• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KLESESUAIAN LAHAN TAMBAK TERHADAP PRODUKTIFITAS UDANG DI DESA KALAPAGENEP KECAMATAN CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KLESESUAIAN LAHAN TAMBAK TERHADAP PRODUKTIFITAS UDANG DI DESA KALAPAGENEP KECAMATAN CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KLESESUAIAN LAHAN TAMBAK TERHADAP PRODUKTIFITAS UDANG DI DESA KALAPAGENEP KECAMATAN

CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA Andri Nugraha (andrin05@gmail.com)

Dr. Siti Fadjaradjani, Dra., M.T (sfadjarajani 2000@yahoo.com) Program Studi Pendidikan Geografi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi ABSTRACT

ANDRI NUGRAHA. 2015 LAND SUSTAINABILITY ANALYSIS OF PRODUCTIVITY SHRIMP POND IN VILLAGE KALAPAGENEP DISTRICT DISTRICT Cikalong TASIKMALAYA. Geography Education Study Program Faculty of Teacher Training and Education Siliwangi University Tasikmalaya. This problem in the background backs with land sustainability where a relative assessment of land for a specific use. Land capability is seen as the capacity of the land to the level of general use, while the land sustainability is seen as a possible adjustment for a particular purpose use. Land sustainability assessment can basically be the selection of sustainability land for cultivation. This can be done by observing and testing parameters in the field, which contains information about the condition of the land in relation to the sustainability of land for cultivation and determine the necessary management measures.The main issue discussed was the analysis of the sustainability of land to be used as the location of manufacture of shrimp farms and land sustainability influence on productivity shrimp, because there are many factors that need to be noticed in making the cultivation of shrimp farms in rural sub-district Kalapagenep Cikalong Tasikmalaya district, where land is appropriate for manufacture of shrimp farming will support the productivity of shrimp that can improve people's income.The method used by the researchers is a qualitative survey research methods, qualitative survey method is descriptive date in the form of words written or spoken by the field survey. Date collection techniques used were observation, interviews, documentary studies, and literature. The population of the whole of farmers and owners of shrimp farms in the village kalapagenep Cikalong District of Tasikmalaya District. Results of the analysis showed that factors into land suitability requirements weeks to aquaculture shrimp like, within the range of freshwater, slope, soil texture, soil type, soil depth epektif, reaction / pH soil, distance from shore, and water parameters, has proven at the appropriate level which includes the class (S1), so that the land suitability shrimp ponds in the village Kalapagenep Cikalong District of Tasikmalaya District shrimp is capable of producing very high in the market, and can improve the economics of farmers in the village Kalapagenep Cikalong District of Tasikmalaya District.

(2)

2 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah pesisir dan lautan merupakan bagian dari lingkungan hidup yang berpotensi besar dalam menyediakan sumberdaya kehidupan. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi perikanan yang cukup besar, kondisisumberdaya ikan di sekitar Perairan Indonesia, Sebagai alternatif usaha perikanan rakyat selain penangkapan adalah melalui usaha budidaya yang memanfaatkan kawasan pesisir sebagai lahan bagi usaha budidaya perikanan. Salah satu kegiatan pemanfaatan sumberdaya perikanan yang dapat dilakukan dan

dioptimalkan adalah budidaya tambak.

Awalnya usaha perikanan tambak di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong di kelola oleh perusahaan, namun pada tanggal 17 juli 2006 lokasi tempat budidaya tambak udang tersebut terkena bencana alam (tsunami) yang dampaknya sangat merugikan terhadap pengelola usaha tambak, kemudian pada tahun 2014 dikembangkan lagi oleh masyarakat setempat yang terbagi menjadi dua kelompok (Sauyunan) dan (Pokda). Sebelum membuka usaha tambak masyarakat pesisir pantai berprofesi sebagai nelayan, namun pada kenyataannya hasil tangkapan ikan para nelayan hanya dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kesesuaian lahan merupakan penilaian relatif lahan bagi penggunaan tertentu. Kemampuan dipandang sebagai kapasitas lahan untuk tingkat penggunaan umum, sedangkan kesesuaian lahan dipandang

sebagai kemungkinan penyesuaian untuk tujuan pengunaan

tertentu. Penilaian kelayakan lahan pada dasarnya dapat berupa pemilihan lahan yang sesuai untuk budidaya. Hal ini dapat dilakukan dengan menginterpretasikan peta yang memuat informasi-informasi tentang

(3)

3 kondisi lahan dalam kaitannya dengan kelayakan untuk kegiatan budidaya dan menentukan tindakan pengelolaan yang diperlukan.

Pemilihan lokasi yang baik dan cocok memegang peranan penting dalam keberhasilan produktivitas budi daya udang, lokasi untuk mendirikan usaha budidaya tambak udang di tentukan setelah di lakukan studi atau analisis terhadap data atau informasi tentang tofografi lahan, tanah, sumber pengairan, ekosistem (hubungan lingkungan dengan kehidupan flora dan fauna), dan iklim atau tofografi.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor geografi yang digunakan dalam mengevaluasi tingkat kesesuaian lahan tambak udang di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya dan tingkat kesesuaian lahan tambak udang terhadap produktifitas udang di Desa Kalapa genep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya

2. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey kualitatif, Bog dan Tylor mendefinifisikan metode survey kualitatif merupakan metode yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati.

Populasi dan sampel yang digunakan adalah populasi tunggal atau populasi jenuh, yaitu mengambil secara keseluruhan informasi tentang kesesuaian lahan tambak udang di desa kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya, dalam hal ini ada beberapa faktor-faktor geografi yang menjadi syarat untuk kesesuaian lahan tambak udang

Teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian yang dilakukan peneliti dilapangan adalah studi pustaka, observasi lapangan, teknik wawancara, studi dokumentasi. Peneliti juga melakukan pengamatan dan pengujian mengenai faktor-faktor geografi untuk menentukan kesesuaian lahan tambak udang

(4)

4 3. PEMBAHASAN

3.1.Deskripsi Budidaya Tambak Udang di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya

Budidaya udang adalah kegiatan pemeliharaan/pembesaran udang secara khusus dengan penebaran benur ditambak air payau yang terdapat di hamparan pesisir. Sampai dengan tahun 60-an hanya ada 4 negara di dunia yang memiliki areal tambak cukup luaas, yaitu Filipina, Indonesia, Taiwan dan Thailand. Budidaya tambak di Indonesia sendiri sudah mulai dikembangkan semenjak ratusan tahun yang lalu, Tambak tersebut dibangun di wilayah lahan pasang surut (Zona Internidal) karena untuk pengairannya tergantung penuh pada pergerakan air pasang surut, Petakan tambak yang sampai sekarang masih mirip dengan tambak sederhana jaman dulu, hanya berupa satu petakan tunggal berbentuk persegi panjang , seluas 0,5 sampai 2 hektar.

Sumber: Observasi Lapangan

Gambar 1

Lokasi penelitian tambak udang

Tambak demikian paling banyak ditemukan di Jawa Barat sehingga sering disebut tipe Jawa Barat, tiap petakan mempunyai satu pintu air dan sudah merupakan satu unit operasional, petakan yang dikelilingi oleh

(5)

5 pematang itu juga dilengkapi dengan parit keliling yang digali sepanjang tepian pematang bagian dalam, tiap petakan tunggal mempunyai sebuah petakan kecil (luas beberapa meter persegi), yang biasanya dibangun di bagian tengah, untuk menghindari gangguan dari luar yang biasanya melanda daerah tepian.

Sistem budidya udang di tambak yang berkembang sekarang dikenal ada tiga tingkatan menurut kategori penerapan tekhnologi, yaitu tingkat budidaya sederhana (Tradisional, Ekstensif), tingkat budidaya madya (Semi Instensif) dan tingkat budidaya maju (intensif).

a. Tingkat Budidaya Sederhana (tradisional)

Tingkat budidaya sederhana atau tradisional dilakukan oleh para petani tambak tradisional dengan modal usaha yang minimal. Kemampuan manajemen petani juga masih sederhana, ditandai dengan penerapan tekhnologi yang belum sempurna dan produksi yang dicapai masih rendah. Bentuk dan petakan tambak berukuran tidak teratur, luasnya antara 3-10 Ha/petak. Biasanya, setiap petakan mempunyai saluran keliling (caren) selebar 5-10m disepanjang keliling petakan sebelah kanan. Kadang –kadng dibagian tengah (pelataran) dibuat saluran (caren) dari sudut ke sudut (diagonal). Kedalaman caren 30-50 Cm. bagian pelataran hanya dapat berisi air 30-40 Cm saja. Di daerah yang pasang – surut nya rendah, pelataran tidak dapat menampung air sehingga udang yang dipelihara dibagian produktif hanya di dalam caren saja, kebanyakan udang dipelihara dengan kepadatan rendah, antara 1-5 ekor/m2 lantaran pakan nya hanya tergantung pada pakan alami

(6)

6 Sumber: Observasi Lapangan

Gambar2

Tambak Udang Sederhana (tradisional) b. Sistem Budidaya Semi Intensif

Metode atau sistem budidaya ini merupakan peningkatan atau perbaikan dari sistem tradisional, yaitu dengan memperkenalkan bentuk petakan yang teratur agar lebih mudah dalam pengelolaan airnya. Umumnya, bentuk petakan empat persegi panjang dengan luas 1-3 Ha per petak. Tiap petakan mempunyai pintu pemasukan (inlet) dan pintu pengeluaran air (outlet) yang terpisah untuk keperluan pergantian air, persiapan kolam sebelum penebaran benih, dan pemanenan, dalam sistem semi juga diperlukan beberapa kincir untuk sirkulasi air dan pmberian oksigen pada udang, untuk kolam semi intensif mampu menampung benur atau benih udang sebanya 20.000 sampai 50.000 ekor/Ha per musim tanam. Pemberian pakannya bias menggunakan pangan yang mudah diperoleh disekitar pedesaan seperti ikan rucah, rebon, siput dicampur dengan dedak halus. Produksi tambak udang semi intensif bisa mencapai 600-800 Kg/Ha/ musim tanam.

(7)

7 Sumber: Observasi Lapangan

Gambar 3

Tambak Udang sistem Budidaya Semi Intensif c. Sistem Budidaya Intensif

Sistem tambak intensif dilakukan dengan tekhnik yang canggih dan memerlukan masukan (input) biaya yang besar. Sebagai imbalan dari masukan yang tinggi maka akan dicapai produksi yang tinggi juga. Petakan tambak intensif umumnya kecil-kecil, sekitar 0,2-1 Ha per petak. Tujuannya, supaya pengelolaan air dan pengawasan lebih mudah. Kolam nya pun dapat dibuat dari tanah yang kedap air, dapat juga dilapisi dengan dasar dan dinding beton seluruhnya. Cirri khas dari tambak intensif adalah padat penebarannya tinggi yaitu 15-100 ekor per m2, pakannya harus menggunakan formula lengkap dengan komposisi yang ideal bagi pertumbuhan udan, jenis tambak intensif biasanya dibuat atau dikelola oleh perusahaan (Suyanto dan Enny, 2009)

(8)

8 Sumber: Pengamatan Lapangan

Gambar 4

Tambak Udang sistem Budidaya Intensif

3.2 Faktor-faktor geografi yang digunakan dalam mengevaluasi tingkat Kesesuaian Lahan Tambak Udang di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya

Dalam penelitian ini setiap parameter kesesuaian lahan di bagi dalam tiga kelas yaitu sangat sesuai, cukup sesuai, sesuai dan tidak sesuai

a. Kelas S1 (Sangat sesuai) :

Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata.

b. Kelas S2 Cukup sesuai) :

Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri.

c. Kelas S3 (Sesuai) :

Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya,

(9)

9 memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta.

d. N1 (Tidak sesuai) :

Lahan mempunyai pembatas yang lebih besar, masim memumngkinkan diatasi, tetapi tidak dapat di perbaiki dengan tingkat pengelolaan dengan modal normal. Keadaan pembatas sedemikian besarnya, sehingga mencegah penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang.

Adapun sifat-sifat fisik dalam mengevaluasi kesesuaian lahan tambak udang di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong seperti di bawah ini :

1. Sifat fisik kesesuaian lahan tambak udang di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya

a. Jarak Jangkauan Air Tawar

Tambak tentunya memerlukan air dalam jumlah besar untuk media hidup udang yang akan dibudidayakan. Dalam memudahkan dalam proses pengisian tambak maka tambak harus terletak dekat dengan sumber air, baik air tawar maupun air asin. Hal ini menyebabkan jarak tambak dari sumber air menjadi sangat penting sebagai salah satu parameter kesesuaian lahan tambak.

Jarak tambak yang paling baik untuk dibangun tambak adalah 50 – 500 meter dari tepi sungai. Jarak yang cukup dekat ini akan memudahkan dalam pengisian air tawar untuk tambak. Sedangkan jarak 500 – 1500 meter dari sungai masih memungkinkan untuk mendapatkan air tawar, tetapi harus didukung oleh teknologi, sehingga akan membutuhkan biaya produksi tambahan. Namun, tambak yang ada di lokasi penelitian berada pada interval jarak 0 – 50 meter sehingga tambak tersebut termasuk wilayah yang tidak sesuai.

(10)

10 Setelah saya melakukan pengukuran langsung lokasi tambak udang di Desa Kalapagenep Jarak jangkauan air tawar tidak terlalu jauh dari lokasi tambak udang yaitu sekitar 400 meter dengan menggunakan sumur buatan. Pembuatan sumur untuk penyediaan air tawar tersebut dilakukan dengan cara pengeboran ketersediaan air tawar nya pun cukup banyak dan sangat membantu ketika musim kemarau datang dan tidak menyulitkan ketika dibutuhkan untuk pengontrolan salinitas karena jaraknya yang tidak terlalu jauh.

b. Kemiringan lereng

Kemiringan lereng (topografi) sangat mempengaruhi pengelolaan lahan tambak. Lahan yang curam memerlukan banyak biaya untuk konstruksi, untuk kemiringan lereng lokasi penelitian tambak udang di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya tergolong pada tingkat sesuai dimana merupakan daerah yang tidak terlalu curam ataupun tinggi, adapun klasifikasi kemiringan lahan dinyatakan dalam satuan % dan perbedaan vertikal untuk tiap jarak horisontal 100 satuan yang sama. Klasifikasi kelerengan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1 Kemiringan Lereng

Lereng (%) Unit relief

0-3 Datar

3-8 berombang lerenglandai

8-16 Bergelombang lereng miring

16-30 Berbukit lereng sedang

30-65 Curam

>65 Sangat curam

Sumber: Buku Analisis Kesesuaian Lahan

Lahan tambak dengan kemiringan berkisar 0 -1 % merupakan lahan tambak yang bernilai ekonomis tinggi karena

(11)

11 merupakan lahan dengan ciri relief datar yang memudahkan dalam pengelolaan air sehingga biaya operasional relatif lebih murah. Sedangkan lahan tambak dengan kemiringan lebih dari 2% relatif berombak sehingga membutuhkan pengelolaan lahan lebih intensif yang berujung pada meningkatnya biaya operasional untuk memenuhi pasokan air laut dan air tawar, dan lahan tambak di Desa Kalapagenep termasuk pada tingkat yang sesuai.

c. Tekstur tanah

Tekstur tanah memegang peranan penting dalam

menentukan sesuai tidaknya suatu lahan untuk dijadikan sebagai lahan pertambakan.lahan tembak berdasarkan paket teknologi (input) yang dapat dilakukan adalah seperti yang tercantum pada tabel berikut : Tabel 2 Tesktur Tanah TINGKAT PENGELOLAAN JENIS TANAH KOMPOSISI (%)

Clay/Liat Silt/Lanau Sand/Pasir

Ekstensif Lempung 10 - 20 30 - 50 25 – 50

Semi Intensif Liat 35 - 55 0 - 18 46 – 65

Intensif Liat berpasir dan lempung berpasir 20 - 35 0 – 20 0 – 28 10 - 50 46 – 70 50 – 70

(12)

12 Sumber : Pengamatan Lapangan

Gambar 5 Tekstur Tanah

Setelah melakukan pengamatan langsung dilapangan, tekstur tanah yang dijadikan lokasi tambak udang di desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya adalah lempung liat berpasir sehingga mampu menahan air dan dapat

menyediakan unsur hara bagi makanan alami untuk

udang.Sedangakan tekstur tanah pematang tambak udang adalah lempung berpasir dimana ketika kering tanah tersebut tidak retak karena teksturnya yang sangat keras.

d. Jenis Tanah

Jenis tanah sangat penting untuk mengidentifikasi sifat-sifat tanah hubungannya dengan tingkat kesuburan dan kemampuan tanah. Setelah melakukan pengamatan langsung dilapangan jenis tanah lokasi tambak udang merupakan jenis tanah aluvial

Tanah aluvial merupakan jenis tanah yang lebih dipengaruhi oleh bahan induk dan topografinya daripada pengaruh iklim dan vegetasi dan mampu meningkatkan produksi pertanian dan pemeliharaan perikanan atau pertambakan. Dengan memperhatikan cara terbentuknya secara fisiografi terbentuknya tanah aluvial

(13)

13 terbatas pada : lembah sungai, dataran pantai, dan bekas danau. Semuanya mempunyai relief datar atau cekungan.

e. Kedalaman Efektif Tanah

Kedalaman tepian tambak udang di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya sekitar 3 meter dengan tinggi air 2,5 metersehingga suplay oksigen akan merata ke seluruh areal tambak baik pada siang maupun malam hari. Kedalaman nya juga sudah disesuaikan dengan tingginya pasang surut air laut guna untuk mencegah terjadinya banjir akibat tingginya pasang surut.

f. Reaksi Tanah

Reaksi tanah (pH tanah) merupakan parameter penting dalam menilai kesesuaian suatu lahan untuk budidaya tambak. Khusus untuk udang Ph tanah yang baik adalah antara 7,0 – 8,0 sedangkan >10 tidank baik untuk pertumbuhan udang. Setelah melakukan uji lab mengenai PH tanah lokasi tambak udang di desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong kabupaten Tasikmalaya adalah 6,70 pH Oleh karena itu, dapat dikatakan lokasi tambak udang di Desa Kalapagenep termasuk sesuai berdasarkan parameter derajat keasaman (pH) dan sangat baik bagi pertumbuhan udang.

(14)

14 Sumber : Pengamatan Lapangan

Gambar 6 Pengujian PH Tanah g. Jarak dari Pantai

Air laut diperlukan untuk mengatur salinitas air pada tambak. Apabila salinitas tambak terlalu rendah maka air laut akan ditambahkan. Oleh karena itu, seperti halnya jarak dari sungai ke tambak, jarak dari pantai ke tambak juga perlu diperhitungkan sehingga tambak akan lebih mudah dalam memperoleh air laut.

Jarak lokasi tambak dari pantai yang masih sesuai adalah 300 – 4000 meter. Pada interval jarak ini, tambak masih terjangkau pasang surut sehingga pengelola tambak akan mudah memperoleh air asin untuk menaikan salinitas tambak. Jarak yang kurang dari 300 meter tidak sesuai untuk dibangun tambak karena tempat tersebut lebih sesuai digunakan untuk sempadan pantai sehingga pantai akan terlindung dari abrasi. Selain itu, jarak tambak yang terlalu dekat dengan pantai akan mempunyai salinitas yang tinggi dan sulit diturunkan karna tergenang air laut saat pasang. Tambak yang ada di sekitar muara sungai Cimedang terletak pada jarak antara 300 m, dengan fluktuasi pasang surut air laut 2 – 3 m, dan sudah di sesuaikan dengan kedalaman efektif tanah tambak udang sehingga aman dari ancaman banjir yang terjadi

(15)

15 akibat tingginya pasang surut air laut. maka tambak tersebut dapat dikatakan sesuai.

h. Parameter air

Parameter air merupakan ukuran yang digunakan untuk menetapkan keadaan, dan merupakan parameter penting dalam menilai kesesuaian suatu lahan untuk budidaya tambak.Tambak yang dibangun di lokasi penelitian ini, hampir seluruhnya merupakan lahan pesawahan, sehingga air dalam tambak pun tidak terlalu asam asam. Salah satu cara pengelola tambak untuk menaikan derajat keasaman air pada tambak ini dilakukan dengan pemberian kapur.

Nilai pH air yang sesuai untuk budidaya tambak udang berada pada kisaran 7 - 8 ph, setelah melakukan uji lab mengenai pH air tambak udang di Desa Kalapagenep dapat dapat diketahui yaitu 6,98 ph dan sangat baik untuk pertumbuhan udang di tambak.dikatakan lokasi tambak udang termasuk sesuai berdasarkan parameter derajat keasaman.

Sumber :Pengamatan Lapangan

Gambar 7 Pengujian pH Air

(16)

16 3.3 Pengaruh Tingkat Kesesuaian Lahan Tambak Terhadap Produktifitas Udang di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya

Setelah melekukan pengamatan dan pengujian mengenai

faktor-faktor geografi untuk kesesuaian lahan ternyata lahan tambak udang sudah sesuai dan layak untuk dijadikan lokasi budidaya tambak udang dan pengaruh terhadap produksi udang sangat tinggi dimana mampu menghasilkan kualitas yang bagus di pasaran, dan sangat membantu untuk meningkatkan ekonomi petani tambak udang di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya

Gambar 8

Diagram hubungan antara faktor – faktor geografi dengan kesesuaian lahan terhadap produktifitas udang Faktor-faktor geografi

1. Jarak jangkauan air tawar

2. Kemiringan lereng 3. Tekstur tanah 4. Jenis tanah

5. Kedalaman efektif tanah 6. Reaksi tanah

7. Jarak dari pantai 8. Parameter air

kesesuaian lahan tambak terhadap produktifitas udang di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya

Kesesuaian Lahan untuk tambak udangdi Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya sangat berpengaruh terhadap tingkat produksi udang dimana semakin tinggi tingkat kesesuaian lahan maka semakin tinggi tingkat produksi udang

(17)

17 4. SIMPULAN

4.1.1 Faktor-faktor Geografi Tingkat Keseuaian Lahan

Lahan tambak udang di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya dikatakan sudah sangat sesuai untuk dijadikan loksi budidaya tambak udang dan di buktikan oleh beberapa kriteria lahan yang menjadi persyaratan dalam menentukan kesesuaian lahan sehingga tidak adanya faktor-faktor pembatas dalam lahan yang dijadikan lokasi tambak udang tersebut. Tambak udang di Desa Kalapagenep juga didukung dengan parameter kesesuaian lahan yang mamapu meningkatkan produksi udang yang tinggi. Semua ini didukung dengan kriteria dan parameter lahan seperti:

4.1.1.1 Jarak jangkauan air tawar

Jarak jangkauan air tawar tidak terlalu jauh dari lokasi tambak udang yaitu sekitar 400 meter dengan menggunakan sumur buatan. ketersediaan air tawar nya pun cukup banyak dan sangat membantu ketika musim kemarau datang dan tidak menyulitkan ketika dibutuhkan untuk pengontrolan salinitas karena jaraknya yang tidak terlalu jauh.

4.1.1.2 Kemiringan lereng

Kemiringan lereng lokasi penelitian tambak udang di

Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten

Tasikmalaya tergolong pada tingkat sesuai dimana

merupakan daerah yang tidak terlalu curam ataupun tinggi, 4.1.1.3 Tekstur tanah

Tekstur tanah yang dijadikan lokasi tambak udang di

desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten

Tasikmalaya adalah lempung liat berpasir sehingga mampu menahan air dan dapat menyediakan unsur hara bagi makanan alami untuk udang.

(18)

18 Jenis tanah lokasi tambak udang merupakan jenis tanah aluvial . Tanah aluvial merupakan jenis tanah yang lebih dipengaruhi oleh bahan induk dan topografinya daripada pengaruh iklim dan vegetasi dan mampu meningkatkan produksi pertanian dan pemeliharaan perikanan atau pertambakan.

4.1.1.5 Kedalaman Efektif Tanah

Kedalaman tepian tambak udang di Desa

Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya sekitar 3 meter dengan tinggi air 2,5 meter sehingga suplay oksigen akan merata ke seluruh areal tambak baik pada siang maupun malam hari. Kedalaman nya juga sudah disesuaikan dengan tingginya pasang surut air laut guna untuk mencegah terjadinya banjir akibat tingginya pasang surut.

4.1.1.6 Reaksi tanah

Walaupun petani tambak udang di Desa Kalapagenep masih menggunakan cara konvensional untuk menentukan keasaman tanah dan air namun setelah peneliti melakukan pengujian keasaman maka dapat di tentukan keasaman tanah 6,70 dan sudah sesuai untuk budidaya udanga.

4.1.1.7 Jarak Dari Pantai

Tambak yang ada di sekitar muara sungai Cimedang terletak pada jarak antara 300 m, dengan fluktuasi pasang surut air laut 2 – 3 m, dan sudah di sesuaikan dengan kedalaman efektif guna mencegah terjadinya banjir ketika pasang surut

4.1.1.8 Parameter Air

Untuk mengetahui tingkat keasaman air tambak udang di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya petani masih menggunakan cara yang tradisional, namun setelah peneliti melakukan pengujian

(19)

19 tingkat keasaman dapat ditentukan 6,98 pH dan sudah sesuai untuk lokasi tambak udang.

4.1.2 Pengaruh Tingkat Kesesuaian Lahan Terhadap Produktifitas Udang di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya

Kesesuaian Lahan untuk tambak udang di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya sangat berpengaruh terhadap tingkat produksi udang dimana semakin tinggi tingkat kesesuaian lahan maka semakin tinggi tingkat produksi udang.

(20)

20 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). “Prosedur Penelitian”. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Dadang. (2014).

http://jualbenur.blogdetik.com/2014/02/19/budidaya-udang-windu-secara-baik/.

FAO Kesesuaian Lahan. (2009). [online]. Tersedia:

.http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/2009/04/kesesuaian-lahan-fao-1976.html Hardjowigeno dan Widiatmaka. (2011). “Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna Lahan”. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Nasa. (2014). [online]. Tersedia:

http://www.produknaturalnusantara.com/panduan-teknis-budidaya-perikanan/panduan-cara-budidaya-udang/

Prima, Akbar. (2012). [online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/194902051978031-DJAKARIA_M_NUR/PERENCANAAN_WILAYAH.pdf__Bahan_ajar_Perenca naan_Wilayah.pdf

Rahman, Ipan Fauzi. (2006). “Evaluasi Penggunaan Lahan di Kelurahan Cilembang Kecamatan Cihideung Kabupaten Tasikmalaya”. Tasikmalaya: Universitas Siliwangi tidak di terbitkan.

Gambar

Tabel 1  Kemiringan Lereng
Gambar 5  Tekstur Tanah
Gambar 6  Pengujian PH Tanah

Referensi

Dokumen terkait

Tampak jelas sekali kalau Pandan Wangi terkejut mendengar jawaban Rangga barusan Sungguh tidak sempat terpikir kalau Pendekar Rajawali Sakti baru saja bertarung melawan

Untuk itu sudah sewajarnya bila dalam proses pembelajaran media pembelajaran harus benar- benar direncanakan dan digunakan dengan sebaik-baiknya oleh semua guru, maka dari itu

Hasil pengamatan dari kolaborator sangat bermanfaat untuk menambah informasi yang nantinya dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk melaksanakan tindakan

Gedung Sumitro Djojohadikusumo Jl. Lapangan Banteng Timur No. Sebagai kelengkapan data, bersama ini kami sampaikan bukti kepemilikan atau penguasaan atas gedung kantor yang

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa implementasi dari CPC berdampak pada kualitas yang lebih baik, serta mengurangi cycle time dan biaya pengembangan

Dalam hal penjualan kembali Unit Penyertaan REKSA DANA BNP PARIBAS DOLAR PLUS dilakukan oleh Pemegang Unit Penyertaan melalui media elektronik, maka Formulir Penjualan Kembali

Kepemimpinan, Motivasi dan Kinerja Pegawai di Biro Keuangan BNPB peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan dilaporkan hasilnya dalam bentuk karya ilmiah berupa tesis dengan

Subruang wisata dengan tingkat tantangan rendah (agrowisata) terbagi menjadi (1) ruang budidaya ikan dengan jaring terapung, dimana wisatawan dapat berkeliling area tersebut