• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dari Cina Ke Jepang : Analisis Terhadap Perkembangan ラーメ ン (Ramen) Jepang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dari Cina Ke Jepang : Analisis Terhadap Perkembangan ラーメ ン (Ramen) Jepang."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

BAB II MAKANAN SEBAGAI IKON BUDAYA 2.1 Teori Transformasi ... 8

BAB III PERKEMBANGAN RAMEN DARI CINA KE JEPANG 3.1 Asal Usul Ramen dan Perkembangannya di Cina ... 13

3.2 Perkembangan Ramen di Jepang Hingga Periode Meiji ... 16

3.3 Perkembangan Ramen Hingga Sekarang ... 18

BAB IV KESIMPULAN ... 24 SINOPSIS

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Kristen Maranatha

(2)

Lampiran

Kuah rasa kecap asin [し う 味のラーメン] kuah rasa tonkotsu [豚骨]

Gb. 1 Gb.2

kuah rasa shio [

塩味のラーメン

]

kuah rasa miso [ みそラーメン ]

(3)

CARA PEMBUATAN MIE CINA

Dirumah anda bisa membuat mie Cina dengan mudah. Membuat mie enak poinnya adalah kondisi / cara. Cara yang kurang baik hasilnya pun tidak akan baik. Pembuatan mie ini menggunakan air garam tidak memakai air soda. Fungsinya air garam ini adalah untuk mengeringkan. Berikut ini adalah cara pembuatan mie yang benar.

1. Membuat air garam. Campurkan garam tersebut ke dalam tempat air yang sudah disediakan kemudian dikocek sampai larut.

2. Masukkan air garam ke dalam campuran telur ± 225 cc dan dikocek dengan baik.

(4)

3. Campuran telur dan air garam yang disimpan sebelumnya di tempat pendingin sekitar setengah hari, kemudian dimasukkan ke dalam adonan tepung.

4. Adonan diaduk dengan tangan. Adukanlah tepung dengan air tersebut sampai merata dengan tangan sekuat tenaga.

5. Gempalkanlah adonan tersebut dengan kedua tangan sampai menyatu. 6. Menginjak hasil adonan. Masukkanlah ke dalam kantong plastik yang

berukuran besar dan injaklah dengan menggunakan alas kaki sekuat tenaga.

7. Sementara adonan dilipat, adonan tersebut dilipat kemudian kembali diinjak lagi. Ini dilakukan 5 – 6 kali, untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

8. Setelah adonannya menjadi lunak. Didiamkan sekitar 1 jam pada saat musim panas dan 3 jam pada saat musim dingin.

9. Menggiling adonan dengan gilingan kayu. Supaya tidak lengket pada gilingan adonan ditaburi tepung.

10. Menekan dan membulatkan adonan. Setelah adonan tersebut menjadi tipis, digiling-giling sambil ditekan dengan sekeras-kerasnya.

11. Sesudah dilakukan berulang-ulang pada proses no. 10 kira-kira ketebalannya 1 mm maka pembuatan adonan secara garis besarnya selesai.

(5)

13. Masukkanlah mie secukupnya ke dalam air panas. Gunakanlah sumpit untuk mengoceknya.

14. Memastikan kekenyalan hasil dari rebusan mie, kalau mienya sudah terapung itu menandakan mie tersebut boleh diangkat dari wajannya. 15. Mie diangkat dengan bakul saringan. Setelah selesai direbus diangkat

dengan menggunakan bakul saringan. Air bekas rebusan mie tidak dipergunakan lagi.

MACAM-MACAM MIE

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4

Gambar 1 Namamen ( mie lebar ) Gambar 2 Namamen ( mie keriting ) Gambar 3 Chyuntanmen ( mie telur )

Gambar 4 Kanmen ( mie kering / mie instant )

(6)

CARA MEMBUAT KUAH MIE ALA JEPANG

Kuah yang kental Bahan-bahannya:

Serutan ikan cakalang ( katsuobushi ) 10 gram

Serutan ikan saba 10 gram

Ikan nibhoshi ( ikan teri ) 5 gram

Konbu ( rumput laut ) 10 – 15 cm

Sake ( mirin ) dan Shoyu 1 gelas

(7)

Cara pembuatan kuah mie ala Jepang :

1. Semua bahan dimasukkan ke dalam wajan dan dipanaskan dengan api yang sedang

2. Setelah matang api dikecilkan 3 – 4 menit sehingga menjadi kental

3. Tiriskan kuah yang sudah kental ke dalam kain kasa di atas alat penyaring dan alat serba guna.

4. Terakhir saringan kain tersebut diperas sampai kuahnya tidak tersisa. 5. Diawetkan ke dalam botol kecap atau sake manis dengan tidak dicuci

dulu.

Cara pengawetan kuah :

Untuk pengawetan kuah mie tidak memerlukan alat pendingin seperti kulkas maupun alat khusus lainnya. Simpanlah di tempat yang bercahaya dengan suhu yang cukup. Dengan demikian dapat bertahan hingga 6 bulan. Semakin lama disimpan maka aromanya akan lebih harum dan rasanya akan lebih lezat.

Untuk membuat kuah supaya lebih enak, bisa ditambahkan bahan selain bahan yang di atas tadi yaitu sayuran, minyak lemak, tulang ayam / babi dan sebagainya.

(8)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Charles Supriadi

Alamat : Jl. Babakan Sukaresik 3, Bandung Telepon / HP : 0811749680

Nama Ayah : V. Suhendra

Nama Ibu : Silvia

Tempat/ Tanggal Lahir : Palembang, 9 Juni 1980

Agama : Katholik

PENDIDIKAN :

1987 - 1993 SD Methodis Bangau, Palembang 1993 - 1996 SMP Xaverius I, Jambi

(9)

B A B I

P E N D A H U L U A N

1.1

Latar Belakang Masalah

Makanan merupakan kebutuhan utama manusia. Dalam perspektif teologis, makanan bahkan merupakan salah satu casus belli (faktor utama) yang menentukan hubungan antara manusia dengan Tuhan. Disebutkan bahwa Tuhan melarang manusia memakan sesuatu yang dapat mempengaruhi pengetahuannya tentang yang baik dan yang buruk. Namun manusia melanggar ketentuan tersebut sehingga dikotomi ( pembelahan menjadi 2 bagian ) antara subyektivitas Roh dan subyektivitas manusia, antara kebaikan dan kejahatan maupun antara kesucian dan dosa semakin tegas. Manusia juga harus bekerja keras agar dapat memenuhi kebutuhan utamanya ini.1

Kelihatannya memang menjadi mudah ketika manusia, dalam perkembangan peradabannya, mampu mengolah sendiri makanannya dari berbagai unsur alam dan untuk tujuan-tujuan ekonomis. Apapun yang ditemukan manusia di sekitarnya dapat menjadi bagian dari proses pembuatan makanan. Sehingga dengan demikian makanan manusia bukanlah sesuatu yang sulit diperoleh dan diolah.2

1

Bdk. Ellen van Wolde, Stories of the Beginning (London: SCM Press, 1996), hl. 21-24

2

Bdk. Peter T Manicas, A History & Philosophy of the Social Sciences (New York: Blackwell Basel, 1987), hl. 79-81.

Universitas Kristen Maranatha

(10)

Sedemikian jauh peradaban manusia berjalan, makanan juga menjadi salah satu ikon peradaban dan kenyataan tersebut terkait pula dengan sistem-sistem dan ideologi sosial yang dibentuk oleh manusia. Sebut misalnya nasi dan roti. Kedua jenis makanan ini tidak semata-mata material olahan yang sesuai dengan karakter alam tempat manusia yang mengkonsumsinya, kendati faktor alam memang menentukan. Tetapi bagaimana nasi dan roti dijadikan sebagai menu utama bagi masing-masing masyarakat pemiliknya, sesungguhnya berhubungan dengan cara mereka melihat komunitasnya, menyusun struktur sosialnya, menatap masa depannya serta mencari makna hidup bersama.3 (bagan 1)

Siapa? [Identitas Kelompok Sosial]

Apa? [Struktur Kelompok Sosial]

Bagaimana? [Masa Depan Kelompok Sosial]

Mengapa? [Mencari Makna Hidup Kelompok Sosial]

M a k a n a n

Bagan 1: Hubungan Makanan dengan Faktor-faktor Pembentuk Karakter Budaya

Singkatnya, makanan merupakan salah satu yang turut menentukan karakter budaya setiap komunitas sosial.

(11)

ラーメン[ Ramen ] merupakan salah satu makanan yang telah menjadi

ikon kebudayaan masyarakat Jepang. Tentu saja, selain Ramen masih ada ikon kebudayaan Jepang lainnya yang dikenal bahkan oleh orang-orang di luar

masyarakat jepang. Sebut saja misalnya kekaisaran Jepang, 武士道 [Bushido] ,

料 亭 [Ryotei] dan 着 物 [Kimono]. Setelah memasuki fase peradaban modern,

ikon-ikon budaya tersebut masih bertambah lagi dengan hadirnya Harazuku, Ikebana, Dragon Ball, Toshiba dan Toyota.

Ikon-ikon tersebut kiranya mengisyaratkan suatu karakter identitas yang kuat dalam peta pengalaman hidup manusia Jepang dengan seluruh pasang surutnya. Namun demikian tidak banyak pihak yang mengerti bahwa beberapa di antara ikon budaya Jepang tersebut pernah mengalami apa yang disebut transformasi budaya. Hal ini terjadi karena tidak semua ikon budaya Jepang tersebut lahir dari rahim komunitas masyarakat Jepang.

Tentu kenyataan tersebut merupakan hal yang wajar karena seperti dikatakan oleh sejarawan tersohor, Arnold Toynbee ( Pustaka Pelajar, 2002 hal 4-9 ),4 ikon kebudayaan juga dapat merupakan hasil perjumpaan kebudayaan satu komunitas sosial dengan komunitas sosial lainnya. Perjumpaan tersebut dapat mengambil bentuk peperangan atau pembauran secara perlahan-lahan. Sehingga dalam hal ini beberapa ikon budaya Jepang sesungguhnya muncul akibat perseteruan maupun interaksi normal dengan masyarakat Cina daratan.

4

Bdk. Arnold J. Toynbee, Sejarah Umat Manusia (Jogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hl. 4-9.

Universitas Kristen Maranatha

(12)

Begitulah yang terjadi dengan salah satu ikon budaya Jepang yang menjadi

obyek studi ini yakni ラーメン [ Ramen ]

Tradisi lisan daratan Cina menyebutkan, pengolahan mie bermula dari propinsi Sung (mengikuti peta tradisional Cina) di sebelah Timur Laut sungai Huai. Dari sana pengolahan mie berkembang mula-mula ke daerah Cina selatan hingga ke propinsi Yueh, akhirnya merambat pula ke wilayah Cina utara melampaui batas-batas propinsi Yen. Mengenai waktunya, tidak ada sejarawan yang dapat menentukan dengan pasti sejak kapan mie mulai dikenal dan dijadikan makanan. Namun jika ditinjau dari aspek sosiologis, yakni masa penguatan akar-akar tradisional Cina, besar kemungkinan mie sudah ditetapkan sebagai ‘makanan rakyat’ di Cina sejak pemerintahan Dinasti Chou. Lebih spesifik lagi, pada antara tahun 1050-980 SM.5

Masih menurut tradisi lisan Cina, jenis mie yang menyeberang ke wilayah Jepang pertama kali dibuat oleh salah satu keluarga anggota marga Liu. Karena itulah dalam annal story (cerita tradisional) Dinasti Chou, sebutan untuk mie yang

nantinya berubah nama menjadi Ramen itu sesungguhnya adalah 柳麺 liu mien

(mie yang dibuat keluarga Liu). Dalam perkembangannya, sebutan tersebut

berubah menjadi 拉麺 la mien ataupun la mian yang berarti mie yang ditarik.

Dengan kata lain, terdapat faktor sosio linguistik (bahasa lokal yang mengalami perubahan) dalam perkembangan makanan ini.6

5

(13)

Hubungan Cina dengan masyarakat Jepang dimulai sejak Dinasti Han (220 – 160 SM). Tetapi dalam perspektif sejarah Jepang sendiri hubungan tersebut baru berlangsung secara intens pada periode Heian (794 – 1185). Dengan kata lain, pengaruh Cina terhadap Jepang ~ menurut catatan sejarah Jepang ~ banyak terjadi pada periode tersebut kendati beberapa pengaruh lain yang lebih spesifik muncul kemudian hingga periode pemerintahan keluarga militer Tokugawa (Bakufu Edo), pada permulaan abad ke-17.

Catatan sejarah yang singkat ini mengemukakan suatu dasar pemikiran yang logis meski sederhana, yakni bahwa pengaruh Cina terhadap kebudayaan Jepang bukanlah fakta yang dapat ditutup-tutupi kendati akhirnya Jepang sendiri mampu mengubah elemen-elemen budaya tersebut hingga secara otentik “menjadi budaya Jepang yang sesungguhnya”. Demikian pula halnya dengan obyek studi ini, yakni Ramen. Seperti telah disinggung, Ramen berasal dari daratan Cina yang kemudian menyeberang ke Jepang, berkembang dan dipelihara serta ditransformasikan menjadi salah satu ikon budaya masyarakat Jepang.

Muncul sebuah pertanyaan, mengapa di daratan Cina sendiri Ramen tidak mendapatkan perlakuan seperti di Jepang, baik secara sosiologis maupun ekonomis ? Pertanyaan inilah yang menarik perhatian penulis,sehingga penulis tertarik untuk mencari informasi lebih dalam untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Dengan latar belakang seperti itulah karya tulis ini diberi judul: Dari Cina

Ke Jepang: Analisis Terhadap Perkembangan ラーメン [ Ramen ] Jepang

Universitas Kristen Maranatha

(14)

Kiranya cukup jelas bahwa uraian karya tulis ini masih merupakan bagian kerangka studi kebudayaan Jepang namun secara spesifik memperhatikan salah satu jenis makanan yang menjadi ikon budayanya. Penelusuran studi ini berangkat

dari fakta sejarah bahwa ラーメン [ Ramen ] sesungguhnya berasal dari daratan

Cina dan menjadi makanan tradisional setempat, namun tidak berkembang sebagai ikon budaya Cina yang khas. Sebaliknya, setelah ‘menyeberang’ ke

Jepang dan mengalami transformasi , ラーメン [ Ramen ] justru menjadi salah

satu ikon dalam budaya Jepang.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan ラーメン [Ramen] yang mengalami

transformasi di Jepang?

2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi transformasiラーメン [ Ramen

] di Jepang?

3. Bagaimanakah perkembanganラーメン [Ramen ] di Jepang dalam kaitan

dengan faktor alam dan ekonomi?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan studi ini adalah:

(15)

2. Menjadi sumbangan literatur atau tambahan informasi terhadap berbagai studi di Fakultas Sastra Jepang Universitas Kristen Maranatha Bandung. 3. Sebagai bahan refleksi bagi identitas dan karakter kebudayaan Indonesia

dalam berhadapan dengan identitas dan karakter kebudayaan Jepang.

Universitas Kristen Maranatha

(16)

B A B IV

KESIMPULAN

ラーメン [Ramen] merupakan salah satu ikon budaya masyarakat Jepang

yang telah melalui proses transformasi budaya selama berabad-abad. Beberapa faktor ternyata ikut membantu proses transformasi yang dimaksud. Berdasarkan studi ini penulis menemukan suatu kesimpulan tentatif bahwa transformasi awal Ramen sebenarnya telah dimulai sejak awal abad ke-12 Masehi kendati dalam

bentuk yang sederhana. Yang dimaksud di sini adalah proses transformasi bahan dasar Ramen, yakni mie sebagai bentuk makanan. Transformasi awal ini terutama terjadi karena faktor sosial, yaitu upaya masyarakat Jepang meneguhkan identitas sosial mereka terpisah dari pengaruh budaya maupun khasanah masyarakat Cina. Sejarah sosial di antara kedua komunitas bangsa tersebut menunjukkan bahwa transformasi budaya terjadi secara eksternalisasi (orang Cina membawa ke luar budayanya), adaptasi (orang Jepang mencoba menyesuaikan diri terhadap budaya Cina) dan sekaligus revolusi integratif (penolakan orang Jepang secara radikal terhadap pengaruh budaya Cina).

Dua faktor lainnya, yakni ekonomi dan alam mulai terlihat dalam kerangka

perkembangan Ramen setelah Jepang berhasil membuktikan bahwaラーメン

(17)

orang-orang luar datang berkunjung dan menikmati Ramen, selain bahwa mereka

mampu menciptakan berbagai inovasi dalam mengolah ラーメン [Ramen].

Universitas Kristen Maranatha

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Bellah, Robert. Religi Tokugawa (Jakarta: Obor, 1994).

Beillharz, Peter. Teori-teori Sosial (Jogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002).

Beasley, W.G. The Japanese Experience (New York: The Free Press, 1982).

Brannen, Julian. Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (Jogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001).

Buckley, Patricia. History of Chinese Civilitation (New York: The Free Press, 1981).

Creel, H. G. Chinese Thought: From Confucius to Mao Tse Tung ~ Revised

Dasuki, A. Sejarah Peradaban Cina (Bandung: Humaniora, 2002). Edition (New York: New American Library).

Eberhard, Wolfram. China (New York: Abingdon Press, 1979).

Fitzgerald, Stephen. China: A Short Cultural History (New York: Preager, 1988).

Geertz, Clifford. Tafsir Kebudayaan (Jogyakarta: Kanisius, 1998).

Manicas, Peter T. A History & Philosophy of the Social Sciences (New York: Blackwell Basel, 1987).

(19)

Pradopo, Djoko. Seputar Masalah Penelitian Linguistik (Jogyakarta: Haninidita, 2001).

Taber, Charles R. The World is Too Much With Us (Georgia: Mercer University Press, 1991).

Toynbee, Arnold J. Sejarah Umat Manusia (Jogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002).

Wertheim, W. F. Society In Transition: Study of Social Change (Singapore: van Hoeve, 1983).

Van Wolde, Ellen. Stories of the Beginning (London: SCM Press, 1996).

麺とパスタの本[Buku Pasta dan mie]

中尾 是正 [Zesei Nakao]. 株式会社グラフ社[PT.Grafik]1994

ASIA – PASCIFIC PERSPECTIVES THOUGHT for FOOD, JAPAN plus, vol 4, July 2006

Http: //kikkomanfood. com

Http: //en. wikipedia.org./wiki/ramen

DAIGAKUSYORIN, Surabaya : Pustaka Tinta Mas

Edizal, Kamus Modern Jepang – Indonesia, Padang : Kayu Pasak,1999

Universitas Kristen Maranatha

Referensi

Dokumen terkait

Hasil eksperimen menunjukkan bahwa nilai akurasi hasil prediksi menggunakan algoritma BPNN adalah 96,65 % dan algoritma BPNN dengan metode Adaboost menjadi 99,29 %, sehingga

[r]

dari suatu representasi grup dan ℂ� -modul yang diberikan dari ruang vektor berdimensi. hingga dan grup hingga

Apa saja upaya-upaya yang dilakukan humas, guru, kepala sekolah dalam membangun citra positif di SD N Sosrowijayan Yogyakarta..

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan berkat dan anugrahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan sekripsi, yang

Puji dan syukur penulis haturkan atas kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

Analisis dimulai dengan analisis deskriptif terhadap perilaku pembawa program dan perilaku penerima program dengan mengacu kepada indikator dari Niehoff (1964), kemudian

[r]