No. DaftarFPIPS : 2011/UN.40.2.4/PL/2014
PENGARUH USAHATANI GULA KELAPA TERHADAP TINGKAT
KESEJAHTERAAN PENGRAJIN GULA KELAPA DI KECAMATAN
CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA
SKRIPSI
DiajukanuntukMemenuhiSebagiandari
SyaratMemperolehGelarSarjanaPendidikan
JurusanPendidikanGeografi
Oleh
Hanna Nurhasanah
NIM 1001907
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENGARUH USAHATANI GULA KELAPA TERHADAP TINGKAT
KESEJAHTERAAN PENGRAJIN GULA KELAPA DI KECAMATAN
CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA
Oleh
Hanna Nurhasanah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan IlmuPengetahuanSosial
© Hanna Nurhasanah2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
HANNA NURHASANAH
PENGARUH USAHATANI GULA KELAPA TERHADAP TINGKAT
KESEJAHTERAAN PENGRAJIN GULA KELAPA DI KECAMATAN
CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA
DisetujuidanDisahkanOlehPembimbing:
Pembimbing I
Drs. H. WahyuErdiana, M.Si
NIP. 19550505 198601 1 001
Pembimbing II
Drs. Jupri, MT
NIP. 19600615 198803 1 003
Mengetahui,
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ...iii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Rumusan Masalah ... 8
D. Tujuan Penelitian... 8
E. Manfaat Penelitian ... 9
F. Struktur Organisasi ... 9
BAB IIKAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 12
A. Kajian Pustaka ... 12
1. Produksi Usahatani ... 12
2. Unsur-Unsur Pokok dalam Usahatani ... 15
3. Gambaran Usahatani di Indonesia... 31
4. Kebijakan Pemerintah dalam bidang Pertanian ... 33
5. Gula Kelapa Sebagai Produk Pertanian ... 38
6. Proses Pengolahan Gula Kelapa... 39
7. Tingkat Kesejahteraan ... 41
8. Tingkat Kesejahteraan Pengrajin Gula Kelapa dan Faktor yang Mempengaruhinya ... 43
B. Kerangka Pemikiran ... 45
C. Hipotesis Penelitian ... 45
A. Populasi dan Sampel... 48
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 50
C. Desain Penelitian ... 50
D. Metode Penelitian ... 53
E. Variabel Penelitian ... 53
F. Definisi Operasional ... 54
G. Alat dan Bahan ... 55
H. Teknik Pengumpulan Data... 56
I. Teknik Analisis Data ... 57
J. Teknik Pengolahan dan Penyajian Data ... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61
A. Kondisi Fisik Lokasi Penelitian ... 61
1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Daerah Penelitian ... 61
2. Keadaan Topografi dan Tanah ... 61
3. Penggunaan Lahan ... 64
4. Temperatur dan Curah Hujan ... 68
B. Kondisi Sosial Lokasi Penelitian ... 72
1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 72
2. Komposisi Penduduk Menurut Pekerjaan ... 73
3. Kepadatan Penduduk ... 74
4. Pertumbuhan Penduduk ... 75
C. Hasil dan Pembahasan ... 76
1. Karakteristik Responden ... 76
2. Produksi Gula Kelapa ... 82
3. Tingkat Kesejahteraan Pengrajin Gula Kelapa ... 101
4. Pengaruh Usahatani Gula Kelapa Terhadap Tingkat Kesejahteraan Pengrajin Gula Kelapa ... 104
D. Implementasi Hasil Penelitian Terhadap Pendidikan Geografi ... 109
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 112
A. Simpulan ... 112
DAFTAR PUSTAKA ... 115
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Persebaran Kebun Kelapa Terbanyak di Indonesia ... 2
Tabel 1.2 Data Persebaran Kebun Kelapa Terluas Berdasarkan Provinsi di Indonesia ... 3
Tabel 1.3 Produksi Kelapa di Jawa Barat ... 4
Tabel 1.4 Jumlah Penduduk dan Pengrajin Gula Kelapa di Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya ... 5
Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan ... 44
Tabel 3.1 Jumlah Pengrajin Gula Kelapa Kecamatan Cikalong ... 48
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 55
Tabel 3.3 Kriteria Persentase ... 58
Tabel 3.4Nilai-nilai Rho... 59
Tabel 4.1 Ketinggian Kecamatan Cikalong Diatas Permukaan Laut ... 63
Tabel 4.2 Luas Lahan Pertanian Kecamatan Cikalong ... 65
Tabel 4.3 Luas Lahan Bukan Pertanian Kecamatan Cikalong ... 66
Tabel 4.4 Klasifikasi Iklim Schmidt Ferguson ... 70
Tabel 4.5 Curah Hujan Kecamatan Cikalong Tahun 2008-2013 ... 71
Tabel 4.6 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 72
Tabel 4.7 Komposisi Penduduk Menurut Pekerjaan ... 73
Tabel 4.8Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Per Kilometer Persegi ... 74
Tabel 4.9 Pertumbuhan Penduduk Tahun 2010 S/D 2012 ... 75
Tabel 4.10 Usia Pengrajin Gula Kelapa di Kecamatan Cikalong... 78
Tabel 4.11 Status Perkawinan Pengrajin Gula Kelapa ... 79
Tabel 4.12 Tingkat Pendidikan Pengrajin Gula Kelapa ... 79
Tabel 4.13 Jumlah Tanggungan Rumah Tangga Pengrajin Gula Kelapa ... 80
Tabel 4.14 Matapencaharian Sampingan Pengrajin Gula Kelapa ... 81
Tabel 4.15 Jumlah Pohon Kelapa ... 84
Tabel 4.16 Status Kepemilikan Pohon Kelapa ... 84
Tabel 4.17 Jenis Lahan Pertanian Lain ... 85
Tabel 4.19 Hubungan Jumlah Pohon Kelapa dengan Jumlah Nira ... 86
Tabel 4.20Pengaruh Pohon Kelapa dengan Jumlah Nira ... 87
Tabel 4.21 Modal Usahatani Gula Kelapa ... 88
Tabel 4.22 Modal Awal Usahatani Gula Kelapa ... 89
Tabel 4.23 Sumber Modal Usahatani Gula Kelapa ... 89
Tabel 4.24 Bahan Bakar untuk Pengolahan Gula Kelapa Perbulan ... 92
Tabel 4.25 Hasil Olahan Gula Kelapa Perhari ... 93
Tabel 4.26 Hubungan Jumlah Nira dengan Jumlah Gula Kelapa ... 94
Tabel 4.27Pengaruh Jumlah Nira dengan Jumlah Produksi Gula Kelapa ... 94
Tabel 4.28 Konsistensi Produksi Gula Kelapa ... 95
Tabel 4.29 Kualitas Gula Kelapa ... 96
Tabel 4.30 Harga Gula Kelapa Bulan Maret 2014 ... 96
Tabel 4.31 Pendapatan dari Usahatani Gula kelapa Perbulan ... 97
Tabel 4.32 Hubungan Hasil Produksi Gula Kelapa dengan Pendapatan ... 98
Tabel 4.33Pengaruh Gula Kelapa dengan Pendapatan ... 99
Tabel 4.34 Pendapatan Tambahan Responden Perbulan ... 99
Tabel 4.35 Total Pendapatan Rumah Tangga Perbulan ... 100
Tabel 4.36 Tingkat Kesejahteraan Pengrajin Gula Kelapa ... 104
Tabel 4.37Pengaruh Hasil Produksi Gula Kelapa dengan Tingkat Kesejahteraan ... 105
Tabel 4.38 Hubungan Hasil Produksi Gula Kelapa dengan Tingkat Kesejahteraan ... 106
Tabel 4.39Pengaruh Pendapatan dengan Tingkat Kesejahteraan ... 107
DAFTAR GAMBAR
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir ... 47
Bagan 3.1 Desain Penelitian ... 51
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian di Kecamatan Cikalong Kabupaten
Tasikmalaya ... 52
Gambar 4.1 Peta Administratif Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya . 62
Gambar 4.2 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Cikalong Kabupaten
Tasikmalaya ... 67
Gambar 4.3 Klasifikasi Iklim Junghuhn ... 69
Gambar 4.4 Peta Sebaran Pengrajin Gula Kelapa Kecamatan Cikalong Kabupaten
ABSTRAK
PENGARUH USAHATANI GULA KELAPA TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN PENGRAJIN GULA KELAPA DI KECAMATAN
CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA
KecamatanCikalongKabupatenTasikmalayamerupakanlokasi yang produktifuntuktanamankelapadanmasyarakatnyamemanfaatkantanamantersebutm enjadimatapencaharianpokokberbasisusahataniyaitusebagaipengrajingulakelapa.U sahatanigulakelapasebagaimatapencaharianpokokseharusnyamemberikankontribu siterhadappendapatandantentunyamenentukantingkatkesejahteraanpengrajin.Pengr ajingulakelapa di KecamatanCikalong rata-rata tidakmemilikilahansendiri, danalatpengolahangulakelapamasihtradisional.Selainitujugapengrajinhanyameliba tkantengkulakdalammemasarkangulakelapayang
menyebabkanhargajualnyalebihrendah,
sehinggabiladilihatdaritingkatkesejahteraanpengrajinnampaknyabelumbaik.Olehk arenaitu,
tujuandaripenelitianiniyaituuntukmengidentifikasiproduksigulakelapadantingkatke sejahteraanpengrajinsertamenganalisispengaruhusahataniterhadaptingkatkesejahte
raan.Metode yang
digunakandalampenelitianiniadalahmetodedeskriptif.Populasipenelitianinimeliputi seluruhpengrajingulakelapadi KecamatanCikalongberjumlah 3.030 dansampel 80
responden yang berada di DesaTonjongsari,
DesaCikancradanDesaCikalong.Pengambilan data menggunakanteknikobservasi,
angketdanwawancara.Data yang
terkumpuldianalisismenggunakananalisispersentase, analisis crosstab dananalisiskorelasiSpearman
Rank
.Variabelpenelitianmeliputivariabelbebasyaitufaktor-faktorproduksiusahatanigulakelapadiantaranya Input (lahan, bahanbaku, tenagakerja, dan modal), Proses (Alat, pengolahangulakelapa, danenergy) serta Output (Kuantitas, kontinuitas, kualitas, hargadanpemasaran)
sertavariabelterikatyaitutingkatkesejahteraanmenggunakan 23
indikatormenurutBKKBN.
Hasilpenelitianmenunjukkanbahwahubunganproduksigulakelapadengantingkatkes ejahteraanmenunjukkannilaikoefisienkorelasi -0.082 dengannilaiSig 0,468 lebihbesardari 0,05 artinyakeduavariabeltidakadapengaruhdantidaksignifikan. Sedangkanhubunganpendapatandengantingkatkesejahteraanmenunjukkannilai0,03 5 yang artinyaadahubungannamunsangatkecilataulemahdannilaiSig 0,757 lebihbesardari 0,05 artinyakeduavariabeltersebuttidaksignifikan.Hal
inidikarenakanindikatortingkatkesejahteraan BKKBN
mengukurpadakondisipangan, sandang, papan, sosial, agama, kesehatan, psikologisdanpengembangannya.
ABSTRAK
THE INFLUENCE OF PALM SUGAR BUSINESS ON PRODUCERS’
WELFARE LEVEL IN CIKALONG DISTRICT OF TASIKMALAYA REGENCY
Cikalong district of Tasikmalaya regency is a productive location which is suitable for coconut plantation. People in Cikalong use coconut as raw material
for making palm sugar. But from that comes a problem, the producers’ do not
their own coconut plantation to provide raw material . They have to lease coconut trees. They still also use modest production tool in order to process the raw material. In term of marketing, they do not have capability to distribute their product on their own. They still rely on brokers to sell the product. The aim of this research is to identify the palm sugar production, welfare level, and the influence of palm sugar business on their welfare. Descriptive method was employed in this research. There are two variables in this research, first one is independent variable which are palm sugar production factor that includes land, raw material, labor force and funding, the next one is processing that includes production tools, sugar processing, energy, an time that is needed for processing, and another part of independent variable is output that includes quality, quantity, continuity, price and marketing. The second variable is dependent variable that according to Sajogyo is based on 23 indicators which include three basic needs (clothing, food, and homestay), social, religion healthiness, psychology and furthermore includes poverty level. The population in this research were 3030 palm sugar producers and the sample were 80 respondents from Tonjongsari, Cikancra, and Cikalong village. This research were using observation, questioners, and interview in order to collect the data. The collected data were then shortened and analyzed by using percentage analysis, crosstab analysis to correlate the variables and correlation production moment analysis to calculate the correlation coefficient. The result shows that palm sugar business is the main job which contribute greatly to the income of producers. The data analysis shows a correlation between a palm sugar production and welfare level showed a correlation coefficient -0.082 andSig value0,468 which means it does not have correlation. correlatioan between income and welfare level shows the value of0,035that means there are a correlationandSig value 0,757 bigger than 0,05 that is meannot significant.The correlation results because of the BKKBN welfare indicators include the condition of food, clothing, housing, social, religious, health, and psychological furthermore.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki iklim tropis yang
dipengaruhi langsung oleh garis khatulistiwa. Dengan kondisi iklim tropis maka
Indonesia berpotensi menjadi Negara agraris yang memiliki berbagai macam
sumber daya alam baik di perairan maupun di daratan. Dengan keragaman
sumber daya alam yang melimpah, Indonesia sangat berpotensi menjadi lokasi
yang sangat produktif untuk berbagai jenis budidaya pertanian.
Sektor pertanian merupakan modal dasar dalam pembangunan nasional,
karena kemantapan dalam bidang pertanian akan menjadi dasar pembangunan
sektor-sektor lain yang dikelola secara terintegrasi.Peran sektor pertanian dalam
perekonomian nasional masih cukup besar, apalagi kalau diperhitungkan sebagai
sektor agribisnis, dalam menyumbang PDB (Produk Domestik Bruto),
kesempatan kerja, sumber devisa dan ketahanan pangan (Widodo, 2003, hlm. 3).
Namun, pembangunan sektor pertanian di Indonesia saat ini belum menunjukkan
hasil kemajuan yang signifikanbila dilihat berdasarkan tingkat kesejahteraan
petani dan kontribusinya terhadap pendapatan nasional.
Beberapa hal yang mendasari peranan penting dalam pembangunan pertanian
di Indonesia diantaranya: potensi Sumber Daya Alam yang besar dan beragam,
pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya pangsa terhadap ekspor
nasional, besarnya penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada
sektor ini, perannya dalam penyediaan pangan masyarakat dan menjadi basis
pertumbuhan di pedesaan. Potensi pertanian Indonesia yang besar namun pada
kenyataannya sampai saat ini sebagian besar dari petani kita masih banyak yang
2
Salah satu budidaya pertanian yang sangat produktif di negara tropis adalah
kelapa, karena kelapa dapat tumbuh hampir diseluruh wilayah Indonesia terutama
di dataran rendah, karena tidak membutuhkan persyaratan khusus untuk
tumbuhnya. Kelapa dianggap sebagai tumbuhan serbaguna karena seluruh
bagiannya dapat dimanfaatkan dan berguna bagi manusia dari mulai akar sampai
ke ujung daun. Bagian buah kelapa adalah bagian terpenting yang bernilai
ekonomis tinggi. Pemanfaatan kelapa bukan hanya sebagai bahan baku pangan
untuk kebutuhan kuliner, non-kuliner, kerajinan, tapi juga sebagai obat yang
berguna untuk kesehatan.
Indonesia memiliki lahan perkebunan kelapa terluas di dunia, dengan luas
areal mencapai 3.860.000 hektar (Ha)atau 31,2% dari total areal dunia sekitar
12.000.000 hektar (Ha). Berikut ini data persebaran kebun kelapa terbanyak di
Indonesia.
Tabel 1.1
Data Persebaran Kebun Kelapa Terbanyak di Indonesia
No. Pulau Luas (Ha) Persentase
1 Sumatera 1.331.700 34,5%
2 Jawa 895.520 23,2%
3 Sulawesi 756.560 19,6%
4 Bali, NTB dan NTT 308.800 8,0%
5 Kalimantan 277.920 7,2%
6 Maluku dan Papua 289.500 7,5%
7 Total 3.860.000 100%
Sumber: Dewan Kelapa Indonesia, 2009
Tabel diatas menunjukkan data persebaran kebun kelapa terbanyak dari
pulau-pulau besar yang ada di Indonesia. Pulau Sumatera menduduki peringkat
terbesar budidaya kelapa yaitu seluas 1.331.700 Ha dari luas total 3.860.000 Ha
kemudian lokasi budidaya kelapa terbesar kedua adalah pulau jawa seluas
895.520 Ha. Bila dilihat berdasarkan provinsinya, berikut ini data urutan
3
Tabel 1.2
Data Persebaran Kebun Kelapa Terluas
Berdasarkan Provinsi di Indonesia
No. Provinsi Luas (Ha) Luas Sebaran
1 Riau 589.808 15,28%
2 Jawa Tengah 296.448 7,68%
3 Jawa Timur 296.062 7,67%
4 Sulawesi Utara 280.622 7,27%
5 Sulawesi Tengah 184.508 4,78%
6 Jawa Barat 177.560 4,60%
7 Provinsi Lainnya 2.034.992 52,72%
8 Total 3.860.000 100%
Sumber: Dewan Kelapa Indonesia, 2009
Bila dilihat dari menurut provinsi, lahan kebun kelapa terluas berada di
Provinsi Riau yaitu 15,28% dari luas keseluruhan 3.860.000 Ha. Provinsi Riau
memang terkenal dengan budidaya kelapa sawit yang luas di Indonesia.
Kemudian kebun kelapa terluas kedua adalah Provinsi Jawa Tengah kemudian
Jawa Timur yang hampir memiliki luas perkebunan kelapa yang berbeda tipis
yaitu 7,68% dan 7,67%.
Potensi produktivitas kelapa begitu besar namun memiliki kekurangan yaitu
Perkebunan kelapa sebagian besar merupakan perkebunan rakyat dengan
penguasaan lahan relatif kecil rata-rata 0,5 hektar per keluarga petani, dengan
produktivitas sangat rendah. Sepertiga tanaman kelapa di Indonesia dalam
kondisi tua dan tidak produktif. Akan tetapi permintaan terhadap produk-produk
berbasis kelapa, baik di pasar domestik maupun dunia masih cukup prospektif.
(Direktorat Jenderal Industri Agro Dan Kimia Departemen Perindustrian Jakarta,
2009)
Meskipun potensinya begitu besar secara nasional maupun di dunia, namun
kelapa belum menjadi komoditas unggulan. Perlu dioptimalkan pengelolaannya
sehingga kembali menjadi sebagai salah satu motor penggerak perekonomian
nasional. Berbagai permasalahan masih dirasakan di tingkat petani, industri
pengolah dan pada tingkat pemasaran. Permasalahan yang dihadapi juga beragam
4
produk, sumber daya manusia, akses permodalan, infrastruktur, kesenjangan
informasi dan dukungan kebijakan, (Dewan Kelapa Indonesia, 2009).
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan potensi luas
lahan yang sudah digunakan seluas 183.907 Ha, (Statistik Pertanian, Kementrian
Pertanian 2013). Estimasi Hasil produksi kelapa di Jawa Barat dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
Tabel 1.3
Produksi Kelapa di Jawa Barat
No. Tahun Produksi Hasil Produksi (Ton)
1 Produksi 2012 105.299
2 Produksi 2011 106.350
3 Produksi 2010 144.100
4 Produksi 2009 171.883
5 Produksi 2008 150.818
Sumber: (BKPM Indonesia Investment Coordinating Board, 2013)
Tabel diatas menjelaskan bahwa hasil produksi kelapa tertinggi adalah pada
tahun 2009 sebanyak 171.883 ton, merupakan peningkatan dari tahun
sebelumnya yang menghasilkan sebanyak 150.818 ton, kemudian mulai dari
tahun 2010 produksi kelapa di Jawa Barat mulai menurun sampai tahun 2012
produksi kelapa yang dihasilkan hanya 105.299 ton.
Kabupaten Tasikmalaya adalah salah satu lokasi penyumbang hasil kelapa
yang cukup besar di Provinsi Jawa Barat. Kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya
penghasil komoditas kelapa yang produktif adalah Kecamatan Cikalong,
Kecamatan Cipatujah, Kecamatan Karangnunggal, Kecamatan Cibalong,
Kecamatan Cikatomas, Kecamatan Bantarkalong, Kecamatan Parungponteng dan
Kecamatan Pancatengah dengan luas areal tanaman kelapa seluas 29.914,9 Ha
dan hasil produksi 25.824 ton pertahun,(Website Resmi Pemerintah Kabupaten
Tasikmalaya, 2012).
Kecamatan Cikalong adalah salah satu lokasi sebaran kelapa yang produktif
di Kabupaten Tasikmalaya. Penggunaan lahan didominasi oleh tanaman kelapa,
yaitu seluas 61.31% dari luas lahan 13.291,966 Ha.Kecamatan Cikalong terdiri
5
Cikadu, Mandalajaya, Cidadali, Cimanuk, Sindangjaya, Kubangsari dan
Tonjongsari.
Kecamatan Cikalong dialokasikan untuk pembangunan pabrik pengolahan
kelapa dengan luas lahan untuk pabrik 2 Ha dengan status lahan milik negara.
Dengan begitu, kelapa sebagai komoditas utama yang khas tidak hanya sebatas
memperoduksi gula kelapa saja, melainkan juga produk olahan lanjutan seperti
coconut powder, palm oil, nata de coco dan sabut kelapa maupun yang lainnya
dikarenakan Permintaan pasar untuk berbagai produk olahan kelapa cenderung
meningkat, baik lokal maupun ekspor. Selain itu juga ada perusahaan Jepang
yang menyatakan kesiapan untuk menampung hasil produk olahan kelapa
Kabupaten Tasikmalaya.
Produk olahan kelapa yang banyak diproduksi di Kecamatan Cikalong yaitu
gula kelapa. Penduduk Kecamatan Cikalong memanfaatkan dan menjadikan
perkebunan kelapa sebagai mata pencaharian dengan basis industri rumah tangga
sebagai penyadap gula kelapa, dan hasil olahan gula kelapa dipasarkan ke daerah
lain.
Jumlah penduduk tiap desa di Kecamatan Cikalong yang bermatapencaharian
sebagai pengrajin gula kelapaterdapat pada tabel 1.4. Jumlah Pengrajin gula
kelapa di Kecamatan Cikalong sangat banyak namun sebagian besar diantara
mereka tidak memiliki lahan perkebunan kelapa. Sebagian besar pengrajin gula
kelapa menyewa atau mengontrak lahan berdasarkan jumlah pohon kelapa baik
bulanan maupun tahunan. Biaya sewa pun selain menggunakan uang juga ada
beberapa pengrajin yang membayar sewa pohon kelapa menggunakan gula
kelapa yang dihasilkannya.
Tabel 1.4
Jumlah Penduduk dan Pengrajin Gula Kelapa
No. Desa Jumlah Penduduk Jumlah Pengrajin
Gula Kelapa
1 Cikalong 7.453 250
2 Kalapagenep 5.474 90
3 Cikancra 3.285 450
6
5 Panyiaran 4.455 60
Tabel Lanjutan
No. Desa Jumlah Penduduk Jumlah Pengrajin
Gula Kelapa
6 Cibeber 6.864 20
7 Cikadu 3.162 150
8 Mandalajaya 5.943 150
9 Cidadali 4.507 80
10 Cimanuk 3.846 80
11 Sindangjaya 4.724 300
12 Kubangsari 3.458 250
13 Tonjongsari 4.505 900
Jumlah 62.305 3.030
Sumber : Cikalong Dalam Angka 2013 dan Hasil Observasi 2013
Seluruh pengrajin gula kelapa di Kecamatan Cikalong masih mengolah
kelapa secara sederhana atau tradisional. Dengan mengolah menggunakan tungku
berbahan bakar kayu bakar sehingga memakan waktu yang cukup lama untuk
mengolah gula kelapa, lamanya pengolahan menghabiskan waktu 4 sampai 6
jam. Selain sewa lahan atau pohon kelapa, pengrajin juga mengeluarkan modal
untuk membeli kayu bakar. Sebagian besar Pengrajin membeli kayu bakar
sebanyak satu mobil pickup untuk 4 sampai 5 kali pengolahan gula kelapa.
Masalah yang dihadapi pengrajin gula kelapa di Kecamatan Cikalong adalah
ketidakmampuan pengrajin untuk melakukan distribusi pemasaran secara luas,
hanya melibatkan tengkulak saja. Dengan adanya system ijon antara pengrajin
dan tengkulak maka membuat hasil yang diperoleh pengrajin menjadi tidak
maksimal. Namun demikian, pengrajin gula kelapa di Kecamatan Cikalong
sangat produktif dengan hasil produksi rata-rata 1 kwintal perminggu.
Dalam penelitian ini, konsep Geografi yang digunakan adalah konsep
aglomerasi, yaitu konsep yang digunakan untuk menganilisis fenomena
pengelompokan pengrajin gula kelapa yang ada di Kecamatan Cikalong
Kabupaten Tasikmalaya. Dan pendekatan Geografi yang digunakan adalah
pendekatan kelingkungan (ekologi) dimana para pengrajin gula kelapa
memanfaatkan sesuatu yang disediakan oleh alam yaitu potensi pertumbuhan
7
Sedangkan prinsip Geografi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
prinsip persebaran, yaitu prinsip yang menganalisis persebaran dan pemanfaatan
ruang. Seperti yang kita tahu, Indonesia merupakan Negara tropis sehingga
dimanapun sangat potensial untuk penanaman dan pertumbuhan kelapa, dan tiap
wilayah pula berbeda-beda dalam memanfaatkan pohon kelapa, salah satunya
Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya yang memanfaatkan pohon kelapa
untuk membuat gula kelapa.
Aktivitas produksi gula kelapa di Kecamatan Cikalong sudah terjadi dalam
waktu yang lama, namun belum dikaji tentang bagaimana proses produksi
tersebut dan bagaimana pengaruhnya terhadap kesejahteraan pengrajin gula
kelapa. Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH USAHATANI GULA
KELAPA TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN PENGRAJIN GULA KELAPA DI KECAMATAN CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA”.
B. Indentifikasi Malasah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa
masalah dalam proses produksi usahatani gula kelapa. Produksi merupakan suatu
system yang didalamnya terdapat input produksi, proses produksi dan output
produksi. Input produksi diantaranya adalah luas lahan kebun kelapa yang
disadap oleh para pengrajin gula kelapa karena Sebagian besar pengrajin gula
kelapa tidak memiliki lahan kebun kelapa sendiri, bahan baku untuk membuat
gula kelapa yaitu nira, besarnya modal produksi yang dikeluarkan setiap
pengolahannya, jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam pengolahan gula kelapa,
dan alat olah yang digunakan untuk memproduksi gula kelapa.
Identifikasi masalah pada proses produksi didalamnya mencakup tentang
bagaimana proses pengolahan gula kelapa karena pengelolaan usahatani gula
kelapa dan cara pengolahannya masih tradisional, sumber energy yang digunakan
untuk mengolah gula kelapa, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
8
Kemudian identifikasi masalah pada output produksi adalah bagaimana
kualitas gula kelapa yang dihasilkan, kuantitas hasil produksi gula kelapa setiap
harinya, kontinuitas hasil produksi setiap harinya karena hasil produksi usahatani
gula kelapa belum optimal, harga gula kelapa yang berlaku saat ini, dan kemana
pemasaran gula kelapa yang diproduksi karena pengrajin gula kelapa tidak
mampu mendistribusikan atau memasarkan hasil produk olahannya secara luas,
berapa pendapapatan yang dihasilkan pengrajin dari usahatani gula kelapa serta
belum diketahui tingkat kesejahteraan pengrajin gula kelapa di Kecamatan
Cikalong Kabupaten Tasikmalaya.
Bila factor-faktor produksi bisa dimaksimalkan dengan baik maka hasil
produksi gula kelapanya pun akan maksimal sehingga para pengrajin akan
mendapatkan pendapatan yang layak, dan tentunya akan menjadi factor penentu
tingkat kesejahteraan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanaproduksi gula kelapa di Kecamatan Cikalong Kabupaten
Tasikmalaya?
2. Bagaimana tingkat kesejahteraan pengrajin gula kelapa di Kecamatan
Cikalong Kabupaten Tasikmalaya?
3. Bagaimana pengaruh usahatani gula kelapa terhadap tingkat kesejahteraan
pengrajin gula kelapa di Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi produksi gula kelapa di Kecamatan Cikalong Kabupaten
9
2. Mengidentifikasi tingkat kesejahteraan pengrajin gula kelapa di Kecamatan
Cikalong Kabupaten Tasikmalaya.
3. Menganalisis pengaruh usahatani gula kelapa terhadap tingkat kesejahteraan
pengrajin gula kelapa di Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah pengetahuan di bidang pertanian terutama untuk mata kuliah
Geografi Pertanian, Geografi Desa, dan Geografi Ekonomi.
b. Menambah wawasan pengetahuan mengenai usaha tani gula kelapa.
c. Sebagai acuan atau pertimbangan bagi peneliti sejenis.
2. Manfaat Praktis
Sebagai masukan strategi pengembangan usahatani gula kelapa yang sudah
ada di Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya.
3. Manfaat dalam bidang pendidikan
Berdasarkan kurikulum 2013 mata pelajaran Geografi, SMA kelas XI
semester 1, menjadi bahan pengayaan pada Kompetensi Dasar: Menunjukan
perilaku efisien dalam pemanfaatan sumberdaya alam bidang pertanian,
pertambangan, industry, dan pariwisata yang digunakan sehari-hari. Dan
menunjukkan sikap peduli dan tanggung jawab dalam menghargai potensi
geografis Indonesia untuk ketahanan pangan nasional, penyediaan bahan
industry, dan energy alternatif.
F. Struktur Organisasi
Struktur organisasi yaitu berisi rincian tentang urutan penulisan dari setiap
bab dan bagian bab dalam skripsi. Struktur organisasi dalam penelitian ini akan
dijabarkan sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan, berisi tentang uraian latar belakang penelitian,
identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat
10
a. Latar belakang penelitian ini menjelaskan potensi Indonesia sebagai
Negara agraris yang memiliki potensi budidaya pertanian yang sangat
besar. Luas tanaman kelapa di Indonesia, Jawa Barat, Kabupaten
Tasikmalaya dan Kecamatan Cikalong sebagai pengantar untuk
menjelaskan bahwa usahatani gula kelapa sangat produktif di Kecamatan
Cikalong, juga menjelaskan permasalahan yang dihadapi pengrajin gula
kelapa di Kecamatan Cikalong.
b. Identifikasi masalah yaitu merincikan masalah yang sudah dibahas
dilatarbelakang yaitu mengenai aspek produksi usahatani gula kelapa dan
tingkat kesejahteraan.
c. Rumusan masalah hasil perumusan dari masalah yang telah dijelaskan
pada latar belakang dan identifikasi masalah yaitu bagaimana produksi
gula kelapa? Bagaimana tingkat kesejahteraan pengrajin gula kelapa?
Dan bagaimana pengaruh usahatani gula kelapa terhadap tingkat
kesejahteraan pengrajin gula kelapa?
d. Tujuan penelitian yaitu untuk mengidentifikasi produksi gula kelapa,
mengidentifikasi tingkat kesejahteraan pengrajin gula kelapa dan
menganalisis pengaruh usahatani gula kelapa terhadap tingkat
kesejahteraan pengrajin gula kelapa di Kecamatan Cikalong Kabupaten
Tasikmalaya.
e. Manfaat penelitian secara teoritis dan dalam bidang pendidikan yaitu
untuk pembendaharaan materi dan secara praktis untuk strategi
pengembangan usahatani gula kelapa di Kecamatan Cikalong Kabupaten
Tasikmalaya.
f. Struktur Organisasi rincian dari bab awal sampai bab akhir dalam skripsi.
2. Bab II Kajian Teori dan Kerangka Pemikiran berisi teori-teori dan
konsep-konsep yang menjadi landasan dalam penelitian ini meliputi teori pertanian,
usahatani, budidaya tanaman kelapa, gula kelapa sebagai produk pertanian,
proses pengolahan gula kelapa dan tingkat kesejahteraan. Dan kerangka
11
3. Bab III Prosedur Penelitian berisi penjabaran yang rinci mengenai metode
penelitian dan beberapa komponen lainnya seperti lokasi penelitian, waktu
dan tempat penelitian, desain penelitian, metode penelitian, variabel
penelitian, definisi operasional, alat dan bahan, teknik pengumpulan data,
teknik analisis data dan teknik pengolahan dan penyajian data.
4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan menggambarkan kondisi fisik dan
kondisi sosial di lokasi penelitian kemudian menampilkan hasil pengolahan
dan analisis data berdasarkan temuan dilapangan sesuai dengan masalah
penelitian sehingga diketahui produksi usahatani gula kelapa dan tingkat
kesejahteraan pengrajin gula kelapa dan membahas analisis temuan tersebut.
5. Bab V Simpulan dan Saran yaitu menyajikan penafsiran dan pemaknaan
peneliti terhadap hasil temuan penelitian yang disusun dalam bentuk butir
demi butir atau pointer. Dan saran ditujukkan kepada pengguna hasil
penelitian yang bersangkutan, kepada peneliti berikutnya yang berminat
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek/obyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2011, hlm. 61).
Berdasarkan pengertian yang telah diungkapkan sebelumnya, maka yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengrajin gula kelapa yang
tersedia pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.1
Jumlah Pengrajin Gula Kelapa Kecamatan Cikalong
No. Desa Jumlah Pengrajin
Gula Kelapa
1 Cikalong 250
2 Kalapagenep 90
3 Cikancra 450
4 Singkir 250
5 Panyiaran 60
6 Cibeber 20
7 Cikadu 150
8 Mandalajaya 150
9 Cidadali 80
10 Cimanuk 80
11 Sindangjaya 300
12 Kubangsari 250
13 Tonjongsari 900
Jumlah 3.030
Sumber: Hasil Observasi 2013
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. (Sugiyono, 2011, hlm. 62). Perhitungan sample wilayah yaitu dengan
melakukan pengelompokkan berdasarkan jumlah pengrajin. Teknik sampling
49
Berdasarkan data jumlah pengrajin gula kelapa di Kecamatan Cikalong,
jumlah pengrajin akan dibagi menjadi 3 bagian yaitu banyak, sedang dan sedikit.
Pada masing-masing bagian akan dipilih sampel wilayahnya.
Cara penentuan sampel ditentukan dengan perhitungan berdasarkan jumlah
pengrajin gula kelapa seperti berikut:
� �� � � − � �� �
3 =
900−20
3 = 293
Penentuan bagian-bagian sampel:
a. Sedikit : Jumlah pengrajin 20 – 313
Yang termasuk dalam jumlah pengrajin sedikit yaitu pengrajin gula kelapa
yang berada di desa Cikalong, Kalapagenep, Singkir, Panyiaran, Cibeber,
Cikadu, Mandalajaya, Cidadali, Cimanuk, Sindangjaya dan Kubangsari.
b. Sedang : Jumlah pengrajin 314 – 607
Yang termasuk dalam jumlah pengrajin sedang yaitu pengrajin gula kelapa
yang berada di desa Cikancra.
c. Banyak : Jumlah pengrajin 608 – 900
Yang termasuk dalam jumlah pengrajin banyak yaitu pengrajin gula kelapa
yang berada di desa Tonjongsari.
Berdasarkan perhitungan diatas, sampel manusia diambil berdasarkan setiap
perwakilan bagian yaitu:
a. Desa dengan jumlah pengrajin sedikit : Desa Cikalong
b. Desa dengan jumlah pengrajin sedang : Desa Cikancra
c. Desa dengan jumlah pengrajin banyak : Tonjongsari.
Jumlah sampel yang diambil dari desa sampel ditentukan menggunakan
Proporsional Sampling yaitu dengan menghitung 5% dari tiap desa sampel
terpilih. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
a. Desa Cikalong mempunyai 250 pengrajin, sehingga persentasenya yaitu:
250 x 5% = 12,5 jadi sampel pengrajinnya sebanyak 12 respoden.
b. Desa Cikancra mempunyai 450 pengrajin, sehingga persentasenya yaitu:
450 x 5% = 22,5 jadi sampel pengrajinnnya sebanyak 23 responden
50
900 x 5% = 45 jadi sampel pengrajinnya sebanyak 45.
Sehingga dihasilkan jumlah total sampel manusia di Kecamatan Cikalong
berjumlah 80 responden. Teknik pengambilan sampel ketika dilapangan
dilakukan secara aksidental yaitu para pengrajin gula kelapa yang ditemui
dilapangan dijadikan sebagai responden.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan April 2014 di
Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya. (Lihat Gambar 3.1 Lokasi
Penelitian di Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya).
C. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara
mengumpulkan,mengolah dan menganalisis data secara sistematis dan terarah
agar penelitiandapat dilaksanakan secara efisien dan efektif sesuai dengan
tujuannya (Pabundu Tika, 2005, hlm. 12). Desain penelitian ini dapat dilihat pada
Bagan 3.1.
D. Metode Penelitian
Metode Penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian
untuk mencapai tujuan penelitian. Metode penelitian yang digunakan untuk
penelitian ini adalah metode deskriptif.
Metode penelitian deskriptif yaitu penelitian yangmengarah pada
pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimanaadanya dan
mengungkapkan fakta-fakta yang ada. Penelitian deskriptif perlumenciptakan
konsep-konsep ilmiah, sekaligus berfungsi dalam mengadakansuatu spesifikasi
mengenai gejala-gejala fisik maupun sosial yangdipersoalkan. Hasil
penelitiannya difokuskan untuk memberikan gambarankeadaan dari objek yang
diteliti (Pabunda Tika, 2005, hlm.4).
Tujuan peneliti menggunakan metode deskriptif ini adalah untuk
51
usahatani gula kelapa terhadap tingkat kesejahteraan pengrajin gula kelapa di
Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya.
Bagan 3.1 Desain Penelitian
Kecamatan Cikalong
Penggunaan Lahan Kecamatan Cikalong
Usahatani Gula Kelapa
Penggunaan Lahan Perkebunan Kelapa
TINGKAT KESEJAHTERAAN o Pangan o Sandang o Papan o Kesehatan o Sosial o Agama o Pendidikan o Psikologis dan
pengembangannya
Data Primer
Produksi Gula Kelapa o Input
- Lahan - Bahan baku - Modal - Tenaga kerja o Proses
- Alat/teknologi - Proses olah - Energi o Output - Kuantitas - Kontinuitas - Kualitas - Harga - Pemasaran - Pendapatan o Data jumlah pengrajin
gula kelapa
Data Sekunder
o Cikalong dalam angka 2013
o Data luas perkebunan o Data Curah Hujan
Kecamatan Cikalong o Kabupaten Tasikmalaya
52
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian
di Kecamata n Cikalong Kabupaten Tasikmala
53
E. Variabel Penelitian
Pengertian variabel menurut Suharsimi Arikunto (2006, hlm. 118)adalah
obyek penelitian atau apa yang menjadi titikperhatian suatu penelitian. Variabel
dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
bebas (X) merupakan variabel yang akan mempengaruhi variabel terikat (Y).
Variabel dalam penelitian ini adalah:
VARIABEL BEBAS (X) VARIABEL TERIKAT (Y)
Produksi Gula Kelapa
o Input - Lahan - Bahan baku - Tenaga Kerja - Modal o Proses - Alat - Pengolahan - Energi o Output - Kuantitas - Kontinuitas - Kualitas - Harga - Pemasaran - Pendapatan
Kesejahteraan Pengrajin Gula Kelapa - Pangan - Sandang - Papan - Kesehatan - Agama - Sosial - Psikologis
- Pengembangan Sosial
Psikologis
F. Definisi Operasional
Judul penelitian ini adalah “PENGARUH USAHATANI GULA KELAPA
TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN PENGRAJIN GULA KELAPA
DI KECAMATAN CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA”.
Untuk memberikan landasan dan arahan yang jelas dalam penelitian ini, maka
penulis perlu menguraikan judul penelitian ini dalam variable dan batasan
operasional sebagai berikut :
1. Usahatani Gula Kelapa
Usahatani adalah setiap kombinasi yang tersusun (organisasi) dari alam, kerja
54
Rivai, dalam Tjakrawiralaksana & Soeriaatmadja, 1996, hlm. 1). Merujuk pada
pengertian tersebut maka usahatani gula kelapa adalah masyarakat yang bekerja
untuk memproduksi gula kelapa.
2. Produksi Gula Kelapa
Produksi berfungsi untuk menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik
(output) dengan faktor-faktor produksi (input), (Mubyarto, 1989, hlm. 68).
Produksi gula kelapa didalamnya meliputi input (lahan, bahan baku, modal,
tenaga kerja, alat/teknologi yang digunakan), proses, dan output (kualitas,
kontinuitas, kuantitas, harga dan pemasaran).
3. Tingkat Kesejahteraan
Dari usahatani gula kelapa maka ingin diketahui tingkat kesejahteraan
pengrajin gula kelapa. Pengertian keluarga sejahtera dalam UU No. 10 tahun
1992 adalah keluarga yang dibentuk dalam perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan yang Maha
Esa, memiliki hubungan yang serasi selaras seimbang antar anggota keluarga
dengan masyarakat dan lingkungan.
Dalam penelitian pengukuran tingkat kesejahteraan menggunakan 23
indikator menurut BKKBN dalam Wijayanti (2010, hlm. 37-40) yang
didalamnya meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan, social, agama,
psikologis dan pengembangannya.
G. Alat dan Bahan
1. Peta RBI Kabupaten Tasikmalaya
a. Peta RBI Lembar Cikalong 1308-114
b. Peta RBI Lembar Kalapagenep 1308-123
c. Peta RBI Lembar Cipatujah 1308-131
d. Peta RBI Lembar Karangnunggal 1308-132
Peta ini digunakan untuk mendigitasi lokasi penelitian di Kecamatan
Cikalong untuk membuat peta administratif, peta lokasi penelitian, peta
penggunaan lahan dan peta sebaran pengrajin gula kelapa.
55
3. Kamera digunakan untuk dokumentasi hasil kegiatan dilapangan.
4. Instrumen penelitian, sebagai acuan untuk melakukan kegiatan
penelitian.Aspek-aspek dalam yang akan menjadi bahan kajian disusun dalam
kisi-kisi instrument pada tabel 3.3.
5. SPSS Statistics 16.0 pengolahan data yaitu mencari hubungan atau pengaruh
antar variabel.
6. MapInfo Professional 10.5 untuk digitasi peta administratif, peta lokasi
penelitian, peta penggunaan lahan, dan peta sebaran pengrajin gula kelapa di
[image:31.595.108.521.319.718.2]Kecamatan Cikalong.
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
No Variabel Indikator No. Item
1 Kesejahteraan
Keb. Primer
Pangan 8 – 10
Sandang 11 – 15
Papan 16 – 24
Keb. Sekunder
Pendidikan 25 – 26
Kesehatan 27 – 30
Interaksi social 31 – 33 Transportasi dan
Komunikasi
34 – 38
Keb. Tersier Peribadahan 39 – 40
Rekreasi 41 – 42
Ekonomi rumah tangga
Pendapatan 66 – 68
Pengeluaran 68
Simpanan/Tabungan 69 – 72
2 Produksi Gula Kelapa
Input
Lahan 43 – 46
Bahan baku 47
Modal 48 – 49
Tenaga kerja 50 – 52
Proses
Alat produksi 53 – 54
Bahan Bakar 55 – 56
Proses produksi 57 – 58
Output
Kuantitas 59
Kontinuitas 60 – 60
Kualitas 62 – 63
Harga 64
Pemasaran 65
56
H. Teknik Pengumpulan Data
Beberapa teknik pengumpulan data yang dapat digunakan untuk penelitian
ini diantaranya:
1. Observasi Lapangan
Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data denganmelakukan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadapgejala atau fenomena yang
ada pada obyek penelitian (PabundaTika, 2005, hlm. 44). Metode ini digunakan
dalam rangka mencari dataawal tentang daerah penelitian, mendapatkan data
jumlah pengrajin gula kelapa dan gambaran umumdaerah penelitian serta
mengetahui secara langsung aktivitas pengrajin gula kelapa di lapangan.
2. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data dari instansi-instansi
yangberhubungan terkait, meliputi datafisik Kecamatan Cikalong seperti peta
administrasi, petapenggunaan lahan dan monografi.
3. Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab
yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian
(Pabunda Tika, 2005, hlm. 49). Metode wawancara ini digunakan untuk
mendapatkan jawaban dari pertanyaan terbuka seperti identitas responden,
komposisi anggota keluarga, luas lahan atau jumlah pohon kelapa, jumlah bahan
baku yang dibutuhkan, hasil produksi gula kelapa, harga gula kelapa, dan
lain-lain.
4. Kuesioner atau Angket
Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data berupa
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan produksi gula kelapa, kondisi
rumah tangga dan kondisi ekonomi pengrajin gula yang akan menjadi indikator
kesejahteraan yang dijawab langsung oleh responden, yaitu pengrajin gula
57
I. Teknik Analisis Data
Menurut Moh. Pabundu Tika (2005, hlm. 63) sebelum data dianalisis
terlebihdahulu dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan (Editing)
Editing merupakan tahap pemeriksaan kembali data-data yang telah
dikumpulkan dengan menilai apakah data yang telah dikumpulkan tersebut cukup
baik atau relevan untuk diproses atau diolah lebih lanjut. Tujuannya memperbaiki
kualitas data serta memperjelas data dari pedoman wawancara.
2. Pemberian kode (Coding)
Coding adalah usaha pengklasifikasian jawaban dari para responden menurut
macamnya dengan cara menandai masing-masing jawaban dengan kode tertentu
yang telah ditentukan sebelumnya dalam bentuk angka. Tujuannya adalah untuk
memudahkan dalam analisis data.
3. Tabulasi
Tabulasi merupakan usaha penyusunan data yang diperoleh dari responden
untuk bahan analisis lebih lanjut dalam bentuk tabel, penyederhanaan data agar
lebih mudah dalam melakukan analisis. Tabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah tabel frekuensi.
J. Teknik Pengolahan dan Penyajian Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisisdeskriptif kuantitatif untuk menjelaskan karakteristik pendapatan
pengrajin gula kelapa dan hubungannya dengan kesejahteraan. Teknik
pengolahan data dalam penelitian ini jugamenggunakan:
1. Analisis Persentase
Analisis persentase ini digunakan untuk menghitung kecenderungan jawaban
responden. Analisis persentase dihitung menggunakan rumus:
�= F
58
Keterangan:
P = Nilai Persentase
F = Jumlah jawaban responden
N = Jumlah responden
Analisis persentase ini digunakan untuk menghitung kecenderungan jawaban
responden. Analisis persentase dihitung menggunakan rumus:
Setelah didapatkan hasil persentase, selanjutnya adalah memasukkan hasil
[image:34.595.200.431.299.462.2]persentase kedalam kriteria persentase dibawah ini:
Tabel 3.4
Kriteria Persentase
Persentase (%) Keterangan
0 Tidak ada
01 – 24 Sebagian Kecil 25 – 49 Kurang dari setengahnya
50 Setengahnya
51 – 74 Lebih dari setengahnya 75 – 99 Sebagian besar
100 Seluruhnya
Sumber : Arikunto (dalam Ramdani, 2013, hlm. 51)
2. Analisis Crosstab (Tabulasi Silang)
Crosstab adalah sebuah tabel silang yang terdiri dari satu baris atau lebih dan
satu kolom atau lebih, (Santoso 2009, hlm. 214). Analisis Crosstab ini digunakan
untuk menunjukkan antar variabel untuk mengetahui hubungan antar baris dan
kolom.
3. Analisis Korelasi Spearman Rank
Menurut Sugiyono (2011, hlm. 244) Korelasi Spearman Rank, sumber data
untuk kedua variabel yang akan dikonversikan dapat berasal dari sumber yang
tidak sama, jenis data yang dikorelasikan adalah data ordinal, serta data dari
kedua variabel tidak harus membentuk distribusi normal.
Analisis korelasi ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh
59
koefisien korelasi. Rumus yang paling sederhana yang dapat digunakan untuk
menghitung koefisien korelasi yaitu:
�= 1− 6 ²
n (n2−1)
Dimana :
ρ = Koefisien Korelasi Spearman Rank
n = Populasi
Untuk menginterpretasikan angka ini maka perlu dibandingkan dengan tabel
[image:35.595.161.468.326.560.2]nilai-nilai rho seperti dibawah ini.
Tabel 3.5
Nilai-Nilai Rho
N Taraf Signif N Taraf Signif
5% 1% 5% 1%
5 1.000 16 0.506 0.665
6 0.886 1.000 18 0.475 0.626
7 0.786 0.929 20 0.450 0.591
8 0.738 0.881 22 0.428 0.562
9 0.683 0.833 24 0.409 0.537
10 0.648 0.794 26 0.392 0.515
12 0.591 0.777 28 0.377 0.496
14 0.544 0.715 30 0.364 0.478
Sumber: Sugiyono (2011, hlm 387).
Tabel nilai-nilai Rho digunakan untuk menginterpretasikan hasil uji
signifikansi korelasi dengan teknik korelasi Spearman Rank. Jika sampel <= 30
maka nilai korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan dapat langsung
dibandingkan dengan rho tabel. Hipotesis analisis korelasi Spearman Rank
adalah sebagai berikut:
60
Parameter yang digunakan adalah jika rho hitung < rho tabel maka Ho
diterima, dan jika rho hitung > rho tabel maka Ho ditolak (Ha diterima).
Bila populasi (n) lebih dari 30, dimana dalam tabel tidak tercantum, maka
pengujian signifikansi menggunakan rumus dibawah ini:
= r √n−2 1−r²
Dimana :
r = Nilai Korelasi Koefisien
n = Populasi
Koefisien korelasi adalah hasil pengukuran statistik yang menunjukkan
kekuatan hubungan antar variabel. Besarnya korelasi berkisar antara -1 sampai
dengan +1. Jika nilai koefisien positif maka menunjukkan hubungan searah
antara variabel X dan variabel Y. Jika nilainya negatif maka tidak ada hubungan
antar variabel X dan Y.
Untuk uji signifikansi menggunakan SPPSS dengan tingkat kesalahan yang
ditentukan 0,05 (5%) maka kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
Jika angka signifikansi hasil riset < 0,05, maka hubungan kedua variabel
signifikan.
Jika angka signifikansi hasil riset > 0,05, maka hubungan kedua variabel
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian telah diketahui bahwa faktor-faktor produksi
usahatani gula kelapa belum optimal. Diantaranya adalah lahan atau pohon
kelapa yang tidak dimiliki sendiri sehingga harus menyewa, pembayaran sewa
bisa dalam bentuk uang atau dalam bentuk gula kelapa, bila dalam jenis gula
kelapa system pembayarannya harian atau mingguan, hal ini menyebabkan hasil
produksi gula kelapanya menjadi tidak maksimal. Nira sebagai bahan baku yang
sangat bergantung terhadap kondisi cuaca sehingga tidak bisa diprediksi hasil
sadapan nira setiap harinya. Modal usaha yang selalu meminjam ke tengkulak
sehingga terikat hutang dan terjerat ijon. Alat olah yang masih tradisional
sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk pengolahannya. Dan
ketidaktahuan pengrajin mengenai jaringan pemasaran melainkan hanya
melibatkan tengkulak saja sehingga harga jual gula kelapa menjadi lebih rendah
dari yang berlaku dipasaran.
Tingkat kesejahteraan pengrajin gula kelapa menunjukkan bahwa sebagian
besar responden berada pada tingkat kesejahteraan tahap I, artinya responden
sudah bisa memenuhi empat indicator kebutuhan hidup minimal yaitu pangan,
sandang, papan, dan kesehatan namun belum memenuhi kebutuhan social
psikologis. Artinya pengrajin gula kelapa belum seluruhnya dapat memenuhi
kebutuhan hidup pangan, sandang, papan, agama, kesehatan, sosial, psikologis
dan pengembangannya. Kesejahteraan menunjukkan gaya hidup para pengrajin
gula kelapa, dengan adanya system ijon maka para pengrajin seolah dimanjakan
karena bisa meminjam uang dimuka selanjutnya pengrajin akan terjerat hutang.
System ijon seperti ini sulit untuk diputus.
Hasil analisis korelasi Spearman Rank dan Crosstab untuk mengetahui
hubungan hasil produksi dengan tingkat kesejahteraan nilai koefisien korelasinya
adalah -0,082 dengan arah negatif. Artinya bila variabel gula kelapa (X) semakin
113
sebaliknya. Nilai Sig 0,468 lebih besar dari 0,05 artinya kedua variabel tidak
signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara hasil produksi
gula kelapa dengan tingkat kesejahteraan. Maka kesimpulannya adalah Ha
ditolak, Ho diterima. Sedangkan hubungan pendapatan dengan tingkat
kesejahteraan dari hasil analisis korelasi menunjukkan nilai koefisien korelasi
pendapatan dengan tingkat kesejahteraan adalah 0,035 dengan arah positif,
artinya ada hubungan antara variabel pendapatan dengan tingkat kesejahteraan
namun tingkat hubungannya sangat lemah atau kecil. Nilai Sig 0,757 lebih besar
dari 0,05 menandakan bahwa hubungan variabel pendapatan dengan tingkat
kesejahteraan tidak signifikan. Maka kesimpulannya adalah Ha ditolak, Ho
diterima.
Hasil analisis statistic menunjukkan tidak pengaruh antara hasil produksi gula
kelapa dengan tingkat kesejahteraan. Namun bila dilihat secara keseluruhan,
usahatani gula kelapa adalah matapencaharian pokok yang memberikan
kontribusi langsung terhadap pendapatan dan pendapatan tersebut menjadi bahan
untuk pemenuhan kebutuhan. Sekalipun terjerat ijon, secara logika tidak mungkin
para pengrajin bisa membeli pakaian, membangun rumah, membeli kendaraan
tanpa memiliki hasil produksi gula kelapa yang bisa disetorkan. Hal ini
menunjukkan bahwa petani tetap bisa memenuhi kebutuhannya jika memiliki
hasil produksi gula kelapa untuk disetorkan kepada tengkulak. Maka secara tidak
langsung, usahatani gula kelapa sangat berpengaruh terhadap tingkat
kesejahteraan pengrajin gula kelapa.
B. Saran
1. Bagi Pengrajin Gula Kelapa di Kecamatan Cikalong
a. Untuk meningkatkan produktivitas dan penghasilan yang diperoleh dari
usahatani gula kelapa maka perlu ditingkatkan faktor-faktor produksinya,
diantaranya dengan menanam pohon kelapa sendiri sehingga mengurangi
biasa sewa atau kontrak. Selain itu juga kurangi pembelian kayu bakar
karena kayu bakar bisa mencari dihutan atau dikebun untuk
114
b. Hindari system ijon, karena ijon merupakan salah satu penyebab
kemiskinan pengrajin gula kelapa karena hasil produksi gula kelapa
dihargai jauh lebih murah dibandingkan harga pasaran.
c. Dirikan komunitas pengrajin gula kelapa di Kecamatan Cikalong untuk
memudahkan pendataan jumlah pengrajin gula.
2. Bagi Pemerintah
a. Realisasikan pendirian pabrik olahan kelapa lanjutan sehingga menyerap
tenaga kerja di lingkungan sekitar, dan produk yang dihasilkan
Kecamatan Cikalong juga tidak hanya sebatas gula kelapa melainkan
juga olahan lanjutan untuk meningkatkan nilai jual.
b. Dirikan koperasi simpan pinjam untuk meringankan beban ekonomi
pengrajin gula kelapa dan menghindari system ijon.
3. Bagi yang tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai usahatani gula kelapa
di Kecamatan Cikalong semoga penelitian ini dapat dijadikan sebagai sebuah
DAFTAR PUSTAKA
Agnes, Sawir. 2005. AnalisisKinerjaKeuangan Dan PerencaanKeuangan Perusahaan. PT. GramediaPustakaUtama: Jakarta
Ang, Robert. 1997. BukuPintarPasar Modal Indonesia (The Intelligent Guide To Indonesian Capital Market). Jakarta: Mediasoft Indonesia
Arikunto, Suharsimi. 2006. ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktek. EdisiRevisi. Jakarta: RinekaCipta
BEI. 2010. BukuPanduanIndeksHargaSaham Bursa Efek Indonesia
Berstein, Leopold A. 1983. Financial Statement Analysis, Theory Application, And Interpretation. 3rd Ed. Richard D. Irwin
Brigham, Eugene Dan Joel F. Houston. 2001. ManajemenKeuangan. EdisiKedelapan. Jakarta: Erlangga
Courtis, J.K, 1987. Modeling A Financial Ratio, Categorized Frame Work, Journal Of Business Finance And Accounting, Winter:201-224
Fahmi, Irham. 2013. RahasiaSahamdanObligasi. Bandung: Alfabeta
Harahap, SofyanSyafri. 2008. AnalisisKritisAtasLaporanKeuangan. Jakarta: PT . Raja GrafindoPersada
Hariyani, Iswi, Serfianto. 2010. BukuPintarHukumBisnisPasar Modal.Jakarta :TransmediaPustaka
Husnan, Suad. 225. Dasar-DasarTeoriPortofoliodanAnalisisSekuritas. Yogyakarta: UPP Amp Ykpn
Jogiyanto. 2008. TeoriPortofolio Dan AnalisisInvestasi. Yogyakarta: BPFE
Kasmir. 2008. AnalisisLaporanKeuangan. Jakarta :RajawaliPers
Munawir, S . 2010. AnalisisLaporanKeuangan. Yogyakarta: Liberty
Sambas danMaman. 2007. AnalisisKorelasi, Regresi, Dan JalurDalamPenelitian. PustakaSetia: Bandung
Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal Dan ManajemenPortofolio. Jakarta: Erlangga
Subramanyamdan John J. Wild. 2010. AnalisisLaporanKeuangan, Edisi 10. Jakarta: SalembaEmpat
Sugiyono. 2009. StatistikaUntukPenilaian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2012. MetodePenelitianKuantitatif Dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Tandelilin, Eduardus. 2010. AnalisisInvestasi Dan ManajemenPortofolio. Yogyakarta: BPFE
Umar, Husein. 2008. DesainPenelitianAkuntansiKeperilakuan. PT. RajagrafindoPersada: Jakarta
Waspada, Ikaputera. 2010. PengetahuanPasar Modal Dan Portofolio
(AnalisisPraktisPasar Modal). Bandung: Laboratorium PEK UniversitasPendidikan Indonesia
Widoatmodjo, Sawidji. 2005. Cara SehatInvestasi Di Pasar Modal. Jakarta: Media Komputindo
JurnaldanKaryaIlmiah
Budialim, Giovani. 2013. PengaruhKinerjaKeuangan Dan RisikoTerhadap Return Saham Perusahaan Sektor Consumer Goods Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2007-2011.JurnalIlmiahMahasiswaUniversitas
Surabaya Vol. 2 No.1
Faried, AbsiRachman. 2008. AnalisisPengaruhFaktor Fundamental Dan NilaiKapitalisasiPasarTerhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur
Di BEI Periode 2002-2006.Tesis.UniversitasDiponegoro:
tidakditerbitkan.
Hernendiastro, Andre. 2005. PengaruhKinerja Perusahaan Dan
KondisiEkonomiTerhadap ReturnSahamDenganMetodeIntervalling
(StudiKasusPadaSaham-Saham LQ45. Tesis.UniversitasDiponegoro: tidakditerbitkan.
Malintan, Rio. 2012. Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Price
Earning Ratio, dan return on asset terhadap return
sahamperusahaanpertambangan yang terdaftar di bursa efek Indonesia
tahun
2005-2010.SkripsiSarjanapadaAkuntansiFakultasEkonomidanBisnis.Universita sBrawijaya: tidakditerbitkan.
MamikMardiani, Topowijono, dan M.G. Wi Endang NP. 2011.
ndankonsepEVA (Economic Value Added) (Studipada PT. HM Sampoerna, Tbk yang terdaftar di BEI periodetahun
2009-2011).FakultasIlmuAdmisnistrasi. UniversitasBrawijaya:
tidakditerbitkan.
Prihantini, Ratna. 2009. AnalisisPengaruhInflasi, NilaiTukar, ROA, DER Dan CR Terhadap Return Saham (Studikasussaham industry real estate and property yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2003-2006).Tesis.UniversitasDiponegoro: tidakditerbitkan.
Internet
PT. PEFINDO [9 April 2014] http://new.pefindo.com
Okezone [8 April 2014]
http://economy.okezone.com
BURSA EFEK INDONESIA [13 Maret 2014] http://www.idx.co.id
SINDO [10 Juni 2014]
http://www.sindotrijaya.com/news/detail/5287/prospek-ekonomi-2014-dinilai-memiliki-peluang-positif-bagi-indonesia#.U5ZnzCg09kM
KOMPAS [10 Juni 2014]
http://m.kompasiana.com/post/read/631625/1/sekilas-ekonomi-indonesia-2014.html
Bank Indonesia [29 Juni 2014]