol diduga mampu

melarutkan hampir semua komponen, baik yang bersifat polar, semi polar, maupun non

polar (Al-Ash’ary dkk., 2010). Metanol juga sudah sering digunakan untuk mengekstraksi senyawa fenolik seperti flavonoid (Carpena dkk., 2011). Metode rangsang nyeri yang

digunakan pada penelitian ini dengan menggunakan asam asetat 1%.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan

acak lengkap pola searah yang telah mendapatkan persetujuan Ethical Clearance dengan

nomor KE/FK/964/EC/2016 dari Medical and Health Research Ethics Committee Fakultas

Kedokteran UGM.

Bahan

Biji alpukat yang dikumpulkan dari Depot Es Teler 77 Galeria Mall Yogyakarta,

mencit betina galur Swiss berumur 2-3 bulan dan berat badan 20-30 gram yang diperoleh

dari Laboratorium Imono Universitas Sanata Dharma, asetosal (Merck), asam asetat glasial

(Merck), CMC-Na (Dai-Ichi Seiyaku Co), aquadest, dan metanol (Merck).

Alat

Oven (Memmert), mesin penyerbuk, ayakan (no. 40 dan 50 mesh), glass

equipments, cawan porselen, corong Buchner, pompa vakum, shaker (Innova 2100), vacuum rotary evaporator (Buchi R-201/215), labu alas bulat, waterbath, timbangan analitik (Mettler Toledo), spuit, jarum per oral, jarum intraperitoneal, stopwatch, moisture

balance (Halogen Moisture Analyzer HG53), dan kotak kaca tempat pengamatan geliat. Metode

Determinasi dan pengumpulan biji alpukat

Determinasi buah alpukat dilakukan dengan menggunakan acuan dari Agriculture

& Natural Resources University of California dan dilanjutkan dengan melakukan konfirmasi kepada ahli botani. Kriteria biji yang dipilih untuk penelitian adalah biji yang

(23)

3 Penetapan kadar air serbuk biji alpukat

Lima gram serbuk biji alpukat dimasukkan ke dalam alat moisture balance. Alat

moisture balance diatur pada suhu 1050C dan waktu 15 menit. Persyaratan serbuk yang baik yaitu serbuk dengan kadar air yang kurang dari 10% (Direktorat Jendral Pengawasan

Obat dan Makanan, 1995).

Pembuatan ekstrak dan pembuatan larutan ekstrak metanol biji alpukat

Serbuk biji alpukat sebanyak 200 g dibagi rata ke dalam 8 erlenmeyer 500 mL.

Serbuk pada setiap erlenmeyer dimaserasi dengan metanol 90% sebanyak 200 mL selama

72 jam. Hasil maserasi disaring dengan kertas saring dibantu corong Buchner dan pompa

vacuum, kemudian serbuk diremaserasi dengan 100 mL metanol 90% selama 48 jam. Maserat dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 600 C. Ekstrak cair ditimbang

massanya, kemudian diletakkan di waterbath untuk menguapkan pelarut yang tertinggal.

Ekstrak yang telah diuapkan, kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 500 C

hingga mencapai bobot tetap dan membentuk ekstrak kental. Ekstrak metanol biji alpukat

yang sudah kental dilarutkan dengan larutan CMC-Na 1% sehingga menghasilkan larutan

dengan kosentrasi 10% dan siap diuji aktivitas analgesiknya.

Uji penetapan selang waktu pemberian asam asetat 1%

Sebanyak 9 ekor mencit dibagi secara acak menjadi 3 kelompok (kelompok 1:

kontrol negatif CMC-Na, kelompok 2: selang waktu 10 menit, dan kelompok 3: selang

waktu 15 menit). Masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor mencit betina berumur 2-3

bulan dengan berat 20-30 gram yang telah dipuasakan selama 15 jam. Semua mencit

tersebut diberikan asetosal dengan dosis 91 mg/kgBB secara peroral. Setelah 10 menit dari

pemberian asetosal, mencit kelompok 1diinjeksikan CMC-Na dan kelompok 2 diinjeksikan

asam asetat 1% secara intraperitoneal. Sedangkan untuk kelompok 3, diberikan asam asetat

1% setelah 15 menit pemberian asetosal. Respon geliat diamati setiap 5 menit selama 1

jam. Selanjutnya dihitung rata-rata jumlah geliat setelah pemberian asetosal setiap

kelompok. Selang waktu dengan jumlah geliat yang lebih sedikit dipilih sebagai selang

waktu pemberian asam asetat 1%.

Uji aktivitas analgesik ekstrak metanol biji alpukat

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini ialah 25 ekor mencit betina galur

(24)

4

minum. Sebelum diberi perlakuan, hewan uji dipuasakan selama 15 jam dan hanya

diberikan air minum saja.

Hewan uji dibagi secara acak menjadi 5 kelompok. Kelompok I sebagai kelompok

kontrol negatif diberikan CMC-Na, kelompok II sebagai kelompok kontrol positif

diberikan asetosal dengan dosis 91 mg/kgBB, kelompok III, IV, dan V sebagai kelompok

perlakuan yang diberikan ekstrak metanol biji alpukat dengan dosis berturut-turut 0,83;

1,67; dan 3,33 g/kgBB. Mencit diberikan CMC-Na, asetosal, dan ekstrak metanol biji

alpukat secara per oral. Sepuluh menit setelah pemberian CMC-Na, asetosal, dan ekstrak

metanol biji alpukat, setiap hewan uji dari masing-masing kelompok diberikan asam asetat

1% dengan dosis 50 mg/kgBB secara intraperitoneal. Respon geliat diamati dan dicatat

setiap 5 menit selama 1 jam, kemudian dihitung persen proteksi dan perubahan persen

proteksinya.

Analisis Statistika

Pada uji pendahuluan penetapan selang waktu pemberian asam asetat 1%, data

kumulatif geliat dari kelompok kontrol negatif CMC-Na, kelompok asetosal selang waktu

10 menit, dan kelompok asetosal selang waktu 15 menit distribusi datanya dianalisis

dengan uji Shapiro Wilk. Analisis dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis dan analisis post

hoc Mann-Whitney.

Pada uji aktivitas analgesik ekstrak metanol biji alpukat, data kumulatif geliat,

persen proteksi, dan perubahan persen proteksi dianalisis distribusi datanya dengan uji

Shapiro Wilk. Analisis dilanjutkan dengan uji Levene untuk mengetahui homogenitas

variansi data antar kelompok dilanjutkan dengan uji One Way ANOVA untuk mengetahui

perbedaan kumulatif geliat, persen proteksi, dan perubahan persen proteksi antar

kelompok.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Determinasi dan Pengumpulan Biji Alpukat

Hasi determinasi menyatakan bahwa biji alpukat yang digunakan dalam penelitian

ini benar dari spesies Persea americana Mill. Pemilihan biji yang memiliki ukuran yang

hampir sama merupakan upaya untuk menyeragamkan jenis kandungan dan jumlah

(25)

5

Penetapan Kadar Air pada Serbuk Biji Alpukat

Penetapan kadar air serbuk biji alpukat dilakukan di Laboratorum Kimia Analisis

Universitas Sanata Dharma dengan 3 kali replikasi. Rata-rata kadar air yang diperoleh

adalah 8,17% b/b yang menunjukkan bahwa serbuk biji alpukat telah memenuhi

persyaratan kadar air dalam serbuk yang baik. Persyaratan serbuk yang baik yaitu serbuk

dengan kadar air yang kurang dari 10%. Kadar air yang kurang dari 10% pada serbuk

mampu menghentikan reaksi enzimatik dalam sel sehingga kandungan metabolitnya tidak

berubah akibat adanya reaksi enzimatik (International Tropical Timber Organisation,

2005).

Pembuatan Ekstrak dan Pembuatan Larutan Ekstrak Metanol Biji Alpukat

Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah metanol 90% karena menurut

penelitian Khoddami dkk. (2013), metanol efektif untuk menyari senyawa seperti

flavonoid yang terdapat pada serbuk biji alpukat. Metanol diduga mampu melarutkan

hampir semua komponen yang bersifat polar, semi polar, maupun non polar (Al-Ash’ary dkk., 2010). Massa ekstrak kental yang diperoleh ialah 39,2 g dengan persen rendemen

yang didapatkan yaitu 19,6 % b/b. Ekstrak kental yang sudah jadi dibuat menjadi larutan

dengan konsentrasi 10% dengan melarutkan ekstrak kental ke dalam CMC-Na 1%.

Penetapan Selang Waktu Pemberian Asam Asetat 1%

Selang waktu pemberian asam asetat merupakan jarak waktu antara pemberian zat

uji dengan pemberian asam asetat 1% sebagai penginduksi nyeri. Penetapan selang waktu

pemberian asam asetat bertujuan untuk mengetahui waktu yang tepat bagi zat uji untuk

terabsorpsi dengan baik sehingga dapat memberikan efek analgesik ketika asam asetat 1%

diinjeksikan secara intraperitoneal.

Pengujian dilakukan dengan memberikan suspensi asetosal 1% sebagai kontrol

positif dengan selang waktu 10 dan 15 menit. Dosis asetosal yang digunakan adalah 91

mg/kgBB. Larutan CMC-Na 1% digunakan sebagai pembanding pada uji pendahuluan

penetapan selang waktu pemberian asam asetat 1% bertujuan untuk memastikan bahwa

suspensi asetosal 1% dengan dosis 91 mg/kgBB benar-benar memiliki efek analgesik

dengan memberikan respon geliat yang lebih sedikit dibandingkan pada kelompok kontrol

(26)

6

kumulatif geliat mencit dan hasil uji post hoc Mann-Whitney pada kelompok kontrol

negatif CMC-Na, kelompok asetosal selang waktu 10 dan 15 menit yang disajikan pada

tabel I.

Tabel I. Rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat 1% dan Hasil Uji Post Hoc Mann-Whitney

Kelompok Kumulatif Geliat (Mean±SE)

Hasil Uji Post Hoc Mann-Whitney Kontrol

negatif CMC-Na

Asetosal selang 10

menit

Asetosal selang 15

menit Kontrol negatif CMC-Na 74,7± 0,3 - BB BB

Asetosal selang 10 menit 19,7 ± 0,3 BB - BB

Asetosal selang 15 menit 70,7 ± 0,7 BB BB -

Keterangan:

Mean = rata-rata kumulatif geliat SE = Standard error

Hasil uji post hoc Mann Whitney menunjukkan bahwa antara kelompok kontrol

negatif CMC-Na dengan kelompok asetosal 10 menit memiliki perbedaan rata-rata

kumulatif geliat yang berbeda bermakna. CMC-Na sebagai kontrol negatif tidak memiliki

efek analgesik sehingga memiliki kumulatif geliat yang banyak. Perbedaan yang bermakna

pada rata-rata kumulatif geliat antara kelompok CMC-Na dan kelompok asetosal 10 menit

menunjukkan asetosal sebagai kontrol positif memiliki aktivitas analgesik dengan rata-rata

kumulatif geliat yang lebih sedikit dibandingkan dengan rata-rata kumulatif geliat pada

kelompok CMC-Na.

Hasil uji post hoc Mann Whitney menunjukkan bahwa antara kelompok asetosal

selang waktu 10 menit dengan kelompok asetosal selang 15 menit memiliki perbedaan

rata-rata kumulatif geliat yang berbeda bermakna. Rata-rata jumlah geliat pada kelompok

asetosal selang waktu 10 menit lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok asetosal

(27)

7

Uji Aktivitas Analgesik Ekstrak Metanol Biji Alpukat

Aktivitas analgesik ekstrak metanol biji alpukat dapat diketahui dengan mengukur

persen proteksi dan perubahan persen proteksinya. Nilai persen proteksi yang diperoleh

dapat dijadikan parameter apakah suatu zat uji memiliki aktivitas sebagai analgesik.

Menurut Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica (1991), suatu zat uji

dapat dikatakan memiliki efek analgesik jika zat uji tersebut mampu mengurangi ≥50% dari jumlah geliat pada perlakuan kontrol negatif.

Uji aktivitas analgesik pada penelitian ini menggunakan metode rangsang kimia.

Senyawa yang digunakan sebagai penginduksi nyeri adalah asam asetat 1% dengan dosis

50 mg/kgBB. Asam asetat memicu pelepasan asam arakidonat dari jaringan fosfolipid.

Enzim COX akan mengubah asam arakidonat menjadi prostaglandin yang menimbulkan

inflamasi dan nyeri, respon nyeri pada mencit ditandai dengan geliat (Muhammad, 2014).

Pada pengujian aktivitas analgesik ekstrak metanol biji alpukat ini, digunakan

CMC-Na 1% yang merupakan pelarut dari ekstrak metanol biji alpukat sebagai kontrol

negatif. Sebagai kontrol positif digunakan asetosal dengan dosis 91 mg/kgBB. Ekstrak

metanol biji alpukat yang digunakan terdiri dari 3 peringkat dosis yaitu 0,83; 1,67; dan

3,33 g/kgBB.

Sesuai dengan hasil penetapan selang waktu pemberian, maka 10 menit setelah

pemberian CMC-Na, asetosal, dan ekstrak metanol biji alpukat secara peroral, asam asetat

1% diinjeksikan secara intraperitoneal. Pengamatan dilakukan dengan mengamati respon

geliat mencit setiap 5 menit selama 1 jam. Jumlah geliat digunakan untuk menghitung

persen proteksi dari zat uji. Persen proteksi merupakan kemampuan senyawa uji dalam

mengatasi nyeri.

Hasil rata-rata kumulatif geliat, rata-rata persen proteksi, dan rata-rata perubahan

persen proteksi pada tiap kelompok uji disajikan dalam tabel II. Data kumulatif geliat,

persen proteksi, dan perubahan persen proteksi kemudian dianalisis secara statistik yang

diawali uji normalitas dengan uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui distribusi data

masing-masing kelompok. Hasil uji Saphiro-Wilk menunjukkan nilai p>0,05, sehingga dapat

disimpulkan data pada masing-masing kelompok terdistribusi normal. Analisis statistik

dilanjutkan dengan menguji homogenitas variansi data antar kelompok dengan

menggunakan uji Levene. Hasil uji Levene menunjukkan nilai p>0,05 yang berarti data

(28)

8

persen proteksi

Kelompok Rata-rata Kum. Geliat (Mean ± SE)

p Rata-rata Persen Proteksi (Mean ± SE)

p Rata-rata Perubahan Persen Poteksi

(Mean ± SE)

p

Kontrol negatif

74,0 ± 0,5 0,119 0,0 ± 0,6 0,119 -100,0 ± 0,8 0,119

Kontrol positif

19,8 ± 0,4 0,314 73,2 ± 0,5 0,314 0,0 ± 0,7 0,314

EMBA 0,83 g/kgBB

46,2 ± 1,5 0,616 37,6 ± 2,0 0,616 -48,7 ± 2,8 0,616

EMBA 1,67 g/kgBB

19,8 ± 1,1 0,899 73,2 ± 1,4 0,899 0,0 ± 2,0 0,899

EMBA 3,33 g/kgBB

23,2 ± 0,7 0,777 68,2 ± 0,9 0,777 -6,3 ±1,2 0,777

Dilakukan uji One Way ANOVA untuk mengetahui perbedaan kumulatif geliat,

persen proteksi, dan perubahan persen proteksi antar kelompok perlakuan. Hasil uji One

Way ANOVA untuk kumulatif geliat, persen proteksi, dan perubahan persen proteksi yaitu nilai p<0,05 yang berarti paling tidak terdapat perbedaan yang bermakna antar dua

kelompok. Uji post hoc Bonferroni dilakukan untuk mengetahui kelompok mana yang

memiliki perbedaan kumulatif geliat, persen proteksi, dan perubahan persen proteksi yang

bermakna (Dahlan, 2014). Hasil uji post hoc Bonferroni untuk jumlah geliat, persen

proteksi, dan perubahan persen proteksi disajikan dalam tabel III.

Tabel III. Hasil uji post hoc Bonferroni untuk kumulatif geliat, persen proteksi, dan perubahan persen proteksi

Kontrol (-) Kontrol (+) EMBA 0,83 g/kgBB EMBA 1,67 g/kgBB EMBA 3,33 g/kgBB

Kontrol (-) - BB BB BB BB

Kontrol (+) BB - BB BTB BTB

EMBA 0,83 g/kgBB BB BB - BB BB EMBA 1,67 g/kgBB BB BTB BB - BTB EMBA 3,33 g/kgBB BB BTB BB BTB - Keterangan:

BB = Berbeda bermakna (p<0,05)

(29)

9 Kelompok kontrol negatif

Pada tabel II menunjukkan rata-rata kumulatif geliat, rata-rata persen proteksi, dan

rata-rata perubahan persen proteksi kelompok kontrol negatif CMC-Na secara

berturut-turut yaitu 74,0 ± 0,5; 0,0 ± 0,6; -100,0 ± 0,8. Rata-rata kumulatif geliat pada kelompok

negatif CMC-Na paling besar, sedangkan rata-rata persen proteksi kelompok negatif paling

kecil dibandingkan dengan kelompok kontrol positif dan ketiga kelompok perlakuan

ekstrak metanol biji alpukat. Berdasarkan uji post hoc Bonferroni (Tabel III), menunjukkan

bahwa rata-rata persen proteksi geliat pada kelompok kontrol negatif CMC-Na berbeda

bermakna dengan kelompok kontrol positif asetosal. Rata-rata kumulatif geliat yang paling

besar dan rata-rata persen proteksi yang bernilai 0,0 ± 0,6, menunjukkan bahwa CMC-Na

sebagai kontrol negatif, tidak memiliki kemampuan dalam memproteksi nyeri. Rata-rata

perubahan persen peroteksi CMC-Na yang bernilai negatif menunjukkan bahwa dengan

CMC-Na tidak terjadi penghambatan rangsang nyeri. CMC-Na tidak memberikan efek

analgesik juga telah dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2013),

Susanti (2015), dan Irawati (2015).

Kelompok kontrol positif

Rata-rata kumulatif geliat, rata-rata persen proteksi, dan rata-rata perubahan

persen proteksi kelompok kontrol positif asetosal secara berturut-turut yaitu 19,8 ± 0,4;

73,2 ± 0,5; dan 0,0 ± 0,7. Rata-rata kumulatif geliat pada kelompok kontrol positif asetosal

lebih kecil dibandingkan kelompok kontrol negatif CMC-Na. Sedangkan rata-rata persen

proteksi kelompok kontrol positif asetosal lebih besar dibandingkan kelompok kontrol

negatif CMC-Na. Hal tersebut menunjukkan bahwa kelompok kontrol positif asetosal

mampu memberikan proteksi geliat dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif

CMC-Na. Berdasarkan uji post hoc Bonferroni (Tabel III), menunjukkan bahwa rata-rata persen

proteksi geliat pada kelompok kontrol positif asetosal berbeda bermakna dengan kelompok

kontrol negatif CMC-Na. Hal ini dapat disimpulkan bahwa asetosal sebagai kontrol positif

terbukti memiliki aktivitas analgesik sehingga dapat menghambat terjadinya rasa nyeri.

Kelompok perlakuan ekstrak metanol biji alpukat dosis 0,83 g/kgBB

Rata-rata kumulatif geliat, rata-rata persen proteksi, dan rata-rata perubahan

persen proteksi kelompok perlakuan ekstrak metanol biji alpukat dosis 0,83 g/kgBB secara

(30)

10

metanol biji alpukat dosis 0,83 g/kgBB lebih kecil, namun rata-rata persen proteksinya

lebih besar dan perubahan persen proteksinya sebesar -48,7 ± 2,8. Berdasarkan uji post

hoc Bonferroni (Tabel III), rata kumulatif geliat, rata persen proteksi, dan rata-rata perubahan persen proteksi kelompok perlakuan ekstrak metanol biji alpukat dosis 0,83

g/kgBB memiliki perbedaan bermakna terhadap kelompok kontrol negatif CMC-Na. Hal

ini berarti ekstrak metanol biji alpukat dosis 0,83 g/kgBB memiliki kemampuan untuk

memproteksi nyeri jika dibandingkan dengan CMC-Na.

Apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol postitif asetosal, rata-rata

kumulatif geliat kelompok perlakuan ekstrak metanol biji alpukat dosis 0,83 g/kgBB lebih

besar, namun rata-rata persen proteksinya lebih kecil, yaitu 37,6 ± 2,0, dan rata-rata

perubahan persen proteksi sebesar -48,7 ± 2,8. Setelah dianalisis dengan uji post hoc

Bonferroni, didapatkan hasil rata kumulatif geliat, rata persen proteksi dan

rata-rata perubahan persen proteksi yang berbeda bermakna terhadap kelompok kontrol postif

asetosal. Hal ini berarti ekstrak metanol biji alpukat dosis 0,83 g/kgBB memiliki

kemampuan untuk memproteksi nyeri yang lebih kecil dibandingkan dengan kelompok

kontrol positif asetosal. Nilai rata-rata persen proteksi kelompok perlakuan ekstrak metanol

biji alpukat dosis 0,83 g/kgBB adalah 37,6 ± 2,0, hal ini menunjukkan bahwa pada dosis

ini ekstrak metanol biji alpukat memiliki kemampuan untuk memproteksi nyeri namun

tidak memiliki aktivitas sebagai analgesik.

Kelompok perlakuan ekstrak metanol biji alpukat dosis 1,67 g/kgBB

Rata-rata kumulatif geliat, rata-rata persen proteksi, dan rata-rata perubahan

persen proteksi kelompok perlakuan ekstrak metanol biji alpukat dosis 1,67 g/kgBB secara

berturut-turut yaitu 19,8 ± 1,1; 73,2 ± 1,4; dan 0,0 ± 2,0.

Berdasarkan tabel II, rata-rata kumulatif geliat kelompok perlakuan ekstrak

metanol biji alpukat dosis 1,67 g/kgBB lebih kecil jika dibandingkan dengan kelompok

kontrol negatif CMC-Na, namun rata-rata persen proteksinya lebih besar, yaitu 73,2 ± 1,4.

Berdasarkan uji post hoc Bonferroni, rata-rata kumulatif geliat, rata-rata persen proteksi

geliat, dan rata-rata perubahan persen proteksi kelompok perlakuan ekstrak metanol biji

alpukat dosis 1,67 g/kgBB memiliki perbedaan bermakna terhadap kelompok kontrol

(31)

11

g/kgBB memiliki kemampuan dalam memproteksi nyeri jika dibandingkan dengan

kelompok kontrol negatif CMC-Na.

Rata-rata kumulatif geliat, rata-rata persen proteksi, dan rata-rata perubahan

persen proteksi kelompok perlakuan ekstrak metanol biji alpukat dosis 1,67 g/kgBB sama

dengan rata-rata kumulatif geliat, rata-rata persen proteksi, dan rata-rata perubahan persen

proteksi kelompok kontrol positif asetosal. Berdasarkan uji post hoc Bonferroni, rata-rata

kumulatif geliat, rata-rata persen proteksi geliat, dan rata-rata perubahan persen proteksi

kelompok perlakuan ini memiliki perbedaan tidak bermakna terhadap kelompok kontrol

positif asetosal. Hal ini berarti ekstrak metanol biji alpukat dosis 1,67 g/kgBB memiliki

kemampuan dalam memproteksi nyeri yang sebanding dengan asetosal sebagai kontrol

positif.

Kelompok perlakuan ekstrak metanol biji alpukat dosis 3,33 g/kgBB

Rata-rata kumulatif geliat, rata-rata persen proteksi, dan rata-rata perubahan

persen proteksi kelompok perlakuan ekstrak metanol biji alpukat dosis 3,33 g/kgBB secara

berturut-turut yaitu 23,2 ± 0,7; 68,2 ± 0,9; dan -6,3 ± 1,2.

Rata-rata kumulatif geliat kelompok perlakuan ini lebih kecil jika dibandingkan

dengan kelompok kontrol negatif CMC-Na, namun rata-rata persen proteksinya lebih

besar. Berdasarkan uji post hoc Bonferroni, rata-rata kumulatif geliat, rata-rata persen

proteksi geliat, dan rata-rata perubahan persen proteksi kelompok perlakuan ekstrak

metanol biji alpukat dosis 3,33 g/kgBB memiliki perbedaan bermakna terhadap kelompok

kontrol negatif CMC-Na. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak metanol biji alpukat dosis

3,33 g/kgBB memiliki kemampuan dalam memproteksi nyeri jika dibandingkan dengan

kelompok kontrol negatif CMC-Na.

Jika dibandingkan dengan kelompok kontrol positif asetosal, maka rata-rata geliat

kelompok perlakuan ini lebih besar dan rata-rata persen proteksi geliatnya lebih kecil.

Berdasarkan uji post hoc Bonferroni, rata-rata kumulatif geliat, rata-rata persen proteksi

geliat, dan rata-rata perubahan persen proteksi kelompok perlakuan ini memiliki perbedaan

tidak bermakna terhadap kelompok kontrol positif asetosal. Hal ini berarti ekstrak metanol

biji alpukat dosis 3,33 g/kgBB memiliki kemampuan dalam memproteksi nyeri yang

(32)

12 dan 3,33 g/kgBB

Rata-rata kumulatif geliat kelompok perlakuan ekstrak metanol biji alpukat dosis

1,67 g/kgBB merupakan rata-rata kumulatif geliat yang paling kecil di antara ketiga dosis

tersebut. Rata-rata persen proteksi kelompok perlakuan ekstrak metanol biji alpukat dosis

0,83; 1,67; dan 3,33 g/kgBB secara berturut-turut adalah 37,6 ± 2,0; 73,2 ± 1,4; dan 68,2 ±

0,9. Rata-rata perubahan persen proteksi kelompok perlakuan ekstrak metanol biji alpukat

dosis 0,83; 1,67; dan 3,33 g/kgBB secara berturutturut adalah 48,7 ± 2,8; 0,0 ± 2,0; dan

-6,3 ± 1,2. Menurut Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica (1991), suatu

zat uji dapat dikatakan memiliki efek analgesik jika zat uji tersebut mampu mengurangi ≥50% dari jumlah geliat pada perlakuan kontrol negatif. Hal ini berarti ekstrak metanol biji alpukat pada dosis 1,67 dan 3,33 g/kgBB memiliki kemampuan untuk memproteksi geliat

dan juga memiliki aktivitas analgesik, sedangkan pada dosis 0,83 g/kgBB ekstrak metanol

biji alpukat hanya mampu memproteksi geliat.

Perbandingan persen proteksi antara kelompok perlakuan ekstrak metanol biji

alpukat dosis 0,83 g/kgBB dengan dosis 1,67 g/kgBB berdasarkan uji post hoc Bonferroni

menunjukkan perbedaan bermakna. Perbedaan yang bermakna tersebut menunjukkan

kemampuan ekstrak metanol biji alpukat dosis 0,83 g/kgBB dalam menghambat geliat

tidak sebanding dengan kemampuan ekstrak metanol biji alpukat dosis 1,67 g/kgBB.

Berdasarkan tabel II, maka kemampuan ekstrak metanol biji alpukat dosis 0,83 g/kgBB

lebih kecil dibandingkan dosis 1,67 g/kgBB.

Perbandingan persen proteksi antara kelompok perlakuan ekstrak metanol biji

alpukat dosis 0,83 g/kgBB dengan dosis 3,33 g/kgBB berdasarkan uji post hoc Bonferroni

menunjukkan perbedaan bermakna. Perbedaan bermakna tersebut menunjukkan

kemampuan ekstrak metanol biji alpukat dosis 0,83 g/kgBB dalam menghambat geliat

tidak sebanding dengan kemampuan ekstrak metanol biji alpukat dosis 3,33 g/kgBB.

Berdasarkan tabel II, kemampuan ekstrak metanol biji alpukat dosis 0,83 g/kgBB lebih

kecil dibandingkan dosis 3,33 g/kgBB.

Perbandingan persen proteksi antara kelompok perlakuan ekstrak metanol biji

alpukat dosis 1,67 g/kgBB dengan dosis 3,33 g/kgBB berdasarkan uji post hoc Bonferroni

(33)

13

kemampuan ekstrak metanol biji alpukat dosis 1,67 g/kgBB dalam menghambat geliat

sebanding dengan kemampuan ekstrak metanol biji alpukat dosis 3,33 g/kgBB.

Menurut penelitian Kyakulaga dkk. (2012), kandungan senyawa flavonoid di

dalam ekstrak etanol biji alpukat dilaporkan berperan dalam menimbulkan efek analgesik

karena dapat menghambat produksi prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi dan

dapat mengaktifkan saraf dalam penghantaran nyeri. Menurut Prochazkova dkk. (2011),

flavonoid yang terkandung pada tumbuhan memiliki aktivitas sebagai antioksidan yang

dapat mencegah kerusakan jaringan akibat radikal bebas. Flavonoid mampu menangkap

radikal bebas dengan mendonasikan atom hidrogen sehingga radikal bebas menjadi tidak

aktif. Menurut Swiboda dkk. (2013), ketika terjadi kerusakan jaringan, senyawa yang dapat

memodulasi transmisi nyeri antara lain histamin, bradikinin, asetilkolin, leukotriene, dan

prostaglandin dikeluarkan ke jaringan ekstraselular. Penangkapan radikal bebas mampu

menghambat pembentukan mediator inflamasi seperti histamin, bradikinin, asetilkolin,

leukotriene, dan prostaglandin. Menurut DiPiro dkk. (2008), terhambatnya pembentukan

mediator inflamasi tersebut menyebabkan aktivasi reseptor nyeri tidak terjadi sehingga

tidak terjadi stimulasi nyeri.

KESIMPULAN

Ekstrak metanol biji alpukat memiliki aktivitas analgesik pada dosis 1,67 dan 3,33

g/kgBB dengan persen proteksinya berturut-turut adalah 73,24 ± 1,4 dan 68,16 ± 0,9 %

serta perubahan persen proteksinya berturut-turut adalah 0,0 ± 2,0 dan -6,3 ± 1,2 %.

DAFTAR PUSTAKA

Agriculture & Natural Resources University of California, 2016, Avocado Varieties,

http://ucavo.ucr.edu/avocadovarieties/varietyframe.html, diakses pada tanggal 25 Mei 2016.

Al-Ash’ary, M.N., Supriyanti, T.E.M., dan Zackiyah, 2010, Penentuan Pelarut Terbaik dalam Mengekstraksi Senyawa Bioaktif dari Kulit Batang Artocarpus

heterophyllus, Jurnal Sains dan Teknologi Kimia, 1(2), 150-158.

Andini, A.P., 2010, Efek Analgesik Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga tanarius L.

pada Mencit Betina , Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Carpena, J.M.R., Morcuende, D., Andrade, M.J., Kylli, P., and Estevez, M., 2011,

(34)

14

Patties, Journal of Agricultureal and Food Chemistry, 59, 5625-5635.

Dahlan, M.S., 2014, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Edisi 6, Salemba Medika,

Jakarta, hal. 7,12-14, 92-98, 110-116.

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi

IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 46.

DiPiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, L.M., 2008,

Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 7th Ed., Mc Graw Hill, New York, 990.

Gomez, F.S., Sanchez, S.P., Iradi, M.G.G., Azman, N.A.M., and Almajano, M.P., 2014,

Avocado Seeds: Extraction Optimization and Possible Use as Antioxidant in

Food, Antioxidants, 3, 439-454.

International Association for the Study of Pain, 2011, What Is Pain, http://www.iasp-pain.org/Taxonomy, diakses pada tanggal 4 Januari 2016.

International Tropical Timber Organisation, 2005, Promoting Selected Non-Timber Forest

Products Based on Community Participation Approach to Support Sustainable

Forest Management in East Kalimantan,

http://www.itto.int/files/itto_project_db_input/2534/Technical/Technical%20Repo rt%20Vol%201.pdf, diakses pada tanggal 11 September 2016.

Irawati, K., 2015, Uji Analgesik Dekokta Daun Macaranga tanarius L. Pada Mencit

Betina, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Joshepine, O.O., and Ngozi, A.O., 2013, Analgesic effect of The Aqueous Extract of

Persea americana Mill (Lauraceae), Journal of Pharmaceutical and Allied Sciences, 10(3), 1887-1897.

Khoddami, A., Wilkers, M.A., and Roberts, T.H., 2013, Techniques for Analysis of Plant

Phenolic Compounds, Molecules, 18, 2328-2375.

Kyakulaga, AI.,H., Ogwang, P.E., Nannyonga, S., Nyafuono, J., and Tumuslime, R., 2012,

Antipyretic and Analgesics Activities of Ethanolic Extract of Persea americana

Mill. Seeds in Wistar Albino Rats, Africa Journal of Animal and Biomedical

Sciences, 7(1), 19-23.

Muhammad, N., 2014, In Vivo Models for Management of Pain, Scientific Research, 5(1),

(35)

15

Prochazkova, D., Bousova, I., and Wilhelmova, N., 2011, Antioxidant and Prooxidant

Properties of Flavonoids, Fitoterapia, 82(2011), 513-523.

Ritu, N., Asheesh, S., and Dinesh, B., 2012, Aspirin: An Overview of Randomized

Controlled Trials, International Journal of Research in Pharmacy and Science,

2(1), 53-57.

Sanchez, A., Calpena, A.C., and Clares, 2015, Evaluating the Oxidative Stress in

Inflammation: Role of Melatonin, International Journal of Molecular Sciences,

2015(16), 16981-17004.

Sinaga, F., 2013, Efek Analgesik dari Infusa Bunga Telang (Clitoria ternatea) dengan

Metode Rangsang Kimia pada Mencit Betina, Skripsi, Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta.

Susanti, S.D.P., 2015, Uji Analgesik Fraksi Etanol-Heksan Ekstrak Metanol-Air Daun

Macaranga tanarius L. Dengan Metode Geliat Pada Mencit, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Swiboda, P., Filip, R., Prystupa, A., and Drozd, M., 2013, Assessment of Pain: Type,

Mechanism, and Treatment, Ann Agric Environ Med, 2013(1), 2-7.

Wulandari, D., 2010, Efek Analgesik Infusa Daun Macaranga tanarius L. Pada Mencit

Betina , Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alami Phytomedica, 1991, Penapisan Farmakologi

(36)

16

(37)

17

(38)

18

(39)

19

(40)

20

Lampiran 4. Biji Alpukat dan Ekstrak Metanol Biji Alpukat

[image:40.595.84.511.140.616.2]

Gambar 1. Biji Alpukat

(41)

21

[image:41.595.87.507.135.640.2]

Lampiran 5. Injeksi Intraperitoneal dan Peroral

Gambar 3. Injeksi Intraperitoneal

(42)

22

[image:42.595.84.508.142.634.2]

Lampiran 6. Proses Pengamatan Uji Analgesik Ekstrak Metanol Biji Alpukat

(43)

23

Lampiran 7. Perhitungan Dosis dan Persen Rendemen Ekstrak Metanol Biji Alpukat

a. Dosis Asam Asetat

Dosis asam asetat yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian

yang dilakukan oleh Wulandari (2010) dan Andini (2010). Hasil penelitian

tersebut mendapatkan bahwa dosis 50 mg/kgBB berbeda tidak bermakna dengan

dosis 75 mg/kgBB dalam menimbulkan geliat. Berdasarkan hasil tersebut, dosis

asam asetat yang digunakan dalam penelitian ini adalah dosis 50 mg/kgBB .

b. Dosis Asetosal

Berdasarkan penelitian Wulandari (2010), potensi asetosal yang digunakan adalah

500 mg yang digunakan pada manusia dengan berat badan 50 kg. Apabila

dikonversikan pada manusia dengan berat badan 70 kg, maka potensinya adalah

700 mg. Angka konversi dosis dari manusia 70 kg ke mencit dengan berat badan

20 g adalah 0,0026. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

Asetosal 500 mg  untuk manusia 50 kg.

Asetosal untuk manusia 70 kg 

Konversi dosis manusia 70 kg ke mencit 20 g (angka konversi= 0,0026)

Dosis = 700 mg × 0,0026

= 1,82 mg / 20 gBB

= 0,091 mg/gBB

= 91 mg/kgBB

c. Dosis Ekstrak Metanol Biji Alpukat

Dasar penentuan peringkat dosis:

 Bobot tertinggi mencit = 30 gram

 Volume maksimal pemberian secara peroral untuk mencit = 1 mL

(44)

24

D × 30 g = (10 g/100 mL) × 1 mL

D = 0,003333 g/gBB = 3,33 g/kgBB  untuk peringkat dosis tertinggi

Peringkat dosis tengah= 3,33 g/kgBB : 2= 1,67 g/kgBB

Peringkat dosis terendah= 1,67 g/kgBB : 2= 0,83 g/kgBB

d. Konversi dosis tertinggi untuk manusia 70 kg (angka konversi dari mencit

20 g  manusia 70 kg = 387,9)

 Dosis tertinggi untuk mencit = 0,003333 g/gBB

 Dosis untuk mencit 20 gram = 0,06666 g/ 20 gBB

 Dosis untuk manusia 70 kg = 387,9 × 0,06666 g

= 25,86 g/ 70 kgBB

= 0,369 g/kgBB

e. Perhitungan Rendemen Ekstrak Metanol Biji Alpukat

Persen Rendemen =

(45)

25

Lampiran 8. Analisis Statistika Penetapan Selang Waktu Pemberian Asam Asetat

a. Uji normalitas kontrol negatif CMC-Na, asetosal 10 menit, dan asetosal 15

menit

Descriptives

Kelompok Statistic Std.

Error

Geliat

Kontrol negatif CMC Na

Mean 74.6667 .33333

95% Confidence Interval for

Mean Lower Bound 73.2324 Upper Bound 76.1009

5% Trimmed Mean .

Median 75.0000

Variance .333

Std. Deviation .57735

Minimum 74.00

Maximum 75.00

Range 1.00

Interquartile Range .

Skewness -1.732 1.225

Kurtosis . .

asetosal 10 menit

Mean 19.6667 .33333

95% Confidence Interval for

Mean Lower Bound 18.2324 Upper Bound 21.1009

5% Trimmed Mean .

Median 20.0000

Variance .333

Std. Deviation .57735

Minimum 19.00

Maximum 20.00

Range 1.00

(46)

26

Skewness -1.732 1.225

Kurtosis . .

asetosal 15 menit

Mean 70.6667 .66667

95% Confidence Interval for

Mean Lower Bound 67.7982 Upper Bound 73.5351

5% Trimmed Mean .

Median 70.0000

Variance 1.333

Std. Deviation 1.15470

Minimum 70.00

Maximum 72.00

Range 2.00

Interquartile Range .

Skewness 1.732 1.225

Kurtosis . .

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

Geliat

Kontrol negatif CMC

Na

.385 3 . .750 3 .000

asetosal 10 menit .385 3 . .750 3 .000

asetosal 15 menit .385 3 . .750 3 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Pada uji normalitas, diperoleh nilai p yaitu 0,000 (p<0,05) untuk semua kelompok

perlakuan. Karena nilai p<0,05 maka bisa disimpulkan bahwa data geliat pada

masing-masing kelompok tidak terdistribusi normal. Uji dilanjutkan dengan uji

Kruskal-Wallis.

b. Uji Kruskal-Wallis

Kruskal-Wallis Test

(47)

27

Kelompok N Mean Rank

Geliat

Kontrol negatif CMC Na 3 8.00

asetosal 10 menit 3 2.00

asetosal 15 menit 3 5.00

Total 9

Test Statisticsa,b

Geliat

Chi-Square 7.385

Df 2

Asymp. Sig. .025

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable:

Kelompok

Dengan uji Kruskal-Wallis diperoleh nilai p=0,025. Oleh karena nilai p<0,05

berarti paling tidak terdapat perbedaan geliat antara dua kelompok. Uji dilanjutkan

dengan analisis post hoc Mann-Whitney.

c. Uji Post Hoc Mann-Whitney

Mann-Whitney Test

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Geliat

Kontrol negatif CMC Na 3 5.00 15.00

asetosal 10 menit 3 2.00 6.00

Total 6

Test Statisticsa

Geliat

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 6.000

Z -2.023

Asymp. Sig. (2-tailed) .043

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100b

a. Grouping Variable: Kelompok

b. Not corrected for ties.

Dari analisis post hoc Mann-Whitney antara kelompok kontrol negatif CMC-Na

(48)

28

didapatkan bahwa nilai p<0,043 (p<0,05). Secara statistik berarti terdapat

perbedaan geliat antara kelompok tersebut.

Mann-Whitney Test

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Geliat

Kontrol negatif CMC Na 3 5.00 15.00

asetosal 15 menit 3 2.00 6.00

Total 6

Test Statisticsa

Geliat

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 6.000

Z -2.023

Asymp. Sig. (2-tailed) .043

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100b

a. Grouping Variable: Kelompok

b. Not corrected for ties.

Dari analisis post hoc Mann-Whitney antara kelompok kontrol negatif CMC-Na

dengan kelompok yang diberikan asetosal dengan selang waktu 15 menit,

didapatkan bahwa nilai p=0,043 (p<0,05). Secara statistik berarti terdapat

perbedaan geliat antara kelompok tersebut.

Mann-Whitney Test

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Geliat

asetosal 10 menit 3 2.00 6.00

asetosal 15 menit 3 5.00 15.00

Total 6

Test Statisticsa

Geliat

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 6.000

(49)

29

Asymp. Sig. (2-tailed) .043

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100b

a. Grouping Variable: Kelompok

b. Not corrected for ties.

Dari analisis post hoc Mann-Whitney antara kelompok yang diberikan asetosal

selang waktu 10 menit dengan kelompok yang diberikan asetosal selang waktu 15

menit, didapatkan bahwa nilai p=0,043 (p<0,05). Secara statistik berarti terdapat

(50)

30

Lampiran 9. Analisis Statistika Geliat Mencit Descriptives

Kelompok Statistic Std. Error

Geliat

Kontrol Negatif CMC Na

Mean 74.0000 .44721

95% Confidence Interval

for Mean Lower Bound 72.7583 Upper Bound 75.2417

5% Trimmed Mean 74.0000

Median 74.0000

Variance 1.000

Std. Deviation 1.00000

Minimum 73.00

Maximum 75.00

Range 2.00

Interquartile Range 2.00

Skewness .000 .913

Kurtosis -3.000 2.000

Kontrol Positif Asetosal

Mean 19.8000 .37417

95% Confidence Interval

for Mean Lower Bound 18.7611 Upper Bound 20.8389

5% Trimmed Mean 19.7778

Median 20.0000

Variance .700

Std. Deviation .83666

Minimum 19.00

Maximum 21.00

Range 2.00

Interquartile Range 1.50

Skewness .512 .913

Kurtosis -.612 2.000

Perlakuan EMBA 0,83

g/kgBB

Mean 46.2000 1.49666

95% Confidence Interval

for Mean

Lower

Bound

(51)

31

Upper

Bound

50.3554

5% Trimmed Mean 46.2778

Median 46.0000

Variance 11.200

Std. Deviation 3.34664

Minimum 41.00

Maximum 50.00

Range 9.00

Interquartile Range 5.50

Skewness -.888 .913

Kurtosis 1.468 2.000

Perlakuan EMBA 1,67

g/kgBB

Mean 19.8000 1.06771

95% Confidence Interval

for Mean Lower Bound 16.8356 Upper Bound 22.7644

5% Trimmed Mean 19.7778

Median 20.0000

Variance 5.700

Std. Deviation 2.38747

Minimum 17.00

Maximum 23.00

Range 6.00

Interquartile Range 4.50

Skewness .206 .913

Kurtosis -1.117 2.000

Perlakuan EMBA 3,33

g/kgBB

Mean 23.2000 .66332

95% Confidence

Interval for Mean

Lower Bound 21.3583 Upper Bound 25.0417

5% Trimmed Mean 23.2222

Median 23.0000

Variance 2.200

(52)

32

Minimum 21.00

Maximum 25.00

Range 4.00

Interquartile Range 2.50

Skewness -.552 .913

Kurtosis .868 2.000

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

Geliat

Kontrol Negatif CMC

Na

.241 5 .200* .821 5 .119

Kontrol Positif Asetosal .231 5 .200* .881 5 .314

Perlakuan EMBA 0,83

g/kgBB

.276 5 .200* .933 5 .616

Perlakuan EMBA 1,67

g/kgBB

.175 5 .200* .974 5 .899

Perlakuan EMBA 3,33

g/kgBB

.246 5 .200* .956 5 .777

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Dari tes normalitas terlihat bahwa nilai p untuk masing-masing kelompok >0,05

yang menandakan data kelima kelompok terdistribusi normal. Uji statistic

dilanjutkan dengan uji varian dan one way ANOVA.

Oneway

Test of Homogeneity of Variances

Geliat

Levene Statistic df1 df2 Sig.

(53)

33

ANOVA

Geliat

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 11174.800 4 2793.700 671.563 .000

Within Groups 83.200 20 4.160

Total 11258.000 24

Dari uji homogenitas variansi, didapatkan p>0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa varian sama. Dari uji ANOVA didapatkan p<0,05 yang berarti paling tidak terdapat dua kelompok yang mempunyai rerata geliat yang berbeda bermakna. Uji dilanjutkan dengan uji post hoc Bonferroni.

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Geliat

Bonferroni

(I) Kelompok (J) Kelompok Mean

Difference

(I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence

Interval Lower Bound Upper Bound Kontrol Negatif CMC Na Kontrol Positif Asetosal

54.20000* 1.28996 .000 50.1322 58.2678

Perlakuan EMBA

0,83 g/kgBB

27.80000* 1.28996 .000 23.7322 31.8678

Perlakuan EMBA

1,67 g/kgBB

54.20000* 1.28996 .000 50.1322 58.2678

Perlakuan EMBA

3,33 g/kgBB

50.80000* 1.28996 .000 46.7322 54.8678

Kontrol Positif

Asetosal

Kontrol Negatif CMC

Na

-54.20000* 1.28996 .000 -58.2678 -50.1322

Perlakuan EMBA

0,83 g/kgBB

-26.40000* 1.28996 .000 -30.4678 -22.3322

Perlakuan EMBA

1,67 g/kgBB

.00000 1.28996 1.000 -4.0678 4.0678

Perlakuan EMBA

3,33 g/kgBB

-3.40000 1.28996 .159 -7.4678 .6678

Perlakuan EMBA

0,83 g/kgBB

Kontrol Negatif CMC

Na

(54)

34 Kontrol Positif

Asetosal

26.40000* 1.28996 .000 22.3322 30.4678

Perlakuan EMBA

1,67 g/kgBB

26.40000* 1.28996 .000 22.3322 30.4678

Perlakuan EMBA

3,33 g/kgBB

23.00000* 1.28996 .000 18.9322 27.0678

Perlakuan EMBA

1,67 g/kgBB

Kontrol Negatif CMC

Na

-54.20000* 1.28996 .000 -58.2678 -50.1322

Kontrol Positif

Asetosal

.00000 1.28996 1.000 -4.0678 4.0678

Perlakuan EMBA

0,83 g/kgBB

-26.40000* 1.28996 .000 -30.4678 -22.3322

Perlakuan EMBA

3,33 g/kgBB

-3.40000 1.28996 .159 -7.4678 .6678

Perlakuan EMBA

3,33 g/kgBB

Kontrol Negatif CMC

Na

-50.80000* 1.28996 .000 -54.8678 -46.7322

Kontrol Positif

Asetosal

3.40000 1.28996 .159 -.6678 7.4678

Perlakuan EMBA

0,83 g/kgBB

-23.00000* 1.28996 .000 -27.0678 -18.9322

Perlakuan EMBA

1,67 g/kgBB

3.40000 1.28996 .159 -.6678 7.4678

(55)

35

Lampiran 10. Analisis Statistika Persen Proteksi Case Processing Summary

Kelompok Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

PersenPr

oteksi

Kontrol Negatif CMC Na 5 100.0% 0 0.0% 5 100.0%

Kontrol Positif Asetosal 5 100.0% 0 0.0% 5 100.0%

Perlakuan EMBA dosis

0,83 g/kgBB

5 100.0% 0 0.0% 5 100.0%

Perlakuan EMBA dosis

1,67 g/kgBB

5 100.0% 0 0.0% 5 100.0%

Perlakuan EMBA dosis

3,33 g/kgBB

5 100.0% 0 0.0% 5 100.0%

Descriptives

Kelompok Statistic Std. Error

PersenPr

oteksi

Kontrol Negatif CMC

Na

Mean .00000 .604186

95% Confidence

Interval for Mean

Lower Bound -1.67749

Upper Bound 1.67749

5% Trimmed Mean .00000

Median .00000

Variance 1.825

Std. Deviation 1.351000

Minimum -1.351

Maximum 1.351

Range 2.702

Interquartile Range 2.702

Skewness .000 .913

Kurtosis -3.000 2.000

Kontrol Positif

Asetosal

Mean 73.24320 .505498

95% Confidence

Interval for Mean

Lower Bound 71.83971

Upper Bound 74.64669

5% Trimmed Mean 73.27322

Median 72.97300

(56)

36

Std. Deviation 1.130328

Minimum 71.622

Maximum 74.324

Range 2.702

Interquartile Range 2.027

Skewness -.512 .913

Kurtosis -.612 2.000

Perlakuan EMBA

dosis 0,83 g/kgBB

Mean 37.56760 2.022653

95% Confidence Interval for Mean L o w e r B o u n d 31.95181 U p p e r B o u n d 43.18339

5% Trimmed Mean 37.46250

Median 37.83800

Variance 20.456

Std. Deviation 4.522790

Minimum 32.432

Maximum 44.595

(57)

37

Interquartile Range 7.433

Skewness .888 .913

Kurtosis 1.468 2.000

Perlakuan EMBA

dosis 1,67 g/kgBB

Mean 73.24340 1.442839

95% Confidence

Interval for Mean

Lower Bound 69.23744

Upper Bound 77.24936

5% Trimmed Mean 73.27344

Median 72.97300

Variance 10.409

Std. Deviation 3.226285

Minimum 68.919

Maximum 77.027

Range 8.108

Interquartile Range 6.081

Skewness -.206 .913

Kurtosis -1.117 2.000

Perlakuan EMBA

dosis 3,33 g/kgBB

Mean 68.64880 .896454

95% Confidence

Interval for Mean

Lower Bound 66.15985

Upper Bound 71.13775

5% Trimmed Mean 68.61878

Median 68.91900

Variance 4.018

Std. Deviation 2.004531

Minimum 66.216

Maximum 71.622

Range 5.406

Interquartile Range 3.379

Skewness .552 .913

Kurtosis .868 2.000

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statisti

c

Df Sig. Statisti

c

Df Sig.

PersenProteks

i

Kontrol Negatif CMC

Na

(58)

38 Kontrol Positif

Asetosal

.231 5 .200* .881 5 .314

Perlakuan EMBA

dosis 0,83 g/kgBB

.276 5 .200* .933 5 .616

Perlakuan EMBA

dosis 1,67 g/kgBB

.175 5 .200* .974 5 .899

Perlakuan EMBA

dosis 3,33 g/kgBB

.246 5 .200* .956 5 .777

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Dari uji normalitas didapatkan nilai p untuk semua kelompok yaitu >0,05, maka

data terdistribusi normal. Uji dilanjutkan dengan uji one way ANOVA.

Oneway

Test of Homogeneity of Variances

PersenProteksi

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.579 4 20 .219

ANOVA

PersenProteksi

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between

Groups

20406.915 4 5101.729 671.536 .000

Within Groups 151.942 20 7.597

Total 20558.857 24

Dari uji homogenitas variansi, didapatkan p>0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa varian sama. Dari uji ANOVA didapatkan p<0,05 yang berarti paling tidak terdapat dua kelompok yang mempunyai rerata persen proteksi yang berbeda bermakna. Uji dilanjutkan dengan uji post hoc Bonferroni.

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: PersenProteksi

Bonferroni

(I) Kelompok (J) Kelompok Mean

Difference

(I-Std. Error Sig. 95% Confidence

(59)

39

J) Lower

Bound Upper Bound Kontrol Negatif CMC Na

Kontrol Positif Asetosal

-73.243200* 1.743228 .000 -78.74029 -67.74611

Perlakuan EMBA dosis

0,83 g/kgBB

-37.567600* 1.743228 .000 -43.06469 -32.07051

Perlakuan EMBA dosis

1,67 g/kgBB

-73.243400* 1.743228 .000 -78.74049 -67.74631

Perlakuan EMBA dosis

3,33 g/kgBB

-68.648800* 1.743228 .000 -74.14589 -63.15171

Kontrol

Positif

Asetosal

Kontrol Negatif CMC

Na

73.243200* 1.743228 .000 67.74611 78.74029

Perlakuan EMBA dosis

0,83 g/kgBB

35.675600* 1.743228 .000 30.17851 41.17269

Perlakuan EMBA dosis

1,67 g/kgBB

-.000200 1.743228 1.000 -5.49729 5.49689

Perlakuan EMBA dosis

3,33 g/kgBB

4.594400 1.743228 .159 -.90269 10.09149

Perlakuan

EMBA dosis

0,83 g/kgBB

Kontrol Negatif CMC

Na

37.567600* 1.743228 .000 32.07051 43.06469

Kontrol Positif Asetosal -35.675600* 1.743228 .000 -41.17269 -30.17851

Perlakuan EMBA dosis

1,67 g/kgBB

-35.675800* 1.743228 .000 -41.17289 -30.17871

Perlakuan EMBA dosis

3,33 g/kgBB

-31.081200* 1.743228 .000 -36.57829 -25.58411

Perlakuan

EMBA dosis

1,67 g/kgBB

Kontrol Negatif CMC

Na

73.243400* 1.743228 .000 67.74631 78.74049

Kontrol Positif Asetosal .000200 1.743228 1.000 -5.49689 5.49729

Perlakuan EMBA dosis

0,83 g/kgBB

35.675800* 1.743228 .000 30.17871 41.17289

Perlakuan EMBA dosis

3,33 g/kgBB

4.594600 1.743228 .159 -.90249 10.09169

Perlakuan

EMBA dosis

3,33 g/kgBB

Kontrol Negatif CMC

Na

68.648800* 1.743228 .000 63.15171 74.14589

(60)

40 Perlakuan EMBA dosis

0,83 g/kgBB

31.081200* 1.743228 .000 25.58411 36.57829

Perlakuan EMBA dosis

1,67 g/kgBB

-4.594600 1.743228 .159 -10.09169 .90249

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

(61)

41

Case Processing Summary

Kelompok Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

PerubahanPers

enProteksi

Kontrol Negatif CMC

Na

5 100.0% 0 0.0% 5 100.0%

Kontrol Positif Asetosal 5 100.0% 0 0.0% 5 100.0%

Perlakuan EMBA dosis

0,83 g/kgBB

5 100.0% 0 0.0% 5 100.0%

Perlakuan EMBA dosis

1,67 g/kgBB

5 100.0% 0 0.0% 5 100.0%

Perlakuan EMBA dosis

3,33 g/kgBB

5 100.0% 0 0.0% 5 100.0%

Descriptives

Kelompok Statistic Std. Error

PerubahanPer

senProteksi

Kontrol Negatif

CMC Na

Mean -100.00000 .825109

95% Confidence

Interval for Mean

Lower Bound -102.29087 Upper Bound -97.70913

5% Trimmed Mean -100.00000

Median -100.00000

Variance 3.404

Std. Deviation 1.845000

Minimum -101.845

Maximum -98.155

Range 3.690

Interquartile Range 3.690

Skewness .000 .913

Kurtosis -3.000 2.000

Kontrol Positif

Asetosal

Mean .00020 .690175

95% Confidence

Interval for Mean

(62)

42

5% Trimmed Mean .04117

Median -.36900

Varia

Gambar

Tabel III. Hasil uji Post Hoc Bonferroni untuk kumulatif geliat, persen proteksi,
Gambar 1. Biji Alpukat. .....................................................................................
tabel I.  Tabel I. Rata-rata jumlah kumulatif geliat mencit pada penentuan selang waktu pemberian
Tabel III. Hasil uji post hoc Bonferroni untuk kumulatif geliat, persen proteksi, dan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Kedua, Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah: &#34;Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

Partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Partisipasi siswa dalam pembelajaran

bahwa kebijakan dividen tidak relevan dengan nilai perusahaan dan dividen yang rendah.. akan meningkatkan nilai

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh rasio keuangan (rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio profitabilitas) dan ukuran

Untuk menguji permasalahan kedua yaitu untuk mengetahui ramalan penjualan pertahun dari penjualan kopi rakyat di Desa Sidomulyo dan Desa Garahan digunakan analisa trend

Acid Test Ratio (OR) tidak berpengaruh positif signifikan terhadap Earning After Tax (EAT), karena persediaan memerlukan waktu yang relative lama untuk di lealisir

Toksisitas akut Berdasarkan data yang tersedia, kriteria klasifikasi tidak terpenuhi.. Korosi kulit/iritasi Menyebabkan

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan summary berjudul “Pengaruh Independensi