• Tidak ada hasil yang ditemukan

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat Bab II- 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat Bab II- 1"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 2

Kata Pengantar

Rencana strategis Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 -2018 disusun sebagai penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2005-2025 (RPJPD), rencana pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2013-2018 (RPJMBD), renstra kementrian Lembaga, serta memperhatikan hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan sektor peternakan yang sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.

Secara operasional akan menjadi landasan dalam penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) untuk periode I (satu) tahun, sehingga secara sistematis akan terwujud keselarasan dan keterpaduan dalam penjabaran program pembangunan peternakan di Provinsi Jawa Barat. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan serta kewenangan provinsi sebagai daerah otonom di bidang peternakan, melalui berbagai kajian dan bahasan telah berhasil merumuskan rencana strategis tahun 2013-2018 ini, yang menggambarkan visi, misi, tujuan, sasaran dan strategi serta berfungsi menjabarkan RPJMD Provinsi Jawa Barat tahun 2013 –2018 dapat tersusun. Dengan demikian renstra ini merupakan jawaban dari masalah sekaligus langkah-langkah mengatasinya yang tercermin dari program dan kegiatan yang dilakukan khususnya higga tahun 2018.

Atas kerjasama semua pihak terkait, yang melibatkan unsur pimpinan, pejabat dan staf yang mampu memberikan masukan dan pemangku kepentingan lainnya di lingkungan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat, maka rencana strategis Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jawa Barat tahun 2013-2018 dapat tersusun. Dengan demikian diharapkan renstra ini dapat merupakan jawaban dari masalah sekaligus langkah-langkah mengatasinya yang tercermin dari program dan kegiatan yang dilakukan khususnya hingga tahun 2018.

Maka dengan tersusunnya rencana strategis Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat, diharapkan kepada pihak terkait dengan pengembangan dapat memanfaatkan sebagai bahan bahan acuan dan masukan terutama dalam meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi program dan kegiatan. Kami menyadari bahwa

(3)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 3 renstra ini belum sempurna dan memerlukan masukan dan sasaran dalam rangka perbaikan dan penyempuraan di masa-masa datang.

Akhirnya disampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi aktif dalam penyusunan rencana strategis ini.

KEPALA DINAS KETAHANAN PANGAN

DAN PETERNAKAN PROVINSI JAWA BARAT

Ir. DODY FORMAN NUGRAHA Pembina Utama Muda NIP. 19591030 198503 1 008

(4)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 4

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI

ii

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

iii

iv

1

PENDAHULUAN

I-1

1.1

Latar Belakang ...………...

I-1

1.2

Landasan Hukum...………...

I-3

1.4

Maksud dan Tujuan ………...

I-5

1.6

Sistematika Penulisan...………...

I-6

II

GAMBARAN PELAYANAN DINAS KETAHANAN PANGAN

DAN PETERNAKAN PROVINSI JAWA BARAT

II-1

2.1.

Struktur Organisasi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan

Provinsi Jawa Barat.………...

II-1

2.2.

Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Ketahanan Pangan dan

Peternakan Provinsi Jawa Barat...………...

II-2

2.3.

Sumber Daya Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan

Provinsi Jawa Barat...………...

II-3

2.4.

Fungsi Pelayanan Umum Dinas Ketahanan Pangan dan

Peternakan Provinsi Jawa Barat...

II-3

2.5.

Kinerja Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan

Provinsi Jawa Barat...

II-6

2.6.

Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas

Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat...

II-12

2.7.

Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas

(5)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 5

Halaman

III ISU-ISU STRATEGIS

III-1

3.1.

Identifikasi Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi...

III-1

3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil

Kepala daerah ...

III-5

3.3.

Telaahan Renstra K/L dan Renstra Dinas Ketahanan Pangan

dan Peternakan Provinsi Jawa Barat...

III-10

3.4

Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian

Lingkungan Hidup Strategis...

III-17

3.6.

Penentuan Isu-Isu Strategis...

III-21

IV VISI,

MISI,

TUJUAN,

SASARAN,

STRATEGI

DAN

KEBIJAKAN

IV-1

4.1

Visi dan Misi Jangka Menengah Dinas Ketahanan Pangan

dan Peternakan Provinsi Jawa Barat...

IV-1

4.2

Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Ketahanan

Pangan

dan

Peternakan

Provinsi

Jawa

Barat...

IV-1

4.2.1

Tujuan...

IV-1

4.2.2

Sasaran...

IV-2

4.3

Strategi dan Kebijakan Dinas Ketahanan Pangan dan

Peternakan Provinsi Jawa Barat...

IV-5

4.3.1 Strategi...

IV-5

4.3.2 Kebijakan...

IV-5

V

RENCANA

PROGRAM,

KEGIATAN,

INDIKATOR

KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN

INDIKATIF

V-1

5.1

Rencana Program/Kegiatan Dinas Ketahanan Pangan

dan Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 –

2018...

V-1

5.2. Program dan Kegiatan Dinas Ketahanan Pangan Dan

Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018....

V-2

5.2.1. Rencana Kegiatan...

V-4

5.3. Kelompok Sasaran...

V-6

(6)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 6

Halaman

5.4. Pendanaan Indikatif...

V-6

VI

INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA

TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

VI-1

VII

PENUTUP

VII-1

(7)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 7

DAFTAR TABEL

Tabel

Judul

Halaman

1

Jumlah

Pegawai

DKPP

Berdasarkan

Pangkat

dan

Golongan...

II-3

2

Kualifikasi Pendidikan dan Jenis Kelamin...

II-3

3

Hasil Telaahan Struktur Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat...

II-11

4

Telaahan Pola Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat...

II-15

5

Hasil Analisis Terhadap Dokumen KLHS Dinas Ketahanan

Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013...

II-17

6

Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan

Peternakan Provinsi Jawa Barat...

II-19

7

Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Dinas Ketahanan

Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat...

II-20

8

Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Dinas

Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat...

III-1

9

Faktor Penghambat dan Pendorong Pelayanan Dinas Ketahanan

Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat Terhadap Penetapan

Visi, Misi dan Program Kepala Dinas Provinsi Jawa Barat...

III-10

10

Permasalahan Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan

Peternakan Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Sasaran Renstra

Kementerian

Pertanian

Beserta

Faktor

Pendorong

dan

Penghambat Keberhasilan Penangannya...

III-15

11

Permasalahan Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan

Peternakan Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Sasaran Renstra

Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Kabupaten Kota...

III-18

12

Permasalahan Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan

Peternakan Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Telaahan Rencana

Tata Ruang Wilayah Serta Faktor Penghambat dan Pendorong

Keberhasilan Penanganannya...

III-20

13

Permasalahan Pelayanan OPD Berdasarkan Analisis KLHS serta

Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penanganannya

III-21

14

Skor Penentuan Isu Strategis...

III-22

15

Nilai Skala Kriteria...

III-22

16

Rata-Rata Skor Isu Strategis...

III-23

17

Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja Dinas

(8)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 8

Tabel

Judul

Halaman

2014 – 2018...

IV-2

18

Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan...

IV-6

19

Indikator Kinerja Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan

Provinsi Jawa Barat yang mengacu pada Tujuan dan Sasaran

(9)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 9

DAFTAR GAMBAR

Tabel

Judul

Halaman

1

Struktur Organisasi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan

(10)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 10

BAB. I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan dokumen perencanaan daerah periode 5 (lima) tahun. Dokumen RPJMD bersifat makro, yang memuat visi, misi dan program prioritas serta rencana penganggaran. RPJMD merupakan kesepakatan para pemangku kepentingan dalam pembangunan daerah mengenai program prioritas 5 (lima) tahun kedepan yang akan menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan pembangunan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, sebagai koridor penyusunan visi, misi dan program program pembangunan Selain itu RPJMD menjadi pedoman penyusunan program prioritas jangka menengah bagi Kabupaten/Kota yang disesuaikan dengan kondisi, potensi dan karakteristik daerah serta penyusunan Rencana Strategis (Renstra) OPD/Biro Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018.

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang dalam upaya mencapai keberhasilannya perlu didukung dengan perencanaan yang baik sesuai dengan visi dan misi organisasi. Pendekatan yang dilakukan adalah melalui perencanaan strategis yang merupakan serangkaian rencana tindakan dan kegiatan mendasar yang dibuat untuk diimplementasikan oleh organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Setiap SKPD wajib menyusun dokumen Rencana Strategis (Renstra) SKPD. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 menyebutkan bahwa Renstra SKPD merupakan dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun. Renstra SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD serta berpedoman pada RPJMD dan bersifat indikatif.

Selanjutnya Renstra SKPD akan menjadi pedoman SKPD saat menyusun Rencana Kerja (Renja) SKPD yang merupakan dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun. Di dalam ketentuan lainnya yaitu Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dinyatakan bahwa

(11)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 11 perencanaan strategis merupakan langkah awal yang harus dilakukan agar mampu menjawab tuntutan lingkungan strategis lokal, nasional dan global, dan tetap berada dalam tatanan Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dokumen Rencana Strategis dimaksud setidaknya memuat visi, misi, tujuan, sasaran dan strategi (cara mencapai tujuan dan sasaran), serta memuat kebijakan, program dan kegiatan.

Terkait dengan penyusunan Renstra SKPD, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 telah mengatur bahwa RPJMD yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah harus menjadi pedoman dalam penyusunan Renstra SKPD. Visi, misi, tujuan, strategi dan kebijakan yang tertuang di dalam Renstra SKPD dirumuskan dalam rangka mewujudkan pencapaian sasaran program yang ditetapkan dalam RPJMD.

Pembangunan di Jawa Barat telah dilaksanakan oleh segenap unsur pemerintah, masyarakat dan dunia usaha sejak terbentuknya pemerintahan Provinsi Jawa Barat pada tanggal 4 Juli 1950. Sesuai dengan amanat dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2025, saat ini sudah memasuki tahapan pembangunan jangka menengah ketiga 2013-2018. Pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ketiga tersebut ditujukan untuk mencapai kemandirian Jawa Barat dalam segala bidang sehingga tingkat ketergantungan terhadap pihak eksternal dapat direduksi. Selain itu pencapaian kemandirian juga dimaksudkan untuk meningkatkan kontribusi Jawa Barat terhadap pembangunan nasional.

Prioritas pembangunan pada tahapan keempat ini diantaranya adalah ketahanan pangan dan bidang pertanian diarahkan pada pemantapan mutu melalui pengembangan teknologi pertanian hulu sampai dengan hilir, setelah diperolehnya komitmen terhadap pembangunan pertanian di Provinsi Jawa Barat. Di bidang pertanian, sektor peternakan merupakan salah satu sektor yang cukup penting di Jawa Barat. Selain berkontribusi dalam menyumbang pendapatan regional, sektor ini juga mampu memberikan lapangan pekerjaan yang cukup luas bagi masyarakat Jawa Barat, baik dari hulu sampai hilir. Hal yang terpenting lainnya dalam rangka mewujudkan Ketahanan Pangan, sektor peternakan berperan dalam

(12)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 12 mensuplai kebutuhan protein hewani bagi masyarakat Jawa Barat, khususnya telur, daging dan susu.

Begitu pentingnya sektor ketahanan pangan dan peternakan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah memberikan tugas khusus kepada Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat untuk melakukan fungsi-fungsi di bidang ketahanan pangan seperti ketersediaan pangan, distribusi pangan, konsumsi pangan dan keamanan pangan. Kemudian fungsi di bidang peternakan seperti pembibitan, budidaya, pakan, kesehatan hewan, kesehatan masyarakat veteriner, pengembangan usaha, sarana prasarana dan pelayanan bagi seluruh stakeholder yang membutuhkan layanan peternakan. Sejalan dengan perkembangan pertumbuhan ekonomi global dan perkembangan jumlah penduduk yang cukup tinggi, tugas dan fungsi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan semakin kompleks sehingga Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan harus responsif terhadap perkembangan teknologi, permintaan produk peternakan, penyakit hewan dan isu-isu lainnya yang berkembang di dunia global, seperti "climate change", "animal walfare", "food security" dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk merespon kompleksnya permasalahan, tantangan dan besarnya lingkup pekerjaan yang harus dilakukan dalam sektor ketahanan pangan dan peternakan, maka jelas bahwa pembangunan sektor ketahanan pangan dan peternakan tidak bisa dilakukan hanya oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat. Pembangunan Ketahanan Pangan dan sub sektor peternakan memerlukan dukungan dari semua pemangku kepentingan yang mencakup sektor lainnya, perguruan tinggi, pemerintah Kabupaten/Kota, dunia usaha, perbankan, lembaga-lembaga pembiayaan bukan bank, organisasi profesi dan kemasyarakatan, serta peran aktif dari semua di Jawa Barat sebagai pelaku utama pembangunan.

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan tahun 2013 – 2018 merupakan rencana stratejik (mengenai sasaran-sasaran utama yang akan dicapai) untuk kurun waktu 5 (lima) tahun yang akan datang, yaitu tahun 2013 – 2018 dengan memperhitungkan potensi, peluang dan ancaman yang ada atau mungkin timbul. Rencana stratejik mengandung Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Strategi (cara untuk mencapai tujuan dan sasaran) yang berfungsi menjabarkan RPJMD Provinsi Jawa Barat tahun 2013 – 2018 dibidang ketahanan pangan

(13)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 13 dan peternakan. Penyusunan Renstra telah dilaksanakan secara partisipasif dengan melibatkan unsur Pimpinan, Pejabat kunci dan Staf yang mampu memberikan masukan serta pemangku kepentingan lainnya. Selain itu Penyusunan Renstra telah memperhatikan Renstra Kementrian Pertanian Pemerintah Provinsi Jawa Barat serta Renstra OPD Kabupaten/Kota dilingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Dengan demikian Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Pemerintah Jawa Barat tahun 2013 – 2018 telah diselaraskan dengan Renstra Kementrian Pertanian RI dan Renstra OPD Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 – 2018.

1.2. Landasan Hukum

Dalam Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018, peraturan perundang-undangan yang dijadikan landasan hukum adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;

2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4700);

4. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725);

5. Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan;

6. Undang Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan jo Undang Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan;

7. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; 8. Undang Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal;

(14)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 14 9. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 1992 tentang Obat Hewan;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2011 tentang Sumber Daya Genetik dan Perbibitan Ternak;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2012 tentang Alat dan Mesin Peternakan; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat

Veteriner dan Kesejahteraan Hewan;

13. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2013 tentang Budidaya Hewan Peliharaan; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2014 tentang Pengendalian dan

Penanggulangan Penyakit Hewan;

15. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi 16. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Peraturan Perangkat Daerah 17. Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pengendalian Zoonosa;

18. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 381/Kpts/OT.140/10/2005 tentang Pedoman Sertifikasi Kontrol Veteriner Unit Usaha Pangan Asal Hewan;

19. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 64/Permentan/OT/.140/9/2007 tentang Pedoman Pelayanan Pusat Kesehatan Hewan;

20. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 74/Permentan/OT.140/12/2007 tentang Pengawasan Obat Hewan;

21. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 28/ Permetan/OT.140/5/ 2008 tentang Pedoman Penataan Kompartemen dan Penataan Zona Usaha Perunggasan;

22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

23. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 02/Permentan/OT.140/1/2010 tentang Pedoman Pelayanan Jasa Medik Veteriner;

24. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 13/Permentan/OT.140/1/2010 tentang Persyaratan Rumah Potong Hewan Ruminansia dan Unit Penanganan Daging (Meat

(15)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 15 25. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 35/Permentan/OT.140/7/2011 tentang

Pengendalian Ternak Ruminansia Betina Produktif;

26. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 04/Permentan/OT.140/1/2013 tentang Unit Respon Cepat Penyakit Hewan Menular Strategis;

27. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 100/Permentan/OT.140/7/2014 tentang Pedoman Pembibitan Sapi Perah yang Baik;

28. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 114/Permentan/ PD.410/9/2014 tentang Pemotongan Hewan Kurban;

29. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 23/Permentan/PK.130/4/2015 tentang Pemasukan dan Pengeluaran Bahan Pakan Asal Hewan ke Dan Dari Wilayah Negara Republik Indonesia;

30. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 58/Permentan/PK.210/11/2015 tentang Pemasukan Karkas, Daging dan/atau Olahannya ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;

31. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 46/Permentan/PK.210/8/2015 tentang Pedoman Budidaya Sapi Potong Yang Baik;

32. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 48/Permentan/PK.440/8/2015 tentang Pemasukan Sapi Bakalan dan Sapi Indukan ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;

33. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 61/Permentan/PK.320/12/2015 tentang Pemberantasan Penyakit Hewan;

34. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2013 dan Nomor 02 Tahun 2013 tentang Pengawasan Bahan Berbahaya yang Disalahgunakan dalam Pangan;

35. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Peternakan dan Kesehatan Hewan;

36. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pembinaan dan Pengawasan Produk Barang Higienis dan Halal;

(16)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 16 37. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pembentukan

dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat;

38. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 19 Tahun 2007 tentang Intensifikasi Penanganan dan Pengendalian Virus Flu Burung (Avian Influenza) di Jawa Barat; 39. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 49 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan

Peternakan dan Kesehatan Hewan untuk Rumah Potong Hewan Ruminansia;

40. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 10 tahun 2016 tentang Perubahan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 92 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Jawa Barat Nomor 7 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Perijinan Terpadu;

41. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 45 Tahun 2016 tentang Kedudukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat;

42. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 66 Tahun 2016 tentang Tugas Pokok Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat;

43. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 84 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi UPTD/Balai di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat;

44. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 89 Tahun 2016 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas di Lingkungan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat;

45. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor : 443/Kep.449-Yansos/2012 tentang Komisi Pengendalian Zoonosis;

46. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor : 501.05/Kep.279-Rek/2015 tentang Tim Pengawas Terpadu Penggunaan Bahan Berbahaya pada Pangan.

(17)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 17 1.3. Maksud dan Tujuan

1.3.1. Maksud

Maksud penyusunan Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat tahun 2013 – 2018 adalah menyediakan informasi yang valid mengenai Rencana Jangka Menengah tahun 2013 – 2018 sebagai dokumen acuan dalam penyusunan Rencana Kinerja Tahunan, RKA-OPD dan Penetapan Kinerja Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat tahun 2013 – 2018 sebagai wujud Transparansi dan Akuntabilitas Publik.

1.3.2. Tujuan

Tujuan penyusunan Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat tahun 2013 – 2018 adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat, menjaga eksistensi organisasi dan sebagai instrumen pertanggungjawaban kepada stakeholder mengenai rencana penggunaan sumber daya dalam melaksananakan tugas pokok dan fungsi serta menjabarkan RPJMD Provinsi Jawa Barat tahun 2013 – 2018 agar menjadi lebih optimal untuk mencapai target-target indikator kinerja yang telah ditetapkan khususnya mengenai ketahanan pangan dan peternakan di Jawa Barat.

1.4 Sistematika Penulisan

Penulisan Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat untuk periode tahun 2013–2018 kami susun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

(18)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 18 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penyusunan Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat

1.2. Landasan Hukum 1.3. Maksud dan tujuan 1.4. Sistematika Penulisan

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PETERNAKAN PROVINSI JAWA BARAT

2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat

2.2. Sumber Daya Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat 2.3. Kinerja Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa

Barat

2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat

BAB III ISU – ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Isu – isu strategis yang akan dihadapi, berdasarkan evaluasi, analisis dan prediksi terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam periode tahun 2013–2018.

3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat

3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih

(19)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 19 3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis 3.5. Penentuan Isu – isu Strategis

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN , STRATEGI DAN KEBIJAKAN Membahas mengenai :

4.1. Visi dan Misi Jangka Menengah Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat

4.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat

4.3. Strategi dan Kebijakan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB VI INDIKATOR KINERJA DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PETERNAKAN PROVINSI JAWA BARAT YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VII PENUTUP LAMPIRAN-LAMPIRAN

(20)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 20

BAB. II

GAMBARAN PELAYANAN DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PETERNAKAN

PROVINSI JAWA BARAT

2.1 Struktur Organisasi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 1. Struktur Organisasi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat KEPALA DINAS SEKRETARIAT SUBBAGIAN PERENCANAAN DAN PELAPORAN SUBBAGIAN KEUANGAN DAN ASET SUBBAGIAN KEPEGAWAIAN DAN UMUM BIDANG KETERSEDIAAN DAN DISTRIBUSI BIDANG KONSUMSI DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA BIDANG PRODUKSI PETERNAKAN BIDANG KESEHATAN HEWAN DAN

KESMAVET JABATAN FUNGSIONAL SEKSI KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN SEKSI CADANGAN DAN DISTRIBUSI SEKSI SUMBER DAYA DAN CADANGAN PANGAN SEKSI PENGANEKAR AGAMAN PANGAN SEKSI KONSUMSI DAN KEAMANAN PANGAN SEKSI SUMBERDAYA MANUSIA SEKSI PERBIBITAN SEKSI PENGEMBANGAN USAHA SEKSI PRASARANA DAN SARANA PETERNAKAN SEKSI PENGAMATAN PENYAKIT DAN PENGAWASAN OBAT HEWAN SEKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN SEKSI KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER UPTD

(21)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 21 2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa

Barat

Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 66 Tahun 2016 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan bidang pangan dan bidang pertanian, sub urusan peternakan, meliputi ketersediaan dan distribusi, konsumsi dan pengembangan sumber daya manusia, produksi peternakan serta kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner yang menjadi kewenangan Provinsi, melaksanakan tugas dekonsentrasi sampai dengan dibentuk Sekretariat Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dan melaksanakan tugas pembantuan sesuai bidang tugasnya.

Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas mempunyai fungsi:

a. penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis di bidang ketahanan pangan dan bidang pertanian, sub urusan peternakan yang menjadi kewenangan Provinsi;

b. penyelenggaraan ketahanan pangan dan pertanian, sub urusan peternakan yang menjadi kewenangan Provinsi;

c. penyelenggaraan administrasi Dinas;

d. penyelenggaraan evaluasi dan pelaporan Dinas; dan

e. penyelenggaraan fungsi lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

2.3 Sumber Daya Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat memiliki Sumber Daya Aparatur sebanyak 294 orang yang tersebar di Kantor Dinas dan UPTD.

(22)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 22 Sumber Daya Aparatur yang dimiliki tersebut dapat digambarkan pada tabel dibawah ini :

Tabel 1. Jumlah Pegawai DKPP Berdasarkan Pangkat dan Golongan

No Jenis

Kelamin

Gol.I Gol.II Gol.III Gol.IV

Jumlah

a B c d a b c d a b c d a b c d e

1 Laki-laki 0 6 21 5 30 13 39 2 14 30 8 16 10 7 1 0 0 202

2 Perempuan 0 0 2 0 0 0 12 4 8 19 9 17 17 4 0 0 0 92

Jumlah 0 6 23 5 30 13 51 6 22 49 17 33 27 11 1 0 0 294

Tabel 2. Kualifikasi Pendidikan dan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin SD SLTP SLTA D3 S1 S2 S3 Jumlah

1 Laki-laki 10 21 95 5 36 35 0 202

2 Perempuan 0 1 24 7 29 31 0 92

Jumlah 10 22 119 12 65 66 0 294

2.4 Fungsi Pelayanan Umum Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat.

Pelayanan publik yang diemban oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat adalah sesuai dengan tupoksi Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan yang meliputi pelayanan bidang pangan dan bidang pertanian, sub urusan peternakan, meliputi ketersediaan dan distribusi, konsumsi dan pengembangan sumber daya manusia, produksi peternakan serta kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner yang menjadi kewenangan Provinsi, melaksanakan tugas dekonsentrasi sampai dengan dibentuk Sekretariat Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dan melaksanakan tugas pembantuan sesuai bidang tugasnya.

(23)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 23 Berdasarkan Undang Undang Nomor : 23 Tahun 2014 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Konkuren antara Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota, urusan yang menjadi dasar pelayanan publik yang dapat dilaksanakan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat. Beberapa urusan Pemerintah Provinsi Jawa Barat,yaitu:

Urusan Pangan :

1. Penyelenggaraan Pangan Berdasarkan Kedaulatan Dan Kemandirian :

- Penyediaan infrastruktur dan seluruh pendukung kemandirian pangan pada berbagai sektor sesuai kewenangan Daerah Provinsi.

2. Penyelenggaraan Ketahanan Pangan

a. Penyediaan dan penyaluran pangan pokok atau pangan lainnya sesuai dengan kebutuhan Daerah provinsi dalam rangka stabilisasi pasokan dan harga pangan. b. Pengelolaan cadangan pangan provinsi dan menjaga keseimbangan cadangan

pangan provinsi.

c. Penentuan harga minimum daerah untuk pangan local yang tidak ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

d. Promosi pencapaian target konsumsi pangan perkapita /tahun sesuai dengan angka kecukupan gizi melalui media provinsi.

3. Penanganan Kerawanan Pangan

a. Penyusunan peta kerentanan dan ketahanan pangan provinsi dan kab./kota. b. Penanganan kerawanan pangan provinsi.

c. Pengadaan, pengelolaan, dan penyaluran cadangan pangan pada kerawanan pangan yang mencakup lebih dari 1 (satu) Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi.

4. Keamanan Pangan

Pelaksanaan pengawasan keamanan pangan segar distribusi lintas Daerah kabupaten/kota.

(24)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 24 Urusan Pemerintahan Bidang Pertanian :

1. Sarana Pertanian

a. Pengelolaan SDG hewan yang terdapat pada lebih dari 1 (satu) Daerah kabupaten dalam 1 (satu) Daerah provinsi.

b. Pengawasan benih ternak, pakan, HPT dan obat hewan.

c. Pengawasan mutu dan peredaran benih/bibit ternak dan tanaman pakan ternak serta pakan di lintas Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi. d. Pengawasan peredaran obat hewan di tingkat distributor.

e. Pengendalian penyediaan dan peredaran benih/bibit ternak, dan hijauan pakan ternak lintas Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi.

f. Penyediaan benih/bibit ternak dan hijauan pakan ternak yang sumbernya dari Daerah provinsi lain.

2. Prasarana Pertanian

Pengelolaan wilayah sumber bibit ternak dan rumpun/galur ternak yang wilayahnya lebih dari 1 (satu) Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi.

3. Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner

a. Penjaminan kesehatan hewan, penutupan dan pembukaan daerah wabah penyakit hewan menular lintas Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi. b. Pengawasan pemasukan dan pengeluaran hewan dan produk hewan lintas Daerah

provinsi.

c. Penerapan persyaratan teknis sertifikasi zona/kompartemen bebas penyakit dan unit usaha produk hewan.

d. Sertifikasi persyaratan teknis kesehatan masyarakat veteriner dan kesejahteraan hewan.

(25)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 25 2.5 Kinerja Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat Bidang Ketahanan Pangan :

Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat sebagai lembaga penyelenggara urusan Pemerintahan Provinsi di bidang ketahanan pangan mempunyai fungsi sebagai inisiator, fasilitator dan regulator atas penyelenggaraan ketahanan pangan di Jawa Barat sesuai arah kebijakan, strategis dan sasaran ketahan pangan nasional.

Sebagai pedoman/acuan bagi Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dalam menyelenggarakan urusan wajib di bidang ketahanan pangan, Kementerian Pertanian telah menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 65/Permentan/OT.140/12/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Ketahanan Pangan bagi Pemerintah Provinsi terdiri atas 4 (empat) jenis pelayanan dasar berikut :

a. Ketersediaan dan Cadangan Pangan, dengan Idikator Penguatan cadangan pangan sebesar 60% pada tahun 2015.

Cadangan Pangan Pemerintah terdiri dari cadangan pangan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan pemerintah desa yang perwujudannya memerlukan inventarisasi cadangan pangan, memperkirakan kekurangan pangan dan keadaan darurat, sehingga penyelenggaraan pengadaan dan pengelolaan cadangan pangan dapat berhasil dengan baik.

Definisi Operasional :

Tersedianya cadangan pangan pemerintah di tingkat provinsi minimal sebesar 200 ton ekuivalen beras dan di tingkat kabupaten/kota minimal sebesar 100 ton ekuivalen beras;

b. Distribusi dan Akses Pangan, dengan indikator Ketersediaan informasi pasokan, harga dan akses pangan di daerah sebesar 100% pada tahun 2015.

(26)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 26 Informasi harga, pasokan, dan akses pangan adalah kumpulan data harga pangan, pasokan pangan, dan akses pangan yang dipantau dan dikumpulkan secara rutin atau periodik oleh provinsi maupun kabupaten/kota untuk dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat analisis perumusan kebijakan yang terkait dengan masalah distribusi pangan.

Definisi Operasional :

Tersedianya data dan Informasi mencakup komoditas : gabah/beras, jagung, kedele, daging sapi, daging ayam, telur, minyak goreng, gula pasir, cabe merah yang disajikan dalam periode mingguan/ bulanan/kuartal/tahunan.

c. Penganekaragaman dan Keamanan Pangan, dengan Indikator Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan sebesar 80% pada tahun 2015.

Keamanan Pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang menganggu, merugikan, dan membahayakan manusia.

Definisi Operasional :

Dalam rangka meningkatkan keamanan pangan segar maka dilakukan pembinaan dan sertifikasi oleh Lembaga Otoritas Kompetensi Keamamanan Pangan Daerah (OKKPD), sehingga tersedia informasi tentang keamanan pangan khususnya pada produk-produk pangan segar yang tersertifikasi sehingga aman dikonsumsi masyarakat. Hasil pelaksanaaan tugas dan fungsinya OKKPD mengeluarkan sertikat terhadap produk pangan segar dengan kriteria sebagai berikut :

1) Sertifikat Prima Tiga (P-3) adalah peringkat penilaian yang diberikan terhadap pelaksanaan usaha tani dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi.

2) Sertifikat Prima Dua (P-2) adalah peringkat penilaian yang diberikan terhadap pelaksanaan usaha tani dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi dan bermutu baik.

(27)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 27 3) Sertifikat Prima Satu (P-1) adalah peringkat penilaian yang diberikan terhadap

pelaksanaan usaha tani dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi bermutu baik serta cara produksinya ramah terhadap lingkungan.

d. Penanganan Kerawanan Pangan, dengan indikator Penanganan daerah rawan pangan sebesar 60% pada tahun 2015.

Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan yang dialami daerah, masyarakat atau rumah tangga pada waktu tertentu untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan masyarakat. Berdasarkan factor penyebabnya kerawanan pangan dibagi menjadi dua yaitu Rawan Pangan Kronis dan Transien

Rawan Pangan kronis adalah ketidakmampuan rumah tangga untuk memenuhi standar minimum kebutuhan pangan anggotanya pada periode yang lama karena keterbatasan kepemilikan lahan, asset produktif dan kekurangan pendapatan.

Rawan Pangan Transien adalah suatu keadaan rawan pangan yang bersifat mendadak dan sementara, yang disebabkan oleh perbuatan manusia (penebangan liar yang menyebabkan banjir atau karena konflik sosial), maupun karena alam berupa berbagai musibah yang tidak dapat diduga sebelumnya, seperti: bencana alam (gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, banjir bandang, tsunami).

Penanganan rawan pangan dilakukan pertama melalui pencegahan kerawanan pangan untuk menghindari terjadinya rawan pangan disuatu wilayah sedini mungkin dan kedua melakukan penanggulangan kerawanan pangan pada daerah yang rawan kronis melalui program-progam sehingga rawan pangan di wilayah tersebut dapat tertangani.

e. Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) dengan melaksanakan 3 kegiatan sebagai berikut :

a) Peramalan situasi pangan dan gizi melalui SIDI, termasuk peramalan ketersediaan pangan dan pemantauan pertumbuhan balita dan hasil pengamatan sosial ekonomi b) Kajian situasi pangan dan gizi secara berkala berdasarkan hasil survei khusus atau

(28)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 28 dari laporan tahunan.

c) Diseminasi hasil peramalan dan kajian situasi pangan dan gizi bagi perumus kebijakan (forum koordinasi tingkat desa, kecamatan, kabupaten dan propinsi).

Adapun Pencegahan rawan pangan tersebut dilaksanakan melalui pendekatan sebagai berikut :

1. Penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food Security and Vulnerability Atlas) disusun pada periode 3- 5 tahunan yang menngambarkan kondisi sampai tingkat kecamatan/desa sebagai acuan dalam penentuan program

2. Penghitungan tingkat kerawanan dengan membandingkan jumlah penduduk miskin yang mengkonsumsi pangan berdasarkan 3 kriteria prosentase angka kecukupan gizi (AKG) sebesar 2.000 Kalori yaitu:

a) Penduduk sangat rawan < 70% AKG b) Penduduk pangan resiko sedang < 70% - 89,9% AKG c) Penduduk tahan pangan > 89,9% AKG

Bidang Peternakan :

Kemajuan pembangunan Provinsi Jawa Barat tidak terlepas dari peran bidang peternakan. Sub sektor peternakan memiliki peran yang strategis dalam menyediakan sumber pangan, energi, dan sumber pendukung lainnya, sehingga berdampak pada kemajuan kehidupan perekonomian dan pembangunan sumberdaya manusia Jawa Barat. Kontribusi subsektor peternakan pada pembangunan Jawa Barat yang begitu besar mengisyaratkan sub-sektor ini untuk terus berbenah diri agar tetap eksis dalam pembangunan Provinsi Jawa Barat dan juga untuk nasional. Secara umum fungsi Peternakan adalah melaksanakan tugas-tugas yang memiliki peran yang signifikan untuk mendorong pertumbuhan di sektor-sektor lainnya, karena peternakan sebagai salah satu sub sektor didalam pertanian yang akan menjadi salah satu subsektor yang sangat strategis didalam perekonomian Jawa Barat.

Besarnya potensi kontribusi sektor peternakan di Jawa Barat terhadap pembangunan ekonomi tidak terlepas dari posisi sub sektor peternakan di dalam struktur

(29)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 29 perekonomian. Kontribusi pertumbuhan ekonomi sektor peternakan terhadap pertanian dan regional ternyata menunjukkan kecenderungan yang selalu meningkat antar waktu. Berdasarkan angka BPS 2013, besaran PDRB Jawa Barat tahun 2013 atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 1.070,18 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan (tahun 2000) mencapai Rp. 386,84 triliun. Secara triwulanan, PDRB Jawa Barat triwulan IV-2013 dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q) turun sebesar 0,53 persen, tapi bila dibandingkan dengan triwulan IV-2012 (y-on-y) tumbuh sebesar 6,30 persen. Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada tahun 2013 menurut sisi penggunaan terjadi pada seluruh komponen berturut-turut yaitu komponen ekspor barang dan jasa sebesar 10,06 persen, diikuti komponen pembentukan modal tetap bruto yang tumbuh 6,60 persen, komponen pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 5,51 persen, komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga dan konsumsi lembaga non profit sebesar 4,02 persen serta komponen perubahan inventori sebesar 0,61 persen. Sementara komponen impor sebagai faktor pengurang mengalami pertumbuhan sebesar 12,65 persen. Pada tahun 2013, PDRB harga berlaku digunakan untuk memenuhi komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga dan konsumsi lembaga non profit sebesar 57,74 persen, komponen pengeluaran konsumsi pemerintah 8,86 persen, komponen pembentukan modal tetap bruto atau komponen investasi fisik 18,16 persen, komponen perubahan inventori 4,86 persen, komponen ekspor 36,39 persen dan komponen impor 28,96 persen.

Pembangunan peternakan berbasis kepada proses dan diarahkan kepada pencapaian tujuan pembangunan ekonomi, yaitu : (1) meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani; (2) mewujudkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada keragaman sumberdaya pangan, kelembagaan dan budaya pangan lokal; (3) meningkatkan daya saing produk pertanian dan ekspor hasil pertanian; (4) mengembangkan aktivitas ekonomi pedesaan dan; (5) meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha secara adil melalui pengembangan sistem agribisnis.

Pembangunan peternakan mencakup berbagai kegiatan agribisnis, khususnya sub sistem usaha tani ternak dengan keluaran berupa primer ternak. Usaha agribisnis berbasis peternakan pada dasarnya secara operasional memerlukan keterkaitan lintas sub sektor

(30)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 30 maupun dengan sektor lainnya sehingga diperoleh sinergi yang proporsional antara pelaku agribisnis peternakan baik pada segmen hulu, tengah dan hilir.

Kondisi umum pembangunan peternakan yang telah dilakukan di Jawa Barat melalui berbagai kebijakan dengan tetap mengacu kepada pengembangan peternakan rakyat agar menjadi usaha pokok dengan skala usaha ekonomis dan pengembangan perusahaan peternakan/swasta yang mempunyai keberpihakan kepada peternakan rakyat menjadi mitra usaha dengan mensinergiskan setiap sub sistem dalam satu manajemen agribisnis yang terintegrasi secara vertikal.

Sampai dengan saat ini, Jawa Barat masih termasuk salah satu wilayah yang memiliki pangsa populasi ternak cukup besar di Indonesia; dimana urutannya menempati urutan tiga teratas serta mempunyai keunggulan dibandingkan dengan Provinsi lain. Fakta menunjukkan bahwa hampir seluruh jenis ternak yang bersifat komersiel diusahakan di wilayah Jawa Barat. Terdapat beberapa komoditas ternak yang memiliki peran penting didalam struktur pangan nasional, antara lain komoditas ternak sapi perah dan ayam ras pedaging.

Pembangunan peternakan di Provinsi Jawa Barat pada hakekatnya adalah pembangunan di bidang ekonomi, yang fokus sasarannya adalah peningkatan produksi dan produktivitas dengan sasaran :

1. Meningkatnya produksi dan produktivitas peternakan, populasi serta bibit ternak; 2. Meningkatnya keterampilan aparatur dan pelaku usaha peternakan di bidang

peternakan;

3. Meningkatnya upaya penanggulangan penyakit hewan menular strategis dan zoonosis; 4. Meningkatnya mutu, promosi dan pemasaran produk hasil peternakan;

5. Terbentuknya kelembagaan usaha peternakan melalui peningkatan kelembagaan kelompok tani, kemitraan dengan industri dan UPTD;

6. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan disiplin aparatur; 7. Terpenuhinya kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan publik; 8. Meningkatnya sistem pelayanan, perencanaan dan pelaporan.

(31)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 31 2.6 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan

Peternakan Provinsi Jawa Barat

Pada umumnya Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan, Renstra Badan Ketahanan Pangan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI dan Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Dinas Peternakan di Kabupaten/Kota di Jawa Barat mempunyai fokus sasaran yang sama yaitu meningkatkan produksi dan produktivitas peternakan.

Berdasarkan telaahan terhadap RT/RW Provinsi Jawa Barat, wilayah Jawa Barat terbagi atas 6 (enam) Wilayah Pengembangan (WP), yaitu :

- WP Bodebekpunjur - WP Purwasuka - WP Ciayumajakuning

- WP Priangan Timur-Pangandaran - WP Sukabumi

- WP Kawasan Khusus Cekungan Bandung

Adanya rencana pengembangan di 6 (enam) Wilayah Pengembangan tersebutakan berdampak pada peningkatan beban tugas Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat yang akan semakin komplek khususnya di dalam meningkatkan produksi dan produktivitas peternakan, disebabkan berkurangnya lahan peternakan untuk pemukiman, industri, dan alih fungsi lahan lainnya.

(32)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 32 Tabel 3. Hasil Telaahan Struktur Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat

No Rencana Struktur Ruang

Struktur Ruang Saat Ini Indikasi Penempatan Ruang Pada Periode 2013 – 2018 Pengaruh Rencana Struktur Ruang Terhadap Kebutuhan Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Arahan Lokasi Pengembangan OPD 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 WP Bodebekpunjur a. PKN Jabodetabek b. TPPS Nambo c. Jalan Tol Cikapali d. IPLT Depok WP Sukabumi a. PKN Sukabumi b. PKW Palabuhanratu c. Jalan Lingkar Sukabumi WP Ciayumajakuning a. PKN Cirebon b. PKW Kadipaten c. PKW Indramayu d. BIJB e. Optimalisasi Pelabuhan Cirebon f. Instalasi Pengolahan Limbah Cirebon Raya g. Jalan Tol Cisundawu h. SPAM Pantura WP Bandung Raya a. PKN Bandung Raya a. PKN Jabodetabek b. TPPS Nambo c. Perkotaan Jabodetabekpunj ur termasuk kepulauan seribu a. PKN Sukabumi b. PKN Pelabuhan Ratu c. Jalan Lingkar Sukabumi a. PKN Cirebon b. PKW Kadipaten c. PKW Indramayu d. Persiapan BIJB e. Pel. Cirebon WP Bodebekpunjur a. PKN Jabodetabek b. TPPS Nambo c. Jalan Tol Cikapali d. IPLT Depok WP Sukabumi a. PKN Sukabumi b. PKW Palabuhanratu c. Jalan Lingkar Sukabumi WP Ciayumajakuning a. PKN Cirebon b. PKW Kadipaten c. PKW Indramayu d. BIJB e. Optimalisasi Pelabuhan Cirebon f. Instalasi Pengolahan Limbah Cirebon Raya g. Jalan Tol Cisundawu h. SPAM Pantura Optimalisasi pelayanan di Bidang Ketahanan Pangan dan Peternakan Lokasi Pengembangan pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan adalah di semua Wilayah Pengembangan (6 WP) di wilayah Jawa Barat

(33)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 33 No Rencana Struktur

Ruang

Struktur Ruang Saat Ini Indikasi Penempatan Ruang Pada Periode 2013 – 2018 Pengaruh Rencana Struktur Ruang Terhadap Kebutuhan Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Arahan Lokasi Pengembangan OPD 1 2 3 4 5 6 5 b. Pembangunan Monorail Bandung Raya c. Reaktifasi Jalur Kereta Api d. Pembangunan Waduk Jati Gede e. SPAM Regional Bandung Raya f. Pengolahan Limbah g. TPPS Sarimukti h. TPPS Regional Legok Nangka i. BIUTR (Tol Dalam Kota Bandung)

j. Jalan Tol Seroja

dan Cisundawu k. Jalan Bandung- Pangalengan-Rancabuaya l. Jalan Lingkar Nagreg m. Kawasan Pendidikan Tinggi Jatinangor WP Priangan Timur – Pangandaran a. Pusat Pertumbuhan : - Pangandaran - Rancabuaya b. PKW Pangandaran c. PKW a. Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung b. Kawasan Pendidikan Jatinangor c. Kawasan Pengamat Dirgantara Tanjungsari d. TPPS Sarimukti e. TPPS Legok Nangka f. Jalan Lingkar Nagreg WP Bandung Raya a. PKN Bandung Raya b. Pembangunan Monorail Bandung Raya c. Reaktifasi Jalur Kereta Api d. Pembangunan Waduk Jati Gede e. SPAM Regional Bandung Raya f. Pengolahan Limbah g. TPPS Sarimukti h. TPPS Regional Legok Nangka i. BIUTR (Tol Dalam Kota Bandung)

j. Jalan Tol Seroja

dan Cisundawu k. Jalan Bandung- Pangalengan-Rancabuaya l. Jalan Lingkar Nagreg m. Kawasan Pendidikan Tinggi Jatinangor

(34)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 34 No Rencana Struktur

Ruang

Struktur Ruang Saat Ini Indikasi Penempatan Ruang Pada Periode 2013 – 2018 Pengaruh Rencana Struktur Ruang Terhadap Kebutuhan Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Arahan Lokasi Pengembangan OPD 1 2 3 4 5 6 6 Tasikmalaya d. Kawasan Strategis Pangandaran- Kalipucang-Sagara Anakan-Nusakambangan e. Pengembangan Bandara Nusawiru WP Purwasuka a. PKW Cikampek-Cikopo b. Metropolitan Bodebekpunjur c. Pelabuhan Cilamaya d. IPLT Subang e. SPAM Pantura a. PKW Pangandaran b. PKW Tasikmalaya c. Kawasan stasiun pengamat dirgantara pamengpeuk d. Kawasan uji coba

roket pamengpeuk e. Bandara Nusawiru a. PKW Cikampek-Cikopo b. Metropolitan Bedebekpunjur WP Priangan Timur – Pangandaran a. Pusat Pertumbuhan : - Pangandaran - Rancabuaya b. PKW Pangandaran c. PKW Tasikmalaya d. Kawasan Strategis Pangandaran- Kalipucang-Sagara Anakan-Nusakambangan e. Pengembangan Bandara Nusawiru WP Purwasuka a. PKW Cikampek-Cikopo b. Metropolitan Bodebekpunjur c. Pelabuhan Cilamaya d. IPLT Subang e. SPAM Pantura

(35)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 35 Tabel 4. Hasil Telaahan Pola Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat

No Rencana Pola Ruang

Pola Ruang Saat Ini Indikasi Program Pemanfaatan Ruang Tahun 2013-2018 Pengaruh Rencana Pola Ruang Terhadap Kebutuhan Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Arahan Lokasi Pengembangan Pelayanan Dinas Peternakan dan Peternakan 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 WP Bodebekpunjur a. Industri b. Perdagangan/J asa c. Pertanian d. Peternakan e. Perikanan f. Agrowisata g. Perkotaan h. Kawasan Lindung WP Sukabumi a. Pemukiman b. Pertanian c. Perikanan d. Peternakan e. Wisata Kelautan f. Pendidikan WP Ciayumajakuning a. Kota Budaya b. Perkebunan c. Perdagangan d. Peternakan e. Industri Kerajinan f. Pertanian g. Kawasan a. Industri b. Perdagangan/J asa c. Pertanian d. Peternakan e. Perikanan f. Pariwisata g. Perkotaan a. Pemukiman b. Pertanian c. Peternakan d. Perikanan e. Pariwisata f. Pendidikan a. Kota Budaya b. Perkebunan c. Pertanian d. Peternakan e. Industri Rumah f. Perkotaan 1. Peningkatan produksi pertanian 2. Pemberdayaan sumber daya pertanian 3. Pencegahan dan penanggulanga n penyakit tanaman, ternak dan ikan 4. Pemasaran dan pengelolaan hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan Optimalisasi pelayanan di bidang Ketahanan Pangan dan peternakan Lokasi Pengembangan pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan adalah di semua Wilayah Pengembangan (6 WP) di wilayah Jawa Barat.

(36)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 36 No Rencana Pola

Ruang

Pola Ruang Saat Ini Indikasi Program Pemanfaatan Ruang Tahun 2013-2018 Pengaruh Rencana Pola Ruang Terhadap Kebutuhan Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Arahan Lokasi Pengembangan Pelayanan Dinas Peternakan dan Peternakan 1 2 3 4 5 6 5 6 Lindung h. Perkotaan WP Bandung Raya a. Perkotaan b. Perdaganngan /Jasa c. Pendidikan d. Industri Kreatif e. Persampahan WP Priangan Timur – Pangandaran a. Pertanian b. Peternakan c. Pendidikan d. Perdagangan/J asa WP Purwasuka a. Pertanian b. Peternakan c. Pariwisata d. Pendidikan e. Kawasan Lindung a. Perkotaan b. Perdagangan/J asa c. Pendidikan d. Industri e. Persampahan a. Pertanian b. Peternakan c. Pariwisata d. Industri e. Perdagangan/J asa a. Pertanian b. Peternakan c. Pariwisata d. Perikanan

(37)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 37 Tabel 5. Hasil Analisis Terhadap Dokumen KLHS Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi

Jawa Barat Tahun 2013

No Aspek Kajian Ringkasan KLHS

Implikasi Terhadap Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan

Peternakan Jawa Barat

Catatan Bagi Perumusan Program dan Kegiatan OPD

1 2 3 4 5

1. Kapasitas daya dukung dan daya tampung LH untuk pembangunan

Daya dukung dan daya tampung LH untuk pengembangan

pembangunan masih memungkinkan.

Diperlukan peningkatan ketahanan pangan, produksi dan produktivitas peternakan di seluruh wilayah. Pengembangan dengan mengacu pada pemanfaatan ruang yang efektif dan efisien, serta memperhatikan keseimbangan ekosistem dan perubahan iklim. Untuk peningkatan produksi dan produktivitas peternakan diperlukan peningkatan kualitas dan kuantitas sarana prasarana, anggaran, kebijakan dan sumber daya manusia

Program harus terdiri dari kegiatan-kegiatan yang memperhatikan KLHS

2. Perkiraan mengenai dampak dan resiko lingkungan hidup

Perubahan fungsi lahan peternakan menjadi pemukiman atau industri mengancam kecukupan penyediaan pangan hewani 3. Kinerja layanan/ jasa

ekosistem

Belum sepenuhnya kinerja layanan ekosistem memenuhi kebutuhan pengembangan pangan dan peternakan

4. Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam

Sumber daya alam belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk meningkatkan ketahanan pangan dan usaha peternakan 5. Tingkat kerentanan dan

kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim

Perubahan iklim belum sepenuhnya disikapi dengan benar khususnya musim panas dan hujan masih menimbulkan kebakaran dan banjir yang mengancam terhadap ketahanan pangan dan peternakan

6. Tingkat ketahanan dan potensi sumber daya hayati

Masih diperlukan pelestarian sumber daya hayati yang mendukung pangan dan usaha peternakan

Capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah terhadap Standar Pelayanan Minimal Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagaimana terlihat pada Tabel berikut :

(38)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 38 Tabel 6. Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat

No Indikator Kinerja Target SPM (2015) Target OPD (2013)

Target Rensta OPD Tahun ke Realisasi Capaian Tahun Ke Ratio Capaian (%) Tahun Ke 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 Penguatan Cadangan Pangan (% dan ton) 60 125 110 110 120 120 125 272,2 232,2 170,9 217,1 - 247,5 211,1 142,4 180,9 - 2 Ketersediaan Informasi Pasokan, Harga dan Akses Pangan di Daerah (%) 100 100 100 100 100 100 100 100 125 125 124 - 100 125 125 124 - 3 Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan (%) 80 70 - - 60 65 70 - - 85 86 - - - 106,2 107,5 - 4 Penanganan Daerah Rawan Pangan (%) 60 60 40 50 60 70 80 45,4 48,6 63,5 74,3 - 113,5 97,2 105,8 106,1 -

(39)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat |Bab II- 39 Tabel 7. Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat

URAIAN ANGGARAN PADA TAHUN KE REALISASI ANGGARAN PADA TAHUN KE RATIO REALISASI DAN ANGGARAN

2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018

KETAHANAN PANGAN BELANJA TIDAK LANGSUNG - GAJI DAN TUNJANGAN PEGAWAI BELANJA LANGSUNG

- BELANJA PEGAWAI - BELANJA BARANG DAN JASA - BELANJA MODAL

PETERNAKAN

BELANJA TIDAK LANGSUNG - GAJI DAN TUNJANGAN PEGAWAI BELANJA LANGSUNG

- BELANJA PEGAWAI - BELANJA BARANG DAN JASA - BELANJA MODAL

(40)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat 2.7 Tantang dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi

Jawa Barat

Tantangan dalam pembangunan ketahanan pangan secara umum menyangkut pertambahan penduduk, semakin menurunnya sumber daya alam, masih terbatasnya prasarana dan sarana usaha di bidang pangan, semakin ketatnya persaingan pasar dengan produk impor, serta besarnya proporsi penduduk miskin.

Jumlah penduduk Jawa Barat cukup besar, pada tahun 2015 sekitar 47,432 jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk Jawa Barat adalah 4.47% per tahun. Permintaan bahan pangan per kapita juga meningkat didorong oleh meningkatnya pendapatan, kesadaran akan kesehatan dan pergeseran pola makan karena pengaruh globalisasi dan ragam aktivitas masyarakat. Pada sisi lain, ketersediaan sumber daya lahan semakin berkurang, karena tekanan penduduk serta persaingan pemanfaatan lahan antara sektor pangan dengan sektor non pangan.

Sementara itu, jumlah penduduk miskin yang rentan terhadap masalah kerawananan pangan masih cukup tinggi proporsinya yaitu sebesar 9,98 %. Penyebab utama kerawanan pangan dan kemiskinan adalah keterbatasan keterampilan yang dikuasai, sehingga kesulitan untuk memasuki lapangan kerja, serta keterbatasan aset dan akses terhadap sumber daya untuk mengembangkan usaha. Masalah kemiskinan tidak boleh dibiarkan begitu saja. Karena itu harus ada upaya perbaikan dan peningkatan kemampuan masyarakat miskin. Di antaranya melalui pemberdayaan masyarakat, penciptaan lapangan kerja dan lain lain. Jika upaya tersebut tidak dilakukan, dikhawatirkan masyarakat miskin tersebut akan semakin terpuruk dan semakin menderita.

Secara umum potensi dan peluang dalam mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan, adalah besarnya jumlah penduduk sebagai pasar produk pangan sekaligus penggerak ekonomi nasional. Di samping itu, perkembangan teknologi informasi merupakan penunjang bagi efektivitas manajemen pembangunan ketahanan pangan, yang juga menunjang pengembangan ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan. Di sisi ketersediaan pangan, selain masih tersedia sumber daya alam yang belum termanfaatkan secara optimal untuk produksi pangan, juga tersedia teknologi untuk meningkatkan produksi bahan pangan primer maupun olahan. Adapun peluang pengembangan sistem distribusi pangan ditunjang oleh kemajuan teknologi komunikasi dan alat transportasi yang apabila didayagunakan dapat membuka keterisolasian daerah terpencil.

Di bidang konsumsi, potensi peningkatan juga ditunjang oleh kemajuan teknologi komunikasi, kegiatan promosi dan advokasi, serta dukungan organisasi masyarakat sebagai infrastruktur sosial yang membantu proses peningkatan kesadaran gizi masyarakat.

Dengan jumlah penduduk sekitar 47.432 juta jiwa pada tahun 2015 dan terus bertambah 1.47 persen per tahun, maka Jawa Barat merupakan potensi pasar yang sangat besar. Penduduk ini juga merupakan agen pelaku usaha di bidang pangan yang menggerakkan perkonomian daerah maupun nasional. Sebagian besar PDB (Produk Domestik Bruto) setelah periode krisis dibangkitkan dari konsumsi

(41)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat domestik lebih dari 65 persen dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Kegiatan ekonomi pangan masyarakat memiliki peran penting dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi. Penggunaan rekayasa teknologi informatika untuk pengembangan sistem dan jaringan data dan informasi sangat menunjang dalam pemantapan ketahanan pangan. Informasi yang di susun di antaranya mengenai peta-peta produksi, distribusi, konsumsi, dan sistem deteksi dini kerawanan pangan yang terkoneksi antar daerah dan dengan pusat.

Pengembangan usaha peternakan merupakan bagian penting dari pembangunan pertanian yang disamping bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat luas juga harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat peternak. Untuk mencapai sasaran tersebut, pemerintah berupaya melaksanakan serangkaian kebijakandan program, namun demikian kendala yang dihadapi cukup besar sehingga beberapa target belum tercapai seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat perkembangan populasi dan produktivitas ternak yang ditunjang oleh pemberian pakan yang belum memadai sehingga belum tercapainya kesejahteraan peternak sebagai subyek pembangunan. Kondisi ini terjadi akibat belum tercapainya keserasiana ntara penyediaan sarana produksi dengan tingkat pengetahuan /keterampilan masyarakat dalam manajemen usaha peternakan, sedangkan permintaan pangan hewani saat ini terus meningkat dari tahun ketahun, hal ini sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk.

Kendala utama yang dihadapi sector peternakan saat ini meliputi kendala dari faktor pakan, struktur genetik, kesehatan hewan, faktor teknis lain seperti air, sosio-ekonomi dan kelembagaan (kepemilikan lahan, kebijakan ekonomi seperti kebijakan harga dan perdagangan, kekurangan modal investasi). Disamping itu keengganan perbankan yang mau membiayai sektor pertanian, salah satunya yaitu non-performing loan (NPL) yang cukup tinggi. Jumlah tertinggi pada sub-sektor pertanian yang berada di atas rata-rata NPL sampai 1,94%.

A. Akses Keuangan

Akses keuangan yakni keterbatasan jangkauan jaringan lembaga keuangan, produk keuangan yang tidak sesuai dengan karakteristik usaha sektor pertanian, peternakan, dan perikanan. Selain itu, ketiadaaan jaminan dan administrasi yang rumit.

Indikator Aspek:

1. Keterbatasan jangkauan jaringan lembaga keuangan

2. Produk keuangan yang tidak sesuai dengan karakteristik usaha sektor pertanian, peternakan, dan perikanan

3. Ketiadaaan jaminan 4. Administrasi yang rumit

(42)

Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat Ketersediaan informasi dan rendahnya literasi keuangan, banyak UMKM yang kekurangan informasi terkait sumber pembiayaan, mekanisme dan syarat pembiayaan. Hambatan lainnya, kurangnya sosialisasi dan edukasi, tidak tersedianya database calon debitur, dan kepercayaan perbankan pada sektor kemaritiman relatif rendah.

Indikator Aspek:

1. Banyak UMKM yang kekurangan informasi terkait sumber pembiayaan, mekanisme dan syarat pembiayaan

2. Kurangnya sosialisasi dan edukasi 3. Tidak tersedianya database calon debitur

4. Kepercayaan perbankan pada sektor kemaritiman relatif rendah.

C. Linkage & Sinergi:

Linkage dan sinergi perlu dukungan program pemerintah, perlu linkage antara bank dengan perusahaan asuransi, pegadaian, perusahaan penjaminan kredit daerah, BPR, dan koperasi, serta dukungan perusahaan telekomunikasi

Indikator Aspek:

1. Perlu dukungan program pemerintah

2. Perlu linkage antara bank dengan perusahaan asuransi, pegadaian, perusahaan penjaminan kredit daerah, BPR, dan koperasi

3. Perlu dukungan perusahaan telekomunikasi

D. Infrastruktur:

Infrastruktur. Hambatan infrastruktur diakibatkan kurang meratanya ketersediaan jaringan telekomunikasi dalam mendukung jangkauan layanan keuangan, rendahnya pemanfaatan teknologi dalam pengembangan usaha pertanian, peternakan, dan perikanan, serta dukungan regulasi sektor jasa keuangan.

Indikator Aspek:

1. Kurang meratanya ketersediaan jaringan telekomunikasi dalam mendukung jangkauan layanan keuangan

2. Rendahnya pemanfaatan teknologi dalam pengembangan usaha pertanian, peternakan, dan perikanan

3. Dukungan regulasi sektor jasa keuangan

Sesuai dengan kenyataannya bahwa pada tahun ini (2015) tejadi sedikit penurunan kredit perbankan pada sekor riil pertanian dari Tahun sebelumnya, seperti dilaporkan oleh Bank Indonesia. Namun Demikian Bank Indonesia juga berupaya terus mengkoordinasikan dan mensinergikan pelaksanaan tugas dan kewenangan dengan Kementerian Pertanian. Pada 2 Desember 2015, Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Pertanian menandatangani kerja sama dalam rangka peningkatan kapasitas dan pemberdayaan sektor pertanian. Cakupan kerjasama terdiri atas:

Gambar

Tabel  Judul  Halaman
Tabel  Judul  Halaman
Tabel  Judul  Halaman
Gambar    1.  Struktur  Organisasi  Dinas  Ketahanan  Pangan  dan  Peternakan  Provinsi  Jawa  Barat  KEPALA DINAS  SEKRETARIAT  SUBBAGIAN  PERENCANAAN  DAN  PELAPORAN  SUBBAGIAN   KEUANGAN DAN ASET  SUBBAGIAN  KEPEGAWAIAN DAN UMUM  BIDANG  KETERSEDIAAN DA
+7

Referensi

Dokumen terkait

59 tahun 2001 tentang Tugas Pokok dan Fungsi BAPESITELDA, kedudukan BAPESITELDA Provinsi Jawa Barat adalah Lembaga Teknis Daerah yang mempunyai tugas pokok

59 tahun 2001 tentang Tugas Pokok dan Fungsi BAPESITELDA, kedudukan BAPESITELDA Provinsi Jawa Barat adalah Lembaga Teknis Daerah yang mempunyai tugas pokok merumuskan

KMatan Badan Ketahanan Pangan Propinsi Jawa Timur karma substansi yang ada.. mempa* w j u d operasional dari tugas pokok dan fungi sebagaimana tertuang

Bidang Prasarana dan Sarana mempunyai tugas pokok mengkaji bahan kebijakan teknis operasional dan fasilitasi bidang prasarana dan sarana peternakan meliputi penataan kawasan,

Satuan Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2013 memperoleh anggaran dana bersumber dari APBN dengan Program Peningkatan Diversifikasi dan

Unsur Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana Provinsi Jawa Barat yang melaksanakan tugas pokok dan fungsi berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor

Berdasarkan Peraturan Gubernur Riau Nomor 22 Tahun 2015 tentang Rincian Tugas, Fungsi Dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Rovinsi Riau, tugas pokok Dinas Pendapatan Provinsi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan ketahanan pangan Kabupaten Manggarai Barat dalam meningkatan produksi tanaman pangan lokal melalui tiga tahap yaitu: 1 Dengan